• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hermetia illucens

Hermetia illucens merupakan salah satu jenis serangga yang banyak dijumpai, dan didapat hampir di setiap kawasan, lalat jenis ini sering dijumpai pada kawasan yang cukup lembab dikarenakan habitat yang sesuai dengan karakteristiknya. Menurut Silmina, Edriani, & Putri (2010) Hermetia illucens diklasifikasi sebagai berikut :

Nama umum: Black Soldier Fly, American Soldier Fly, Tentara Hitam Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Sub ordo : Brachycera Super family : Stratiomyoidea Famili : Stratiomyidae Genus : Hermetia

Spesies : Hermetia illucens

Hermetia illucens berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya berwarna transparan (wasp waist) sehingga sekilas menyerupai abdomen lebah. Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai delapan hari Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak. Lalat dewasa tidak memiliki bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kebutuhan nutrisi lalat dewasa tergantung pada lemak yang disimpan saat masa pupa. Ketika simpanan lemak habis, maka lalat akan mati (Makkar et al. 2014). Berdasarkan jenis kelaminnya, lalat betina

(2)

umumnya memiliki daya tahan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan (Tomberlin et al. 2009).

Siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa berlangsung sekitar 40-43 hari, tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan. Lalat betina akan meletakkan telurnya di dekat sumber pakan, antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak, tumpukan limbah bungkil inti sawit (BIS) dan limbah organik lainnya (Tomberlin et al. 2002).

Lalat betina tidak akan meletakkan telur di atas sumber pakan secara langsung dan tidak akan mudah terusik apabila sedang bertelur, umumnya daun pisang yang telah kering atau potongan kardus yang berongga diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat telur (Wardhana, 2016)

a b Gambar 2.1 a.b. Lalat Dewasa Hermetia Illucens (Sumber a. (Wardhana, 2007) b. (Dokumen Pribadi)

Siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa berlangsung sekitar 40-43 hari, tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan (Tomberlin et al. 2002). Lalat betina akan meletakkan telurnya di dekat sumber pakan, antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak, tumpukan limbah bungkil inti sawit (BIS) dan limbah organik lainnya. Lalat betina tidak akan meletakkan telur di atas sumber pakan secara langsung dan tidak akan mudah terusik apabila sedang bertelur. Oleh karena itu, umumnya daun pisang yang telah kering atau potongan kardus yang berongga diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat telur.

Seekor lalat betina BSF normal mampu memproduksi telur berkisar 185- 1235 telur (Rachmawati et al. 2010). Literatur lain menyebutkan bahwa seekor betina memerlukan waktu 20-30 menit untuk bertelur dengan jumlah produksi

(3)

telur antara 546-1.505 butir dalam bentuk massa telur (Tomberlin & Sheppard 2002). Berat massa telur berkisar 15,8-19,8 mg dengan berat individu telur antara 0,026-0,030 mg. Waktu puncak bertelur dilaporkan terjadi sekitar pukul 14.00-15.00. Lalat betina dilaporkan hanya bertelur satu kali selama masa hidupnya, setelah itu mati (Tomberlin et al. 2002).

2.2 Pupa Lalat/Maggot

Istilah “Maggot” mulai dikenalkan pada pertengahan 2005, yang diperkenalkan oleh tim biokonservasi IRD-Prancis dan loka riset budidaya ikan hias air tawar (LRBIHAT), depok. Maggot merupakan larva serangga yang hidup diberbagai tempat yang lembab seperti limbah, kotoran ayam, bangkai dan lain sebagainya. Maggot banyak dikenal sebagai organisme pembusuk karena kebiasanya memakan bahan-bahan organik (Fahmi, MR, Hem S, Subamia IW. 2007)

a b

Gambar 2.1 a.b. Pupa Lalat Hermetia Illucens (Sumber a. (Wardhana, 2007) b. (Dokumen Pribadi)

2.3 Faktor-faktor yang memengaruhi hidup BSF

Siklus hidup BSF dari telur hingga menjadi lalat dewasa tergantung dari kondisi lingkungan dan media pakan yang diberikan. Lalat betina akan meletakkan telurnya di dekat sumber pakan, antara lain pada bongkahan kotoran unggas atau ternak, tumpukan limbah bungkil inti sawit (BIS) dan limbah organik lainnya. Lalat betina tidak akan meletakkan telur di atas sumber pakan secara langsung dan tidak akan mudah terusik apabila sedang bertelur. Oleh karena itu, umumnya daun pisang yang telah kering atau

