• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Elektronik (Bse) Fisika Sma Kelas X Semester I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Pada Buku Sekolah Elektronik (Bse) Fisika Sma Kelas X Semester I"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)

FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I

SKRIPSI

Oleh:

NURUL FITRIANINGRUM K2308106

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE)

FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I

Oleh:

NURUL FITRIANINGRUM K2308106

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Nurul Fitrianingrum

NIM : K2308106

Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Fisika

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA

SMA KELAS X SEMESTER I” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Januari 2013

Yang membuat pernyataan

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 10 Januari 2013

Pembimbing I, Pembimbing II,

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 29 Januari 2013

Tim Penguji Skripsi:

Ketua : Dyah Fitriana Masithoh, M.ScSu.Si ...

Sekretaris : Drs. Jamzuri, M.Pd Dh Raharjo, S. ...

Anggota I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ...

Anggota II : Dewanto Harjunowibowo, M.Sc ...

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Nurul Fitrianingrum. ANALISIS MISKONSEPSI GERAK MELINGKAR PADA BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) FISIKA SMA KELAS X SEMESTER I. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Januari 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) ada tidaknya miskonsepsi (2) persentase miskonsepsi dan (3) ada tidaknya identifikasi keterangan lain yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi Gerak Melingkar dalam buku sekolah elektronik berikut ini: (a) Tri Widodo, Fisika untuk SMA dan MA Kelas X (b) Dudi Indrajit, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (c) Setya Nurachmandani, Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemendikbud.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini adalah konsep Gerak Melingkar di dalam ketiga buku tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan wawancara tim ahli untuk mendapatkan konsep yang benar. Validitas data dengan menggunakan teknik ketekunan atau keajegan pengamatan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yang terdiri dari empat tahap yaitu tahap pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) tidak ada miskonsepsi (2) besar persentase miskonsepsi adalah 0% (3) diidentifikasi keterangan lainnya meliputi: konsep benar, konsep tidak ada, perbaikan gambar, perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan satuan, perbaikan penulisan perumusan, perbaikan penulisan hasil perhitungan, dan perbaikan keterangan perumusan konsep Gerak Melingkar dalam ketiga BSE cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemendikbud.

(7)

commit to user

vii ABSTRACT

Nurul Fitrianingrum. THE ANALYSIS OF CIRCULAR MOTION MISCONCEPTION IN PHYSICS ELECTRONIC BOOKS OF SENIOR HIGH SCHOOL FIRST GRADE AT FIRST SEMESTER. Thesis, Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University. January 2013.

The research has purpose to investigate the books of physics, such as (1) the existance of misconseptions, (2) the percentage of misconceptions, and (3) other identification of aspects which has potential to cause misconception in circular motion particularly. These books are: (a) Tri Widodo, Fisika untuk SMA dan MA Kelas X, (b) Dudi Indrajit, Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, and (c) Setya Nurachmandani, Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X first edition 2009 published by Pusat Perbukuan Kemendikbud.

The research is a descriptive qualitative research. The object of this research is the circular motion’s concepts. The techniques of data collection in this research were done by literature and interview the expertise to get the true concept. The techniques of data validation was persistence or constancy of observation. Data analysis technique that is used in this research is a qualitative descriptive analysis consist of four stages; data collection, data reduction, data display, and conclusions drawing and verifying.

Based on data analysis it can be concluded that: (1) there are no misconceptions, (2) the percentage of misconceptions are 0%, and (3) other descriptions identification are: correct concept, the concept does not exist, the picture correction, writing notation correction, writing unit corrections, writing formulation correction, writing result calculation correction, and correction for writing explanation formula in correction the concept of circular motion in the three electronic books.

(8)

commit to user

viii MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”.

(Q.S.Al-Insyirah: 6-7)

“Barangsiapa yang menempuh perjalanan dengan tujuan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan memudahkan jalan ke surga”. (H.R Muslim)

(9)

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

1. Ibu dan Bapak yang senantiasa mendoakan

dan menjadi motivasi sampai akhir.

2. Mbak Annis dan Mas Amin yang selalu

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang senantiasa

mencurahkan berbagai macam nikmat, karunia serta inayah-Nya sehingga

penyusunan Skripsi dengan judul "Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar pada

Buku Sekolah Elektronik (BSE) Fisika SMA Kelas X Semester I" dapat

diselesaikan.

Dalam penyusunan Skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan

dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D Ketua Jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

3. Bapak Drs. Supurwoko, M.Si Ketua Program Fisika jurusan P. MIPA Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS.

4. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd dan Bapak Drs. Surantoro, M.Si Koordinator

Skripsi Program Fisika P.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin untuk menyusun Skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd Dosen Pembimbing I yang telah

banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

6. Bapak Dewanto Harjunowibowo, S.Si, M.Sc Dosen Pembimbing II yang telah

banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Fisika

8. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2008.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangan, namun demikian penulis berharap semoga Skripsi ini dapat

bermanfaat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Surakarta, Januari 2013

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Belajar ... 7

a. Pengertian Belajar ... 7

b. Konsep ... 7

c. Belajar Konsep ... 8

(12)

commit to user

xii

a. Konsepsi ... 9

b. Prakonsepsi ... 9

c. Miskonsepsi ... 9

d. Penyebab Miskonsepsi ... 10

3. Buku Ajar ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Karakteristik Buku Ajar ... 13

c. Pandangan Ahli Pendidikan terhadap Buku Ajar ... 14

d. Analisis Miskonsepsi Buku Ajar ... 15

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 17

a. Pengertian Kurikulum ... 17

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 17

c. Silabus ... 18

5. Materi Gerak Melingkar ... 18

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 29

D. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 32

C. Data dan Sumber Data ... 33

D. Pengumpulan Data ... 33

E. Uji Validasi Data ... 35

F. Analisis Data ... 36

G. Prosedur Penelitian ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Objek Penelitian ... 42

B. Deskripsi Temuan Penelitian ... 42

C. Pembahasan ... 44

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 68

(13)

commit to user

xiii

B. Implikasi ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Contoh Susunan Molekul Zat Padat dan Zat Gas yang Berpotensi

Menimbulkan Miskonsepsi ... 11

2.2. Benda Berotasi ... 19

2.3. Grafik Hubungan antara Kecepatan Sudut dengan Waktu ... 22

2.4. Komponen Vektor Percepatan ... 24

2.5. Hubungan Roda-Roda Sepusat ... 25

2.6. Hubungan Roda-Roda Bersinggungan ... 25

2.7. Hubungan Roda-Roda Terhubung dengan Tali atau Rantai ... 26

2.8. Partikel yang Bergerak Melingkar ... 26

2.9. Perubahan Kecepatan v ... 27

2.10. a Tegak Lurus terhadap v ... 28

2.11. Paradigma Penelitian ... 30

3.1 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) ... 36

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 41

4.1. Histogram Data Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan Lain ... 43

4.2. Histogram Data Konsep Benar pada Ketiga BSE ... 46

4.3. Histogram Data Konsep Tidak Ada pada Ketiga BSE ... 48

4.4. Histogram Data Perbaikan Gambar Ketiga BSE ... 52

4.5. Histogram Data Perbaikan Penulisan Notasi Ketiga BSE ... 55

4.6. Histogram Data Perbaikan Penulisan Satuan Ketiga BSE ... 58

4.7. Histogram Data Perbaikan Penulisan Perumusan Ketiga BSE... 61

(15)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Penyebab Miskonsepsi Siswa ... 10

