• Tidak ada hasil yang ditemukan

IngetahuanbudayaJ^. ARTl BAHASA, PIKIRAN DAN KEBUDAYAAN DALAM HUBUNGAN SUMPAH PEMUDA 1928

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IngetahuanbudayaJ^. ARTl BAHASA, PIKIRAN DAN KEBUDAYAAN DALAM HUBUNGAN SUMPAH PEMUDA 1928"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

- I •,

PGB

iQ51f

, iERPBSTAKAA^

t A ,SAST?*^ ^

!STAKAAf^^.sS

•IngetahuanbudayaJ^ .

<r''.

ARTl BAHASA, PIKIRAN

DAN KEBUDAYAAN

DALAM HUBUNGAN SUMPAH PEMUDA 1928

r4'\ -

G *

H' f

#

f 5<

Pidato Sambutan

Sutan Takdir Alisjahbana

pada upacara Penyerahan gelar Doctor Honoris Causa pada tanggal 27 Oktober 1979 oleh

Unlversitas Indonesia

.f\r^

lan FIB U!

Universitas Indonesia Jakarta, 1979

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(2)

% hoA^ S^

I F^ULTAS iLMU PENQETAHUAN BUDAYA

UNiVERSITAS INDONESIA

Tanggal

Nomor :£dL9J£.?l?:E.

?VT

^e.

^^M£>

^ 63

Rahayu Sudiarti

Percetakan Negara IV/I. A Jakarta — Pusat

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(3)

PJERPUSTAlf • '

^AKVLTASSASTJ- '

Yang terhormat Tuan2 anggota Dewan Kurator, Tuan Rektor dan

para Guru Besar dan Dosen.

Puan Promotor.

Para Puan2 dan Tuan2 Pembesar Indonesia dan bukan Indonesia.

Puan2 dan Tuan2 mahasiswa.

Hadirin sekalian yang say a hormati.

Dalam sejarah kebangkitan bangsa Indonesia sebagai suatu kesa- tuan pada permulaan abad ke-20 ini makin lama makin nyata besamya arti Snmpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang tahun lalu kita peringati 50 tahun atau setengah abad usianya.

Dari ketiga keputusan yang dimmuskan oleh Sumpah Pemuda itu, yaitu bertanah air satu, berbangsa satu dan menjunjung bahasa yang satu, sekaliannya dinamakan Indonesia, pada hakekatnya

keputusan yang pertama dan kedua telah tercapai dengan terben-

tuknya negara Indonesia dengan penduduknya warga negara Indo nesia seperti dirumuskan dalam Undang2 Dasar 1945. Tentang keputusan yang ketiga, yaitu mengenai bahasa Indonesia, kita malahan telah maju selangkah lagi dengan rumusan Undang2

Dasar 1945 yang terus terang mengatakan, bahwa bahasa Indone sia adalah bahasa Negara Indonesia. Disini kelihatan kepada kita, bagaimana rumusan Sumpah Pemuda Kami Putera dan Puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia diubah menjadi rumusan yang lebih tegas dan tidak me-ragu2kan Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia, (Bab XV, pasal 36).

Pada kesempatan ini saya ingin berbicara tentang arti bahasa, pikiran dan kebudayaan dalam kehidupan sesuatu masyarakat atau bangsa agar dapat kita menyadari arti Sumpah Pemuda dan ."umusan Undang2 Dasar 1945 itu se-luas2nya dan se-dalam2nya dan dengan demikian sadar akan tugas yang besar dan luas y^g diletakkannya atas bahu kita sekalian. Untuk memahamkan hal mi tak boleh tidak kita harus merenungkan kembali, apakah seben^- nya arti bahasa dalam kehidupan manusia sebagai makhluk berbudi.

Dalam kehidupan se-hari2 sering dikatakan, bahwa budilah yang membedakan manusia daripada hewan. Sedangkan pada hewan peroses dan arah kelakuan hidupnya tersimpul ddam dnye atau doronganhidup dan inseting, pada manusia diatas drive dan inseting itu tumbuh suatu kesanggupan yang baru yang dinamakan budi

PERPUSTAKAAN

fakultas ilmu pengetahuan budaya w

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(4)

dan yang membuat manusia itu menjadi bukan saja lebih bebas terhadap drive dan insetingnya, tetapi juga lebih bebas terhadap alam sekltarnya, malahan membuatnya mendapat kemungkinan nntuk menganalisis, mengubah dan menguasai alam sekitamya.

Dengan kesanggupan budinya itulah manusia dapat menciptakan suatu lingkungan hidup yang bam yang nyata berbeda dari ling- kungan hidup makhluk2 yang lain dan yang dinamakan lingkungan hidup kebudayaan. Dalam bahasa Indonesia hal ini temcapkan

jelas sekali, jauh lebih jelas dari dalam bahasa mana sekalipun.

Oleh budinya manusia mengatasi alam dan hidup dalam budi-daya

atau kebudayaan, yang diciptakan oleh budi itu sendiri. Malahan

alampun menjadi suatu pengertian kebudayaan yang penting kedu- dukannya dalam keselumhan setruktur pengertian kebudayaan.

Dalam bahasa Inggeris boleh dikatakan tak ad a perhubungan antara mind dan culture. Dalam ilmu manusia dilingkungan Anglo- Sakson ditekankan, bahwa kebudayaan itu adalah hasil masyara- kat dan dengan demikian dalam bahasa Inggeris segala ilmu ten- tang kelakuan manusia sebagai makhluk yang berbudi dan bersifat kelakuan kebudayaan disebut social sciences atau ilmu2 masyara- kat, sedangkan semestinya cultural sciences atau ilmu2 kebudaya an. Sebab hewanpun mempunyai masyarakat dan hidup dalam

masyarakat; hanya manusia yang berbudi yang hidup dalam kebu dayaan. -Dalam bahasa Jerman perhubungan antara budi dan kebu dayaan lebih rapat, sehingga umum dihubungkan orang Geist dan Kultur, malahan Geisteswissenschaften dan Kulturwissenschaften

sebagai sinonim.

Dalam hubungan ini bahasa itu adalah penjelmaan budi manusia

yang paling jelas, temtama sekali berhubung dengan kesanggupan untuk berpikir yang diberikannya kepada manusia, sehingga se- sungguhnya sering dikemukakan orang pertanyaan, apakah yang tumbuh lebih dahulu dalam evolusi manusia: kecakapan manusia

berpikirkah atau kecakapan manusia berbahasa? Dalarri hubungan pembentukan istilah2 nyata, bahwa perhubungan itu bersifat

dialektik. Tiap2 kemajuan berpikir membentuk konsep yang baru menghendaki kata yang baru. Sementara itu tiap2 kata atau istilah yang bam memberi "pijakan" kepada pikiran untuk terns mencip

takan konsep bam yang menghendaki kata yang bam pula.

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(5)

Dari kehidupan budi yang amat kaya itu adalah kehidupan pi-

kiran bagian yang terpenting kedudukannya, oleh karena dengan pikirannya manusia itu dapat mengidentitas benda2 dan peristiwa2 di alam sekitamya dan dengan demikian mengetahui hukum2 dan tenaga2 dalam peroses alam. Dalam pengertian alam disirii terma- suk juga manusia sendiii. Dengan pengetahuannya itu dapatlah ia memakai kemungkinan2 alam, mengubah dan menguasai alam, malahan mengetahui kedudukannya di-tengah2 alam itu.

Kita tahu, bahwa pikiran dalam arti yang se-luas2nya se-mata2 berlaku dengan bahasa dan dalam bahasa, oleh karena tiap2 konsep yang terbentuk oleh pikiran itu dilambangkan oleh kata, sedang- kan susunan konsep2 yang merupakan buah pikiran selalu tersusun

dalam kalimat atau susunan kata yang berarti, yaitu yang mengan-

dung pikiran.

Apabila kita hendak mengetahui, apakah arti bahasa itu bagi

manusia hendaklah kita mengikuti perkembangan bahasa itu pada

kanak2. Jika seorang anak hampir mencapai usia dua tahun keli-

hatan kepada kita se-olah2 ia keranjingan akan kata2, yaitu nama2 benda dan peristiwa disekitamya. Bukan saja ia terus-menerus

bertanya nama2 benda dan peristiwa, tetapi sering juga kelihatan ia se-olah2 memperagakan nama2 benda yang telah diketahuinya

kepada orang lain. Kehausan anak itu akan kata2 bukan se-kali2 keranjingan mengafalkan kata2, tetapi adalah penjelmaan suatu peroses yang lebih dalam dan luas. Ia sedang menumbuhkan budi- nya dengan membentuk konsep2 dengan pancaindera dan akalnya dan dengan demikian lambat-laun mendapat otientasi yang objek- tif tentang sekitamya. Dengan kata yang lain, dengan menambah- kan kata2 yang mempakan nama2 benda dan peristiwa ia menam-

bah konsep2nya dan dengan menyusun konsep2 itu dalam kalimat

ia menumbuhkan pikirannya yang lambat-laun membawanya ke

pada pendirian yang objektif terhadap sekitamya yang melingkungi

juga dirinya.

Perkembangan pikiran ber-sama2 dengan bertambahnya jumlah kata2 seorang anak serta bertambahnya kecakapannya menyusun kalimat tentu akan jelas benar kelihatan, apabila kita mengikuti dengan teliti pertumbuhan bahasa pada seseorang anak, seperti dilakukan oleh suami-isteri Stem yang dilukiskan mereka dalam

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(6)

buku Die Kindersprache^^ yang amat terkenal itu.

Lebih menarik hati lagi adalah penyelidikan yang dilakukan oleh A. Nanninga Boon, seorang doktor perempuan Belanda yang melahirkan seorang anak laki2 yang tuli-bisu Dalam bukunya

Het denken van het ioofstomme kind^), yang menjadi disertasinya

mencapai gelar doctor, Ibu yang malang itu berexperimen dengan anaknya itu. Diusahakannya selangkah demi selangkah mengajar anaknya itu memakai bahasa dengan jalan mengajarkan kepadanya kata2 dan cara menyusun kata2 yang dipilihnya dengan teliti.

