TANTANGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA KARAKTER SISWA
DI SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam
OLEH:
RODHIYAH NIM: MPA.16.2467
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
P A S C A S A R J A N A
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731 Fak. (0741) 60548 e-mail: [email protected]
Jambi, 16 Agustus 2018
Pembimbing I : Dr. H.Kasful Anwar Us, M.Pd Pembimbing II : Dr. Zawaqi Afdal Jamil, M.Pd.I
Alamat : PPs UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Kota Jambi
NOTA DINAS Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan persyaratan yang berlaku di Program Pascasarjana UIN STS Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis saudara RODHIYAH NIM : MPA.16.2467, Konsentrasi Pendidikan Agama Islam dengan judul Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi. Telah dapat diajukan untuk ujian tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister S2 Program Studi Manajemen Pendidikan Islam dalam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam pada Pascasarjana UIN STS Jambi.
Dengan demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga bermanfaat bagi kepentingan agama nusa dan bangsa.
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H.Kasful Anwar Us, M.Pd
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
P A S C A S A R J A N A
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741) 60731 Fak. (0741) 60548 e-mail: [email protected]
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : RODHIYAH
NIM : MPA.16.2467
Tempat/Tgl.Lahir : Ds. Buat, 23 September 1994 Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Alamat : Ds. Buat Kec. Bathin III Ulu Kabupaten Muaro Bungo
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Pascasarjana UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui tesis ini.
Demikianlah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jambi, 16 Agustus 2018 Penulis
RODHIYAH
NIM. MPA.16.2467
KEMENTERIAN AGAMA RI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
P A S C A S A R J A N A
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi, Telp. (0741)60731 Fak. (0741) 60548 e-mail: [email protected]
MOTTO
Artinya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.69
69Departemen Agam RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 2005), hal. 503.
PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang dan rasa syukur kepada Allah SWT dan dengan kerendahan serta ketulusan hati, ku persembahkan Tesis ku ini kepada :
1. Kedua Orangtua saya Bapak Zubir dan Ibu Asiah S.Pd.I beserta Kakak saya Ahmad Ghozali yang memberikan motivasi agar saya dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu, dan adik-adik tersayang Husnul Hasanah dan Al- Fatih terimakasih buat senyuman hangatnya yang menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Teman-teman seperjuangan khususnya PAI NON REG (2016) yang banyak membantu (baik langsung maupun tidak) hingga terselesaikan Tesis ini.
3. Rekan-rekan kerja di TK Islam Al Azhar Jambi yang selalu memberikan masukan dan dorongan, memaklumi setiap kesibukan saya dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Keluarga besar SMA Negeri1 Muaro Jambi yang telah bersedia saya repotkan sehingga saya dapat memenuhi data-data penelitian yang saya butuhkan.
ABSTRAK
Rodhiyah, Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi, Tesis, Manajemen Pendidikan Islam/ Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2018.
Berdasarkan hasil studi awal yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Muaro Jambi maka terdapat beberapa permasalahan yang terjadi . Seperti: Sebagian siswa menunjukkan rendahnya karakter, hal ini ditandai dengan 1) Maraknya tawuran antar pelajar. 2) Kecendrungan sebagian siswa merokok pada jam istirahat. 3. Sebagian siswa terlambat datang kesekolah. 4) Rendahnya penghormatan terhadap guru hal ini ditandai ketika siswa bertemu dengan seorang guru tidak ada tegur sapa dari diri siswa tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Tahap teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan verifikasi data, sedangkan pengecekan keterpercayaan data dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi, dan melakukan konsultasi ke pembimbing.
Penelitian ini menghasilkan tiga kesimpulan yaitu: 1) Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi yaitu faktor lingkungan, dan faktor keluarga, yang mana keluarga adalah faktor yang membantu terbentuknya karakter seorang anak. 2) Kendala guru Pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi adalah kurangnya dasar agama yang dimiliki siswa, sehingga siswa terkadang berbuat ataupun berprilaku semaunya, karena menurut mereka berprilaku dan bertindak semaunya sudah menjadi kebiasaan. kurangnya kerja sama sekolah dengan orang tua siswa, lingkungan bermain siswa di luar jam sekolah dan pengaruh negatif berbagai media yang merusak. 3) Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi melalui prilaku dan ucapan seperti keteladanan pendekatan, teguran dan bimbingan pembiasaan nasehat dan hukuman. Sementara itu upaya juga dilakukan melalui kegiatan keagamaan seperti kegiatan Peringatan Hari Besar Islam, pesantren Kilat pada Bulan Ramadan, Kultum dan yasinan rutin di sekolah pada hari Jum‟at, perlombaan-perlombaan keagamaan dan sebagainya. Upaya yang dilakukan ini sedikit banyaknya telah dapat mengatasi kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
Kata kunci : tantangan guru, membina karakter siswa
ABSTRACT
Rodhiyah , The Challenge of Islamic Education Teachers Building Student Caracter In Senior High School (SMAN) 1 Muaro Jambi, Thesis, Management of Islamic Education / Islamic Educations, Postgraduate UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2018.
Based on the results of initial studies that the author did in SMA Negeri 1 Muaro Jambi then there are some problems that occur. Such as:
Some students show low characters, this is indicated by: 1) The rise of brawl between students. 2) The tendency of some students to smoke at break time. 3) Some students are late coming to school. 4) Low respect for teachers this is marked when students meet with a teacher there is no hello from the student self.
This research is a qualitative research by using data collection method of observation, interview, and documentation. Stages of data analysis techniques include data reduction, data presentation and data verification, whereas checking of data reliability is done with extension of participation, observation accuracy, triangulation, and consultation to supervisor.
