• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Chikungunya

Istilah Chikungunya, digunakan baik untuk nama virus penyebab dan nama penyakitnya, yang berarti “to walk bent over” (berjalan bongkok) berasal dari bahasa Afrika Swahili atau Makonde, merujuk pada ketidakmampuan atau gejala nyeri pada bagian persendian (Pialoux et al., 2007).

Virus chikungunya pertama kali ditemukan di Tanzania, Afrika pada tahun 1952 (Abraham & Sridharan, 2007). Virus chikungunya merupakan arbovirus yang berasal dari golongan Alphavirus, famili Togaviridae. Merupakan virus RNA rantai-tunggal, dengan diameter 60-70 nm dan dibungkus oleh kapsid dan fosfolipid. Virus ini sensitif terhadap pengawetan dan temperatur diatas 58oC. Arbovirus adalah sekelompok penyebab infeksi yang ditularkan oleh artropoda penghisap darah dari satu inang vertebrata ke vertebrata lainnya (Jawetz et al., 1996).

Kelompok Alphavirus terdiri dari 28 jenis virus, dimana 6 diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada persendian manusia, yaitu: virus chikungunya, virus o’nyong-nyong (Afrika tengah), virus Ross River dan Barmah Forest (Australia dan Pasifik), virus Sindbis (cosmopolitan) dan virus Mayaro (Amerika Selatan dan French Guyana) (Pialoux et al., 2007).

Virus chikungunya merupakan enzootic atau “virus yang ada dalam komunitas hewan” di banyak negara di Asia dan di seluruh bagian tropis Afrika.

(2)

Berbagai macam spesies dari nyamuk Aedes terlibat sebagai vektor penyakit chikungunya (Rohani et al., 2005).

Di Asia virus ini ditularkan ke manusia hampir seluruhnya oleh Aedes aegypti, walaupun banyak spesies nyamuk “Aedine” bertanggung jawab pada infeksi manusia di Afrika (Pfeffer et al., 2002; Rohani et al., 2005). Di Thailand, Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus berhubungan dengan Kejadian Luar Biasa pada tahun 1995 (Thaikruea et al., 1997; Rohani et al., 2005). Ae. Furcifer dan Ae.

Cordellieri dianggap sebagai vektor “epidemic-epizootic” selama epidemik yang terjadi di Afrika Selatan (Diallo et al., 1999; Rohani et al., 2005), sedangkan di Afrika Barat dan Tengah, Ae. Africanus merupakan vektor utama (Powers et al., 2000; Rohani et al., 2005).

Virus chikungunya merupakan virus yang tersebar di wilayah tropis, hal ini jelas terlihat dari pola distribusi geografisnya di Afrika Selatan, dimana tidak terdapat virus di wilayah beriklim sedang (Jupp & McIntosh, 1985; Rohani et al., 2005).

Virus ini hampir tidak pernah mengakibatkan kematian pada orang yang terinfeksi (Abraham & Sridharan, 2007). Tetapi penyakit ini bisa menjadi sangat berat dan lama yang kemudian menyebabkan komplikasi lain (Chretien et al, 2007). Menurut Powers et al. (2000) dalam Rohani (2005), manifestasi klinis dari infeksi virus chikungunya sering menyerupai demam berdarah dengue dan virus chikungunya menyebar bersama di wilayah dimana terdapat endemik virus dengue, dimana telah terbukti bahwa banyak kasus infeksi virus dengue salah didiagnosa dan ternyata insiden infeksi virus chikungunya lebih tinggi daripada yang pernah dilaporkan.

Masa inkubasi chikungunya adalah 1-6 hari (Widoyono,2008). Gejala utama yang tampak dari infeksi virus ini memperlihatkan kejadian demam 2-5 hari, 2-3 hari bintik-bintik kemerahan kulit pada badan dan ekstremitas atas.