Dengan usahanya merangsang perkembangan pikiran anaknya itu dengan mengembangkan jumlah kata2 dan susunan kata2 yang diajarkannya dengan teratur, dapatlah ia mengikuti perhubungan antara perkembangan pikiran dengan bertambahnya kata serta kecakapannya menyusunnya.

Ten tang hal ini sangat pen ting pengalaman Helen Keller yang lahir bukan hanya buta, tetapi juga tuli-bisu, sehingga ia tak dapat berhubungan dengan manusia yang lain dengan perantaraan baha sa. Dalam riwayat hidupnya diceritakan, bagaimiana baginya terbu- ka dunia baru, ketika pada suatu hari ia tiba pada kesadaran, bah- wa segala sesuatu mempunyai nama yang dapat dituUskan dan bahwa dengan mengetahui nama2 untuk segala sesuatu itu manusia

dapat berhubungan dengan orang disekitamya.^)

Benda2 dan peristiwa2 yang kita hadapi terikat dalam keadaan- nya didalam ruang dan waktu, tetapi dengan kata2 yang melam- bangkan konsep2nya, terbebaslah sekaliannya dari waktu dan ruang, yaitu mendapat kedinamisan dalam pikiran maupun dalam perbuatan kita. Karena kedinamisan konsep2 yang berlambangkan kata2 itu dalam pikiran, tanggapan dan perbuatan manusialah, maka dengan perantaraan konsep2 yang ada padanya manusia dapat menciptakan konsep2 yang baru, yang pada hakekatnya tidak ada benda atau peristiwanya selain dari dalam pikiran atau tanggapan manusia. Dengan demikian manusia dengan pikiran dan tanggapannya dapat mengatasi dunia yang nyata dengan membuat

1) Clara und William Stem, Die Kindersprache, Leipzig, 1928.

2) Dr. A. Nanninga-Boon, Het Denken van het Doofstomme Kind, Groningen-Den

Haag-Batavia, 1934.

3) Helen Keller, The Story of My Life, New York 1963, hal. 2 /3-4.

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(7)

Konsep2 yang hanya hasU fantasinya, perkhayalannya. Dengan peroses ini juga kita mendapat pengertian2 atau konsep2 absetrak

yang hanya hasil dari ciptaan pikiran dan fantasi. Lambang kata yang kita berikan kepadanya se-olah2 memberi kenyataan kepa- danya. Demikianlah oleh bahasa budi manusia menjadi- sangat

kreatif.

Dalam hubungan ini amat penting penciptaan tulisan dan alat2 perekam yang dapat menyampaikan konsep2 dan pikiran2 yang tersimpul dalam bahasa dari suatu waktu dan suatu tempat ke

waktu dan tempat yang Iain.

Telah dikatakan, bahwa konsep yang teijelma dalam kata adalah

unsur dari pikiran yang tersusun dalam kalimat Bukan saja kata sebagai susunan bunyi atau fonem yang melambangkan konsep itu sangat ber-beda2 dalam ber-bagai2 bahasa, sehingga linguis2 sebagai Ferdinand de Saussure dapat berkata, bahwa perhubungan

antara konsep dan bunyi kata itu arbitrary, sembarangan, apa saja boleh, tetapi cara kata2 terbentuk dan tersusun dalam kalimat untuk mengucapkan pikiranpun berbeda dalam ber-bagai2 bahasa.

Perbedaan penjelmaan bahasa itu lebih nyata lagi, apabila kita bandingkan bunyi kata2 dan aturan kata2 itu terbentuk dan tersu

sun dalam ber-bagai2 bahasa yang masuk rumpim yang ber-beda2, seperti antara bahasa2 Indo-Eropa dan bahasa2 Austronesia.

Dengan derrikian dapatlah kita menyimpulkan, bahwa bahasa sebagai penjelmaan pikiran dengan memakai bentuk dan susunan bunyi yang teratur, adalah soal ilmu bahasa yang sesungguhnya.

Pada suatu pihak terdapat susunan bunyi yang untuk tiap2 bahasa berbeda bentuk dan aturan susunannya, pada pihak yang lain terdapat konsep2 pikiran yang umumnya bersifat universal, yaitu

umiunnya dapat diucapkan dalam segala bahasa.

Aliran Junggrammatiker dan linguistik setruktur yang menekan- kan dalam penyelidikannya pada hukum2 bentuk dan susunan

bunyi bahasa amat besar jasanya dalam memperbandingkan bentuk dan susunan bunyi bahasa2 Eropa dalam usaha melukiskan sejarah pertumbuhan bahasa2 Indo-Eropa dan menentukan sejauh mxmgkin bahasa purba yang menjadi induk dari segala bahasa2 Eropa itu. Demikian juga amat besar jasanya dalam penyelidikan bentuk dan perbandingan bahasa2 di Pasifik yang melingkupi

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(8)

penyelidikan bahasa2 di negeri kita, yang dilakukan oleh ah- li-ahli yang besar seperti Van der Tuuk, Kem, Adriani, Brands- tetter, Dempwolff, Uhlenbeck dan banyak lagi yang lain. Kita tahu pekeijaan ini dilanjutkan di zaman kita dibawah pimpinan

Teeuw di Leiden dan Indonesia.

Kelemahan daripada ilmu linguistik setruktur yang kurang mem- perhatikan isi bahasa, yaitu pikiran yang terkandung ddam bahasa dan menjadi hakekat bahasa, kelihatan dalam tatabahasa setruktur, juga di negeri kita. Pada umumnya tatabahasa setruktur itu amat luas membicarakan tentang bunyi atau fonem, tentang setruktur- nya maupun perubahannya dalam sesuatu bahasa. Tentang hal morfologi maupun sintaxis diusahakan merumuskan suatu aturan

formal; sekaliannya berputar sekitar perubahan bentuk dengan tidak menghiraukan arti yang tersembunyi dalam bentuk itu.

Sementara itu jelas bahwa terutama dalam sintaxis sebagai ilmu penyusunan dan penganalisisan kalimat sebagai penjelmaan kesa- tuan pikiran, tatabahasa baru itu sukar mencari jalan.

Pembicaraan saya dengan Prof. G. Gougenheim di Paris dalam tahun 1968 dan dengan Prof. E.M. Uhlenbeck di Leiden dalam tahun 1969 amat jelas menunjukkan kegagalan linguistik setruk

tur, dll. itu untuk menghasilkan tatabahasa yang dapat dipakai un- tuk mengajarkan bahasa. Ketika saya bertanya kepada Prof. Gou genheim untuk menunjukkan kepada saya sebuah tatabahasa Pe- rancis, ditulis berdasarkan linguistik moderen dan banyak dipakai

di sekolah di Perancis, ia menjawab, bahwa pengajaran bahasa Perancis di sekolah2 mempunyai tradisi yang lama dan amat sedi-

kit dipengaruhi aliran2 linguistik moderen. Prof. Uhlenbeck de ngan jujur mengakui, bahwa belumlah mungkin untuk menulis

tatabahasa Belanda yang memuaskan atas dasar linguistik moderen

seperti yang dianggapnya betul. Dan kenyataan yang sesungguh- nya ialah seperti dengan jelas dikatakan oleh T.N. Kutschera

dalam bukunya Sprachphilosophie yang dengan objektif mem-

bandingkan tatabahasa tradisi, tatabahasa logika dan tatabahasa generatif, bahwa tatabahasa tradisi itu trotz alter Kritik an ihr und

trotz Altemativansdtze immer noch den vorherrschenden Gram-

tnatiktyp darstellt und in deren Rahmen allein Usher auch die FiiUe des grammatischen Details zur Darstellung gekommen ist, so

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(9)

doss sich auch die anderen Grammatiken gegenwartig noch immer

wieder auf sie beziehen mussen atau dalam bahasa Indonesia- nya: meskipun banyak keritik yang ditujukan kepadanya dan meskipun banyak permulaan altematif dikemukakan masih tetap saja ia merupakan tipos tatabahasa yang berkuasa dan dalam rangka ini hingga sekarang satu2nya yang dapat mengembangkan tatabahasa sampai kepada bagian2nya yang keca2, sehingga tatabahasa2 yang lainpun sekarang masih tetap mesti menghubung-

kan dirl kepadanya. 5) . . . ^

Mujurlah, dalam waktu yang kemudian ini ada nampak suatu

perbaikan, terutama sejak Noam Chomsky tampil kemuka dengan

Cartesian Linguisticsnya dan dengan terus terang menghubungkan kembali Language and Mind, yaitu bahasa dan budi. Deng^

terus terang dikatakannya ia kembali kepada tatabahasa tradisi

yang bersifat filsafat.

Kelemahan tatabahasa moderen itu lebih jelas lagi di negeri kita

apabila kita pikirkan, bahwa yang kita perlukan untuk bahasa In

donesia sekarang adalah suatu tatabahasa normatif yang akan membantu kita dalam pembakuan atau penyetandaran bahasa negara kita, yang seperti dikatakan belum selesai, yang masih dalam pertumbuhan untuk menjadi bahasa moderen yang dewasa dan oleh karenanya menghendaki perancangan, pembinaan dan pembimbingan, bukan se-mata2 deskripsi, seperti dilakukan oleh

linguistik setruktur.

Dalam hubungan ini saya sangat berbeda paham dengan Samsuri

apabila ia dalam mengupat ketaksabaran saya melihat lambatnya bahasa Indonesia tumbuh menjadi bahasa moderen, berkata:

'Any qualification such as "simple', "easy", "democratic , and the like is actually irrelevant for language'^) atau dalam bahasa

4) F.V. Kutschera, Sprachphilosophie, Miinchen, 1975, hal. 207.

