• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA LEU KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA ABDUL AZIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA LEU KECAMATAN BOLO KABUPATEN BIMA ABDUL AZIS"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

POTENSI PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA LEU KECAMATAN BOLO

KABUPATEN BIMA

ABDUL AZIS 105950055815

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

POTENSI PEMANFAATAN BAMBU TALI (Gigantochloa apus) PADA HUTAN RAKYAT DI DESA LEU KECAMATAN BOLO

KABUPATEN BIMA

ABDUL AZIS 105950055815

SKRIPSI

Salah satu sarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan strata satu (S-1)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)
(4)
(5)

iv ABSTRAK

Abdul Azis (105950055815). Potensi Pemanfaatan Bambu Tali (Gigantochloa apus) Pada Hutan Rakyat Di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Di bawah Bimbingan Hikmah dan M. Daud

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan potensi pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, dan quisioner. Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka yang bersumber dari buku, jurnal, dan data-data instansi-instansi terkait. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus). Jenis pemanfaatan bambu (produk bambu) yang dihasilkan pada umumnya adalah kandang ayam, pagar, dinding rumah (Jerimpi), tusuk bakso, rebung, dan bahan industri. Persentase pemanfaatan bambu sebagai kandang ayam 36,36%, pagar 22,27%, dinding rumah 18,18%, tusuk bakso 9.09%, pemanfaatan rebung 9,09%, dan pembuatan bahan industri 4,54%. Rata-rata bambu yang digunakan oleh masyarakat adalah 647 batang per KK per tahun.

Kata Kunci: Bambu Tali, Hutan Rakyat, Pemanfaatan, Desa Leu

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada henti diberikan kepada hambahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul “Potensi Pemanfaatan Bambu Tali (Gigantochloa apus) Pada Hutan Rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima”. Salawat dan salam tak lupa pula penulis kirimkan kepada baginda Rasulullah SWT beserta para keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia, untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr.Ir. Andi Khaeriyah M.pd. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Ibu Dr.Hikmah, S.Hut, M.Si, IPM. dan Bapak Ir. M. Daud, S.Hut., M.Si, IPM, C.EIA. Selaku pembimbing yang telah mberikan bimbingan dan arahan.

3. Ibu Dr.Ir. Hikmah, S.Hut, M.Si, IPM. Selaku Ketua Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Paling istimewah dan utama adalah kepada kedua orang tua tercinta bapak Ismail dan ibu Saodah atas doa, kasih sayang, kerja keras, motivasi, semangat dan bimbingannya dalam mendidik dan membesarkan penulis.

5. Seluruh dosen Prodi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan ilmu kepada penulis.

6. Semua pihak yang membantu penulis menyusun mulai dari awal penyusunan hingga akhir yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.

(7)

vi

Akhir kata, Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam isi maupun penyusunan kalimatnya, untuk itu Penulis mohon maaf dan mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun, penulis berharap penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis itu sendiri.

Makassar, Juli 2022

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN KOMISI PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I PENDAHUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Manfaat Penelitian ... 3

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Hasil Hutan Bukan kayu ... 5

2.2. Morfologi Tanaman Bambu ... 6

2.3. Pertumbuhan Bambu ... 8

2.4. Penyebaran Bambu ... 8

2.5. Potensi Tanaman Bambu ... 10

2.6. Pemanenan Tanaman Bambu ... 11

2.7. Pemanfaatan Tanaman Bambu ... 12

2.8. Pemanfaatan Ditinjau Dari Berbagai Tanaman Bambu... 13

2.9. Pemanfatan Bambu Ditinjau Dari Produk Yang Dihasilkan ... 14

(9)

ix

2.10. Kerangka Pikir ... 18

II METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Dan Watu Penelitian ... 19

3.2. Alat Dan Bahan Penelitian... 19

3.3. Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.4. Metode Pengambilan Data ... 19

3.5. Jenis Data ... 20

IV KEADAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Dan Luas Geogafis ... 21

4.2. Iklim ... 21

4.3. Pola Penggunaan Tanah ... 22

4.4. Demografi ... 22

4.5. Sarana Dan Prasarana ... 23

V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden ... 24

5.1.1 Umur Responden ... 24

5.1.2. Tingkat Pendidikan ... 25

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 25

5.1.4. Pekerjan Tetap dan Pekerjan Sampingan ... 26

5.2. Jenis Pemanfaatan yang digunakan Dalam Tanaman Bambu ... 27

5.3. Jenis pemanfaatan bambu ... 28

5.3.1. Pemanfaatan Bambu Oleh Masyarakat ... 29

(10)

x VI PENUTUP

6.1. kesimpulan ... 32 6.2. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No teks halaman

1. Jenis Pekerjaan Responden ... 36 2. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 36 3. Dokumentasi Penelitian ... 36

(12)

1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan kekayaan sumberdaya alam yang banyak memberikan manfaat untuk kebutuhan masyarakat di sekitar hutan.

Hutan saat ini tidak hanya dinilai dari segi kayunya saja karena hutan memiliki banyak sumber daya yang dapat di manfaatkan industri. Indonesia sebagai salah satu industri yang memiliki potensi hutan tropis terbesar ketiga di dunia seharusnya dapat memanfaatkan hasil hutannya dengan baik. Tak terkecuali hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang dimilikinya. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang melimpah di Indonesia adalah bambu (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 2004)

Bambu merupakan tanaman serbaguna dan dikenal luas oleh masyarakat Indonesia, khususnya bagi penduduk yang tinggal di pedesaan. Tanaman bambu banyak digunakan sebagai bahan makanan (rebung), komponen bangunan, hiasan/dekorasi, peralatan dapur, jembatan ringan, bahan pembuat kertas, dan alat industri. Beberapa alasan bambu dapat di kembangkan antara lain bambu dapat hidup di semua musim dan tempat, mempunyai umur tebang industri singkat (4-5 tahun), mudah di tanam dan mempunyai sifat kekuatan industri tinggi, selain itu, bambu juga murah dan membutuhkan lebih sedikit pengerjaan dari pada kayu (Masriyanti, 2008).

Secara fisik bambu mempunyai kelebihan yaitu lentur, tidak mudah patah, dinding keras, memiliki serat dan rapat. Nilai lebih dari bambu di bandingkan kayu adalah sekali tanam produksi dapat dilakukan secara berulang-ulang.

(13)

2

Berbeda dengan kayu sekali tanam kemudian produksi selanjutnya perlu penanaman lagi. Secara ekonomis, produk-produk yang berasal dari bambu memiliki nilai cukup baik. Banyak produk yang dihasilkan mencakup mulai dari sandang berupa serat untuk pembuatan pakaian, papan berupa lembaran, pangan berupa rebung, dan sebagainya. Dengan pengolahan berteknologi tinggi, bambu dapat di Jadikan kertas kualitas nomor satu, bahan obat-obatan kesehatan, dan sebagainya. Masih banyak potensi bambu yang terpendam dan belum tergali, tentunya dibutuhkan suatu inovasi teknologi kedepan guna dapat mewujudkan.