This research yields three conclusions, namely: 1) Factors that cause low character of students in SMA Negeri 1 Muaro Jambi that is environmental factor, and family factor, which family is factor which helps to form character of a child. 2) Constraints of Islamic Religious Education teachers in fostering the character of students in SMA Negeri 1 Muaro Jambi is the lack of basic religion owned by students, so that students sometimes do or behave at will, because according to them behave and act as it has become a habit. lack of school co-operation with parents, student play environments outside school hours and the negative influence of various destructive media. 3) Efforts of Islamic Religious Education teachers in fostering the character of students in SMA Negeri 1 Muaro Jambi through behavior and speech such as exemplary approach, reprimand and guidance habituation advice and punishment. Meanwhile, efforts are also made through religious activities such as the commemoration of the Great Moslem Day, Pesantren Kilat in Ramadan, Kultum and yasinan routine at school on Fridays, religious competitions and so on. This effort has done a bit to overcome the obstacles of Islamic Religious Education teachers in fostering morals in SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
Keywords : the challenge of teacher, character student
KATA PENGANTAR
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister (S2) Konsentrasi Pendidikan Agama Islam (PAI) Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
Penulisan tesis ini, dilandasi beberapa kajian literatur yang berhubungan dengan tantangan guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa. Tesis ini ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan, yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Muaro Jambi yang beralamat di jl. Jambi-Ma Bulian Km 20, kelurahan Pijoan Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan judul: Tantangan guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Magister (S2) Manajemen Pendidikan Islam Konsentrasi Pendidikan Agama Islam pada program Pascasarjana UIN STS Jambi. Selama proses penyelesaian tesis ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak lansung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Dr.H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. A. Husein Ritonga, MA selaku Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi.
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd selaku Wakil Direktur Pascasarjana UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. H. Kasful Anwar Us, M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr.
Zawaqi Afdal Jamil, M.Pd.I selaku Pembimbing II.
5. Dr. Abdul Malik Selaku Ketua Program Studi Managemen Pendidikan Islam Pascasarjana UIN STS Jambi.
6. Kepala SMA Negeri 1 Muaro Jambi, Bapak Drs. Helmi.
7. Para guru, staf, dan siswa SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
8. Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UIN STS Jambi.
9. Bapak dan Ibu staf Pascasarjana UIN STS Jambi.
10. Teman-teman seperjuangan Pascasarjana UIN STS Jambi.
11. Semua yang tidak dapat peneliti sampaikan satu persatu.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada penulisan tesis ini, oleh karena itu saran dan kritikan guna penyempurnaan tesis ini, akan penulis terima, semoga tesis ini dapat berguna bagi pembaca sekalian.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih.
Jambi, 11 Juni 2018 Penulis
RODHIYAH
NIM : MPA.16.2467
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I HALAMAN NOTA DINAS ... II HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS TESIS ... III HALAMAN MOTTO ... IV HALAMAN PERSEMBAHAN ... V ABSTRAK ... VI ABSTRACT ... VII KATA PENGANTAR ... VIII DAFTAR ISI ... X DAFTAR TABEL ... XII DAFTAR GAMBAR ... XIII DAFTAR LAMPIRAN ... XIV LITERASI ... XV
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 11
C. Fokus Penelitian ... 11
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN .. 13
A. Landasan Teori ... 13
1. Guru ... 13
a. Tantangan guru dalam membina karakter... 20
b. Upaya guru dalam membina karakter ... 23
2. Karakter ... 26
a. Pembinaan karakter siswa ... 26
b. Pendidikan Karakter ... 29
c. Tahap-Tahap Pendidikan Karakter ... 31
d. Lingkungan Pendidikan Karakter ... 33
e. Kedudukan dan Pentingnya Karakter ... 34
f. Strategi Pembentukan Karakter ... 35
g. Nilai-Nilai Karakter ... 38
B. Penelitian yang Relevan ... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44
A. Pendekatan Penelitian ... 44
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ... 46
C. Jenis dan Sumber Data ... 48
D. Teknik Pengumpulan Data ... 50
E. Teknik Analisis Data ... 54
F. Uji Kepercayaan Data ... 56
G. Rencana dan Waktu Penelitian ... 59
BAB IV DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 61
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61
1. Historis dan Geografis ... 61
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 62
3. Kurikulum Sekolah ... 63
4. Struktur Organisasi Sekolah ... 65
5. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 66
6. Sarana dan prasarana ... 83
B. Temuan Hasil Penelitian ... 86
1. Faktor Penyebab Rendahnya Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 86
2. Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 96
3. Upaya guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 102
C. Analisis Hasil Penelitian ... 111
1. Faktor Penyebab Rendahnya Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 111
2. Kendala Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membina Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 123
3. Upaya guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi ... 125
BAB V PENUTUP ... 132
A. Kesimpulan ... 132
B. Implikasi ... 132
C. Rekomendasi ... 133
D. Saran ... 134
E. Kata Penutup ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 140
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA ... 144
DAFTAR RESPONDEN ... 147
CURRICULUM VITAE ... 148
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter …………. 39
Tabel III.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ……… 60
Tabel IV.1 Kompetensi Lulusan ……… 63
Tabel IV.1 Kompetensi Lulusan 63 Tabel IV.2 Susunan Pengurus Tata Usaha SMA N 1 Muaro Jambi 67 Tabel IV.3 Nama-Nama Guru SMA Negeri 1 Muaro Jambi... 73
Tabel IV.4 Kreteria Kelulusan ………... 77
Tabel IV.5 Pembagian Tugas Wali Kelas TA 2017-2018………... 78
Tabel IV.6 Perpustakaan...……… 80
Tabel IV.7 Rekapitulasi Keadaan Siswa SMA N 1 Muaro Jambi.... 82
Tabel IV.8 Sarana dan Prasarana ………... 84
Tabel IV.9 Keadaan Sekolah... 85
Tabel IV.10 Sarana Luar ... 85
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Muaro Jambi ……… 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Pedoman Observasi
Lampiran 5 Dokumen Pendukung (Foto Dan Dokumentasi) .