5) Berhubung dengan pembentukan tatabahasa bahasa Indonesia, lihat karangan saya: Writing a Normative Grammar for Indonesian dalam Language Sciences, February 1972, Bloomington, Indiana; i/mu linguistik kebudayaan dan Penyusun- an Tatabahasa Indonesia dalam S.T. Alisjahbana, Dari Perjuangan dan Pertumbuh an Bahasa Indonesia dan Malaysia sebagai Bahasa Moderen, Jakarta 1978.

6) Spectrum: Essays presented to Sutan Takdir Alisjahbana on his seventieth

birthday. Edited S. Udin, Dian Rakyat, Jakarta, 1978, hal. 313.

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(10)

Indonesia: 'Tiap2 kualifikasi sebagai "bersahaja", "mudah", "de- mokratik" dan yang seperti itu sebenamya tidak relevan untuk

bahasa'. Disini kelihatan benar, bahwa la adalah murid aliran

linguistik deskriptif, sedangkan saya dalam tingkat perkembangan bahasa Indonesia sekarang bersikap language p/ann/ng, malahan' language engineering, yaitu perancangan dan pembinaan bahasa.

Untuk merancang dan membina sesuatu bahasa kita mesti mempu- nyai pikiran tentang kualitas atau sifat2 bahasa yang hendak dica-

pai.

Dengan menerima, bahwa ihnu bahasa menghadapi peroses pi kiran manusia yang berlaku dalam budi manusia dan yang me- mungkinkan manusia mendapat pengalaman dan pengetahuan ten tang alam yang melingkxmgi dirinya, tak dapat tidak kita harus me- nyelidiki peroses bangkitnya pengalaman dan pengetahuan manusia berdasarkan peroses kreatif budi seperti diucapkan oleh filsuf2 se-

jak Plato dan Anstoteles dan kemudian oleh Immanuel Kant dalam

l^tzlony^ Kritik der reinen Vemunft,'^^ yaitu bahwa tiap2 penga laman itu teijadi berdasarkan dua faktor yang terdapat dalam bu di manusia dan yang masing2 mempunyai sifatnya, yang menentu- kan kenyataan yang menjadi pengalaman itu: faktor pertama ada lah pengamatan pancaindera dan faktor kedua adalah spontanitas

akal.

Dalam jiwa kita kedua faktor itu berhubungan rapat dan tak dapat dipisahkan dalam peroses menciptakan pengalaman dan pengetahuan manusia. Sumbangan pengamatan pancaindera itu

diselidiki dalam yang dinamakan oleh Kant transzendentale Asthe-

tik, eine Wissenschaft von alien Prinzipien der Sinnlichkeit, yaitu suatu ilmu segala dasar pengamatan pancaindera. Syarat2 formal daripada pengamatan pancaindera itu berbentuk ruang dan waktu yang ke-dua2nya bersifat a priori.

Ruang dan waktu adalah syarat2 untuk dapat melakukan suatu pengamatan dengan pancaindera, tetapi dengan ruang dan waktu kita belum mendapat pengalaman atau pengetahuan. Kesan2 yang

Imtnanuel Kant s. Kntik der reinen Vemunft, herausgegeben van Benno Erdman,

5. Auflage, Berlin 1900, hat 67 dst dan 90 dst

8

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(11)

diperoleh dengan pancaindera dalam bentuk ruang dan waktu mestilah disusun menjadi pengertian2 yang berintegrasi oleh akal.

Demikian disisi peroses penerimaan oleh pancaindera ada lagi sumbar yang lain daripada pengetahuan, yaitu spontanitas akal.

Ke-dua2nya, pancaindera dan akal, tak dapat dipisahkan, dan yang satu tak lebih penting dari yang lain. Seperti dikatakan oleh Kant, pengertian tanpa pengamatan boleh dikatakan kosong, tetapi

pengamatan tanpa pengertian adalah buta.

Sedangkan transzendantale Asthetik sebagai ilmu kepaiicain- deraan mempelajari peroses pengamatan, transzendentale Logik atau ilmu daripada aturan2 akal tugasnya adalah menyelidiki aturan2 akal. Perbedaan antara transzendentale Logik dengan lo- gika biasa ialah, bahwa ia bukan mengenai bentuk2 pikiran, tetapi mengenai kemungkinan2 isi pengalaman apabila ia menyelidiki sumbar, luas dan keobjektifan dari pengetahuan a priori. Hanya oleh tindakan spontanitas kesadaran kita, yang disebut Kant Synthesis sekalian kesan2 pancaindera yang aneka ragam itu dapat disatukan menjadi pengetahuan yang berarti, yang dapat kita

pahamkan.

Kesatuan2 sintesis itu karena sifat kemumian dan sifat a priori-

nya dinamakan pengertian akal atau kategori, yang terbagi dalam kategori kuantitas, kategori kualitas, kategori perhubungan yang

mengandung kausalitas dan kategori modalitas yang mengandung

keadaan, kemungkinan dan keharusan.

Dibandingkan dengan uraian kalimat yang dicapai oleh tataba- hasa generatif yang membentuk pohon bahasa dengan pengertian noun phrase dan verb phrase, yang masih tetap bersifat formal dengan tidak mengungkapkan isi pikiran dan syarat2nya d^am kalimat, nyatalah bagaimana kayanya dan tepatnya urai^ kalimat tatabahasa fllsafat yang dalam menganalisis pikiran manusia yang menjelma dalam kalimat, mem-beda2kan kategori2 ruang, waktu, kuantitas, kualitas, kausilitas, modalitas, dll. yang sekaliannya ter- jelma dalam satuan kata atau kelompok kata sebagai unsur2 kalimat yang mengucapkan suatu pikiran atau pertimbangan.

Dalam membicarakan perhubungan linguistik, dan terutama sintaxis dengan semahtik, analisis yang dibuat oleh Chomsky sesungguhnya dapat memperlihatkan kepada kita perhubungan

: t

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(12)

yang rumit dalam suatu kalimat antara base component, trans formational component, phonological component, semantik inter pretation dan phonetics, tetapi keterikatannya kepada linguistik setruktur menghalanginya sampai menembus kepada konsekuensi daripada pikiran filsafatnya, sehingga dapat melihat kalimat itu se-penuh2nya sebagai ucapan pikiran yang tunduk kepada hukum2

pembentukan pikiran berdasar kategori2 pikiran. Kategori2 pikir an dicampur aduknya dengan analisis phrase structure dengan pembagiannya dalam noun phrase dan verb phrase maupun de

ngan arti kata2 satu persatu, sehingga ia memerlukan suatu kae- dah baru yang dinamakannya selectional rules, yang menghen- daki pemikiran yang lain sekali pula.

Menurut pendapat saya kita tidak dapat mengelakkan dua jenis uraian kalimat, yaitu uraian kata dengan bentuknya satu persatu berhubung dengan arti dan/atau fungsinya dalam kalimat dan uraian kalimat sebagai penjelmaan keseluruhan pikiran dengan sekalian kategori2nya, yang member! tempat yang selayaknya kepada arti tiap2 kata dalam keseluruhan setruktur pikiran.

Apabila kita telah menerima, bahwa yang terpenting dalam bahasa itu adalah arti, yaitu pikiran, dan bunyi atau tulisan kata2 itu hanya sekadar melambangkan pikiran, maka dapatlah kita maju selangkah lagi untuk menentukan perhubungan antara pikir an dengan kebudayaan sebagai bagian kehidupan manusia yang

khusus membedakannya dari hewan.

Dalam Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia dengan jelas saya rumuskan perhubungan yang rapat antara kata2 yang melambang kan konsep2 itu dengan kebudayaan:

Perbendaharaan kata sesuatu bahasa ialah jumlah daripada kekayaan rohani dan jasmani bangsa yang empunya bahasa itu. Tiap2 yang terpikir, tiap2 yang terbuat, tiap2 yang dialami, malahan tiap2 yang ditangkap oleh pancaindera bangsa itu dengan sadar dan menjadi pengertian dalam kehi- dupannya, teijelma dalam kata, menjadi sebagian dari keka yaan perbendaharaan kata bangsa itu. Dan kata yang ber- puluh2 dan be-ratus2 ribu jumlahnya itu sekali lihat rupanya ter-pisah2 cerai-berai, tetapi pada hakekatnya merupakan suatu kesatuan sebagai penjelmaan yang nyata dari kesatuan

10

PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA U!

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(13)

kebudayaan bangsa yang empunya bahasa itu8).

Selain daripada kata2 sebagai penjelmaan konsep2 sesuatu kebu

dayaan, tak kurang pentingnya aturan pembentukan dan penyu- sunan kata dan kalimat dalam sesuatu bahasa untuk menentukan sifat atau cm2 pikiran dalam kebudayaan bahasa itu. Dengan demi- kian dapatlah kita berkata, bahwa tak adalah yang lebih jelas dan teliti mencerminkan kebudayaan sesuatu bangsa daripada bahasa- nya; malahan dilihat dari jurusan iiii dapat juga kita berkata, bahwa tiap2 bahasa itu sempuma menjelmakan kebudayaannya.

Demikianlah dapat kita berkata, bahwa manusia menghadapi alam sekitamya tidaklah langsung, tetapi dalam balutan konsep2 yang dilambangkan oleh kata2, dan yang dihubungkan dan disusun sesamanya menjadi kalimat yang menjelmakan pikiran dan pertim- bangan. Kekreatifan bahasa yang telah kita sebut dalam hubungan

pembentukan konsep2 menjadi amat luas dalam kehidupan selu-

ruh kebudayaan, sehingga dapat kita mengerti, kalau Wilhelm von Humboldt sampai kepada ucapan, bahwa bahasa itu bukan suatu ergon, suatu hasil perbuatan, tetapi suatu Energeia, suatu tenaga yang aktif dan dinamis. Ditempat yang lain ia berkata pula:

Bahasa itu selalu mesti dilihat dari jurusan keijanya dan pengaruh- nya yang hidup, apabila kita hendak mengaji hakekatnya yang

sesungguhnya. Dan hakekat dari keija dan pengaruh bahasa itu adalah mengubah dunia menjadi kepunyaan budi manusia. Berda- sarkan ini dapatlah Weisgerber berkata tentang der sprachlichen Gestaltung der Welt,^^ atau dalam bahasa Indonesianya pem

bentukan dimia dengan bahasa.

