• Tidak ada hasil yang ditemukan

refarat-MultipleMyeloma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "refarat-MultipleMyeloma"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MULTIPLE MYELOMA MULTIPLE MYELOMA

II.. PEPENNDDAAHHUULLUUAANN Ke

Kegaganasnasan an sesel l plplasasma ma dikdikenenal al sesebabagagai i neneopoplalasmsma a momononoklklononal al yayangng  berkem

 berkembang bang dari dari lini lini sel sel B, B, terdiri terdiri dari dari multiplmultiple e myelomyeloma ma (MM),(MM), makrog

makroglobulinlobulinemia emia WaldeWaldemstrom amiloidosimstrom amiloidosis s primer dan primer dan penyakpenyakit it rantai rantai berat.berat.  Neopl

 Neoplasma monokloasma monoklonal dikenal dengan banyak nama antara lain nal dikenal dengan banyak nama antara lain adalah gamopadalah gamopatiaatia monoklonal, paraproteinemia, diskrasia sel plasma dan disproteinemia. Penyakit ini monoklonal, paraproteinemia, diskrasia sel plasma dan disproteinemia. Penyakit ini  biasany

 biasanya a disertadisertai i produproduksi ksi imunoimunoglobglobulin ulin atau atau fragmefragmen-fragmen-fragmennya nnya dengan dengan satusatu  penand

 penanda a idiopatidiopatik, ik, yang ditentukayang ditentukan n oleh regio oleh regio variabel identik dalam variabel identik dalam rantai ringanrantai ringan dan berat. Istilah paraprotein, protein monoklonal atau komponen M, meunjukkan dan berat. Istilah paraprotein, protein monoklonal atau komponen M, meunjukkan adanya komponen yang eletrofoetik homogen ini dalam serum dan urin. Paraprotein adanya komponen yang eletrofoetik homogen ini dalam serum dan urin. Paraprotein dapat merupakan imunoglobulin lengkap, biasanya tipe IgG atau Costa, jarang juga dapat merupakan imunoglobulin lengkap, biasanya tipe IgG atau Costa, jarang juga tipe IgD atau IgE. Rantai ringan ini oleh ginjal

tipe IgD atau IgE. Rantai ringan ini oleh ginjal dapat cepat dieksredapat cepat dieksresi dan karena itusi dan karena itu terutama dapat ditunjukkan dalam urin (protein Bence Jones).

terutama dapat ditunjukkan dalam urin (protein Bence Jones).11 Mu

Multltipiple le mymyelelomoma a adadalalah ah kekegagananasasan n sesel l B B dadari ri sesel l plplasasma ma yayangng memproduksi protein imunoglobulin monoklonal. Hal ini ditandai dengan adanya memproduksi protein imunoglobulin monoklonal. Hal ini ditandai dengan adanya  prolifera

 proliferasisi cloneclone dadari ri sesel l plplasasma ma yayang ng gagananas s papada da susumsmsuum m tutulalangng, , prprototeieinn monoklonal pada darah atau urin, dan berkaitan dengan disfungsi organ. Proliferasi monoklonal pada darah atau urin, dan berkaitan dengan disfungsi organ. Proliferasi  berleb

 berlebihan ihan dalam dalam sumssumsum um tulang tulang menyemenyebabkan babkan matriks matriks tulang tulang terdestrterdestruksi uksi dandan  produ

 produksi ksi imunoimunoglobuglobulin lin abnorabnormal mal dalam dalam jumlah jumlah besar, besar, dan dan melalumelalui i berbagberbagaiai me

mekakanisnisme me memenimnimbubulklkan an gegejaljala a dadan n tatanda nda klkliniinis. s. SeSeteltelah ah susumsmsum um tutulalangng dco

dcostastantikntikan an oleoleh h sel sel plasplasma ma ganganas, as, sel sel nornormal mal sumsumsusum m tultulang ang terdterdepreepresi, si, selsel hemopoietik normal terdestruksi, akhirnya sumsum tulang mengalami kegagalan hemopoietik normal terdestruksi, akhirnya sumsum tulang mengalami kegagalan total, destruksi matriks tulang menimbulkan osteosklerosis, lesi osteolitik, fraktur  total, destruksi matriks tulang menimbulkan osteosklerosis, lesi osteolitik, fraktur   patolog

 patologis, is, dan dan nyeri nyeri tulangtulang. . Dalam Dalam serum serum muncumuncul l sejumlsejumlah ah besar besar proteinprotein mon