Bambu memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan. Bambu dikenal mempunyai sifat-sifat baik untuk dimanfaatkan karena batangnya kuat, lurus, rata, keras, mudah dibelah, dan mudah di bentuk. Dari segi sosial dan ekonomi, bambu juga mempunyai peranan penting dari segi lingkungan yaitu berfungsi mencega longsor, banjir, dan juga sebagai tanaman hias. Selain itu, bambu juga merupakan penghasil oksigen paling besar dibandingkan dengan tumbuhan berkayu lainnya. Daya serap karbon yang cukup tinggi dapat mengatasi persoalan CO2 di udara (Dinas Kehutanan Jawa Barat, 2008).

Kehidupan masyarakat di Desa Leu sangat akrab dengan keberadaan bambu tali karena bambu menjadi tanaman warisan yang tidak terlepas dari kehidupan mereka. Mulai dari peranannya dalam mempertahankan kebiasaan adat istiadat yang terkenal unik sehingga menjadi sumber mata pencarian bagi sejumlah pengrajin. Salah satu Desa di Kecamatan Bolo yang banyak memanfaatkan bambu adalah masyarakat di Desa Leu. Meskipun demikian aktivitas dalam

(14)

3

memanfaatkan bambu tali yang sudah banyak dilakukan oleh masyarakat di Desa Leu tersebut belum pernah diteliti sehingga perlu digali lebih dalam mengenai memanfaatan yang luas guna meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan tanaman ini. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan bambu tali.

I.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

1. Apa jenis-jenis pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima?

2. Bagaimana potensi pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima?

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiaan ini adalah untuk:

1. Mengetahui jenis-jenis pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima

2. Mengetahui potensi pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai pertimbangan dalam meningkatkan pemanfaatan bambu tali (Gigantochloa apus) pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima

(15)

4

2. Dapat memberikan informasi bagi peneliti dan menjadikan referensi bagi peneliti selanjutnya.

(16)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Hasil Hutan Bukan Kayu

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari hutan dan dimanfaatkan bagi kegiatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam upaya mengubah haluan pengelolaan hutan dari timber exstraction menuju sustainable forest management, HHBK atau Non timber forest product (NTFP) memiliki nilai yang sangat starategis. HHBK merupakan salah satu sumberdaya hutan yang memiliki keunggulan komparatif dan bersinggungan langsung dengan masyarakat sekitar hutan Menurut Peraturan Kementruian Kehutanan Nomor 35/MENHUT-II Tahun 2007.

Hasil hutan bukan kayu (HHBK) sudah di rumuskan oleh pemerintah melalui Departemen kehutanan (Permenhut) Definisi HHBK adalah hasil hutan baik nabati dan hewani beserta produk turunannya dan budidayanya kecuali kayu.

HHBK hewani berupa satwa liar yang ada di hutan maupun budidayanya di luar dan didalam kawasan hutan. Adapun hasil hutan tanaman lain yaitu seperti : a).

kelompok resin b). kelompokminyak atsiri c). kelomok minyak lemak d).

kelompok karbohidrat e). kelompok tani f). kelompok buah-buahan g). kelompok tumbuhan obat h). kelompok bahan pewarna i). kelompok tanaman hias j).

kelompok palma dan bambu

Menurut undang-undang nomor 14 tahun 1999 pemungutan HHBK pada hutan lindung tercantum pada pasal 26, pemungutan HHBK pada hutan produksi pada pasal 28. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 6 tahun 2007 dan

(17)

6

perubahan HHBK dapat berasal dari kawasan hutan dan luar kawasan hutan/lahan milik atau hutan rakyat. HHBK yang berasal dari kawasan hutan dibedakan menjadi: (a) HHBK yang berasal dari hutan lindung dan dikenal dengan nama pemungutan terdapat pada pasal 28, (b) HHBK yang berasal dari hutan produksi baik hutan alam maupu hutan tanaman dikenal dengan istilah pemanfaatan, terdapat pada pasal 43.

Pemungutan HHBK yang berasal dari hutan lindung antara lain berupa:

rotan, madu, getah, buah, jamur, sarang burung wallet dan penangkaran satwa liar.

Sedangkan HHBK dari hutan produksi antara lain (1) rotan, sagu, nipa, yang meliputi kegiatan pemanenan dan pemasaran hasil tani, (2) getah, kulit kayu, daun, buah atau biji, gaharu yang meliputi kegitan pemanenan, pengayaan, pemeliharaan, pengamanan, dan pemasaran hasil (Anonim, 1999).

2.2. Morfologi Tanaman Bambu

Di Indonesia sendiri dikenal ada 10 genera bambu, antara lain :Arundinaria, Bambusa, Dinachloa, Gigantochloa, Melocanna Nustus, Phyllostachy, Schyzostachyum dan Thyrsostachys. Bambu tergolong keluarga Gramineae (rumput-rumputan) disebut juga giant grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (bulu) yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung batang muda dan suda dewasa pada umur 3-4 tahun. Batang bambu berbentuk silinder, berbuku buku, beruas beruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Ojo dan Atmaja, 2006).

(18)

7 Sistematika urutan klasifikasi adalah : Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta Class : Magnoliopsida Ordo : Poales

Famili : Poaceae

Genus : Bambusa Schreb Spesies :Gigantochloa apus

Tanaman bambu yang sering kita kenal umumnya berbentuk rumpun.Tetapi dapat pula bambu tumbuh sebagai batang soliter. Tanaman bambu yang tumbuh subur di Indonesia merupakan tanaman bambu yang simpodial, yaitu batang batangnya yang cenderung mengumpul dalam rumpun karena percabangan rhyzomnya di dalam tanah cenderung mengumpul. Batang bambu yang lebih tua berada di tengah rumpun, sehingga kurang menguntungkan dalam proses penebangannya, arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-kadang memanjat dan batangnya berkayu. Jika sudah tinggi batang bambu ujungnya agak menjuntai dan daun-daunnya seakan melaimbai. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati tampa berbunga (Berlin dan Estu, 2005).

Pelepah bulu merupakan hasil modifikasi daun yang menempel pada setiap ruas yang terdiri atas daun pelepah bulu, kuping pelepah buluh dan ligulanya terdapat antara sambungan antara pelepah daun dan pelepah bulu. Pelepah bulu sangat penting fungsinya yaitu buluh ketika masih muda. Ketika buluh tumbuh dewasa dan tinggi, pada beberapa jenis bambu pelepasnya lurus tetap menempel

(19)

8

pada buluh tersebut. Tetapi pada jenis lain bambu tallang (Schizostachyum brachycladum) (Widjaja dkk, 2001).

