• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGHADIRKAN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI: LANGKAH REKONSTRUKSI PELAPORAN KEUANGAN MASJID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MENGHADIRKAN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI: LANGKAH REKONSTRUKSI PELAPORAN KEUANGAN MASJID"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

MENGHADIRKAN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI:

LANGKAH REKONSTRUKSI PELAPORAN KEUANGAN MASJID

Eliza Noviriani1), Annisa Fitriani2)

1Akuntansi Keuangan Perusahaan, Politeknik Negeri Sambas email: eliza.noviriani@poltesa.ac.id

2Sistem Informasi Akuntansi, Politeknik Negeri Malang email: aninis08@gmail.com

Abstract

Based on the results of the preliminary study and direct observation to the post-training research site, the treasurer of the Al Muqarabbin mosque still has difficulties in preparing financial reports.

Moreover, the variety of financial transactions that occur is also increasingly diverse and of high value.

This research will reconstruct the financial statements to conform to the accounting standards of non- profit entities so that they can be a guide for mosque administrators for preparing financial statements in the following periods. Reconstruction is needed to improve things that are not in accordance with the provisions without changing the original characteristics of the entity. Reconstruction was carried out on the financial statements of the Al Muqarabbin mosque in the January 2022 period by referring to ISAK 35 regarding financial reports for non-profit entities. The reconstruction that has been carried out is starting from the identification of accounts and transactions, preparation of general journals, ledgers, trial balances after adjustments to financial statements. It was seen that in January 2022 the mosque experienced a deficit. This means that expenses are greater than income. This is because the mosque bears many burdens while only relying on income from one source, namely Friday infaq.

Keywords: Accounting, Mosque, ISAK No 35, Non Profit, Financial Statement

1. PENDAHULUAN

Entitas nirlaba merupakan entitas yang menjalankan aktivitas tanpa berbasis laba.

Fungsi utama dari organisasi non profit ini adalah sebagai wadah sosial peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai salah satu entitas nirlaba, masjid dengan fungsi utama nya sebagai tempat beribadah keagaaman dewasa ini juga berperan sebagai centre of activity (Yanuar & Hanifah, 2020). Arti nya, selain sebagai tempat beribadah, masjid juga menjalankan kegiatan-kegiatan sosial dan kemasyarakatan dengan “berpayung” pada core keagamaan. Zain et al. (2020) menyebut masjid ini sebagai lembaga yang unik karena eksistensi nya atas dasar agama dan kepercayaan masyarakat.

Masjid yang memiliki fungsi lebih dari sekedar ritual keagamaan tetapi juga sosial, pendidikan maupun bisnis selayak nya memiliki banyak transaksi keuangan (Syahawaluna & Maharani, 2017). Oleh sebab itu, merupakan sebuah keharusan bagi masjid untuk mempraktikkan akuntansi dan akuntabilitas yang tepat guna menjamin terwujud nya kepercayaan publik (Utama &

Basamalah, 2019). Sumber daya memiliki peran penting untuk keberhasilan sebuah entitas

tak terkecuali masjid. Namun ironis nya, perkembangan kegiatan dan fungsi masjid ini tampak nya masih belum dibarengi dengan kemampuan pengelolaan keuangan oleh pengurus. Tak jarang masjid dengan transaksi keuangan tergolong kompleks masih menggunakan sistem pencatatan dan pengendalian keuangan yang sangat sederhana.

Bahkan ada yang hanya menerapkan sistem saling percaya terhadap kontrol keuangan nya.

Padahal, akuntabilitas dan transparansi keuangan yang buruk ini dapat berujung timbul nya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja pengurus masjid sehingga berdampak pada penurunan keterlibatan masyarakat dalam hal pendanaan (Zhang et al. 2020). Tidak ada cara lain, pengurus masjid membutuhkan sistem pelaporan keuangan yang akurat!

(Iskandar & Budyastuti, 2018; Utama &

Basamalah, 2019; Yanuar & Hanifah, 2020).