monokloklonal onal atau atau subsubuniunit t rantrantai ai polpolipeipeptidptida a proproduk duk dari dari proprolifeliferasi rasi sel sel plaplasmasma mo

mononoklklononal, al, sesedadangngkakan n imimununogoglolobubulin lin nonormrmal al beberkrkururangang. . WaWalaulaupupun n mamasisihh kontroversial dikatakan bahwa semua kasus multiple myeloma berkembang dari kontroversial dikatakan bahwa semua kasus multiple myeloma berkembang dari ga

gammmmopopatiatia a momononokloklonanal l esesenensiasial l atatau au MGMGUS US (( Monocl Monoclonal onal GammoGammopathy pathy of of  Undetermined Significance

(2)
(3)

Mu

Multipltiple le myemyelomloma a mermerupaupakan kan 1% 1% dari dari semsemua ua kegkeganasanasan an dan dan 1010% % dardarii tumor hematologik. Di Amerika Serikat, insiden multiple myeloma sekitar 3 sampai tumor hematologik. Di Amerika Serikat, insiden multiple myeloma sekitar 3 sampai 4 kasus dari 100.000 populasi per tahun, dan diperkirakan terdapat 14.000 kasus 4 kasus dari 100.000 populasi per tahun, dan diperkirakan terdapat 14.000 kasus  baru tiap

 baru tiap tahunntahunnya. Insidennyya. Insidennya a ditemuditemukan dua kan dua kali lipat kali lipat pada orang Afro pada orang Afro AmerikAmerikaa dan pada pria

dan pada pria. Umur medi. Umur median pasiean pasien rata-ratn rata-rata a 65 tahu65 tahun, dan sekitn, dan sekitar ar 3% pasie3% pasienn kurang dari 40 tahun.

kurang dari 40 tahun.44

IIIIII.. EETTIIOOLLOOGGII Pen

Penyebyebab ab mumultipltiple le mymyeloeloma ma belbelum um jelajelas. s. PapaPaparan ran radiradiasi, asi, benbenzenazena, , dandan  pelarut organik lainny

 pelarut organik lainnya, herbisida, dan insektisida, herbisida, dan insektisida mungkin memilika mungkin memiliki peran. i peran. FaktoFaktor r  gen

genetik etik jugjuga a munmungkigkin n berberperaperan n padpada a oraorang-ng-oranorang g yanyang g renrentan tan untuntuk uk terjterjadinadinyaya  peruba

 perubahan yang menghasilhan yang menghasilkan proliferasi sel plasma yang memprodukkan proliferasi sel plasma yang memproduksi protein Msi protein M se

sepeperti rti papada da MGMGUSUS. . DaDalalam m sesel l mamana na terterjadjadi i tratransnsforformamasi si mamaligligna na tetepatpatnynyaa terjadinya belum jelas. Dapat ditunjukkan sel limfosit B yang agak dewasa yang terjadinya belum jelas. Dapat ditunjukkan sel limfosit B yang agak dewasa yang termasuk klon sel maligna di darah dan sumsum tulang, yang dapat menjadi dewasa termasuk klon sel maligna di darah dan sumsum tulang, yang dapat menjadi dewasa menjadi sel plasma. Terjadinya onkogen yang paling penting diduga berlangsung menjadi sel plasma. Terjadinya onkogen yang paling penting diduga berlangsung dalam sel pendahulu yang mulai dewasa ini atau bahkan mungkin dalam sel plasma dalam sel pendahulu yang mulai dewasa ini atau bahkan mungkin dalam sel plasma sen

sendirdiri. i. BerBeragaagam m peruperubahbahan an krokromosmosom om telatelah h diteditemukmukan an padpada a paspasien ien myemyelomlomaa seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan pada 11q.

seperti delesi 13q14, delesi 17q13, dan predominan kelainan pada 11q. 1,51,5

IV.

IV. ANATOMI DAN FISIOLOGIANATOMI DAN FISIOLOGI Lo

Lokakasi si prepredodomiminanan n mumultltipliple e mymyelelomoma a memencncakuakup p tutulanlang-g-tutulanlang g sesepepertirti vertebra, costa, calvaria, pelvis, dan femur.

vertebra, costa, calvaria, pelvis, dan femur.66

Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang. Awal dari pembentukan tulang terjadi di bagian tengah dari suatu tulang. Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu Bagian ini disebut pusat-pusat penulangan primer. Sesudah itu tampak pada satu atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder.

atau kedua ujung-ujungnya yang disebut pusat-pusat penulangan sekunder.77 Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut: Bagian-bagian dari perkembangan tulang panjang adalah sebagai berikut:

1.

