• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Insomnia berdasarkan Ilmu Kedokteran Barat 1. Pengertian

Insomnia adalah gangguan tidur dan sulit untuk tertidur atau tetap tertidur meskipun ada kesempatan. Gejala tersebut biasanya disertai disfungsi pada siang hari saat bangun tidur dan melakukan aktivitas (Nurdin, 2018). Insomnia bisa menjadi masalah serius dalam perawatan kesehatan primer. Faktor psikososial diduga berkaitan dengan beratnya insomnia, seperti efikasi diri, tingkat kesehatan, depresi, dan kebiasaan yang salah tentang tidur (Permana, 2013).

Insomnia merupakan keluhan kesulitan yang berlanjut untuk memulai tidur, mempertahankan tidur dan bangun lebih awal.

Insomnia dapat terjadi pada kalangan manapun dengan berbagai masalah penurunan fungsional dan kejiwaan pada seseorang (Sateia et al, 2017).

2. Klasifikasi

Ghaddafi (2013) melaporkan klasifikasi insomnia dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer adalah insomnia yang terjadi tanpa disertai penyakit lain, sedangkan insomnia sekunder adalah tipe insomnia yang terjadi diakibatkan oleh penyakit lain. Insomnia primer merupakan kategori dimana terjadi gangguan tidur sebagai efek tidak langsung dari masalah kesehatan yang ada dan lebih terkait pada psikologis dan mental penderita, sedangkan insomnia sekunder merupakan kategori dimana terjadi karena hal lain, misalnya kondisi kesehatan tubuh yang kurang baik atau menderita penyakit tertentu seperti asma, depresi, kanker, artritis, dan lain sebagainya, jenis pengobatan yang dijalani,

(2)

atau pengaruh obat-obatan dan zat kimia tertentu misalnya alkohol (Ali et al, 2015).

3. Etiologi

Kaplan (2010) melaporkan beberapa penyebab yang mendukung terjadinya insomnia, antara lain :

a. Wanita. Perempuan cenderung mudah mengalami insomnia karena adanya suatu perubahan hormon selama siklus menstruasi dan menopause.

b. Memiliki gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan bipolar, dan post-traumatic stress disorder.

c. Stres. Stres dapat menyebabkan insomnia sementara.

d. Kecemasan dan depresi yang disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak.

e. Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur seseorang.

f. Kondisi Medis. Untuk seseorang yang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan mengalami enuresis, kemungkinan mereka terkena insomnia jauh lebih besar dibandingkan penyakit dengan tanpa gejala tersebut.

g. Perubahan lingkungan. Kelelahan akibat perjalanan jauh dapat menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga tubuh sulit untuk tidur.

h. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola merupakan minuman yang mengandung kafein yaitu stimulan yang terkenal. Nikotin adalah stimulan yang dapat menyebabkan insomnia, dan alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu orang tertidur tetapi terbangun saat larut malam.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala insomnia umumnya terjadi seperti kesulitan saat memulai tidur, sulit mengatur waktu tidur, bangun tidur terlalu awal, dan kualitas tidur yang kurang baik (Horsley et al, 2016). Putri &

(3)

Heppy (2014) melaporkan tanda dan gejalanya yang lain, yaitu kesulitan dalam tidur, tidur tidak nyenyak, mudah merasa lelah, tidak merasa segar setelah bangun, mengantuk pada siang hari, emosional, sulit berkonsentrasi disertai kecemasan, dan dapat disertai ganguan lain seperti berjalan waktu tidur dan anuresis.

5. Patofisiologi

Patofisiologi insomnia merupakan keadaan umum hyperarousal yang mencakup perubahan peningkatan kadar katekolamin, peningkatan laju metabolisme basal, suhu tubuh yang meningkat, peningkatan tingkat suku Sistem Saraf Pusat (SSP) metabolisme dan aktivias electrocephalogragh tinggi (Fetveit et al, 2008). Insomnia terhubung dengan hipotesis peningkatan arousal. Arousal terkait dengan struktur pemicu kesiagaan pada ascending reticular activating system (ARAS), hipotalamus, basal forebrain yang berhubungan dengan pusat pemicu tidur pada otak di anterior hipotalamus dan thalamus. Hyperarousal adalah suatu keadaan yang ditandai dengan tingginya tingkat kesiagaan yang merupakan respon terhadap situasi spesifik seperti lingkungan tidur (May & Buysse, 2018).

