• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Keabsahan Akta Sewa Menyewa Yang Direnvoi Secara Sepihak (Studi Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT.Bdg)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Yuridis Keabsahan Akta Sewa Menyewa Yang Direnvoi Secara Sepihak (Studi Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT.Bdg)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2 Nomor 3, Oktober 2021: Page 549-558 (Tri Wahyuni Limbong)

Analisis Yuridis Keabsahan Akta Sewa Menyewa Yang Direnvoi Secara Sepihak (Studi Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT.Bdg)

Tri Wahyuni Limbong

Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara E-mail: triwahyunilimbong@gmail.com

Abstrak

Salah satu akta perjanjian yang dibuat Notaris adalah akta perjanjian sewa menyewa yaitu: suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak yang terakhir. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Deskriptif artinya mampu memberi gambaran secara jelas dan sistematis tentang masalah yang akan diteliti. Analisis artinya menganalisis secara teliti permasalahan berdasarkan gambaran dan fakta sehingga mampu menjawab permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini. Keabsahan akta sewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak oleh Notaris menimbulkan kerugian kepada para penghadap maupun bagi pihak lain. Kesalahan yang dilakukan oleh Notaris ini dapat membawa akibat pada akta sewa menyewa yang diubah secara sepihak menjadi batal demi hukum (van rechtswege nietig), dapat dibatalkan (vernietigbaar), atau hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan (onderhands acte). Pertanggung jawaban Notaris terhadap keabsahan akta sewa menyewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak yaitu merujuk pada Pasal 65A UUJN, Pasal 1869 KUHPerdata dan dapat juga dimintai pertanggungjawaban Notaris secara pidana, yaitu Notaris dapat dihukum secara pidana, bila dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/penghadap untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain. Putusan Majelis Hakim atas perkara nomor 146/PDT/2018/PT.

Bdg dirasa belum memberikan keadilan kepada Penggugat karena pelanggaran atas peraturan mengenai perubahan isi akta atau renvoi mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan dan dapat dijadikan alasan bagi para pihak untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

Kata Kunci:Akta Sewa Menyewa, Renvoi.

Abstract

One of the deed of agreement made by a Notary is a deed of lease agreement, namely: an agreement, whereby one party binds himself to provide enjoyment of an item to another party for a certain time, with payment of a price agreed by the latter party. This research is descriptive analysis. Descriptive means being able to provide a clear and systematic description of the problem to be studied. Analysis means analyzing carefully the problem based on the picture and facts so as to be able to answer the problems related to this research. The validity of the lease deed which is renvoied or changed unilaterally by the Notary causes losses to the parties as well as to other parties. Mistakes made by this Notary can result in a rental deed which is changed unilaterally to become null and void (van rechtswege nietig), can be canceled (vernietigbaar), or only has proving power as an underhand deed (onderhands act). The Notary's responsibility for the validity of the lease deed which is renvoied or changed unilaterally is referring to Article 65A UUJN, Article 1869 of the Civil Code and can also be held criminally responsible for the Notary, namely the Notary can be punished criminally, if it can be proven in court, that the Notary intentionally together with the parties/appearers to make a deed with the intent and purpose of benefiting only certain parties or appearers or harming other parties. The decision of the Panel of Judges on case number 146/PDT/2018/PT. It was felt that Bdg had not given justice to the Plaintiff because the violation of the regulations regarding changes to the contents of the deed or renvoi resulted in the deed only having evidentiary power as an underhand deed and could be used as an excuse for the parties to demand reimbursement of costs, compensation, and interest from a Notary.

Keywords: Lease Deed, Renvoi.

ISSN ONLINE: 2745-8369

(2)

Cara Sitasi:

Limbong. T.W., (2021), “Analisis Yuridis Keabsahan Akta Sewa Menyewa Yang Direnvoi Secara Sepihak (Studi Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT.Bdg)”, IURIS STUDIA: Jurnal Kajian Hukum Vol . 2, No.3, Oktober, Pages: 549-558.

A. Pendahuluan

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Peraturan Jabatan Notaris (selanjutnya akan disebut UUJN), memberikan definisi Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya.1 Lebih lanjut lagi, UUJN juga memberikan definisi Akta Notaris (yang selanjutnya disebut Akta), yaitu akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang undang ini.2 Tan Tong Kie berpendapat bahwa tugas Notaris adalah untuk mengkonstantir hubungan hukum antara para pihak dalam bentuk tertulis dan format tertentu, sehingga merupakan suatu akta otentik. Ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum.3

Pasal 15 ayat (1) UUJN menyebutkan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan kata, semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh Undang-Undang.4

Seorang Notaris diharapkan berperilaku sesuai aturan yang berlaku. Hal ini penting mengingat Notaris diharapkan dapat menjalankan tugas kantornya tidak hanya untuk memprioritaskan kepentingan pribadinya, tetapi seorang Notaris harus memprioritaskan kepentingan masyarakat dan berkewajiban untuk menjamin bahwa akta tersebut itu benar.

