• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan mendefinisikan citra diri dalam remaja itu sendiri sebagai transisi dari masa anak ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dengan mendefinisikan citra diri dalam remaja itu sendiri sebagai transisi dari masa anak ke"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Pengertian dan Pengertian Judul

I.1.1. Pengertian Pusat Terapi Musik

Pusat terapi musik didefinisikan sebagai wadah suatu kegiatan dengan menggunakan musik untuk mengatasi kekurangan atau hambatan- hambatan terkait aspek fisik, emosi (psikologis), kognitif, kebutuhan individu dan sosial pada anak- anak maupun dewasa yang mengalami gangguan atau penyakit tertentu sebagai sarana pencegahan jangka panjang.

I.1.2. Pengertian Gangguan Kecemasan

Pada umumnya, 1gangguan kecemasan merupakan suatu kondisi penyebab kegelisahan dan ketegangan yang menahun dan berlebihan, seringkali tidak dipicu oleh faktor- faktor provokatif (pendukung) apapun. Pada kasus ini, orang yang terkena gangguan kecemasan akan selalu merasa lebih mudah khawatir dalam hidupnya.

I.1.3. Pengertian Depresi

Depresi dapat dikenal sebagai suasana hati yang tertekan (depressed mood) yang mengacu pada periode kesedihan atau suasana hati yang tidak gembira baik itu berlangsung singkat atau selama jangka waktu yang lebih panjang. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya kondisi merasa kehilangan suatu hubungan yang berarti atau kegagalan melakukan tugas yang penting. Depresi ini selanjutnya dapat berkembang mulai dari suasana hati yang tertekan, sindroma depresif hingga depresi klinis.

I.1.4. Pengertian Remaja

2Konsep remaja dewasa ini memiliki perkembangan yang cukup signifikan yaitu dengan mendefinisikan citra diri dalam remaja itu sendiri sebagai transisi dari masa anak ke

1 Dr. Savitri Ramaiah, “Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya”,

(http://books.google.co.id/book/kecemasan-bagaimana-mengatasi-penyebabnya, diakses pada tanggal 8 November 2014 pukul 19.25 WIB)

2 John W. Santrock, “Adolescence Perkembangan Remaja”, (http://books.google.co. id/book/adolescence- perkembangan-remaja, diakses pada tanggal 16 Desember 2014 pukul 17.32 WIB)

(2)

masa dewasa sebagai masa perkembangan fisik, kognitif, dan sosial yang memberikan tantangan, kesempatan dan pertumbuhan. Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan yang jauh lebih banyak ketimbang remaja generasi yang lalu (Feldman dan Elliot, 1990;

Hamburg, 1993; Hechinger, 1992).

I.2 Latar Belakang Permasalahan

I.2.1. Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja

3Fenomena bunuh diri meningkat di kalangan remaja, setidaknya dalam 6 bulan pertama di tahun 2012, menurut Komnas Perlindungan Anak tercatat ditemukannya 20 kasus bunuh diri. Dilihat dari sisi psikologi, individu yang melakukan bunuh diri ini 90% mengalami gangguan mental seperti depresi. Depresi yang berkelanjutan dapat memicu munculnya berbagai maacam gangguan dan penyakit lainnya yang salah satunya adalah gangguan kecemasan. Masa remaja yang merupakan masa transisi dan menghadapi berbagai macam perubahan serta dinamika dalam hidupnya menuntut mereka untuk sesegera mungkin melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap realita, sementara pada masa ini, biasanya remaja masih asyik dalam dunianya sendiri untuk melihat konsep akan citra diri. Situasi dan kondisi inilah yang menyebabkan remaja rentan mengalami tekanan yang berujung pada stres.

Gangguan kecemasan dan depresi dewasa ini sering disalahartikan sebagai keadaan yang normal. Mood yang labil terutama pada remaja yang sedang mengalami pubertas sering dianggap sebagai status emosi yang belum matang. Padahal gejala ini dapat diindikasikan sebagai gejala depresi dan gangguan psikis lainnya yang dapat menghambat kemampuan psikososial dan hubungan interpersonal antara remaja dan sekelilingnya.

Penelitian di Amerika seperti telah dilansir oleh NIMH (National Institute of Mental Health) menyatakan bahwa remaja perempuan memiliki angka resiko yang lebih tinggi sebesar dua kali lipat dari remaja laki- laki terhadap gangguan depresi disertai psikis lainnya seperti kecemasan. Penyebab pasti dari gangguan depresi pada seseorang belum diketahui.

