BAB II
LANDASAN TEORI A. Kajian Teori
1. Pengertian Kurikulum
Secara Istilah kurikulum “curriculum” pada mulanya berasal dari kata curir yang berarti “pelari” dan “curere” yang mengandung makna “tempat berpacu”, yang pada awal mulanya kata tersebut digunakan didalam dunia olah raga. Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish (Mida Latifatul M, 2013 : 13). Menurut webster (1857) mengatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik kelas.
Pengertian operasional juga dianut dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dan digunakan dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Pasal 1.19 UU nomor 20 tahun 2003 merumuskan kurikulum sebagai “ seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional” (Abdul Azis Wahab, 2009 : 133).
Pengertian kurikulum senantiasa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teori dan ukuran suatu pengertian praktik pendidikan. Dengan beragamnya pendapat mengenai pengertian kurikulum maka secra teritis kita agak sulit menentukan suatu pengertian yang dapat merangkum sutau pendapat (Mida Ltifatul M, 2013 : 17). Sedangkan konsep kurikulum meliputi:
a. Sebagai substansi, yang dipandang sebagai rencana pembelajaran bagi siswa atau seperanngkat tujuan yang ingin dicapai.
b. Sebagai sistem, merupakan bagian dari sistem persekolahan, pendidikan, dan bahkan masyarakat.
c. Sebagai bidang studi, merupakan kajian para ahli kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum
Kurikulum juga bisa menunjukan pada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan , bahan ajar, kegiatan belajar mengajar jadwal dan efaluasi. Disisi lain dimensi kurikulum juga dikaitkan dengan pengertian kurikulum itu sendiri yaitu :
a. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi ide.
Definisi kurikulum yang dikaitkan dengan dimensi ide pada dasarnya memiliki makna bahwa kurikulum itu adalah sekumpulan ide yang akan dijadikan dalam pengembangan kurikulumdimasa yang akan datang.
Sebab tanpa ide kurikulumpun tidak akan pernah tersusun dan kurikulum yang selanjutnya.
b. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi rencana.
Pengertian kurikulum yang berkaitan dengan dimensi rencana yaitu sebagai perangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk prdoman penyelenggaraan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditentukan. Dengan adanya perencanaan yang matang, maka pembelajaran akan dapat berjalan dengan mudah.
c. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi aktifitas.
Makna kurikulum yang dikaitkan dengan dimensi aktifitas memandang kurikulum sebagai suatu kegiatan atau aktifitas guru itu sendiri dan peserta didiknya dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan disekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa keberadaan guru dengan peserta didiknya disekolah adalah suatu aktifitas tranfer ilmu dari guru kepada peserta didik.
d. Pengertian kurikulum dikaitkan dengan dimensi hasil.
Makna kurikulum sebagai dimensi hasil memandang kurikulum itu sangat memperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya dimana perencanaan itu berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan secara bersama- sama.
2. Karakteristik Kurikulum 2013
Setiap kurikulum tentunya memiliki karakteristik yang hendak ditampilkan, agar dapat membedakannya dengan kurikulum yang ada sebelumnya. Karakteristik ini juga akan menggambarkan berbagai hal yang hendak diwujudkan melalui pelaksanaan kurikulum ini termasuk strategi yang digunakan untuk mewujudkannya. Adapaun karakteristik kurikulum 2013 (dalam Kemendikbud, 2013) adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.
b. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
c. Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran.
f. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.
g. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched)
antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Karakteristik kurikulum 2013 memang akan mengalami banyak sekali perubahan baik itu mulai jenjang SD sampai dengan SMA, beberapa mata pelajaran akan dipangkas atau ditiadakan. Mida Latifatul Muzamiroh (2013 : 142- 145) dalam buku kupas tuntas menyatakan kurikulum 2013 Mulai Tahun pelajaran 2013/2014 adalah waktu yang telah direncanakan oleh pemerintah untuk implementasi kurikulum baru di tingkat SD, SMP, SMA dan SMK akan mengalami perubahan-perubahan antara lain mengenai proses pembelajaran, jumlah mata pelajaran, dan jumlah jam pelajarn. Dan berikut ini adalah beberapa hal yang baru yang terdapat dalam kurikulum 2103 diantaranya :
1. SD / MI (Sekolah Dasar / Madrasal Ibtidaiyah) a. Kurikulum 2013 berbasis sains.
b. Kurikulum 2013 untuk SD, bersifat tematik integratif.
c. Kompetensi yang ingin dicapai adalah kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
d. Proses pembelajaran menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilain berbasis tes dan portopolio saling melengkapi.
Mata pelajaran SD diantaranya sebagai berikut : 1. Pendidikan agama
2. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN).
3. Bahasa Indonesia 4. Matematika
5. Ilmu pengetahuan alam (IPA) 6. Ilmu pengetahuan sosial (IPS)
7. Seni budaya dan prakarya (muatan lokal; mulok)
8. Pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan (muatan lokal ;mulok)
a. Alokasi waktu perjam pelajaran SD 35 menit.
b. Banyak jam pelajaran perminggu kelas I = 30 jam, kelas II = 32 jam, kelas III = 34 jam, kelas IV, V, VI = 36 jam
2. SMP / MTs (sekolah menengah pertama / Madrasah Tsanawiyah) Mata pelajaran SMP/MTs kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut : a. Mata pelajaran :
1. Pendidikan agama dan budi pekerti.
2. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) 3. Bahasa indonesia.
4. Matematika.
5. Ilmu pendidikan alam (IPA).
6. Ilmu pendidikan sosial (IPS).
7. Bahasa inggris
8. Seni budaya (muatan lokal)
9. Pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan (muatan lokal).
10. Prakarya (muatan lokal).
b. Alokasi waktu perjam pelajaran SMP = 40 menit.
c. Banyak jam pelajaran per minggu 38 jam.
3. SMA/MA (Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah) Mata pelajaran SMA/MA kurikulum 2013 sebagai berikut : a. Mata pelajaran :
1. Pendidikan agama dan budi pekerti
2. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKN) 3. Bahasa indonesia
4. Matematika 5. Sejarah indonesia 6. Bahasa inggris
7. Seni budaya (muatan lokal)
8. Pendidikan jasmani olah raga dan kesehatan (muatan lokal) 9. Prakarya dan kewirausahaan (muatan lokal)
a. Alokasi waktu per jam pelajaram SMA = 45 menit.
b. Banyak jampelajaran perminggu SMA 39 jam 3. Fungsi Kurikulum
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan, bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengaja, sementara bagi kepala sekolah dan pengawas kurikulum berfungsi pedoman dalam melakukan supervisi atau pengawasan, bagi orang tua kurikulum berfungsi sebagai pedoman guna membimbing anaknya belajar dirumah, bagi masyarakat kurikulum berfungsi sebagai pedoman untukmemberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah, dan bagi peserta didik berfungsi sebagai pedoman belajar. Menurut Mida Latifatul M( 2013 : 21-24) berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum yaitu :
a. Fungsi penyesuaian.
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki sifat kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkukan fisik, maupun lingkungan sosial. Peserta didikpun harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa bekal yang cukup, susah bagi peserta didik untuk melakukan penyesuaian diri padahal jika ingin konsisten maka dibutuhkan penyesuaian diri dengan lingkungannya.
b. Fungsi integrasi.
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Setiap peserta didik pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat.
c. Fungsi diferensiasi.
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. setiap peserta didik memiliki perbedaan, baik dari asfek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik. karena itu seorang guru dibutuhkan kesabaran dan wawasan yang luas guna menampung dan mengayomi setiap peserta didiknya. Tanpa bekal yang baik sulit bagi seorang guru untuk memahami setiap karakter atau sifat yang melekat pada setiap peserta didik.
d. Fungsi persiapan.