Kondisi stres dapat pula mempengaruhi kinerja raphe nukleus yang memiliki dampak pada hipothalamus tepatnya di SCN (Supra Chiasmatic Nucleus). Sehingga akan meningkatkan aktivitas pada SCN dan menyebabkan terganggunya proses tidur. Stres juga dapat merangsang kelenjar pineal untuk mengeluarkan hormon melatonin yang diperlukan dalam proses tidur (Wulandari et al, 2017).

(4)

6. Bagan Alir Insomnia

7. Diagnosa

Diagnosis insomnia bisa dilakukan melalui anamnesa, dan pemeriksaan tambahan seperti sleep wake diaries, aktigrapi, dan polisomnograpi. Melalui anamnesis yang lengkap, diagnosis insomnia dapat ditegakkan. Beberapa informasi yang mendalam harus didapatkan, seperti keluhan yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis, misalnya keluhan tentang insomnia yang berhubungan dengan saat mulai tidur atau tertidur, bangun terlalu pagi, dan gangguan saat sulit tidur (Buysse, 2013).

Mai dan Bussye (2008) melaporkan gangguan memulai tidur berhubungan dengan restless leg syndrome sedangkan gangguan bangun terlalu pagi berhubungan dengan gangguan depresi. Onset, frekuensi, penyakit penyerta, faktor yang memperberat dan memperingan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis pada insomnia. Insomnia tanpa diikuti penyerta menandakan insomnia

Hyperarousal Serotonin

Stressor dan Emosi

Nikotin dan Kafein

Otak (Neurotransmitter)

Insomnia

Bagan 2.1. Pathway Insomnia (Tresnaningsih & Srilestari 2010; Mai dan Buysse, 2008; Permana, 2013)

(5)

primer yang kronik, sedangkan insomnia yang disertai penyakit penyerta menandakan insomnia sekunder.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan insomnia secara farmakologis adalah dengan mengonsumsi obat penenang dan obat hipnotik, seperti benzodiazepin.

Obat-obatan yang biasa digunakan untuk penderita insomnia, yaitu:

Benzodiazepin Reseptor Agonis (BzRA), Trazodone, Trisiklik antidepressan (TCAs), Antihistamin, Antikonvulsan, Antipsikotik, dan melatonin. Sampai saat ini pengunaan farmakologi sebagai terapi pilihan, namun memiliki efek merugikan yang dapat dirasakan oleh pasien. Efek samping yang dilaporkan oleh pengunaan terapi farmakologi antara lain, penyalahan obat sedasi, rebound insomnia, hipotensi ortostatik, nafsu makan menurun, kostipasi, kerusakan neurologis yang serius hingga disfungsi seksual (Pujiati & Febita, 2019; Tresnaningsihet al, 2010).

Pujiati & Febita (2019) melaporkan bahwa terapi farmakologi memiliki efek yang cepat, namun jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan efek yang merugikan bagi kesehatan dan menurunkan imunitas ODHA. Terapi non-farmakologi meliputi terapi kontrol stimulasi, terapi pencatatan waktu tidur, dan terapi pembatasan tidur. Terapi tidur dan komplementer termasuk pengobatan herbal, teknik relaksasi (yoga, meditasi, progresif, bekam), pijat refleksi, terapi medan magnet, serta bekam dan akupunktur.

B. Insomnia berdasarkan Ilmu Kedokteran Timur 1. Definisi

Di dalam ilmu Traditional Chinese Medicine (TCM), insomnia biasa disebut dengan "Bu Mei" atau "Bu Ming" yang berarti adanya gangguan tidak bisa mempertahankan tidur ataupun tidak cukupnya dalam tidur yang biasa ditandai dengan sulit dalam memulai tidur, ketidakseimbangan Yin dan Yang yang menyebabkan tidur terganggu

(6)

dengan mimpi, bangun terlalu cepat, atau juga sulit dalam tidur kembali setelah terbangun, dan bahkan bisa tidak tertidur sepanjang malam. Pengertian lain mengatakan, insomnia yang disebut Shi Mian dalam bahasa Cina, disebabkan oleh gangguan pada jantung, limpa, hati, ginjal, dan defisiensi Yin, ketidakharmonisan antara hiperaktif Yang dan tidak cukupnya YinYang (Liu, 2000; Zheng, 2000).

