• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO DI KELAS X IPA 8 SMA NEGERI 1 KUTA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO DI KELAS X IPA 8 SMA NEGERI 1 KUTA UTARA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS PIDATO DI KELAS X IPA 8 SMA NEGERI 1 KUTA UTARA

Made Rospita Pradnya Dewi1, I Made Sutama2, I Wayan Wendra3

123Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

e-mail: {rospitapradnyadewi72@gmail.com1, imadesutamaubd@gmail.com2, wayanwendra@yahoo.com3} @undiksha.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negari 1 Kuta Utara, (2) mendeskripsikan hasil penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara dan siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta. Objek penelitian ini adalah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara dilakukan dengan tiga tahap kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan dibagi menjadi lima tahapan, yaitu guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, menyanyikan lagu Indonesia Raya, guru mengecek kehadiran siswa, guru melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti ini, guru menerapkan 5M (mengamati, menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan). Pada kegiatan penutup guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari, guru dan siswa menyimpulkan materi pelajaran. (2) Kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran menulis pidato yang dibantu dengan menggunaan media audio visual sangat tinggi. siswa mampu memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan pihak sekolah, yaitu 85.

Kata Kunci : penggunaan media audio visual, menulis pidato

Abstract

This research aimed at (1) describing the use of audio visual media in speech writing learning in class X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara, (2) describing the result of the use of audio visual media in speech writing learning in class X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara. This research used the descriptive qualitative-quantitative research design. The subject of this study were Indonesian language teacher who taught in class X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara and the students in class X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara.

The object of this study was the use of audio visual media in speech writing learning.

The data in this research was gathered by using observation and documentation method. The result of this study showed that (1) the use of audio visual media in speech writing learning in class X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara done within three steps of learning process which were introduction, core activity, and closing activity.

The introduction activity was divided into five steps, they were teacher began the learning by greeting the students, sang the Indonesia Raya song, teacher checked the

(2)

students’ attendance, teacher did the apperception, and told students the purpose of the learning. In this core activity, the teacher applied 5M (mengamati – observing, menanya – questioning, mengeksplorasi – exploring, mengasosiasi – associating, and mengkomunikasikan – communicating). The closing activity, teacher asked the difficulty that faced by students in understanding the material that had learnt, teacher and students concluded the material of learning. (2) Students ability to attend speech- assisted lessons by using audio-visual media is very high. Students could reach the KKM (KriteriaKetuntasan Minimum – The Criteria of Minimum Completeness) that has been determined by the school parties, that was 85.

Key words: the use of audio visual media, speech writing

PENDAHULUAN

Bahasa memegang peran penting dalam kegiatan berkomunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai alat berkomunikasi, bahasa memungkinkan setiap orang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya serta memungkinkan untuk mempelajari kebiasaan, adat-istiadat, kebudayaan, dan latar belakangnya masing-masing (Keraf, 2004: 6).

Aktivitas berbahasa merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Wendra (2014: 2) mengatakan bahwa aktivitas berbahasa merupakan aktivitas penyampaian pesan atau ide kepada orang lain. Di dalam aktivitas berbahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut merupakan satu-kesatuan yang utuh. Seluruh keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan dan saling mendukung dalam penyelenggaraan proses belajar-mengajar di kelas.

Pengalaman dan masukan yang diperoleh dari menyimak, berbicara, dan membaca akan memberikan kontribusi berharga dalam kegiatan menulis, begitu pula sebaliknya, apapun yang diperoleh dari menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga aspek kemampuan berbahasa lainnya.

Keterampilan menulis merupakan bentuk keterampilan yang memiliki tingkatan paling tinggi di antara aktivitas berbahasa lainnya. Dikatakan menulis memiliki tingkatan paling tinggi karena

dalam menulis, seseorang harus mampu mengungkapkan gagasan, maksud, ide, pesan, ataupun pikiran yang dimilikinya kepada orang lain.

Menulis merupakan kegiatan yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari- hari. Morsey (dalam Tarigan, 1997: 4) menyatakan bahwa menulis merupakan serangkaian kegiatan yang digunakan orang-orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan memengaruhi.