2.3. Pertumbuhan Bambu

Pertumbuhan setiap tanaman tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan, dengan demikian perlu di perhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan syarat tumbuhan tanaman bambu. Faktor lingkungan tersebut meliputi jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8 – 36 c. bambu dapat tumbuh pada tanah yang bereaksi masam dengan 3,5 – 6,5 pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena kebutuhan makanan bagi tanaman tersebut akan terpenuhi (Berlin dan Estu, 2005).

Tanaman bambu dapat tumbuh di berbagai tipe iklim mulai dari tipe curah hujan A, B, C, D sampai E atau dari iklim basah sampai kering. Semakin basah iklimnya, makin banyak jenis bambu yang dapat tumbuh dengan baik. Hal ini mungkin berkaitan erat dengan banyaknya curah hujan. Bambu termasuk tanaman yang membutuhkan banyak air. Curah hujan yang dibutuhkan untuk tanaman bambu 1.020 mm per tahun dengan kelembaban udara yang dikehendaki minimum 80% (Departemen kehutanan dan perkebunan, 2004).

2.4. Penyebaran Bambu

Bambu dapat tumbuh di daerah tropis dan daerah beriklim sedang, dari dataran rendah sampai ketinggian tertentu. Tanaman ini tumbuh di daerah dataran rendah sampai ketinggian sedang di daerah tropis, hidup liar, di budidayakan atau tumbu di habitat yang bervariasi misalnya marga bambusa dengan jumlah kurang

(20)

9

lebih 37 jenis dengan penyebaran Asia tropis dan sub tropis terutama yang beriklim angin musim dan tropis basah, sebagian besar dibudidayakan. Marga Dendrocalamus memiliki kurang lebih 29 jenis spesies dengan penyebaran dari daratan India sampai Asia Tenggara serta daerah tropis kering dan lebar (Departemen kehutanan dan perkebunan, 2004).

Menurut Widjajaet al (2001) bambu memiliki sifat adaptasi yang tinggi dan mampu hidup pada daerah datar, lembah, perbukitan dan dataran tinggi kecuali pada daerah gurun dan rawa. Sebagian besar bambu mampuh tumbuh secara baik pada temperatur, presipitasi, kesuburan serta jenis tanah merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhannya dan distribusi bambu. Tipe bambu yang merumpun biasanya hidup pada daerah dataran rendah dan beriklim basah, temperature hangat dan kemampuan beradaptasi yang rendah.

Menurut Beijing Flayer Commodity (2009) Penyebaran bambu di dunia terdiri atas 4 zona yaitu:

1. Zona Bambu Asia Pasifik

Zona bambu Asia Pasifik merupakan zona bambu terbesar.Bagian paling selatan sampai ke New Zealand 420LS, bagian paling utara sampai ke sentral Sakhalin di 510LU.Bagian timur sampai kepulauan pasifik, paling barat sampai ke barat daya samudera Hindia. Bambu yang tumbuh berdekatan kira-kira ada 3/5 yang tumbuh berjauhan ada sekitar 2/5, di antaranya memiliki nilai ekonomis ada sekitar 100 jenis. Negara utara yang menghasilkan bambu meliputi Cina, India, Myanmar, Tailand, Benggala,

(21)

10

Kamboja, Vietnam, Jepang, Indonesia, Malaysia, Filipina, Korea Selatan dan Sri Langka.

2. Zona Bambu Amerika

Dari selatan Argentina di 470LS, sampai bagian selatan Amerika Barat 400LU, semuanya ada 18 genera dan 270 spesies. Bambu genus Arundineria tumbuh berjauhan sementara 17 genus lainya tumbuh berdekatan. Negara Mexico, Muatemala, Costan Rika, Honduras, Colombia, Venbezuela dan Brazil merupakan pusat penyebaran bambu. Di Argentina, jumlah spesies bambu perlahan-lahan mulai berkurang.

3. Zona Bambu Afrika

Di zona ini penyebaran agak sedikit, bagian selatan dari Mozambik 220LS, utara di bagian barat sudah 106LU.

4. Zona Bambu Eropa Dan Amerika Utara

Benua Eropa tidak memiliki spesies bambu yang asli.Amerika Utara juga hanya sediki menghasilkan spesies bambu. Sejak ratusan tahun yang lalu Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Belgia, Belanda, Ka nada dan Negara- negara Eroa lainya hanya mengekspor bambu dalam jumlah besar dari 10 Negara-negara penghasil bambu di Asia,Afrika dan Amerika latin.

2.5. Potensi Tanaman Bambu

Bambu merupakan komoditas lokal yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak dulu. Bambu muda dijumpai di Indonesia terutama di Jawa, Bali, Sulawesi Selatan dan Sumatera. Selain mudah di budidayakan, bambu juga memiliki nilai produksi yang tinggi yaitu sekitar 33,4-109, 2 ton/ha/tahun dengan

(22)

11

masa panen yang cukup singkat yaitu berkisar 1-2 tahun sehingga kontinuitas bahan baku ini selalu terjaga (Marryana, 2002).

Indonesia sendiri memiliki luas area hutan bambu yanga sangat besar. Luas hutan adah baru sekitar 164.432,36 ha belum termasuk bambu yang berada di kebun masyarakat. Salah satu industri produsen bambu di Indonesia berada di Sulawesi Selatan. Di Sulawesi Selatan, tegakan bambu tersebar pada lahan milik petani secara monokultur berupa area kebun khusus. Jenis bambu yang umum dibudidayakan di Sulawersi Selatan terdiri atas 4 spesies yaitu, Giganthocloa ater, Schizostachyum brachyladum, Bambusa vulgaris, dan Dendrocalamus asper dengan potensi sebesar 8.975 batang /ha (Muin, et al, 2006).

2.6. Pemanenan Tanaman Bambu

Pemanenan bambu di masyarakat menggunakan sistem tebang pilih.

Kegiatan tebang pilih dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dari rumpun bambu.

Biasanya buluh yang tua berada di tengah-tengah rumpun karena bentuk rumpunya simpodail, cukup sulit untuk melakukan penebangan. Oleh karena itu, penebangan harus dilakukan dengan hati-hati guna menghindari perusakan batang yang terjadi pada saat penebangan akan berdampak pada produksi batang rumpun (Natalia, 2009). Menurut Heyne (2003) Pemotongan buluh harus serendah mungkin di atas tanah, karena tunggul yang masih memiliki satu atau lebih ruas bulu akan mengeluarkan cabang dan daun-daun yang akan menghalangi masuknya udara dan cahaya serta akan mempersulit panen berikutnya. Menurut Achmed (1957) dalam Sutiyono (2006), agar dapat menjamin kelangsungan hidup dari rumpun-rumpunnya sejumlah batang tua perlu ditinggalkan. Cara menebang

(23)

12

bambu dengan sistem tebang pilih yaitu batang ditebang kurang dari 30 cm atas tanah serta rebung dan akar-akar di perhatikan agar tidak terganggu.

