• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

BY:

EKO BUDI SULISTIO

Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id

(2)

PENELITIAN

• Bhs Inggris : Research

– re  kembali ; search  mencari.

• Secara bahasa berarti mencari kembali

• Penelitian dapat dipahami secara kegiatan mencari ulang, mengungkapkan kembali

gejala-gejala, kenyataan yang sudah ada untuk direkonstruksi dan diberi arti guna

memperoleh kebenaran yang dimasalahkan

(3)

PENELITIAN

• Upaya sistematis yang dilakukan manusia dalam rangka

memperoleh pengetahuan keilmuan melalui metode ilmiah yang didasarkan pada fakta-fakta empirik;

• Kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran objektif yang ditujukan untuk memberikan sumbangan

pada ilmu pengetahuan dan teknologi atau mencari jawaban terhadap permasalahan praktis.

• Usaha manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan pentahapan proses secara sistematik untuk:

memecahkan masalah dan menjawab pertanyaan praktis di lapang; menambah khasanah ilmu pengetahuan, baik

berupa penemuan teori-teori baru atau penyempurnaan yang sudah ada.

(4)

Orientasi Penelitian

• Penelitian berorientasi pada Pemecahan Masalah (problem solving),

– artinya bahwa suatu penelitian diadakan karena ada masalah dan ada keinginan untuk

memecahkan masalah tersebut secara ilmiah.

– Masalah yang akan dipecahkan hendaknya

bersifat terstruktur dan kompleks, bukan masalah elementer

(5)

Ciri-ciri Penelitian (Ilmiah)

• Dilakukan secara sistematis.

• Logis (sesuai dengan logika, masuk akal sehat dan benar menurut penalaran).

• Empiris (artinya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diterima melalui indera)

• Metodis (berdasarkan metode yang

kebenarannya diakui menurut penalaran)

• Universal(bertujuan untuk menggeneralisasi)

• Akumulatif (bertambah terus, makin berkembang dan dinamis)

(6)

Manfaat Penelitian

– Menjawab kesenjangan antara standar kinerja dan tingkat pencapaian kerja

– Mengurangi kebingungan orang terhadap sesuatu

– Memecahkan/ menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi

– Mengembangkan dan memperbaiki teori – Memperbaiki cara kerja

(7)

Tujuan Penelitian (Ilmiah)

• Untuk memperoleh pengertian terhadap fenomena atau proses dalam penyelidikan

spesifik untuk dapat memprediksikan dengan akurat mengenai apa yang terjadi dalam

proses itu sendiri atau memodifikasikan

proses atau dalam mengembangkan proses

baru seperti metode produksi (teknologi) yang lebih efisien (Soemarno, 2003).

(8)

METODE DAN METODOLOGI PENELITIAN

• Metodologi Penelitian membahas konsep teoritik

berbagai metode, kelebihan dan kelemahannya, serta pemilihan metode yang akan digunakan dalam suatu penelitian. Metodologi Penelitian merupakan ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian; ilmu tentang alat-alat untuk melakukan penelitian

(Soemarno, 2003).

• Metode Penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang dipakai dalam suatu penelitian. Metode Penelitian yakni prosedur/ cara mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah

sistematis (METODE ILMIAH).

(9)

METODE ILMIAH

(METODE PENELITIAN)

• Prosedur atau langkah-langkah sistematik dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah (ilmu) (Rusidi, 1985)

• Alur berfikir ilmiah yang terdiri dari

perumusan masalah, hipotesis, pengujian hipotesis dengan cara analisa data dan

kemudian pengambilan keputusan (Soemarno, 2003)

(10)

TIPE METODE ILMIAH

• Metode Deduktif  Metode berpikir ilmiah yang berusaha untuk menarik kesimpulan dari kasus yang bersifat umum kepada kasus yang bersifat khusus.

• Metode Induktif  Metode Berfikir ilmiah yang berusaha untuk menarik suatu

kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus kepada kasus yang bersifat lebih umum.

(11)

LANGKAH-2 UMUM METODE ILMIAH

• (metode penelitian)

– Mencari, merumuskan dan mengidnetifikasi MASALAH

– Menyusun KERANGKA PEMIKIRAN (Logical Construct) – Merumuskan HIPOTESIS (jawaban rasional terhadap

masalah)

• (teknik penelitian)

– Menguji HIPOTESIS SECARA EMPIRIK – Melakukan PEMBAHASAN

– Menarik KESIMPULAN

(12)

Mencari, Merumuskan dan Mengidentifikasi Masalah

• Yakni menetapkan masalah penelitian; apa yang dijadikan masalah penelitian dan apa objeknya.