Biasanya gejala mialgia dan atralgia khas tampak. Atralgia terlihat pada 80%

individu yang terserang penyakit ini yang melibatkan sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki, sekarang diketahui terdapat sekuele pada persendian yang meradang dan menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup lama. Gejala juga

(3)

termasuk sakit kepala, injeksi konjungtiva dan sedikit fotofobia (Abraham &

Sridharan, 2007).

Nyamuk Aedes aegypti berkembangbiak di tempat penampungan air seperti bak mandi, drum, tempayan dan barang-barang yang memungkinkan air tergenang seperti kaleng bekas, tempurung kelapa , dan lain-lain yang dibuang sembarangan. Mengingat nyamuk Aedes aegypti tersebar luas diseluruh tanah air baik dirumah maupun tempat- tempat umum, maka untuk memberantasnya diperlukan peran serta seluruh masyarakat (Lestari, 2007).

Penularan penyakit Chikungunya terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus betina yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari penderita lain. Nyamuk Aedes aegypti sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang. Penyakit ini sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim/alam serta perilaku manusia (Lestari, 2007).

Nyamuk Aedes aegypti hidupnya di dalam dan disekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali ditempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembangbiak. Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai dasar hitam dengan bintik- bintik putih pada bagian badan, kaki, dan sayapnya. Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya. Sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (Lestari, 2007).

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00).

Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian nyamuk ini sangat

(4)

infektif sebagai penular penyakit. Setelah mengisap darah , nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau diluar rumah. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya ditempat yang agak gelap dan lembab. Disini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya. Selanjutnya nyamuk betina akan meletakkan telurnya didinding tempat perkembangbiakan, sedikit diatas permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa (Lestari, 2007).

Vektor Chikungunya yang utama di Indonesia adalah Aedes Aegypti, yang keberadaannya hingga dewasa ini masih tersebar di seluruh pelosok tanah air.

Berdasarkan hasil survei jentik yang dilakukan Depkes tahun 1992 di 7 kota di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, menunjukkan bahwa rata-rata persentase rumah dan tempat umum yang ditemukan jentik masih cukup tinggi, yaitu sebesar 28% (Lestari, 2007).

Pengontrolan nyamuk merupakan strategi yang tepat untuk mengontrol terjadinya epidemik di masa depan. Hingga saat ini belum ada vaksin ataupun antiviral yang spesifik untuk pengobatan chikungunya (Abraham & Sridharan, 2007).

Menurut Fajar (2010) dalam Kasim (2010) sebenarnya, penyakit ini bisa sembuh sendiri hanya dengan meningkatkan daya tahan tubuh penderitanya.

Namun, untuk mengatasi gejala yang menyertai chikungunya, terapi suportif biasa diberikan kepada penderitanya. Banyak meminum air putih dan beristirahat juga seringkali cukup bermanfaat dalam mengurangi gejala chikungunya. Dalam buku pengobatan India lama, Ayurveda, disebutkan bahwa konsumsi buah- buahan seperti anggur dan wortel juga akan membantu tubuh mengatasi serangan chikungunya. Karena belum ada vaksin yang dapat menangkal penyebaran chikungunya, cara pencegahan penyebaran chikungunya saat ini yang paling efektif adalah dengan menghindari gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Menurut Kasim (2010) pencegahan penyakit chikungunya dimulai dari lingkungan. Caranya, membasmi nyamuk pembawa virusnya. Chikungunya

(5)

adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu, basmi tempat-tempat berkembang biaknya.

Adapun pencegahan lainnya, sebagai berikut:

1. Jagalah kebersihan lingkungan. Memasuki musim hujan, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal Anda. Caranya, mengendalikan nyamuk dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk, dan perbaikan desain rumah. Contohnya dengan menguras bak mandi atau penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu.

2. Menutup dengan rapat tempat penampungan air.

3. Mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas, dan ban bekas di sekitar rumah, dan lain sebagainya.

4. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup.

5. Dengan melakukan fogging atau pengasapan yang berguna untuk mematikan nyamuk dewasa, akan mengurangi adanya kemungkinan penularan hingga batas waktu tertentu.