2. Etiologi dan Patogenesis

Sim (2008) dan Maciocia (2011) melaporkan penyebab dan mekanisme terjadinya insomnia, antara lain:

a. Tujuh emosi abnormal

Emosi yang berlebihan dapat menyebabkan insomnia, misalnya terlalu gembira dapat mengurusan Xin Qi (Qi dalam Xin/jantung), hinga Shen/jiwa menjadi tidak tenang, dan terjadi insomnia; Marah yang berlebihan dapat mengganggu Gan/hati, hingga GanQi berjalan tidak pada arahnya, dan hal tersebut dapat menyebabkan GanHuo (api Gan/hati) membara, kemudian mengacaukan Shen/jiwa dalam Xin/jantung, dan terjadi insomnia;

terlalu banyak berpikir atau merenung dapat menguras Pi Qi (Qi dalam Pi/limpa, dan hal tersebut menyebabkan Pi/limpa tidak dapat menjalankan fungsi transportasi dan transformasi dengan sempurna, hingga Shen/jiwa tidak mendapat pasokan nutrisi yang baik, maka terjadi insomnia; sedih dan khawatir menguras Fei Qi (Qi dalam Fei/paru), dan menyebabkan Po (suatu aktivitas kejiwaan yang dikuasai paru) terganggu, sehingga terjadi insomnia;

kaget dan takut yang berlebihan menguras ShenJing (Jing dalam Shen/ginjal). Sesuai dengan teori Yin Yang, Shen Jing tidak cukup menyebabkan api dalam Xin/jantung membara, hingga menyebabkan insomnia.

b. Diet yang tidak tepat

Makan berlebihan atau makan terlalu banyak makanan berminyak dan panas dapat menyebabkan retensi makanan di

(7)

jiaotengah. Pola makan yang tidak tepat akan merusak fungsi Pi/limpa dan Wei/lambung, hal tersebut menyebabkan transportasi dan transformasi Jing makanan dan minuman terganggu, dan mekanisme turun naiknya Qi menjadi kacau, hingga mengacau Shen/jiwa dan menyebabkan insomnia.

c. Hubungan seks berlebihan

Aktivitas seksual yang berlebihan biasanya disebabkan oleh pria daripada wanita. Karena hubungan yang berlebihan dapat menguras Shen/ginjal. Demikian juga kekurangan Jing dalam Shen/ginjal karena pembawaan dapat menyebabkan Yin dalam Shen/ginjal tidak dapat menunjang Yin dalam Xin/jantung, hingga XinYin menjadi kurang. Kekurangan XinYin menyebabkan XinHuo membara dan mengacaukan Shen/jiwa dan terjadi insomnia.

d. Terlalu lelah atau pasca penyakit berat

Terlalu lelah atau pasca penyakit berat akan menguras Qi dan Xue/darah hingga menjadikan tubuh kekurangan Qi dan Xue/darah.

Hal tersebut menyebabkan Shen/jiwa tidak mendapatkan pasokan nutrisi yang diperlukan, hingga terjadi insomnia.

3. Deferensiasi Sindrom

Gongwang (2000) dan Yin & Liu (2000) melaporkan insomnnia dibagi dalam beberapa sindrom berikut penalataksanaan terapi dan prinsip terapi akupunktur, yaitu:

a. Hiperaktivitas Api Hati

Pada sindrom hiperaktivitas api hati manifestasinya adalah insomnia, iritabilitas, nafsu makan menurun, mudah haus, mata merah, rasa pahit di mulut, urin gelap, konstipasi, otot lidah merah dengan selaput lidah kuning, nadi tegang dan cepat. Prinsip terapi untuk menenangkan api hati, menenangkan pikiran pada penusukan titik Xingjian (LV 2), Taichong (LV 3), Fengchi (GB 20), Sanyinjiao (SP 6), Ganshu (BL 18), Shenting (DU 24).