Keuntungan dari tebang pilih adalah untuk mempermudah penebangan berikutnya dan memberikan kesepatan pada rebung untuk berkembang dengan baik. dalam penebangan di sarankan adanya rotasi penebangan tiap tiga tahun sekali. Menurut Sindusuwarno dalam Sutiyono (2006), Waktu yang tepat untuk mengadakan penebangan adalah musim kamarau.Pada musim tersebut bulu bambu tidak mengandung air berlebihan dan tidak terjadi perebungan.Hal ini bermaksut untuk memudahkan penebangan dan mengamankan permudaan.

Menurut Sollewijn (1978) dalam Heyne (2003), pungutan pertama bambu tidak lebih dari seperempat jumlah buluhnya, pungutan yang kedua kalinya tidak lebih dari sepertiga dan pungutan ketiga dapat di ambil 50%. Pemotongannya sedapat mungkin di lakukan di tengah rumpun guna melindungi batang-batang muda terhadap angin yang dapat menyebabkannya bertumbuh melengkung, dan tebangan itu harus serendah mungkin di atas tanah. Cara demikian akan mencegah adanya tegakan batang yang terlalu rapat.

2.7. Pemanfaatan Tanaman Bambu

Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang potensial untuk dikembangkan menjadi sumber bahan baku industri di bidang kehutanan.

Tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan baku 12 industri pekayuan nasional melalui substitusi atau keanekaragaman bahan baku, mengingat potensi hutan kayu semakin langkah sedangkan industri sudah terlanjur ada dengan kapasitas besar, maka tuntutan pemenuhan bahan baku

(24)

13

industri kehutanan menjadi agenda prioritas penyelamat aset kehutanan nasional (Otjo dan Atmaja, 2006). Umumnya bambu dimanfaatkan sebagai alat rumah tangga, kerajinan tangan dan bahan bangunan di wilayah pedesaan. Di kota besar, bambu biasanya di gunakan untuk membuat rumah murah, bangunan sementara dan bangunan bertingkat (Widjajadkk., 2004). Bambu merupakan tanaman yang sangat bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Sampai saat ini bambu sudah dimanfaatkan sangat luas, mulai dari penggunaan teknologi tinggi pada skala industri. Pemanfaatan di masyarakat umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan dengan teknologi sederhana, sedangakn industri biasanya di tunjukan untuk orientasi ekspor (Batubara, 2002).

2.8. Pemanfaatan Ditinjau Dari Bagian Tanaman Bambu

Pada umumnya seluruh bagian dari bambu dapat dimanfaatkan.manfaat bambu dari setiap bagian tanamannya antara lain:

1. Akar

Akar tanaman bambu dapat berfunsi sebagi penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Bagian tanaman ini menyaring air yang terkena limba tersebut melalui serabut-serabut akarnya (Berlin dan Estu, 2005).

2. Batang

Batang bambu baik yang masih muda maupun yang sudah tua dapat digunakan dalam berbagai macam keperluan, namun demikian tidak semua jenis bambu dapat di manfaatkan (Berlin dan Estu, 2005).

(25)

14 3. Daun

Bambu dapat digunakan sebagai alat pembungkus, misanya makanan seperti uli wajik.Selain itu, dalam pengobatan tradisional daun bambu dapat dimanfaatkan untuk mengobati demam pada anak-anak.

Hal ini di sebabkan karena daun bambu mengandung zat yang bersifat mendinginkan (Berlin dan Estu, 2005).

4. Rebung

Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari akar rhizome maupun buku-bukunya. Rebukan merupakan anak dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai bahan pangan yang tergolong kedalam jenis sayur-sayuran. Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk bahan pangan, karena rasanya pahit. Menurut beberapa pengusaha rebung bambu yang rebungnya enak untuk di makan adalah bambu betung (Berlin dan Estu, 2005).

2.9. Pemanfaatan Bambu Ditinjau dari Produk yang Dihasilkan

Bambu sampai saat ini sudah dimanfaatkan sangat luas dimasyarakat dari penggunaan teknologi yang paling sedehana sampai pemanfaatan teknologi tinggi pada skala industri yang biasanya ditunjukan untuk orientasi ekspor. Adapun produk yang dihasilkan dari pemanfaatan bambu atara lain (Batubara, 2002).

(26)

15 1. Bambu Lapis

Seperti halnya diolah menjadi kayu lapis maka bambu juga digunakan sebagai bahan baku kayu lapis. Berbagai macam produk bambu lapis di buat baik dari sayatan bambu maupun pelepah bambu.

Jenis yang umum dipakai untuk bambu lapis adalah bambu tali (Giganthochloa apus). Kadang-kadang bambu lapis ini dicampur dengan vinir kayu meranti untuk lapisan dalamnya, atau sebaiknya lapisan luarnya berupa vinir kayu (Berlin dan Estu, 2005).

2. Bambu Lamina

Bambu lamina adalah produk olahan bambu dengan cara merekatkan potongan-potongan dalam panjang tertentu menjadi beberapa lapis selanjutnya dijadikan papan atau bentuk tiang. Lapisanya umumnya 2-5 lapis, banyaknya lapis tergantung dari ketebalan yang diinginkan dan penggunaannya. Kualitas bambu lamina ini sangat ditentukan oleh bahan perekatnya, dengan bahan perekat yang baik maka kekuatan bambu lamina dapat disejajarkan dengan kekuatan kayu kelas III (Berlin dan Estu, 2005).

3. Papan Semen

Meningkatkan nilai tambahan bambu bisa dilakukan dengan memanfaatkan bambu sebagai bahan baku semen, papan semen memiliki potensi nilai ekonomi yang lebih tinggi karena dapatdimanfaatkan untuk tujuan penggunaan jangka panjang seperti dinding, lantai, langit-langit,

(27)

16

serta dapat pula digunakan sebagai komponen eksterior karena tahan kelembaban yang tinggi (Suhasman dan Bakri, 2012).

4. Arang Bambu

Pembuatan arang dari bambu dilakukan dengan cara destilasi kering dan cara timbun skala semi pilot. Bambu yang sudah di cobakan adalah bambu tali, bambu ater, bambu adong dan bambu betung. Nilai kalor arangnya rata-rata 6602 kal/kg bambu yang paling baik untuk dijadikan arang adalah bambu ater karena sifat arangnya relatife sama dengan kayu bakar.

5. Kerajinan

Jenis kerajinan yang terbuat dari bambu yaitu gantungan kunci, cup lampu, keranjang, tas, topi, dan lain-lain. Konsumen barang-barang kerajinan bambu tersebar baik dari dalam maupun luar negeri. Di indinesia hasil kerajinan bambu mudah ditemukan karena banyak masyarakat memperjualbelikannya (Batubara, 2002).

6. Sumpit

Pengembangan bahan bambu sebagai bahan industri telah mencakup kebutuhan peralatan makanan berupa sumpit, tusuk sate dan tusuk gigi.