Adapun faktor- faktor yang terlibat di dalamnya sangat banyak seperti faktor biologis (genetik), faktor psikologis dan lain- lain.

I.2.2. Fenomena Pemicu Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja

3 Harri Santoso, “Menakar Kesehatan Jiwa Masyarakat Kita” (Aceh Tribunnews, 11 Oktober 2014), (Online), Tersedia: (http://aceh.tribunnews/com, diakses pada tanggal 18 Oktober 2015 pukul 16.12 WIB)

(3)

Berbagai macam kasus yang beredar di tengah masyarakat seperti kasus perceraian orang tua, periwtiwa bullying, konsep diri yang terlalu tinggi akan harga diri dan perfeksionisme serta pengumuman ketidaklulusan oleh pelajar sekolah dan masalah percintaan dan pekerja serta kasus- kasus lainnya memberikan dampak yang cukup besar bagi orang yang mengalaminya. 4Dra Sofia Retnowati MS, selaku staf pengajar program S1 Fakultas Psikologi UGM meneliti kasus remaja depresi yang terjadi di Yogyakarta. Analisis data demografi yang disusun Beliau menyatakan bahwa 3.183 remaja yang diteliti, 2.586 remaja di antaranya (+- 81 %) mengalai gejala depresi pada kategori sedang hingga tinggi.

Remaja perempuan lebih rentan terhadap depresi, dimana remaja yang memiliki kehidupan di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang memiliki kehidupan di perkotaan.

Untuk menanggulangi hal tersebut, remaja perlu diberi program pelatihan yang bertujuan untuk mengokohkan kepribadian diri serta meningkatkan dukungan sosial dari teman maupun orang tua sehingga depresi dapat berkurang atau tidak muncul lagi. Remaja perlu dibangun untuk memiliki pola pikir yang positif (optimis), harga diri yang optimal, keyakinan bahwa dirinya mampu mengatasi masalah yang ada dan didukung dengan keterampilan untuk mengatasi masalah serta adanya dukungan sosial yang besar, maka gejala depresi ini dapat diatasi dengan baik.

I.2.3. Kebutuhan Pusat Terapi Musik Gangguan Kecemasan dan Depresi Begitu pentingnya upaya untuk menyembuhkan dan memulihkan kondisi seseorang dari suatu penyakit membuat masyarakat memiliki berbagai macam alternatif terapi sesuai kebutuhan terapis. Dalam penerapannya, terapi musik sebagai wadah untuk menampung sekelompok orang beraktivitas dalam bidang terkait musik masih minim di Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Kegiatan yang dilakukan oleh sebagian besar orang di rumah sakit masih menerapkan metode terapi musik yang bersifat pasif dan belum berkembang ke arah metode aktif dan melibatkan banyak orang.

Menurut Sukamdi, perubahan komposisi penduduk di Yogyakarta membawa implikasi lain terutama peningkatan jumlah penduduk usia remaja. 5Persentase remaja DIY sesuai dengan prediksi angka ketergantungan (dependency ratio) di DIY akan mecapai 24, 13

4 Suara Merdeka., “ Perceraian Orang Tua bisa Munculkan Depresi Remaja” (Suara Merdeka, 15 Januari 2005), (Online), Tersedia: (http://suaramerdeka/com, diakses pada tanggal 18 November 2015 pukul 15.15 WIB)

5 Media Center PSKK UGM. “Perubahan Komposisi Penduduk Jumlah Remaja DIY Naik Tiga Kali Lipat”

Content, (http://cpps.or/id diakses pada tanggal 22 November pukul 20.33 WIB)

(4)

persen dengan pertumubuhan tiga kali lipat (3,24 %) dibandingkan pertumbuhan penduduk.

Sehubungan dengan hal tersebut, bila dikaitkan dengan tingginya jumlah remaja di Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar disertai dengan berbagai macam kasus permasalahan yang mengikutinya, sangat diperlukan sekali antusias serta komitmen dari masyarakat untuk sungguh- sungguh mewujudkan terciptanya pusat terapi musik.