Tidak jauh berbeda dengan Morsey, Gie (2002: 76) mengemukakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang untuk mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis sehingga dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Pendapat lain mengenai menulis juga diungkapkan oleh Semi (1990: 10) yang menyatakan bahwa menulis merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bahasa tulis.

Menulis disebut sebagai kegiatan perekaman karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan, maksud, ide, pesan, ataupun pikiran yang dimilikinya kepada orang lain.

Dari ketiga pendapat ahli tersebut, dapat ditarik satu simpulan mengenai pengertian menulis. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, memberitahukan, mengungkapkan gagasan, maksud, ide, pesan ataupun pikirannya melalui bahasa tulis secara teratur sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Pada dasarnya, kegiatan menulis sangat diperlukan dan memiliki peran yang sangat penting. Menulis dikatakan penting karena menulis merupakan suatu proses berpikir yang

(3)

teratur. Hal itulah yang mengimplikasikan bahwa kegiatan menulis membutuhkan pemikiran yang cukup luas. Sebagai suatu proses, menulis mencakup kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topik yang akan dibahas sampai dengan penulisan konsep akhir. Pendapat tersebut didukung oleh Akhadiah, (1998: 29) yang menyatakan bahwa proses tersebut mencakup beberapa tahap, yaitu tahap persiapan atau tahap prapenulisan, penulisan, dan revisi sehingga tulisan yang dihasilkan mudah dipahami oleh pembaca. Orang yang tidak mampu menulis akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh berbagai posisi dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh berbagai pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari menuntut seseorang mampu menulis. Pernyataan ini dikuatkan pula oleh Akhadiah (1998: 63) yang menyatakan bahwa lewat tulisan, seseorang dapat mengenali potensi diri, memperluas cakrawala, mendorong seseorang belajar aktif, dan membiasakan seseorang berpikir dan berbahasa secara tertib. Salah satu wujud keterampilan menulis adalah menulis naskah pidato.

Naskah pidato merupakan salah satu bentuk seni tulis yang kemudian disampaikan dihadapan umum oleh seorang orator. Menulis pidato pada hakikatnya adalah menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan. Pilihan kosakata, kalimat, dan paragraf dalam menulis sebuah pidato sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kegiatan menulis naskah lainnya. Dalam kurikulum 2013 menulis naskah pidato merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis naskah pidato diberikan kepada siswa dengan tujuan agar siswa mampu memproduksi naskah pidato yang koheren sesuai dengan karakteristik naskah pidato.

Menurut Hadinegoro (2006: 30) terdapat tiga prinsip komposisi naskah pidato. Pertama, prinsip kesatuan. Prinsip kesatuan mensyaratkan tuturan sebagai satu kesatuan yang utuh, dari segi isi, tujuan ataupun sifatnya. Kesatuan dalam isi mencerminkan adanya gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian.

Kedua, prinsip koherensi. Prinsip koherensi mensyaratkan agar bagian- bagian tuturan mencerminkan adanya jalinan yang runtut dan logis. Ketiga, prinsip penekanan. Prinsip penekanan mensyaratkan adanya bagian tuturan yang perlu diberi penekanan yang lebih daripada bagian-bagian yang lainnya.

Pelajaran menulis sudah diterapkan dalam pelajaran bahasa Indonesia dan diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dalam Kurikulum 2013 untuk siswa SMA yang sedang berlaku saat ini, siswa dituntut untuk mampu memproduksi sebuah teks eksposisi berupa naskah pidato. Akan tetapi, masih banyak siswa belum mencapai standar yang diharapkan. Sesuai dengan hasil observasi awal yang peneliti lakukan, terdapat beberapa faktor penyebab siswa belum mencapai standar yang diharapkan. Faktor-faktor tersebut yaitu, (1) siswa masih belum mampu menggungkapkan dan menemukan ide, tema atau topik yang akan ditulis, (2) siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran menulis pidato, dan (3) guru kurang berperan aktif dalam proses belajar-mengajar.

Untuk mencapai standar yang diharapkan, media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar. Di samping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran.

Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan variatif. Dengan demikian pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media audio visual. Menurut Mulyatiningsih (2012: 190) media audio visual adalah media yang menampilkan gambar dan teks secara bersama-sama. Media audio visual juga memiliki kelebihan. Indriana (2011: 92) menyatakan bahwa media audio visual memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut.