(8)

b. Kelembapan flegma internal

Tidur tenganggu mimpi, sering bangun, distensi hypochondriac, mual, muntah, produksi dahak kuning atau putih yang banyak, nafsu makan yang buruk, selaput lidah putih, berminyak, dan nadi licin. Prinsip terapi untuk transformasi phlegma, keharmonisan Jiao tengah penusukan pada titik Yanglinguan (GB 34), Sanyinjiao (SP 6), Fenglong (ST 40), Zhongwan (REN 12), Sishenchong (EX HN 1).

c. Hiperaktivitas Api oleh karena Defisiensi Yin

Defisiensi Yin Pada sindrom hiperaktivitas api karena defisiensi yin manifestasinya adalah insomnia, kelelahan, rasa deg- degan, pusing, tinnitus, ingatan buruk, nyeri dan kelamahan pada area lumbal dan lutut, rasa panas ditelapak kaki, tangan, dan dada, otot lidah merah, nadi benang dan cepat. Prinsip terapi untuk meningkatkan Yin, membersihkan panas, menyehatkan hati dan menenangkan pikiran pada penusukan titik Zhaohai (KI 6), Xinshu (BL 15), Shenshu (BL 23), Shenmen (HT 7), Taichong (LR 3).

d. Defisiensi Jantung dan Limpa

Pada sindrom defisiensi jantung dan limpa manifestasinya adalah insomnia, tidur terganggu mimpi, palpitasi, sering bangun, berdebardebar, memori yang buruk, kelelahan mental, nafsu makan yang buruk, selaput lidah pucat, nadi tipis. Karena kegagalan Qi dan darah untuk menyehatkan pikiran hati. Prinsip terapi untuk meningkatkan jantung dan limpa pada penusukan titik Shenmen (HT 7), Zusanli (ST 36), Sanyinjiao (SP 6), Qihai (REN 6), Pishu (BL 20), Xinshu (BL 15), Yinglinguan (SP 9).

e. Defisisensi Qi Hati dan Kandung Empedu

Manifestasi yang muncul adalah tidur tenganggu mimpi, sering terbangun, marah, lidah pucat dan denyut nadi kurus. Karena pikiran gelisah karena kekurangan Qi hati dan kandung empedu.

Prinsip terapi untuk melancarkan Qi hati dan menenangkan pikiran.

(9)

Penusukan pada titik Xinshu (BL 15), Danshu (BL 19), Neiguan (PC 6), Shenmen (HT 7), Zusanli (ST 36), Guanyuan (REN 4), Yanglinguan (GB 34).

f. Disharmoni Jantung dan Ginjal

Manifestasinya yaitu sulit tidur bahkan sampai semalam suntuk, pusing, tinnitus, demam, sensasi panas di telapak tangan dan kaki, nyeri pinggang dan lutut, dan daya ingat berkurang. Otot lidah merah dengan selaput putih tipis, nadinya benang dan cepat.

Prinsip terapi untuk menguatkan ginjal, membersihkan jantung, mengharmonisasikan jantung dan ginjal, dan menenangkan pikiran.

Penusukan pada titik Shenting (DU 24), Benshen (GB 13), Sishencong (EX HN 1), Shenmen (HT 7), Zhaohai (KI 6), Xinshu (BL 15), Shenshu (BL 23).

4. Mekanisme Kerja Akupunktur terhadap Insomnia

Mekanisme kerja akupunktur pada insomnia lebih banyak terjadi pada jalur hipothalamus dimana penusukan pada titik-titik akupuktur dapat mengeluarkan hormon serotonin, merangsang hipofisis anterior, dapat melepaskan endorfin serta enkefalin yang dapat memberi efek sedasi (Tresnaningsih et al, 2010). Penjelasan tentang obat modern bahwa akupunktur dapat meningkatkan keseimbangan neutrotransmitter di sistem saraf pusat. Misalnya, akupunktur meningkatkan Gamma-aminobutyric acid (GABA) dan serotonin di otak dan dengan demikian meningkatkan kualitas tidur. Peningkatan mungkin juga karena sistem endokrin, misalnya kenaikan nokturnal sekresi melatonin endogen (Jiao et al, 2015).