1. DiafisisDiafisis

Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat Diafisis merupakan bagian dari tulang panjang yang dibentuk oleh pusat  penula

 penulangan prngan primer, dimer, dan meruan merupakan kpakan korpus orpus dari tuldari tulang.ang. 2.

(4)
(5)

Metafisis merupakan bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir   batang (diafisis).

3. Lempeng epifisis

Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, yang akan menghilang pada tulang dewasa.

4. Epifisis

Epifisis dibentuk oleh pusat-pusat penulangan sekunder.

Gambar 1. Perkembangan tulang panjang (dikutip dari kepustakaan 7)

V. PATOFISIOLOGI

Tahap patogenesis pertama pada perkembangan myeloma adalah munculnya sejumlah sel plasma clonal yang secara klinis dikenal MGUS (monoclonal gammanopathy of undetermined significance). Pasien dengan MGUS tidak  memiliki gejala atau bukti dari kerusakan organ, tetapi memiliki 1% resiko progresi menjadi myeloma atau penyakit keganasan yang berkaitan.8

Perkembangan sel plasma maligna ini mungkin merupakan suatu proses multi langkah, diawali dengan adanya serial perubahan gen yang mengakibatkan  penumpukan sel plasma maligna, adanya perkembangan perubahan di lingkungan

(6)
(7)

 penyakit. Dalam proses multilangkah ini melibatkan di dalamnya aktivasi onkogen selular, hilangnya atau inaktivasi gen supresor tumor, dan gangguan regulasi gen sitokin.1

Keluhan dan gejala pada pasien MM berhubungan dengan ukuran massa tumor, kinetik pertumbuhan sel plasma dan efek fisikokimia imunologik dan humoral produk yang dibuat dan disekresi oleh sel plasma ini, seperti antara lain  paraprotein dan faktor pengaktivasi osteoklastik (osteoclastic activating   factor/OAF ).1

Paraprotein dalam sirkulasi dapat memberi berbagai komplikasi, seperti hipervolemia, hiperviskositas, diatesis hemoragik dan krioglobulinemia. Karena  pengendapan rantai ringan, dalam bentuk amiloid atau sejenis, dapat terjadi terutama gangguan fungsi ginjal dan jantung. Faktor pengaktif osteoklas (OAF) seperti IL1-β, limfotoksin dan tumor necrosis factor (TNF) bertanggung jawab atas osteolisis dan osteoporosis yang demikian khas untuk penyakit ini. Karena kelainan tersebut pada penyakit ini dapat terjadi fraktur (mikro) yang menyebabkan nyeri tulang, hiperkalsemia dan hiperkalsiuria. Konsentrasi imunoglobulin normal dalam serum yang sering sangat menurun dan fungsi sumsum tulang yang menurun dan neutropenia yang kadang-kadang ada menyebabkan kenaikan kerentanan terhadap infeksi.1

Gagal ginjal pada MM disebabkan oleh karena hiperkalsemia, adanya deposit mieloid pada glomerulus, hiperurisemia, infeksi yang rekuren, infiltrasi sel  plasma pada ginjal, dan kerusakan tubulus ginjal oleh karena infiltrasi rantai berat

yang berlebihan. Sedangkan anemia disebabkan oleh karena tumor menyebabkan  penggantian sumsum tulang dan inhibisi secara langsung terhadap proses hematopoeisis, perubahan megaloblastik akan menurunkan produksi vitamin B12 dan asam folat.1

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis multiple myeloma dapat ditegakkan melalui gejala klinis,  pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan patologi

(8)
(9)

Myeloma dibagi menjadi asimptomatik myeloma dan simptomatik atau myeloma aktif, bergantung pada ada atau tidaknya organ yang berhubungan dengan myeloma atau disfungsi jaringan, termasuk hiperkalsemia, insufisiensi renal, anemia, dan penyakit tulang (Tabel 1). Gejala yang umum pada multiple myeloma adalah lemah, nyeri pada tulang dengan atau tanpa fraktur ataupun infeksi. Anemia terjadi pada sekitar 73% pasien yang terdiagnosis. Lesi tulang berkembang pada kebanyakan 80% pasien. Pada suatu penelitian, dilaporkan 58% pasien dengan nyeri tulang. Kerusakan ginjal terjadi pada 20 sampai 40% pasien.2,4