Penelitian ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan pada tahun 2021. Pada kesempatan tersebut, telah dilakukan pelatihan penyusunan laporan keuangan terhadap pengurus Masjid Al

(2)

Muqarabbin di Kota Pontianak dengan menggunakan aplikasi microsoft excel.

Pelatihan tersebut terselenggara berlandaskan atas realita bahwa laporan keuangan yang disusun oleh bendahara masjid masih menggunakan pelaporan sederhana dan belum sesuai dengan standar akuntansi keuangan bagi entitas nirlaba. Hal ini tidak mengherankan karena baik bendahara maupun ketua masjid (para takmir masjid) memang memiliki pengetahuan maupun kemampuan akuntansi yang masih terbatas.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan observasi langsung ke situs penelitian pasca pelatihan, bendahara masjid Al Muqarabbin masih mengalami kesulitan dalam menyusun laporan keuangan. Terlebih variasi transaksi keuangan yang terjadi juga semakin beragam dan bernilai tinggi. Selain itu, pemerintah kota sudah mulai “melirik” dan mempercayai masjid ini untuk mengelola dana hibah dari pemerintah kota. Melihat kondisi tersebut, sudah saat nya pengurus masjid berbenah mengingat tanggung jawab yang demikian besar.

Berdasarkan kajian diatas, penelitian ini akan merekonstruksi laporan keuangan agar sesuai dengan standar akuntansi entitas nirlaba sehingga dapat menjadi pedoman bagi pengurus masjid untuk penyusunan laporan keuangan di periode-periode berikutnya.

Rekonstruksi diperlukan guna perbaikan terhadap hal-hal yang belum sesuai dengan ketentuan tanpa mengubah karakteristik asli dari entitas. Untuk itu, dilakukan rekonstruksi terhadap laporan keuangan masjid Al Muqarabbin pada periode Januari 2022 dengan berpedoman pada ISAK 35 tentang laporan keuangan pada entitas nirlaba.

2. KAJIAN LITERATUR

Pelaporan akuntansi masjid melibatkan dua pihak yaitu pengurus masjid sebagai agen dan para pemangku kepentingan selaku prinsipal.

Pola hubungan akuntabilitas antara pengurus masjid dan pemangku kepentingan dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini.

Gambar 1 menjelaskan hubungan antara prinsipal dalam hal ini penyantun dana dengan agen pada entitas non profit. Jika dapat diibaratkan maka pengurus masjid berperan sebagai manajemen dan umat selaku stakeholders eksternal.

1Surah Al Baqarah ayat 282 membahas masalah muamalah, termasuk di dalamnya kegiatan jual-beli,

Sumber: Puyvelde (2013) dengan modifikasi Gambar 1. Hubungan Prinsipal-Agen Pada

Entitas Non Profit

Namun, pola hubungan ini belum lah sempurna karena belum melibatkan pemangku kepentingan utama. Siapakah itu? Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Sumber: Fitria (2017)

Gambar 2. Konsep Pertanggungjawaban Masjid

Perbedaan kedua gambar tersebut tampak pada pemangku kepentingan. Gambar 2 pemangku kepentingan (stakeholders) tidak hanya pemerintah dan umat namun juga melibatkan Sang Pencipta, Allah SWT.

Bahkan, pada Gambar 2 terlihat bahwa akuntabilitas utama adalah akuntabilitas kepada Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa peran pemangku kepentingan tidak hanya diperuntukkan bagi umat (pemerintah dan masyarakat) namun juga Allah SWT1.

utang-piutang dan sewa-menyewa. Arti nya, Allah SWT telah memerintahkan untuk melakukan sistem

(3)

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilandasi oleh teori agensi (agency theory) dan teori kepengurusan (stewardship theory).

Kedua teori memiliki kesamaan pola hubungan agen dan prinsipal namun berbeda asumsi.