(4)

potongan kardus yang berongga diletakkan di atas media pertumbuhan sebagai tempat telur. (Tomberlin et al. 2002)

Suhu merupakan salah satu faktor yang berperan dalam siklus hidup BSF. Suhu yang lebih hangat atau di atas 30°C menyebabkan lalat dewasa menjadi lebih aktif dan produktif. Suhu optimal larva untuk dapat tumbuh dan berkembang adalah 30°C, tetapi pada suhu 36°C menyebabkan pupa tidak dapat mempertahankan hidupnya sehingga tidak mampu menetas menjadi lalat dewasa. Pemeliharaan larva dan pupa BSF pada suhu 27°C berkembang empat hari lebih lambat dibandingkan dengan suhu 30°C (Tomberlin et al. 2009).

Suhu juga berpengaruh terhadap masa inkubasi telur. Suhu yang hangat cenderung memicu telur menetas lebih cepat dibandingkan dengan suhu yang rendah.

2.4 Definisi Pertumbuhan

Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran, berupa panjang atau bobot dalam waktu tertentu. Ada beberapa indikator yang memengaruhi pertumbuhan yaitu faktor jumlah nutrisi makanan yang tersedia, suhu, PH, umur, dan ukuran organisme serta. Efesiensi media pakan akan berkolerasi positif terhadap pertumbuhan, dimana jika maggot mampu mengefisienkan media pakan yang diberikan secara maksimum, maka pertumbuhan akan semakin cepat terjadi (Anggraeni, 2011)

2.5 Pertumbuhan maggot

Maggot dapat tumbuh dan berkembang subur pada media organik, seperti BIS, kotoran sapi, kotoran babi, kotoran ayam, limbah buah dan limbah organik lainnya. Kemampuan larva hidup dalam berbagai media terkait dengan karakteristiknya yang memiliki toleransi pH yang luas (Mangunwardoyo et al. 2011). Selain itu, kemampuan larva dalam mengurai senyawa organik ini juga terkait dengan kandungan beberapa bakteri yang terdapat di dalam saluran pencernaannya (Dong et al. 2009; Yu et al. 2011).

Banjo et al. (2005) berhasil mengidentifikasi beberapa bakteri yang diisolasi

(5)

dari sistem pencernaan larva BSF, yaitu Micrococcus sp, Streptococcus sp, Bacillus sp dan Aerobacter aerogens.

Larva BSF yang dikoleksi dari alam dan ditumbuhkan pada media organik dengan kualitas cukup memiliki performans yang lebih baik dibandingkan dengan larva dari koloni laboratorium (Tomberlin et al. 2002).

Bobot larva BSF yang diberi pakan dalam jumlah terbatas tidak berbeda nyata dengan yang diberi pakan melimpah (Myers et al. 2008). Namun, lalat dewasa yang menetas dari kelompok larva dengan pakan terbatas memiliki umur yang lebih pendek (tiga sampai empat hari). Menurut Zarkani & Miswati (2012) kualitas media pertumbuhan larva juga berpengaruh terhadap jumlah rasio Black Soldier Fly (Hermetia Illucens) sebagai Sumber Protein Alternatif untuk Pakan Ternak lalat jantan dan betina yang menetas dari pupa. Lalat dewasa jantan akan banyak menetas dari larva yang dipelihara pada jumlah media yang terbatas.

2.6 Potensi Limbah sebagai media pertumbuhan

Salah satu upaya peningkatan efektivitas pengelolaan dan pengolahan limbah adalah dengan memanfaatkan limbah menjadi sumber protein bahan pakan ikan melalui proses biokonversi. Newton dkk. (2005) menjelaskan bahwa dalam proses ini limbah organik akan dikonversi menjadi senyawa sederhana baik protein maupun lemak, melalui proses fermentasi yang melibatkan organisme hidup. Menurut Fahmi (2015), proses biokonversi oleh larva serangga terjadi secara alamiah/natural, serangga memakan dan mengubah kandungan nutrisi limbah organik menjadi biomassa pupa maggot.