Fraktur patologis sering ditemukan pada multiple myeloma seperti fraktur  kompresi vertebra dan juga fraktur tulang panjang (contoh: femur proksimal). Gejala-gejala yang dapat dipertimbangkan kompresi vertebra berupa nyeri  punggung, kelemahan, mati rasa, atau disestesia pada ekstremitas. Imunitas humoral yang abnormal dan leukopenia dapat berdampak pada infeksi yang melibatkan infeksi seperti  gram-positive organisme (eg, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus) dan Haemophilus influenzae.9

Kadang ditemukan pasien datang dengan keluhan perdarahan yang diakibatkan oleh trombositopenia. Gejala-gejala hiperkalsemia berupa somnolen, nyeri tulang, konstipasi, nausea, dan rasa haus.10

Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan :1,11  Pucat yang disebabkan oleh anemia

 Ekimosis atau purpura sebagai tanda dari thrombositopeni

 Gambaran neurologis seperti perubahan tingkat sensori , lemah, atau carpal tunnel syndrome.

 Amiloidosis dapat ditemukan pada pasien multiple myeloma seperti makroglossia dan carpal tunnel syndrome.

 Gangguan fungsi organ visceral seperti ginjal, hati, otak, limpa akibat infiltrasi sel plasma (jarang).

(10)
(11)

Tabel 1 dan 2. Kriteria diagnostik multiple myeloma aktif dan kriteria staging internasional. (dikutip dari kepustakaan 12)

b. Laboratorium

Pasien dengan multiple myeloma, secara khas pada pemeriksaan urin rutin dapat ditemukan adanya proteinuria Bence Jones. Dan pada apusan darah tepi, didapatkan adanya formasi Rouleaux. Selain itu pada pemeriksaan darah rutin, anemia normositik normokrom ditemukan pada hampir 80% kasus. Jumlah leukosit umumnya normal, namun dapat juga ditemukan pancytopenia, koagulasi yang abnormal dan peningkatan LED.5,6,11,13

(12)
(13)

c. Gambaran radiologi 1) Foto polos x-ray

Gambaran foto x-ray dari multiple myeloma berupa lesi litik multiple,  berbatas tegas, punch out , dan bulat pada calvaria, vertebra, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama. Lesi lokal ini umumnya berawal di rongga medulla , mengikis tulang, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal. Sebagai tambahan, tulang pada pasien myeloma, dengan sedikit  pengecualian, mengalami demineralisasi difus. Pada beberapa pasien, ditemukan

gambaran osteopenia difus pada pemeriksaan radiologi. 4,6,14,15

Saat timbul gejala sekitar 80-90% di antaranya telah mengalami kelainan tulang. Film polos memperlihatkan :

 Osteoporosis umum dengan penonjolan pada trabekular tulang, terutama vertebra yang disebabkan oleh keterlibatan sumsum pada jaringan myeloma. Hilangnya densitas vertebra mungkin merupakan tanda radiologis satu-satunya pada myeloma multiple. Fraktur patologis sering dijumpai.

 Fraktur kompresi pada corpus vertebra , tidak dapat dibedakan dengan osteoprosis senilis.

 Lesi-lesi litik “ punch out lesion” yang menyebar dengan batas yang jelas, lesi yang berada di dekat korteks menghasilkan internal scalloping.

 Ekspansi tulang dengan perluasan melewati korteks , menghasilkan massa  jaringan lunak.

Walaupun semua tulang dapat terkena, distribusi berikut ditemukan pada suatu  penelitian yang melibatkan banyak kasus : kolumna vertebra 66%, costa 44%,

(14)
(15)

Gambar 2. Foto skull lateral yang menggambarkan sejumlah lesi litik  “ punch out  lesion” yang khas pada calvaria, yang merupakan karakteristik dari gambaran multiple myeloma. (dikutip dari kepustakaan 16)

e

Gambar 3. Foto pelvic yang menunjukkan fokus litik kecil yang sangat banyak  sepanjang tulang pelvis dan femur yang sesuai dengan gambaran multiple myeloma. (dikutip dari kepustakaan 9)

(16)
(17)

Gambar 4. Foto femur menunjukkan adanya endosteal scalloping  (erosi pada cortex interna) pada pasien dengan multiple myeloma. (dikutip dari kepustakaan 9)

2) CT-Scan

CT Scan menggambarkan keterlibatan tulang pada myeloma serta menilai resiko fraktur pada tulang yang kerusakannya sudah berat. Diffuse osteopenia dapat memberi kesan adanya keterlibatan myelomatous sebelum lesi litik sendiri terlihat. Pada pemeriksaan ini juga dapat ditemukan gambaran sumsum tulang yang tergantikan oleh sel tumor, osseous lisis, destruksi trabekular dan korteks.  Namun,  pada umumnya tidak dilakukan pemeriksaan kecuali jika adanya lesi fokal. 6,9,17,18

(18)
(19)

me-nunjukkan adanya infiltrasi difus sumsum yang disebabkan oleh multiple myeloma.