Dalam Puyvelde (2013) disebutkan bahwa teori kepengurusan (stewardship theory) mengasumsikan agen akan termotivasi untuk bertindak demi kepentingan prinsipal serta tujuan agen selaras dengan tujuan prinsipal.

Artinya, ada sinergi yang baik antara kedua belah pihak yakni agen dan prinsipal. Kedua pihak tersebut memiliki tujuan yang sama dan berusaha untuk mewujudkan nya secara bersama-sama.

Sementara itu, Jensen & Meckling pada tahun 1976 menyuarakan teori keagenan (agency theory) dengan berasumsi bahwa terdapat konflik kepentingan antara prinsipal dan agen karena kedua belah pihak masing- masing ingin memaksimalkan utilitas mereka, sehingga muncul kepercayaan dari prinsipal bahwa agen tidak akan selalu bertindak untuk memenuhi kepentingan prinsipal (Puyvelde, 2013). Arti nya, ada kemungkinan agen sebagai pihak yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola entitas bertindak diluar kehendak prinsipal sehingga dapat merugikan kepentingannya. Demi mengontrol kemungkinan tersebut, muncul biaya keagenan.

Menurut Puyvelde (2013), Jensen & Meckling kemudian menyebutkan bahwa biaya keagenan adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk meminimalkan perbedaan kepentingan.

Pada entitas non profit, upaya preventif konflik kepentingan dengan memaksimalkan biaya keagenan dapat dikatakan tidak efektif.

Mengapa? berbeda dengan entitas yang mengedepankan profit, entitas non profit dalam hal ini masjid dengan aktivitas utama mengelola kekayaan umat untuk kesejahteraan umat tentu nya harus memaksimalkan pengalokasian aset bagi kepentingan umat pula.

Kembali lagi sebagaimana yang telah disebutkan Zain et al. (2020), masjid adalah entitas yang unik karena berlandaskan unsur keagamaan. Segala kegiatan yang dilakukan diharapkan bernilai ibadah sehingga keterlibatan pengurus dalam mengelola masjid juga diutamakan sebagai bentuk ibadah. Dapat dikatakan, tidak layak dan kurang etis jika mengutamakan maksimalisasi kompensasi.

pencatatan dengan benar, terbuka dan adil sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas).

Kedua teori tersebut saling mendukung satu sama lain. Karena tidak mungkin dalam perjalanan hubungan agen dan prinsipal tanpa kendala. Adakalanya tujuan agen dan prinsipal tidak selaras atau berbeda kepentingan. Oleh karena itu, solusi terbaik untuk menghindari masalah keagenan adalah entitas nirlaba dapat fokus pada pemilihan agen yang tepat (Fitria, 2017; Amrulloh & Kurniawan, 2022, Athief et al. 2022).

Pemilihan agen yang tepat tentun tidak terlepas dari pengetahuan dan kemampuan dalam mengelola entitas, salah satu nya mewujudkan akuntabilitas dengan pelaporan keuangan yang tepat sesuai dengan standar akuntansi. Standar akuntansi bagi entitas nirlaba mengacu pada Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) No 35. ISAK 35 diterbitkan dalam rangka memberikan panduan kepada entitas non profit dalam penyajian laporan keuangan. Berdasarkan ISAK No 35 laporan keuangan yang didapat dari suatu siklus akuntansi entitas non laba yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah laporan arus kas, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto serta laporan posisi keuangan.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi transendental. Dalam fenomenologi transendental segala informasi bebas dari persepsi atau pemikiran penulis sehingga segala sesuatu harus berdasarkan pengalaman informan. Hal ini sesuai pada konsep Husserl, yakni epoche (bracketing) membutuhkan eliminasi atas prasangka dan pengetahuan terdahulu peneliti sehingga fenomena yang dituturkan bebas campur tangan peneliti murni pengalaman dari informan (Creswell &

Creswell, 2017). Menggunakan fenomenologi transendental, peneliti mengeksplorasi fenomena berdasarkan kesadaran individu (Noviriani, 2021; Lusiono and Noviriani, 2019;

Noviriani, Ludigdo, and Baridwan, 2015).