LITERASI
Huruf arab disebut juga dengan huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf di bawah ini adalah :
HURUF ARAB
NAMA
HURUF BUNYI HURUF ARAB
NAMA
HURUF BUNYI
ا
Alif Aض
Dlod Dlب
Ba Bط
Tho Thت
Ta Tظ
Dzo Dzث
Tsa Tsع
„ain „aج
Jim Jغ
Ghoin Ghح
Ha Hف
Fa Fخ
Kho Khق
Qof Qد
Dal Dك
Kaf Kذ
Dzal Dzل
Lam Lر
Ro Rم
Mim Mز
Za Zن
Nun Nس
Sin Sو
Waw Wش
Syin Syء
Hamzah Aص
Shod Shي
Ya YBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Karakter dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Dengan demikian karekter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri dan terejawahkan dalam prilaku (kementerian Pendidikan Nasional, nilai-nilai yang unik, baik itu kemudian dalam Disain Induk Pembangunan karakter bangsa 2010-2025 dimaknai sebagai tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.70
Karakter dapat diartikan sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen dan watak seseorang. Karakter dalam pengertian ini menandai dan memfokuskan pengaplikasian nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan dan tingkah laku. Orang-orang yang tidak mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan tentu saja berkarakter jelek, sedang yang mengaplikasikan berkarakter mulia.
Karakter yang dimaksudkan adalah karakter yang mulia yang diharapkan dan dapat dikembangkan peserta didik. Dalam hal ini membangun karakter peserta didik mengarah pada pengertian tentang mengembangkan peserta didik agar memiliki kepribadian, prilaku, sifat, tabiat, dan watak yang selagi mulia. Karakter seperti ini mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan kecakapan yang memenuhi standar nilai dan norma yang dijunjung tinggi dan dipatuhi.71
Karakter yang baik merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh peserta didik, namun ada beberapa halyang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita adalah menurunnya moral dan karakter bangsa. Kita ambil saja contoh, banyaknya pelajar-pelajar kita yang dalam pergaulan
70Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hal 42.
71Imam Suyitno “ Pengembangan Pendidikan Karakter Dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Local” Nomor.1, Februari 2012, hal: 3.
1
sehari-hari, berkata kotor atau berkata hal-hal yang tidak pantas.
Kemajuan teknologi yang tidak dibarengi dengan karakter yang baik, sehingga menyalah gunakannya dengan membolos sekolah ketika jam pelajaran sekolah untuk bermain game online di warung-warung, internet yang banyak bertebaran di sekeliling kita.
Membangun karakter merupakan upaya mendidik anak agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga keputusan untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakatlingkungan. Koesoema mengemukakan gagasan serupa yaitu Karakter adalah struktur antropologis yang terfokus pada proses pembangunan Manusia yang terus menerus memperbaiki diri sebagai orang yang saleh. Itu adalahnilai kebajikan seperti keuletan, tanggung jawab, kemurahan hati dan lain-lain.Kemudian Rachman mengemukakan bahwa karakter adalah sebagai usaha sadar dan disengaja untuk membangunan karakter siswa yang baik harus dilakukan dengan konsisten. 72
Karakter siswa harus dibentuk dan diperhatikan secara khusus dikarenakan seiring terjadinya perkembangan dampak globalisisasi yang semakin hari smakin merusak moral siswa, oleh karena itulah yang mesti bertanggung jawab adalah pendidikan lebih khusus lagi adalah para guru.
Demikian pula dengan pendidikan karakter. Menghadapi kenyataan sebagaimana tersebut, pendidikan di Indonesia harus dibenahi.
Setidaknya, harus ada porsi yang besar agar anak didik yang dibina di lembaga pendidikan Indonesia mempunyai karakter yang baik.
Pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang mana yang baik sehingga siswa menjadi paham, mampu merasakan, dan mampu melakukan mana yang baik.Secara moral berbagai persoalan yang timbul sebagai akibat dari kemajuan sebagaimana tersebut di atas merupakan
72Anderson L. Palinussa, “Students’ Critical Mathematical Thinking Skills and Character: Experiments for Junior High School Students through Realistic Mathematics Education Culture-Based”, IndoMS. J.M.EVol. 4 No. 1 January 2013, Hal : 79.
tanggung jawab kalangan dunia pendidikan, untuk mencari solusi pemecahannya melalui strategi pemebelajaran yang efektif dan efesien.73
Pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak dalam perkembangan peradaban sebuah bangsa terutama pada era globalisasi saat ini.Tujuan pendidikan nasional, juga menjadi dasar pelaksanaan pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi yang harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendidikan karakter memerlukan proses pemahaman, penanaman nilai, dan pembiasaan, sehingga seorang anak didik dapat mencintai perbuatan baik berdasarkan kesadaran yang timbul dari dirinya. Karakter biasanya terbentuk karena latihan setiap hari, maka sikap guru dalam mengajar juga akan mempengaruhi karakter seorang peserta didik, begitupun dengan proses pembentukan karakter individu yang harus dilakukan sejak dini agar peserta didik memiliki karakter yang baik.