Pertama, memberikan pesan yang dapat

(4)

diterima secara lebih merata oleh siswa.

Kedua, sangat baik untuk menerangkan suatu proses. Ketiga, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu. Keempat, dapat diulang-ulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan. Kelima, memberikan kesan mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Keenam, memberikan hiburan tersendiri bagi peserta didik, sehingga peserta didik tidak bosan mengikuti sesi pembelajaran.

Guru bahasa Indonesai di SMA Negeri 1 Kuta Utara yaitu Drs. Nyoman Murda, M.Si memilih menggunakan media pembelajaran untuk mengajar siswa dalam menulis naskah pidato. Media pembelajaran digunakan oleh guru sebagai sarana untuk menjembati proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat belajar dengan maksimal. Media pembelajaran yang dipilih oleh guru adalah media audio visual. Media audio visual yang digunakan oleh guru berupa video dokumenter. Guru memilih menggunakan video dokumenter karena video dokumenter dibuat berdasarkan kejadian yang sebenarnya, nyata, realitas, dan tidak imajinatif sehingga sesuai dengan prinsip pembuatan naskah pidato yaitu menggunakan keadaan atau kejadian di lingkungan sekitar.

Selain itu, media video dokumenter juga berhubungan dengan Kompetensi Dasar (KD) yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran dan berhubungan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh siswa. Pertama, hubungan media video dokumenter dengan KD, KD yang digunakan yaitu Kompetensi Dasar 4.5. pada Kurikulum 2013 yang berbunyi “Mengabstraksi teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan”. Dengan tiga indikator yaitu (1) menentukan konversi teks eksposisi, (2) menyusun kerangka karangan konversi teks eksposisi, dan (3) mengubah kerangka menjadi teks yang utuh sesuai dengan struktur dan kaidah teks eksposisi. Dengan menerapkan media video dokumenter dalam menulis pidato, guru hendak menerapkan indikator kedua dan ketiga.

Kedua, hubungan video dokumenter dengan masalah yang sedang dihadapi siswa dalam menulis naskah pidato adalah

dari penayangan video dokumenter maka siswa akan mendapatkan informasi baru diluar pengetahuan awal yang sudah dimiliki sehingga siswa dapat dengan mudah menggungkapkan dan menemukan ide atau topik yang akan ditulis.

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Penggunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Menulis Pidato Di Kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara. Penelitian ini dilakukan guna mendeskripsikan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis naskah pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara. Dari sembilan kelas jurusan IPA yang ada di SMA Negeri 1 Kuta Utara, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di kelas X IPA 8 karena nilai pada pelajaran menulis pidato di kelas tersebut lebih baik dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini yaitu penggunaan media audio visual dan hasil menggunakan media audio visual di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara.

Adapun penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh peneliti lain, yaitu Pertama, penelitian yang berjudul

“Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Keterampilan Menulis Cerpen di SMPN 19 Padang” oleh Subur Maroha dari Universitas Negeri Malang pada tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tiga hal. (1) Mengetahui keterampilan menulis cerpen siswa dengan menggunakan media audio visual.

(2) Mengetahui keterampilan menulis cerpen tanpa menggunakan media audio visual. (3) Mengetahui perbandingan keterampilan menulis cerpen siswa dengan menggunakan media audio visual dan tanpa menggunakan media audio visual.

Kedua, penelitian sejenis yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audio visual Pada siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang” oleh Retno Wulan Anggraeny dari Universitas Negeri Semarang pada tahun 2010.

Penelitian ini menggunakan desain

(5)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media audio visual dan untuk mengetahui perubahan prilaku siswa setelah mengikuti pelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif-imajinatif melalui media audio visual.

Ketiga, penelitian sejenis yang berjudul “Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Drama Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seririt” oleh I Wayan Sukarta dari Universitas Pendidikan Ganesha pada tahun 2012. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif- kuantitatif. Penelitian ini memiliki tiga buah tujuan yaitu untuk mengetahui langkah- langkah model pembelajaran drama dengan media audio visual, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan media audio visual, dan untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami siswa dan guru dalam pembelajaran apresiasi drama dengan menggunakan media audio visual.