• Cara menemukan masalah Penelitian:

– Melihat suatu proses (fenomena) dari perwujudan teori

– Melihat Linkage dari proposisi suatu teori, kemudian bermaksud memperbaikinya

– Merisaukan keberlakuan suatu dalil atau model di tempat tertentu dan pada waktu tertentu

– Melihat tingkat informative value dari teori yang telah ada, dan bermaksud meningkatkannya

(13)

Menyusun Kerangka Pemikiran

• adalah: mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka yang logis (logical construct).

• Dengan kata lain mendudukperkarakan masalah yang diteliti (diidentifikasi) itu di dalam kerangka teoritis yang relevan dan mampu menangkap, menerangkan serta menunjukkan perspektif terhadap masalah itu.

(14)

Merumuskan Hipotesis

• Adalah: membentuk proposisi-proposisi yang sesuai dengan kemungkinan-kemungkinannya serta tingkat-tingkat kebenarannya.

• Syarat membentuk Hipotesis:

– Dapat menjelaskan kenyataan yang menjadi masalah dan dasar hipitesis itu

– Mengandung sesuatu yang mungkin

– Dapat mencari hubungan kausal dengan argumentasi yang tepat

– Dapat diuji baik kebenarannya maupun kesalahannya.

(15)

Menguji Hipotesis

• Adalah: memperbandingkan atau

menyesuaikan (matcing) mengenai segala yang terkandung di dalam hipotesis dengan data empirik.

(16)

Membahas

• Adalah: melakukan kegiatan interpretasi terhadap hal-hal yang ditemukan dalam penelitian.

• Dalam interpretasi pikiran penelit diarahkan pada dua titik fokus:

– kepada kerangka pikiran (logical construct) yang telah disusun, dan bahkan ini menjadi framework pembahasan penelitian.

– Pandangan diarahkan ke depan yaitu mengaitkan kepada variabel-variabel dari topik aktual.

(17)

Kesimpulan

• Adalah: penemuan-penemuan dari hasil interpretasi dan pembahasan, yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang dimajukan sebagai masalah atau sebagai bukti dari penerimaan terhadap hipotesis yang diajukan.

• Pernyataan-pernyataan dalam kesimpulan itu harus dirumuskan dalam kalimat yang tegas dan padat, tersusun dari kata-kakta yang baik dan pasti,

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan tafsiran- tafsiran yang berbeda (apa yang dimaksud peneliti

dengan para pembaca/ orang lain).

(18)

Metode Ilmiah dan Ilmu Adm Publik

• Penelitian administrasi negara (publik) menggunakan metode ilmiah yang sesuai dengan dengan bidang ilmu adminitrasi publik. Untuk itulah mutlak diperlukan

penguasaan ilmu administrasi publik bagi mahasiswa administrasi publik. Penguasaan terhadap ilmu

administrasi publik yang baik merupakan modal dasar untuk melakukan penelitian bidang administrasi publik guna memperoleh temuan yang bermanfaat bagi

secara akademik (pengembangan ilmu administrasi publik) maupun secara praktis (untuk dimanfaatkan secara langsung oleh masyarakat yang

berkepentingan).

(19)

BERFIKIR INDUKTIF DAN DEDUKTIF

• Pengetahuan yang yang dipikirkan manusia adalah suatu fenomena yang ditangkap oleh indera.

• Manusia secara aktif menangkap fenomena-

fenomena dalam kehidupan sehari-hari melalui proses pengamatan (observasi).

• Fenomena yang diamati itulah yang dinamakan fakta.

• Fakta-fakta ini diobervasi dengan menggunakan metode ilmiah (induktif dan deduktif).

(20)

Cara Berfikir Induktif

• Induksi adalah proses berfikir untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari

berbagai kasus yang bersifat khusus (individual).

• Proses berfikir induktif dimulai dengan

mengemukakan pernyataan-pernyataan yang

mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri

dengan pernyataan yang bersifat umum.

• Pengetahuan yang dihasilkan dari proses berfikir ini merupakan esensi dari fakta-fakta yang

dikumpulkan.