Dalam hubungan ini juga Weisgerber berbicara tentang bahasa sebagai suatu "Zwischenwelt", suatu dunia-antara, suatu sistem yang menjadi pengantara antara manusia dengan alam. Atau dengan kata yang lebih jelas lagi, kita selalu menghadapi alam di sekitar maupun di dalam diri kita sebagai suatu tafsiran yang teijelma dalam kata2 dan aturan2 pembentukan dan penyusunan kata yang kita pakai dan yang tak lain tak bukan melambangkan keseluruh-

an konsep2 dan pikiran kita.

8) S. Takdir Ali$jahbana, Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia, jilid II, cetakan ke-29

Jakarta 1978, hal. 90.

9) Leo Weisgerber, Der sprachlichen Gestaltung der Welt, Dllsseldorf, 1962, hal. 83

11

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(14)

Werner Heisenberg menarik kesimpulan yang se-jauh2nya dari konklusi ini, apabila ia berkata dalam bukunya Das Natur- bild der Heutigen Physik: Auch in der Naturwissenschaft ist also der Gegenstand der Forschung nicht mehr die Natur an sich, sondem die der menschlichen Fragestellung ausgesetzte Natur, und

insofem begegnet der Mensch auch hier wieder sich selbst,^^)

atau dalam bahasa Indonesianya, juga dalam ilmu alam objek penyelidikan itu bukanlah lagi alam an sich, tetapi alam yang dipertanyakan manusia, dan dengan demikian disinipun manusia bertemu pula dengan dirinya sendiri. Sebab dalam pertanyaan manusia itu konsep2 atau pengertian manusia yang merupakan unsur2 pikiran manusialah yang menentukan apa yang dinamakan keobjektifan ilmu. Mengertilah kita apabila Wilhelm von Hum- boldt dengan ringkas dan tepat menyimpulkan luasnya arti dan kepentingan bahasa: "Der Mensch denkt, fuhlt und lebt allein in

der Sprache", 11) manusia berpikir, merasa dan hidup hanya dalam

bahasa. Disini jelaslah bagi kita, bagaimana pengertian bahasa itu meluas menjadi seluruh kebudayaan manusia.

Dalam karangan saya Values as Integrating Forces in Personali

ty, Society and Cu/tMre,12) saya berusaha memberikan tipologi kebudayaan berdasarkan enam nilai yang terdapat dalam setiap kebudayaan, bagaimana sekalipun majunya atau bagaimana seka- lipun primitifnya, yaitu nilai teori atau ilmu pengetahuan, nilai ekonomi, nilai agama, nilai seni, nilai kuasa dan nilai solidaritas.

Perbedaan antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang

lain bukan disebabkan oleh karena kebudayaan2 itu mempunyai nilai2 yang ber-beda2, tetapi hanyalah berdasarkan perbedaan pola atau konfigurasi susunan keenam nilai itu pada tiap2 kebu dayaan. Ada kebudayaan yang amat kuat nilai ilmimya, sehingga

nilai2 yang lain itu tunduk kepada kenyataan, logika maupun

norma2 nilai ilmu itu. Kebudayaan yang demikian adalah kebuda yaan negara2 moderen seperti Jerman, Perancis, dll. Ada kebuda-

10) Wemer Heisenberg, Das Naturbild der Heutigen Physik, Hamburg, 1958, hal. 18.

11) Dikutip dari Otto Friedrich Bonnow, Sprache und Erzichung, Berlin 1966,

hal, 147.

12) S. Takdir Alisjahbana, Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture, 2nd edition, Kuala Lumpur 1974.

12

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(15)

yaan yang mempunyai nilai kekuasaan yang kuat seperti negara

tot^ter Rusia, Jerman Nazi, dll. Kebudayaan yang mempunyai

nilai agama yang kuat misalnya adalah kebudayaan Eropa dalam Abad Pertengahan. Dalam sejarah kebudayaan nampak kepada kita, bahwa pada tingkat perkembangan kebudayaan yang mula2

umat manusia dikuasai oleh nUai agama, seni dan solidaritas yang

amat kuat menjelmakan perasaan, intuisi dan imaginasi. Kebudaya- an-kebudayaan ini kita namakan kebudayaan expresif. Di zaman Renaissance oleh pengaruh kebudayaan Yunani, yang dilanjutkan antara lain oleh kebudayaan Islam, bangkit suatu tipos kebudayaan yang baru yang dikuasai oleh nilai Umu pengetahuan yang berasio dan nilai ekonomi yang efisien, Kombinasi antara nilai teori atau ilmu pengetahuan dengan ndai ekonomi itu menghasHkan teknolo- gi. Kebudayaan ini kita sebut kebudayaan progresif yang dengan melalui Zaman Pencerahan, perkembangan ihnu, ekonomi dan teknologi Abad ke-19, di zaman kita mencapai puncaknya dalam kebudayaan moderen yang disebut juga kebudayaan industri.

Dalam hubungan uraian tentang perhubungan antara bahasa dan kebudayaan ini jelaslah, bahwa tiap2 kebudayaan itu bukanlah hanya mempunyai pola atau konfigurasi nilai2, tetapi juga mem punyai susunan konsep2 dan buah pikiran yang sesuai dengan konfigurasi nilai2 kebudayaan itu. Dalam kebudayaan expresif yang dikuasai oleh nilai agama, nilai seni dan nilai solidaritas, konsep2 dan pikiran2 yang berhubung dengan agama, seni dan solidaritas umumnya lebih kaya dan tinggi mutunya dan sekahan- nya itu tentu teijelma dalam kekayaan kata2 dan kalimat.

Dalam karangan saya Sejarah Kebudayaan Indonesia dilmat aan jurusan nilai213) telah saya uraikan, bahwa ketika bangsa Indone

sia bertemu dan berkenalan dengan bangsa2 Eropa, yaitu bangsa

Portugis, bangsa Sepanyol, bangsa Belanda dan bangsa Inggens, kebudayaan kita telah melalui tiga lapis kebudayaan, yaitu

kebudayaan Indonesia asli, lapis kebudayaan India dan a^s

kebudayaan Islam. Oleh karena kebudayaan Islam yang datmg ke Indonesia bukanlah kebudayaan Islam yang dikuasai (lagi) o e

13) S, Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia dilihat dari

jurusan nilai2, Yayasan Idayu, Jakarta 1975.

13

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(16)

iliriu seperti di zaman gilang-gemilangnya kerajaan Abasiah di Bagdad atau kerajaan Umayah di Kordova, dapatlah kita berkata, bahwa kebudayaan Indonesia ketika itu bersifat expresif, yaitu dikuasai oleh perasaan, intuisi dan imaginasi. Sebaliknya bangsa- bangsa^ Eropa yang datang ke Indonesia itu telah melalui revolusi kebudayaan zaman Renaissance yang telah mulai melihat segala sesuatu dengan ketajaman rasio ilmu dan kegunaan dan keefisien- an ekonomi, yang telah mulai melahirkan teknologi yang memung- kinkan mereka mengadakan pelayaran yang jauh2 dan membuat senjata yang memungkinkan mereka menaklukkan bangsa2 yang lain. Kita tahu bahwa dalam pertempuran bangsa kita dengan bangsa2 Eropa itu kita mengalami kekalahan, sehingga bangsa kita menjadi jajahan mereka. Baru pada bagian kedua abad ke-19 bang sa kita mulai berxisaha belajar dan mengambil dari kebudayaan progresif bangsa Belanda seperti dengan jelas terbayang dalam kehausan Kartini akan ilmu pengetahuan dunia Barat. Kita lihat

bahwa Kartini menulis surat2nya dalam bahasa Belanda yang men- jelmakan kebudayaan progresif itu. Sekolah2 yang menjadi rebut-

an bangsa Indonesia pada permulaan abad ke-20 ini adalah sekolah2 yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Kita sekaliannya tahu, bahwa dalam sekolah2 Belanda yang didirikan oleh pemerintah jajahan Belanda dan yang menjelmakan

suasana kebudayaan moderen yang progresif, lahir pergerakan kebangkitan bangsa Indonesia yang didukung oleh murid2 bang

sa Indonesia sekolah2 itu, seperti Trikoro Darmo, Budi Utomo,

Jong Java, Jong Sumatera, Jong Minahasa dll.

Kita sekaliannya tahu juga, bahwa pada suatu ketika pemerintah Belanda ber-sama2 dengan golongan2 yang berkuasa dalam dunia

ekonomi di negeri kita, kuatir melihat kehausan bangsa Indonesia

akan bahasa Belanda yang membuka pintu bagi kemajuan ilmu, ekonomi dan bersama itu teknologi yang diajarkan di sekolah2 yang didirikan mereka. Mereka takut, bahwa pada suatu ketika

akan terlepaslah dari tangan mereka kekuasaan dan kekayaan

yang -dinikmati mereka dalam masyarakat Indonesia ketika itu,

apabila banyak orang Indonesia menguasai bahasa Belanda dan ber-sama2 dengan itu ahli tentang ilmu, ekonomi dan teknologi

moderen.

14

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(17)

Demikianlah timbul aliran yang kuat untuk membatasi kemimg- kinan bangsa Indonesia belajar pada sekolah2 yang memakai bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.

Kejadian ini menimbulkan suatu kerisis yang besar di kalangan bangsa Indonesia yang hingga waktu itu berorientasi kepada baha

sa Belanda.