Akupunktur dapat meningkatkan kualitas tidur dan menangani gejala-gejala pada insomnia. Terapi akupunktur pada penelitian digunakan untuk memodulasi aktivitas sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis yang merupakan bagian dari sistem saraf otonom (Huang et al, 2011).

(10)

5. Pemilihan Titik Akupunktur

Metode pengobatan nonfarmakologis berdasarkan obat komplementer salah satunya menggunakan akupunktur. Selama beberapa tahun terakhir sampai batas tertentu minat terapi akupunktur telah meningkat dan diperkenalkan dalam sistem perawatan kesehatan biasa. Akupunktur telah digunakan untuk mengobati gangguan insomnia (Bergdahl et al, 2016).

Titik-titik akupunktur yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Titik Baihui (GV 20)

Lokasi terletak pada tujuh cun dari batas rambut posterior/5 cun dari batas rambut anterior/1,5 cun kranial Houding (GV 19). Titik di mana garis sagital medial memotong garis yang menghubungkan kedua ujung kranial daun telinga. Berfungsi untuk sakit kepala, vertigo, tinnitus, opstruksi hidung, aphasia karena apopleksia, koma, gangguan jiwa, prolapsus rectum dan uterus (Saputra, 2017).

Gambar 2.1 Titik Akupunktur GV 20 (Baihui)(WHO, 2007)

(11)

b. Titik Shenting (GV 24)

Lokasi terletak pada setengah cun dorsal batas ventral rambut, pada garis sagitalis medialis. Titik pertemuan meridian Du, kandung kemih dan lambung. Berfungsi untuk epilepsi, palpitasi, kegelisahan, insomnia (Saputra, 2017).

Gambar 2.2 Titik Akupunktur GV 24 (Shenting) (WHO, 2007)

C. Bunga Telang (Clitoria ternatea) 1. Sejarah dan Asal Tanaman

Salah satu tanaman budidaya yang dapat dibudidayakan sebagai tanaman hias dan obat adalah bunga telang (Clitoria ternatea). Bunga telang (Clitoria ternatea) sudah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk penyembuhan berbagai penyakit sehingga dijadikan salah satu tanaman obat keluarga (TOGA). Bagian Clitoria ternatea yang paling umum digunakan adalah bunga dan daun (Rokhman, 2007). Purba (2020) melaporkan bahwa beberapa dokumen etnobotani mencatat penggunaan Clitoria ternatea, antara lain masyarakat

(12)

Kapuas, Kalimantan Barat yang menjadikan bunga telang sebagai obat, hias dan juga adat. Pada masyarakat Gianyar, Bali, mereka menggunakan bunga telat untuk upacara adat, obat dan hias, sedangkan masyarakat di Sulawesi Tengah memanfaatkan bunga dan akar Clitoria ternatea sebagai tanaman obat.

2. Komposisi Kimia Bunga Telang

Kandungan tannin, protein, alkaloid, flobatanin, saponin, triterpenoid, karbohidrat, fenolmfavanoid, flavanol glikosida, stigmasit 4-ena-3, 6 dion, antrakuinon, antisianin, minyak volatile dan steroid merupakan bentuk komponen fitokimia dari bunga telang (Clitoria ternatea). Bunga telang mempunyai potensi farmakologis yang luas, dimana dapat digunakan sebagai antioksidan, antiparasit dan antisida, antidiabetes, antikanker, antibakteri, anti inflamasi dan analgesik, antihistamin, immunomodulator, dan potensi ikut berperan dalam susunan syaraf pusat (Budiasih, 2017).

Gambar 2.3 Bunga Telang (Purba, 2020).

(13)

3. Kemanfaatan Tanaman Bunga Telang

Dalam pengobatan, ekstrak dari bunga telang (Clitoria ternatea) dikenal sebagai "Medhya drugs" bersama dengan ekstrak tumbuhan lain yang dirancang untuk memperbaiki kemampuan mental. Clitoria ternatea memiliki tipe batang herbaceous yang berbentuk bulat pada permukaannya dan terdapat rambut-rambut kecil. Perakaran terdiri dari akar tunggang dengan beberapa cabang dan banyak akar lateral.

