PERANAN GERAK DALAM KETOPRAK DOR DI SANGGAR
LANGEN SETIO BUDI DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
LAILATUL HUSNA RANGKUTI
2113142037
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang lebih indah sebagai pembuka, selain mengucapkan puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya kepada
penulis dalam melakukan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Sejak awal penulis sudah menerima kenyataan, bahwa penulisan dengan judul
“Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio Budi Lestari
Kabupaten Deli Serdang” bukan pekerjaan mudah. Disamping subtansi materinya
bukan bentuk baku yang tidak banyak diteliti orang, juga pendeskripsiannya
memerlukan pendekatan lebih rinci dengan nara sumber menyangkut gerak-gerak
fungsionalnya dalam penyajian Ketoprak Dor. Meski belum sepenuhnya
sempurna, penulis sudah melewati berbagai kenyataan yang sebelumnya menjadi
tantangan terbesar dalam melakukan penelitian dan penulisan ini.
Dari tahapan dan hasil yang tercapai sampai saat ini, penulis perlu
mengaturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi respon dan
dukungan kepada penulis. Sebab, tanpa dukungan tersebut penulis merasa bahwa
penelitian dan penulisan ini sesungguhnya tidak akan selesai. Atas kenyataan itu
penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih kepada ; Prof. Dr. Syawal Gultom,
M. Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
1. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni.
2. Uyuni Widiastuti, M. Pd selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
3. Siti Rahmah, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Tari
iii
4. Inggit Prasetyawan M. SI sebagai Dosen pembimbing penulis yang telah
banyak meluruskan materi penelitian.
5. Dosen, staf pengajar khususnya Program Studi Pendidikan Tari yang telah
banyak memberikan pengetahuan kepada peneliti selama proses perkuliahan
maupun ketika penelitian.
6. Teramat khusus Ayahanda Hairuman Rangkuti dan Ibunda Sri Adi Ariyani
yang telah memberikan kasih sayang, serta dukungan baik secara moral
maupun material dalam menyelesaikan perkuliahan di Jurusan Sendratasik
Universitas Negeri Medan.
7. Bapak Jumadi, Bapak Yono dan Bapak Panji Saroso sebagai nara sumber dan
pendukung penulis.
8. Keluarga besar Ketoprak Dor Sanggar Langen setia Budi Lestari di Mencirim
Kabupaten Deli Serdang.
9. Para Sahabat lainnya yang sama-sama berusaha untuk menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan.
Medan, 4 September 2015
Penulis,
i
ABSTRAK
Lailatul Husna Rangkuti, NIM 2113142037,Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.Jurusan Sendratasik Program Studi Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015
Penelitian ini merupakan kajian mengenai Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
Dalam pembahasan penelitian ini digunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti pengertian Peranan, pengertian Gerak, pengertian dan pengertian Ketoprak Dor.
Adapun metode yang digunakan untuk membahas Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu pelaku-pelaku Ketoprak Dor khususnya yang ada di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang. Teknik pengumpulan data meliputi studi kepustakaan, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap penyajian Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari diketahui bahwa Gerak menjadi elemen penting dari penyajian Ketoprak Dor. Sebagai elemen penting, gerak menjadi bagian integral pelaku dalam menguatkan karakter atau penokohan, pergantian adegan, menguatkan suasana dan menguatkan cerita. Pelaku-Pelaku Ketoprak Dor seperti memiliki kewajiban menggunakan gerak-gerak yang dilahirkannya untuk kebutuhan pertunjukan. Gerak-gerak yang digunakan memiliki pengertian makna yang beragam sesuai dengan kebutuhannya saat itu. Gerak yang digunakan oleh pelaku Ketoprak Dor sesungguhnya dapat dikenali karena telah umum digunakan dalam penyajian Ketoprak Dor atau dalam tradisi Ronggeng di Sumatera Utara. Pelaku-pelaku Ketoprak Dor juga menyebutkan bahwa gerak-gerak yang mereka lakukan untuk penyajian Ketoprak Dor adalah gerak-gerak yang ada dalam tradisi Ronggeng. Beberapa bentuk gerak ternyata sudah secara umum digunakan dalam pertunjukkan Ketoprak Dor. Diantara gerak tersebut adalah gerak Melenggang, gerak Melayah, gerak Sauk, dan gerak Gemulai. Peranan Gerak difokuskan dalam cerita Bersumpah di Pantai Solo yang dimainkan oleh Ketoprak Dor Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Gerak Sembah ... 38
Gambar 4.2 Gerak Melenggang ... 39
Gambar 4.3 Gerak Gemulai ... 40
Gambar 4.4 Gerak Sauk ... 41
Gambar 4.5 Gerak Melenggang ... 42
Gambar 4.6 Gerak sampur ... 43
Gambar 4.7 Gerak Sauk ... 44
Gambar 4.8 Gerak Melayah ... 45
Gambar 4.9 Gerak Melenggang ... 46
Gambar 4.10 Gerak Sabetan ... 47
Gambar 4.11 Gerak Perang ... 48
Gambar 4.12 Gerak Gemulai ... 49
Gambar 4.13 Gerak Ronggeng ... 50
Gambar 4.14 Kendang Jedor ... 51
Gambar 4.15 Keybord ... 51
Gambar 4.16 Kendang Jawa... 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoprak Dor adalah kesenian yang cukup unik di Sumatera Utara.