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) bagaimana kah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara? (2) bagaimanakah hasil penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di SMA Negeri 1 Kuta Utara?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif-kuantitatif.

Penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan penggunaan dan hasil penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di SMA Negeri 1 Kuta Utara. Subjek penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia dan siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara, sedangkan objek penelitian ini adalah penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode observasi,

dan metode dokumentasi. Dalam penelitian ini, metode observasi nonpartisipatif adalah metode yang digunakan oleh peneliti karena peneliti ingin melihat penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidatoro tanpa adanya campur tangan dari peneliti. Instrumen yang digunakan dalam metode observasi adalah lembar observasi. Pada saat pelaksanaan observasi, hasil observasi dicatat dalam lembar observasi. Data yang sudah dicatat akan dianalisis untuk mengetahui penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato.

Metode dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di SMA Negeri 1 Kuta Utara. Hasil yang didapatkan dalam metode dokumentasi berupa foto penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif. Prosedur pengolahan data dilakukan dengan empat langkah, meliputi (a) identifikasi data, (b) klasifikasi data, (c) penyajian data, dan (d) penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia yaitu bapak Drs. Nyoman Murda, M.Si dilakukan dalam satu kali pertemuan selama tiga kali 45 menit.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, video dokumenter yang digunakan guru dalam pembelajaran menulis pidato berjudul “Potret Kondisi Indonesia”. Dalam video ini, salah satu lagu wajib “Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail Marzuki digunakan sebagai musik pengiring dari awal hingga akhir video.

Video dokumenter yang dipilih oleh guru mengisahkan keadaan Indonesia mulai dari sumber daya alam yang ada, perekonomian Indonesia, keadaan sosial masyarakat Indonesia, dan pendidikan di Indonesia. Sumber daya alam yang

(6)

ditampilkan dalam video tersebut sangat beragam, mulai dari luas Negara Indonesia dengan 17.000 pulau, pesisir pantai yang luasnya mencapai 81.000 Km, laut yang sangat luas dengan isi yang sangat melimpah, baja terbaik di dunia, kandungan emas terbesar didunia, hutan Indonesia yang luasnya 138 juta hektar yang dihuni oleh 447 macam hewan dan 400 jenis kayu termahal didunia, dan bahan textile tertinggi mutunya juga ditayangkan dalam video tersebut.

Pembelajaran dengan menggunakan media audio visual video dokumenter

“Potret Kehidupan Indonesia”

dilaksanakan melalui tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup.

Dalam kegiatan pendahuluan ada beberapa hal yang dilakukan guru yaitu, guru dan siswa mengucapkan panganjali umat, menyanyikan lagu Indonesia Raya, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Adapun tujuan pembelajaran yaitu Siswa diharapkan untuk mampu menyusun kerangka dari naskah pidato dan mampu mengubah kerangka naskah pidato menjadi sebuah naskah pidato yang utuh.

Dalam kegiatan inti pembelajaran menulis pidato menggunakan audio visual di kelas X IPA8, terdiri atas lima kegiatan.

Kelima kegiatan tersebut yaitu, mengamati, menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Berikut pemaparan kelima kegiatan tersebut. Pertama, mengamati. Pada kegiatan mengamati guru menugaskan siswa untuk membaca dan mengamati materi tentang menulis pidato yang terdapat di dalam buku paket siswa.

Setelah kegiatan mengamati selesai, kegiatan yang kedua adalah menanya.

Pada kegiatan menanya, guru menginstruksikan siswa untuk mencermati struktur dari naskah pidato (siswa mempertanyakan tentang struktur dari naskah pidato). Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan ketiga, yaitu mengeksplorasi (menalar). Pada kegiatan mengekslorasi, guru menugaskan siswa untuk mencermati sebuah video yang akan ditanyangkan. Sebelum video

ditayangkan, guru membagikan lembar kerja siswa. Setelah siswa mendapatkan lembar kerja, guru menayangkan sebuah video dokumenter. Video dokumenter yang ditangkan oleh guru berjudul “Potret Kondisi Indonesia”.