Memiliki akar horizontal tebal, yang dapat tumbuh hingga lebih dari 2 m. Bunga telang berwarna biru tua ke biru, ungu muda atau kadang- kadang putih, dengan pusat oranye, pediselata sangat pendek dan mempunyai panjang 4-5 cm (Kosai et al, 2015).

4. Prosedur Pemanfaatan Bunga Telang

Berdasarkan hasil penelitian Nanda (2019) yang menggunakan Diphenyl-1-picryl hydrazine (DPPH) sebagai radikal stabil terbukti bahwa Clitoria ternatea memiliki kandungan antioksidan. Mulangsri (2019) melaporkan bahwa tahapan pengeringan bunga telang dan pembuatan seduhannya dilakukan dengan dua cara yaitu penjemuran di bawah sinar matahari langsung dan menggunakan oven sederhana.

Dihasilkan seduhan berawarna biru dari dua pengeringan tersebut, namun waktu pengeringan dibawah sinar matahari sangat lama yaitu 2 hari. Bunga telang yang telah dikeringkan dari dua cara pengeringan tersebut dapat diseduh dengan air hangat, juga dapat dinikmati seperti teh dengan tambahan madu dan jeruk nipis.

5. Dosis, Ukuran dan Takaran

Konsumsi ekstrak bunga telang hingga 2 g/400 ml air atau setara 2,16 mg delfinidin 3-glukosida dapat menurunkan gula darah 15 pria sehat pada rata-rata usia 22,53 tahun dengan indeks massa tubuh rata- rata 21,57 kg/m2 yang diberi diet minuman yang mengandung 50 g sukrosa (Marpaung, 2020). Data total antosianin per helai bunga kering yaitu sebesar 2,22 x 10-3 mg atau 0,294 nmol/mg bunga, dimana antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki

(14)

kemampuan sebagai antioksidan (Kusrini et al, 2017). Konsumsi ekstrak bunga telang dapat meningkatkan kapasitas antioksidan plasma dan menurunkan kandungan malondialdehida (MDA) yang merupakan tanda stress oksidatif. Bunga telang dapat diolah menjadi minuman pengatur gula darah melalui proses yang relatif sederhana, yaitu dengan cara maserasi atau perendaman dalam air untuk mencapai konsentrasi yang setara dengan 2,16 mg delfinidin 3- glukosida per sajian. Konsentrasi ini dapat diperoleh dengan merendam 10 sampai 15 helai mahkota Clitoria ternatea di dalam 250 ml air panas selama 15-30 menit (Chusak et al, 2018).Bunga telang biasanya diolah menjadi bubuk, pewarna makanan, atau dikeringkan untuk menjadi minuman. Ketika dikonsumsi sebagai minuman, bunga ini memiliki rasa tawar menyerupai teh hijau tanpa gula. Berikut prosedur pemakaian pada bunga telang, antara lain:

1. Masukkan 1 genggam bunga telang segar atau 5-10 kelopak bunga telang yang telah dikeringkan ke dalam gelas atau cangkir.

2. Tuang air panas sebanyak 200 ml ke dalam gelas atau cangkir tersebut, lalu biarkan selama 15 menit. Warna biru pada bunga telang lama-kelamaan akan luntur sehingga air panas berubah warna menjadi kebiruan.

3. Setelah bunga telang tidak lagi mengeluarkan warnanya, saring air dari kelopak bunga yang tersisa, maka seduhan bunga telang siap untuk disajikan.

Bunga telang yang diolah dalam bentuk teh dapat menjadi alternatif untuk minuman yang berkafein, seperti teh atau kopi yang memiliki efek samping salah satunya sembelit. Bunga telang tidak memiliki efek samping karena sangat aman dan sehat untuk dikonsumsi. Namun, konsumsi yang berlebihan dapat menyebabkan mual dan diare (NDTV Food, 2020).