Pertama, bahwa kesenian ini mulanya dibawa dan dimainkan oleh orang Jawa
yang berimigrasi ke tanah Deli serta berakulturasi secara baik dengan ragam
kebudayaan di Sumatera Timur. Perpaduan antar budaya dalam kesenian ketoprak
Dor tampak terwujud dari busana, alat musik, cerita, nama-nama pelaku serta
gerak-gerak pelakunya sendiri dalam memperkuat adegan, suasana, cerita dan
karakter tokoh tertentu. Kedua, kesenian ini bertahan dan digunakan dalam
berbagai kegiatan masyarakat Jawa di Sumatera dengan tetap memadukan
unsur-unsur ragam budaya yang sangat khas. Salah satunya penggunaan gendang jedor
yang kemudian menjadi cikal bakal nama kesenian ini. Ketoprak Dor adalah
sebuah bentuk kesenian yang menembus batas-batas komunitas etnik di Sumatera
Utara yang kemudian diterima sebagai seni hiburan rakyat yang akrab dan
memikat.
Kesenian Ketoprak Dor bersumber dari kesenian Ketoprak di Jawa yang
dibawa oleh orang-orang Jawa yang merantau ke tanah Deli. Sejarah kedatangan
orang Jawa ke Deli dimulai ketika dibukanya perkebunan tembakau yang
mempekerjakan kaum buruh. Kebanyakan dari kaum buruh yang bekerja dengan
kontrak di perkebunan di Sumatera Timur akhir abad ke 19 itu terdiri dari bangsa
Cina, Keling (India), Jawa, Boyan dan orang Melayu. Nyatalah bahwa, pada
2
mulanya imigrasi yang terbanyak adalah bangsa Cina sebelum imigrasi
besar-besaran dari Jawa didatangkan (Tengku Lukman Sinar, 1986:78).
Diantara komunitas masyarakat Jawa yang datang ke tanah Deli, dalam
perkembangannya ada yang bermukim di Kabupaten Deli Serdang. Mereka ada
yang datang dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka mulanya
sebagai buruh perkebunan dan kemudian menjadi petani di daerah-daerah
setempat. Di Deli Serdang mereka banyak yang bertempat tinggal di Kecamatan
Sunggal, Pantai Labu dan Batang Kuis, Tembung dan Tanjung Morawa. Untuk
menghilangkan letih setelah bekerja, mereka berkumpul dan membuat kelompok
untuk membuat pertunjukan Ketoprak untuk menghilangkan rasa rindu akan
kampung halamannya. Penyajian Ketoprak oleh orang-orang Jawa pendatang di
Sumatera Utara, tentu sudah tidak seperti bentuk aslinya di Jawa. Untuk
membedakan ini maka ketoprak yang mereka mainkan disebut Ketoprak Dor.
Sejarah Ketoprak kalau di Jawa mulanya merupakan permainan
orang-orang desa di Jawa yang sedang menghibur diri dengan menabuh lesung secara
berirama di waktu bulan purnama, dengan sebutan gejlok (menumbuk lesung).