Agroindustri merupakan salah satu bidang industri yang menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan, contohnya adalah ampas tahu, ampas kelapa, limbah pasar ikan dan darah ayam ternak. Tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah yang tidak dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai pengelolaan limbah secara benar. Pengelolaan limbah agroindustri salah satunya dengan memanfaatkannya sebagai pakan ternak. Pemanfaatan limbah agroindustri

(6)

sebagai pakan ternak memiliki syarat yaitu tersedia dalam jumlah melimpah dan tidak bersaing dengan manusia dalam pemanfaatannya (Fahmi dkk., 2009). Namun sebagian besar limbah agroindustri (limbah organik) yang tersedia dalam jumlah berlimpah umumnya tidak dapat diberikan secara langsung kepada ternak (Hem dkk., 2008). Sehingga dibutuhkan sebuah proses transformasi melalui proses biokonversi.

2.6.1 Ampas tahu

Ampas tahu adalah limbah dari pembuatan tahu, sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan harga murah, bahkan bisa didapat dengan harga cuma-cuma. Ditinjau dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein dalam penyusunan ransum pakan sapi, dengan kandungan protein dan lemak pada ampas tahu yang cukup tinggi.

Kandungan ampas tahu yaitu protein 21 %; lemak 3,79%; air 51;63 % dan abu 1.21 %. Kandungan air yang tinggi menyebabkan ampas tahu gampang sekali membusuk, dalam penyimpanan biasa (tanpa perlakuan khusus) dalam waktu 24 jam, ampas tahu sudah berlendir dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap.

Untuk penyimpanan ampas tahu dapat disimpan dalam tong plastik dengan ditutup rapat dapat bertahan 4-6 hari (Wildani, 2012).

2.6.2 Darah Ayam Ternak

Darah didefinisikan sebagai cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup tingkat tinggi (kecuali tumbuhan). Fungsi dari darah untuk mengirimkan zat-zat makanan maupun oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil proses metabolisme maupun sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan virus maupun bakteri. Kandungan nutrisi darah yaitu, protein kasar 81,10%; lemak kasar 1,60%; serat kasar 0,50%; abu 7,80%; BETN 9,00%; TDN 61,00%; Ca 0,41%; P 0,30% (Fathul, dkk., 2014).

Jika ditinjau dari kandungan nutrisinya, maka darah merupakan salah satu limbah agroindustri yang mengandung protein tinggi.

(7)

Darah yang dihasilkan dari pemotongan ternak telah menyumbang kira- kira 30-45% dari keseluruhan produk hasil sampingan tersebut. Selama ini darah yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH), Rumah Potong Ayam (RPA) maupun yang berasal dari pemotongan rakyat (tradisional) hanya dibuang begitu saja di selokan-selokan sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun bagi masyarakat sekitarnya, walaupun sebagian dari RPH dan RPA sudah ada yang mengolahnya lebih lanjut. Terkait dengan hal tersebut pembuangan darah di selokan-selokan dapat menjadi penyebab tersumbatnya saluran air dan merupakan media pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri (Jamila, 2012).

2.6.3 Limbah Pasar Ikan

Ikan yang ditangkap oleh nelayan biasanya akan dijual ke tempat pelelangan ikan ataupun ke pasar. Namun, biasanya ada ikan yang tidak habis terjual. Ikan-ikan yang tidak habis terjual ini biasanya kondisinya sudah tidak segar lagi dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap dan penampakannya sudah kurang menarik. Biasanya ikan-ikan tersebut ada yang dibuang sembarangan dan akhirnya menyebabkan pencemaran karena aroma yang kurang sedap tersebut.

Tepung ikan yang dipasarkan memiliki protein kasar 65%, tetapi dapat bervariasi dari 57-70% tergantung pada spesies ikan yang digunakan (Maigualema dan Gernet, 2003). Menurut Jassim (2010) komposisi kimia tepung ikan, yaitu protein kasar 60%; kadar air 2,5%; lemak 2,54%; kadar abu 1,2%. Di samping mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi, tepung ikan juga merupakan sumber mineral, misalnya kandungan unsur kalsium yang cukup tinggi yaitu 80 g/kg, kemudian fosfor 35 g/kg dan juga sejumlah mineral lainnya seperti magnesium, besi dan iodin. Tepung ikan juga sebagai sumber vitamin misalnya vitamin B komplek, khususnya koline, B-12 dan riboflavin (Donald dkk., 1981).