Mujurlah ketika itu pula mulai berkembang kesadaran kebang- saan dalam masyarakat yang per-lahan2 menuntut kesatuan bangsa Indonesia agar dapat ber-sama2 menentang kekuasaan pemerintah jajahan Belanda. Pikiran bam untuk beijuang bagi kesatuan bangsa Indonesia temtama tumbuh amat kuat dikalangan pemuda yang paling progresif yang belajar di sekolah Belanda. Mereka bertam- bah lama bertambah yakin, bahwa dengan memakai bahasa Belan da kaum terpelajar dan pemimpin2 Indonesia akan terpisah dari rakyat Indonesia yang banyak. Demikianlah Sumpah Pemuda yang berlaku pada tgl. 28 Oktober 1928 adalah keputusan yang tersadar dan terpenting dalam sejarah peijuangan kemerdekaan bangsa Indonesia untuk kesatuan kepulauan dan bangsa Indonesia, mau- pun tentang keinginan bersama untuk mendirikan suatu lingkung-

an kebudayaan bam yang berpusatkan bahasa bam, bahasa Indo

nesia. Dengan mmusan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa terciptalah kerangka yang selanjutnya akan menjadi tujuan per- juangan bangsa Indonesia di-tengah2 dunia moderen.

Tentang hal perkembangan bahasa Indonesia kelihatan kepada kita usaha pemoderenan itu amat cepatnya melangkah dengan penerbitan majalah Pujangga Baru lima tahun sesudah Sumpah

Pemuda. Lima tahun sesudah Pujangga Bam diadakan Kongres

Bahasa Indonesia yang pertama. Lima tahun kemudian lagi diba- wah pendudukan Jepang mulailah pembinaan bahasa Indonesia yang teratur dengan terbentuknya Komisi Bahasa Indonesia yang disertai oleh pemimpin Pergerakan Kebangsaan Indonesia yang terkemuka seperti Sukarno dan Hatta. Kita tahu kelanjutannya sampai sekarang dengan Lembaga Bahasa Universitas Indonesia dan kemudian lagi dengan Pusat Pembinaan Bahasa yang ada seka

rang.

Apabila kita pikirkan, bahwa sejak waktu itu boleh dikatakan setengah juta konsep dalam kata2 bam atau kata2 lama yang dikhu-

15

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(18)

suskan artinya, ditambahkan kepada perbendaharaan konsep dan kata bahasaMelayu yang mimgkin tak melebihi 20.000 jumlahnya, maka akan nyatalah kepada kita betapa besamya perubahan yang telah berlaku dalam peroses pertumbuhan dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia yang moderen sekarang. Apabila kita ingatkan pula bahwa tiap2 kata itu melambangkan pengertian atau konsep kebudayaan yang bam, akan sadar pula kita berapa besamya pem- bahan kebudayaan yang sedang berlaku di negeri kita, meskipun hams kita akui, bahwa banyak dari konsep2 kebudayaan itu, kare- na keterbelakangan pendidikan dan penerbitan di negeri kita sampai sekarang masih belum menjadi darah dan daging dari kebu

dayaan bangsa kita yang sesungguHnya.

Sekalian ini tidak berarti, bahwa kebudayaan tradisi kita yang expresif dan yang bersifat kesukuan dan kedaerahan, tidak bergu- na dan tidak berarti sama sekali dalam pembentukan kebudayaan bangsa Indonesia yang sedang tumbuh. Dalam kerisis kebudayaan

industri di negeri2 yang termaju kentara sekali bertambah lama

bertambah berkurang unsur perasaan, intuisi dan imaginasi karena terdesak oleh berkuasanya kerasioan, kegunaan dan efisiensi yang kering. Tak boleh tidak kebudayaan industri yang berasio, berda-

sarkan perhitungan matematik dan ber-cita2kan kemakmuran ma-

teri dan yang memberikan kepada manusia kekuasaan yang tiada berhingga atas alam maupun atas dirinya, kearah yang baik maupun kearah yang jelek, menghendaki suatu spiritual super structure, suatu landasan dan pedoman kerohanian yang dalam

dan luas dan yang memberikan kemantapan, tanggung jawab dan kesolideran kepada umat manusia. Dalam hubungan ini dapat diharapkan akan banyak sumbangan rohani yang dapat diberikan oleh kebudayaan tradisi dalam bentuk setmktur perasaan, intuisi

dan imaginasi keagamaan, kesenian dan kesolideran untuk men-

capai keseimbangan yang bam antara rasio dan perasaan, intuisi dan akal, kenyataan dan imaginasi dalam suatu kebudayaan Indonesia dan umat manusia yang bam. Tetapi disini perlu di- ingatkan dengan sungguh2, sebab sering dilupakan orang: Kebuda yaan tradisi atau unsur2nya, yang hendak serta dalam kebudayaan moderen, hams menyesuaikan diri akan kerasioan, kedinamisan dan keluasan kebudayaan ilmu dan industri moderen yang ber-

16

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(19)

tambah nyata meliputi selurah dunia.

Jelas, bahwa pekeijaan kita masih jauh dari selesai. Masih tin^i gunung yang mesti didaki. Dalam keterbelakangan bangsa kita yang menghadapi pekeijaan yang ber-tumpuk2, tak boleh tidak

kita masih hams bekeija keras dan belajar keras dalam suatu

susunan pikiran yang jelas dan nyata, untuk dapat mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan rakyat kita dewasa ini.

Telah kita lihat, bahwa bertanah air satu, berbangsa satu dan berbahasa satu yang dimmuskan oleh Sumpah Femuda dan Undang2 Dasar amat rapat hubungannya dengan bangkitnya suatu cara berpikir yang bam dalam hubungan bangkitnya kebudayaan kesatuan selumh Indonesia yang bam di-tengah2 dunia yang amat cepat bembah dan saling bergantimg. Sedangkan di masa yang lampau pendidikan tak lain artinya dari pada usaha menemskan dan mempertahankan nilai2 kebudayaan lama yang tak lapuk oleh hujan dan tak lekang oleh panas, dalam zaman moderen yang di- namakan pendidikan adalah usaha untuk menyiapkan angkatan baru untuk menciptakan masyarakat dan kebudayaan yang akan menjamin kehidupan yang lebih baik bagi selumh anggota masya

rakat di masa yang akan datang.

r)alam hubungan ini tak dapatlah kita mengelakkan untuk merenungkan kembali dengan sungguh2 akan makna pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia bagi perkembangan bangsa kita sebagai keseluruhan. Hal ini temtama amat penting oleh karena dengan Kurikulum 1975, yang menentukan, bahwa bahasa Indone sia diajarkan delapan jam seminggu dari kelas satu sampai kelas eham di segala Sekolah Dasar di selumh Indonesia, Pemerintah kita lebih2 lagi menekankan, bahwa bahasa Indonesia adalah baha sa Negara Indonesia satuinya dan dengan demikian menjadi mata pelajaran yang terpenting dalam Sekolah Dasar selama enam tahim

lamanya.

Disini saya tak usah membicarakan usaha pembinaan bahasa dan alat2 pelajaran bahasa yang masih banyak hams diperbaiki untuk menjadikan bahasa Indonesia bahasa kebudayaan moderen yang setara dengan bahasa Inggeris, bahasa Jepang, Perancis dll. Tetapi saya ingin mengingatkan, bahwa pekeijaan pembinaan bahasa

Indonesia yang kita lakukan hingga sekarang adalah suatu expe-

17

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(20)

rimen pembentukan bahasa, experimen pembentukan pikiran dan kebudayaan yang besar. Dengan Sumpah Pemuda dan Undang2 Dasar kita, experimen itu dilihat dari jurusan politik adalah expe rimen yang paling berhasil dalam abad kedua puluh ini. Tugas kita adalah untuk membuat experimen itu berhasil pula, dilihat dari jurusan linguistik, perkembangan pikiran dan kebudayaan dalam abad kedua puluh ini dan selanjutnya. Dalam hubungan inUah say a hendak mengingatkan akan ucapan yang telah ber-kali2 say a kemukakan: Apabila kita lebih berasio, lebDi berdisiplin dan lebih berancangan membina bahasa Indonesia, ada kemungkinan bahasa Indonesia akan menjadi bahasa moderen yang paling teratur dan efisien di-tengah2 bahasa2 moderen yang lain. Sesungguhnya bangsa Indonesia dewasa ini mendapat kesempatan yang luar biasa

baiknya untuk memegang pimpinan menumbuhkan suatu cabang linguistik yang baru, yaitu ilmu perancangan atau pembinaan b^asa, language planning atau language engeneering, yang sangat diperlukan zaman sekarang, ketika seluruh kebudayaan manusia dari kehidupan ekonomi dan politik sampai kepada pendidikan dan kehidupan kekeluargaan hams dirancang kembali, karena pembahan yang amat besamya dalam. kehidupan di bumi kita berkat pembahan yang ditimbulkan oleh kemajuan manusia sendiri.

Dan berhubung dengan inilah saya memmuskan suatu aturan efisiensi untuk ilmu pembinaan bahasa; Kalau membuat aturan buatlah tidak berkecuali. Kalau perlu juga berkecuali buatlah jumlah kecuali itu sedikit mungkin. Dan kalau mungkin kecuali

itupun hendaknya beraturan.