Kegiatan yang keempat, yaitu mengasosiasikan. Pada kegiatan ini, guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah naskah pidato yang berkaitan dengan video dokumenter yang telah ditanyangkan. Siswa membuat naskah pidato berdasarkan struktur dari teks pidato dan langkah-langkah menyusun naskah pidato. Struktur teks pidato terdiri atas tiga bagian, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Selanjutnya, langkah- langkah yang dilakukan siswa dalam menyusun teks pidato yaitu, (1) siswa menentukan tema dari pidato yang dibuat, (2) siswa menentukan maksud atau tujuan dari pidato yang dibuat, (3) siswa mengumpulkan bahan, (4) siswa membuat kerangkan pidato, (5) siswa menyusun naskah pidato. Berikut ditampilkan foto saat siswa membuat naskah pidato.

Kegiatan yang kelima, yaitu mengomunikasikan. Pada kegiatan ini guru menunjuk siswa untuk maju dan membacakan naskah pidato yang sudah dikerjakan. Hal tersebut dilakukan agar siswa lain dapat membandingkan hasil kerjanya dengan hasil yang dibacakan.

Pada kegiatan penutup, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari.

Hal tersebut dilakukan oleh guru untuk mengetahui kesulitan siswa. Pertanyaan yang digunakan guru untuk menanyakan kesulitan siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari adalah “Bagaimana anak-anak, apakah dalam menulis naskah pidato kalian mengalami kesulitan?”

Setelah guru menanyakan kesulitan siswa, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari. Selanjutnya guru memgumpulakan lembar kerja siswa untuk dinilai dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Hasil pembelajaran siswa yang dievaluasi oleh guru pengajar memberikan gambaran sejauh mana kemampuan

(7)

siswa dalam menulis pidato dengan menggunakan media audio visual. Dari 38 orang siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara, delapan orang siswa yang atau 21,0% yang mendapatkan nilai 86, Sembilan orang siswa atau 23,6% yang mendapatkan nilai 87, enam orang siswa atau 15,7% yang mendapatkan nilai 88, lima orang siswa atau 13,1% yang mendapatkan nilai 89, enam orang siswa atau 15,7% yang mendapatkan nilai 90, dua orang siswa atau 5,2% yang mendapatkan nilai 92, satu orang siswa atau 2,6% yang mendapatkan nilai 93, dan satu orang siswa atau 2,6% yang mendapatkan nilai 94. Nilai yang diperoleh siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara sudah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minumum) yaitu 85. Dalam daftar nilai tersebut, nilai terkecil yang diperoleh siswa yaitu 86 dan nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 94. Rata-rata nilai siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara dalam pembelajaran menulis pidato dengan menggunakan media audio visual ini yaitu 88 yang merupakan kategori nilai baik.

Pembahasan

Langkah-langkah pembelajaran menulis pidato dengan menggunakan media audio visual dirancang oleh guru menjadi tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan terdiri atas mengucapkan salam panganjali umat, menyanyikan lagu Indonesia raya, mengecek kehadiran siswa, menyampaikan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

Selanjutnya, kegiatan inti pembelajaran menulis pidato menggunakan audio visual di kelas X IPA 8, yaitu mengamati, menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Kegiatan yang terakhir yaitu kegiatan penutup. Kegiatan penutup terdiri atas guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari, guru memgumpulkan lembar kerja siswa untuk dinilai dan menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

Dalam penggunaan media pembelajaran hal pertama yang harus diketahui oleh guru adalah permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam mengikuti pelajaran. Beranjak dari hal tersebut, guru akan memilih media yang cocok digunakan untuk memecahkan permasalahan peserta didik. Selain untuk mengatasi permasalahan peserta didik, guru juga harus mampu memilih media yang baik dan mampu menarik perhatian peserta didik. Dilihat dari penggunaan media pembelajaran yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara, guru memilih menggunakan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato. Media audio visual yang dipilih oleh guru berupa video dokumenter. Alasan guru menggunakan media video dokumenter, yaitu untuk mempermudah peserta didik dalam menemukan tema ataupun topik yang akan digunakan dalam menulis pidato.