(dikutip dari kepustakaan 17)

Gambar 6. Lytic expansile massdari C5. Pada CT Scan tranversal C5 menunjukkan adanya perluasan massa jaringan lunak (expansile soft-tissue mass) pada sepanjang sisi kanan Vertebra Cervikal 5 dengan kerusakan tulang terkait. (dikutip dari kepustakaan 4)

3) MRI  

MRI potensial digunakan pada multiple myeloma karena modalitas ini baik  untuk resolusi jaringan lunak. Secara khusus, gambaran MRI pada deposit myeloma  berupa suatu intensitas bulat , sinyal rendah yang fokus di gambaran T1, yang

menjadi intensitas sinyal tinggi pada sekuensi T2.6,15,17

 Namun, hampir setiap tumor muskuloskeletal memiliki intensitas dan pola menyerupai myeloma. MRI meskipun sensitif terhadap adanya penyakit namun tidak spesifik. Pemeriksaan tambahan untuk diagnosis multiple myeloma seperti  pengukuran nilai gamma globulin dan aspirasi langsung sumsum tulang untuk 

menilai plasmasitosis. Pada pasien dengan lesi ekstraosseus, MRI dapat berguna untuk menentukan tingkat keterlibatan dan untuk mengevaluasi kompresi tulang.6,17

(20)
(21)

Gambar 7. Foto potongan sagital T1 weighted-MRI pada lumbar-sakral memperlihatkan adanya diffusely mottled marrow yang menunjukkan adanya diffuse involvement pada sumsum tulang dengan multiple myeloma. Juga didapatkan gambaran fraktur kompresi  pada seluruh vertebra yang tervisualisasi. Pada V-T10 terdapat adanya focal mass-like

lesion yang menunjukkan suatu plasmacytoma. (dikutip dari kepustakaan 19)

4)  Radiologi Nuklir 

Myeloma merupakan penyakit yang menyebabkan overaktifitas pada osteoklas. Scan tulang radiologi nuklir mengandalkan aktifitas osteoblastik (formasi tulang) pada penyakit dan belum digunakan rutin, pemeriksaan ini menggunakan radiofarmaka Tc-99m senyawa kompleks fosfat yang diinjeksikan secara intravena. Tingkat false negatif skintigrafi tulang untuk mendiagnosis multiple myeloma tinggi. Scan dapat positif pada radiograf normal, membutuhkan pemeriksaan lain untuk konfirmasi.6,20

(22)
(23)

Gambar 8. FDG PET scan pada pasien multiple myeloma dengan difuse yang berat disertai focal disease.(dikutip dari kepustakaan 21)

5) Angiografi6

Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer dari  peningkatan vaskularisasi. Secara umum, teknik ini tidak digunakan untuk 

mendiagnosis multiple myeloma.

d. Patologi Anatomi6,15

Pada pasien multiple myeloma , sel plasma berproliferasi di dalam sumsum tulang. Sel-sel plasma memiliki ukuran yang lebih besar 2 – 3 kali dari limfosit, dengan nuklei eksentrik licin (bulat atau oval) pada kontur dan memiliki halo  perinuklear. Sitoplasma bersifat basofilik.

(24)
(25)

Gambar 9. Aspirasi sumsum tulang memperlihatkan sel-sel plasma multiple myeloma. Tampak sitoplasma berwarna biru, nukleus eksentrik, dan zona pucat perinuclear (halo). (dikutip dari kepustakaan 6)

Gambar 10. Biopsi sumsum tulang menunjukkan lembaran sel-sel plasma ganas pada multiple myeloma (dikutip dari kepustaan 6)

Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosis multiple myeloma pada  pasien yang memiliki gambaran klinis multiple myeloma dan penyakit jaringan konektif, metastasis kanker, limfoma, leukemia, dan infeksi kronis telah dieksklusi adalah sumsum tulang dengan >10% sel plasma atau plasmasitoma dengan salah satu dari kriteria berikut :1