Sehubungan dengan pendidikan karakter, maka dalam mata pelajaran Agama dapat membangun karakter bangsa yang lebih baik, khusus untuk guru Agama dapat memberikan pengembangan pengetahuan watak, mental, moral dan karakter dengan menumbuhkan nilai karakter kepada siswa. Dalam prespektif Islam pendidikan secara teoritik sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia; seiring dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak (karakter) manusia.74
Adapun nilai-nilai dasar pendidikan karakter bangsa Indonesia adalah relegius, jujur, toleransi, disiplin kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, menghargai/komunikatif, cinta damai, gemar
73Abduddin Nata, Manajemen pendidikan ( Jakarta: Kencana Prenada Media Gruf ,2003) hal .97.
74 E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Jakarta : Bumi Aksara 2012) hal 03.
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.75 Dari nilai karakter tersebut hendaknya sekolah dan masyarakat menerapkan nilai tersebut kepada peseta didik dengan cara pembinaan contoh saja menghargai sesama, berbicara dengan sopan dan santu,bertanggung jawab, disiplin dan lain sebagainya, agar peseta didik bisa memiliki karakter yang baik. Namum pada kenyataanya peserta didik saat ini tidak memiliki karakter yang baik seperti kurangnya sopan santun, tidak bertanggung jawab, terlambat ke sekolah, dan siswa yang absen ,siswa yang cabut. Maka guru sebagai pendidik dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam harus lebih memperhatikan siswa yang memiliki masalah dalam pembentukan karakter karena hal itu menjadi sebuah tantangan yang harus di hadapi oleh para guru, dan seorang guru mempunyai kewajiban untuk memberikan pengetahuan pendidikan dengan baik, karena siswa SMA masih dalam pencarian jati dirinya, rasa kepedulian guru dapat menentukan pembentukan karakter siswa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau mata pencahariannya mengajar. Mecloed sebagaimana dikutip Muhibbin Syah mengartikan guru sebbagai A person whose occuation is teaching others, yakni seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain. Ahmad tafsir mengartikan guru ialah pendidik yang memberikan pelajaran kepada siswa, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di sekolah. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.76
75Nasrullah, “Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pendidikan Agama Islam”, volume 18 No.1 Malang Juni 2015, hal: 74.
76Amirulloh Syarbini, Guru Hebat Indonesia (Yogyakarta: Arruz Media, 2015) hal.30.
Guru atau pendidik mempunyai tugas yang mulia sehingga Islam memandang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orang-orang yang bukan sebagai pendidik, tetapi disamping itu orang-orang yang berilmu tidak boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmu-ilmu yang dimilikinya.Penghormatan dan penghargaan Islam terhadap orang-orang yang berilmu itu terbukti di dalam al-Qur‟an surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi:
)اا : هلداجملا( "...ٍتىَج َرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنْيِذهلا َو ْمُكْنِماوُنَماَءَنْيِذهلا ُ هللَّا ِعَف ْرَي..."
Artinya : “Niscaya Allah meninggikan beberapa darajat kepada orang- orang beriman dan berilmu”. (Q.S Al-mujadalah : 11)77
Guru memang menempati kedudukan yang terhormat dalam masyarakat, kewibawaanlah yang menyebabkan guru itu dihormati sehingga masyarakat tidak meragukan figurnya, masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik mereka agar menjadi orang yang bisa bersifat mulia baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru mempunyai kelebihan yang tak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Guru merupakan jabatan professional dengan tugas utama mengajar, mendidik, melatih dan menilai peserta didik pada jalur formal pendidikan formal.78
Guru adalah sebagai individu yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan juga sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru.79 Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di
77Kementrian Agama RI, Al-Quran dan terjemahan untuk wanita, penerbit wali, Jakarta, 2012, hal 543.
78Amirulloh Syarbini, Op. Cit., hal. 32.
79 Momon Sudarma, Profesi Guru: Dipuji, DIkritisi, dan Dicaci, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013) hal.6.
masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal.Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh para murid.
Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial (social intelegence), agar mereka memiliki hati nurani, rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Tugas dan fungsi guru tidak saja memberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan saja, akan tetapi tugas yang melekat pada dirinya juga, tidak hanya sekadar di sekolah, akan tetapi juga di luar sekolah. Satu hal yang perlu menjadi perhatian dari guru, adalah tugas mendidik, tugas ini adalah sangat berat, karena mendidik tidak saja menjadikan seorang anak yang semula berperilaku tidak terpuji, akan tetapi berubah menjadi anak baik.
Guru harus mengetahui keadaan peserta didiknya, seperti mengetahui nama-nama peserta didik, karakter, intelektual motivasi untuk belajar, pergaulan dan keadaan keluarga peserta didik. Semua itu dilakukan sebagai modal guru dalam mengawasi peserta didik baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Melihat fenomena yang terjadi di dalam dunia pendidikan sekarang ini, tidak sedikit hubungan guru dan murid pada akhirnya terkena dampak pergeseran dengan zaman globalisasi, dimana landasannya mulai bergeser dari norma kesopanan menuju komersialisasi. Hilangnya moralitas yang tercermin pada sikap murid yang akhir-akhir ini semakin mempertegas dan menyampingkan keberadaan guru. Artinya sikap murid terhadap guru sering tidak dilandasi dengan kesantunan dalam rangka mencari keilmuan. Di dalam kenyataanya tampak bahwa tata cara berprilaku sopan kepada guru bukan merupakan prinsip utama dalam berinteraksi, sebab terutama murid sudah banyak dipengaruhi cara berinteraksi guru dan murid yang ditayangkan dalam film atau sinetron yang mereka tonton, resapi serta mereka tiru.