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi kejenjang pendidikan berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat memeprsiapkan peserta didik untuk dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena suatu hal, tidak dapat melanjutkan pendidikannya. Sebab banyakpula di antara masyarakat indonesia yang hidupnya masih menengah kebawah sehingga dengan demikian sangat sulit bagi mereka untuk bisa membiayai putra putrinya untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
Karenanya dengan kurikulum yang direncanakan dengan baik maka akan menghasilkan pribadi yang baikyang siap menhadapi kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.
e. Fungsi Pemilihan.
Sungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Sebab setiap peserta didik memiliki minat dan bakatnya masing- masing, sehingga dengan demikian peserta didik apat mengasah potensi yang ia miliki dan bisa mengembangkan bakat yang menonjol bagi mereka.
f. Fungsi Diagnostik.
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan- kelemahan yang ada pada dirinya, maka diharapkan peserta didiknya dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiiki kelemahan-kelemahannya.
4. Urgensi Kurikulum 2013
Dalam menyukseskan pendidikan banyak yang harus diperhatikan, diantaranya kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan direalisasikan, visi dan misi dan tujuan pendidikan yang jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang mateng dan mudah diaskes oleh seluruh pelaksana pendidikan di berbagai satuan pendidikan. (Mida Latifatul M, 2013 : 110).
Upaya penyempurnaan kurikulum demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan, hal ini sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Dan yang perlu difahami perubahan kurikulum dari masa kemasa menyangkut perubahan struktural dan perubahan konsepsual dan kini juga kita akan dikenalkan dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013.
Menurut Mohammad Nuh sebagai menteri pendidikan menegaskan bahwa kurikulum 2013 dirancang sebagai upaya mempersiapkan generasi indonesia 2045 yaitu tepatnya 100 tahun indonesia merdeka.
Keunggulan dari kurikulum 2013 ini dalam pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan scientific. Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berfikir sains, terkembangkannya sense of inquiry dan kemampuan berfikir kreatif siswa (Pikiran rakyat, kamis (manis) 28 November 2013).
5. Pembelajaran IPS dalam kurikulum 2013
Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran IPS tercantum dalam struktur Kurikulum 2013 untuk SD/MI dan SMP/MTs. Di SMA dan SMK tidak ada mata pelajaran IPS tetapi mata pelajaran yang terkait dengan disiplin-disiplin ilmu yang secara tradisional dikelompokkan ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Sosial.
Dalam Konten Pendidikan terdapat aspek penting untuk memberikan kemampuan yang diinginkan dalam tujuan pendidikan IPS.
Konten pendidikan IPS dalam Kurikulum 2013 meliputi :
a. Pengetahuan : tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkunganya.
b. Keterampilan : berfikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), meecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa
c. Nilai : nilai-nilai kejujuran, kerja keras, sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai, dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
d. Sikap : rasa ingin tahu, mandiri,menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif, dan bertanggungjawab
Konten tersebut dikemas dlam bentuk Kompetensi Dasar.
Kompetensi Dasar IPS SMP dikemas secara integratif dengan menggunakan aspek geografis sebagai elemen pengikat.
Ketercapaian tujuan mata pelajaran IPS didukung oleh proses pembelajaran yang dirancang dalam Kurikulum 2013 dan berlaku juga untuk IPS. Ada dua hal dalam pembelajaran IPS yaitu pendekatan pengembangan materi ajar yang selalu dikaitkan dengan lingkungan masyarakat di satuan pendidikan dan model pembelajaran yang dikenal dengan istilah pendekatan saintifik.
Dalam pendidikan saintifik dikenal ada lima langkah peristiwa pembelajaran Yaitu : Mengamati, Menanya, Mengumpulkan informasi, Mengasosiasikan/mengolah informasi dan Mengkomunikasikan.