Jika dikaitkan permasalahan yang dihadapi peserta didik dengan video dokumenter, video dokumenter sangatlah cocok untuk digunakan. Melalui video dokumenter peserta didik dapat melihat tayangan secara langsung dan dapat dengan mudah menemukan tema ataupun topik. Sesuai dengan hasil penelitian, dalam penggunaan media audio visual guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kuta Utara sudah melakukan pengulangan dalam pemutaran video untuk mempertajam pemahaman peserta didik.

Berbeda dengan data yang diperoleh Sukarta (2012). Saat meneliti

“Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Drama Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seririt”.

Perbedaan dapat dilihat dari dua hal . Pertama, langkah-langkah pembelajaran drama disusun menjadi tiga kali pertemuan. Kedua, dalam kegiatan inti digunakan tiga buah kegiatan, yaitu eksplanasi, eksplorasi, dan konfirmasi.

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil bahwa pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara hanya dilakuakn satu kali pertemuan dengan tiga kali 45 menit. Dalam kegiatan

(8)

inti juga disusun menjadi lima buah kegiatan yaitu mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Perbedaan tersebut terjadi dikarenakan kurikulum yang digunakan berbeda. Pada penelitian Sukarta menggunakan kurikutum KTSP, sedangkan pada penelitian yang peneliti laksanakan menggunakan kurikulum 2013.

Dalam proses pembelajaran menulis pidato dengan menggunakan media audio visual yang dilaksanakan guru bahasa Indonesia di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara memiliki sedikit kekurangan. Hal tersebut terlihat pada kegiatan inti yaitu pada kegiatan menanya. Dimana seorang siswa memberikan pertanyaan mengenai kutipan seperti apa yang bagus digunakan dalam sebuah pidato. Dalam hal itu, yang dilakukan guru hanya memberikan sedikit ulasan tentang kutipan yang baik dalam sebuah pidato, tanpa memberikan sebuah contoh. Hal tersebut tidak baik untuk dilakukan seorang guru. Seharusnya seorang guru harus mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi siswa. Dalam menjelaskan sebuah materi, hendaknya seorang guru juga memberikan contoh-contoh nyata untuk menghindari kebingungan siswa dalam mengerjakan tugas nantinya.

Penggunaan media dalam pembelajaran menjadi hal yang penting bagi guru. Dengan adanya media, siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi yang menunjukkan siswa sangat antusias dalam mengikuti pelajaran dan perhatian siswa memang tertuju pada pembelajaran.

Seperti yang dikemukakan oleh sudjana dkk. (2002: 2) tujuan penggunaan media adalah untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi, untuk memperjelas bahan pelajaran agar siswa lebih mudah memahami, metode mengajar akan lebih bervariasi, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Penggunaan media yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara sudah benar. Guru menggunakan media

dengan tujuan, agar siswa tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Guru memilih menggunakan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar untuk membantu siswa lebih mudah mengerti, sehingga hasil belajar siswa pun dapat tercapai dengan baik.

Penggunaan media yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara berfungsi sebagai sumber belajar yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa. Sesuai dengan hasil observasi, media audio visual digunakan guru untuk membantu siswa dalam menemukan topik yang hendak digunakan dalam membuat sebuah pidato. Karena, permasalahan siswa di kelas tersebut adalah susahnya menemukan topik yang hendak di tulis. Sejalan dengan hal tersebut, Asyhar (2012: 42) mengemukakan bahwa penggunaan media dalam pembelajaran tidak hanya berperan sebagai alat bantu akan tetapi merupakan strategi dalam pembelajaran.

Media memiliki beberapa fungsi dalam pembelajaran. Pertama, sebagai sumber belajar, yaitu media digunakan sebagai penyalur, penyampai, penghubung pesan atau pengetahuan kepada peserta didik.

Kedua, fungi semantik, yaitu media digunakan sebagai sarana untuk memperjelas arti dari suatu kata, istilah, tanda atau simbol. Ketiga, fungsi fiksatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kamampuan media untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian sehingga dapat digunakan kembali sesuai keperluan.

Keempat, fungsi manipulatif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan kemampuan media untuk menampilkan kembali suatu objek, peristiwa atau kejadian dengan berbagai macam cara, teknik, dan bentuk.