- Protein monoclonal serum (biasanya >3g/dL) - Protein monoclonal urine

- Lesi litik pada tulang

Sistem derajat multiple myeloma1,3,6,11

Saat ini ada dua derajat multiple myeloma yang digunakan yaitu Salmon Durie  systemyang telah digunakan sejak 1975 dan the International Staging Systemyang

(26)
(27)

 Salmon Durie staging : a) Stadium I

• Level hemoglobin lebih dari 10 g/dL

• Level kalsium kurang dari 12 mg/dL

• Gambaran radiograf tulang normal atau plasmositoma soliter 

• Protein M rendah (mis. IgG < 5 g/dL, Costa < 3 g/dL, urine < 4g/24

 jam)  b) Stadium II

• Gambaran yang sesuai tidak untuk stadium I maupun stadium III

c) Stadium III

• Level hemoglobin kurang dari 8,5 g/dL

• Level kalsium lebih dari 12 g/dL

• Gambaran radiologi penyakit litik pada tulang

•  Nilai protein M tinggi (mis. IgG >7 g/dL, Costa > 5 g/dL, urine > 12

g/24 jam)

d) Subklasifikasi A meliputi nilai kreatinin kurang dari 2 g/dL e) Subklasifikasi B meliputi nilai kreatinin lebih dari 2 g/dl

 International Staging Systemuntuk multiple myeloma

a) Stadium I

• β2 mikroglobulin ≤ 3,5 g/dL dan albumin ≥ 3,5 g/dL

• CRP ≥ 4,0 mg/dL

• Plasma cell labeling index < 1%

• Tidak ditemukan delesi kromosom 13

• Serum Il-6 reseptor rendah

• durasi yang panjang dari awal fase plateau

 b) Stadium II

• Beta-2 microglobulin level >3.5 hingga <5.5 g/dL, atau

(28)
(29)

• Beta-2 microglobulin >5.5 g/dL

VII. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis multiple myeloma seringkali jelas karena kebanyakan pasien memberikan gambaran klinis khas atau kelainan hasil laboratorium, termasuk trias  berikut :1

• Protein M serum atau urin (99% kasus)

• Peningkatan jumlah sel plasma sumsum tulang

• Lesi osteolitik dan kelainan abnormal lain pada tulang.

Keadaan yang dapat menjadi diagnosis banding multiple myeloma berupa

metastasis tumor ke tulang.22

Delapan puluh persen penyebaran tumor ganas ke tulang disebabkan oleh keganasan primer payudara, paru, prostat, ginjal dan kelenjar gondok. Penyebaran

ini ternyata ditemukan lebih banyak di tulang skelet daripada ekstremitas.  Bone

Survey atau pemeriksaan tulang-tulang secara radiografik konvensional adalah  pemeriksaan semua tulang-tulang yang paling sering dikenai lesi-lesi metastatik 

yaitu skelet ekstremitas bagian proksimal. Sangat jarang lesi megenai sebelah distal siku atau lutut. Bila ada lesi pada bagian tersebut harus dipikirkan kemungkinan

multiple myeloma.22

Gambaran radiologik dari metastasis tulang terkadang bisa memberi  petunjuk dari mana asal tumor. Sebagian besar proses metastasis memberikan

gambaran “lytic” yaitu bayangan radiolusen pada tulang. Sedangkan gambaran

"blastic" adalah apabila kita temukan lesi dengan densitas yang lebih tinggi dari

tulang sendiri. Keadaan yang lebih jarang ini kita temukan pada metastasis dari tumor primer seperti prostat, payudara, lebih jarang pada karsinoma kolon, paru,  pankreas. Sedangkan pada multiple myeloma ditemukan gambaran lesi litik 

multiple berbatas tegas,  punch out , dan bulat. Selain gambaran radiologik,

ditemukannya proteinuri Bence Jones pada pemeriksaan urin rutin dapat

(30)
(31)

Gambar 11. Foto pelvic pada metastasis tumor payudara ke tulang

memberikan gambaran osteolytic.

(dikutip dari kepustakaan 23)

Gambar 12. Foto pelvic pada multiple

myeloma menunjukkan adanya

multiple lytic lesions pada sepanjang

 pelvis dan femur. (dikutip dari kepustakaan 9)

VIII. PENGOBATAN

Pada umumnya, pasien membutuhkan penatalaksanaan karena nyeri pada tulang atau gejala lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Regimen awal yang  paling sering digunakan adalah kombinasi antara thalidomide dan dexamethasone.