Berdasarkan interaksi dengan informan, peneliti menginterpretasikan penyusunan laporan keuangan masjid sebagai sesuatu yang bermakna (dimaknai) serta merekonstruksi kembali turunan makna dari tindakan yang bermakna tersebut sesuai dengan ISAK No 35.

(4)

Perlu digarisbawahi, dalam proses transfer pengalaman dan pengetahuan dengan pendekatan fenomenologi transendental ini peneliti menghindari keterlibatan pemberian informasi maupun pengetahuan dalam bentuk apapun untuk mencegah bias sehingga fenomena tersebut benar-benar pengalaman yang dirasakan informan. Dalam hal ini, peneliti tidak menyampaikan informasi, pengetahuan dan ide apapun yang dapat mengarahkan dan menggiring pengalaman pengurus masjid tentang proses penyusunan laporan keuangan.

Terdapat beberapa tahapan sistematis analisis data dalam penelitian ini. Peneliti mengadopsi tahapan analisis data Miles &

Huberman (1994) yang terdiri dari reduksi data, peyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi seperti terlihat pada Gambar 3 sebagai berikut:

Sumber: Miles & Huberman (1994) Gambar 3. Model Analisis Data Reduksi data merupakan proses seleksi, menyederhanakan dan menemukan highlight atas data. Selanjut nya, data-data tersebut diorganisasikan dan disajikan dalam tahap penyajian data. Pada tahap kesimpulan dan verifikasi, peneliti menarik kesimpulan akhir atas data yang telah di analisis.

Sumber data utama berupa kata-kata dan tindakan diperoleh melalui pengamatan (observasi), wawancara 2 orang pengurus masjid. Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang disarankan dalam penelitian fenomenologi (Creswell & Creswell, 2017). Data lain didapatkan dari dokumen laporan keuangan yang telah disusun oleh pengurus masjid pada bulan Januari 2022.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber data dengan cara membandingkan informasi dari informan dengan dokumen laporan keuangan yang tersedia, selain itu membandingkan hasil wawancara dengan observasi secara langsung, kemudian ditarik kesimpulan dari beberapa data yang telah diperoleh.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaporan Keuangan di Masjid Al Muqarabbin

Masjid Al Muqarabbin adalah salah satu masjid yang terletak di Jl. Parit H. Husin 1 Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Karena letaknya yang strategis di kawasan perkantoran, dalam perjalanannya kini masjid tersebut telah berkembang luas baik dari jenis kegiatan yang dilakukan maupun dari besaran santunan dan sumbangan yang dikelola. Selain sebagai tempat ibadah, masjid Al Muqarabbin juga sebagai tempat kegiatan ilmu keagamaan lain.

Hal ini dibuktikan dengan adanya kegiatan pengajian rutin yang diselenggarakan secara terjadwal setiap hari Senin dan Kamis. Masjid juga menyelenggarakan kegiatan yang memberdayakan peran perempuan sekitar yaitu melalui pengajian muslimah setiap hari Jumat.

Dalam pengelolaannya, setiap penerimaan kas oleh masjid Al Muqarabbin diakui sebagai pemasukan yang dicatat oleh bendahara masjid sesuai nominal yang diterima. Begitu juga dengan pengeluaran masjid, diakui dan dicatat sebagai pengeluaran pengurang kas. Pencatatan dilakukan di microsoft excel kemudian di ringkas di microsoft word. Sebagaimana penuturan bendahara masjid:

“Laporan keuangan kami ya seperti ini, ada pemasukan dan pengeluaran.

ditambah sisa kas bulan lalu.”