3.1. Hasil Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar pada BSE Fisika untuk

SMA/MA Cetakan Pertama Tahun 2009 Penerbit Pusat Perbukuan

Kemendikbud ... 38

3.2. Persentase Miskonsepsi Gerak Melingkar pada BSE Fisika untuk

SMA/MA Cetakan Pertama Tahun 2009 Penerbit Pusat Perbukuan

Kemendikbud ... 39

4.1. Persentase Miskonsepsi Ketiga BSE Fisika untuk SMA/MA Cetakan

Pertama Tahun 2009 Penerbit Pusat Perbukuan Kemendikbud ... 42

4.2. Rangkuman Hasil Perhitungan Identifikasi Keterangan Lain Buku Ajar

(16)

commit to user

xvi LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus Fisika Dasar 1A ... 72

2 Hasil Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Buku A ... 75

3 Hasil Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Buku B ... 101

4 Hasil Analisis Miskonsepsi Gerak Melingkar Buku C ... 126

5 Buku A ... 149

6 Buku B ... 165

7 Buku C ... 176

8 Konsep Berdasarkan Studi Pustaka ... 187

9 Surat Keputusan Dekan FKIP ... 197

10 Surat Ijin Penyusunan Skripsi ... 198

(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buku ajar merupakan komponen pendidikan yang sangat penting di

dalam proses pembelajaran. Tak dapat dipungkiri semua guru disetiap tingkat

pendidikan menggunakan paling sedikit satu buku ajar dalam proses

pembelajarannya. Kebanyakan guru menggunakan buku ajar untuk pembelajaran

di kelas maupun untuk memberi tugas. Buku ajar digunakan untuk menyampaikan

materi dan bahkan menentukan strategi pembelajarannya. Sedangkan siswa

menggunakan buku ajar sebagai sumber informasi untuk mengerjakan tugas

disekolah dan pekerjaan rumah. Namun tidak semua kalangan siswa mampu

memenuhi kebutuhannya mengenai buku ajar mengingat harga buku ajar yang

mahal.

Salah satu upaya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemendikbud) untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menyediakan buku

ajar yang murah dan bermutu. Mulai tahun 2007 Kemendikbud telah membeli hak

cipta buku ajar dan buku-buku tersebut disajikan dalam bentuk buku elektronik

(ebook) dengan nama Buku Sekolah Elektronik (BSE). Dengan demikian Pusat

Perbukuan Kemendikbud dapat menerbitkan buku ajar yang memenuhi standar

nasional pendidikan dengan harga yang terjangkau dalam bentuk cetak dan gratis

dalam bentuk ebook dari jenjang SD sampai dengan SMA. Masyarakat dapat

memperoleh BSE tersebut melalui situs-situs penyedia seperti

www.bse.kemendiknas.go.id.

Penyediaan BSE yang bervariasi untuk setiap jenjang pendidikan oleh

Kemendikbud disambut baik oleh pihak sekolah di seluruh Indonesia dengan

menggunakan BSE sebagai referensi sumber belajar . Di samping mengupayakan

keterjangkauan harga, Depdiknas juga mengupayakan standarisasi mutu. Diterima

atau tidak isi buku teks, harus melalui kualifikasi bahwa buku teks tersebut dapat

diterima dengan standar atau tingkat kualitasnya dan disesuaikan dengan

(18)

commit to user

Nomor 19 Tahun 2005, khususnya dalam hal perbukuan, mensyaratkan bahwa

buku-buku teks yang digunakan oleh siswa harus terlebih dahulu lolos standarisasi

mutu oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Sehingga diharapkan

BSE dijadikan solusi untuk mengatasi masalah penyediaan buku yang murah dan

bermutu.

Namun menurut Ruswan (2011), menyebutkan bahwa beberapa isi dari

salah satu BSE Fisika ada yang tidak standar. Beberapa alasan yang menurut

Ruswan membuat BSE tersebut tidak standar antara lain :

1. Banyak rumus di buku ini yang “hancur” dan tidak terbaca.

2. Banyak kalimat yang “menggantung” atau kalimat yang tidak sesuai dengan

EYD.

3. Materi terlalu to the point, sehingga kurang nyaman dijadikan mitra belajar

bagi siswa. Sebagian besar pembahasan materi tidak disesuaikan dengan

kehidupan sehari-hari.

4. Kandungan aspek life skill sangat kurang, padahal ini menjadi salah satu

kriteria penilaian.

5. Gambar banyak yang tidak fokus dan kabur sehingga tidak menjelaskan materi.

Buku yang lolos penilaian ternyata kualitasnya di bawah standar. Bahkan

beberapa diantaranya ditemukan miskonsepsi seperti terdapat dalam penelitian

oleh Prastiwi (2011: 33) terdapat miskonsepsi pada pokok bahasan Besaran dan

Pengukuran sebesar 7,31%, Kinematika Gerak Lurus 8,82%, Gerak Melingkar

16,67%, dan Hukum Newton 15,38%. Dan terdapat kesalahan pada keterangan

lainnya, meliputi : definisi tidak ada, salah gambar, salah keterangan gambar,

contoh yang tidak lengkap, penulisan rumus, dan keterangan rumus.

Padahal dengan ketersediaan BSE diharapkan kegiatan belajar siswa

lebih maksimal dan dapat menunjang pelaksanaan kurikulum yang berlaku yaitu

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Suparno (2009: 113)

sebenarnya dengan KTSP tidak ada lagi buku ajar yang dianggap paling tepat,

yang penting isi buku benar dan tidak mengandung banyak kesalahan dan

(19)

commit to user

3

pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh pakar dalam bidang itu

(Suparno, 2005: 4).

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains, seperti Fisika, Kimia,

Biologi, dan Bumi Antariksa. Dalam bidang Fisika, semua sub bidang juga dapat

mengalami miskonsepsi seperti Mekanika, Termodinamika, Bunyi dan

Gelombang, Optik, Listrik dan Magnet dan Fisika Modern. Faktor penyebab

miskonsepsi Fisika dibagi menjadi lima sebab utama, yaitu berasal dari siswa,

pengajar, buku ajar, konteks, dan cara mengajar (Suparno, 2005: 8-29). Dari

kelima penyebab miskonsepsi tersebut, Dikmanli & Cardak (2004) menyimpulkan

bahwa miskonsepsi siswa SMA sebagian besar disebabkan oleh buku ajar

(Cobanoglu & Sahin, 2009: 77).

Begitu pentingnya buku ajar sehingga peran guru sangat penting dalam

menentukan buku ajar. Adisendjaja & Romlah (2007: 2-3) menyatakan guru

memiliki fungsi sebagai filter untuk menyeleksi buku ajar yang tepat dalam

menampilkan isi (content), hakikat, dan metodologi sains.

Berdasarkan fakta di atas mengidentifikasikan kemungkinan ada

miskonsepsi pada BSE lain. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis miskonsepsi

pada BSE Fisika yang lain. Penelitian ini akan menganalisis materi buku ajar dari

segi kedalaman, keluasan dan kesesuaiannya dengan kurikulum yang berlaku.