Dalam perhubungan yang amat rapat antara bahasa, pikiran dan kebudayaan, yang telah ber-ulang2 saya kemukakan, hendaklah

diinsafkan benar2, bahwa tiap2 pelajaran bahasa itu bukanlah pertama sekali pelajaran kata dan bunyi, dengan awalan dan

akhirannya maupun dengan susunan kalimatnya. Pelajaran ba hasa Indonesia itu hanya sesungguhnya berarti, apabila pada ha- kekatnya ia mempakan pengembangan kecakapan berpikir dengan memakai bahasa Indonesia, yang menjadi dasar keselumhan pikiran dan kebudayaan kesatuan Indonesia yang sudah beberapa puluh

tahun mulai tumbuh dan dewasa ini mengalami pertumbuhan yang amat cepatnya, dalam hubungan dialektik dan saling pengamh de-

18

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(21)

ngan kebudayaan moderen dan kebudayaan2 tradisi di dunia, yang melingkupi kebudayaan tradisi Indonesia sendiri. Dengan bahasa- nya bukan saja manusia Indonesia serta dengan penuh dengan kehidupan kebudayaan bangsanya dan umat manusia, tetapi ia sendiripun tumbuh menjadi manusia yang se-utuh2nya sebagai

pribadi, sebagai anggota masyarakat maupun sebagai pendukung dan pencipta kebudayaan. Tak ber-lebih2an kita dalam hubungan

yang rapat antara bahasa, pikiran dan kebudayaan berkata, bahwa pendidikan bahasa itu bukan hanya sarana yang terpenting untuk perkembangan pikiran, tetapi mesti juga membantu tiap2 orang mencapai kemanusiaannya yang se-tinggi2nya sebagai makhluk yang berbudi, yang kreatif dan tahu akan tugasnya dalam masyara kat dan kebudayaan maupim dalam alam yang luas.

Kita tahu bahwa dalam kebudayaan kita yang lama ada kecen- derungan dan kegemaran untuk ber-main2 dengan bahasa. Bahasa sering dipakai bukan untuk mengucapkan kebenaran, tetapi seka- dar sebagai tatacara, malahan sering untuk mengelakkan dan kadang2 imtuk menyembunyikan kebenaran. Terutama dalam waktu kejatuhan kebudayaan bangsa kita sering bahasa dalam lingkungan kefeodalan dan malahan dalam kehidupan kebudayaan kerohanian menjadi apa yang dikatakan oleh Robert K. Merton

ritualisma, 14) yaitu orang mengucapkan kata2nya, tetapi tak yakin

lagi akan nilai yang terkandung didalamnya.

Didalam pembinaan sesuatu bahasa yang baru sebagai dasar suatu kebudayaan moderen yang baru bagi bangsa kita tentulah

kita terus-menerus dan dengan waspada harus menjaga kerapatan

antara kata2 yang diucapkan dengan pikiran yang dirumuskan dan"

perbuatan yang dUakukan berdasarkan ucapan dan pikiran itu, se- hingga antara pembicara dengan kemauannya, pikirannya dan per-

buatannya tumbuh suatu perhubungan etik tanggung jawab yang kukuh. Kata yang diucapkannya itu adalah ucapan daripada pikir an, tanggung jawab dan dedikasi yang tulus tiap2 orang sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat yang berintegrasi dalam nilai2 budi dan kebudayaannya. Binatang dipegang pada

14) Robert K. Merton, "Social Structure and Anomies", in Social Theory and

Social Structure, Glencoe, Illinois, 1949, hal. 125-149.

19

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(22)

talinya, manusia pada katanya. Pepat^ ilUa ini dengan tepat dan

ringkas mengucapkan kebulatan etik manusia dalam bahasanya

sebagai makhluk yang berbudi dan hidup dalam kebudayaan.

Tibalah saya kepada akhir bagian ilmiah dari pidato saya daii

tinggallah bagian yang tak kurang pentingnya, yaitu mengucapkan

penghargaan dan terima kasih saya kepada Tuan Rektor, Puan2 dan Tuan2 anggota Senat Universitas Indonesia dan tentulah tak

kurang kepada Puan Prof. Dr. Haryati Soebadio, yang menjadi Promotor pemberian gelar Doctor Honoris Causa ini. Penghargaan dan terima kasih saya itu lebih tinggi lagi, oleh karena saya tahu, bahwa saya dalam pikiran, tulisan maupun ucapan tentang bahasa, sastera dan kebudayaan dalam arti j^ang luas, adalah seorang yang controversial, yang dalam setengah abad yang akhir ini terlibat da lam ber-macam^ polemikyang agak tajam, yang mungkin menying- gung keyakinan, pikiran maupun perasaan rekan2 sepeijuangan.

Apabila hal itu ada teijadi, pada kesempatan ini saya meminta maaf se-tulus2nya. Terimalah dari saya, bahwa dalam perbedaan paham dan pertikaian selama ini tak pemah ada keinginan untuk menyakitkgn hati siapa sekalipun, meskipun saya akui, bahwa dalam kegembiraan untuk mempeijuangkan kemajuan tanah air kita bersama, kata2 kita mungkin menjadi ber-api2 dan kadang2 tajam. Sebab sesungguhnya masih amat banyaknya yang hams

dipeijuangkan dan dikeijakan di negeri kita yang kita cintai ini, yang dalam banyak hal masih sangat terkebelakang di tengah2 du-

nia yang amat jauh majunya dan telah menjadi kecil. Yang kita

perlukan sekarang adalah keijasama dalam hubungan suatu idealis-

ma yang fnemberikan kegembiraan dan ketekunan dalam pekeija- an yang berat dan banyak yang kita hadapi. Marilah kita ber-sama2 menciptakan suasana dan semangat itu.

Bahwa saya tidak menentang yang lama, hanya karena lamanya atau hanya karena kegirangan menyerang, pada hari ini saya hen- dak menutup pidato ini dengan mengucapkan terima kasih saya

yang amat besar itu dengan mengutip sebuah nan tun;

Pisang emas dibawa berlayar Matang sebiji dalam peti Hutang emas dapat dibayai

Hutang budi dibawa matt.

20

1

PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA l*

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(23)

RIWAYAT HIDUP DAN DAFTAR KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

PERPUSTAKAAN

FAKUtTAi ILMU FENGETAHUAN BUDAYA Ui Rahayu Sudiarti

Percetakan Negara IV/1 A Jakarta — Pusat

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(24)

RIWAYAT HTOUP DAN DAFTAR KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

I Nama : Alisjahbana SutanTakdir

(suku) (nama kecd)

II Tempat lahir : Natal, Sumatera, Indonesia III Tanggal lahir : 11 Februari 1908

IV Jabatan : /Rektor Universitas Nasional, Jakarta

Peminpin Balai Seni Toyabungkah, Jakarta

Ketua International Association for Art and the Future.

5 September 1953

dengan (nama Isteri) : Dr. Maigret Axer VI Anak2 (nama menurut urutan iimur) :

V Menikah pada

1. Samiati 2. Iskandar 3. Sofjan

4. Mirta 5. Sri Artaria

dari perkawinan pertama dalam tahun

1929 dengan Raden Ajeng Rohani Daha, meninggal di Jakarta pada tahun 1935.

dari perkawinan kedua dalam tahim 1941 dengan Raden Roro Sugiarti, yang meninggal di Los Angeles, Amerika dalam

tahun 1952.

dari perkawinan ketiga dalam tahim

1953 dengan Dr. Margret Axer di Bonn (Jerman Barat).

6. Tamalia 7. Marita 8. Marga 9. Mario

VII Pendidikan terperinci (tanggal, gelar, ijazah dll.):

1. 1915—21 Hollandsch Inlandsche School, Bengkulu.

KweekschOol, Bukit Tinggi, Lahat, Muara

Enim.

Hogere Kweekschool, Bandung Hoofdacte Cursus, Jakarta

[ kedua lembaga ini adalah perguruan

Pendidikan Guru. 1

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta (Saijana Hukum).

2. 1921-25

3. 1925-28 4. 1931-33

5. 1937-42

PERPUSTAKAAN

FAKULTAS M-MU PENGETAHUAN BUDAYA Ul

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(25)

6. 1940-42

VIII Pekeijaan pada 1. 1928-29 2. 1930-42

3. 1942-45

1942-45 4. 1945-50

1946.

5. 1946-48

6. 1950-58

7. 1952-54

8. 1954-55

9. 1956-58

1956-58

10. 1958-59

11. 1963-68

Fakultas Sastera: mengikuti kuliah2 Dmu Bahasa Umum, Filsafat dan kebudayaan Asia Timur, Jakarta.

Pemerintah dan Swasta:

Guru Sekolah Dasar di Palembang, Sumatera Redaktur KepalapadaBalai Pustaka, bagian Panji Pustaka dan Buku.

Anggota dan penulis ahU Komisi Bahasa

Indonesia.

Pemimpin kantor Bahasa Indonesia.

Ketua Komisi Bahasa.

Pendiri dan ketua Perkumpulan Yayasan Memajukan Umu dan Kebudayaan.

Direktur dan guru S.M.A. Yayasan Me majukan Dmu dan Kebudayaan.

Dosen pada Universitas Indonesia (darurat) untuk bahasa Indonesia, sastera dan sejarah kebudayaan, Jakarta.

Wakil Presiden dan guru besar untuk bahasa Indonesia, kesusasteraan dan filsafat ke budayaan pada UniversitasNasional, Jakarta.

Guru besar luar biasa untuk bahasa Indo

nesia pada Akademi Luar Negeri, Jak^a.

Dosen ceramah (kursus) Pengetahuan TJm- um (Tingkat C melalui radio), dalam mata pelajaran Etika. Dari 31 ceramah ini timbul buku: Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture.

Guru besar untuk Tatabahasa Indonesia

pada Perguruan Tinggi Pendidikan Guru di Batusangkar (Universitas Andalas);

Guru besar untuk Sejarah Kebudayaan dan Filsafet pada Akademi Jumalistik, Jakarta.

Melakukan pekeijaan penelitian dalam soal2 Nilai di Eropa, diantaranya menjadi tamu pada Universitas Bonn dan Cologne.

Guru besar dan kepala dari Department

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(26)

of Malay Studies (pengajian Melayu), Uni versity of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

12.1968— Rektor Universitas Nasiopal, Jakarta.