Guru atau Pendidik diharapkan tidak sekedar transfer ilmu kepada peserta didik, melainkan menanamkan kepribadian baik dan nilai-nilai
yang ada dalam pancasila kepada peserta didik. Guru belum bisa dikatakan sukses mendidik, jika peserta didik hanya memiliki kecerdasan intelektual saja. Guru sebagai pendidik maksudnya adalah posisi social guru benar-benar hanya berada dalam ruangan ukuran 8x8 m. Tidak di luar kelas. Hanya dikelas itulah, guru berperan.dalam ruangan berukuran kecil itulah, guru memberikan petuah dan ajarannya mengenai berbagai hal, terkait dengan mata pelajaran yang diampunya kepada para peserta didik.80
Guru dikatakan sukses, jika peserta didiknya memiliki kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual. Oleh sebab itu, pendidikan di sekolah juga diharapkan memiliki program yang bisa dijadikan sebagai sarana pembentukan karakter peserta didik. Dengan demikian guru Pendidikan Kewarganegaaraanmemiliki peran dalampembentukan karakter para siswa dalam pembelajaran di sekolah (kelas).Dalam konteks pencapaian tujuan pendidikan karakter, guru menjadi ujung tombak keberhasilan tersebut. Guru sebagai sosok yang ditiru, mempunyai peran penting dalam aplikasi pendidikan karakter di sekolah maupun di luar sekolah.
Sebagai seorang pendidik, guru menjadi figur dalam pandangan anak, guru akan menjadi patokan bagi sikap anak didik.
Pembinaan karakter pada setiap jenjang pendidikan, diharapkan mampu menjadikan peserta didik sebagai insan yang beretika, bermoral serta mampu berinteraksi di tengah masyarakat secara harmonis dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang bersumber pada agama dan budaya luhur bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan saat ini, tayangan media yang semakin sering menayangkan perselisihan berbagai pihak, kekerasan dan bahkan akses untuk melihat tayangan asusila dalam masyarakat menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sedang mengalami krisis moral. Dalam konteks ini, pendidikan karakter diharapkan menjadi solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi. Pendidikan karakter bagi siswa memiliki makna
80 Momon Sudarma, Op. Cit., hal 10.
yang tidak hanya sekedar pendidikan tentang kebaikan. Pendidikan karakter memiliki arti yang lebih tingggi dari pendidikan moral yang mengajarkan mana yang benar mana yang salah.
Kondisi di atas, tidak lepas dari peran guru yang sebagian besar telah menyandang gelar guru profesional. Guru tidak hanya bertanggung jawab melaksanakan tugas mengajar atau sebatas menyampaikan materi pelajaran di kelas, tetapi juga memiliki tanggung jawab untuk mendidik dalam arti membina karakter peserta didiknya. Dalam UUD 1945 menyebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan pengajaran, dan pengajaran ini menjadi landasan dalam membina karakter. Sejak adanya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 para pendiri bangsa ini telah menyadari pentingnya usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemikiran ini diperkuat dengan kenyataan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 yang menekankan bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran81.
Sebenarnya, upaya melakukan pendidikan karakter terutama indonesia telah dilakukan, yaitu dalam bentuk pengintegrasiannya ke dalam mata pelajaran yang relevansi seperti agama dan PKn. Tetapi dengan melihat fenomena krisis moral yang terjadi sekarang ini, pendidikan yang berhubungan dengan pendidikan karakter yaitu agama dan PKn telah dianggap gagal dalam menjalankan misinya. Hal itu dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajarannya lebih banyak menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan psikomotorik.
Peranan sekolah sangat penting yaitu memberikan pendidikan moral danapabila tidak adanya pendidikan moral yang diberikan sekolah dapat berdampak terhadap anak akan cepat masuknya pengaruh kekerasan terhadap karakter anak dan membuat nilai-nilai yang berlaku tidak berfungsi.
81Media Rafeldi, UUD 1945 Amandemen dalam satu naskah (Jakarta: Alika,2016) hal.104.
Sekolah bertugas membentuk karakter anak agar mempunyai pemikiran yang positif dan perilaku yang menunjukkan tata krama yang baik. Keduanya harus seimbang agar nanti ketika berinteraksi dengan masyarakat mereka dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun masyarakat seperti menyumbangkan pemikiran positif dan menampilkan sikap kesopanan dalam bermasyarakat dengan menghargai setiap hak- hak yang dimiliki individu, taat pada peraturan yang berlaku, serta gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Sejatinya seorang yang berpendidikan atau melibatkan dirinya dalam dunia pendidikan memiliki akhlak yang baik, namun pada kenyataannya Hal selanjutnya yang dapat mencegah seseorang dari perilaku tidak baik adalah agama, dalam hal ini yang penulis maksudkan adalah agama Islam, banyak orang-orang yang berpendidikan tidak memiliki akhlak yang baik, terbukti dengan banyaknya kasus tindakan kriminal yang dilakukan anak sekolah terlebih anak SMA yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju remaja yang nantinya menuju dewasa.Hal selanjutnya yang dapat mencegah seseorang dari perilaku tidak baik adalah agama.
Agama di dalam Al-Quran di sebut Millah, misalnya Millatu Ibrahim, artinya agama (yang dibawa) Ibrahim (QS. An-Nahl/16: 123). Selain itu Agama juga disebut Din atau al-Din (QS. Al-Kafirun/109: 6), yang selain berarti agama, juga berarti pembalasan di hari kiamat, adat kebiasaan, undang-undang, peraturan dan ketaatan.82
Agama sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak, sehingga pembentukan pribadi anak membaur sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan pendidikan dengan persyaratan- persyaratan tertentu dan pengawasan serta pemeliharaan yang terus- menerus sehingga pelatihan dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap memiliki kemungkinan untuk berkembang secara wajar dalam
82Tim Dosen pendidikan Agama Islam Universitas Jambi, Pendidikan Agama Islam berbasis ( Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2015) hal. 8-9.
kehidupan dimasa mendatang. Agama sebenarnya menarik untuk dipelajari, karena agama diperuntukkan bagi manusia, namun kenyataan masih banyak orang yang kurang peduli dengan agama yang dianutnya.