Bambu yang bagus untuk dijadikan sumpit adalah bambu mayan dan bambu adong. Bambu yang bagus untuk sumpit adalah bambu yang berumur 3 tahun serta dikeringkan terlebih dahulu selama 4 hari sebelum diproses (Sutiyono, 2006).

(28)

17 7. Furniiture (Perkakas Rumah Tangga)

Bambu untuk mabel harus memenuhi syarat yaitu warna yang menarik, mudah dibentuk dan kokoh. Penambahan pernis dapat meningkatkan keawetan dan penampilan fumiture bambu tetap terkesan alami. Perkakas rumah tangga dari bambu di gemari karena tidak berkarat serta mencerminkan kesederhanaan namun tetap anggun. Bambu hitam dan bambu betung merupakan jenis bambu yang umum digunakan untuk membuat furniture (Batubara, 2002).

8. Komponen Bangunan dan Rumah

Bambu kebanyakan digunakan pada pembangunan rumah rakyat terutama pada daerah yang mempunyai ketersediaan bambu yang tinggi.

Rumah-rumah rakyat di daerah Jawa Barat masih banyak yang menggunakan bahan bambu. Bahan bambu pada umumnya digunakan sebagai kaso dan reng.Bambu juga digunakan untuk keperluan dinding, tiang, galar dan laintai. Selain mudah di peroleh, bambu dipercaya oleh masyarakat sebagai bahan yang kuat dan awet debgan catatan penggunaan terhidar dari hubungan lansgsung dengan air (Batubara, 2002).

Bambu yang digunakan sebagai bahan bangunan sebaiknya diawetkan lebih dulu dengan cara perendaman dalam air selama beberapa minggu kemudian dikeringkan. Kadang-kadang juga dilakukan pengasapan belerang agar hama dalam bambu mati serta terhindar dari hama perusak (Batubara,2002).

(29)

18 2.10. Kerangka pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini bagaimana masyarakat dapat memanfaatkan tanaman bambu tali pada hutan rakyat untuk dijadikan beberapa jeniskerajinan anyaman sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Hutan Bambu Rakyat

Bambu Tali

Pemanfaatan Bambu

Jenis Pemanfaatan Kebutuhan Bahan

Baku

Potensi dan Pemanfaatan Bambu Tali di Desa Leu Kecematan Bolo Kabupaten Bima

Proses pengolahan Bambu

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

(30)

19

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai bulan Januari 2021 Juni 2022 dilaksanakan pada hutan rakyat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

3.2. Alat dan Bahan penelitian a. Buku

b. Pulpen c. Kamera

d. Lembaran pertanyaan responden 3.3. Metode pengambilan sampel

Populasi adalah masyarakat yang memperoleh manfaat dari tanaman bambu tali (Gigantochloa apus) di Desa Leu Kacamatan Bolo Kabupaten Bima.

Sampel Responden adalah anggota masyarakat yang memperoleh manfaat dari tanaman bambu. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu teknik purposive. sampling 30 Sampel responden pengrajin bambu di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

3.4. Metode pengambilan Data 1. Metode observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Objek yang diteliti adalah masyarakat yang terlibat langsung dalam proses pemanfaatan tanaman bambu.

(31)

20 2. Metode wawancara

Pengumpulan data dengan wawancara mendalam (interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara penanya pewawancara dengan penjawab atau responden.

3. Metode Quisioner

Teknik pengumpulan data dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertulis (quisioner) yang ditujukan kepada responden.

3.5. Jenis data

Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan responden yang berada di Kacamatan Bolo Kabupaten Bima yang terlibat langsung dalam proses pemanfaatan tanamana bambu. Data primer berupa identitas responden (nama, umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga) dan manfaat yang di peroleh dari tanaman bambu.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kantor desa, kantor lurah serta instansi-instansi yang terkait seperti badan pusat statistik (BPS) yang meliputi data keadaan umum lokasi dan data sosial ekonomi dan dinas kehutanan dan perkebunan.

(32)

21

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Dan Luas Geografis

Secara administrasi Desa Leu adalah salah satu desa dari 14 Desa yang berada di Kecamatan Bolo Kabupatan Bima dengan luas wilayah 9,46 km dan sebagian wilayahnya terletak di dataran rendah. Jarak Desa Leu dari ibu Kota Bima adalah 0,80 km. Desa Leu dapat di capai dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat dengan waktu tempuh dua puluh menit dari Kota Bima.

Batas wilayah administrasi Desa Leu sebelah utara berbatasan dengan Desa Kananga, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Rato dan Kara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Timu, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kananga dan Desa Rato.

4.2. Iklim

Iklim di wilayah Kecamatan Bolo Kabupaten Bima wilayah Kecamatan Bolo termasuk iklim tropis. Menurut hasil evaluasi agroklimat klasifikasi iklim Schimdt-Ferguson yaitu dengan membandingkan jumlah/frekuensi bulan kering dan bulan basah selama tahun, Iklim di Kecamatan Bolo Kabupaten Bima memiliki 2 (dua) tipe Iklim yaitu:

a. Tipe Iklim F (kering)

Jumlah perbandingan bulan kering dan basah 167-300%

b. Tipe Iklim G (Sangat kering)

Jumlah perbandingan bulan kering dan basah 300-700%

(33)

22 4.3. Pola Pengunaan Tanah

Pola penggunaan tanah pada umumnya digunakan sebagai lahan perumahan, pertanian dan perkebunan serta persawahan dengan mayoritas penduduk yang menekuni pertanian.

4.4. Demografi

Jumlah penduduk desa tercatat sebanyak 3853 dengan jumlah laki-laki 1929 jiwa dan perempuan 1924 jiwa, yang terdiri dari 944 kepala keluarga dan hampir dari sejumlah penduduk bermata pencaharian di sector pertanian dan peniagaan (perdangan).

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Leu

No Jenis kelamin Jumlah Presentase %

1 2

Laki-laki Perempuan

713 796

47,353 52,647

Jumlah 1509 100

Sunber: profil desa 2020

Berdasarkan data Tabel 1 menjelaskan bahwa jumlah penduduk Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupatan Bima untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 47,353% sedangkan jumlah penduduk untuk jenis kelamin perempuan sebanyak 52,647%.

Tabel 2 Mata Pencaharian Warga Desa Leu

No Mata pencaharian Jumlah Presentase (%) 1

2 3 4 5

Petani Pedagang

Industri/Kerajinan Pegawai/Guru Lainnya

910 70 407

81 296

51,58 3,96 23,09

4,59 16,78

Jumlah 1764 100

Sumber : profil desa 2020

(34)

23 4.5. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana social yang aada di Desa Leu yaitu sarana pendidikan berupa TK 2 unit, SDN 2 unit dan sarana kesehatan berupa postu 1 unit serta masjid 1 unit.

