A. Demam Berdarah Dangue
1. Definisi Demam Berdarah Dangue
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyakit ini telah dikenal selama lebih dari satu abad, namun telah mengalami peningkatan signifikan dalam insidensi dan distribusinya dalam beberapa dekade terakhir. Penyebaran geografis DBD sangat luas, mencakup lebih dari 100 negara di daerah tropis dan subtropis, terutama di Asia Tenggara, Amerika Latin, Afrika, dan beberapa wilayah Pasifik (1).
Sejarah penyakit DBD mencatat bahwa kasus pertama yang didokumentasikan terjadi pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand. Sejak itu, DBD telah menyebar dengan cepat dan menjadi salah satu penyakit virus yang paling penting secara epidemiologis di dunia. Penyakit ini sering terjadi dalam bentuk wabah yang melibatkan ribuan hingga ratusan ribu kasus setiap tahun (2).
2. Etiologi Demam Berdarah Dangue
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh infeksi virus dengue, yang termasuk dalam genus Flavivirus dan keluarga Flaviviridae. Virus dengue memiliki empat serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh satu serotipe memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe tersebut, namun tidak memberikan kekebalan silang terhadap serotipe lainnya, sehingga memungkinkan seseorang untuk terinfeksi oleh serotipe berbeda sepanjang hidupnya (3).
Vektor penularan utama virus dengue adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti lebih dominan sebagai vektor penularan karena habitatnya yang beradaptasi baik dengan lingkungan perkotaan, tempat berkembang biak yang meliputi genangan air di sekitar pemukiman manusia.
Nyamuk Aedes albopictus juga dapat menularkan virus dengue, namun biasanya ditemukan di daerah yang lebih pedesaan dan semi-urban (1).
Siklus penularan dimulai ketika nyamuk Aedes betina menggigit individu yang sudah terinfeksi virus dengue. Virus kemudian bereplikasi di dalam tubuh nyamuk selama 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sebelum nyamuk tersebut dapat menularkan virus ke manusia lain melalui gigitan berikutnya. Siklus ini terus berlanjut, memungkinkan penyebaran virus dalam populasi manusia (4).
3. Patogenesis Demam Berdarah Dangue
Mekanisme infeksi virus dengue dimulai ketika virus memasuki tubuh melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Virus kemudian memasuki sel dendritik kulit dan berikatan dengan reseptor spesifik di permukaan sel, memungkinkan virus memasuki dan bereplikasi di dalam sel. Setelah replikasi, virus dilepaskan ke dalam aliran darah (viremia) dan menyebar ke organ-organ target seperti hati, limpa, dan sumsum tulang (4).
Respon imun tubuh terhadap infeksi virus dengue melibatkan aktivasi sistem imun bawaan dan adaptif. Sel dendritik yang terinfeksi mempresentasikan antigen virus ke sel T, memicu respon imun adaptif. Namun, respon imun ini juga dapat berkontribusi pada patogenesis penyakit melalui mekanisme yang dikenal sebagai antibody-dependent enhancement (ADE), di mana antibodi dari infeksi
sebelumnya meningkatkan masuknya virus ke dalam sel dan memperburuk infeksi (4).
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi dengue termasuk demam berdarah dengue dan sindrom syok dengue. Kedua kondisi ini ditandai oleh kebocoran plasma, trombositopenia, dan gangguan pembekuan darah, yang dapat menyebabkan syok, pendarahan hebat, dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat (5).
4. Gejala Klinis
Tanda dan gejala DBD biasanya muncul setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi. Gejala awal meliputi demam tinggi mendadak, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri sendi dan otot, mual, muntah, dan ruam kulit. Pada beberapa kasus, demam dapat mencapai suhu tinggi selama 2-7 hari (1).
Tahapan penyakit DBD terdiri dari tiga fase utama (1):
Fase demam: Ditandai oleh demam tinggi, nyeri tubuh, dan gejala umum lainnya.
Fase kritis: Terjadi sekitar hari ke-3 hingga hari ke-7 penyakit, di mana demam mulai turun tetapi risiko kebocoran plasma meningkat, yang dapat menyebabkan syok dan perdarahan.
Fase pemulihan: Dimulai setelah fase kritis, di mana cairan tubuh mulai kembali normal dan kondisi pasien mulai membaik.
5. Diagnosis
Metode diagnostik untuk DBD mencakup pendekatan klinis dan laboratorium. Secara klinis, diagnosis DBD dapat dicurigai berdasarkan gejala yang khas dan riwayat paparan nyamuk di daerah endemik (5).
Metode diagnostik laboratorium meliputi (1):
Tes serologi: Deteksi antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue.
RT-PCR: Deteksi materi genetik virus dalam darah, yang sangat sensitif dan spesifik pada fase awal infeksi.
Tes antigen NS1: Digunakan untuk deteksi awal infeksi dengue.
Kriteria diagnosis WHO mencakup adanya demam, dua atau lebih gejala klinis khas (misalnya, nyeri otot dan sendi, ruam, perdarahan), serta bukti laboratorium infeksi dengue.
6. Penatalaksanaan
Penanganan medis DBD terutama bersifat suportif, dengan fokus pada pengelolaan gejala dan pencegahan komplikasi. Pasien dengan gejala ringan hingga sedang dapat dirawat di rumah dengan pengawasan ketat, rehidrasi oral, dan antipiretik untuk menurunkan demam (hindari aspirin karena risiko perdarahan) (1).
Terapi dan pengobatan lebih intensif diperlukan untuk pasien yang mengalami fase kritis dengan tanda-tanda kebocoran plasma atau syok. Ini meliputi (5):
Rehidrasi intravena: Untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Pemantauan ketat tanda vital, output urin, dan parameter laboratorium.
Transfusi darah atau trombosit jika terjadi perdarahan parah atau trombositopenia berat.
Manajemen komplikasi memerlukan penanganan di rumah sakit dengan fasilitas ICU jika terjadi sindrom syok dengue atau komplikasi berat lainnya.
Intervensi cepat dan tepat sangat penting untuk meningkatkan prognosis pasien.
Daftar pustaka
1. Melly A, Anggraini D. Aspek Klinis dan Pemeriksaan Laboratorium untuk Diagnosis Demam Berdarah Dengue. Sci J. 2022;1(1):68–76.
2. Nurhayati S, Dian Haerani. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Demam Berdarah Dengue: Sebuah Studi Kasus. Bul Kesehat Publ Ilm Bid Kesehat. 2020;4(2):80–98.
3. Berdarah D, Dbd D, Daerah DI, Studi P, Kesehatan I, Kedokteran F. Bab ii.
gambaran ekogeografi vektor demam berdarah. :24–55.
4. Sutirta-Yasa IWP, Putra GAET, Rahmawati A. Trombositopenia pada Demam Berdarah Dengue. Medicina (B Aires) [Internet]. 2012;43(1):114–
21. Available from:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/medicina/article/view/5061
5. Wila RW, Nusa R. Gambaran Klinis dan Respon Imun Penderita Demam Berdarah Dengue di Rumah Sakit Kristen Lindi Mara Sumba Timur Selama Bulan Januari Sampai dengan Desember 2018. Balaba J Litbang Pengendali Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara. 2020;209–16.