Melihat persentase Gerak Melingkar sebesar 16,67% lebih besar dari pokok

bahasan yang lain dalam BSE Fisika yang sama. Materi yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah miskonsepsi Gerak Melingkar pada beberapa BSE Fisika

SMA kelas X semester I.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Beberapa BSE yang lolos standarisasi BSNP ternyata masih terdapat

(20)

commit to user

2. Persentase miskonsepsi Gerak Melingkar lebih besar dari pada pokok bahasan

yang lain dalam BSE Fisika SMA kelas X semester I.

C. Pembatasan Masalah

Bedasarkan uraian latar belakang masalah dan identifikasi masalah di

atas, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah agar dapat mencapai

tujuan, ruang lingkup dan arahan yang jelas. Adapun pembatasan masalah tersebut

adalah:

1. BSE Fisika yang dianalisis miskonsepsinya adalah :

a. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X Penulis Tri Widodo

b. Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah Penulis Dudi Indrajit

c. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X Penulis Setya Nurachmandani

2. Materi yang dianalisis adalah Gerak melingkar kelas X semester I, kedalaman

materi mengacu pada silabus Fisika Dasar 1A penulis Budi Purwanto yang

standar sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor

22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Kelulusan.

3. Penelitian ini menganalisis miskonsepsi pada buku ajar dan mengidentifikasi

katerangan lainnya yaitu konsep benar, konsep tidak ada, perbaikan gambar,

perbaikan penulisan notasi, perbaikan penulisan satuan, perbaikan penulisan

perumusan, perbaikan penulisan hasil perhitungan, dan perbaikan keterangan

perumusan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, dapat

dirumuskan permasalahan pada tiga BSE Fisika untuk SMA/MA kelas X semester

I cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Kemendikbud sebagai berikut:

1. Apakah ada miskonsepsi Gerak Melingkar dalam buku-buku tersebut?

(21)

commit to user

5

3. Apakah terdapat identifikasi keterangan lainnya yang berpotensi menimbulkan

miskonsepsi Gerak Melingkar dalam buku-buku tersebut?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian pada tiga BSE Fisika untuk SMA/MA

kelas X semester I cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat

Perbukuan Kemendikbud adalah untuk:

1. Mengetahui ada tidaknya miskonsepsi Gerak Melingkar pada buku-buku

tersebut.

2. Mengetahui persentase miskonsepsi Gerak Melingkar pada buku-buku tersebut.

3. Mengetahui ada tidaknya identifikasi keterangan lain yang berpotensi

menimbulkan miskonsepsi Gerak Melingkar pada buku-buku tersebut.

F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi kepada guru-guru SMA tentang adanya miskonsepsi

Fisika pada bab Gerak Melingkar dalam tiga BSE Fisika untuk SMA/MA

kelas X semester I cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat

Perbukuan Kemendikbud.

2. Memberikan wawasan tentang konsep yang benar pada materi Gerak

Melingkar semester I kelas X SMA/MA.

3. Menjadi salah satu acuan dalam pemilihan dan pengambilan buku ajar Fisika

yang akan digunakan sebagai salah satu sumber belajar dalam proses

pembelajaran.

4. Menjadi bahan acuan dalam penelitian lebih lanjut, sehingga dapat

memberikan sumbangan bagi upaya peningkatan mutu pendidikan, khususnya

Fisika.

5. Memberikan masukan kepada pihak-pihak yang mempunyai wewenang

dalam penerbitan BSE untuk memperhatikan lebih lanjut buku ajar khususnya

(22)

commit to user

6. Memberikan masukan kepada penulis BSE khususnya Fisika agar tidak

(23)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Sebagian besar orang beranggapan bahwa belajar adalah

semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam

bentuk informasi/materi pelajaran. Sementara itu, beberapa ahli

mengungkapkan definisi tentang belajar, untuk menghindari

ketidaklengkapan persepsi tersebut. Aunurrahman (2009: 35) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri dalam suatu proses interaksi dengan

lingkungannya. Pengertian belajar juga dinyatakan oleh Slameto (2003: 2),

menurutnya, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian belajar

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses

yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai

hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.

b. Konsep

Van den Berg (1991: 8) menyatakan konsep adalah abstraksi dari

ciri-ciri sesuatu untuk mempermudah komunikasi antara manusia dan yang

memungkinkan manusia berfikir (bahasa adalah alat berfikir). Berkenaan

dengan konsep, Djamarah (2002: 30) mengemukakan bahwa orang yang

memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang

dihadapi, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu sesuai

(24)

commit to user

Sedangkan Vygotsky yang dikutip Suparno (2005: 94)

membedakan konsep menjadi konsep spontan dan konsep sainstifik. Konsep

spontan merupakan konsep yang dimiliki siswa karena pengalaman atau

pergaulannya sehari-hari tanpa struktur sistematik. Sedangkan konsep

sainstifik merupakan konsep yang didapat siswa di bangku sekolah secara

sistematik struktural.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tentang definisi konsep

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan suatu

representasi abstrak dan umum tentang sesuatu yang mempermudah

komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir.

c. Belajar Konsep

Belajar konsep adalah seperti halnya bentuk belajar yang lain yaitu

suatu hubungan dari adanya stimulus atau respon. Wilis (1989: 82)

mengemukakan teori belajar konsep ditinjau dari dua pendekatan, yaitu :

1) Pendekatan perilaku. Perbedaan utama antara belajar konsep dengan

belajar yang lain ialah dalam belajar konsep, anak yang belajar

memberikan satu respons terhadap sejumlah stimulus yang berbeda.

2) Pendekatan kognitif. Pendekatan ini memusatkan pada proses perolehan,

sifat dan bagaimana konsep-konsep disajikan dalam struktur kognitif.

Van den Berg (1991: 10-11) menjelaskan bahwa mengajar konsep

bertujuan agar siswa dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan,

menjelaskan perbedaan konsep yang bersangkutan, hubungan dan

perbedaan dengan konsep-konsep lain, serta menjelaskan arti konsep dalam

kehidupan sehari-hari dan menerapkannya dalam memecahkan masalah

sehari-hari.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang belajar konsep, maka dapat

disimpulkan bahwa belajar konsep bukanlah menghafal konsep tetapi

memperhatikan konsep-konsep awal (pengetahuan awal) yang dihubungkan

dengan konsep baru atau konsep-konsep lain sehingga diperoleh konsep

(25)

commit to user

9

struktur kognitif tidak berdiri sendiri melainkan satu kesatuan dan memiliki

arti atau bermakna.