Kombinasi lain berupa agen nonkemoterapeutik bartezomib dan lenalidomide sedang diteliti. Bartezomib yang tersedia hanya dalam bentuk intravena merupakan inhibitor proteosom dan memiliki aktivitas yang bermakna pada myeloma.

Lenalidomide , dengan pemberian oral merupakan turunan dari thalidomide.2,5

Setelah pemberian terapi awal (terapi induksi) terapi konsolidasi yang optimal untuk pasien berusia kurang dari 70 tahun adalah transplantasi stem sel autolog. Radioterapi terlokalisasi dapat berguna sebagai terapi paliatif nyeri pada tulang atau untuk mengeradikasi tumor pada fraktur patologis. Hiperkalsemia dapat diterapi secara agresif, imobilisasi dan pencegahan dehidrasi. Bifosfonat

(32)
(33)

Gambar 11. Pendekatan penatalaksanaan pada pasien baru terdiagnosis multiple myeloma(MM).(dikutip dari kepustakaan 2)

IX. PROGNOSIS

Meskipun rara-rata pasien multiple myeloma bertahan kira-kira 3 tahun, beberapa  pasien yang mengidap multiple myeloma dapat bertahan hingga 10 tahun

tergantung pada tingkatan penyakit.12

Berdasarkan derajat stadium menurut Salmon Durie System , angka rata-rata pasien  bertahan hidup sebagai berikut :6

• Stadium I > 60 bulan • Stadium II , 41 bulan • Stadium III , 23 bulan

(34)
(35)

Berdasarkan klasifikasi derajat penyakit menurut the International staging system maka rata-rata angka bertahan hidup pasien dengan multiple myeloma sebagai  berikut :6

• stadium I , 62 bulan • stadium II, 44 bulan • Stadium III, 29 bulan.

(36)
(37)

DAFTAR PUSTAKA

1. Syahrir, Mediarty. Mieloma Multipel dan Penyakit Gamopati Lain. Buku Ajar – Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. Jakarta: 2006.

2. Palumbo,Antonio M.D. and Anderson,Kenneth M.D. Medical Progress Multiple Myeloma. The New England Journal of Medicine, [online]. 2011;364:1046-60 [cited 2011 April 5]. Available from: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra1011442

3. Wenqi, Jiang. Mieloma Multipel. Buku Ajar – Onkologi Klinis Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2008.

4. Angtuaco, Edgardo J.C, M.D, et al. Multiple Myeloma: Clinical Review and Diagnostic Imaging. Departement of Radiology and the Myeloma Institute, University of Arkansas, [online]. 2004 [cited 2011 April 5]. Available from: http://radiology.rsna.org/content/231/1/11.full.pdf+html

5. Fauci, Braunwald, Kasper, et al. Plasma Cell Disorder in Harrison’s –  Principles of Internal Medicine 17th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. US: 2008.

6. Besa, Emmanuel C, M.D. Multiple Myeloma. Medscape Reference, [online]

2011 [cited 2011 April 5]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/204369-overview

7. Baron, Rolland, DDS,PhD. Anatomy and Ultrastructure of Bone

Histogenesis, Growth and Remodelling. Endotext – The most accesed source endocrinology for Medical Professionals, [online]. 2008 [cited 2011 April 5].

Available from:

http://www.endotext.org/parathyroid/parathyroid1/parathyroid1.html

8. Belch, Andrew R,MD, et al. Multiple Myeloma Patient Handbook. Multiple Myeloma Canada, [online]. 2007 [cited 2011 April 5]. Available from: http://myeloma.org/pdfs/PHCanada.pdf 

9. Ki Yap, Dr. Multiple Myeloma. Radiopaedia.org, [online]. 2010 [cited 2011 April 5]. Available from: http://radiopaedia.org/articles/multiple-myeloma-1

10. ______. Multiple Myeloma Research. Department of Radiology, College of  Medicine, University of Arkansas for Medical Sciences, [online] [cited 2011

April 5]. Available from:

http://www.uams.edu/radiology/info/research/multiple_myeloma/default. asp

11.Schmaier, Alvin H.,MD, et al. Multiple Myeloma and Plasmacytoma -Hematology for the Medical Student. Lippincott Williams & Wilkins. United States of America: 2003.