Kemudian ditambah dengan tembang (nyanyian)yang di lakukan bersama dengan
orang yang sedang menghibur diri dan akhirnya di tambah dengan gendang dan
suling, maka lahirlah kesenian Ketoprak Lesung. Sedangkan di Sumatera Timur,
Ketoprak Dor sudah ada di tanah deli sejak tahun 1940-an, yaitu awalnya terdapat
3
Orang Jawa yang merantau ke tanah Deli juga membawa bentuk -bentuk
kesenian Jawa lainnya seperti seni krawitan, jatilan, tayub/ronggeng jawa, wayang
orang dan lain-lain. Namun kesenian Ketoprak yang lahir diperantauan (di tanah
Deli) yang kemudian di kenal dengan sebutan Ketoprak Dor, lebih
menggambarkan bentuk kesenian yang lebih interaktif dan komunikatif paduan
etniknya.
Ketoprak Dor kemudian berkembang di beberapa daerah Sumatera Utara
seperti Siantar, Asahan, Deli Serdang dan lain-lain. Salah satu wilayah di Deli
Serdang Ketoprak Dor ada di Sei Mencirim. Mereka terus aktif sampai sekarang
dan meneruskan penyajian Ketoprak Dor untuk berbagai acara2. Ketoprak Dor ini biasanya dipertunjukkan pada saat acara-acara pernikahan, sunat rasul dan
lain-lain. Bila dilihat dari sejarah kesenian ketoprak itu sendiri, lahir dari para kaum
petani atau masyarakat kecil, yang ada pada awalnya terbentuk dari sebuah
permainan gejlok lesung dengan gerakan yang sangat sederhana (Panji Suroso,
2012:77-78).
Ketoprak Dor adalah salah satu kesenian yang berasal dari Jawa dan
berakulturasi dengan ragam kebudayaan di Sumatera Utara. Salah satunya yang
dapat tergambar adalah kebudayaan Melayu. Ketoprak Dor ini membawakan
cerita kerajaan, etos, kepahlawanan, mitos, dan lain-lain. Jumlah pelaku dalam
Ketoprak Dor paling sedikit 12 orang, dan paling banyak 15 orang.
Kesenian ini terbilang unik karena setiap menyajikan cerita pelakunya
selalu menggunakan gerak-gerak tubuhnya untuk menambah lengkapnya
2
4
pertunjukan. Oleh karena itu pelaku Ketoprak Dor, umumnya bisa juga membuat
gerakan-gerakan harmonis seakan seperti gerakan tari untuk menguatkan
keberadaannya. Sebagai contoh mereka mengenalkan diri juga dengan
gerakan-gerakan tertentu untuk menguatkan karakter tokohnya. Sedangkan menurut Panji
bahwa bentuk unsur pendukung pertunjukan Ketoprak Dor terdapat unsur gerak
Ronggeng Melayu seperti gerakmelenggang,gerak melayah, geraksauk dan gerak
gemulai (Panji Saroso, 2011:91-110)
Bila gerak menjadi unsur pendukung dalam penyajian Ketoprak Dor
berarti penggunaannya pantas diperhatikan. Sebab, gerak sesungguhnya adalah
pengalaman yang paling kuat bertahan dalam hidup serta merupakan ekspresi
hidup yang pertama dan terakhir. Ia sekaligus mempunyai watak dan makna yang
subyektif dan obyektif. Kadang-kadang gerak menunjukkan maksud-maksud
tertentu, tetapi adakalanya nampak tak teratur dan serampangan saja.
Banyaknya pola-pola gerak yang dikenali secara universal dan
mengandung makna,memungkinkan gerak dipergunakan sebagai materi tari,
pola-pola semacam ini timbul dari motif dasar manusia untuk mewujudkan
perasaan-perasaan akan cinta, benci, harapan, takut, aspirasi, nafsu dan
kesenangan-kesenangan.
Gerak merupakan bagian yang hakiki dalam hidup sehingga orang
cenderung untuk menerima gerak begitu saja tanpa lagi mempertanyakannya.
Gerakan-gerakan fungsional yang dilakukan untuk mendapatkan makanan,
5
adalah gerakan bermain. Sedang golongan gerak fungsional yang ketiga adalah
gerak yang dipergunakan dalam dunia kesenian termasuk dalam penyajian
Ketoprak Dor oleh Sanggar Langen Setio Budi Lestari di Kabupaten Deli
Serdang.
Penjiwaan tidak harus seperti gambaran cerita, melainkan hanya dalam
rasa geraknya, yaitu penyaluran rasa melalui gerak itu sendiri. Agar perasaan yang
tepat tersalur, gerak tersebut diatur dalam ruang (bentuk dan volume geraknya),
waktu (cepat-lambat dan iramanya) beserta atau tenaga yang digunakannya.