IX Himpiman2 ahU (dengan jabatan yang diduduki):

1. Sejak 1951 Anggota Societe de linguistique, Paris.

2. 1954—1959 Anggota Committee of Directors of the International Federation of Philosophical Societies, Brussel.

3. Sejak 1956 Anggota korespondensi dari International Commission for the Scientific and Cultural Development of Mankind (Unesco).

4. 1963—68 Presiden dari Malaysian Society of Orien talists, Kuala Lumpur.

5. Sejak 1968 Anggota dari Board of Directors of the

Council fot the Study of Mankind, U.S.A.

6. Sejak 1970 Pendiri dan Ketua Himpunan Filsafat Indo

nesia (Mengoiganisasi Konferensi Filsafat Pertama: Mencari Perumusan Soal2 Etrk dalam Zaman Pembangunan, Jakarta, 13—

16 Januaii 1972).

7. 1971- Anggota Dewan Pertimbangan Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Ke-

budayaan (29 Mai 1972, terima Piagam

Penghargaan dari Badan Pengembangan Pen

didikan Departemen Pendidikan dan Ke- budayaan Republik Indonesia atas jasa2nya dalam membantu tugas2 Peroyek Penilaian Nasional Pendidikan).

8. 1971— Anggota Lembaga Perguruan Tinggi Swasta

dalam lingkungan Departemen PergvCruan

Tinggi dan Dmu Pengetahuan.

9. 1972—75 Anggota Team Kompendium Hukum Indo

nesia.

10. Sejak 1974 Anggota World Future Studies Federation,

Roma;

11. Sejak 1974 Anggota Dewan Curator Jaya Ancol Ocean-

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(27)

arium, Jakarta.

12: Sejak 1975 Anggota Badan Pimpinan Badan Koordinasi Kegiatan Perguruan Tinggi se—Jakarta.

X Keanggotaan2 lainnya (dengan jabatan yang diduduki);

1. 1945—49 Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) untuk Partai Sosialis Indonesia.

2. 1950—60 Anggota Dewan Perwaldlan Sementara Ko- tapraja Jakarta Raya(merangkap ketua sek- si P.P. dan K. dian Agama).

3. 1957—60 Anggota Majelis Konstituante Indonesia untuk Partai Sosialis Indonesia Sumatera Selatan.

4. 1957— Ketua Pengurus Perwaldlan Revolusioner

Garuda Sumatera Selatan di Jakarta.

5. 1957 Ketua Dewan Adat Seluruh Sumatera, Padang.

6. 1957— Presiden dari Indonesian PEN—Club.

7. ? Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

8. 1970 Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia.

9. 1978— Ketua International Association for Art

and the Future.

XI Kehormatan, hadiah;

1. 1959—61 Fellow Center for Advanced Study in the

Behavioural Sciences, Stanford, California, U.S.A. (Disini diselesaikan buku Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture).

2. 1961—62 Senior Scholar East—West Center, Uni

versity of Hawaii, Honolulu, Hawaii, U.S.A.

3. 17 Agustus 1970 pada peringatan 25 tahun Kemerdeka-

an Indonesia di anugerahi Tanda Kehormat an Satyalencana Kebudayaan sebagai peng- hargaan atas jasa2nya yang besar terhadap Negara dan Bangsa Indonesia, khususnya di bidang kebudayaan.

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(28)

4. 1970— Anggota dan Ketua Akademi Jakarta (Ta- man Ismail Marzuki).

5. 1976— Anggota Kehormatan Konmklijk Instituut voor Taal", Land- en Volkenkunde, Leiden, Negeri Belanda.

XII Daftar riwayat hidup yang lain:

1. 1924—25 Pendiri dan Ketna Jong Sumatranen Bond cabang Muara Enim.

2. 1925—28 Sekretaris dan Wakil Ketua Jong Sumatra nen Bond cabang Bandung.

3. 1928—29 Salah seorangpenerbitdanredakturmajalah mingguan Semangat Muda di Palembang.

4. 1930—37 Redaktur Kepala Panji Pustaka.

5. 1933—55 Penerbit dan Redaktur Pujangga Baru (un- tuk bahasa, kesusasteraan dan kebudayaan, Jakarta; pada waktu yang sama sebagai

"freelance journalist" untuk Pewarta Deli, Medan dan Suara Umum, Surabaya.

6. 1938 Pencetus pikiran mengadakan Kongres Ba hasa Indonesia Pertama di Solo.

7. Akhir 1944 ditangkap oleh pemerintah pendudukan Jepang karena menulis suatu rancangan untuk mencapai Indonesia merdeka yang

berdasarkan demokrasi.

8. 1945—46 Penerbit dan pemimpin majalah Pembang- unan (majalah dua kali seminggu untuk kemerdekaan dan demokrasi).

9. 1948—58 Pemimpin dan penerbit majalah Pembina Bahasa Indonesia dan menerbitkan dan

ikut memimpin majalah Ilmu, Teknik dan Hidup.

10. 1946—58 (Sesudah proklamasi kemerdekaan 1945) Pendiri dan Ketua Pertama Perkumpulan (sekarang: Yayasan) Memajukan Ilmu dan Kebudayaan,yang mengadakan ber-macam2

kursus bersifat Akademik, S.M.A. dari ke-

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(29)

mudian Universitas Nasional. Sekarang ia sebagai Wakil Ketua Yayasan tersebut dan Rektor Universitas Nasional.

11. 1955—60 Penerbit dan pemimpin majalah Konfron-

tasi (untuk kesusasteraan dan kebudayaan).

12. 1965 Pengambil inisiatif dan pemimpin Kon- ferensi "The Cultural Problems of Malaysia

in the context of Southeast Asia" ''22—25

Oktober 1965 di Kuala Lumpur; sebagai ketua Malaysian Society of Orientalists).

13. 1967 Pengambil inisiatif dan pemimpin Kon-

ferensi Pertama bahasa2 Asia tentang The Modernization of the Languages in Asia (29 September-1 Oktober 1967 di Kuala Lumpur; sebagai ketua Malaysian Society

of Orientalists).

14. 1970—72 Ketua Gerakan Pembina Bahasa Indonesia.

15. 1972 Pengambil inisiatif dan pemimpin Kon-

ferensi Filsafat Indonesia yang pertama tentang Mencari Perumusan soal2 Etik dalam Zaman Pembangunan, Jakarta, 13-16

Januari 1972.

16. 1973 Pendiri dan Direktur Balai Seni Toya-

bungkah, Bali. (Pada bulan Februari 1977 mengadakan seminar Seni Bali di Balai Seni Toyabungkah).

17. 1974 Pembantu Internationales Jahrbuch fur In- terdisziplinare Forschung,DeGruyter, 1974

Berlin.

18. 1978 Pengambil inisiatif pada konferensi pertama

imtuk seni dan masa yang akan datang,

Jakarta 8-15 Juli 1978.

19. 1979 Ketua International Association for Art and the Future.

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(30)

XIII BUKU DAN KARANGAN YANG LAIN.

l.Dalam bahasaIndonesia

a. Novel: 1. Tak Putus dirundung malang, 1929 2. Dian Yang tak Kunjung Padam, 1932 3. Lay^ Terkembang, 1937

4. Anak Perawan di Sarang Penyamun, 1941 5. Grotta Azzurra, 1970 (3 Jdid)

6. Kalah dan Menang, 1978 b. Kumpulan puisi:

1. Tebaran Mega, 1955

2. Lagu Pemacu Ombak, 1979

3. Perempuan di Persimpangan Zaman (di- tarikan di Balai Seni Toyabungkah, akan terbit).

c. Kumpulan dan Komentar sastera:

1. Puisi Lama (kiunpulan dan komentar ten tang puisi Indo nesia Kelasik, 1946).

2. Puisi Bam (kumpulan dan komentar tentang puisi Indo- moderen, 1946).

3. Kebangkitan Puisi Bam Indonesia (kumpulan karangan tentang puisi, 1969).

4. Peijuangan Tanggimg Jawab dalam Kesusasteraan Indo nesia (kumpulan karangan tentang kesusasteraan, Pustaka Jaya, 1977).

5. Amir Hamzah Penyair Besar Antara Dua Zaman.

d. Karya2 dalam lapangan bahasa:

1. Kamus Istilah I dan II, 1945.

2. Tatabahasa Bam Bahasa Indonesia I dan II (edisi I 1948, edisi ke-42, 1978).

3. Dari Peijuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia (kum pulan karangan tentang bahasa Indonesia, cetakan ke-2,

1978).

4. Pelangi I, II, III, IV (kumpulan perosa dan puisi Indonesia

moderen).

5. Dari Peijuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia Sebagai Bahasa Moderen (kumpulan karangan tentang bahasa Indonesia dari tahim 1957-1978).

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(31)

e. Karya2 dalam lapangan ftlsafat:

1. Pembimbing ke Filsafat, cetakan ke-5, 1977).

2. Kerisis Akhlak Pemuda Indonesia (Balai Pustaka, 1956).

3. Uraian2 dalam ApakahBacaanCabul (Balai Pustaka, 1957).

4. Uraian2 dalam Polemik Kebpdayaan (dikumpulkan oleh Achdiat K. Mihaija, Pustaka Jaya).

5. Tentang Kebudayaan dan Sejarah Kebudayaan Indonesia (Sen dari karangan tentang soal2 sejarah dan kebudayaan

Indonesia, Pujangga Baru, 1952).

6. Perkembangan Sejarah Kebudayaan dilihat dari Jurusan Nilai2 (Idayu, 1975).

f. Karangan2 dan esai2 lain:

1. Museum sebagai alat pendidikan zaman moderen (1954).

2. Saran untuk penerbitan buku pelajaran sekolah dasar dan

sekolah lanjutan (1975).