2. Miskonsepsi a. Konsepsi

Van den Berg (1991: 10) menyatakan bahwa konsepsi merupakan

penafsiran seseorang terhadap suatu konsep ilmu. Contoh : terdapat dua

buah balok dengan ukuran volume yang sama. Balok 1 terbuat dari besi,

balok 2 terbuat dari aluminium. Jika kedua balok dijatuhkan ke tanah pada

saat yang sama dari ketinggian yang sama dan gaya gesekan udara

diabaikan, maka kedua balok akan sampai ke tanah pada saat yang sama

pula. Namun, beberapa siswa beranggapan bahwa balok besi akan sampai

ke tanah lebih awal karena balok besi lebih berat daripada balok aluminium.

b. Prakonsepsi

Van den Berg (1991: 10) menyatakan bahwa prakonsepsi adalah

konsepsi yang dimiliki siswa sebelum pelajaran dimulai walaupun mereka

sudah pernah mendapatkan pelajaran formal. Misalnya, ketika siswa

memasuki kelas untuk belajar Fisika, siswa telah memiliki pengetahuan

tertentu tentang Fisika yang disebut prakonsep. Sebagai contoh siswa

memiliki banyak pengalaman dengan peristiwa-peristiwa yang berkaitan

dengan konsep kinematika oleh karena itu siswa sudah banyak

mengembangkan konsepsi yang belum tentu sama dengan konsepsi

fisikawan. Prakonsep yang dimiliki siswa belum tentu benar. Hal tersebut

kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh guru dalam proses

pembelajaran, padahal prakonsep siswa sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar.

c. Miskonsepsi

Menurut Van den Berg (1991: 10) biasanya miskonsepsi berkaitan

dengan kesalahan siswa dalam pemahaman antar konsep. Misalnya,

kesalahan dalam hubungan antara gaya dan momentum, atau antara arus dan

(26)

commit to user

yang dikutip oleh Suparno (2005: 5), miskonsepsi yaitu pengertian yang

tidak akurat tentang konsep tertentu, penggunaan konsep-konsep yang

berbeda, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang tidak benar. Menurut

Suparno (2005: 4) miskonsepsi atau salah konsepsi menunjuk pada suatu

konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang

diterima para pakar dalam bidangnya. Bentuk miskonsepsi dapat berupa

konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep,

gagasan intuitif atau pandangan yang naif.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang pengertian miskonsepsi

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi atau salah konsep

merupakan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau

pengertian yang diterima oleh para pakar dalam bidang itu. Bentuk

miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak

benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang naif, dan

klasifikasi contoh-contoh yang salah.

d. Penyebab Miskonsepsi

Suparno (2005: 53) menyatakan ada lima faktor penyebab

miskonsepsi Fisika yaitu: siswa, pengajar, buku teks, konteks, dan cara

mengajar. Penjelasan rincinya disajikan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi Siswa

Sebab Utama Sebab Khusus

Siswa Prakonsepsi, pemikiran asosiatif, pemikiran humanistik, reasoning yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap perkembangan kognitif siswa, kemampuan siswa, minat belajar siswa

Pengajar Tidak menguasai bahan, bukan lulusan dari bidang ilmu fisika, tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide, relasi guru-siswa tidak baik

Buku Teks/Buku Ajar

(27)

commit to user

11

teman diskusi yang salah, keyakinan dan agama, penjelasan orang tua/orang lain yang keliru, konteks hidup siswa (tv, radio, film yang keliru, perasaan senang tidak senang, bebas atau tertekan.

Cara mengajar Hanya berisi ceramah dan menulis, langsung ke dalam bentuk matematika, tidak mengungkapkan miskonsepsi, tidak mengoreksi PR, model analogi yang dipakai kurang tepat, model demonstrasi sempit.

Penelitian ini menganalisis penyebab miskonsepsi yang

dikarenakan oleh buku ajar. Suparno (2005: 44) menyatakan buku teks

sebagai buku ajar yang menyebabkan miskonsepsi karena bahasanya sulit

dimengerti atau karena penjelasannya tidak benar.

Para peneliti Lona & Renner yang dikutip oleh Suparno (2005: 45)

menemukan beberapa buku Fisika mempunyai kesalahan, misalnya pada

analisis benda jatuh yang mempunyai energi kinetik sebesar 2

2 1

mv ,

terdapat tanda negatif yang menunjukkan gerak benda ke bawah. Padahal

cukup jelas bahwa pengertian energi kinetik negatif tidak ada dalam Fisika.

Anderson dalam Wandersee juga menemukan kesalahan pada buku ajar

Fisika. Pada salah satu buku Fisika yang diteliti terdapat gambar/skema

molekul-molekul zat padat dan gas dengan jarak yang hampir sama

(Gambar 2.1). Jarak molekul digambarkan sama, meskipun keterangannya

lain. Dan hal tersebut membuat pikiran siswa salah menangkap (Suparno,

2005: 45).

Zat padat Gas

(28)

commit to user

Suparno (2005: 46) menjelaskan buku teks sebagai buku ajar yang

terlalu sulit bagi tingkat siswa yang sedang belajar dapat menumbuhkan

miskonsepsi karena sulit dimengerti isinya. Suparno juga menyimpulkan

cukup banyak siswa mempunyai miskonsepsi karena mereka tidak tahu

bagaimana cara mambaca dan belajar buku Fisika. Mereka membaca dengan

cepat, sehingga mereka tidak mengerti konsep-konsep baru secara baik.

3. Buku Ajar a. Pengertian

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005

tentang Buku Teks pelajaran Pasal 1 menjelaskan bahwa buku teks (buku

pelajaran) merupakan buku acuan wajib yang digunakan di sekolah dan

disusun berdasarkan standar nasional yang berisi materi pembelajaran

sebagai upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan

kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,

kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan. Sedangkan

menurut Westbury yang dikutip oleh Adisendjaja & Romlah (2007: 3)

menyatakan bahwa buku teks sebagai sumber pengetahuan, instrumen dasar

dalam mengorganisasikan kurikulum dan sebagai alat dasar dalam proses

pembelajaran yang harus dikomunikasikan oleh sekolah. Sementara itu,

menurut Muslich (2010: 50-51) buku ajar yang berupa buku teks merupakan

buku yang memuat uraian bahan tentang mata pelajaran atau bidang studi

tertentu, yang disusun secara sistematis dan telah diseleksi berdasarkan

tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan siswa, untuk

diasimilasikan. Indikator atau ciri penanda buku teks yang digunakan

sebagai buku ajar adalah :

1) Buku sekolah yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan

tertentu.

2) Berisi bahan yang telah terseleksi

3) Selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran tertentu.

(29)

commit to user

13

5) Ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.

6) Biasanya dilengkapi dengan sarana pembelajaran.

7) Disusun secara sistematis mengikuti strategi pembelajaran tertentu.

8) Untuk diasimilasikan dalam pembelajaran.

9) Disusun untuk menunjang program pembelajaran.

Berdasarkan definisi tentang buku ajar dari beberapa ahli tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa buku ajar adalah buku yang disusun oleh

seorang atau tim pengarang berdasarkan kurikulum yang berlaku, baik yang

diterbitkan oleh pemerintah dalam hal ini Kemendikbud maupun penerbit

swasta yang dapat menentukan keberhasilan percapaian tujuan

instruksional, kurikuler, institusional, dan bahkan tujuan pendidikan

nasional.

b. Karakteristik Buku Ajar

Menurut Muslich (2010: 60) karakteristik buku teks sebagai buku

ajar secara umum merupakan karya tulis ilmiah sehingga sosok buku teks

sama dengan sosok karya tulis ilmiah pada umumnya. Kesamaan ini terlihat

pada hal-hal berikut:

1) Segi isi

Buku ajar berisi serangkaian pengetahuan atau informasi yang bisa

dipertanggungjawabkan keilmiahannya.

2) Segi sajian

Meteri yang terdapat dalam buku ajar diuraikan dengan mengikuti pola

penalaran tertentu, sebagaimana pola penalaran dalam sajian ilmiah,

yaitu pola penalaran induktif, deduktif, atau campuran (kombinasi

induktif-deduktif).