Dengan demikian, jika pengaturan itu tepat, gerakan tersebut akan dirasakan enak
dan pas baik oleh pelakunya sendiri maupun oleh penontonnya. Ayunan tangan,
angkatan kaki, putaran tubuh, umpamanya saja, bisa terasa terjiwai dan dengan itu
gerakan menjadi bermakna walaupun tidak ada alasan cerita atau gambaran
realistis yang diungkapkannya (Endo Suanda, 2006:17-18).
Gerak dalam penyajian Ketoprak Dor dapat dipandang dari dua sisi, yaitu
gerak adegan dan gerak tari. Meski gerak dalam penyajian cerita Ketoprak Dor
tidak utuh sebagaimana dalam penyajian tari, tetapi gerak-gerak yang
dipergunakan dapat dikenali sebagai bagian dari serapan bentuk-bentuk gerak
etnis terutama dalam lingkungan kesenian Jawa dan Melayu. Ketoprak Dor
memang dikenal sebagai bentuk kesenian yang mempadukan bentuk-bentuk
serapan seni Jawa dan Melayu. Bentuk-bentuk serapan yang diadopsi dari gerak
tari Melayu misalnya gerak melenggang, gerak melayah, gerak sauk dan gerak
gemulai. Sedangkan serapan dari dari kesenian Jawa adalah gerak sembah, gerak
6
Sehubungan dengan hal tersebut penulis memberi perhatian kepada
penggunaan gerak dalam penyajian cerita Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setia
Budi Lestari. Atas pilihan tersebut maka penulis mengambil judul Skripsi
“Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio Budi Lestari
Kabupaten Deli Serdang”.
B. IdentifikasiMasalah
Identifikasi masalah sengaja penulis angkat ke permukaan dengan jelas
agar mengenal lebih dekat permasalahan apa yang akan di temukan ketika
melakukan penelitian di lapangan. Dengan adanya identifikasi masalah akan lebih
mudah mengenal permasalahan yang diteliti sehingga penelitian akan mencapai
sasaran yang tepat.
Semua masalah yang ditulis pada bagian ini telah diuraikan dalam latar
belakang masalah, dan diidentifikasi dengan pernyataan-pernyataan yang akan
dicari jawabannya melalui penelitian. Berikut ini adalah daftar permasalahan yang
akan di teliti:
1. Bagaimana Bentuk Penyajian Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio
Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang ?
2. Bagaimana Peranan Gerak Dalam KetoprakDor Di Sanggar Langen Setio
Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang ?
7
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi, Maka peneliti
merasa perlu mengadakan pembatasan masalah disebabkan luasnya cakupan
masalah. Pembatasan masalah ini memberi dampak keringan terhadap kost yang
dikeluarkan dan rentang waktu penelitian. Berdasarkan uraian di atas penulis
menyimpulkan bahwa perlunya pembatasan masalah dalam penelitian, maka
untuk itu penelitian menentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Bentuk Penyajian Ketoprak Dor di Sanggar Langen Setio
Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagaimana Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor di Sanggar Langen
Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian diatas, sekaligus dijabarkan pada latar belakang,
identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka akan menuntun penelitian ke
arah perumusan masalah. Adapun rumusan masalah yang dapat di tentukan dalam
penelitian ini adalah Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar Langen
Setio Budi Lestari Deli Serdang dan Bentuk Penyajian dalam Ketoprak Dor.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan pelitian adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
hasil dan sekaligus memberikan pemecahan terhadap masalah yang terjadi.
Dengan tujuan yang jelas, maka kegiatan sebuah penelitian menjadi terarah.
8
1. Mendeskripsikan Peranan Gerak Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar
Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
2. Mendeskripsikan Bentuk Penyajian Ketoprak Dor Di Sanggar Langen
Setio Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan mendatangkan manfaat atas pengkajianPeranan Gerak
Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio Budi Lestari Kabupaten Deli
Serdang. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut;
1. Bagi penulis kiranya bermanfaat untuk mengatahui tentanggerak dan
hubungannya dengan penyajian Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio
Budi Lestari Kabupaten Deli Serdang.
2. Menambah catatan dan tulisan berkenaan dengan keberadaan gerak Ronggeng
dalam Dalam Ketoprak Dor Di Sanggar Langen Setio Budi Lestari
Kabupaten Deli Serdang.
