• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH LEVERAGE DAN BEBAN PAJAK TERHADAP FINANCIAL

DISTRESS

(Pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2015-2018 ) Citra Ayu Sandya Loka 1) , Siti Istikhoroh 2)

Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 1) Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Citraayusandyaloka122@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji laporan keuangan perusahaan apakah perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan (financial distress). Dimana sebagian variabel independent penelitian ini adalah leverage menggunakan Debt to quity ratio dan beban pajak menggunakan beban pajak

penghasilan. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah kondisi financial distress. Penelitian

ini menggunakan obyek penelitian perusahaan yang terdaftar di BEi periode 2015-2018. Penentuan sampel dengan purposive sampling, sehingga didapatkan 8 perusahaan untuk dijadikan sampel, dan menggunakan analisis Altman Z-Score. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis ( Analisis Regresi Linier Berganda ). Hasil penelitian yang didapat adalah leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress terhadap perusahaan property yang terdaftar di BEI sedangkan beban pajak tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress terhadap perusahaan property yang terdaftar di BEI.

Kata Kunci : Leverage , Beban Pajak , Financial Distress.

ABSTRACT

The purpose of this research is to assess Company’s financial reports in correlation with financial distress in one particular company. We used leverage ( Debt to Quality ratio ) as independent variable and tax expense uses income tax expense. Dependent variable on this research is the condition of financial distress it self. This research object use data of company which registered in Indonesia Stock Exchange (BEI) period 2015-2018. Sampling method by using purposive sampling where it collected 8 companies for sampling. The used Altman Z-Score. Data analysis method by using descriptive statistical, Classical assumption test, and hypothesis test ( double linier analysis ). The results of the research obtained are leverage which influence the financial distress condition of property companies registered in the BEI while the tax burden does not affect the financial distress condition of property companies registered in the BEI.

Key Word : Leverage, tax burden, financial distress.

PENDAHULUAN

Krisis global dewasa ini menjadi ancaman bagi perekonomian dunia. Kondisi tersebut membawa implikasi

pada memburuknya perekonomian

nasional terutama kemampuan dunia

usaha dalam mengembangkan

usahanya. Salah satu penyebab kebangkrutan perusahaan dimulai dari kesulitan keuangan (financial distress). Delisted terutama forced delisted merupakan salah satu indikator bahwa perusahaan sedang mengalami masalah kesulitan keuangan. Ditegaskan dalam

(2)

2

penelitian (Fatmawati, Mila 2012)

menyatakan indikator perusahaan

bangkrut di pasar modal adalah perusahaan delisted. Hingga saat ini, fenomena delisted masih terjadi pada perusahaan - perusahaan yang listed di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data dari IDX Facebook 2015, 2016 dan 2018, terdapat 21 perusahaan yang delisted selama 3 tahun terakhir. Salah

satu contoh perusahaan yang

mengalami kebangkrutan adalah Batavia Air. Dikutip dalam berita harian online Tempo (Rabu, 30 Januari 2016), PT Metro Batavia dinyatakan pailit dan berhenti melayani penumpang terhitung sejak Kamis 31 Januari 2016 pukul 00.00 WIB. Pailit ini disebabkan utang sebanyak USD 4,68 juta yang jatuh tempo tidak kunjung dibayar.

Financial Distress memiliki

hubungan yang erat dengan

kebangkrutan pada suatu perusahaan. Financial Distress merupakan tahap dimana kondisi keuangan perusahaan

mengalami penurunan sebelum

terjadinya kebangkrutan. Leverage juga dapat digunakan sebagai indikator untuk

memprediksi terjadinya Financial

Distress. Leverage sering di artikan sebagai pendongkrak kinerja perusahaan dan identik dengan utang. Leverage menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka panjang. Analisi terhadap rasio ini diperlukan

untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar utang (jangka pendek dan jangka panjang )

apabila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi atau di bubarkan (Widarjo Sigit dalam dan Setiawan, 2009). Rasio Leverage yang biasanya digunakan adalah rasio utang ( debt rasio ) yaitu total utang dibagi dengan total aktiva. Semakin rendah rasio utang, semakin baik kondisi perusahaan itu. Sebab, artinya sebagian kecil aset perusahaan yang dibiayai dengan utang. Untuk calon

kreditur atau pemberi pinjaman,

informasi rasio utang ini juga penting karena melalui rasio utang, kreditur dapat mengukur seberapa tinggi risiko utang yang diberikan pada suatu perusahaan.