3) Segi format

Buku ajar mengikuti konvensi buku ilmiah, baik pola penulisan, pola

pengutipan, pola pembagian, maupun pola pembahasan.

Selain ciri umum, Muslich (2010: 61-62) menyatakan buku ajar

juga mempunyai ciri-ciri khusus yang berbeda dengan buku ilmiah pada

(30)

commit to user

1) Buku ajar disusun berdasarkan pesan kurikulum pendidikan.

2) Buku ajar memfokuskan ke tujuan tertentu.

3) Buku ajar menyajikan bidang pelajaran tertentu.

4) Buku ajar berorientasi kepada kegiatan belajar siswa.

5) Buku ajar dapat mengarahkan kegiatan mengajar guru di kelas.

6) Pola sajian buku ajar disesuaikan dengan perkembangan intelektual siswa

sasaran.

7) Gaya sajian buku ajar dapat memunculkan aktivitas siswa dalam belajar.

c. Pandangan Ahli Pendidikan terhadap Buku Ajar

Kehadiran buku ajar di dunia pendidikan disikapi oleh ahli

pendidikan dengan berbagai macam sikap. Muslich (2010: 30-32)

menyatakan ada yang bersikap negatif, ada yang bersifat positif, dan

adapula yang bersikap moderat terhadap kehadiran buku ajar, berikut

penjelasannya:

1) Pandangan negatif terhadap buku ajar, antara lain:

a) Buku ajar kurang memperhatikan perbedaan individual siswa.

b) Desain buku ajar sering tidak sesuai dengan desain kurikulum

pendidikan.

c) Konteks dan bahan ajar yang terdapat dalam buku ajar sering tidak

sesuai dengan kondisi dan lingkungan siswa sasaran.

d) Bahan ajar yang terdapat dalam buku teks sering bias dan basi.

2) Pandangan positif terhadap buku ajar antara lain:

a) Buku ajar merupakan the foundation of learning in classroom

(pondasi belajar di kelas).

b) Buku ajar memuat bahan ajar yang sebaiknya disajikan (what to teach)

dan sekuensi atau urutan cara penyajiannya.

c) Jangkauan, jumlah, dan jenis bahan ajar yang terdapat dalam buku ajar

telah relatif pasti sehingga guru memungkinkan untuk

mengalokasikannya berdasarkan jadwal sekolah.

d) Paparan masalah atau pokok persoalan (subject matter) dalam buku

(31)

commit to user

15

e) Bahan ajar dalam buku teks tertata cukup baik.

f) Buku teks cukup memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar

peta, dan diagram.

g) Kesinambungan bahan ajar dalam buku teks telah diatur sedemikian

rupa oleh penyusunnya.

h) Buku teks merupakan batu loncatan bagi siswa terbatas dari kegiatan

mencatat yang merupakan pemborosan waktu, tenaga, dan pikiran.

i) Buku teks sangat membantu sekolah yang tidak memiliki

perpustakaan yang lengkap.

j) Buku teks yang dipublikasikan oleh pemerintah dan pihak swasta

telah dipertimbangkan kualitasnya.

3) Pandangan yang Moderat terhadap Buku Ajar

a) Tidak ada satu pun buku teks yang ampuh untuk semua situasi.

b) Tidak ada buku ajar yang betul-betul bisa memenuhi harapan

kurikulum.

c) Tidak ada satupun buku ajar yang cocok untuk semua jenjang

pendidikan.

d. Analisis Miskonsepsi Buku Ajar

Materi buku pelajaran terdiri atas konsep-konsep dalam bidang

ilmu tertentu yang disusun secara sistematis sehingga menjadi teori-teori

yang membentuk kompetensi yang diinginkan. Oleh karena itu

konsep-konsep tersebut harus benar, valid atau relevan dilihat dari disiplin ilmunya.

Beberapa ahli mengungkapkan menganalisis miskonsepsi buku ajar sebagai

berikut:

1) Menurut Sitepu (2005: 121) hal-hal yang perlu dianalisis berkaitan

dengan kebenaran konsep dalam buku ajar sebagai berikut:

a) Kesesuaiannya dengan cakupan (ontologi) disiplin ilmu yang

bersangkutan

b) Kelengkapannya mencapai kompetensi yang dikehendaki

c) Kebenaran konsep dapat dipertanggungjawabkan dari ilmu yang

(32)

commit to user

d) Konsep-konsep yang disampaikan apakah masih relevan dengan

keadaan sekarang

Sitepu (2005: 121-122) juga menjelaskan susunan dan hubungan konsep

berbeda pada masing-masing ilmu. Untuk memudahkan memahami suatu

ilmu secara utuh perlu memahami struktur dan hubungan konsep-konsep.

Stuktur dan hubungan konsep-konsep tersebut dipahami sebagai berikut:

a) Disampaikan disusun berdasarkan hubungan struktur konsep ilmu

tersebut

b) Diawali dengan konsep yang menjadi dasar untuk memahami konsep

berikutnya

c) Disusun secara sistematis

d) Susunan urutan tersebut memudahkan siswa memahami

konsep-konsep secara keseluruhan

Sitepu (2005: 122) menyatakan perlu diberikan contoh untuk

memudahkan memahami konsep atau teori, apalagi yang bersifat sangat

abstrak. Contoh yang kurang atau tidak tepat dapat pula menimbulkan

miskonsepsi pada siswa. Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam menilai contoh-contoh yang dipergunakan untuk

menjelaskan konsep yaitu apakah contoh-contoh yang dipergunakan

tersebut:

a) Relevan dengan konsep yang hendak dijelaskan?

b) Memperjelas konsep yang hendak dijelaskan?

c) Konkrit atau nyata?

d) Mudah dimengerti oleh siswa?

e) Menarik bagi siswa?

f) Memotivasi siswa untuk mempelajari konsep berikutnya?

2) Suparno (2009: 114) menyatakan dalam menganalisis miskonsepsi buku

ajar Fisika SMA, ada beberapa pertanyaan dan hal yang perlu

diperhatikan. Beberapa pertanyaan itu antara lain:

a) Apakah penulisan konsep utamanya benar?

(33)

commit to user

17

c) Apakah penggunaan gambar, tabel, ilustrasi, dan skema benar?

d) Apakah penulisan satuan, ketepatan, dan ketentuan-ketentuan lain

benar?

4. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian Kurikulum

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 ayat (13) menjelaskan

kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

memuat seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran untuk mencapai pendidikan tertentu. Sementara itu,

Muslich (2010: 92) menyatakan bahwa kurikulum pada hakekatnya adalah

alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

Berdasarkan definisi tentang kurikulum dari beberapa ahli tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah alat atau seperangkat

rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pembelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai

tujuan pendidikan tertentu.