6Kelangkaan ahli terapi musik atau praktisi baik sekadar diskusi ataupun penelitian lebih jauh menjadi salah satu kendala yang cukup rumit dalam upaya mengangkat keberadaan kegiatan terapi musik. Di sisi lain, banyak psikolog Indonesia yang menyadari adanya terapi musik yang selanjutnya berujung pada kebimbangan akibat penanganan musik dirasa kurang kompeten.

I.3 Rumusan Permasalahan

I.3.1. Permasalahan Umum

Masalah umum yang dibahas dalam penulisan ini adalah bangunan pusat terapi musik yang dirancang tidak sesuai dengan sistem yang baik dan nyaman, baik itu berdasarkan sistem kegiatan pengguna bangunan hingga suatu pola yang tercapai berdasarkan pengklasifikasian jenis gangguan kesehatan mental.

I.3.2. Permasalahan Khusus

Masalah khusus yang dibahas dalam penulisan ini adalah bangunan pusat terapi musik yang dirancang belum sesuai dengan konsep ruang dalam dan ruang luar serta sirkulasinya yang disesuaikan dengan klasifikasi macam gangguan kecemasan dan depresi dengan menyediakan fasilitas yang lebih fungsional dan menunjang proses kesembuhan.

I.4 Tujuan

I.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah merumuskan konsep perancangan bangunan Pusat Terapi Musik untuk Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja di Yogyakarta dengan sistem tertentu. Sistem ini didasari dari sistem kegiatan yang ada pengguna bangunan yang dihubungkan dengan pola penempatan klasifikasi macam gangguan.

6 Psikologi Zone. “Terapi Musik di Indonesia Kurang Berkembang”, (http://psikologizone/com, diakses pada tanggal 12 November 2014 pukul 20.21 WIB)

(5)

I.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan ini adalah merancang bangunan Pusat Terapi Musik untuk Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja di Yogyakarta dengan konsep ruang dalam dan ruang luar serta sirkulasinya yang disesuaikan dengan klasifikasi macam gangguan kecemasan dan depresi dengan menyediakan fasilitas yang lebih fungsional dan menunjang proses kesembuhan.

I.5 Sasaran

I.5.1. Sasaran Umum

Pusat terapi mampu mengedukasi sesama di tengah- tengah masyarakat untuk sungguh- sungguh peduli dengan permasalahan yang terdengar biasa namun perlu mendapat penanganan segera. Adapun pusat terapi musik sebagai motivator dan inspirasi bagi remaja yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi serta bagi pihak- pihak lain berkepentingan yang berupaya dalam menjaga proses pemulihan diri.

I.5.2. Sasaran Khusus

Penulisan ini terutama sekali ditujukan untuk remaja yang membutuhkan fasilitas, sarana dan prasarana kegiatan untuk menuangkan segala emosi dan berlatih mengenal serta mengatasi permasalahan melalui terapi musik. Adapun pusat terapi musik membantu menyadari pihak keluarga dengan lebih memperhatikan remaja sebagai suatu dukungan internal yang berpengaruh besar dalam proses pemulihan diri.

I.6 Lingkup Pembahasan I.6.1. Arsitektural

Ruang transisi berdasarkan kebutuhan ruang menjadi bagian yang ditonjolkan dalam perancangan desain. Integrasi antara sisi eksterior bangunan maupun sisi interior bangunan yang baik mampu mempercepat proses penyembuhan klien yang mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Susunan ruang yang terbagi menurut pengklasifikasian macam gangguan menjadi tolak ukur klien dalam berkegiatan serta terapis dalam melakukan perawatan.

(6)

I.6.2. Non Arsitektural

Pusat terapi musik dengan konsep tertentu memberikan gambaran nyata terhadap penghargaan nilai- nilai kehidupan kepada masyarakat. Kejenuhan menghadapi tuntutan permasalahan hidup memberi ruang sebagai edukasi yang penting terutama kaum remaja untuk lebih peduli dan belajar memahami arti penting kehidupan.

I.7 Metode Pembahasan

I.7.1. Teknik Pencarian Data a. Wawancara

Wawancara merupakan pola komunikasi yang dilangsungkan oleh dua orang atau lebih untuk tujuan khusus. Wawancara yang digunakan dalam penulisan ini adalah wawancara tidak langsung yang dilakukan kepada sumber lain untuk mendapatkan data, dengan teknik wawancara meliputi teknik mencari masalah, teknik pemecahan masalah dan teknik pertanyaan terbuka.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati subjek atau objek yang dituju. Teknik observasi menggunakan pedoman observasi dan check list (daftar keterangan atau pertanyaan yang ingin dituju dari proses mengamati). Dalam hal ini, observasi dilakukan pada yayasan yang menerapkan prinsip terapi musik dalam upaya penyembuhan.