(21)

Model Berfikir Induktif

• “jika sejumlah besar A (fakta-fakta dari suatu fenomena) diamati pada variasi kondisi yang luas, dan ternyata semua A yang diamati

tersebut menunjukkan adanya sifat X, maka semua A (termasuk yang tidak/ belum

diamati) akan memiliki sifat X pula. Akhirnya dapat disimpulkan (generalisasi) bahwa semua A memiliki sifat X”

(22)

Induksi Bacon

• Agar suatu kebenaran hasil induksi bisa lebih baik, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah memperluas variasi kondisi pengamatan.

• Dalam hal memperluas variasi kondisi ini Bacon (dalam Rusidi, 1985) mengajukan tiga kegiatan yang disebut sebagai Prinsip Bacon sebagai berikut:

– Tabulasi/ pencatatan ciri-ciri positf, yakni pencatatan terhadap apa-apa yang terjadi dalam suatu kondisi.

– Tabulasi/ pencatatan ciri-ciri negatif, yakni pencatatan pada kondisi-kondisi mana suatu hal kejadian tidak muncul.

– Tabulasi/ pencatatan vasiasi kondisi, yakni pencatatan terhadap ada tidaknya perubahan ciri-ciri pada kondisi-kondisi yang

senatiasa berubah.

(23)

• Proses berfikir induktif memungkinkan penyusunan pengetahuan secara sistematis, yang mengarah pada beberapa pernyataan yang bersifat fundamental.

• Suatu pengetahuan harus diyakini kebenarannya

melalui dua tahap keyakinan: keyakinan karena tahu (mengetahui) dan keyakinan karena melihat.

• Keyakinan karena tahu (mengetahui) merupakan dasar dalam merumuskan masalah yang akan diteliti.

• Sedangkan keyakinan karena melihat merupakan hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data empiris yang dikumpulkan (Muhammad, 2004).

(24)

Berfikir Deduktif

• Cara berfikir deduktif ini, dimulai dari suatu pekerjaan pengamatan dari hal-hal yang bersifat umum (hasil dari induksi berupa

teori/hukum/ dalil) kepada hal-hal yang bersifat khusus (particular).

• Prinsip dasarnya ialah “segala yang dipandang benar pada semua peristiwa dalam satu kelas/ jenis, berlaku pula sebagai hal yang benar pada semua peristiwa yang terjadi pada hal yang khusus,

dengan catatan hal yang khusus ini benar-benar merupakan bagian/

unsur dari hal yang umum itu”.

• Dengan demikian deduksi berarti proses berfikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum. Proses ini biasanya menggunakan pola pikir yang disusun dari dua pernyataan serta satu kesimpulan (silogisme).

(25)

• Silogisme adalah suatu argumentasi yang terdiri atas tiga proposisi yakni:

– Premis mayor – Premis minor – Konklusi

(26)

• Ketepatan menarik suatu kesimpulan dengan demikian tergantung pada tiga hal:

– kebenaran premis mayor – Kebenaran premis minor

– Kesahihan penarikan kesimpulan

(27)

• Premis mayor (PMj) adalah proposisi yang bersifat umum (general). Biasanya berupa teori, hukum, dalil dan asas-asas dari suatu ilmu. Premis minor (PMn) adalah proposisi yang disusun dari fenomena khusus yang ditangkap dari indera, yaitu yang ingin

diketahui. Konklusi (K) atau kesimpulan adalah jawaban logis bagi premis minor.

(28)

• Proposisi 1 (PMj) : semua logam jika dipanaskan akan memuai

• Proposisi 2 (PMn) : Besi adalah logam

• Proposisi 3 (K) : Jika besi dipanaskan, maka besi akan memuai.

(29)

• Proposisi 1 (PMj) : Jika dalam keadaan X logam dipanaskan akan memuai

• Proposisi 2 (PMn) : Besi dalam keadaan X

• Proposisi 3 (K) : Jika besi dipanaskan, maka besi akan memuai.

(30)

• Ada beberapa hal (kesulitan) yang harus diatasi agar hasil berfikir deduktif ini dapat mencapai tingkat kebenaran yang tinggi, yakni:

• Ketrampilan yang harus dimiliki oleh peneliti dalam merumuskan

generalisasi (teori/ hukum/ dalil) yang akan dijadikan premis mayor (PMj).

• Ketrampilan untuk melihat fenomena guna merumuskan premis minornya (PMn).

• Perlunya mengkaji berbagai konsep-konsep yang membangun proposisi- proposisi (baik mayor dan minor). Misalnya apa sebenarnya konsep:

administrasi, negara, pelayanan dan masyarakat.