Indonesia merupakan negara yang terus-menerus melaksanakan

pembangunan nasional untuk

mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendanaan nasional berasal dari sumber pendanaan yang berasal dari

pajak dan non pajak. Pada

kenyataannya, sumber pendanaan pajak merupakan penerimaan negara yang paling besar selain penerimaan dari sumber daya alam. Pajak memegang peranan yang penting dalam mendukung kemandirian financial suatu negara. Oleh sebab itu peraturan perpajakan harus dibuat sedemikian rupa agar dalam menjalankan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Beban pajak adalah beban terakhir yang dilaporkan setelah laba sebelum pajak. Beban pajak biasanya tidak sama dengan jumlah aktual yang

dibayarkan dalam bentuk pajak

(pembayaran tunai ). Beban pajaK penghasilan ditentukan sesuai standart

(3)

3

akuntansi keuangan sementara jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh peraturan pajak pemerintah. Beban pajak penghasilan menggambarkan jumlah pajak penghasilan terutang yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam suatu tahun pajak. Pada wajib pajak yang berbentuk badan atau perusahaan terdapat beberapa jenis kewajiban perpajakan atas penghasilan yang diterima, diantaranya : PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, dan PPh Pasal 26. Beberapa

komponen yang menjadi dasar

perhitungan besarnya beban pajak penghasilan yang terutang pada wajib pajak berbentuk badan hukum atau perusahaan yaitu : penghasilan kena pajak, tarif pajak, serta kredit pajak. Komponen penghasilan kena pajak terdiri atas penghasilan neto fiskal serta komponen kerugian yang diderita oleh

perusahaan pada tahun-tahun

sebelumnya. Kerugian perusahaan yang

dapat dikompensasikan dalam

penghitungan beban pajak penghasilan hanya terbatas pada kerugian 5 tahun terakhir. Beban pajak penghasilan diukur dengan menghitung penghasilan neto

wajib pajak dikurangi dengan

kompensasi kerugian, hasilnya dikalikan dengan tarif pajak penghasilan yang berlaku. Data beban pajak penghasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang oleh wajib pajak pada suatu tahun pajak sebelum dikurangi dengan kredit pajak.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Leverage Dalam suatu perusahaan, Leverage merupakan ratio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Ratio ini dapat dihitung berdasarkan informasi dari neraca, yaitu di pos – pos aktiva dan pos – pos utang. Leverage merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang disertai dengan adanya beban / biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan. Leverage digunakan oleh suatu perusahaan bukan hanya untuk membiayai aktiva, modal

serta menanggung beban tetap

melainkan juga untuk memperbesar penghasilan.

Rasio Leverage menjadi indikasi efisiensi kegiatan bisnis perusahaan, serta pembagian risiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan. Dari segi beban bunga perusahaan tersebut lebih efisiensi operasi bisnisnya.

Rasio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini di maksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan

(4)

4

dibiyai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank). Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk

mengukur berapa jauh aktiva

perusahaan dibiayai dengan utang (Nugroho,2016).

Debt ratio, rasio ini mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan didalam

menghasilkan keuntungan bagi

perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :

Debt ratio = total liabilities Total assets ( Sumber: Syamsuddin, 2011:54)

Beban pajak merupakan beban terakhir yang dilaporkan setelah laba sebelum pajak. Beban pajak biasanya tidak sama dengan jumlah aktual yang dibayarkan dalam bentuk pajak ( pembayaran tunai ) beban pajak penghasilan di tentukan sesuai standar akuntansi keuangan sementara jumlah pajak yang dibayar di tentukan oleh peraturan pajak pemerintah.