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Muslich (2008: 1) menyatakan KTSP merupakan kurikulum

disusun dalam rangka memenuhi amanat yang tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

KTSP merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) 2004 adalah kurikulum operasional yang disusun dan

dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah. Dengan kata

lain, KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh dan dilaksanakan

pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal ini, sekolah diberi keleluasaan

untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun demikian, tidak berarti

(34)

commit to user

c. Silabus

Dalam silabus biasanya memuat standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, bahan, model pembelajaran, peralatan yang digunakan,

evaluasi, dan pembagian waktu (Suparno, 2009: 102). Sejalan dengan

pernyataan tersebut Muslich (2008: 23) menyatakan silabus merupakan

suatu produk pengembangan kurikulum yang berupa penjabaran lebih lanjut

dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan

pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka

pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Berdasarkan definisi tentang silabus dari beberapa ahli tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa silabus adalah penjabaran standar

kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian.

5. Materi Gerak Melingkar

Materi di bawah ini merupakan rangkuman dari buku Fisika Universitas

diantaranya Giancoli (2001, 132-145 & 247-251), Tipler (1998, 73-78 &

261-265), Sang (2005, 24-25) dan Serway & Jewett (2009, 136-141).

a. Pengertian Gerak Melingkar

Kinematika adalah cabang ilmu Fisika yang mempelajari gerak

titik partikel secara geometris, yaitu meninjau gerak partikel tanpa meninjau

penyebab geraknya. Dalam pembahasan kinemtika gerak, terdapat bahasan

mengenai gerak dua dimensi atau gerak dalam bidang datar diantaranya

yaitu gerak parabola dan gerak melingkar.

Gerak melingkar memiliki lintasan berbentuk lingkaran. Contoh

benda yang bergerak melingkar diantaranya roda yang berputar melingkar,

hard disk yang berputar pada komputer, lengan jarum pada jam dan

(35)

commit to user

19

b. Besaran-Besaran pada Gerak Melingkar 1) Frekuensi

Dalam gerak melingkar frekuensi ( f ) didefiniskan sebagai jumlah

putaran per sekon. Satuan untuk frekuensi adalah putaran per sekon

(put/s) diberi nama khusus, hertz (Hz) (1 Hz = 1 put/s).

2) Periode

Periode (T) dari sebuah benda yang berputar membentuk lingkaran

adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan satu putaran. Satuan

untuk periode adalah sekon. Periode dan frekuensi dihubungkan dengan:

f

T 1 (2.1)

Untuk menghindari kesalahan pemahaman siswa antara periode (T)

dengan waktu (t), sebaiknya notasi periode diganti dengan p(period)

3) Posisi sudut

Posisi sudut atau seberapa jauh benda berotasi. Sudut biasanya

dinyatakan dalam derajat, tetapi matematika gerak melingkar jauh lebih

mudah jika digunakan radian sebagai ukuran sudut.

Gambar 2.2. Benda Berotasi

Satu radian (rad) didefinisikan sebagai sudut yang ujung-ujungnya

dihubungkan oleh busur yang panjangnya sama dengan radius. Secara

umum, setiap sudut dinyatakan dengan:

r l

(2.2)

Dimana r adalah radius lingkaran, dan l adalah panjang busur yang

menghubungkan ujung-ujung sudut yang dinyatakan dalam radian.

Pada lingkaran penuh ada 360°, yang tentu saja harus berhubungan

(36)

commit to user

Kelajuan linier pada gerak melingkar sama dengan keliling lintasan

melingkar dibagi periode. Karena dalam satu putaran benda menempuh

satu keliling lingkaran (2 r), secara matematis kelajuan linier

dirumuskan:

T r

v 2 (2.3)

Dengan mengetahui bahwa periode dan frekuensi dihubungkan dengan:

f

T 1

Maka kelajuan linier dapat dirumuskan:

f r

v 2 (2.4)

5) Kecepatan sudut

Nilai kecepatan sudut (huruf Yunani “omega”) sama dengan tingkat

perubahan sudut. Secara matematis besarnya kecepatan sudut

dirumuskan:

t (2.5)

Kita dapat menghubungkan kecepatan sudut dengan frekuensi f ,

dimana frekuensi berarti jumlah putaran (put) per sekon. Satu putaran

(katakanlah, sebuah roda) berhubungan dengan sudut 2 radian, dengan

demikian 1put s 2 rad s. Berarti secara umum, frekuensi f

berhubungan dengan kecepatan sudut dengan cara:

2

f atau 2 f (2.6)

(37)

commit to user

21

Besar kecepatan linier, v, adalah v l t. Perubahan sudut rotasi

dihubungkan dengan jarak linier yang ditempuh oleh l r dengan

Percepatan sudut didefinisikan sebagai perubahan kecepatan sudut dibagi

waktu yang diperlukan untuk terjadinya perubahan ini. Satuan percepatan

sudut adalah radian per sekon per sekon (rad/s2). Percepatan sudut

disebut postif jika kecepatan anguler bertambah, dan negatif bila

berkurang. Secara matematis besarnya percepatan sudut dirumuskan:

t (2.8)

c. Gerak Melingkar Beraturan (GMB)

Sebuah benda yang membentuk lingkaran dengan laju linier konstan v

dikatakan mengalami gerak melingkar beraturan. Besar kecepatan linier

dalam hal ini tetap konstan, arah kecepatannya terus menerus berubah.

Perumusan GMB secara matematis adalah sebagai berikut:

0

d. Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB)

Sebuah benda dikatakan bergerak melingkar berubah beraturan jika

(38)

commit to user

konstan. Jika perubahan kecepatan sudut searah dengan kecepatan sudut,

maka kecepatan sudutnya akan meningkat. Jika perubahan percepatan sudut

berlawanan dengan kecepatan sudut, maka kecepatan sudutnya akan

menurun.

1) Perumusan percepatan sudut pada GMBB

Secara matematis persamaan besar percepatan sudut pada GMBB dapat

dituliskan sebagai berikut:

2) Perumusan sudut tempuh pada GMBB

Perumusan besar sudut tempuh untuk GMBB dapat diketahui dengan

pendekatan metode grafik. Sebuah benda bergerak melingkar berubah

beraturan dengan kecepatan sudut awal ( 0) dan selang waktu (t )

kecepatannya menjadi ( t). Nilai tangen kemiringan grafik (tan )

merupakan percepatan sudut yang dialami benda.

(39)

commit to user

3) Perumusan kecepatan sudut pada GMBB

Perumusan besar kecepatan sudut GMBB adalah sebagai berikut:

t

t 0 sehingga diperoleh:

0

t

t subtitusikan ke dalam:

2 0

2 1

t

t sehingga diperoleh:

(40)

commit to user

2

2 0 2

t (2.11)

Dengan:

= Besar sudut yang ditempuh (rad)

0 = Besar kecepatan sudut awal (rad/s)

t = Besar kecepatan sudut akhir (rad/s)

= Besar percepatan sudut (rad/s2)

t = Waktu (s)

4) Perumusan percepatan tangensial pada GMBB

Percepatan tangensial pada gerak melingkar berubah beraturan bekerja

untuk menaikkan (atau menurunkan) laju.