3. Mengenal kebudayaan masyarakat Jawa di Kecamatan Sunggal Kabupaten
Deli Serdang
4. Menambah kesadaran kepada semua pihak termasuk para praktisi kesenian
tentang penyajian Ketoprak Doryang nyaris punah untuk diangkat menjadi
suatu potensi seni pertunjukan .
5. Sebagai pertimbangan bagi pemerintah atau lembaga-lembaga kesenian terkait
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dan penelitian tentang peran Gerak Ronggeng
dalam cerita Bersumpah di Tepi Pantai Solo oleh Ketoprak Dor Langen Setio
Budi Lestari Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang maka penulis ingin
menyampaikan simpulan dan saran sebagai penutup. Adapun catatan kesimpulan
dari pembahasan dan penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Bahwa penyajian cerita dalam Ketoprak Dor selalu dikuatkan dengan
pengunaan gerak, baik dalam sisi gerak adegan maupun dalam gerak tari.
2. Ketoprak Dor adalah kesenian rakyat yang dibangun dari komunitas
masyarakat Jawa perantauan di Sumatera Utara dalam kasus penelitian ini
di Mencirim Kabupaten Deli Serdang yang berakulturasi dengan
kebudayaan Melayu.
3. Ketoprak Dor masih ada dan masih digunakan dalam acara-acara
menyambut perayaan perkawinan atau menyambut hari kemenangan dan
lain-lain.
4. Ketoprak Dor bernuansakan kesenian Jawa dan Deli.
B. Saran
1. Gerak-gerak Ronggeng perlu dikaji dan didata lebih lanjut agar ciri-ciri
46
2. Perlu usaha dan program untuk merevitalisasi kesenian Ketoprak Dor.
3. Perlu usaha-usaha penelitian, pengkajian dan pendokumentasi Ketoprak
Dor agar kesenian tersebut dapat dijadikan bahan referensi, evaluasi serta
komparasi untuk membangkitkan kesenian-kesenian yang ada di Sumatera
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1978. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: RinekaCipta
Ellfeldt, Lois. 1977. Pedoman Dasar Penata Tari.Terjemahan Sal Murgiyanto.. Jakarta: Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta. Halaman 19-20.)
Koetjaraningrat, 1976.Kebudayaan, Mentalitasdan Pembangunan.Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Narbuko, Choliddan Abu Achmadi, 1997.MetodologiPenelitian.Jakarta:
BumiAksara Jakarta.
Nasution, S.1992. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung :Tarsito.
Nazir, Moh, 1983. Metode Penelitian. Jakarta :Ghalia Indonesia Jakarta.
Nurwani, 2006.Pengetahuan Tari. Diktat Fakultas Bahasa dan Seni Jurusan Seni
Tari Unimed : Medan.
Poerwadarminta, WJS. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanti, Anik 2005.Pola Pewarisan Pemain Wanita Wayang Orang Ngesti Pandawa Semarang.Skripsi.Universitas Negeri Medan.
Sedyawati, Edi. 1984. Tari Tinjauan dari berbagai Segi.Jakarta : PT. DuniaPustaka Jaya.
Soedarsono, 1977.PengantarPengetahuan Tari. Jakarta. Lagaligo.
Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta :Proyekpengembangan Media kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sri Handayani, Endang. 2006. Makna Simbolis Bentuk Penyajian Wayang Wong Sakral Dalam Upacara Tradisi Bulan Sura di Dusun Tutup Ngisor. Skripsi.UniversitasNegeri Medan.
48
Masyarakat Jawa di Kelurahan Helvetia Timur Medan.Tesis.UniversitasNegeri Medan
Surakhmad, Winarno, 1985. PengantarPenelitianIlmiah. Bandung :Tarsito.
Suparta, IGA Soepardjan, N. 1982. PengantarPengetahuanTari. Surabaya: Proyek Pembinaan Kurikulum dan Penataran/Pembinaan Sekolah Menengah Kesenian.
Suwanda, Endo. 2006. TariTontonan. Pelajaran Kesenian Nusantara. Jakarta. Pendidikan Seni Nusantara.
Zulaika, Fatma. 2014. Bentuk Penyajian Tari Gatot Koco Sekar Masyarakat Jawa Medan Helvetia.Skripsi.UniversitasNegeri Medan