Perusahaan melihat bahwa pajak merupakan biaya atau beban yang harus ditanggung, Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini manajemen memiliki kecenderungan untuk menjadi agresif dalam perpajakannya. Agresivitas

ini tampak dari pajak yang

dihindari/digelapkan (Chen et al., 2010). Dengan demikian, merujuk pada

pernyataan Chen tersebut faktor

penyebab terkait dengan tidak

tercapainya target penerimaan pajak

maupun menurunnya persentase

realisasi penerimaan dari tahun ke tahun adalah tindakan tax aggressiveness (agresivitas pajak) yang dilakukan oleh perusahaan. Definisi tax aggresiveness itu sendiri yaitu sebagaimana dinyatakan Frank, et al. (2009) adalah kegiatan

manipulasi untuk menurunkan

penghasilan kena pajak yang mana bisa saja dikategorikan sebagai penggelapan pajak atau bisa saja tidak dikategorikan sebagai penggelapan pajak. Slemrod (2004) menambahkan bahwa tax aggressiveness merupakan kegiatan

yang spesifik mengarah kepada

transaksi yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak perusahaan.

Perusahaan yang mengalami rugi sebelum pajak selama dua tahun berturut turut sesuai dengan tahun penelitiaan.Financial distress merupakan kondisi keuangan perusahaan yang mengarah kepada penurunan keuangan perusahaan. Kondisi ini terjadi di sebabkan beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Kondisi internal merupakan kekuatan yang sangat penting karena apabila kondisi internal itu kuat maka financial distress kemungkinan kecil akan terjadi. Terkait hal tersebut agar kondisi internal kuat maka perlu adanya leverage dan beban pajak yang kuat pula.

Financial distress merupakan suatu keadaan yang menggambarkan

(5)

5

penurunan keuangan perusahaan

sebelum mengalami kebangkrutan.

(Platt, 2002). Hal ini bisa dialami oleh semua perusahaan, terutama jika negara

tempat perusahaan beroperasi

mengalami krisis ekonomi. Dalam mengatasi atau meminimalisir terjadinya

kebangkrutan perusahaan, pihak

manajemen harus melakukan

pengawasan terhadap keuangan

perusahaan.

Kerangka Konseptual Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap financial distress. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah leverage,dan beban pajak. Berdasarkan uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual seperti gambar 1. Kerangka konseptual.

Sumber: Penulis

Gambar 1. Kerangka Konseptual Hipotesis penelitian

Berdasarkan teori dan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dibuat beberapa hipotesis terhadap permasalahan sebagai berikut :

H1 : Leverage berpengaruh positif terhadap Financial Distress.

H2 : Beban pajak berpengaruh positif terhadap financial distress.

Populasi dalam penelitian ini

adalah Untuk menganalisis

permasalahan yang ada digunakan rentang waktu 2 tahun , dengan 2 rasio keuangan dan 8 perusahaan properti yang terdaftar di BEI.

Dalam penelitian deskriptif

sampel bisa di ambil ke delapan perusahaan yang terpilih merupakan

sampel yang digunakan dalam

penelitian. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Metode ini dipilih karena ada kriteria-kriteria tertentu dalam menentukan sampel. Adapun kriteria pemilihan sampel:

I. Perusahaan yang mengalami Financial Distress:

1. Memiliki laba negatif.

2. Tidak membagikan deviden selama 2 tahun berturut-turut

3. Aset yang dimiliki < 80 persen hutang II. Perusahaan yang sehat:

1. Memiliki laba positif.

2. Membagikan deviden selama 2 tahun berturut-turut

3. Aset yang dimiliki tidak < 80 persen hutang

III. Data yang dibutuhkan tersedia lengkap selama periode 2015-2018 Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang digunakan adalah sebagai berikut:

APLN PT. Agung Podomoro Land

Leverage (X1)

Beban pajak (X2)

Financial Distress (Y)

(6)

6

Tbk Dan Entitas Anak

ARMY PT Armidian Karyatama Tbk

BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk

BIKA PT Binakarya Jaya Abadi

Tbk.

BKDP Bukit Darmo Property Tb

BKSL Sentul City Tbk

BSDE PT Bumi Serpong Damai

Tbk

COWL Cowell Development Tb.

METODE

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah diolah oleh pihak pengumpul data primer serta melalui studi pustaka yang ada hubungannya dengan masalah yang dianalisis, disajikan dalam bentuk informasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah melalui penelusuran beberapa situs internet yang menyediakan laporan keuangan dan informasi keuangan perusahaan secara transparan, antara lain : Capital Market Directory (ICMD),

http://idx.co.id, http://duniainvestasi.com, dan dari beberapa media internet lainnya.

HASIL

Judul penelitian Pengaruh

Leverage dan Beban Pajak terhadap Financial Distress pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Pada periode 2015-2018 ( Data sekunder time series ). Sebelum

melakukan analisis regresi linier

berganda maka dilakukan uji asumsi klasik, yaitu :

Uji Asumsi Klasik

Dasar pengambilan keputusan uji normalitas probability plot.

Dari hasil pengujian normalitas menggunakan Probability Plot dapat dilihat bahwa terlihat pada gambar di atas titik-titik mengikuti garis diagonal sehingga sebagaimana keputusan yang dikutip oleh rumus Imam Ghozali bahwa normalitas probability plot adalah Model regresi berdistribusi normal.

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Multikolinearitas Tolerance dan VIF.

Dari hasil pengujian

multikolinearitas tolerance dan vif dapat dilihat bahwa nilai Tolerance 0,896 lebih besar dari >0,100 dan VIF 1,117 lebih kecil dari <10,00 maka Tidak ada gejala multikolinearitas.

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Heteroskedastistias Scatterplots.

Dari hasil pengujian

heteroskedastistias dapat dilihat bahwa titik-titik pada gambar diatas acak bukan

berbentuk bergelombang, melebar

kemudian menyempit dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka asumsinya Tidak ada gejala heteroskedastistias.

Dasar Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Durbin Watson.

Dari hasil pengujian autokorelasi durbin watson dapat di lihat bahwa nilai du di cari pada distribusi nilai tabel durbin

(7)

7

waston berdasarkan K ( 2 ) dan N ( 20 ) dengan signifikansi 5%. Du ( 1,537 ) < Durbin Watson ( 0,751 ) < 4-du ( 2,463 ) jadi ada gejala autokorelasi durbin watson.

Analisis Regresi Linier Berganda

Dasar Pengambilan Keputusan Uji t Parsial ( Regresi Linier Berganda ) Berdasarkan Nilai Signifikansi.

Dari hasil uji nilai signifikansi atau uji t Parsial bahwa :

1. Leverage ( X1 ) tidak berpengaruh terhadap Financial Distress ( Y ).

2. Beban Pajak ( X2 ) tidak berpengaruh terhadap Financial Distress ( Y ).

Tidak berpengaruh karena nilai Sig lebih besar dari 0,05.

Dasar Pengambilan Keputusan Uji F Simultan ( Regresi Linier Berganda ) Berdasarkan Nilai Signifikansi.

Dari hasil uji F simultan maka Leverage (X1),Beban Pajak (X2) secara simultan tidak berpengaruh terhadap Financial Distress (Y).

Dari hasil penguji hipotesis pertama ( H1 ) dengan menggunakan uji statistic t diperoleh nilai signifikansi pada variabel leverage sebesar 0.514 >0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Adapun hipotesis pada penelitian ini yang menyatahkan leverage berpengaruh terhadap financial distress tidak dapat diterima.

Dari hasil penguji hipotesis kedua ( H2 ) dengan menggunakan uji statistic t di peroleh nilai signifikansi pada

variabel beban pajak sebesar 0,555 >0,05. Nilai tersebut menunjukkan bahwa beban pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. Perusahaan melihat bahwa pajak merupakan biaya atau beban yang harus ditanggung, Oleh karena itu, perusahaan dalam hal ini memiliki kecenderungan

untuk menjadi agresif dalam

perpajakannya.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan :

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan leverage terhadap

financial distress dengan

demikian H1 yang di ajukan penulis ditolak dan Ho diterima. 2. Tidak terdapat pengaruh yang

signifikan leverage terhadap

financial distress dengan

demikian H2 yang diajukan peneliti ditolak dan Ho diterima.

3. Nilai koefisien determinasi

bernilai sebesar 0,044 yang terletak pada kolom Adjusted R Square. Nilai tersebut berarti 4,4 % dari financial distress dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh ketiga variabel independent yaitu

sedangkan sisanya 95.6%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian ini.

IMPLIKASI

1. Sampel penelitian di fokuskan pada perusahaan property yang terdaftar di BEI. Untuk itu

(8)

8

penelitian selanjutnya di

sarankan mengambil sampel dari sektor lain agar dapat

membandingkan pengaruh

leverage dan beban pajak terhadap financial distress. 2. Perusahaan hendaknya

berhati-hati dalam pengambilan

keputusan untuk besarnya

penambahan modal ( hutang ) dari luar perusahaan karena resiko yang akan ditimbulkan dari tingginya hutang yang memicu kebangkrutan.

KETERBATASAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, di sarankan untuk penelitian selanjutnya mencermati dan menyempurnakan keterbatasan tersebut yang akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah

1. Keterbatasan pada proses

pengolahan data dengan

program SPSS, apabila

dipelajari secara otodidak maka tidaklah maksimal dan begitu memahami.

2. Kajian teori, kajian teori akan lebih efektif apabila didukung dengan literatur yang lengkap. Dalam penelitian ini teori yang

digunakan kurang begitu

memfokuskan arah pembahasan indikator penelitian sehingga

perlu pemahaman secara

berulang-ulang untuk

menentukan landasan teori.

3. Penelitian ini memiliki

keterbatasan data yang

digunakan data sekunder hanya 4 tahun dan 8 perusahaan.

4. Penelitian ini hanya

menggunakan dua rasio

keuangan sebagai variabel independent.

DAFTAR RUJUKAN

Almilia, Kristijadi, 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi

Kondisi Financial Distress

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI.” Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol.7 No.2.

Antikasari, Djuminah Tiara Widya. 2017. Memprediksi Financial Distress dengan Binary Logit Regression

Perusahaan Telekomunikasi.

Jurnal Keuangan Dan Perbankan 21(040):265-75.

Arikunto, S.(2013), Prosedur penelitian:

Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineca Cipta.

Azwar, S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogjakarta: Pustaka Belajar.

Chen et al.,(2010). Are Family Firms More Tax Aggressive Than Non-Family Firms?Journal of Financial Economic,41-61.

Damodaran, A. (1997). Corporate Finance and Theory Practic, John Wiley & Son,Inc. Hal 114-487. Fatmawati, Mila. (2012). “ Penggunaan

(9)

9

Model, dan The Springate Model

Sebagai Prediktor Delisting”.

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.16, No.1,56-65.

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Laporan

Keuangan. Cetakan Ke-2.

Bandung: Alfabeta.

Fieldmann (1949). Perpajakan Indonesia. Jakarta.

Frank,Et.al., (2009). Tax Reporting Aggresiveness and Its Relation to Aggressive Financial Reporting. Journal of Accounting Review, Vol 84 No 2., pp. 467-496.

Hapsari, Evanny Indri.2012. Kekuatan

Rasio Keuangan Dalam

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Jurnal Dinamika

Menejemen. Vol. 3. No. 2(2012) Haspari, Evanny Indri.2012. Kekuatan

Rasio Keuangan Dalam

Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Dinamika Akuntansi.

Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Krisis Atas Laporan Keuangan Edisi 11. Rajawali Pers, Jakarta. Hermawan, Sigit. 2008. Akuntansi

Keuangan Manufaktur. Edisi 1. Cetakan Pertama. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Imam Ghozali. 2011, Aplikasi Analisis Multi Variate dengan program IMB SPSS 19, Semarang. Badan Penerbit UNDIP.