Gambar 2.4. Komponen Vektor Percepatan

Komponen tangensial dari besar percepatan (at) dirumuskan sebagai

berikut:

t v

at

Dengan besar v r

Perhatikan bahwa besar percapatan tangensial adalah:

t r t

v

at

Dimana

t menyatakan besarnya perubahan kecepatan sudut, dan

dinyatakan dengan . Sehingga perumusan secara matematis besar

percepatan tangensial tersebut sebagai berikut:

r at

(2.12)

(41)

commit to user

25

Dengan:

t

a = Besar percepatan tangensial (m/s2)

= Besar percepatan sudut (rad/s2)

r = Jari-jari lingkaran (m)

e. Hubungan Roda-Roda

1) Sepusat

Gambar 2.5. Hubungan Roda-Roda Sepusat

Kedua roda memiliki periode (T) dan frekuensi ( f ) yang sama. Arah

putar roda A dan roda B sama. Kecepatan sudut roda A dan roda B

sama. Besar kecepatan sudut secara matematis dirumuskan:

B A

Dengan

r v

, maka diperoleh:

B B

A A

r v r v

2) Bersinggungan

Gambar 2.6. Hubungan Roda-Roda Bersinggungan

Kedua roda memiliki periode (T) dan frekuensi ( f ) yang berbeda.

Arah putar kedua roda saling berlawanan dan kecepatan sudutnya

(42)

commit to user v v vA B

Dengan memasukkan v r, maka diperoleh:

B B A

Ar r

3) Terhubung dengan tali atau rantai

Gambar 2.7. Hubungan Roda-Roda Terhubung

dengan Tali atau Rantai

Roda-roda yang dihubungkan dengan tali atau rantai memiliki besar dan

arah kecepatan linier yang sama. Dengan demikian secara matematis

besarnya kecepatan linier dirumuskan:

v v vA B

Dengan memasukkan v r, maka diperoleh:

B B A

Ar r

f. Percepatan Sentripetal

Selama waktu t, partikel pada Gambar 2.7. bergerak dari titik A ke titik B

dengan menempuh jarak l menelusuri busur yang membuat sudut .

Gambar 2.8. Partikel yang Bergerak Melingkar

Perubahan vektor kecepatan adalah v2 v1 v, dan ditunjukkan pada

Gambar 2.8.

(2.15)

(43)

commit to user

27

Gambar 2.9. Perubahan Kecepatan v

Jika ditentukan t sangat kecil (mendekati nol), maka l dan juga

sangat kecil dan v2 akan nyaris paralel dengan v1 dan v akan tegak lurus

terhadap keduanya. Dengan demikian v menuju ke arah pusat lingkaran.

Karena a menurut definisi di atas, mempunyai arah yang sama dengan v,

ajuga harus menunjuk ke arah pusat lingkaran. Dengan demikian,

percepatan ini disebut percepatan sentripetal (percepatan yang mencari

pusat) atau percepatan radial (karena mempunyai arah sepanjang radius,

menuju pusat lingkaran), dan diberi notasi as.

Berikutnya, ditentukan besar percepatan sentripetal, as. Karena CA tegak

lurus terhadap v1, dan CB tegak lurus terhadap v2, berarti , yang

didefinisikan sebagai sudut antara CA dan CB, juga merupakan sudut antara

1

v dan v2. Dengan demikian vektor v2, v1 dan v pada Gambar 2.8.

membentuk segitiga yang sama secara geometris dengan segitiga ABC pada

Gambar 2.8. Dengan mengambil yang kecil (dengan memakai t

sangat kecil), dapat dituliskan

r l v

v

di mana telah ditentukan bahwa v v1 v2 karena besar kecepatan

dianggap tidak berubah. Merupakan sebuah persamaan yang tepat jika t

mendekati nol, karena dengan demikian panjang busur l sama dengan

panjang tali busur AB. Dapat dituliskan persamaan di atas yang dinyatakan

sebagai v,

l r v v

Untuk mendapatkan percepatan sentripetal, as

(44)

commit to user t l r v t v as

Dan karena l t adalah laju linier, v, sehingga:

r v as

2

(2.17)

Vektor percepatan menuju ke arah pusat lingkaran. Tetapi vektor kecepatan

selalu menunjuk ke arah gerak, yang tangensial terhadap lingkaran. Dengan

demikian vektor kecepatan dan vektor percepatan tegak lurus satu sama lain

pada setiap titik di jalurnya untuk gerak melingkar beraturan (lihat Gambar

2.10).

Gambar 2.10. a Tegak Lurus Terhadap v

B.Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai analisis

terhadap buku ajar dengan aspek tinjauan yang berbeda. Penelitian-penelitian

berikut menjadi salah satu referensi yang digunakan penulis dalam menyusun

penelitian.

Penelitian buku ajar oleh Adisendjaja & Romlah (2007) menyimpulkan

bahwa dari tujuh topik Biologi (struktur tumbuhan, struktur dan fungsi sel, sistem

koordinasi, metabolisme sel, bioteknologi, reproduksi sel, dan biogeografi) yang

terdapat di dalam buku teks Biologi SMU yang diteliti memiliki kesalahan sebesar

17%, miskonsepsi 11%, dan memerlukan konsep alternatif sebesar 25% dari

seluruh konsep. Sebagian kecil siswa (<25%) terpengaruh oleh kesalahan dan

(45)

commit to user

29

Penelitian buku ajar oleh Sujana (2009) menyimpulkan : terdapat

miskonsepsi dalam BSE IPA kelas VII, VIII, IX yang digunakan siswa di SMPN

213 Jakarta; terdapat beberapa kekurangan pada buku BSE diantaranya : minim

akan isi dan materi, bahasa kurang bagus, gambar kurang komunikatif, keterangan

pada gambar-gambar kurang lengkap, contoh soal kurang berbobot; BSE IPA

belum pernah di telaah oleh guru-guru sains di sekolah hanya saja telah

mencocokkan indikator pencapaian kompetensi dalam buku yang digunakan;

Beberapa guru di SMPN 213 Jakarta membetulkan miskonsepsi buku sumber di

RPP yang dibuatnya.

Penelitian BSE Fisika SMA yang diterbitkan Kemedikbud tahun 2009

oleh Prastiwi (2011) menyimpulkan terdapat empat bab yang mengandung

miskonsepsi di dalamnya yaitu : Bab I Besaran Fisika dan Pengukurannya

(7,31%), Bab III Kinematika Gerak Lurus (8,82%), Bab IV Gerak Melingkar

(16,67%), dan Bab V Hukum Newton (15,38). Selain itu terdapat keterangan lain

dalam buku ajar yang diteliti yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi,

meliputi: konsep benar tetapi kalimat perlu diperbaiki, konsep benar tetapi

terdapat penulisan keterangan yang tidak jelas, konsep tidak lengkap, mungkin

dapat menyebabkan miskonsepsi, konsep tidak ada, salah ketik, salah gambar,

penambahan gambar, perbaikan gambar, keterangan gambar diperbaiki,

penambahan keterangan gambar, contoh tidak lengkap, penulisan perumusan

diperbaiki, dan perbaikan keterangan perumusan.

C.Kerangka Berfikir

Buku ajar berperan penting dalam penyelenggaraan proses pembelajaran

sebagai salah satu sumber belajar yang utama, efektif, dan efisien. Buku ajar yang

baik adalah yang memenuhi kriteria tertentu, antara lain materi yang termuat di

dalamnya menunjang pencapaian tujuan pembelajaran dan memuat

konsep-konsep yang benar sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang yaitu KTSP

(Muslich, 2010: 61).