I.7.2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara mengolah data yang diperoleh di lapangan atau sumber referensi yang telah tersedia, dengan hasil sebagai jawaban maupun kesimpulan dari berbagai macam pertanyaan masalah. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif atau nonstatistik yaitu dengan mempelajari dan mengambil intisari dengan meneliti kembali rumusan permasalahan yang dihuungkan dengan langkah solusi atau jawaban yang ditemukan.

I.7.3. Teknik Sintesis dan Perumusan Konsep Perancangan

Teknik sintesis merupakan teknik mengelompokkan dan meringkas data yang

(7)

diperoleh untuk menentuan intisari terhadap apa yang hendak dipelajari atau ditemukan.

Teknik sintesis melibatkan formula khusus hasil dari teknik- teknik pengumpulan data yang telah dilakukan yang selanjutnya dijabarkan dalam perumusan konsep perancangan.

I.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dilatarbelakangi oleh fenomena gangguan kecemasan dan depresi pada tingkat remaja yang kurang mendapat perhatian khusus dari masyarakat khususnya keluarga atau kerabat dekat. Pusat Terapi Musik untuk Gangguan Kecemasan dan Depresi pada Remaja di Yogyakarta berpedoman pada analisis dan observasi data yang dilakukan di yayasan.

I.9 Keaslian Penulisan

Penulisan ini berfokus pada suatu gagasan pemikiran yang dilatarbelakangi oleh jarangnya ditemukan fasilitas, sarana dan prasarana terapi musik bagi remaja terutama berkenaan terhadap masalah gangguan kecemasan dan depresi. Adapun judul tugas akhir mahasiswa lain yang relevan untuk dikomparasi dalam konteks pembuktian keaslian penulisan adalah:

Tabel 1.1 Komparasi Keaslian Penulisan

JUDUL KARYA KODE

IDENTITAS PENULIS Pusat Pemulihan Psikis Remaja Pasca

Trauma dengan Penekanan Konsep Healing Environment

3282 S Kurniawati, Febriani

Pusat Terapi Asma Anak melalui Metode Bermain dan Pemanfaatan Elemen Alam di Pantai Kukup

3554 S Ahmad R. Kartono

Pusat Terapi Autisme di Yogyakarta dengan Penekanan Sensory Design

3545 S Widyanti, Nadhila

Sekolah Khusus dan Pusat Terapi Autis di Bekasi dengan Penekanan pada Healing

3196 S Nisa, Aviana Hanivatun

(8)

Environment

Pusat Terapi Anak Autis 72.043/ Roz/ P/ 05- 10/ 2342- S

Rozalinda, Nita

Pusat Terapi Anak Autis ditinjau dari Perencanaan Tata Ruang

72.043/ Isn/ P/ 06- 105/ 2606- S

Isnaeni, Yunia

Sumber Tabel: Data Perpustakaan JUTAP UGM, 2015

I.10 Kerangka Penulisan

Penulisan ini disusun berdasarkan aturan penulisan penelitian yang berlaku dan tata urutan yang telah disesuaikan baik melalui referensi maupun perbaikan dalam proses diskusi.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menambahkan Task yang baru dapat dilakukan dengan memilih salah satu user story yang ada pada daftar stories, lalu klik icon plus (+) yang ada disamping user story

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

produktivitas tanaman jagung di wilayah daratan Kabupaten Sumenep. Bentuk kegiatan berupa penentuan anjuran pemupukan spesifik lokasi pada tanaman jagung di masing-masing

 Penalaran moral dalam tahap empat; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga

dalam penelitian ini adalah antologi cerpen “Mandi Api” karya Gde Aryantha Soethama dengan judul Tembok Puri, Ibu Guru Anakku, Sekarang Dia Bangsawan, Terompong

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Adapun peralatan yang digunakan oleh peneliti untuk melakukan percobaan adalah 12-bit capacitance to digital integrated circuit yang digunakan sebagai ADC converter dari

Dalam penelitian ditemukan bahwa ternyata upacara Ngaben di Trunyan tidak sembarangan orang yang dikuburkan di kuburan utama atau sema wayah adalah orang-orang