12.Vickery, Eric, PA-C. Multiple myeloma: Vague symptoms can challenge diagnostic skill. Journal of the American Academy of Physician Assistans,

(38)
(39)

http://www.jaapa.com/multiple-myeloma-vague-symptoms-can-challenge-diagnostic-skills/article/121750/

13.Reyna, Rolando. Lytic Lesion in Multiple Myeloma – Radiology Teaching Files. MyPACS.net, [online]. 2005 [cited 2011 April 5]. Available from: http://www.mypacs.net/cases/LYTIC-LESIONS-IN-MULTIPLE-MYELOMA-1664181.html

14. ______. Guidelines on the Diagnosis and Management of Multiple Myeloma. UK Myeloma Forum, [online]. [cited 2011 April 5]. Available from: http://www.ukmf.org.uk/guidelines/gdmm/context.htm

15.Kumar, Cotran, Robbins. Mieloma Multipel dan Gangguan Sel Plasma Terkait – Buku Ajar Patologi Edisi 7, Robbins volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 2004.

16.Brant, William E.,et al. Fundamentals of Diagnostic Radiology – 2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.

17.Berquist, Thomas H. Musculoskeletal Imaging Companion. Lippincott Williams & Wilkins. 2007.

18. ______. Cardiothoracic Pulmonary Imaging Correlation Conference –  Case of the Week. Virginia Commonwealth University Health System, [online]. 2009 [cited 2011 April 5]. Available from: http://www.vcuthoracicimaging.com/Historyanswer.aspx?qid=9&fid=1

19. ______. MRI of Multiple Myeloma. Science Photo Library, [online]. [cited 2011 April 6]. Available from: http://www.sciencephoto.com/images/download_lo_res.html?id=771340876 20. ______. Pelayanan Kedokteran Nuklir Diagnostik. Bagian Radiologi,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, [online]. 2005 [cited 2011 April 16]. Available from: http://www.radiologi.ugm.ac.id/kednuklirdiagnosis.html

21. ______. Multiple Myeloma – PET CT Scan Images. Department of  Radiology, College of Medicine, University of Arkansas for Medical Sciences, [online] [cited 2011 April 5]. Available from: http://www.uams.edu/radiology/info/clinical/pet/images.asp

22.Susworo, dr. Penyebaran Tumor Ganas di Tulang: Aspek Diagnostik dan Terapi. Cermin Dunia Kedokteran, [online]. 1981 [cited 2011 April 16]. Available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PenyebaranTumor  GanasdiTulang023. pdf/08PenyebaranTumorGanasdiTulang023.html

23.Weber, Kristy, MD. Rounds 2: Treatment of Metastatic Bone. The Johns Hopkins Arthritis Center, [online]. 2006 [cited 2011 April 16]. Available from: http://www.hopkins-arthritis.org/physician-corner/cme/rheumatology-rounds/metastatic_bone_disease_rheumrounds2.html

(40)
(41)

L

A

M

P

I

A

N

(42)

Gambar

Gambar 1. Perkembangan tulang panjang  (dikutip dari kepustakaan 7)
Tabel  1  dan  2.  Kriteria  diagnostik  multiple  myeloma  aktif  dan  kriteria  staging internasional
Gambar  3.  Foto  pelvic  yang  menunjukkan  fokus  litik  kecil  yang  sangat  banyak  sepanjang tulang pelvis dan femur yang sesuai dengan gambaran multiple myeloma.
Gambar 5. CT Scan sagital T1 – gambaran weighted pada vertebra lumbalis me-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kriteria inklusi meliputi pasien rawat inap, diagnosis utama kanker serviks dengan atau tanpa penyakit penyerta, pasien dengan kriteria stadium kanker yang

Menurut DSM IV-TR kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis gangguan Skizoafektif adalah sebagai berikut:a) Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama sutu

Kriteria untuk menegakkan diagnosis or pulmonal adalah adanya penyakit  paru atau kelainan dinding toraks yang berat, dibuktikan dengan foto toraks, tes faal  paru, dan analisa gas

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kriteria diagnosis

Dari gejala klinis, susah untuk menegakkan diagnosis karena tidak ada gejala klinis yang spesifik sehingga perlu pemeriksaan laboratorium. Diagnosis

1 Laboratorium Patologi Anatomi merupakan laboratorium khusus yang melakukan pemeriksaan spesimen baik jaringan, aspirat maupun cairan tubuh untuk menegakkan diagnosis suatu

CMD Berdasarkan pedoman European Society of Cardiology, kriteria diagnosis klinis perikarditis akut dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2 dari 4 kriteria berikut: 1 nyeri

CMD Berdasarkan pedoman European Society of Cardiology, kriteria diagnosis klinis perikarditis akut dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2 dari 4 kriteria berikut: 1 nyeri