(35)

24

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Responden

Identitas responden adalah gambaran atau kondisi serta keadaan dari narasumber yang menjadi objek penelitian. Identitas responden dalam penelitian ini meliputi keadaan umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, produk yang di hasilkan dari bambu, serta jenis bambu yang digunakan.

5.1.1. Umur Responden

Umur dan pendapatan mempunyai hubungan satu sama lain di katakana mempunyai hubungan, karena semakin tua orang tersebut, maka semakin kurang kemampuanya untuk berfikir maupun kemampuan fisik dalam bekerja.

Berdasarkan penelitian dari hasil wawancara responden sebanyak 30 kk masyarakat yang memanfaatkan bambu yaitu umur 20-29 tahun, jumlah umur responden dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3 umur responden

Kelompok umur Jumlah (orang) Presentase (%) 20-29

30-39 40-49 50-60

6 10

7 7

20.00 33.23 23.33 23.33

Jumlah 30 100

Sumber: data primer 2020

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 6 orang berumur 20- 29 tahun, 10 orang berumur 30-39, tahun 7 orang berumur 40-49 tahun, dan 7 orang berumur 50-60 tahun.

(36)

25 5.1.2. Tingkat Pendidikan

Tabel 4 Tingkat Pendidikan di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

No Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%) 1

2 3 4

Tidak sekolah SD SMP SMA

3 13 40 4

10.00 43.33 33.33 13.33

Jumlah 30 100,00

Sumber: data primer 2020

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima yaitu tidak sekolah sebanyak 3 orang, tingkat SD sebanyak 13 orang, dari tingkat SMP sebanyak 40 orang, sedangkan dari tingkat SMA sebanyak 4 orang.

Tingkat pendidikan responden digolongkan atas 4 macam yaitu tidak sekolah. SD, SMP serta SMA. Tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu SD seperti yang terlampir pada tabel 4.

5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 5 Tanggungan Keluarga Tiap Responden di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Ttangungan keluarga (orang) Jumlah (kk) Presentase % 6-3

4-6 7-9

22 4 4

73.33 13.33 13.33

Jumlah 30 100,00

Sumber: data primer 2020

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah tanggungan dari pemanfaatan bambu yaitu 6-3 orang sebanyak 22 kk dengan presentase 45,45%

4-6 orang sebanyak 4 kepala keluarga dengan presentase 13,18% serta 7-9 orang 4 kepala keluarga atau dengan presentase 22,27%

(37)

26

Jumlah keluarga dapat mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan, tentunya akan mempengaruhi tingkat biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari keluarganya, sehingga jumlah tanggungan keluarga akan mempengaruhi semangat, kreaktivitas kepala keluarga untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup keluargannya.

5.1.4. Pekerjaan Tetap Dan Pekerjan Sampingan

Beberapa diantara responden pengrajin dan pemanfaatan bambu tidak semua memiliki pekerjaan yang sama, ada yang bekerja sebagai petani ada pula yang berprofesi sebagai pedagang. Berikut adalah pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari responden.

Tabel 6 Klasifikasi Responden Menurut Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

No Jenis pekerjaan Jumkah Presentase %

Pokok Sampingan 1

2 3

Petani Pemanfaatan Bambu Pedagang Pemanfaatan Bambu URT

Pemanfaatan Bambu

20 5 5

66.67 16.67 16.67

Jumlah 30 100,00

Sumber: data primer 2020

Tabel 6 menujukkan bahwa respondemn yang memiliki peraanjaan pokok sebagai petani dan pekerjaan sampingan sebagai pemanfaatan bambu memiliki jumlah paling banyak yaitu 20 orang dengan presentase 90-90%, responden yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pedagang dan pekerjaan sampingan sebagai pemanfaat bambu sebanyak 5 orang dengan presentase 4,55%, serta responden yang pekerjaan pokoknya sebagai URT dan pekerjaan sampingan sebagai pemanfaatan bambu sebanyak 5 orang dengan presentase 4,55%.

(38)

27 5.2. Jenis Pemanfaatan Bambu

1. Kandang ayam

Pemanfaatan tanamana bambu telah di manfaatkan oleh masyarakat dan sudah diusahakan secara turun temurun, salah satu tanaman bambu yang banyak digunakan masyarakat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima adalah batang bambu untuk membuat kandang ayam. Batang bambu yang baik digunakan batang bambu yang sudah tua karena daya tahanya 3-4 tahun.

2. Dinding Rumah (Jerimpi)

Pemanfaatan bambu di Desa Leu cukup tinggi. Mulai dari penggunaan sebagai bahan baku konstruksi bangunan dan perabotan rumah tangga. Sebagai salah satu pilihan bahan baku konstruksi, bambu dapat juga dibut sebagai dinding (Jerimpi) ataupun plafon rumah. Cara untuk memanfaatkan bambu sebagai dinding rumah adalah dengan anyaman.

Bambu yang digunakan untuk pembuatan anyaman yaitu bambu tali yang sudah tua. Pembuatannya cukup mudah, bambu tali yang sudah disiapkan, dibelah menjadi beberapa bagian kemuadian diiris seperti lembaran. Setelah bambu diiris tipis kemudian dipukul-pukul dengan palu atau bisa juga menggunakan parang supaya belahan bambu tersebut menjadi rata dan lebar. Tahap akhir yaitu proses pembuatan anyaman dengan ukuran yang telah ditentukan.

3. Bambu sebagai Bahan Industri Kerajinan

Pemanfaatan bambu tidak hanya sebagai bahan bangunan, namun banyak juga petani yang memanfaatkan bambu sebagai bahan industri rumah tangga

(39)

28

seperti nyiru dan keranjang. Bambu yang digunakan ada yang diperoleh dari lahan sendiri dan ada juga dari bambu yang dibeli.

Proses pengerjaan nyiru dan keranjang yang dilakukan masyarakat di Desa Leu masih bersifat manual. Dalam sebulan kebutuhan bambu yang digunakan sekitar 10-20 batang. Bambu yang biasa digunakan adalah bambu tali. Proses pembuatan nyiru dan keranjang tidak jauh berbeda dengan pembuatan anyaman, tetapi nyiru dan keranjang memiliki ukuran dan bentuk yang berbeda.

4. Pagar

Tidak hanya sebagai bahan bangunan, industri rumah tangga dan kerajinan tangan petani juga di Desa Leu memanfaatkan bambu sebagai pagar rumah. Pagar rumah dapat memberikan keindahan, keamanan, dan ketertiban bagi setiap pekarangan rumah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas masyarakat di Desa Leu yang beberapa memanfaatkan bambu sebagai pagar, meskipun ada juga yang menggunakan bahan dari kayu. Kebanyakan masyarakat di Desa Leu membuat pagar dengan dua bentuk. Ada dari bambu belah dan ada juga dalam bentuk bulat.