Kelima, fungsi distributif, yaitu media yang dalam sekali penampilan suatu objek atau kejadian dapat menjangkau pengamat yang sangat banyak serta dalam kawasan yang sangat luas. Keenam, fungsi psikomotorik adalah fungsi media dalam meningkatkan keterampilan fisik peserta didik. Ketujuh, fungsi psikologis, yaitu fungsi yang berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi

(9)

(menarik perhatian), fungsi afektif (menggungah perasaan atau emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya pikir), fungsi imajinatif dan fungsi motivasi (mendorong peserta didik untuk membangkitkan minat belajar).

Kedelapan, fungsi sosio-kultural, yaitu media pembelajaran dapat memberikan ransangan persepsi yang sama kepada peserta didik.

Berdasarkan pendapat tersebut, fungsi penggunaan media guru bahasa Indonesia kelas X IPA 8 di SMA Negeri 1 Kuta Utara sudah benar. Media guru bahasa Indonesia kelas X IPA 8 di SMA Negeri 1 Kuta Utara sudah berfungsi sebagai sumber belajar, media digunakan sebagai penyalur, penyampai, penghubung pesan atau pengetahuan kepada peserta didik dan berkaitan dengan aspek psikologis yang mencakup fungsi atensi (menarik perhatian), fungsi afektif (menggungah perasaan atau emosi), fungsi kognitif (mengembangkan kemampuan daya.

Dalam pembelajaran menulis pidato pada siswa kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara, guru memilih salah satu media, yaitu media audio visual.

Asyhar (2012: 73) menyatakan bahwa media audio visual adalah media yang dapat menampilkan gambar (visual) dan suara (audio) secara bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Pemilihan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato sangat tepat, karena materi menulis naskah pidato tidak cukup hanya disampaikan secara ceramah, namun siswa perlu melihat kenyataan untuk dijadikan topik dalam menulis naskah pidato. Lebih lanjut, Sudjana (1991: 8) menyampaikan media audio visual dalam pembelajaran adalah tampilan lambang- lambang visual yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu untuk menjelaskan meteri kepada peserta didik sehingga pembelajaran akan menjadi efektif.

Dengan adanya media ini, kerumitan materi yang disampaikan guru kepada peserta didik dapat disederhanakan.

Media audio visual dalam proses belajar- mengajar digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan pelajaran

sehingga lebih efektif dan efisien. Melalui media ini, diharapkan dapat mempertinggi kualitas pembelajaran, sehingga siswa dapat lebih termotivasi dan terampil dalam meningkatkan belajarnya khususnya dalam pembelajaran menulis naskah pidato.

Melihat hasil kerja siswa dalam pembelajaran menulis pidato dengan menggunakan media audio visual yang rata-rata memperoleh nilai di atas KKM (Kriterian Ketuntasan Minimum), lebih membuktikan bahwa media audio visual serta trategi yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis pidato sangat tepat.

Rentangan nilai siswa kelas X IPA 8 adalah 86-94 yang merupakan hasil yang memuaskan dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Jika semua pembelajaran didukung dengan penggunaan media yang tepat dan strategi yang tepat pula, maka keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia akan mencapai peningkatan.

Penelitian ini masih terbatas karena hanya meneliti penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato dan hasil dari penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato saja. Untuk menambah khasanah keilmuan khususnya dibidang bahasa Indonesai, peneliti lain juga dapat meneliti penggunaan media audio visual dalam materi lainnya. Dalam proses pembelajaran, media audio visual juga sangat bagus digunakan dalam materi lainnya, seperti dalam meteri menulis naskah drama, menulis puisi, menulis berita dan lain sebagainya.

SIMPULAN DAN SARAN

Pertama, penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara dilakukan dengan tiga tahap kegiatan pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan, dalam penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato dibagi menjadi lima tahapan, yaitu (1) guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, (2) menyanyikan

(10)

lagu Indonesia Raya, (3) guru mengecek kehadiran siswa, (4) guru melakukan apersepsi, dan (5) menyampaikan tujuan pembelajaran. Apersepsi yang digunakan oleh guru dalam pembelajran menulis pidato yaitu dengan melakukan Tanya jawab dengan siswa. Pertanyaan guru mengacu pada pemahaman siswa terhadap pidato.

Kegiatan inti. Pada kegiatan inti ini, guru menerapkan 5M (mengamati, menanya, mengekslorasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan) karena dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 1 Kuta Utara menggunakan kurikulum 2013.