Sumber: Laporan Keuangan Masjid Al Muqarabbin (2022)

Gambar 4. Laporan Keuangan Masjid Al Muqarabbin

Pada bulan Januari 2022, pemasukan masjid Al Muqarabbin hanya berasal dari Infaq Jumat. Sedangkan pengeluaran terdiri dari pengeluaran rutin yaitu honor dan insentif

(5)

petugas masjid serta pengeluaran untuk pemeliharaan aset masjid serta pembelian alat kebersihan (Gambar 4).

Berdasarkan Gambar 4 diatas, laporan keuangan yang telah disusun oleh pengurus Masjid Al Muqarabbin masih sederhana karena hanya melakukan pencatatan pemasukan dan pengeluaran kas. Jika merunut pada ketentuan di ISAK No. 35, laporan keuangan tersebut belum dapat disebut ideal. Pada pembahasan selanjutnya, penulis akan melakukan rekonstruksi laporan keuangan Masjid Al Muqarabbin agar sesuai dengan ISAK No. 35.

Rekonstruksi Laporan Keuangan Masjid Al Muqarabbin

Langkah pertama dalam rekonstruksi laporan keuangan Masjid Al Muqarabbin ini adalah penulis melakukan identifikasi atas aset, utang maupun aset neto periode tersisa periode lalu yang belum tercatat dalam laporan keuangan. Identifikasi dilakukan melalui proses wawancara dengan informan yaitu pengurus masjid. Menurut ketua masjid, diperoleh data aset tetap yaitu nilai masjid dan tanah:

“Nilai tanah ini kurang lebih sekitar Rp.

600.000.000,00 sedangkan nilai bangunan Rp. 1.500.000.000,00, mulai tahun 2010…”

Pada saat proses wawancara, penulis melihat mobil ambulance yang terparkir di halaman masjid. Untuk memastikan kepemilikan kendaraan tersebut, penulis menanyakan langsung kepada informan.

Berikut penuturan Bendahara masjid:

“Iya, ambulance memang milik masjid.

Digunakan ketika dibutuhkan masyarakat.

Nilai pembelian nya Rp. 350.000.000,00.

Ini running text Rp. 2.400.000,00, kalau microphone Rp. 2.140.000,00, karpet di total kurang lebih Rp. 6.000.000,00…”

Berdasarkan data tersebut, peneliti kemudian melakukan perhitungan penyusutan aset tetap per tahun untuk mengakui beban penyusutan aset tetap dan mencatat nilai aset setelah dikurangi akumulasi penyusutan (dapat dilihat pada laporan penghasilan komprehensif).

Masjid Al Muqarabbin pada dasarnya telah melaksanakan proses pencatatan dengan cukup baik, mengingat seluruh pemasukan dan pengeluaran tercatat dalam buku kas. Oleh sebab itu, penelitian ini hanya melengkapi data aset karena memang belum termuat dalam laporan keuangan yang telah disusun. Menurut penuturan bendahara masjid, Masjid Al Muqarabbin tidak memiliki utang dan piutang dari sumber mana pun:

“…Untuk utang piutang Alhamdulillah kita tidak ada. Uang kas dibelanjakan untuk pengeluaran, jika ada sisa maka disimpan untuk bulan depan nya”.

Penuturan bendahara masjid diatas mengisyaratkan bahwa saldo utang piutang Masjid Al Muqarabbin bernilai nol. Sedangkan nilai aset neto periode lalu dalam bentuk kas adalah nilai kas tersisa.

Selanjutnya, penulis melakukan proses penjurnalan atas data-data yang berhasil dikumpulkan. Sampel jurnal untuk mencatat infaq jumat dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

(6)

Tabel 1. Jurnal Kas Masuk

Tanggal Ket Ref Debet Kredit Janua

ri

3 Kas Rp.

5.010.200 Infaq

Jumat

Rp.

5.010.200

Sumber: data diolah (2022)

Ketika terjadi pengeluaran saat membayar insentif dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Jurnal Kas Keluar

Tanggal Ket Ref Debet Kredit Januari 3 Insentif

petugas lainnya

Rp.

400.000

Kas Rp.