Rata-rata penggunaan bambu untuk keperluan pagar sebanyak 10-50 batang pertahun, untuk pemakaian bambu bulat biasanya digunakan pada lahan sawah ataukebun dan bambu belah untuk pagar rumah. Tujuan dari penggunaan pagar untuk lahan sawah atau kebun agar dapat mencegah masuknya hewan-hewan ternak seperti sapi.

5. Tusuk bakso

Manfaat tanaman bambu untuk masyarakat di Desa Leu berperan penting untuk kehidupan sehari-hari sehingga sebagian masyarakat memanfaatkan

(40)

29

tanaman bambu sebagai nilai tambah ekonomi yang ada di Desa Leu tersebut.

Salah satunya dengan membuat tusuk bakso dimana pembuatannya tergolong muda, bambu yang digunakan adalah bambu tali yang berumur 2 tahun keatas 6. Rebung

Rebung bambu merupakan tunas bambu yang dapat dijadikan salah satu bahan makana berupa sayur-sayuran. Rebung bambu yang paling baik di konsumsi adalah rabung bambu tali. Rebung bambu tali yang baik di panen setelah 1 minggu keluar dari permukaan tanah.

5.3.1. Pemanfaatan Bambu Oleh Masyarakat

Dari hasil penelitian, pemanfaatan bambu oleh masyarakat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

Tabel 7 Pememanfaatan Bambu oleh masyarakat di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima.

No Pemanfaatan Jumlah (orang) Presentase(%)

1 2 3 4 5 6

Dinding rumah (Jerimpi) Bahan industri kerajinan Tusuk bakso

Pagar

Kandang ayam Rebung

10 6 5 3 3 2

33.33 20.00 16.67 10.00 10.00 6.67

Jumlah 30 100,00

Sumber: data primer 2020

Berdasarkan Tabel 7 dapat menunjukan presentase pemanfaatan bambu di Desa Leu Kecamatan Bolo Kabupaten Bima jumlah pemanfaatan bambu dengan produk dinding rumah sebanyak 10 orang dengan presentase 36,36%, bahan industri 6 orang atau 22,27%, tusuk bakso sebanyak 5 orang atau 18,18%, pagar sebanyak 3 orang atau 9,09%, pemanfaatan kandang ayam sebanyak 3 orang atau 9,09% serta rebung 2 orang dengan presentase 4,54%. Kebutuhan bambu ada pula

(41)

30

produksi pada berbagai pemanfaatan pemanfaatan bambu oleh masyarakat dapat di lihat pada tabel 8..

Tabel 8. Kebutuhan bambu dan jumlah produksi pada berbagai jenis pemanfaatan bambu.

No Nama

Pemanfaatan Bambu Produk

Jenis Bambu

Jumlah Kebutuhan Bambum per

produk (batang)

Jumlah Produksi

Yang Dihasilkan

(Unit)

Jumlah Bulan Produksi Per tahun

Kebutuhan Bambu per

tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

Isra M. Nor Yasin Yusuf Abdullah Ikbal Anas Darma Ismail Kadfin Asikin Nurdin Salahudi Jakaria Hamdan Buharis Ibrahim Sulaiman Jon haris Ardiansa Jainudin Al farija Sahrul Budiman M saleh Arul Agus Fikran Ilias Akbar

Kandang ayam Pagar

Dinding rumah Kandang ayam Tusuk bakso Rebung Bahan industry Kandang ayam Tusuk bakso Pagar

Kandang ayam Dinding rumah Rebung Pagar

Kandang ayam Tusuk bakso Kandang ayam Pagar

Kandang ayam Pagar

Kandang ayam Dinding rumah Kandang ayam Tusuk bakso Rebung Pagar

Dinding rumah Kandang ayam Tusuk bakso Pagar

Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali Bambu tali

1 15 11 1 1 1 20

1 18 15 1 13

1 13

1 1 1 15

1 15

1 13

1 1 1 15 13 1 18 13

7 4 5 6 24 12 3 7 5 2 3 5 12

2 5 24

3 2 3 1 3 5 7 24 12 2 5 5 5 2

6 6 6 6 6 3 4 6 7 6 9 6 3 4 9 12

9 6 9 7 9 6 6 6 3 6 6 9 7 4

42 360 330 36 144

36 240

63 630 180 27 390

36 120

45 288

27 180

27 105

27 390

63 144

36 180 390 45 630 120

Total 5331

Rata-rata 177,7

Potensi pemanfaatan bambu oleh masyarakat dapat di lihat pada tabel 8.

Jenis pemanfaatan bambu (produk bambu) yang dihasilkan pada umumnya dalam dinding rumah, bahan industri, tusuk bakso, pagar, kandang ayam, rebung. Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus). Dalam pembuatan

(42)

31

dinding rumah 11 batang dan menghasilkan 5 unit per bulan, bahan industri dibutuhkan 20 batang dan menghasilkan 3 unit per bulan, tusuk bakso di butuhkan 1 batang bambu untuk 50 ikat dan menghasilkan 1200 ikat per bulan, pagar dibutuhkan 15 batang bambu menhasilkan 4 unit per bulah, kandang ayam dibutuhkan 1 batang bambu menghasilkan 7 unit per bulan, rebung menghasilkan 12 batang per bulan (hanya pada musim hujan). Total penggunaan bambu yang digunakan oleh responden adalah 3,723 batang dalam setahun dengan rata-rata 169,23 batang kk per tahun.

(43)

32

VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Jenis bambu yang digunakan adalah bambu tali (Gigantochloa apus). Jenis pemanfaatan bambu (produk bambu) yang di hasilkan pada umumnya adalah kandang ayam, pagar, dinding rumah (Jerimpi), tusuk bakso, rebung, dan bahan industri. Presentase pemanfaatan bambu sebagai kandang ayam sebesar 10%, pagar sebesar 10%, dinding rumah sebesat 33,33%, tusuk bakso sebesar 16,67%, pemanfaatan rebung sebesar 6,67%, serta pembuatan bahan industri 20%. Rata-rata penggunaan bambu yang digunakan oleh masyarakat adalah 177,7 batang /KK /tahun.

6.2. Saran

Perlu adanya pengembangan potensi pemanfaatan tanaman bambu agar kerajinan yang dihasilkan dapat bertambah, sehingga dalam hal ini perlu diadakanya penyuluhan tentang pemanfaatan tanaman bambu seperti pembuatan kursi, meja dan kerajinan lainya, serta mengajarkan kepada anak-anak dalam pemanfaatan tanaman bambu agar kerajinan yang sudah ada tak hilang di masa depan.

(44)

33

DAFTAR PUSTAKA

Agus, I., Krisdianto dan G. Sumarni. 2006. Sari Hasil Penelitian Bambu.

http://www.forda-mof.org/files/Budidaya-bambu-sutiyono.pdf, Diakses pada

Anonim, 1999.Undang Undang Nomor 41 tentang Kehutanan.

Backer, A., dan Bakhuizen,R.C. 1968. Flora of Java vol III (Spermatophytes Only). Nethertlands : Wolter-Noordhoff, Groningen.