Mereka hanya sekedar mengakui dan menyadari bahwa dirinya telah beragama.83
Agama merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan karakter peserta didik. Oleh karena itu mata pelajaran pendidikan agama Islam semestinya menjadi perhatian penting, karena seiring dengan era globalisasi, peserta didik tidak lagi menganggap penting mata pelajaran agama Islam, hal ini dikarenakan oleh adanya modernisasi yang mendorong manusia untuk selalu bersikap materialistis dan industrialistis, dan mengesampingkan hal-hal yang sifatnya membentuk moral dan etika manusia itu sendiri, disisi lain pendidikan agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang memiliki nilai-nilai yang sangat penting dalam membentuk karakter peserta didik, dimana ajaran-ajarannya dapat dijadikan sebagai pondasi dalam menjalani kehidupan didunia modern seperti sekarang.
Islam memandang penting akhlak atau karakter siswa dan salah satu misi diutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini adalah menyempurnakan akhlak. Akhlak menjadi salah satu indikator kesempurnaan iman seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
ْيَلَع ُالله ىَلَص ِالله ُل ْوُس َر َلاَق : َلاَق ُهْنَع ُالله َي ِض َر َة َرْي َرُه يِبَا ْنَع َو َنْيِنِم ْؤُمْلا ُلَمْكَا : َمَلَس َو ِه
ىذمرتلا هاور( اًقُلُخ ْمُهُنَسْحَا اًناَمْيِا
)
Artinya :
Dari Abu Hurairah RA, berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya yaitu orang yang paling baik budi pekertinya (akhlaknya) (HR. Al Tirmidzi).84
83Tim Dosen pendidikan Agama Islam Universitas lampung, Pendidikan Agama Islam berbasis karakter di perguruan tinggi ( Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2014) hal.31.
84 Muslich Shabur, Terjemah Riyadhus Shalihin, (Semarang : Toha Putra, 2004), hal.
324.
Berdasarkan hasil studi awal yang penulis lakukan di SMA Negeri 1 Muaro Jambi maka terdapat beberapa permasalahan yang terjadi . Seperti: Sebagian siswa menunjukkan rendahnyakarakter, hal ini ditandai dengan
1. Maraknya tawuran antar pelajar
2. Kecendrungan sebagian siswa merokok pada jam istirahat 3. Sebagian siswa terlambat datang kesekolah
4. Rendahnya penghormatan terhadap guru hal ini ditandai ketika siswa bertemu dengan seorang guru tidak ada tegur sapa dari diri siswa tersebut.85
Berdasarkan temuan diatas, untuk mendapatkan data secara ilmiah maka dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana tantangan guru pendidikan agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi?
2. Apa saja kendala guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi?
3. Bagaimanakah upaya guru pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi?
C.Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada tantangan guru. Yaitu guru pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Muaro Jambi serta bagaimana Karakter siswa SMA Negeri 1 Muaro jambi.
85Hasil observasi, Rabu 28 April, 2017 pukul 08.30 WIB.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu:
a) Untuk mengetahui yang menyebabkan rendahnya karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi.
b) Untuk mengetahui kendala guru Pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi?
c) Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam membina karakter siswa di SMA Negeri 1 Muaro Jambi?
2. Kegunaan Penelitian a.Secara teoritis
1) Dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya tulis ilmiah yang dapat menambah khasanah keilmuan dunia Pendidikan.
2) Memberi sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan bagi pascasarjan UIN sulthan thaha saifuddin Jambi.
3) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Starata 2 (Dua), di ilmu pendidikan Islam pada UIN STS Jambi.
b.Secara praktis
Untuk menambah wawasan bagi penulis sehingga nantinya dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menghadapi permasalahan di sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori
1. Guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru di artikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam Undang- Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 2, dikatan sebagai tenaga profesional yang mengadung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan pendidikan tertentu.86
Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus.
Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagi guru. Profesi guru memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional, yang harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga pelu pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan.87
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasa, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.
86Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal 101
87 Ibid.
Apabila dilihat dari rincian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru, al-Abrasyi yang mengutip pendapat al-Ghazali bahwa88:
a) Guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid dan memberlakukan mereka seperti perlakuan anak sendiri.
b) Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi bermaksud dengan mengajar itu mencari keridaan Allah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
c) Memberikan nasehat kepada murid pada tiap kesempatan, bahkan menggunakan setiap kesempatan itu untuk menasehati dan menunjukinya.
d) Mencegah murid dari akhlak yang tidak baik dengan jalan sindiran jika mungkin dan dengan jalan terus terang, dengan jalan halus, dan tidak mencela.
e) Seorang guru harus menjalankan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan perbuatannya.
Bila diperhatikan lebih jauh, tugas dan tanggung jawab yang mestinya dilaksanakan oleh guru yang telah dijelaskan pada firman Allah di atas intinya adalah mengajak manusia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ja‟far menegaskan, “Tugas dan tanggung jawab guru menu-rut agama Islam dapat diidentifikasikan sebagai tugas yang harus dilakukan oleh ulama, yaitu menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan guru dengan muballigh/da‟i, melaksanakan tugasnya melalui jalur pendidikan non formal. Rasulullah saw. bersabda:89
Artinya:
88M. Shabir.U “Kedudukan Guru Sebagai Pendidik” VOL. 2 NO. 2 DESEMBER 2015, hal: 226.