400.000

Sumber: data diolah (2022)

Tahap berikut nya, dilakukan posting ke buku besar (Gambar 6 dan Gambar 7):

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 6. Buku Besar Infaq Jumat

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 7. Buku Besar Insentif Petugas Lainnya

Setelah transaksi pada jurnal umum di posting pada buku besar, langkah selanjutnya membuat neraca saldo yang merupakan daftar informasi yang berisi data saldo akun pada buku besar pada periode berjalan serta jurnal penyesuaian apabila memang terdapat akun- akun yang perlu untuk adanya penyesuaian.

Menyusun neraca saldo setelah penyesuaian adalah langkah yang harus dilakukan setelah dua langkah diatas. Gambar 8 berikut ini merupakan neraca saldo

setelah penyesuaian:

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 8. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian

Berikut nya, penulis melakukan proses pembuatan laporan keuangan yang didasarkan pada ISAK No 35 tentang organisasi nirlaba yaitu terdiri dari laporan arus kas, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan

(7)

aset neto serta laporan posisi keuangan sebagai berikut:

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 9. Laporan Arus Kas

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 10. Laporan Penghasilan Komprehensif

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 11. Laporan Perubahan Aset Neto

Sumber: data diolah (2022)

Gambar 12. Laporan Posisi Keuangan Perubahan laporan keuangan yang telah direkonstruksi terletak pada kesesuaian nya dengan ISAK No 35. Sebelumnya, laporan keuangan yang disusun oleh pengurus masjid belum memasukkan aset tetap ke dalam perhitungan. Selain itu, beban penyusutan atas aset tersebut belum pula tercantum. Pada laporan penghasilan komprehensif di Gambar 9 tampak bahwa masjid Al Muqarabbin mengalami defisit. Hal ini dikarenakan sumber pemasukan di bulan Januari 2022 hanya berasal dari infaq Jumat. Padahal, masjid perlu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk

(8)

mendukung operasional nya. Namun, dari sisi aluran kas masih tergolong aman dikarenakan masjid masih memiliki aliran kas periode lalu yang tersisa sebagai aset neto.

Lalu, apakah masjid Al Muqarabbin tidak ada sumber penghasilan lain? Menurut ketua masjid:

“Ada, kita ada sumbangan pembelian tanah dari donatur. Tapi, baru dimulai bulan Februari.”

Menurut penuturan informan diatas, pada bulan Januari 2022 masjid memang hanya memperoleh pemasukan dari infaq Jumat, namun mulai bulan Februari terdapat penghasilan lain yaitu pembelian tanah dari para donatur.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pada awal nya masjid Al Muqarabbin belum menyusun laporan keuangan sesuai standar bagi entitas nirlaba dnegan berpedoman pada ISAK No 35.

Masjid dalam hal ini masih melakukan pencatatan aliran pemasukan dan pengeluaran secara sederhana.

Rekonstruksi yang telah dilakukan yaitu mulai dari identifikasi akun-akun dan transaksi, penyusunan jurnal umum, buku besar, neraca saldo setelah penyesuaian hingga laporan keuangan. Setelah proses rekonstruksi ini terlihat bahwa pada bulan Januari 2022 masjid mengalami defisit. Artinya, pengeluaran lebih bessar dibandingkan dengan penghasilan. Hal ini dikarenakan masjid banyak menanggung beban-beban sementara hanya mengandalkan pemasukan dari satu sumber yaitu infaq jumat.

6. REFERENSI

Amrulloh, D., A., & Kurniawan, A., F. (2022).

Rekonstruksi Pelaporan Keuangan Masjid yang Disesuaikan dengan SAK Sebagai Wujud Keluasan Pertanggungjawaban (Studi Kasus pada Masjid Agung Baitul Mukminin Jombang). Journal of Applied Managerial Accounting 6(1):81-92.

Athief, F., H., N., Anissa, H., P., & Hafizah, A., R. (2022). Cash Flow Analysis of Mosques in Surakarta Residence, Indonesia.