6. Tujuan Pendidikan SMP/MTs dalam Kurikulum 2013
Penyelenggaraan sekolah menengah pertama sejalan dengan tujuan kurikulum 2013 tersebut, yaitu menghasilkan lulusan yang mempunyai karakter, kecakapan, dan keterampilan kuat dalam hidup yang dipergunakan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar, serta untuk mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau pada pendidikan lanjut (Direktorat Pembinaan SMP, 2009:140).
Dalam pasal 3 UU No. 20 Sisdiknas Tahun 2003 dijelaskan bahwa tujuan pendidikan nasional Indonesia yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional tersebut menggambarkan harapan terbentunya sikap spiritual (beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa), sikap sosial (berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab), serta berilmu pengetahuan dan keterampilan yang cakap dan kreatif.
Setiap pelaksanaan pendidikan selalu memiliki tujuan yang hendak dicapai, begitu pula dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Pendidikan dalam kurikulum 2013 diharapkan dapat mempersiapkan manusia Indonesia supaya
memiliki kemampuan hidup menjadi pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013). Dalam pelaksanaan pendidikan di SMP/MTs diharapkan tercapai keseimbangan antara sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk membangun soft skill dan hard skill. Tujuan-tujuan pendidikan peserta didik tersebut sedemikian rupa akan diwujudkan melalui proses pembelajaran yang dilandasi oleh kompetensi Inti (KI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang jelas.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut winkel (1996 : 51), dalam bukunya purwanto “evaluasi hasil belajar” (2008 : 45) menyatakan bahwa :
“Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor”. Menurut bloom (Agus S,2009 : 6) menyatakan bahwa “hasil belajar mencakup kemampuan, kognitif, afektif dan psikomotorik.” Adapun hal-hal yang meliputi ketiga kemampuan yaitu:
Kognitif meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), komprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), aplication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan, hububungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, dan membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Pada asfek afektif meliputi receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi),characterization (karakteristik). Sedangkan pada asfek psikomotor mencakup keterampilan produktif, teknik. Fisik, sosial dan intelektual.
menurut pendapat lingred (dalam Agus S, 2009 : 7) menyatakan bahwa
“hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap”.
Hasil belajar sangat ditentukan oleh keberhasilan siswa dalam belajar.
namun keberhasilan tersebut tidak hanya ditentukan oleh faktor siswa saja.
Tetapi juga faktor diluar siswa, antara lain faktor guru. Dalam hal yang sama Resuffandi (1980 : 8) menyatakan bahwa :
“keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor diri dalam diri siswa itu meliputi: kecerdasan anak, kesiapan anak, lenyamanan anak dan minat anak belajar. adapun faktor dari luar diri siswa adalah metode penyajian materi, pribadi dan sikap guru, suasana pengajaran, kompetensi guru dan kondisi masyarakat luar .”
Hasil belajar yang dimaksud adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Preatasi belajar adalah kemampuan dalam penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang tertentu yang biasanya dicapai setelah diadakannya tes.
Untuk mengetahui saampai dimana tingkat keberhasilan siswa terhadap proses yang telah dilakukannya dan sekaligus untuk mengetahui keberhasilan mengajar seorang guru maka dapat digunakan acuan yang diberikan oleh Usman (2008 : 8) sebagai berikut :
a. Istimewa/maksimal ; apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
b. Baik sekalo/optimal ; apabila sebagian besar 85% s.d 94% bahwa pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
c. Baik/minimal ; apabila bahan yang diajarkan hanya 75% s.d 84%
dikuasai oleh siswa.
d. Kurang ; apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 75%
dikuasai oleh siswa.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari evaluasi yang menunjukan keberhasilan siswa atas kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dengan diketahuinya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun pelaku kegiatan belajar dapat memberikan intervensi positif untuk meningkatkan hasil belajar yang akan diperoleh.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapatdibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal, dan faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor eksternal.