Batubara, R. 2002. Pemanfaatan Bambu di Indonesia. http://www.bambuawet .com/bamboo-plant/anatomi-batang-bambu.html. Diakses pada 12 November 2017

Beijing Flyer Commodity. 2009. Penyebaran Bambu di Dunia. PT Beijing Flyer Commodity.China.hhtp//:www.flyerint.com/textileList.asp?id=270&langu ageid=26. Diakses pada 12 November 2017.

Berlin, N.V.A, dan Estu R. 2005. Jenis dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya, Jakarta

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2004. Panduan Kehutanan Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan.

Jakarta.

Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2004. Rencana Pengembangan Industri Anyaman Bambu di Indonesia dengan Sistem Cluster. Direktoral Jenderal dan Industri dan Dagang Kecil Menengah, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Republik Indonesia.

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2008. Bambu Untuk Menghadapi Pemasaran Global. Jawa Barat.

Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2014. Bambu Tali (Gigantochloa apus Kurz).http://bpthjm.go.id/download/category/2leaflet?download=75:bamb u-tali (diakses pada tanggal 14 januari 2014).

Dransfield S. And E Widjaja. 1995. Plat Resources of Sounth East Asia (PERSEO) No.7: Bamboos. Bckhuys Publisher Leiden

Duryatmo, S. 2002. Wirausaha Kerajinan Bambu. Puspa Swara, Jakarta

(45)

34

Hanim A. R., A. Zaidom, F. Abood, and U.M.K. Anwar. 2010. Adhesion and Boncing Characteristics of Preservatives-Treated Bamboo (Gigantochloa scortechinii) Laminates. Journal of Applied Sciences 10 (14): 1435-1441, 2010. ISSN 1812-5654. © 2010 Asian Network for Scientific Information.

Heyne. 2003. Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jilid 1:322- 346.

ITIS. 2015. Gigantochloa apus. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt (diakses pada tanggal 7 juni 2015).

Masriyanti. 2008. Potensi dan Pemanfaatan Tegakan Bambu (Bambusa sp) dari Hutan Rakyat di Kecamatan Tanralili Kabupaten Maros. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin, Makassar

Merryana. 2002. Pengusahaan Bambu Untuk Menunjang Pendapatan Daerah dan Pemberdayaan Sekitar Hutan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi Jurusan Kehutanan Unhas.

Muin, M., Suhasman, N.P. Oka, B. Putranto, Baharuddin dan S.Millang. 2006.

Pengembangan Potensi dan Pemanfaatan Bambu Bebagai Bahan Baku Konstruksi dan Industri di Sulawesi Selatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Makassar. 73p

Natalia, M. 2009. Deskripsi Budidaya dan Pemanfaatan Bambu di Kelurahan Balumbang Jaya dan Desa Rumpin Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Kehutanan Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor

Otjo dan Atmadja. 2006. Bambu Tanaman Tradisional Yang Terlupakan.

hhtp://www.freelist.org/archive/ppi/09/2006/msg00010.html. Diakses pada 14 November 2017.

Peraturan Menteri Kehutanan No 35/Menhut II/2007: Tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.

Rathaur, A.K. 2013. Bambusa arundinacea (vanshlochan) : An Overview.

Internasional Journal of Research in Pharmacology and Pharmacotherapeutics, 2 (1) : 248-255.

Suhasman dan Bakri. 2012. Sifat Fisik dan Mekanik Papan Semen Berbahan Baku Bambu. Jurnal Perennial. 8(2), 84-87

Sutiyono. 2006. Studi Kesesuaian Jenis Bambu Sebagai Bahan Baku Sumpit.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pohon

(46)

35

Serbaguna. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Project Winrock Internasional, Bogor

Sutiyono. 2009. Budidaya Bambu. Peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan, Bogor

Widjaja, E.A. 2001. Identifikasi Jenis-jenis Bambu di Kepulauan Sunda Kecil.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-LIPI, Balai Penelitian Botani, Herbarium Bogoriense. Bogor, Indonesia.

Winarno. F.G. 2004. Rebung : Teknologi Produksi dan Pengelolaan. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

(47)

36 LAMPIRAN

1. jenis pekerjaan responden

No Jenis pekerjaan Jumkah Presentase % Pokok Sampingan

1 Petani Pedagang

URT

Pemanfaatan Bambu Pemanfaatan Bambu Pemanfaatan Bambu

20 5 5

66.67 16.67 16.67 2

3

Jumlah 30 100,00

2. Jumlah tanggungan keluarga Ttangungan keluarga

(orang)

Jumlah(kk) Presentase % 6-3

4-6 7-9

22 4 4

73.33 13.33 13.33

Jumlah 30 100,00

3. Dokumentasi penelitian

Gambar 1 Dinding rumah

(48)

37 Gambar 2 Pagar

Gambar 3 Kandang ayam

(49)

38

Gambar 4 Tusuk bakso

Anyaman

(50)

39

Referensi

Dokumen terkait

Makhluk hidup Mempunyai komposisi kimia tertentu yang terdiri dari unsur – unsur Karbon , Hidrogen , Oksigen , Nitrogen , Belerang , atau Sulfur , Fosfor dan sedikit Mineral.

meliputi analisis luas lahan yang mengalami perubahan dari setiap tahun perekaman citra. Pada tahapan ini

Pemakaian energi pada pabrik gula utamanya berupa pemakaian uap, dan energi listrik dihasilkan sebagai pemanfaatan lain dari pembangkitan uap tersebut, dengan menggunakan turbin

Kegiatan fumigasi dilakukan untuk mematikan serangga atau meng- hindari kerusakan lebih lanjut pada komoditas yang telah terserang hama gudang, sedangkan penggunaan

Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (6) dan Pasal 44 ayat (3) huruf a telah dilakukan, KEK belum dapat juga beroperasi, Dewan Nasional

Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu (2014) yang berjudul Pengaruh Kurs Dollar Amerika, Cadangan Devisa, Inflasi dan Produk Domestik

نﻣ مﺟرﺗﯾ Sutrisno Hadi, Metodologi Research II hal.. ﻴﻨﻟ ﺔﻘﻳﺮﻄﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺚﺣﺎﺒﻟﺍ ﻡﺪﺨﺘﺳﺍﻭ ﻞ ﻂﻴﻄﲣ ﻦﻋ ﺕﺎﻧﺎﻴﺒﻟﺍ ﻱﺃ ﺕﺎﻣﻮﻠﻌﳌﺍ ﻲﻌﻗﺍﻮﻟﺍ ﻢﻴﻴﻘﺘﻟﺍ ﺔﺳﺭﺪﳌﺎﺑ

Jika status guru dalam pelaksanaan penelitian sebelumnya adalah guru sekolah yang menjadi objek penelitian dan kemudian dipromosikan/dimutasikan ke sekolah lain ataupun