• Kemampuan untuk melakukan “judgement” (pembenaran) yakni

menentukan kebenaran hubungan antara konsep-konsep yang ada pada setiap proposisi. Misalnya: benarkah hubungan antara konsep negara dan konsep masyarakat atau konsep administrasi dan konsep pelayanan.

• Kesulitan untuk memberikan “reasoning” atau alasan terhadap duduk perkara premis minor terhadap premis mayor.

(31)

Kelemahan Metode Deduktif

• Kesalahan Silogismik, yakni kesalahan terhadap isi (material)

– Kesalahan isi yaitu kesalahan materi dari premis- premisnya. Meskipun salah satu premisnya benar maka kesimpulannya tetap akan salah.

• Kesalahan bentuk (formal)

– Kesalahan bentuk adalah kesalahan jalannya deduksi. Meskipun isi (material)nya benar pada kedua premis (mayor dan minor), tetapi karena jalannya salah maka konklusinya pun akan salah

(32)

Kesalahan Isi

(PMj) :Semua logam jika dipanaskan akan menciut

(salah)

(PMn) : Besi adalah logam (benar) (K) : Besi bila dipanaskan, maka

akan menciut

(salah)

(33)

(PMj) : Kedinamisan organisais ditentukan oleh pemimpin

(benar)

(PMn) : Perguruan tinggi bukan organisasi (salah) (K) : Kedinamisan perguruan tinggi tidak

ditentukan oleh pemimpin

(salah)

(34)

Kesalahan Bentuk

(PMj) : Plastik merupakan barang murah (benar) (PMn) : Plastik termasuk barang yang berguna (benar) (K) : Barang yang berguna merupakan

barang mudah

(?)

(35)

(PMj) : Semua kera bermata dua (benar) (PMn) : Semua manusia bermata dua (benar)

(K) : Maka manusia adalah kera (?)

(36)

SIKAP ILMIAH

• Untuk dapat menjadi peneliti/ ilmuwan sejati, seseorang harus memiliki sifat dan sikap-sikap tertentu yang disebut sebagai sikap ilmiah.

• Ilmu sosial pada dasarnya sangat tergantung dan tidak dapat dilepaskan dari subjeknya, yakni sang Peneliti sendiri.

(37)

• Objektif

• Serba Relatif

• Skeptif

• Sabar secara Intelektual

• sederhara

• Tidak Memihak Etik

(38)

• Sikap ilmiah lain yang harus diamalkan oleh seorang ilmuwan adalah: sikap ingin tahu dan kritis.

• Sikap ingin tahu adalah sikap penasaran (bukan sok tahu) terhadap sesuatu hal, karena mungkin ada hal-hal/ bagian- bagian/ unsur-unsur yang belum jelas (gelap), tidak wajar atau adanya suatu kejanggalan-kejanggalan tertentu.

• Sikap kritis, berarti dapat (cakap) menunjukkan batas-batas suatu masalah, mampu membuat rumusan masalah secara mendasar, mampu menunjukkan perbedaan dan

persamaan sesuatu dibanding yang lainnya (komparatif)

serta cakap dalam menempatkan sesuatu pengertian dalam kedudukannya yang tepat (Rusidi, 1985).

(39)

• Disamping sikap-sikap tersebut, sebagai tambahan seorang ilmuwan juga harus

memiliki perilaku: jujur, rendah hati, bersih, demokratis, keras hati, toleran yang berakar dari dan berujung pada kebenaran ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kalaupun dia hanya punya uang 5juta saya ambil juga, berarti saya butuh 4 orang yang mau ngasih minjam saya 5juta, tanpa bunga, karena sorenya udah balik.. ~ tempat gak

[r]

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: lokasi, pelayanan, dan bunga kredit baik secara individu maupun secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang positif dan

[r]

Sistematika atau taksonomi adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi atau pengelompokan ikan. Istilah taksonomi berasal dari perkataan Yunani taxis yang berarti susunan atau

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada miskonsepsi (2) besar persentase miskonsepsi adalah 0% (3)

Puskesmas agar meningkatkan motivasi bidan dengan cara memberikan penghargaan/ reward bagi bidan yang melakukan tugas pokok dengan baik terutama dalam pengisian buku

yang besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon posiitif nilai perusahaan akan meningkat.berikut ini terdapat grafik ukuran perusahaan yang