(8)

2.6.4 Ampas Kelapa

Buah kelapa yang sudah tua mengandung kalori yang tinggi, sebesar 359 kal per 100 gram; daging kelapa setengah tua mengandung kalori 180 kal per 100 gram dan daging kelapa muda mengandung kalori sebesar 68 kal per 100 gram. Sedang nilai kalori rata-rata yang terdapat pada air kelapa berkisar 17 kalori per 100 gram. Air kelapa hijau, dibandingkan dengan jenis kelapa lain banyak mengandung tanin atau antidotum (anti racun) yang paling tinggi.

Kandungan zat kimia lain yang menonjol yaitu berupa enzim yang mampu mengurai sifat racun. Komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram (Purawisastra, 2001)

2.7 Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Hasil dari spenelitian dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar apabila telah memenuhi kriteria Menurut (Musfiqon, 2012) persyaratan dalam pemanfaatan sumber belajar adalah sebagai berikut:

1. Kesesuaian dengan Tujuan Pemblajaran

Pemilihan media hendaknya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.

2. Ketepatgunaan

Tepat guna dalam konteks media pembelajaran diartikan pemilihan media berguna, maka tidak perlu dipilih dan digunakan dalam pembelajaran.

3. Keadaan siswa

Kriteria pemilihan media yang baik adalah disesuaikan dengan keadaan siswa, baik keadaan psikologis, fisiologis, maupun sosiologis anak.

(9)

4. Ketersediaan Media

Merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.

5. Biaya kecil

Faktor biaya sering kali menjadi pertimbangan dalam pemilihan media pembelajaran. Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil- hasil yang akan dicapai.

6. Keterampilan guru

keterampilan guru sangat dibutuhkan. Mutu teknis Kualitas media jelas memengaruhi tingkat ketersampaian materi pembelajaran kepada anak didik. Untuk itu, media yang dipilih dan digunakan hendaknya memiliki mutu teknis yang bagus. Dengan tercapainya kriteria pemilihan media pembelajaran maka guru akan mempersingkat waktu dalam menyiapkan media pembelajaran tersebut.

2.8 Tinjauan Sumber Belajar 2.8.1 Pengertian Sumber Belajar

Sumber-sumber bahan dan belajar adalah segala sesuatu yang dapat di pergunakan sebagai tepat dimana bahan pengajaran terhadap atau asal untuk belajar seseorang. Dengan demikian, sumber itu merupakan bahan atau materi untuk menabah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal baru bagi sipelajar.

Association of Educational communication Technology (AECT) mendefinisikan bahwa sumber belajar sebagai semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam proses belajar mengaja (Mulyasa E, 2004). Dengan demikian sumber belajar merupakan segala sesuatu yang baik yang didesain maupun menurut sifatnya

(10)

dapat dipakai atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar untuk memudahkan belajar siswa.

2.8.2 Klasifikasi Sumber Belajar

Mengklasifikasikan sumber belajar tidaklah mudah. Hal itu disebabkan sulitnya mencarai definisi yang tegas dan pasti tentang sumber belajar, namun dari beberapa definisi yang dikemukakan, paling tidak dapat dijadikan indikasi dalam mengklasifikasikan sumber sumber belajar. Dalam kawasan tehnologi pendidikan, sumber belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan secara lengkap

Dilihat dari segi tempat asal-usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu : sumber belajar yang dirancang (learning resource by design) dan sumber belajar yang tersedia atau bisa dikatakan tinggal memanfaatkan (learning resource by utilisation). Sumber belajar yang dirancang (learning resource by design) dan sumber belajar yang memang sengaja dimuat tujuan intruksional. Oleh karena itu, dasar rancangannya adalah isi, tujuan kurikulum dan karakteristik siswa tertentu, sumber jenis ini sering disebut sebagai bahan intrusional (intruksional materials). Materials (bahan) yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat perangkat keras ataupun oleh dirinya sendiri. (Falah, 1997). Berbagai program media termasuk kategori materials seperti transportasi, slide, film, audio,video, modul, majalah, buku dan sebagainya.

Contoh bahan pengajaran yang terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, film topik ajaran tertentu, vidio topik khusus, radio intruksional khusus dan sebagainya.