3. Pidato Ketua Akademi Jakarta pada pemberian Hadiah Seni Akademi Jakarta kepada Rendra (1975).

4. Peranan Balai Pustaka dalam Perkembangan Kesusasteraan dan Kebudayaan (1976).

5. Pemeliharaan dan perlindungan pada tingkat kebudayaan dewasa ini (pidato rektor Universitas Nasional pada

pelepasan burung di Taman Monas 1976).

6. Sumbangan Islam kepada kebudayaan dunia di masa yang

lampau dan di masa yang akan datang (kertas keija untuk

Seminar Islam dan Kebudayaan Melayu, 1976).

7. Penghayatan Nilai2 Agama dalam Masyarakat Pancasila di

Indonesia (kertas keija untuk diskusi panel, 1976).

8. Seni dan masa depan dan tugas yang dapat dilakukan oleh seni Bali (kertas keija untuk Seminar Seni Bali, 1977).

9. Balai Seni Toyabungkah, llFebruari 1977.

10. Hukum dan Peroses Modemisasi Nasional di Indonesia (kertas keija untuk diskusi ilmiah, 1977).

11. Tujuan dan Sejarah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Indonesia (Untuk dimuat dalam "Sejarah dan Perkem

bangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa",

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta).

8

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(32)

12. Pembinaan Dunia Kepustakaan di Indonesia (Kertas untuk Seminar Kepustakaan Agama, 24-28 Juli 1978, Jakarta).

13. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Manusia dan Kebudayaan Modefen (Kertas untuk Kongres Bahasa Indonesia III, 29 Oktober — 3 November 1978, Jakarta).

14. Kata Anda, Tuan, Puan dan Demokrasi. (Menyambut Karangan tuan Ajip Rosidi, Kompas 1 Maret 1979).

Dimuat tgl. 22 Maret 1979.

XTV

II. Dalam bahasal moderen:

а. Buku2:

1. Indonesia in the modem world (Congress for Cultural Freedom, New Delhi, 1960).

2. Indonesia: Social and Cultural Revolution (Oxford Uni

versity Press, Kuala Lumpur, 1st ed, 1966, 2nd ed. 1969).

3. The Indonesian Language and Literature (Yale University, Soutli-east Asian Studies, New Haven, 1962).

4. The Failme of Modem Linguistics in the face of Linguistic problems of the twentieth century (University of Malaya, Kuala Lumpur, 1965).

5. Values as Integrating Forces in Personality, Society and Culture (University of Malay a Press, Kuala Lumpur, 1st ed.

1966, 2nd ed. 1974).

б. The Cultural Forces in Asia and Intemational Understand

ing (Co-editbrship with Prof, Eliezer, University of Malaya-

Oxford University Press, Kuala Lumpur, 1965).

7. The Cultural Problems of Malaysia .in the Context of

South-east Asia (Co-editorship with Prof. Taninayagam

and Prof. Wang Gungwu, Zaman Bam, Petaling Jaya,

Malaysia, 1967).

8. The Modernization of Languages in Asia (Editorship,

Zaman Bam, Petaling Jaya, Malaysia, 1970).

9. Language Planning for Modemization, The case of Indo nesian and Malaysian (Mouton, The Hague, Paris, 1976).

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979I'.

(33)

b. Karangan2 utama dan esai2 tentang kebudayaan dan

linguistik :

1. De Botsing van Oost en West (Het Indisch Weekblad, suatu sen artikel tentang kerisis kebudayaan di Indonesia,

1941).

2. The Indonesian Language, By-product of Nationalism (Pacific Affairs, 1949).

3. Tensions in Indonesian Life and Culture (Confluence, Harvard University, 1952).

4. Developing a National Language in Indonesia (The Use of Vernacular no. 8, 1953/1958, UNESCO, Paris).

5. Le Developpement de la Langue et Litterature Indonesienne (The Development of the Indonesian Language and Literature, Cahiers d'Histoire Mondiale, Unesco, Paris,

Vol. II, no. 3, 1955, pp. 602-703).

6. Traditional and Modem Values in Asian Culture (Con

fluence, Harvard University, 1955).

7. My Impression and Opinion about Japan I, II (Asahi Shimbun, 20 Agustus, 1957).

3. Freiheit und Wert (Kertas keija untuk XII International Congress for Philosophy, Venice, published in the Pro ceedings of the Xllth Congress of Philosophy, Venice,

1958).

9. Democratic theory in the light of Twentieth Century Social and Cultural Problems (Ceramah dalam seri kuliah McDonnel tentang Demokrasi pada pertengahan abad, Washington University, Saint Louis, May, 1960).

10. Language Engineering Molds Indonesian Language (The

Linguistic Reporter, Wahington, June, 1961).

11. The Place of Values in the Behavioral Sciences (Lecture

for the Anthropological Association of Hawaii, University ofHawau, U.S.A. 1962).

12. The Place of Values in the Understanding of Culture, comparison of traditional Indian and American life.

13. Scholarly publishing in Indonesia (Transpacific Scholarly

Publishing, University of Hawaii, East-West Centre Press, Honolulu, 1963).

10

PERPUSTAKAAN

FAKULTASILMU PENGETAHUAN BUDAYA Ul Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(34)

14. Tradition and Modernity in Asian Culture; The Two Cul tures of C.P. Snow and the Asian Writers (both in Comment, Manila, 1964).

15. Interdisciplinary Approach to the Problem of Social Change (written for the International Seminar at India International Centre, New Delhi).

16. The Use of the Modem Malay Language (Hemisphere, 1964).

17. The Relations between the Advanced and the Developing Nations and the Pursuit of World Peace (Yomiuri Shimbun, Tokyo, Nov.. 1964 — Conference for Promotion of World Peace).

18. The Malays (artikel untuk World Book Encyclopaedia).

19. Customary Law and Modernization (paper for Customary Law Conference in Singapore, 1964).

20. Confluence and Conflict of Culture in Malaysia in World Perspective (Cultural Conference of the Malaysian Society of Orientalist, 22 — 25 October, 1965).

21. Acculturation and Modemization in Malaysia and the Arising World Culture (Cultural conference of the Malay sian Society of Orientalists, 22 — 25 October 1965).

22. Der Modeme Mensch und seine Religion (in Menschliche Existenz und modeme Welt, edited by Prof. Fichard

Schwarz, published by Walter de Gmyter & Co., Berlin,

1967).

23. A New Concept of Mankind and the Arising World

Society and Culture (kertas keija untuk Conference on Education for Mankind, Chicago University, 1968).

24. The Task of Education in the Light of the Crisis of Modem Society and Culture (Inaugural Speech as Rector Universitas Nasional, 1968).

25. Sukamo's Indonesia; A Few years in a long history.

Quadrant, October, 1969).

26. The Promotion of Understanding among People (Occa

sional Paper no. 1, published by the Bridge, A Centre for

the Advancement of Intercultural Studies, Chicago, No vember, 1969).

11

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

(35)

27. The Unity of Malay Culture (for the South East Asian Regional Conference on the Study of Malay Culture,

Puncakpass, 1971).

28. The Indonesian and Malaysian Language (in Ciurent Trends in linguistics. Vol. 8 part I, 1971).

29. Some Planning Processes in the Development of the Indo nesian-Malay Language (in: Can Language be Planned?

Edited by Joan Rubin and Jom H. Jemudd, The University

Press of Hawaii, 1971).

30. Feeling and Belief Versus Thought and Knowledge; ima gination as the creative Factor (1971).

31. Modem Secular Man and the Problem of the Unity of Mankind (Paper for International Seminar on Human Unity on the occassion of the Sri Aurobindo Birth Cente nary, New Delhi, 1972, Sri Aurobindo, 1975).

32. Writing a normative grammar for Indonesian (Language

Sciences, Bloomington; Indiana, no. 19, Feb. 1972).

33. The Futvue of Philosophy (Paper for the XVth World Congress of Philosophy, Problematica VIII, 1973).

34. The Problems of Modernization and Economic Planning in

Indonesia in the Context of the Great CHiltural Transfor mation of our Time (May, 1973).

35. The Place of Art in the psychological, social and cultural

Reconstraction of the Future (Rome Special Conference on Futures Research, 1973).

36. Humanism and Culture (1974).

37. The Concept of Language Standardization and Its Impli cation to the Indonesian Languages (in Manila, Philippines,

December 16 — 22, 1974),

38. Myths and Ideologies as Realizations of Value Systems (unpublished).

39. Concept for a conference on the Great Traditional

Cultures and the Modem World.

40. Social and Economic Factors which Influence Equal

Opportunities (unpublished).

41. The Indonesian Cultural Mosaic in the Great Cultural Crisis of our Time; Reflections on Cultures and their

12

Arti Bahasa, Pikiran..., Sutan Takdir Alisjahbana, UI, 1979

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya menurut Redding : ”iklim komunikai organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DI MAHKAMAH SYARIAH BENTONG TENTANG KETIDAKADILAN PELAKU POLIGAMI.. Plaintif dalam tindakan ini adalah isteri Defendan yang sah yang beralamat di No 165

Grafik hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor char cenderung bertambah sesuai dengan penambahan prosentase kehilangan massa.. Hal ini disebabkan karena

Terbukanya peluang bagi semua warga negara untuk mendaftarkan diri sebagai calon kandidat yang akan diusung oleh JOINT menggambarkan inklusifitas JOINT dalam

pada beberapa material magnetik, B dapat berukuran lebih besar sebagai hasil dari magnetisasi sebelumnya yang tidak memiliki hubungan dengan nilai H yang sekarang..

Parfum Laundry Tana Tidung Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Chemical Untuk Laundry Satuan/Kiloan

Oleh karena itu, penulis memandang perlu membahas lebih jauh mengenai penerapan retribusi pelayanan parkir di Alun-alun Purwokerto menurut hukum Islam berdasarkan

Pada penelitian ini yang dibicarakan adalah operator kompak dari suatu ruang Hilbert separabel ke ruang Hilbert separabel yang lain.. Barisan terbatas pada ruang