Seorang siswa memiliki pemahaman tentang Fisika tergantung pada guru

(46)

commit to user

pengetahuan Fisika yang dimiliki siswa. Seorang guru Fisika sebagai tenaga

profesional harus mampu menyampaikan materi pelajaran Fisika dengan baik dan

dituntut untuk dapat memilih buku ajar yang sesuai sebagai sumber belajar,

sehingga tujuan pembelajaran Fisika dapat tercapai. Standar isi mata pelajaran

Fisika memuat pokok bahasan materi Fisika yang harus dikuasai siswa. Pokok

bahasan materi tersebut kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam buku ajar Fisika.

Mutu buku ajar tidak hanya dilihat dari penampilan fisiknya yang bagus

dan harganya mahal, tetapi lebih utama adalah dilihat dari materi pelajaran yang

termuat di dalamnya. Perlu diteliti tentang konsep-konsep yang ada, apakah

konsep sudah benar dan sesuai dengan standar isi KTSP yang terbaru atau terjadi

miskonsepsi. Apabila dalam buku ajar fisika terjadi miskonsepsi, maka berakibat

pengetahuan siswa tentang konsep tersebut dan konsep lain yang terkait juga

salah. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya prestasi belajar Fisika.

Oleh karena itu dengan adanya terbitan berbagai buku ajar Fisika SMA

khususnya kelas X dan mengingat persentase miskonsepsi Gerak Melingkar lebih

besar daripada pokok bahasan yang lain dalam BSE Fisika SMA/MA kelas X

perlu diteliti apakah ketiga BSE tersebut sudah memenuhi syarat dan layak untuk

sumber pelajaran atau belum pada pokok bahasan Gerak Melingkar.

Untuk memperjelas kerangka berfikir di atas, maka disusun suatu

paradigma penelitian berikut :

Gambar 2.11. Paradigma Penelitian Proses

Sumber Belajar

Buku Miskonsepsi

Siswa

Guru Analisis

(47)

commit to user

31

Pemilihan buku ajar dilakukan secara acak dengan memilih tiga BSE

Fisika SMA/MA kelas X semester I cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan

oleh Pusat Perbukuan Kemendikbud. Kemudian mengidentifikasi konsep-konsep

Gerak Melingkar pada setiap BSE yang diteliti mengacu pada silabus yang

disusun sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. Setelah itu

konsep-konsep yang telah diidentifikasi tersebut ditelaah melalui studi pustaka

dan wawancara dengan tim ahli Fisika. Lembar observasi berupa tabel analisis

miskonsepsi digunakan sebagai instrumen penelitian. Tabel analisis miskonsepsi

digunakan untuk mengisi perbandingan konsep dari buku ajar yang diteliti dengan

konsep yang benar menurut studi pustaka dan wawancara dengan tim ahli Fisika

sehingga akan diketahui lebih lanjut temuan miskonsepsi buku ajar. Selain itu

juga mengidentifikasi keterangan lain yang berpotensi menimbulkan miskonsepsi.

D.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dituliskan

pertanyaan pada penelitian miskonsepsi Gerak Melingkar pada tiga BSE untuk

SMA/MA kelas X semester I cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh

Pusat Perbukuan Kemendikbud :

1. Apakah ada miskonsepsi Gerak Melingkar dalam buku-buku tersebut?

2. Berapa persentase miskonsepsi Gerak melingkar dalam buku-buku tersebut?

3. Apakah terdapat identifikasi kesalahan pada keterangan lainnya yang

berpotensi menimbulkan miskonsepsi Gerak Melingkar dalam buku-buku

(48)

commit to user

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengembangan Pendidikan

Fisika dan ruang baca di Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNS, karena di

laboratorium tersebut terdapat komputer yang disambungkan dengan jaringan

internet untuk mengunduh buku BSE Fisika dan mendapatkan informasi serta

kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian dilakukan secara

bertahap mulai bulan Januari 2012 sampai dengan Januari 2013.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini mengikuti paradigma penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat

pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian

(Suryabrata, 2004: 75-76). Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

tidak menggunakan prosedur analisis statik atau cara kuantisasi lainnya(Moleong,

2010: 6). Namun demikian, bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif ini

peneliti sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan angka (Arikunto, 2006:

12).

Penelitian deskriptif kualitatif ini menggunakan pendekatan

fenomenologis. Melalui pendekatan fenomenologi peneliti dapat memahami

fenomena yang terjadi dalam penelitian sehingga tidak terjadi kekeliruan

penafsiran atas makna objek yang diteliti.

Penelitian deskriptif kualitatif memberikan interpretasi terhadap data

yang diperoleh secara rasional dan objektif, kemudian menggambarkan hubungan

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain yang diteliti agar dapat

(49)

commit to user

33

C. Data dan Sumber Data

Data pada penelitian ini adalah konsep Gerak Melingkar yang terdapat

dalam ketiga BSE yang diterbitkan oleh untuk SMA/MA kelas X semester I

cetakan pertama tahun 2009 yang diterbitkan oleh Pusat Perbukuan

Kemendikbud, yaitu:

1. Fisika untuk SMA dan MA Kelas X Penulis Tri Widodo

2. Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah Penulis Dudi Indrajit

3. Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X Penulis Setya Nurachmandani

Sumber data penelitian ini adalah ketiga BSE tersebut yang diterbitkan

oleh untuk SMA/MA kelas X semester I cetakan pertama tahun 2009 yang

diterbitkan oleh Pusat Perbukuan Kemendikbud.

D. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah dengan suatu kegiatan untuk

mendapatkan data-data yang dibutuhkan dan dapat diolah menjadi suatu data

yang dapat disajikan sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian

ini. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi

pustaka dan wawancara kepada tim ahli Fisika.

a. Studi Pustaka

Penelitian ini menerapkan kerja kepustakaan dengan dilakukan

survey terhadap data, menelusuri literatur yang ada serta menelaahnya

secara tekun untuk memperoleh data yang diperlukan. Studi kepustakaan

dalam penelitian ini mempunyai peranan untuk peneliti lebih yakin dalam

menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak dilakukan.

Beberapa sumber informasi yang digunakan peneliti sebagai bahan

studi kepustakaan dalam penelitian ini antara lain :

1) Jurnal penelitian yang berupa jurnal internasional dan nasional yang

berkaitan dengan penelitian.

Gambar

Gambar
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penyebab Miskonsepsi Siswa
Gambar 2.3. Grafik Hubungan antara Kecepatan   Sudut dengan Waktu
+7

Referensi

Dokumen terkait

18 Guru menutup pintu kelas, supaya suara dari luar tidak mengganggu proses belajar di kelas 00.32 19 Guru menjelaskan kembali apa yang sudah ditulis dan didapat dari hasil

[r]

Kendala Pengisian Formulir Lembar Identifikasi Bayi Baru Lahir terhadap.

dalam kesatuan yang bersifat parental (ke-orangtua-an). 2) Apabila belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun maka haruslah mendapat izin dari kedua orang tua.

UDP, singkatan dari User Datagram Protocol, adalah salah satu protokol lapisan transpor TCP/IP yang mendukung komunikasi yang tidak andal (unreliable), tanpa koneksi

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Hasil pengkajian menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, pengkajian ini menemukan bahwa terdapat kontribusi positif antara gaya kepemimpinan situasional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penginduksi resistensi dapat menekan buah cabai terserang antraknosa tetapi tidak berpengaruh dalam menekan penyakit bercak daun Cercospora