89 Ibid hal 226.
Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, „Nabi saw. bersabda,
“Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat”. (HR. al-Bukhari) Berdasarkan hadis di atas dapat dipahami bahwa tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh orang yang mengetahui, termasuk pendidik/guru, adalah menyampaikan apa yang diketahuinya (ilmu) kepada orang yang tidak mengetahui.
Saiful Bahri Djamarah secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak mengenal guru. Hal ini dikarenakan figur seorang guru itu bermacam-macam seperti guru silat, guru ngaji, guru mata pelajaran, dan lain-lain. Ki Hajar Dewantara menyebutkan sosok guru sebagai berikut tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, ing ngarso sung tulodo.90
Menurut Mulyasa, semua orang yakni bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembengan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Kenyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya peserta didik; ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara optimal.91
90 Martinis Yamin, Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas Strategi meningkatkan Mutu Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), 100-102.
91 Ibid.
Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Di antara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut:92
a) Sebagai pendidik dan pengajar; bahwa setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realitas, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan.
b) Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat.
c) Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, mengusai ilmu kepemimpinan, prinsip hubungan antar manusia, teknik komunikasi, serta mengusai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah.
d) Sebagai administrator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, sehingga harus memiliki pribadi yang jujur, teliti, rajin, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan.
e) Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus mampu dan mengusai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar-mengajar di dalam maupun di luar kelas.
Demikian peran dan fungsi guru pada umumnya, yang harus dilakukan oleh guru sebagai pekerja professional. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin diantara kita masih ingat, ketika duduk di kelas 1 SD, guru lah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu demi satu tangan peserta didik dan membantunya untuk
92 E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Rosda Karya 2012) hal 19.
memegang pensil dengan benar. Guru pula yang memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya.
Guru juga bertindak bagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas seperti di TK dan SD. Guru-lah yang menggendong peserta didik ketika ada peserta didik ketika jatuh atau mengatsi perkelahian sesama siswa dan menjadi perawat, teman, dan lain-lain yang sangat menuntut menjadi perawat, keakraban, ketulusan, kreativitas, dan profesionalisme.93
Memahami urian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kpribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarkat, kemajuan negara dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan kompetensinya, secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut:94
a) Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya.
b) Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.
c) Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya.
d) Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahan.
e) Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab.
93 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosda Karya 2008) hal 36.
94 Ibid.
f) Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturrahmi) dengan lain secara wajar.
g) Mengembangkan proses sosialisai yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya.
h) Menjadi pembantu jika diperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan diatas, guru harus mampu memaknai pembelajaran, serta menjadikan pembelajaran sebagai ajaran pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik.
Menurut Gilley dan Enggland membahas kompetensi dari aspek pengembangan sumber daya manusia, bahwa kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga membolehkan ia untuk mengisi suatu peran. Kompetensi juga merupakan pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kunci untuk menghasilkan output dari suatu pelatihan dan pengembangan peran mereka.95
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14/2005 dan Peraturan Pemerintah No. 19/2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi kepribadian, paedagogik, professional, dan social. Farida Sarimaya menjelaskan keempat jenis kompetensi guru beserta sub-kompetensi dan indicator esensial, sebagai berikut:96
1. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
secara ringkas kompetensi kepribadian guru dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Mantap b) Stabil
95 Martinis Yamin dan Maisah, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010) hal 2.
96 Ibid.
c) Dewasa
d) Arif dan bijaksana e) Berwibawa
f) Akhlak mulia
g) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat h) Mengevaluasi kinerja sendiri; dan
i) Mengembangkan diri serta berkelanjutan 2. Kompetensi paedagogik
Kompetensi paedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara ringkas kompetensi paedagogik ini meliputi :
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b) Pemahaman terhadap peserta didik
c) Pengembangan kurikulum/silabus d) Perancangan pembelajaran
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f) Evaluasi hasil belajar
g) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
3. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.
4. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru meliputi empat hal yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi paedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi sosial.
a. Tantangan guru dalam membina karakter
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, tantangan adalah hal atau objek yang menggugah tekad untuk meningkatkan kemampuan mengatasi masalah, ransangan (untuk bekerja lebih giat dan sebagainya). Tantangan adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melihat kemampuan suatu bangsa atau negara.Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan.97 Sedangkan tantangan yang dimaksud penulis adalah suatu usaha yang bertujuan untuk melihat kemampuan seseorang dalam melakukan sesuatu.
Adapun bentuk tantangan yang dihadapi oleh seorang guru adalah sebagai berikut. Ada Tantangan yang bersifat internal dan ada juga tantangan yang bersifat eksternal98:
Berikut tantangan yang bersifat internal, diantaranya:
1) Kemampuan dan karakter guru yang belum mendukung
2) Budaya dan kultur sekolah yang kurang mendukung
3) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang baik. Indikator yang tidak baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mencapai nilai karakter yang baik sesuai yang diharapkan.
4) Sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan misinya. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan dalam
97 Bambang Dwi Argo, Tantangan dan Hambatan di Era Globalisasi, Jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Semarang, 2013, hal. 69.
98 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/tantangan-pembentukan- karakter-3/
memilih nilai-nilai karakter yang cocok dan sesuai dengan visi sekolahnya. Hal ini berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas juga penilaian dan monitoringnya.
5) Pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisasikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum dapat memahaminya.
6) Guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang harus dikembangkan oleh guru pengampu.