2.8.3 Kegunaan sumber belajar a. Sumber Belajar Lingkungan

Proses belajar mengajar di dalam kelas tidak selamanya efektif tanpa adanya alat peraga sebagai pengalaman pengganti yang dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang

(11)

diberikan, tetapi minimnya alat peraga yang tersedia menyebabkan guru perlu untuk menanamkan materi, sedangkan di lingkungan sekitar cukup potensil dijadikan media pengajaran sebagai pengalaman langsung yang tidak begitu saja dapat dilupakan siswa, karena lingkungan tersebut mudah untuk diketahui setiap siswa.

b. Sumber Belajar Cetak

Buku teks merupakan salah satu sumber belajar dan bahan ajar yang banyak digunakan dalam pembelajaran. Buku teks memang merupakan bahan ajar sekaligus sumber belajar bagi siswa yang konvensional.

Namun meskipun konvensional dan sudah dipergunakan cukup lama dan banyak yang menganggap tradisional, buku teks pelajaran masih cukup mampu memberikan kontribusi yang baik pada pembelajaran. Beberapa materi pembelajaran tidak dapat diajarkan tanpa bantuan buku teks pelajaran.

(12)

2.11 Kerangka Konseptual

Pemanfaatan maggot BSF sebagai pakan semakin diminati peternak

1. Tingkat Pertumbuhan Bobot larva setiap 3 hari 2. Tingkat Pertumbuhan Panjang larva setiap 3 hari

Limbah Ikan memilik protein 65 %.

Darah ternak ayam potongmemiliki

Kandungan proteinsejumlah 81,10 % Ampas Tahu

sisa kandungan protein sebesar

21,00%.

Ampas KelapaMemiliki

sisa protein sejumlah 11,35%.

perlakuan

Gambar 2.5 Kerangka konseptual Dimanfaatkan sebgai Sumber

belajar IPA pertumbuhan lebih baik

Keberhasilan produksi maggot terletak pada pemberian media yang baik

Belum ditemukan formulasi media yang sesuai untuk pertumbuhan maggot

Media berupa limbah organik memiliki potensi yang bagi maggot karena kandungan proteinnya

Variasi jumlah pakan/gr 100gr, 200gr, dan 300gr

Dapat digunakan sebagai media terbaik untuk pertumbuhan magoot

(13)

2.12 Hipotesis Penelitian

1. H0 = Ada pengaruh jenis media dan variasi berat media terhadap pertumbuhan bobot spesifik harian larva dari lalat Hermetia

Illucens

H1 = Tidak Ada pengaruh jenis media dan variasi berat media terhadap pertumbuhan bobot spesifik harian larva dari lalat Hermetia Illucens

2. H0 = Ada pengaruh jenis media dan variasi berat media terhadap pertumbuhan panjang spesifik harian larva dari lalat Hermetia Illucens

H1 = Tidak Ada pengaruh jenis media dan variasi berat media

terhadap pertumbuhan panjang spesifik harian larva dari lalat Hermetia Illucens

Referensi

Dokumen terkait

A adalah lambang dari data garis dasar ( baseline data ), B untuk data perlakuan ( treatment data ), dan A kedua ditujukan untuk mengetahui apakah tanpa

akan dianalisis dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan (kata, frasa, kalimat naratif, maupun dialog), yang berkaitan dengan tubuh dan penubuhan yang digambarkan

Data yang diperlukan dalam netting ini adalah jumlah kebutuhan kotor (produk akhir) yang akan diproduksi pada suatu jangka waktu atau periode tertentu, rencana penerimaan dari

ü Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan kimia, energi dan air serta sekaligus untuk meningkatkan kinerja lingkungan, diperlukan suatu

 Primary Lube Oil Pump atau Main Lube Oil pump (Pompa Minyak Pelumas Utama), berfungsi sebagai pompa minyak pelumas utama dan diputar langsung oleh poros turbin gas,

“Sehingga akhirnya, saya menjadi fi latelis amatir, artinya saya mengoleksi benda-benda fi latelis dengan cara saya sendiri, tanpa peraturan dan apa yang saya lakukan sesuai

Pemenang akan mengambil laibiliti dan bertanggungjawab penuh sekiranya berlaku sebarang liabiliti, kecelakaan, kecederaan, kerugian, kerosakan, tuntutan atau kemalangan

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratan-persyaratan pekerjaan, dimana suatu target kerja dapat