6. Memberikan bubuk abate di tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi atau gentong air, dan vas bunga agar bisa mematikan jentik pada air.

Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk.

7. Jika terserang demam, sebaiknya segera diberikan obat penurun panas. Atau segera dibawa ke rumah sakit untuk diperiksakan.

8. Sebaiknya Anda banyak mengonsumsi air putih.

2.2 Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan secara luas mencakup segala sesuatu yang diketahui (Tim Penyusun, 2005). Pengertian lain menjelaskan bahwa

(6)

pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu (Suriasumantri, 2007).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sejalan dengan pernyataan Soekanto (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia.

Menurut Bakhtiar (2006) dalam Afdhal (2009), pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

(7)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.

Menurut Notoatmodjo (2005) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

1. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara ini antara lain:

a. Cara coba-coba (Trial and Error)

Melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila

(8)

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

d. Melalui jalan pikiran

Kemampuan manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen, mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yaitu:

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

(9)

Menurut Syah (2003) ditinjau dari sifat dan cara penerapannya, pengetahuan terdiri dari dua macam, yakni : declarative knowledge dan procedural knowledge. Declarative knowledge lazim juga disebut propositional knowledge. Pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prososisional ialah pengetahuan mengenai informasi faktual yang pada umumnya bersifat statis- normatif dan dapat dijelaskan secara lisani atau verbal. Sebaliknya pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang mendasari kecakapan atau keterampilan perbuatan jasmaniah yang cenderung bersifat dinamis.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

2. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

3. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun negatif.

4. Fasilitas

Fasilitas-fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuann seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

4. Penghasilan

(10)

Penghasilan tidak berpengaruh langsung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu untuk menyediakan atau membeli fasilitas-fasilitas sumber informasi.

5. Sosial Budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Piaget menyatakan bahwa proses dasar yang terjadi pada penyusunan pengetahuan adalah adaptasi (assimilasi dan akomodasi) yang diatur oleh ekuilibrasi (Harahap, 1999). Assimilasi adalah pengambilan pengalaman dari lingkungan dan menggabungkannya dengan cara berpikir yang dimiliki sehingga pengalaman baru dapat digabungkan ke dalam struktur kognitif. Akomodasi adalah komponen lain dari proses adaptasi. Ekuilibrasi meregulasi proses berpikir individu pada tiga arah fungsi kognitif yang berbeda, ketiganya adalah hubungan antara (1) asimilasi dan akomodasi dalam kehidupan individu sehari-hari, (2) sub- sub sistem pengetahuan yang timbul pada diri individu dan (3) bagian-bagian dari pengetahuan individu dan sistem pengetahuan sosial.

2.3 Sikap atau Attitude

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan pencetus (predisposisi) tindakan atau perilaku. Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bagian lain, menurut Allport (1954) dalam Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni:

a) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

(11)

b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah.

2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengejakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek, secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoadmodjo, 2003).

(12)

2.4 Praktek atau Tindakan Practice

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior.) Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain: fasilitas.

Disamping fasilitas juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain (Nototmodjo, 2003).

Menurut Notoadmodjo (2003) tingkat- tingkat praktek sebagai berikut:

1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu Jadikanlah lingkungan tempat tinggal menjadi lingkungan yang sehat, nyaman, dan asri dengan membuang sampah pada tempatnya... ILMU

Variabel Produk Domestik Regional Bruto yang digambarkan PDRB atas dasar harga berlaku dalam puluhan ribu pada masing-masing kabupaten di D.I.Yogyakarta memiliki

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.. TAHUN

Untuk menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasionaln dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami preeklamsia ringan sebanyak 28 orang (56%)., Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati

Sebelum melaksanakan suatu perkawinan, pertama-tama yang harus dilakukan adalah pelamaran ( madduta) pada saat inilah pihak perempuan mengajukan jumlah Uang Panaik

BBNI memiliki indikator MACD dan Rsi mengindikasikan pola Uptrend, BBNI belum berhasil menembus Resistance di level harga 5550 sehingga terbuka peluang untuk kembali menguji