Nilai-nilai karakter mata pelajaran belum dapat dipelajari dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.
7) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintregasikan nilai-nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah berjalan, tetapi pelatihan masih sangat terbatas yang diikuti guru sehingga berdampak kurang maksimalnya penanaman nilai-nilai karakter pada mata pelajaran.
8) Guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai umum di sekolah belum dapat dilaksanakan dengan baik.
Selain tantangan internal terdapat juga tantangan yang bersifat eksternal, diantaranya :
1) Pengaruh globalisasi
2) Perkembangan sosial masyarakat
3) Perubahan lingkungan sosial secara global yang mengubah tata nilai, norma suatu bangsa menjadi lebih terbuka
4) Pengaruh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah mengubah tatanan sosial masyarakat.
5) Mengucapkan kata‐kata kasar dan provokatif 6) Memposting atau membagikan status bersifat hoax
7) Terlalu sering mengumbar status yang bersifat pribadi yang semesti menjadi rahasia (curhat/foto)
Sebagai guru memang tidak mudah menjadi seseorang yang baik, karena semua itu perlu adanya latihan, pengalaman dan proses yang cukup lama, sehingga mampu mengahadapi tantangan-tantangan yang dihadapi dalam membina karakter siswa, sehingga siswa mampu memiliki karakter yang baik.
b. Upaya guru dalam membina karakter
Pada hakikatnya usaha pembentukan karakter anak memang semestinya dilakukan oleh orang tua. Akan tetapi, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang tua anak adalah pihak sekolah atau gurunya. Sehubungan dengan upaya guru dalam membentuk karakter peserta didik, maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh menjalankan peran tersebut, karena salah membentuk karakter anak akan berakibat fatal bagi kehidupan anak. Oleh karena itu guru memiliki peran penting dan strategis bagi setiap pembaharuan pendidikan, hal ini yang menuntut guru untuk memiliki cara bertindak dalam menanamkan nilai-nilai dasar pendidikan karakter di sekolah.99
Maka dari itu anak memiliki karakter yang berbeda-beda, karena setiap keluarga memiliki karakter yang berbeda yang ditanamkan kepada anak dan menjadi kebiasaan, pihak sekolah hanya bersifat mengasah dan memperdalam lagi karakter mereka. Oleh karena itu, apabila seorang anak tidak mendapatkan pendidikan karakter dari keluarganya dari pihak sekolah agak kesulitan dalam membentuk karakter peserta didik. Seorang
99 Opcit hal 79.
guru harus menjadi seorang pengasuh bagi peserta didik, menjadi panutan dan teladan untuk dicontohi oleh peserta didik, guru pula harus menjadi pembimbing untuk membimbing peserta didiknya yang memiliki integritas dan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari.
Upaya guru dalam pembentukan karakter siswa sebagai contoh atau teladan bagi peserta didik dan khususnya masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, seorang guru haruslah memberi contoh yang baik, segala tingkah lakunya tidak bertentangan dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Segala bentuk penyimpangan tidak akan terjadi jika guru, orang tua dan masyarakat mampu memberikan teladan yang baik bagi seorang anak, potensi untuk berbuat yang melanggar norma, aturan itu akan semakin kecil. 100
Untuk mewujudkan dan terciptanya keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah dalam membentuk karakter siswa, memerlukan upaya yang efektif dan langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh pihak lembaga pendidikan, kepala sekolah, guru-guru maupun praktisi pendidikan dalam membentuk karakter siswa. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus ditanamkan kepada peserta didik guna membentuk watak, kecakapan, kemampuan dan mengembangkan potensi mereka menjadi manusia yang memiliki karakter yang baik, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki keperbadian mulia dalam kehidupannya.
Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
100 Opcit hal 79.
Dalam pembentukan karakter peserta didik guru harus dapat menanamkan 9 pilar nilai-nilai pendidikan karakter. Megawati, pencetus pendidikan karakter di Indonesia telah menyusun 9 pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter, baik di sekolah maupun di luar sekolah, yaitu sebagai berikut.101
1. Cinta Allah dan kebenaran
2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri 3. Amanah
4. Hormat dan santun
5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama 6. Percaya diri, kreatif dan pantang menyerah 7. Adil dan berjiwa kepemimpinan
8. Baik dan rendah hati 9. Toleran dan cinta damai
Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa “watak” dengan
“watuk” (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila “watak” bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila “watak” batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan manusia.
Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga
101 Opcit hal 9.
dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok dan selamanya.
2. Karakter
a. Pembinaan karakter siswa
Dalam kamus besar Indonesia pembinaan mempunyai arti:
membangun, mendirikan, mengusahakan supaya lebih baik. Maka pembinaan berarti: Proses perubahan, Pembaharuan, Penyempurnaan dan Usaha, tindakan dari kegiatan yang dilakukan secara berdayaguna dan berhasil untuk memperoleh hasil yang lebih baik”102
Menurut Thoha. Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan atas sesuatu.103
Menurut widjaja. pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan-urutan pengertian, diawali dengan mendirikan, membutuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha-usaha perbaikan, menyempurnakan dan mengembangkannya. Pembinaan tersebut menyangkut kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan hasil yang maksimal.
Dari beberapa definisi pembinaan diatas, jelas bagi kita maksud dari pembinaan itu sendiri dan pembinaan tersebut bermuara pada
102 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal.134.
103 Linda Novita Sari, Pembinaan Budi Pekerti Luhur Atau Akhlak Mulia Di Sekolah, Administrasi Negara, Volume 4 , Nomor 4 , 2016, Hal: 5152.