IQTISHODUNA: Jurnal Ekonomi Islam 11(1):43-66.

Creswell, J. W., & Creswell, J. D. 2017.

Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches: Sage Publications.

Fitria, Y. (2017). Akuntabilitas pada Organisasi Religi: Studi Kasus Masjid-Masjid di Kalimantan Timur. AKUNTABEL 14(1):38-45.

Iskandar, D., & Budyastuti, T. (2018).

Mosque’s Manager Perception for Accounting Practices and Educational on the Financial Management Accountability of Mosque in Ciledug and Larangan District. European Journal of Business and Management 10(3):29-37.

Lusiono, E. F., & Noviriani, E. (2019).

Menumbuhkan Jiwa Sherlock Holmes Seorang Calon Akuntan. Journal of Applied Accounting and Taxation, 4(1):28-38.

Miles, M., B., & Huberman, A., M. (1994). An Expanded Sourcebook Qualitative Data Analysis:Sage Publications.

Noviriani, E., Ludigdo, U., & Baridwan, Z.

(2015). Studi Fenomenologi Atas Dilema Etis Auditor Internal Pemerintah.

EKUITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), 19(2):217-240.

Noviriani, E. (2021). Eksplorasi Kecerdasan Daya Juang (Adversity Quotient) Mahasiswa Akuntansi dalam Tinjauan Fenomenologi. Sebatik 25(2):418-425.

Puyvelde, S., V. (2013). Applying Agency Theory to Non Profit Governance:

Theoretical and Empirical Contributions.

Thesis. Faculty of Economics, Social and Political Sciences and Solvay Business School.

Syahawaluna, A., & Maharani, S., N. (2017).

Phenomenological Studies of Mosque’s Financial Management Model. South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law 14(1):48-58.

Utama, A., A., G., S., & Rafli, F., B. (2019).

Cash Fund Management Information System: Case Study at Al Irsyad Mosque Surabaya. International Journal of Innovation, Creativity and Change 9(5):187-197.

Yanuar, F., & Hanifah, W., S. (2020). Telaah Penerapan PSAK 45 dan PSAK 109 dalam Rekonstruksi Akuntansi Pelaporan Keuangan Masjid (Sebuah Studi Literatur). Jurnal Akuntansi Syariah 4(1):45-55.

(9)

Zain, S., R., M., Ros, N., A., S., & Raduan, N., A. (2020). The Dynamics of Accounting Practices and Accountability in the Selected Mosques in Federal Territory.

ISLAMIYYAT 42(Isu Khas):81-89.

Zhang, M., Manuela, C., E., Raquel, P., E., &

Elena, U., G. (2020). Accounting Transparency of Non-Governmental Organizations: A Case Study of the Red Cross in China and Spain. REVESCO 135:1-13.

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan kebanggaan tersendiri karena telah melalui perjuangan sangat berat, dan akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Penggunaan Metode Sosiodrama Melalui

Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar

Pada Gambar 7 dan 8 diatas dapat terlihat hasil penelitian triangle test yang dilakukan terhadap 199 orang panelis yang terdiri dari 102 laki-laki dan 97 wanita..

perpajakan. Menerima, mencatat serta mengklarifikasikan transaksi keuangan. Melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja lain yang terkait, untuk. memastikan ketersediaan data

Biota uji yang digunakan adalah benih ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) dengan panjang awal ± 5,0 cm dan berat awal ± 1,26 gram, yang diamati dalam

- Guru memberitahukan kepada siswa rencana pembelajaran yang akan datang mengenai cara menanggulangi potensi konflik antarkelompok sosial.. - Guru menutup pelajaran

b) Loket Pengaduan : petugas yang berada di pengaduan ini adalah Kepala Seksi Pengaduan yang bertugas untuk menangani setiap pengaduan baik secara langsung maupun

Berdasarkan beberapa uraian tentang pengertian pendidikan agama Islam di atas, maka dapat disimpulkan menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha