• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA TESIS. Oleh. EVELYNE THERESIA / M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA TESIS. Oleh. EVELYNE THERESIA / M."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE

VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA

TESIS

Oleh

EVELYNE THERESIA 147011101 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)

PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE

VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVELYNE THERESIA 147011101 / M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH, MLi Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, MHum 3. Dr. Edy Ikhsan, SH, MA

4. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum

(5)

PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA

Adalah karya orisinalitas saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan ,15 Mei 2020 Yang menyatakan,

EVELYNE THERESIA

(6)

Tahun 2018, CV didaftarkan di Pengadilan Negeri tempat dimana CV tersebut didirikan. Ketentuan pendaftaran CV ini berubah setelah berlakunya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdat dimana pendirian CV tidak lagi semata-mata didasarkan pada KUHD. Permenkumham No.17 Tahun 2018 menetapkan bahwa pendirian CV menggunakan akta autentik yang dibuat oleh notaris dan pendaftarannya dilakukan oleh Notaris melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) dan Online Single Submission (OSS), dengan menggunakan, nama CV yang sudah lama didirikan berdasarkan KUHD dan sudah terdaftar pada pengadilan negeri tempat dimana CV tersebut didirikan. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti perkembangan hukum CV di Indonesia, problematika berlakunya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 terhadap pendaftaran CV dan bagaimana kedudukan hukum CV lama setelah pemberlakuan Permenkumham No. 17 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pendaftaran CV.

Jenis penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris dengan sifat deskriptif analitis. Data dikumpulkan melalui studi pustaka dan penelitian lapangan dengan menggunakan pedoman wawancara. Analisis data menggunakan metode analisis data normatif kualitatif.

Perkembangan hukum pengaturan CV saat ini adalah adanya kewajiban untuk melakukan pengajuan permohonan nama CV, pendaftaran akta pendirian CV yang baru didirikan dan pendaftaran perubahan anggaran dasar CV. Pengajuan pengesahan nama, pencatatan akta pendirian, pendaftaran pembubaran untuk CV yang telah berdiri dan beroperasi dengan cara elektronik menggunakan Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) dan aplikasi Online Single Submission (OSS).

Peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam pendirian CV saat ini adalah KUHD dan Permenkumham No.17 Tahun 2018. Kedudukan hukum CV lama setelah pemberlakuan Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 menjadi tidak memiliki keabsahan/legalitas sebelum dilakukan pengajuan pencatatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar secara elektronik kepada Kementerian Hukum dan HAM dengan menggunakan Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) dan aplikasi Online Single Submission (OSS).

Kata kunci : Commanditaire Vennootschap (CV), Permenkumham,

Pendirian, Pendaftaran

(7)

KUHD. Prior to the enactment of Permenkumham No. 17 of 2018, CVs were registered at the District Court where the CV was established. This CV registration provisions changed after the enactment of Permenkumham No. 17 of 2018 concerning Registration of CVs, Firms, and Civil Fellowships where the establishment of CV is no longer solely based on the KUHD. Permenkumham No.17 of 2018 stipulates that the establishment of a CV uses an authentic deed made by a notary and its registration is carried out by a notary through the Business Entity Administration System (SABU) and Online Single Submission (OSS), by using the name of the CV which has long been established under the KUHD and already registered with the district court where the CV was founded. This study is aimed at examining the law development of CV in Indonesia, the problems with the enactment of Permenkumham No. 17 of 2018 regarding CV registration and what is the legal position of CV long after the enactment of Permenkumham No. 17 of 2018 as a legal basis for CV registration.

This type of research is a normative juridical and empirical juridical research with descriptive analytical characteristics. Data was collected through literature study and field research using interview guidelines. Data analysis using qualitative normative data analysis methods.

The current legal development of CV regulation is the obligation to submit applications for CV names, registration of newly established CVs and registration of changes to CV's articles of association. Submission of name validation, recording deed of establishment, registration of dissolution for CVs that have been established and are operating electronically using the Business Entity Administration System (SABU) and the Online Single Submission (OSS) application. The laws and regulations that apply to the establishment of CV at this time are the KUHD and Permenkumham Number 17 of 2018. The legal position of CV long after the enactment of Permenkumham Number 17 of 2018 has no validity/legality before submitting a registration deed of establishment and deed of amendment to the articles of association electronically to the Ministry of Law and Human Rights by using the Business Entity Administration System (SABU) and the Online Single Submission (OSS) application.

Keywords: Commanditaire Vennootschap (CV), Permenkumham,

Establishment, Registration

(8)

“PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) DI INDONESIA”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait SH., M.Li, Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum, dan Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum selaku Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Dr. Edy Ikhsan, SH., MA. dan Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum, selaku Dosen Penguji yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

(9)

Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis selama mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di dalam perkuliahan

Akhir kata, penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalas segala kebaikan dan jasa-jasa mereka semua yang telah diberikan kepada penulis.

Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap tesis ini dapat menjadi satu referensi serta memberikan manfaat bagi pihak yang membutuhkan. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan tesis ini yang masih jauh dari sempurna.

Medan, 15 Mei 2020 Penulis,

Evelyne Theresia

(10)

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Evelyne Theresia

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 10 Februari 1990

Agama : Buddha

Jenis Kelamin : Perempuan

II. PENDIDIKAN

1992-1995 TK WR. Supratman 1 Medan

1995-2001 Sekolah Dasar Santo Yoseph 1 Medan

2001-2004 Sekolah Menengah Pertama Santo Thomas 1 Medan 2004-2007 Sekolah Menengah Atas Santo Thomas 1 Medan

2007-2012 Strata-1 Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 2008-2015 Strata-1 Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara

(11)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWATAR HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

1. Kerangka Teori ... 12

2. Kerangka Konsepsi ... 18

G. Metode Penelitian... 21

BAB II PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMANDITAIRE VENNONTSCHAP (CV) DI INDONESIA ... 26

A. Persekutuan Komanditer/Comanditaire Vennotschap (CV) dalam Hukum di Indonesia ... 26

B. Pengurusan dan Tanggung Jawab Para Persero Dalam Persekutuan Komanditer (CV) ... 37

C. Perkembangan Hukum Atas Persekutuan Komanditer Atau

Comanditair Vennontschap (CV) Di Indonesia ... 50

(12)

Pendaftaran Berdasarkan Permenkumham Nomor 17 Tahun

2018 ... 56

B. Peranan Notaris Untuk Pembuatan Akta Pendirian CV Dalam Mewujudkan Kepastian Hukum ... 64

C. Analisa Problematika Berlakunya Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 Sebagai Dasar Hukum Pendaftaran Persekutuan Komanditer Atau Comanditaire Vennootschap (CV) ... 78

BAB IV KEDUDUKAN HUKUM PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) LAMA SETELAH PEMBERLAKUAN PERMENKUMHAM NOMOR 17 TAHUN 2018 SEBAGAI DASAR HUKUM PENDAFTARAN PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMANDITAIRE VENNOOTSCHAP (CV) ... 88

A. Karakteristik Badan Usaha Yang Berstatus Sebagai Badan Hukum ... 88

B. Kedudukan Hukum Badan Usaha Persekutuan Komanditer (CV) Sebelum Terbitnya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 ... 114

C. Kedudukan Hukum Persekutuan Komanditer Atau Comanditaire Vennootschap (CV) Lama Setelah Pemberlakuan Permenkumham No. 17 Tahun 2018 Sebagai Dasar Hukum Pendaftaran Persekutuan Komanditer Atau Comanditair Vennootschap (CV) ... 127

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 140

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini di Indonesia, banyak pengusaha domestik maupun pengusaha luar negeri yang ikut ambil bagian menciptakan persaingan antar para usahawan.

Tingginya persaingan usaha untuk mencari laba sebesar-besarnya merupakan faktor pendorong seseorang melakukan suatu kegiatan usaha dengan mendirikan suatu badan usaha. Setiap kegiatan usaha atau bisnis dijalankan biasanya menggunakan kendaraan bisnis yang dinamakan perusahaan. Bagi para pengusaha baru yang akan menjadi pilihan adalah bentuk badan usaha bukan badan hukum seperti perusahaan perorangan, namun selain perusahaan perorangan, terdapat suatu bentuk badan usaha seperti persekutuan.

1

Ada dua bentuk perusahaan bukan badan hukum yang dipilih oleh masyarakat sebagai “kendaraan” untuk menghasilkan uang, yaitu perusahaan perseorangan (sole proprietorship), dan perusahaan persekutuan (partnership) baik berbentuk persekutuan khusus atau umum.

2

Bentuk perusahaan persekutuan terdiri dari Persekutuan Perdata (maatschap), Persekutuan Firma (venootschap onder firma) atau disingkat dengan VOF, dan Persekutuan Komanditer

(commanditaire vennootschap) atau yang disingkat dengan CV merupakan bagian integral dari kegiatan ekonomi rakyat. Bentuk perusahaan persekutuan ini mempunyai kedudukan, peran dan potensi yang strategis untuk mewujudkan

1Hukumonline.com, Tanya Jawab Hukum Perusahaan/hukumonline.com, Cet. 1, Visimedia, Jakarta, 2009, hal. 95.

2HMN Purwosujitpto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Djambatan, Jakarta, 1999, hal. 40.

(14)

struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang berdasarkan demokrasi ekonomi. Di kalangan masyarakat, kecil menengah, masih banyak pelaku usaha yang tetap memilih perusahaan berbentuk CV.

3

Pembangunan ekonomi dengan berbagai aktivitas ekonominya pada masyarakat modern didominasi tidak saja oleh individu, tetapi juga oleh perusahaan yang memiliki asset, melakukan perikatan (kontrak), dan memiliki tanggung jawab yang secara hukum terpisah atau menyatu dengan pemilik dan pengelola perusahaan.

4

Pembaruan hukum termasuk institusi-institusi hukum merupakan prasyarat yang harus dipenuhi agar terwujudnya pembangunan ekonomi, terbentuknya sistem politik yang mapan dan sebagai agen perubahan masyarakat.

5

Badan Usaha Bukan Badan Hukum masih didasarkan pada KUHPerdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang mengatur Persekutuan Perdata dan Persekutuan Firma. Peraturan yang mengatur tentang Badan Usaha tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dan kebutuhan dunia usaha, sehingga perlu dilakukan pengaturan kembali.

6

Persekutuan komanditer merupakan salah satu bentuk perusahaan bukan badan hukum. Persekutuan komanditer disebut dengan Commanditaire Vennootschap yang sering disingkat dengan CV. Dalam Pasal 19 KUHD

3 Achmad Ichsan, Dunia Usaha Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1986, hal. 85.

4 Henry Hansman, et al, Law and The Rise of The Firm, Harvard Law Review, Vol. 119, The Harvard Law Review Association, Inggris, 2006, hal. 1333

5 Richard A. Posner, Creating A Legal Framework for Economic Development, Vol. 13, The World Bank Observer, 1998, hal. 3.

6Muchtar Sani, RUU Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Komanditer, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/64-rancangan-peraturan/rancangan-undang- undang/2106-ruu-persekutuan-perdata-persekutuan-firma-dan-persekutuan-komanditer.html, diakses tanggal 18 September 2019

(15)

disebutkan bahwa persekutuan komanditer adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung dan bertanggungjawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Terlihat bahwa bentuk usaha komanditer tersebut merupakan bentuk kombinasi antara perseroan terbatas dengan perusahaan firma karena suatu CV memiliki karakteristik perseroan terbatas dan firma sekaligus.

7

Berbagai ketidakjelasan dalam ketentuan-ketentuan hukum CV sebagaimana termuat dalam KUHD, menyebabkan timbulnya berbagai penafsiran baik pemilik CV dan pihak lain yang memiliki kepentingan dengan CV belum mendapatkan kepastian hukum sebagaimana mestinya.

8

Kebutuhan pengaturan atau perangkat hukum ini bukan disebabkan oleh tidak adanya peraturan namun lebih dikarenakan oleh peraturan yang ada (dalam KUHD dan KUHPerdata) masih merupakan peninggalan kolonial Belanda, yaitu:

Persekutuan Perdata (Maatschap) masih diatur di dalam Bab Kedelapan, bagian kesatu, buku Ketiga Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) dengan judul “Tentang Perseroan” yang terdiri dari Pasal 1618 sampai dengan Pasal 1652.

Pasal 1618 KUHPerdata menyebutkan bahwa persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya. Tujuan kerja sama dalam persekutuan yaitu untuk membagi keuntungan dari hasil kerja sama tersebut, dengan syarat masing-masing anggota

7 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 44.

8 M. Natzir Said, Hukum Perusahaan di Indonesia I. Bandung, Alumni, 1987, hal. 115

(16)

persekutuan menyerahkan sesuatu ke dalam persekutuan sebagai modal kegiatan usaha. Masing-masing anggota persekutuan memberi atau membawa modal usaha (capital brought into the business), dan keuntungan yang diperoleh dari modal itu dibagikan kepada mereka secara rata sesuai dengan porsi atau besarnya modal yang dimasukkan.

9

Badan usaha non badan hukum seperti Firma dan CV (persekutuan komanditer), sampai saat ini belum mempunyai peraturan khusus yang memadai, melainkan masih mengacu pada KUHD dan KUHPerdata yang sudah tidak relevan dengan perkembangan sosial ekonomi negara di masa millennial.

Relevansi pengaturannya sudah kurang sesuai atau tidak update dengan pesatnya perkembangan kegiatan usaha di Indonesia saat ini. Perubahan penting dalam pengaturan CV, agar tanggung jawab para sekutu diperjelas. Demikian juga, pendaftaran dan jenis usaha yang berbentuk CV, Firma, dan persekutuan perdata perlu diperjelas pengaturan.

10

Di masa sekarang ini, banyak praktek pinjam nama badan usaha salah satunya adalah CV. Kasus yang sering terjadi adalah CV tersebut diberikan oleh Pihak Pertama ke Pihak Kedua dan dipinjam nama untuk mengikuti tender. Pihak pertama membuat draft perjanjian, bahwa yang bertanggung jawab adalah pihak kedua atas setiap konsekuensi hukum peminjaman CV. Untuk memperoleh kepastian hukum atas kasus pinjam nama CV diatas, dibuatlah surat perjanjian dihadapan Notaris agar dilindungi secara hukum. Secara yuridis, perjanjian

9 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 2.

10Tongam R. Silaban, Naskah Akademik RUU Tentang Persekutuan Perdata, Persekutuan Firma dan Persekutuan Komanditer, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2013, hal. 9-10

(17)

tersebut timbul berdasarkan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam KUHPerdata pasal 1338 ayat (1)

11

juncto Pasal 1320 KUHPerdata

12

yang menyatakan bahwa setiap warga negara dapat mengadakan perjanjian apapun.

Hal tersebut sangat beresiko tinggi dimana di mata hukum dan Pihak Ketiga, bahwa sekutu aktif tetap bertanggung jawab atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh CV bersangkutan. Perihal perjanjian yang telah dibuat hanya berlaku internal diantara pihak pertama dan pihak kedua berdasarkan sudut pandang pihak ketiga dan penegak hukum. Setiap perbuatan hukum yang dilakukan yang mengatasnamakan CV tersebut, pihak pertama dapat dituntut konsekuensi hukumnya. Terlepas dari perihal pinjam nama diatas, karena setiap persekutuan komanditer aktif diasumsikan oleh aparat penegak hukum sebagai pihak yang sadar hukum (ought to know). Hal ini dapat dilihat dari pertimbangan Judex Facti.

13

Mengenai kepastian hukum Persekutuan Komanditer sangatlah penting berdasarkan uraian di atas. Dalam suatu CV terdapat satu atau beberapa orang sebagai sekutu komanditer. Sekutu komanditer hanya menyerahkan uang, barang atau tenaga kepada CV sebagai pemasukan dan mereka tidak turut campur tangan dalam pengurusan dan penguasaan dalam persekutuan. Status hukum seorang

11 Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menyatakan, “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

12 Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan, “Untuk sahnya suatu perjanjian, perlu dipenuhi empat syarat; a. kesepakatan mereka yang mengikat; b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

c. suatu hal tertentu; d. suatu sebab yang halal.”

13 Marwan Ali, Beberapa Putusan Pengadilan yang Salah Dalam Penerapan Hukum, Pranada Media, Jakarta, 2014, hal. 76. Judex Facti adalah sistem peradilan dimana majelis hakim tingkat pertama yang wajib memeriksa bukti-bukti dari suatu kejadian perkara dan menerapkan aturan serta ketentuan hukum lainnya terhadap fakta-fakta perkara tersebut. Judex juris adalah sistem peradilan dimana majelis hakim tingkat selanjutnya memeriksa hukum dari suatu perkara dan menerapkan hukum tersebut terhadap fakta-fakta perkara.

(18)

sekutu komanditer dapat disamakan dengan seorang yang meminjamkan atau menanamkan modal pada suatu perusahaan dan diharapkan dari penanaman modal itu adalah hasil keuntungan dari modal yang di pinjamkan atau di investasikan tersebut.

14

Fleksibilitas dalam pendirian dan pengelolaan CV, dalam praktiknya telah menyebabkan terjadinya perkembangan dalam aspek kedudukan hukum maupun permodalan CV. Di Indonesia untuk mendirikan CV dapat didirikan secara lisan maupun tertulis (otentik), sebagaimana diatur dalam KUHD. Namun demikian, bila dilakukan pendirian CV dengan Akta Otentik, ada kewajiban untuk mendaftarkan akta pendirian atau ikhtisar resminya dalam register yang disediakan pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri tempat kedudukan perseroan itu (raad van justitie).

15

Akta adalah langkah awal untuk proses legalitas bagi yang ingin mendirikan perusahaan. Badan usaha apapun membutuhkan akta untuk mengesahkan badan yang ingin mereka dirikan. Akta perusahaan dan pengesahannya adalah persyaratan dasar yang dibutuhkan untuk melanjutkan proses pengerjaan dokumen. Sebelum berlakunya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma dan Persekutuan Perdata, pendaftaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata dilakukan melalui Pengadilan. Namun sejak, tertanggal 1 Agustus 2018 dengan berlakunya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 maka pendaftaran CV harus dilakukan melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) pada Direktorat Administrasi

14 R.T. Sutantya, R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hal. 20

15 Kitab Undang-undang Hukum Dagang, Staatsblad 1847-23, Pasal 23 dan Pasal 24

(19)

Hukum Umum (AHU). Penerapan pendaftaran CV, Firma, dan Persekutuan Perdata secara online ini mengadopsi sistem pendaftaran online PT yang sudah berlangsung hingga saat ini.

16

Permenkumham No. 17 Tahun 2018 merupakan turunan dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik yang disahkan oleh Presiden Joko Widodo tanggal 21 Juni 2018. Pelaksanaan kewenangan penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud tertulis pada Pasal 19, termasuk penerbitan dokuman lain yang berkaitan dengan Perizinan Berusaha wajib dilakukan melalui Lembaga Online Single Submission (OSS).

17

Pelaku usaha merupakan perseorangan, melakukan pendaftaran dengan cara memasukkan NIK (Nomor Induk Kependudukan); nomor pengesahan akta pendirian atau nomor pendaftaran PT, yayasan/badan usaha yang didirikan oleh yayasan, koperasi, persekutuan komenditer, persekutuan firma, persekutuan perdata; dasar hukum pembentukan perusahaan umum, perusahaan umum daerah, badan hukum lainnya yang dimiliki oleh negara, lembaga penyiaran publik, atau badan layanan umum.

Peraturan pendaftaran Persekutuan Komanditer diadopsi dari PP Nomor 24 Tahun 2018 untuk perusahaan badan hukum (PT), yang dinilai proses pendaftaran lebih cepat dan tanggap karena berbasis online. Namun, Badan Usaha bukan Badan Hukum seperti CV, apabila diwajibkan untuk mengikuti pendaftaran berbasis online seperti yang berlaku pada peraturan Permenkunham Nomor 17

16 Legalisasi Indonesia, Pendaftaran CV, Firma dan Persekutuan Perdata ke AHU Online, https://legalisasi.com/artikel/pendaftaran-cv-ke-ahu/, diakses pada tanggal 18 September 2019

17 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

(20)

tahun 2018 akan menimbulkan problematika di antara pengusaha CV yang telah mempunyai CV sebelum keluarnya peraturan tersebut. Para pengusaha CV tersebut harus kembali mengajukan pendaftaran ulang terhadap CV mereka dalam jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan tersebut padahal sebelumnya CV lama telah terdaftar di pengadilan.

Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 secara hierarki kedudukannya berada di bawah KUHD sehingga konsekuensi hukumnya adalah Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 tidak dapat mengesampingkan KUHD. Dengan demikian, semua kewajiban/pengaturan yang ada di dalam KUHD demi hukum harus dianggap tetap berlaku. Dengan pemberlakuan Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 maka terdapat tumpang tindih peraturan karena di satu sisi KUHD memberikan kewajiban bagi para sekutu firma dan CV untuk mendaftarkan pendirian persekutuan firma dan CV di Pengadilan Negeri serta mengumumkannya di berita negara, namun di sisi lain Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 juga mewajibkan pendaftaran pendirian persekutuan firma dan CV.

18

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut di atas, maka dilakukan pembahasan lanjutan mengenai “Perkembangan Hukum atas Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) di Indonesia setelah pemberlakuan Permenkumham No. 17 Tahun 2018”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

18Kristian Takasdo Simorangkir, https://www.hukumonline.com/berita/baca/

lt5bb6ea52a874e/catatan-permenkumham-pendaftaran-cv--firma-dan-persekutuan-perdata-oleh-- kristian-takasdo-simorangkir/, diakses tanggal 9 Oktober 2019

(21)

1. Bagaimana perkembangan hukum atas persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) di Indonesia?

2. Bagaimana analisa problematika berlakunya Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pendaftaran persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV)?

3. Bagaimana kedudukan hukum persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) lama setelah pemberlakuan Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pendaftaran persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV)?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada topik penelitian dan permasalahan yang diajukan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perkembangan hukum atas persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) di Indonesia.

2. Mengetahui problematika yang terjadi setelah berlakunya Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pendaftaran persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV).

3. Mengetahui kedudukan hukum persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) lama setelah pemberlakuan Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 sebagai dasar hukum pendaftaran persekutuan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan atas manfaat teoritis dan

manfaat praktis. Adapun kedua manfaat yang dimaksudkan adalah sebagai

berikut:

(22)

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan secara akademis dalam memberikan gambaran mengenai perkembangan dan status kedudukan hukum atas persekutuan komanditer di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan pemikiran-pemikiran baru bagi praktisi hukum maupun masyarakat dan pengusaha mengenai perkembangan dan status kedudukan hukum atas persekutuan komanditer di Indonesia. Dan juga memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal pembuatan peraturan hukum yang lebih sinkron dengan peraturan yang telah ada.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, menunjukkan bahwa penelitian dengan judul “Perkembangan dan Status Kedudukan Hukum Atas Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) di Indonesia” belum ada yang membahasnya sehingga tesis

ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya secara akademis. Meskipun terdapat

peneliti-peneliti yang terdahulu yang pernah melakukan penelitian terkait

persekutuan komanditer atau commanditaire vennootschap (CV), namun secara

substansi berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang berkaitan dengan

(23)

Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) tersebut adalah sebagai berikut:

1. Agustian, NIM 147011172, dengan judul Penggantian Pengurus Perseroan Komanditer (CV) Karena Mewarisi Dikaitkan Dengan Perbuatan Hukum Perseroan Komanditer

2. Desma Maria Tondang, NIM 157011165, dengan judul Analisis Hukum Tentang Perjanjian Kerjasama Dengan Mengalihkan Asset Perusahaan Yang Dilakukan Salah Satu Persero CV Tanpa Adanya Persetujuan Dari Persero Lain (Studi Kasus Putusan PN.369/Pdt.G.2006.PN.Medan)

3. Cut Raisha Yannaz, NIM 157011146, dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Pembuatan Akta Pendirian CV Tanpa Adanya Komanditer 4. Dany Sahputra, NIM 167011036, dengan judul Tanggung Jawab Hukum

Pailitnya Persekutuan Komanditer (CV) Dalam Hal Sekutu Adalah Suami Isteri (Putusan No. 057 PK/Pdt.SUS/2010)

5. Fenni Mariani Purba, NIM 177011166, dengan judul Kedudukan Hak Persero Komanditer Atau Sekutu Pasif Pada Saat Persero Komplementer Atau Sekutu Aktif Meninggal Dunia Dalam Perseroan Komanditer Dibawah Firma (CV) Dikaitkan Dengan Pembagian Warisan (Studi Kasus Putusan PK No. 621PK/Pdt/2015)

6. Sri Rumada Sihite, NIM 177011044, dengan judul Analisis Yuridis Atas

Implementasi Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor

17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran CV, Firma Dan Persekutuan Perdata

(24)

7. Dewi Lestari, NIM 187011179, dengan judul Peranan Notaris Dalam Pendirian CV Paska Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran CV, Firma, Dan Persekutuan Perdata.

Beberapa judul penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan permasalahan yang beragam, bahwa tidak ada satu pun dari permasalahan yang telah di teliti sebelumnya yang sama dengan permasalahan dalam penelitian ini, sehingga dapat dinyatakan bahwa penelitian dengan topik “Perkembangan Hukum Atas Persekutuan Komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV) di Indonesia” adalah asli dan kebenaranya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Di dalam suatu teori sedikitnya terdapat tiga unsur, yakni penjelasan mengenai hubungan antara berbagai unsur dalam suatu teori, menganut sistem deduktif, yaitu bertolak dari suatu yang umum dan abstrak menuju suatu yang khusus dan nyata, memberikan penjelasan atau gejala yang dikemukakannya.

19

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu,

20

sebagaimana dikemukakan oleh M. Solly Lubis bahwa “landasan teoritis merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, asas

19 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung, Jakarta, 2002, hal. 85.

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2008, hal.122

(25)

maupun konsep yang relevan digunakan untuk mengupas suatu kasus ataupun permasalahan.”

21

Bagi suatu penelitian, teori dan kerangka teori mempunyai kegunaan.

Kegunaan tersebut paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:

22

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta;

b. Teori sangat berguna di dalam klasifikasi fakta;

c. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.

Dalam menjawab rumusan permasalahan yang ada kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis penelitian ini adalah teori kepastian hukum yang merupakan suatu kenyataan bahwa hidup bermasyarakat diperlukan aturan-aturan yang bersifat umum. Aturan hukum, baik berupa undang-undang maupun hukum tidak tertulis dengan demikian berisi aturan-aturan yang bersifat umum yang menjadi pedoman bagi individu untuk bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Aturan-aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan semacam itu dalam pelaksanaan aturan tersebut menimbulkan kepastian hukum.

Teori kepastian hukum merupakan salah satu teori yang mendasarkan konsep hukum pada aliran positivism yang lebih melihat hukum sebagai suatu otonom dalam peraturan tertulis. Van Kan berpendapat bahwa tujuan hukum adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjamin kepastiannya.

23, 24

21 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80

22 Soerjono Soekanto, op.cit., hal 121

23 Van Kan, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan ke 11, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 65

(26)

Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat karena kepastian hukum mempunyai sifat sebagai berikut:

25

a. Adanya paksaan dari luar (sanksi) dari penguasa yang bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-alatnya.

b. Sifat undang-undang yang berlaku bagi siapa saja.

Kepastian hukum ditujukan pada sikap lahir manusia, tidak mempersoalkan apakah sikap batin seseorang itu baik atau buruk, yang diperhatikan adalah bagaimana perbuatan lahiriahnya. Kepastian hukum tidak memberi sanksi kepada seseorang yang mempunyai sikap batin yang buruk, akan tetapi yang diberi sanksi adalah perwujudan dari sikap batin yang buruk tersebut untuk menjadikannya perbuatan yang nyata atau konkrit. Menurut Utrecht, kepastian hukum mengandung dua pengertian yaitu pertama, adanya aturan yang bersifat umum membuat individu mengetahui perbuatan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Dan yang kedua berupa keamanan hukum bagi individu dari kesewenangan pemerintah karena dengan adanya aturan yang bersifat umum itu individu dapat mengetahui apa saja yang boleh dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.

26

Menurut Gustav Radbruch, terdapat dua macam pengertian kepastian hukum, yaitu kepastian hukum oleh hukum dan kepastian hukum dalam atau dari

24Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Mandar Maju, Yogyakarta, 2008, hal. 74

25Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2009, hal.23.

26Ibid.

(27)

hukum. Hukum yang berhasil menjamin banyak kepastian hukum dalam masyarakat adalah hukum yang berguna. Kepastian hukum oleh karena hukum memberi tugas hukum yang lain, yaitu keadilan hukum serta hukum harus tetap berguna. Sedangkan kepastian hukum dalam hukum tercapai apabila hukum tersebut sebanyak-banyaknya dalam undang-undang. Dalam undang-undang tersebut terdapat ketentuan-ketentuan yang bertentangan (undang-undang berdasarkan suatu sistem yang logis dan praktis). Undang-undang dibuat berdasarkan rechtswerkelijkheid (keadaan hukum yang sungguh-sungguh) dan dalam undang-undang tersebut tidak terdapat istilah-istilah yang dapat ditafsirkan secara berlain-lainan.

27

Kepastian dalam atau dari hukum akan tercapai jika hukum itu berdasarkan pada undang-undang, dalam undang-undang tersebut tidak ada ketentuan yang saling bertentangan. Undang-undang tersebut dibuat berdasarkan kenyataan hukum dan undang-undang tersebut tidak ada istilah-istilah hukum yang dapat ditafsirkan secara berlain-lainan. Selain itu disebutkan, bahwa kepastian mempunyai arti bahwa dalam hal konkrit kedua pihak berselisih dapat menentukan kedudukan mereka. Tugas hukum menjamin kepastian dalam hubungan-hubungan yang kedapatan dalam pergaulan kemasyarakatan.

Hukum memiliki fungsi tidak hanya menegakkan keadilan tetapi juga menegakkan kepastian dan kemanfaatan. Berkaitan dengan hal tersebut asas prioritas yang telah ditelurkan Gustav Radbruch menjadi titik terang dalam masalah ini. Prioritas keadilan dari segala aspek lain adalah hal penting.

27Afner Juwono, Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Dalam Hukum, https://docplayer.info/71985663-sebutan-sisminbakum-yang-merupakan-suatu-sistem-online- yang-diciptakan-oleh.html, diakses tanggal 19 September 2019

(28)

Kemanfaatan dan kepastian hukum menduduki strata dibawah keadilan. Faktanya sampai saat ini diterapkannya asas prioritas ini membuat proses penegakan dan pemberlakuan hukum positif di Indonesia masih dapat berjalan.

28

Kepastian hukum juga sebagai suatu ketentuan atau ketetapan hukum suatu negara yang mampu menjamin hak dan kewajiaban setiap warga negara.

Secara normatif suatu kepastian hukum adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keraguraguan dan logis tidak menimbulkan benturan dan kekaburan norma dalam sistem norma satu dengan yang lainnya. Kekaburan norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan hukum, dapat terjadi multi tafsir terhadap sesuatu dalam suatu aturan.

29

Kepastian hukum juga menjadi ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai perilaku bagi setiap orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum. Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada kepastian hukum maka seseorang tidak memiliki ketentuan baku dalam menjalankan perilaku. Dalam tata kehidupan bermasyarakat berkaitan serta dengan kepastian dalam hukum.

Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia

28 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, Editor Awaludin Marwan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal 20.

29Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1973, hal 9.

(29)

menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma atau distorsi norma.

30

Gustav Radbruch mengemukakan 4 (empat) hal mendasar yang berhubungan dengan makna kepastian hukum, yaitu:

31

a. bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah perundang-undangan.

b. bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan pada kenyataan.

c. bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, disamping mudah dilaksanakan.

d. hukum positif tidak boleh mudah diubah

Teori kepastian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan pembahasan dilakukan berkaitan dengan perkembangan hukum atas persekutuan komanditer di Indonesia dengan terbitnya Permenkumham No. 17 Tahun 2018 yang mengatur ulang tentang pendirian CV maupun pendaftaran serta pencatatan terhadap CV baik yang baru didirikan maupun terhadap yang sudah didirikan dan beroperasi berdasarkan KUHD. Kepastian hukum yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bahwa Permenkumham No. 17 Tahun 2018 telah menimbulkan ketidakpastian hukum terhadap ketentuan peraturan tentang pendirian maupun pendaftaran serta pencatatan terhadap CV yang baru berdiri maupun yang telah berdiri berdasarkan KUHD.

Pada dasarnya KUHD adalah suatu peraturan perundang-undangan yang masih berlaku di Indonesia dalam hal mengatur tentang firma, CV, maupun

30 Patuju La, Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum Serta Hubungan Diantara Ketiganya, http://www.pojokwacana.com/memahami-teori-tiga-nilai-hukum-gustav-radbruch/, diakses tanggal 19 September 2019

31 Sudargo Gautama, op.cit.

(30)

persekutuan perdata (mastschap). Oleh karena itu seharusnya Permenkumham No.

17 Tahun 2018 hanya mengatur tentang pendirian dan pendaftaran CV yang baru bukan mengatur tentang pendaftaran maupun pencatatan CV yang telah berdiri dan beroperasi berdasarkan ketentuan KUHD. Hal ini disebabkan karena asas hukum yang berlaku bahwa undang-undang tidak berlaku surut terhadap hal-hal yang sudah diatur terlebih dahulu oleh undang-undang yang berlaku sebelumnya.

Permenkumham No. 17 Tahun 2018 seharusnya hanya mengatur tentang pendirian dan pendaftaran CV maupun pembubarannya ke depan artinya yang akan berdiri dan akan didaftarkan oleh pihak pemilik CV tersebut. Sehingga Permenkumham No. 17 Tahun 2018 tersebut menimbulkan suatu kepastian hukum dalam pengaturan tentang pendirian, pendaftaran maupun pembubaran CV yang akan didirikan, bukan mengatur tentang pendaftaran, pencatatan maupun pembubaran CV yang telah didirikan dan telah beroperasi berdasarkan KUHD tersebut.

2. Kerangka Konsepsi

Dalam bahasa Latin, kata conceptus (dalam bahasa Belanda, begrip) atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Pengertian bukanlah merupakan defenisi yang dalam bahasa Latin adalah defenitio. Defenisi tersebut berarti perumusan (dalam bahasa Belanda onschrijving) yang pada hakekatnya merupakan suatu bentuk ungkapan pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal di dalam epistimologi atau teori ilmu pengetahuan. Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsional atau pengetian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.

32

32 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Roke Sarasni, Yogyakarta, 1996, hal. 22.

(31)

Di sini terlihat dengan jelas bahwa suatu konsepsional atau suatu kerangka konsepsional pada hakikatnya merupakan suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkrit dari kerangka teoritis (tinjauan pustaka) yang sering kali masih bersifat abstrak. Namun, suatu kerangka konsepsional terkadang dirasakan masih juga abstrak sehingga diperlukan defenisi operasional yang akan menjadi pegangan konkrit di dalam proses penelitian. Maka konsepsional merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsepsional terdiri dari variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris.

33

Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini perlu didefenisikan beberapa konsep dasar sehingga diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebagai berikut:

a. Hukum menurut E. Utrecht adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah.

34

b. Persekutuan komanditer atau commanditaire vennootschap (CV) sebagaimana diatur dalam KUHD dan KUHPerdata pasal 1618 sampai pasal 1652 adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung dan bertanggungjawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebgai pelepas uang pada pihak lain.

35

33 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Cet 3, Gramedia, Jakarta, 1980, hal. 21

34 Riduan Syahrani, op.cit., hal. 18

35 Munir Fuady, op.cit., hal. 44

(32)

c. Pemberlakuan Peraturan Persekutuan komanditer atau commanditaire vennootschap (CV) sejak 1 Agustus 2018 yaitu Permenkumham Nomor 17

Tahun 2018 tentang Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma dan Persekutuan Perdata, yang mensyaratkan pendaftaran harus dilakukan melalui Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) pada Direktorat Administrasi Hukum Umum (AHU).

d. Sistem Administrasi Badan Usaha (SABU) adalah pelayanan jasa teknologi informasi badan usaha secara elektronik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.

36

e. Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) adalah perizinan berusaha yang diterbitkan oleh

Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati / walikota kepada pelaku usaha melalui sistem elektronik yang terintegrasi.

37

f. Pendaftaran commanditer venotschaap (CV) adalah suatu perbuatan hukum untuk mendaftarkan akta pendirian CV, perubahan anggaran dasar maupun pembubaran CV yang diajukan oleh para pemilik CV dengan sistem administrasi badan usaha (SABU) dengan menggunakan aplikasi OSS (Online Single Submission) ke Kementerian Hukum dan HAM berdasarkan Permenkumham No. 17 Tahun 2018.

36 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 17 Tahun 2018 pasal 1 angka 5

37 Portal Informasi Indonesia, Perizinan Berusaha Melalui OSS, http://indonesia.go.id/

layanan/investasi/sosial/perizinan-berusaha-melalui-oss, diakses tanggal 2 Mei 2020

(33)

G. Metode Penelitian

Metode ini merupakan suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

38

Metodologi dalam suatu penelitian berfungsi sebagai suatu pedoman bagi ilmuwan dalam mepelajari, menganalisis dan memahami suatu permasalahan yang sedang dihadapi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder dimulai dengan analisis terhadap permasalahan hukum baik yang berasal dari literatur maupun peraturan perundang-undangan, khususnya ketentuan yang mengatur hukum persekutuan.

39

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu suatu penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan, mengkaji dan menganalisis mengenai perkembangan hukum atas CV di Indonesia, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pendirian dan pendaftaran CV baik dalam KUHPer, KUHD maupun Permenkumham No. 17 Tahun 2018.

Dan untuk mengetahui secara mendalam mengenai perbedaan pendirian dan pendaftaran CV diantara peraturan tersebut, serta problematika yang timbul setelah terbitnya Permenkumham No. 17 Tahun 2018. Penelitian hukum doktrinal (doctrinal research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan eksposisi yang bersifat sistematis mengenai aturan hukum yang mengatur bidang hukum tertentu, menganalisis hubungan antara hukum yang satu dengan yang lain,

38Soerjono Soekanto, op. cit., hal. 7

39Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Cet. 8, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 24

(34)

menjelaskan bagian-bagian yang sulit untuk dipahami dari suatu aturan hukum, bahkan mungkin juga mencakup prediksi perkembangan suatu aturan hukum tertentu pada masa mendatang.

40

Penelitian yuridis normatif tersebut mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Selain itu, dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara hierarki.

41

Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya adalah bahwa penelitian ini berdasarkan teori, atau konsep yang bersifat umum diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data dengan seperangkat data yang lain.

42

Dalam kaitannya dengan penelitian hukum normatif, maka disini digunakan pendekatan undang-undang. Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang yang lainnya atau antara undang-undang dengan undang-undang dasar ataupun antara regulasi dari undang-undang tersebut.

43

40 Soerjono Soekanto, op.cit., hal. 42

41 Dyah Ochtorina Susanti dan A’an Efendi, Penelitian Hukum (Legal Research), Sinar Grafika, Jakarta, 2014, hal. 11

42 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal. 38-39

43 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011, hal. 93

(35)

Dari pendekatan undang-undang (statute approach) yang bersifat deskriptif, diharapkan hasil dari analisa penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai perkembangan dan status kedudukan hukum atas persekutuan komanditer di Indonesia.

2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian berupa informasi yang berkaitan dengan permasalahan. Data sekunder merupakan data utama yang digunakan dalam penelitian ini dengan mempelajari bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier, antara lain:

a. Bahan hukum primer yang digunakan terdiri dari

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) 2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik 4. Permenkumham Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran

Persekutuan Tentang Pendaftaran Persekutuan Tentang Pendaftaran Persekutuan

b. Bahan hukum sekunder berupa teori yang dikemukakan oleh ahli, buku-

buku hukum mengenai badan usaha dan juga penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

(36)

c. Bahan hukum tersier berupa kamus hukum, dimana penulis hendak menggunakan kamus hukum untuk membantu dalam memahami istilah- istilah hukum maupun istilah dalam bahasa asing.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan (library research) dilakukan untuk mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu yang berhubungan dengan objek telah penelitian ini, yang dapat berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya. Penelitian lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data primer dengan cara wawancara terhadap notaris sebagai narasumber.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan dilakukan studi dokumen sebagai alat pengumpulan data yang terkait dengan permasalahan yang diajukan, yaitu studi pustaka/studi dokumen (documentary study), yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian

44

dan wawancara, yang merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang dilakukan secara sistematis kepada notaris sebagai responden atau narasumber dan berlandaskan pada tujuan penelitian.

45

Metode wawancara yang dipakai merupakan metode wawancara terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan

44 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal. 105

45 Hadi dan Haryono, Metode Penelitian, Bandung, 2007, hal.17

(37)

diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, telah disiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.

46

5. Analisa Data

Dalam penelitian hukum ini, metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan perspektif subjektif lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta lapangan. Selain itu landasan teori ini juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

47

Analisis dilakukan dengan melakukan telaah terhadap beberapa peraturan perundang-undangan yang mempunyai keterkaitan dengan CV kemudian menginventarisasi dan mengidentifikasi peraturan perundang-undangan. Setelah itu, dilakukanlah analisis dan peraturan perundang-undangan tersebut dengan melakukan penafsiran terhadap undang-undang, untuk kemudian ditarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut.

46 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2013, hal. 138

47 Burhan Bungin, Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah Penguasaan Modal Aplikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 53.

(38)

BAB II

PERKEMBANGAN HUKUM ATAS PERSEKUTUAN KOMANDITER ATAU COMANDITAIRE VENNONTSCHAP (CV) DI INDONESIA

A. Persekutuan Komanditer/Comanditaire Vennotschap (CV) dalam Hukum di Indonesia

Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa, “perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang.” Perkataan komanditer berasal dari perkataan

“commandere” yang berarti mempercayakan, maka Perseroan Komanditer (CV) adalah perseroan atas dasar kepercayaan.

48

Secara garis besar pengertian CV dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu:

1. CV dari sisi bentuk institusi atau badan usahanya, yaitu kelompok yang memberikan pengertian CV sebagai suatu bentuk khusus daripada firma.

2. CV dari segi peranan dan tanggung jawab masing-masing sekutu, yaitu kelompok yang memberikan pengertian CV sebagai suatu bentuk kerjasama antara sekutu komplementer dan sekutu komanditer.

49

Ketentuan lainnya yang mengatur CV ada pada Pasal 20 dan Pasal 21 KUHD. Pengaturan CV ini berada di dalam pengaturan masalah firma sebab pada dasarnya CV juga merupakan firma dengan bentuk khusus, dimana

48 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang CV, Firma, Persekutuan Perdata, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 48

49 Ibid

(39)

kekhususannya terletak pada adanya sekutu komanditer yang pada firma tidak ada. Pada firma hanya ada sekutu kerja, sedangkan pada CV, kecuali ada sekutu kerja juga ada sekutu komanditer atau sekutu diam (sleeping partner).

50

Persekutuan Komanditer (CV) terdiri dari 3 (tiga) macam bentuk yaitu:

51

a. Persekutuan Komanditer Diam-diam

Persekutuan Komanditer yang belum menyatakan dirinya secara terang- terangan kepada pihak ketiga sebagai persekutuan komanditer. Persekutuan Komanditer Diam-diam masih menyatakan diri sebagai persekutuan firma kepada pihak ketiga (ke luar atau secara eksternal), sedangkan kepada pihak intern (ke dalam) telah menyatakan diri menjadi persekutuan komanditer (secara internal telah membedakan antara sekutu aktif dan sekutu pasif).

b. Persekutuan Komanditer Terang-terangan

Persekutuan Komanditer Terangan-terangan merupakan persekutuan komanditer yang telah menyatakan diri sebagai persekutuan komanditer.

c. Persekutuan Komanditer dengan Saham

Persekutuan Komanditer dengan Saham yang secara terang-terangan modalnya terdiri dari saham-saham. Bentuk persekutuan komanditer ini tidak diatur dalam KUHD, karena dianggap sama seperti persekutuan komanditer biasa (terang-terangan). Perbedaan kedua bentuk persekutuan komanditer tersebut hanya terletak pada pembentukan modalnya saja, yaitu dengan cara mengeluarkan saham-saham.

50 Emmy Simanjuntak Pangaribuan, Pendirian CV, Firma, Persekutuan Perdata, Bina Cipta, Bandung, 2005, hal. 36

51 Ibid, hal. 37

(40)

Berdasarkan perkembangannya, bentuk persekutuan komanditer (CV) dapat dibedakan atas:

52

a. Persekutuan Komanditer Murni

Persekutuan Komanditer Murni merupakan bentuk persekutuan komanditer yang pertama, dimana dalam persekutuan ini hanya terdapat satu sekutu komplementer dan sekutu yang lain merupakan sekutu komanditer.

b. Persekutuan Komanditer Campuran

Persekutuan Komanditer Campuran umumnya berasal dari bentuk firma.

Dalam keadaan firma membutuhkan tambahan modal, maka sekutu firma diubah kedudukannya menjadi sekutu komplementer dan sekutu lain atau sekutu tambahan menjadi sekutu komanditer.

c. Persekutuan Komanditer Bersaham

Persekutuan Komanditer Bersaham merupakan persekutuan komanditer yang mengeluarkan saham yang tidak dapat diperjualbelikan dan sekutu komplementer maupun sekutu komanditer mengambil satu saham atau lebih.

Saham dikeluarkan dengan tujuan untuk menghindari terjadinya modal beku, karena dalam persekutuan komanditer (CV) tidak mudah untuk menarik kembali modal yang telah disetorkan.

Sebagai suatu organisasi kerjasama antar beberapa pribadi, CV memiliki karakteristik hubungan yang didominasi oleh kondisi subyektif masing-masing pribadi. Jadi walaupun orang perorangannya dipandang telah mengikatkan diri

52 Sri Rumada Sihite, Analisis Yuridis Atas Implementasi Pendaftaran Persekutuan Komanditer (Ommanditaire Vennotschap) Secara Online Menurut Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Persekkutuan Komanditer, Persekutuan Firma Dan Persekutuan Perdata (Studi di Kota Medan), Tesis Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, 2019, hal. 55

(41)

menjadi satu kelompok organisasi, namun yang dilihat semata-mata adalah segi manusia orang perorangan (individunya), tergolong kelompok ini adalah firma dan CV serta maatschaap (persekutuan perdata).

53

Pembentukan CV diawali dengan adanya sekutu komplementer (sekutu aktif) sebagai pendiri baik seorang maupun beberapa orang yang telah saling kenal dan percaya, kadangkala para sekutu komplementer ini merupakan suatu keluarga atau kerabat diawali dengan menghadap ke notaris untuk membuat akta pendirian CV lalu didaftarkan secara daring ke Kementerian Hukum dan HAM.

Oleh karena dominannya unsur kekeluargaan di dalam konstruksi CV sehingga turut mempengaruhi sistem yang ada dalam perusahaan. Secara ekonomis hal ini berarti sebagai suatu institusi bisnis, perasaan, emosional dan mentalitas para pribadi cendrung turut memberi pengaruh pada penentuan kendali usaha. Secara yuridis, walaupun unsur kekeluargaan dominan tetapi tidak berarti jika terjadi kerugian bisa melepaskan tanggung jawab.

54

Secara umum, dari banyak bentuk badan usaha yang memiliki karakteristik hubungan seperti ini, cenderung mengabaikan sistem yang telah tertata dalam perusahaan dan ini dapat mengganggu efisiensi dalam organisasi.

Hal ini merupakan satu kelemahan dari organisasi dengan karakteristik demikian seperti CV walaupun perusahaan persekutuan mempunyai beberapa kelebihan dibanding perusahaan milik perorangan namun perusahaan jenis ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan yaitu:

55

a. kewajiban sekutu yang tidak terbatas

53 Muhammad Riduwan, Pendirian CV Ditinjau Dari KUHD, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hal. 53

54 Rudhi Prasetya, Maatschap Firma Dan Persekutuan Komanditer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hal. 32

55 Cut Raisha Yannaz, Analisis Yuridis Terhadap Pembuatan Akta Pendirian CV Tanpa Adanya Persero Komanditer, Tesis Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, 2018, hal.

63

(42)

b. kemungkinan adanya perbedaan pendapat antar sekutu c. kelangsungan hidup perusahaan tidak terjamin

d. investasi yang beku

Ketentuan CV yang terdapat di dalam KUHD sangat terbatas, karena hanya diatur dalam tiga pasal yaitu Pasal 19, 20 dan Pasal 21 KUHD.

56

Dalam kaitannya dengan berakhirnya CV, ahli hukum Purwosutjipto berpendapat bahwa pada hakekatnya CV merupakan persekutuan firma dan persekutuan firma adalah persekutuan perdata, maka aturan tentang berakhirnya CV juga dikuasai oleh persekutuan firma dan persekutuan perdata.

Hubungan hukum di antara para sekutu baik intern maupun ekstern, beberapa sarjana tidak terdapat perbedaan pandangan. Hubungan tersebut lebih banyak diatur dengan melalui pasal-pasal persekutuan perdata seperti hubungan mengenai pemasukan modal, dapat mengacu pada Pasal 1625 KUHPerdata. Pasal 1625 KUHPerdata menentukan bahwa, “Tiap peserta wajib memasukkan ke dalam perseroan itu segala sesuatu yang sudah ia janjikan untuk dimasukkan, dan jika pemasukan itu terdiri dari suatu barang tertentu, maka peserta wajib memberikan pertanggungan menurut cara yang sama dengan cara jual beli.”

56 Pasal 19 KUHD menyatakan, “Perseroan yang terbentuk dengan cara meminjamkan uang atau disebut juga perseroan komanditer, didirikan antara seseorang atau antara beberapa orang persero yang bertanggung jawab secara tanggung-renteng untuk keseluruhannya, dan satu orang atau lebih sebagai pemberi pinjaman uang. Suatu perseroan dapat sekaligus berwujud perseroan firma terhadap persero-persero firma di dalamnya dan perseroan komanditer terhadap pemberi pinjaman uang.”

Pasal 20 KUHD menyatakan, “Dengan tidak mengurangi kekecualian yang terdapat dalam pasal 30 alinea kedua, maka nama persero komanditer tidak boleh digunakan dalam firma.

Persero ini tidak boleh melakukan tindakan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan tersebut, biar berdasarkan pemberian kuasa sekalipun. Ia tidak ikut memikul kerugian lebih daripada jumlah uang yang telah dimasukkannya dalam perseroan atau yang harus dimasukkannya, tanpa diwajibkan untuk mengembalikan keuntungan yang telah dinikmatinya.”

Pasal 21 KUHD menyatakan, “Persero komanditer yang melanggar ketentuan-ketentuan alinea pertama atau alinea kedua dari pasal yang lain, bertanggung jawab secara tanggung renteng untuk seluruhnya terhadap semua utang dan perikatan perseroan itu.”

(43)

Pembagian keuntungan CV dapat mengacu pada ketentuan Pasal 1633 KUHPerdata yang menentukan bahwa:

Jika dalam perjanjian perseroan tidak ditetapkan bagian masing-masing peserta dari keuntungan dan kerugian perseroan, maka bagian tiap peserta itu dihitung menurut perbandingan besarnya sumbangan modal yang dimasukkan oleh masing-masing. Bagi peserta yang kegiatannya saja yang dimasukkan ke dalam perseroan, bagiannya dalam laba dan rugi harus dihitung sama banyak dengan bagian peserta yang memasukkan uang atau barang paling sedikit.

Jika terjadi kerugian dalam pelaksanaan CV, maka dapat mengacu pada ketentuan Pasal 1634 KUHPerdata yang menentukan bahwa:

Para peserta tidak boleh berjanji, bahwa jumlah bagian mereka masing- masing dalam perseroan dapat ditetapkan oleh salah seorang dari mereka atau orang lain. Perjanjian demikian harus dianggap dari semula sebagai tidak tertulis dan dalam hal ini harus diperhatikan ketentuan-ketentuan Pasal 1633 KUHPerdata.

Dalam pelaksanaan pendirian CV, bagian para pendiri dalam CV tersebut ditentukan berdasarkan besaran modal yang dimasukkan para pendiri dan tidak boleh ditentukan oleh salah seorang pendiri atau pihak lain karena akan dapat merugikan pihak yang memiliki modal yang lebih besar, baik dalam hal mendapatkan keuntungan maupun menanggung kerugian. Sehingga hal ini menjadi adil untuk para sekutu CV tersebut.

Dalam struktur CV dikenal dua jenis sekutu yang memegang peranan

sangat menentukan untuk dapat disebut sebagai CV, yaitu sekutu komplementer

dan sekutu komanditer. Beberapa penulis menyebut sekutu komplementer sebagai

sekutu kerja atau sekutu aktif dan sekutu komanditer sebagai sekutu tidak kerja

atau sekutu pasif. Sekutu komplementer adalah sekutu yang aktif mengurus dan

menjalankan perusahaan serta mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga,

Referensi

Dokumen terkait

Tanggal Distribusi Saham secara Elektronik 17 Desember 2013 Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan 17 Desember 2013 Tanggal Pencatatan Saham dan Waran pada Bursa 18 Desember 2013

Melimpahnya limbah kelapa dari desa-desa di sekitar yang memliki perkebunan kelapa dapat diangkat sebagai potensi desa dalam meningkatkan perekonomian desa dengan memanfaatkan

Selain itu sampai saat ini masih disenangi dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat karena di dalamnya terdapat nilai budaya seperti nilai sosial, nilai moral,

Sosialisasi juga dilakukan oleh tim Relawan diman tim relawan merupakan tim yang tidak terstruktur namun berasal dari kalangan masyarakat yang nantinya akan ikut turun

[r]

Digital video adalah jenis sistem video recording yang bekerja menggunakan sistem digital dibandingkan dengan analog dalam hal representasi videonya.. Biasanya digital video

Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis multiple myeloma pada  pasien yang memiliki gambaran klinis multiple myeloma dan penyakit jaringan konektif,

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir Menguasai materi bina diri untuk pengembangan diri Memberi contoh komunikasi non verbal pada anak. keilmuan yang mendukung