Jiming, Wei Wei. 2011. “An Empirical Study On The Corporate Financial

Distress Prediction Based On Logistic Model: Evidence From China’s Manufacturing Industry.” Journal Of Banking and Finance. Vol. 2.

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi

2008. Jakarta: PT.

RAJAGRAFINDO PERSADA. Nugroho, F. (2016). Analisis Kepuasan

Pengguna Dengan Menggunakan Metode Importance Performance

Analysis Terhadap Kualitas

Pelayanan Maskapai

Penerbangan Lion air di Bandung. Bandung: Telkom University. Ong, et al.2011.” Probabilistic Neural

Network in Bankruptcy Prediction.” Journal of Business Research 44: 67-74.

Platt, H,. & Platt,M.B. (2002). Predicting Financial Distress. Journal of

Financial Service

Profesionals,56(3),12-15.

Rahmawati, Moh. Khoiruddin Diah. 2017. Pengaruh Corporate Govenance Dan Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress. Journal Management Analysis. Vol. 6. No. 1(2017) Soemitro. 1990. Perpajakan Indonesia. Jakarta.

Syamsuddin. 2009. Manajemen

Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syamsuddin, Lukman. (2011):

Manajemen Keuangan

Perusahaan. Jakarta: Raja wali Pers.

(10)

10

Slemrod,J.,2004. The Economics of

Corporate Tax Selfishness.

National Tax Journal 57, 877-899. Suandy, Erly.2011. Hukum Pajak, Edisi

5, Jakarta: Salemba Empat. V.Wiratna Sudarweni.2014. SPSS untuk

penelitian. Jogyakarta:Pustaka

Baru Pers.

Widarjo, Sigit Dalam dan Setiawan,

(2009). “ Pengaruh Rasio

Keuangan Terhadap Kondisi

Financial Distress Perusahaan Otomotif”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.XI No.2, Agustus 2009, Hal 107-119.

Widarjo, Sigit Dalam dan Setiawan,

(2009). “ Pengaruh Rasio

Keuangan Terhadap Kondisi

Financial Distress Perusahaan Otomotif”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.XI No.2, Agustus 2009, Hal 107-119.

Widhiari, N. L. M. A., & N. K. L. A. Merkusiwati. 2015. “Pengaruh

Rasio Likuiditas, Leverage,

Operating Capacity, dan Sales

Growth Terhadap Financial

Distress.” Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana. Vol.11.2,hal 456-469.

Waluyo.(2011). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Whitaker, R. B. (1999). The Early Stages of Financial Distress. Journal of Economics and Finance, 23(2), 123-133.

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini berjudul Nilai-Nilai Islam dalam Serat Sastra Gending karya Sultan Agung. Yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam dan dua disiplin Ilmu yaitu Teologi

Dengan kat a lain , j ika Anda selalu m em bayangkan pikir an yan g negat if. – kecew a, gagal, m ar ah, selalu m enyalahkan or ang lain , fr ust asi,

oh’ya Untuk membunuh atau memblokir koneksi komputer target sepenuhnya, klik kanan pada salah satu komputer yang ada di daftar dan pilih &#34;Drop Hosts Selected&#34;. Ya

(2005) found that the application of humic acid and Zn before sowing affects the activation of the growth of the roots and the top of the plant, thereby increasing the

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit bawang merah dapat digunakan sebagai indikator asam-basa dengan perubahan warna dari merah

dengan menggunakan bahasa pemrograman Python, YASARA untuk preparasi reseptor target dan ligan uji, namun pada kegiatan ini digunakan untuk mengukur nilai RMSD,

c. Pengaruh semua unsur pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan arus kas investasi dan pendanaan, seperti laba atau rugi penjualan aktiva tetap. Perusahaan dianjurkan untuk

dilakukan oleh Dokter Hewan berwenang di bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner yang didukung dengan pemeriksaan dan pengujian terhadap cemaran mikroba, residu,