(15)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.2 Kerangka Teori (Kaplan, 2010; Sonjaya, 2015; Sim, 2008;

Maciocia, 2011; Pujiati & Febiati, 2019) Keterangan :

= tidak diteliti

= diteliti

Etiologi secara TCM 1. Tujuh emosi

abnormal

2. Diet yang tidak tepat

3. Hubungan seks berlebihan

4. Pasca penyakit berat.

Etiologi secara Medis 1. Wanita.

2. Gangguan kesehatan mental 3. Stres

4. Kecemasan dan depresi 5. Obat-obatan

6. Kondisi Medis

7. Perubahan lingkungan 8. Kafein, nikotin dan alkohol

PENATALAKSANAAN

Disfungsi Hipotalamus, Melatonin, Produksi Kortesol, Serotonin, Hiperaerosol

Terapi Akupunktur titik Baihui (GV 20) dan Shenting (GV 24) dengan kombinasi seduhan bunga telang (Clitoria ternatea) NON FARMAKOLOGI

1. Kontrol stimulus, sleep diary, pembatasan tidur 2. Pengobatan herbal dan

Akupunktur

3. Relaksasi, pijat refleksi, terapi medan magnet , bekam.

FARMAKOLOGI

Peningkatan Kualitas Tidur

INSOMNIA

(16)

E. Kerangka Konsep

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan dengan mengetahui pre dan post hasil penusukan titik akupunktur, maka dapat digambarkan hubungan variabel berikut:

Bagan 2.3 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada pengaruh terapi akupunktur terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

b. Tidak ada pengaruh terapi akupunktur dikombinasi dengan seduhan bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

c. Kombinasi terapi akupunktur dengan seduhan bunga telang (Clitoria ternatea) berpengaruh lebih rendah terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Terapi Akupunktur Titik Baihui (GV 20) dan

Shenting (GV 24)

Peningkatan Kualitas Tidur

Terapi Akupunktur Titik Baihui (GV 20) dan Shenting (GV 24) dikombinasi dengan

Bunga Telang X

(17)

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada pengaruh terapi akupunktur terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

b. Ada pengaruh terapi akupunktur dikombinasi dengan seduhan bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

c. Kombinasi terapi akupunktur dengan seduhan bunga telang (Clitoria ternatea) berpengaruh lebih tinggi terhadap peningkatan kualitas tidur pada kasus insomnia mahasiswa Jurusan Akupunktur dan Terapi Wicara Poltekkes Kemenkes Surakarta.

Gambar

Gambar  2.1 Titik  Akupunktur  GV 20 (Baihui)(WHO,  2007)
Gambar  2.2 Titik  Akupunktur  GV 24 (Shenting) (WHO, 2007)
Gambar  2.3 Bunga  Telang  (Purba, 2020).

Referensi

Dokumen terkait

Judul dari skripsi yakni Karakteristik Fisikokimia Hard candy Sari Jahe (Zingiber officinale var. rubrum) dengan Bunga Telang (Clitoria ternatea) sebagai Pewarna

Berdasarkan hasil uji sitotoksisitas menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga telang (Clitoria ternatea L.)

Silti edelleen monet arviot osallisuuden toteutumisesta ja hyödyistä perustuvat olettamuksiin, jotka ovat lähtöisin muilta kuin toiminnan kohteilta itseltään (em). Vaikka

Potensi Ekstrak Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai Pewarna Alami Lokal Pada Berbagai Industri Pangan (The Potential Of Extract Butterfly Pea Flower (Clitoria Ternatea

Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan statistik parametrik tes yaitu uji satu sampel (One Sample T-Test) untuk menguji skor rata-rata KPS siswa pada

Pada LW mundur, main gate dan tail gate dibuat terlebih dulu pada blok lapisan batubara yang ingin ditambang, dengan panjang lorong dan lebar area penggalian ditentukan

Asumsi peneliti dari penelitian ini terapi kombinasi Pemberian Seduhan Kembang Telang/Butterfly Pea (Clittoria Ternatea) dan Lamaze Exercise efekti dalam menurunan

Hasil hubungan tersebut dapat disimpulkan besarnya kenaikan nilai modulus reaksi subgrade ( k s ) pada tekanan yang sama dapat mereduksi perilaku penurunan ( settlement ) yang