Menurut Arikunto Suharsimi (1993: 21) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
a. Faktor yang bersumber dari dalam diri manusiadapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, faktor biologis anta lain usia, kematangan dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan sebagai paktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat,dan kebiasaan belajar.
b. Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan.
C. Kajian Penelitian yang Relevan
Untuk menghindari duplikasi karya-karya orang lain, maka penulis mendeskripsikan beberapa skripsi yang berkaitan dengan kurikulum, walaupun bukan kurikulum 2013. Karena kurikulum 2013 masih dianggap baru. Skripsi – skripsi yang berkaitan dengan kurikulum itu diantaranya :
“Pengaruh Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Di SMAN 1 Kwanyar Bangkalan. Yang ditulis oleh umar said fakultas Tarbiyah jurusan Ilmu Pengetahuan sosial”
Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum yang dilaksanakan dan di operasionalkan oleh masing-masing satuan pendidikan, atau dengan kata lain kurikulum KTSP Suatu bentuk realisasi kebijakan desentralisasi dalam bidang pendidikan agar kurikulum tersebut
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Tujuan Kurikulum KTSP dalam Pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dan penyusunan Kurikulum KTSP dalam pendidikan menengah perlu melihat: 1). Pengembangaan yang sesuai dengan relevansi oleh setiap kelompok atau satuan penidikan dan komite sekolah dibawah kordinasi dan supervise dinas pendidikan atau departemen agama.
2). Penyusunan KTSP merupakan kegiatan perencanaan sekolah atau madrasah. Dalam tahap ini dalam penyusunan KTSP meliputi penyiapan dan penyusunan draf review dan revisi, serta finalisasi. 3). Dalam dokumen KTSP pada jenjang pendidikan menengah perlu dinyatakan bahwa kepala sekolah serta komite madrasah dan oleh departemen yang mengenai urusan dibidang pendidikan.
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penelitian ini membahas tentang: petama, Apakah dengan menerapkan kurikulum KTSP dapat memperbaiki prestasi belajar siswa; Kedua, Bagaimana pengaruh kurikulum KTSP terhadap prestasi belajar siswa; Ketiga, apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa.
Penelitian bersifat kuntitatif dan teknik pengumpulan data berupa metode koesioner dan dokumentasi, dan metode wawancara hanya sebagai pelengkap untuk menguatkan bukti. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah tehnik regresi linier, dan untuk menguji seberapa besar pengaruhnya uji t dan uji f.
Dari hasil analisis yang diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penerapan kurikulum KTSP dengan hasil belajar siswa dari hasil uji t tunjukkan dengan nilai t hitung ≥ t tabel (2.275 ≥ 1.692), sedangkan dari uji f maka dapat ditunjukkan dengan nilai uji f bahwa F hitung > F tabel ( 5.174 >
2.874). Maka kesimpulannya ada pengaruh antara kurikulum KTSP dengan prestasi belajar siswa, karena dalam penerapan kurikulum KTSP khusunya dalam mata pelajaran ekonomi dengan adanya penambahan jam yang seharusnya mata pelajaran ekonmi 3 jam perminggu diganti 5 jam perminggu,
semua itu merupakan salah satu pengaruh prestasi belajar siswa. Dengan kata lain dengan adanya penambahan jam mata pelajaran membuat siswa jenuh karena dalam perminggunya ada 5 jam.
“Pengaruh implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak di MAN Insan Cendikia Serpong yang ditulis oleh manerah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2010.”
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang pengaruh implementasi KTSP terhadap prestasi belajar. Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka prosedur yang ditempuh meliputi:
persiapan penelitian, dengan cara membuat instrument penelitian, pelaksanaan penelitian menggunakan metode korelasi, sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, penyebaran angket dan dokumentasi. Teknik penyebaran angket dan dokumentasi penulis lakukan kepada 30 orang siswa dengan mengambil sampel sebanyak 26% dari keseluruhan populasi yang ada yaitu sebanyak 115 orang siswa kelas XI MAN Insan Cendekia Serpong. Hasil perhitungan antara implementasi KTSP dan prestasi belajar siswa telah menghasilkan korelasi yang positif. Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan korelasi product moment sebesar 0,476 yang besarnya berkisar antara 0,40 – 0,70 yang berarti korelasi antara impelemtasi KTSP dan prestasi belajar siswa termasuk korelasi positif yang sedang atau cukup.