Pada kegiatan ini, guru mengajak siswa untuk memahami materi mengenai teks pidato, kemudian melakukan tanya jawab mengenai materi yang dijelaskan guru, setelah semua siswa mengerti, guru menayangkan video dokumenter. Video dokumenter di putar sebanyak dua kali.

Kemudian guru menugasi siswa untuk membuat satu buah teks pidato yang sesuai dengan video dokumenter. Teks pidato siswa dibacakan di depan kelas dan siswa yang lain memberikan komentar.

Kegiatan penutup. Pada kegiatan ini, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami materi yang telah dipelajari, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari, dan yang terakhir guru mengumpulkan hasil kerja siswa untuk dinilai.

Kedua, hasil penggunaan media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato di kelas X IPA 8 SMA Negeri 1 Kuta Utara sangat tinggi. Hal itu dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa yang rata-rata memperoleh nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Rentang nilai yang diperoleh siswa kelas X IPA 8 adalah 86-94. Sedangkan KKM yang ditentukan sekolah adalah 85. Hasil tersebut membuktikan bahwa media audio visual dalam pembelajaran menulis pidato sangat afektif digunakan untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran dalam satu standar kompetensi.

Saran yang peneliti berikan yaitu, penggunaan media audio visual dalampembelajaran menulis pidato

sangatlah efektif. Guru bidang studi bahasa Indonesia sudah seharusnya memanfaatkan media ini khususnya dalam pembelajaran menulis pidato.

Dengan media ini, siswa akan lebih mudah untuk menemukan topik atau tema yang akan digunakan dalam menulis pidato. Media audio visual juga dapat membantu guru untuk lebih mudah dalam mengajar.

Sesuai dengan hasil observasi bahwa dalam mengajar menulis teks pidato guru bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Kuta Utara juga memiliki kekurangan.

Kekurangan guru terlihat pada saat memberikan penjelasan kepada siswa mengenai kutipan dalam sebuah pidato.

Dalam hal tersebut guru tidak memberikan contoh tentang bagaimana kutipan yang bagus digunakan dalam sebuah pidato.

Seharusnya seorang guru harus mampu memberikan contoh terkait teori yang dijelaskan. Agar siswa lebih mengerti tentang teori yang dijelaskan.

Peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai penggunaan media audio visual dalam materi pembelajaran yang lain. Penelitian selanjutnya juga padat dilengkapi dengan kendala-kendala yang dialami guru ataupun siswa dalam penggunaan media audio visual dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta

Hadinegoro, Luqman. 2006. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta:

Absolut.

Indriana, Dina. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. Yogyakarta:

Diva.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Kanisius.

Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Flores:

Nusa Indah.

(11)

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Semi, Atar. 1990. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Sudjana, Nana dan Rivian Ahmad. 2002.

Media Pembelajaran. Bandung:

Sinar Baru.

Tarigan, Henry Guntur. 1997. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wendra, I Wayan. 2014. Penulisan Karya Ilmiah (Buku Ajar). Singaraja:

UniversitasPendidikanGanesha

Referensi

Dokumen terkait

[r]

juga memberikan pemahaman pada siswa tentang dunia kerja; (4) fasilitas lain selain sebagai tempat praktek dengan adanya kemampuan sekolah untuk memanfaatkan peralatan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio pembiayaan, rasio pembiayaan bermasalah, dan dana pihak ketiga terhadap total aset bank syariah studi pada bank

Skrips i yang berjudul, “ Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Loyalitas Pasien di Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Sitti Khadijah I Makassar Tahun 2016 ” yang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang.. telah banyak membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan

Penerapan model argument-driven inquiry Dalam pembelajaran ipa untuk meningkatkan Kemampuan argumentasi ilmiah siswa smp. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ISDN terdiri dari channel-channel yang dikelompokkan menjadi struktur transmisi yang ditawarkan sebagai paket bagi pemakai, yaitu struktur channel dasar (akses dasar) dan

Iklan brosur kursus Bahasa Mandarin yang menggunakan bahasa Mandarin haruslah menggunakan bahasa yang singkat, gampang dimengerti, menggunakan struktur yang jelas agar pembaca