D. Hipotesis
Termasuk kedalam hipotesis hubungan interatif yaitu hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan (saling mempengaruhi) antara penerapan kurikulum 2013 terhadap hasil belajar IPS siswa Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan (saling memengaruhi) antara
penerapan kurikulum 2013 terhadap hasil belajar IPS siswa.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menyukseskan pendidikan banyak yang harus diperhatikan, diantaranya kebijakan pemerintah yang memihak kepada masyarakat, anggaran dana pendidikan direalisasikan, visi dan misi dan tujuan pendidikan yang jelas, peningkatan profesionalisme guru, sarana dan prasarana yang memadai serta kurikulum yang mateng dan mudah diaskes oleh seluruh pelaksana pendidikan di berbagai satuan pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan zaman pendidikan akan semakin banyak menhadapi tantangan. Lebih-lebih akan menghadapi pasar bebas atau era globalisasi. Dimana dalam era globalisasi dan pasar bebas kita dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu dan menuntut kita untuk selalu peka dan tanggap terhadap setiap perubahan.
Upaya penyempurnaan kurikulum demi mewujudkan sistem pendidikan nasional yang kompetitif dan selalu relevan dengan perkembangan zaman yang senantiasa menjadi tuntutan. Di indonesia beberapa kali mengalami perbaikan kurikulum diantaranya kurikulum 1994 yang pada gilirannya diganti dengan kurikulum 2004. Dan yang perlu difahami perubahan kurikulum dari masa kemasa menyangkut perubahan struktural dan perubahan konsepsual dan kini juga kita akan dikenalkan dengan kurikulum baru yang akan diluncurkan oleh pemerintah yaitu kurikulum 2013.
Kini pemerintah sedang menggodok dan menguji coba kurikulum baru 2013 guna mematangkan dan demi lebih menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Rencananya kurikulum baru tersebut akan diterapkan mulai tahun 2013/1014. Kurikulum itu akan dirampungkan dalam jumlah mata pelajarannya. Misalnya, untuk jenjang sekolah dasar, hanya ada mata pelajaran agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, bahasa indonesia, matematika, seni budaya dan jasmani/kesehatan.
Dengan adanya enam mata pelajaran, menyusut dari 12 selama ini, pendidikan di SD diharapkan lebih fokus pada asfek-asfek kemampuan dasar dan tidak membebani peserta didik. secara umum kurikulum baru diharapkan
membentuk manusia indonesia yang berakhlak, berkarakter mulia, berbadan sehat, cerdas, berkpribadian indonesia, dan menunjang nilai-nilai demokrasi.
Harapan dari adanya kurikulum baru tersebut adalah untuk menyiapkan generasi yang handal, inovatif dan berkarakter serta siap mengurangi tantangan zaman dimasa yang akan datang. Namun tentu saja semua itu tergantung oleh dukungan masyarakat dan khususnya pelaku pendidikan itu sendiri seperti guru dan kepala sekolah dan juga peserta didik serta orang tua anak didik. (Mida Latifatul M, 2013 : 120).
Kurikulum ini selaras dengan tantangan abad ke-21, dimana sebagai warga dunia, peserta didik dituntut memiliki keterampilan berfikir kritis, kreatif, kolaborasi, kamunikasi, sanggup menentukan keputusan, enterprener, hemat, peduli terhadap kesehatan dan lingkungan.
Guru sebagai pengembang kurukulum perlu memahami ciri dominan kurikulum 2013. Pertama student center, berpusat pada siswa. Pembelajaran ini hendaknya mengubah mindset guru yang cenderung “papan tulis oriented”
dan “buku paket oriented”, dan hanya berlangsung didalam kelas sehingga peserta didik bosan belajar dan kurang memahami keterkaitan antara apa yang dipelajari dengan kehidupan nyata, ke KBM yang kontekstual sehingga mendorong peserta didik untuk mempelajari dan memahami iptek, keterampilan dan sikap posotif yang dibutuhkan dalam kehidupan bermayarakat.
Demikian juga dengan mindset guru dalam membangun lingkukangannya dikelas dan diluar kelas hendaknya berubah. Menghukum secara fisik peserta didik karena jengkel, sebaiknya dihindari. Sebaliknya, guru menggunakan keadaan positif peserta didik untuk menarik mereka kedalam pembelajaran di bidang-bidang dimana mereka dapat mengembangkan kompetensinya.
Kurikulum 2013 diperkuat oleh kompetensi inti yaitu regius, sosial, kognitif dan keterampilan. Melalui kompetensi inti ini, mindset guru dalam pembelajaran hendaknya berubah tidak lagi hanya menargetkan kemampuan kognitif dan keterampilan. Akan tetapi, setiap pembelajaran diharapkan lebih mendekatkan peserta didik terhadap agama yang dianutnya dalam wujud rasa
syukur dan terhadap sesamanya dalam bentuk keterampilan sosial dan kepekaan sosial. Guru sebagai teladan dan fasilitator dan hendaknya membentu peserta didik dalam menemukan potensi dirinya.
Guru harus menerapkan KBM dengan mendekatkan sciencetific melaui tiga metode, project based learning, problem based learning dan discovery learning. Pendekatan ini menuntut mindset guru agar segera meninggalkan proses belajar yang sangat menekankan pada kemampuan berfikir linier (memori) diotak kiri, beralih menjadi membiasakan diri pada KBM yang mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi di otak kanan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar, yaitu proses mendengar, melihat, mengamati, mengerjakan, dan memahami sesuatu.
Sistem penilaian pada kurikulum 2013 tidak lagi bersifat kognitif semata.
Akan tetapi, bersifat autentik, menyeluruh, mendalam pada proses. Hal ini hendaknya mengubah mindset guru untuk tidak lagi melakukan evaluasi belajar yang terlau berfokus pada kognitif berupa nilai akhir akademik.
Perlu ada perubahan maindset bahwa guru harus menjadi pembelajaran sepanjang hayat. Guru jangan merasa cukup dengan apa yang telah dipahami dan dukasai sehingga berhenti belajar dan mengembangkan diri. Bimtek, seminar, pelatihan, diklat dan diskusi d MGMP menjadi sarana yang potensial untuk meningkatkan kualitas guru sebagai pengembangan kurikulum.
Dengan ini penulis buat skema pengaruh penerapan kurikulum 2013 terhadap hasil belajar IPS siswa di SMPN 1 Sumber Kab. Cirebon.
Pemerintah (Kurtilas)
Sekolah dan perangkat sekolah, Guru PBM Penerapan Kurikulum 2013
Hasil belajar Hasil belajar siswa
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Peelitian Tentang Pengaruh Penerapan Kurikulum 2013 Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa
Hasil belajar ranah kognitif kepada kemampuan “berfikir”, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan masalah. Hasil belajar ranah efektif berhubungan dengan
“perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan ranah hasil belajar psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot. (etin solihatin, 2012 : 6). Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengeolompokan kedalam tiga ranah bertujuan membantu usaha untuk menguraikan secara jelas dan spesifik hasil belajar yang diharapkan.
Hasil belajar itu diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja direncanakan guru dalam perbuatan mengajarnya. Mengajar tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran dari guru kepada siswa. Mengajar merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang diupayakan guru untuk terjadinya proses belajar sesuai tujuan yang dirumuskan. Karena dilihar dari orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara sikap, keterampilan dan pengetahuan.