Akta otentik yang dibuat Notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak, ahli waris, serta orang-orang yang menerima hak dari mereka. Suatu akta yang terkuat yang akan dipergunakan untuk dijadikan alat bukti di dalam masyarakat.5

Salah satu akta perjanjian yang dibuat Notaris adalah akta perjanjian sewa menyewa yaitu: suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak yang terakhir itu.6 Sewa-menyewa atau perjanjian sewa-menyewa diatur pada pasal 1548 s.d.

pasal 1600 KUHPerdata. Ketentuan yang mengatur tentang perjanjian sewa menyewa terdapat dalam pasal 1548 KUHPerdata yang menyebutkan sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.7

Dalam praktiknya di lapangan, dalam pembuatan akta Notaris tidak luput dari kesalahan. Salah satu kesalahan yang lazim terjadi adalah kesalahan dalam pengetikan, yang dikenal dengan renvoi.

Kewenangan Notaris untuk membetulkan akta yang salah ketik terdapat pada Pasal 51 ayat (1) UUJN yang menyatakan bahwa Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangani.

Pembetulan ini dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris itu sendiri yang kemudian dituangkan dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akra asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor akta berita acara pembetulan.8 Apabila hal tersebut dilanggar, maka mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasna bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.9 Selain itu, salinan akta berita acara pembetulannya wajib disampaikan

1 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris

2 Pasal 1 angka 7 UUJN.

3 Tan Tong Kie, Studi Notariat, Buku I, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, (2000), p. 159.

4 Pasal 15 ayat (1) UUJN.

5 Herlin Budiono, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, Cetakan I, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, (2013), p. 1.

6 Pasal 1548 KUHPerdata.

7 Lukman Santoso, Hukum Perjanjian Kontrak, Yogyakarta: Cakrawala, (2012), p. 12.

8 Pasal 51 ayat (2) UUJN.

9 Pasal 51 ayat (2) UUJN.

(3)

kepada para pihak.10 Salinan akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh akta dan pada bagian bawah salinan akta tercantum frasa “diberikan sebagai salinan yang sama bunyinya.”11

Adanya kesalahan akibat kelalaian maupun kesengajaan yang dilakukan Notaris dalam setiap pembuatan akta otentiknya, dapat diajukan gugatan baik secara perdata maupun pidana. Dalam hal pemanggilan untuk pemeriksaan terhadap Notaris yang bersangkutan, terlebih dahulu harus seizin dari Majelis Kehormatan Notaris (MKN).

Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Permenkumham) Nomor 17 Tahun 2021 Tentang Tugas, Syarat, dan Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian, Struktur Organisasi, Tata Kerja, dan Anggaran Majelis Kehormatan Notaris, disebutkan bahwa Majelis Kehormatan Notaris adalah suatu badan yang mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pembinaan Notaris dan kewajiban memberikan persetujuan atau penolakan untuk kepentinngan penyidikan dan atau proses peradilan, atas pengambilan fotokopi minuta akta dan pemanggilan Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan yang berkaitan dengan akta atau Protokol Notaris yang berada dalam penyimpanan Notaris.

Kaitannya lebih lanjut adalah dalam Pasal 30 Permenkumham Nomor 17 Tahun 2021 menyebutkan bahwa dalam hal Majelis Pemeriksa memberikan persetujuan atas permohonan penyidik, penuntut umum, atau hakim, Notaris wajib:

a. Memberikan fotokopi minuta akta dan/atau surat yang diperlukan kepada penyidik, penuntut umum, atau hakim; dan

b. menyerahkan fotokopi minuta akta dan/atau surat sebagaimana dimaksud dalam huruf a dengan dibuatkan berita acara penyerahan yang ditandatangani oleh Notaris dan penyidik, penuntut umum, atau hakim dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.

Dan dalam Pasal 32 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

1) pengambilan fotokopi minuta akta dan/atau surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3), dilakukan dalam hal:

a. adanya dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris;

b. belum gugur hak menuntut berdasarkan ketentuan tentang daluwarsa dalam peraturan perundangundangan di bidang hukum pidana;

c. adanya penyangkalan keabsahan tanda tangan dari salah satu pihak atau lebih;

d. adanya dugaan pengurangan atau penambahan atas minuta akta; dan/atau e. adanya dugaan Notaris melakukan pemunduran tanggal (antidatum).

Pemberian persetujuan atau penolakan terhadap permohonan penyidik, penuntut umum, atau hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan keputusan rapat pleno Majelis Kehormatan Notaris Wilayah. Putusan nomor 146/PDT/2018/PT. BDG yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai akta sewa menyewa ruko yang dibuat oleh seorang Notaris antara Juju Andriyani sebagai Penggugat dan PT. Indomarco Prismatama sebagai Tergugat I dan Notaris Umang Retno Ayu Melasari sebagai Tergugat II.Penggugat adalah Pemilik Bangunan Rumah Toko (Ruko) hubungan hukum PENGGUGAT dengan TERGUGAT I adalah keduanya merupakan Para Pihak dalam Perjanjian Sewa Menyewa No. 31 tanggal 29 September 2016 yang dibuat oleh Ibu Umang Retno Ayu Melasari, S.H, Notaris dan PPAT Bogor (Selanjutnya disebut “AKTA SEWA MENYEWA NO. 31”) dengan objek sewa adalah ruko milik Penggugat.

Isi dari Akta Sewa Menyewa No. 31 tersebut terdapat bukti dan fakta adanya kecerobohan, kesengajaan, dan tidak sesuai dengan kebiasaan perjanjian sewa menyewa yang umum dan tidak patut bahkan melanggar ketentuan hukum yang berlaku, bertentangan dengan kebiasaan dan undang-undang serta tidak mencerminkan perjanjian sewa menyewa yang lazim sehingga Penggugat menduga adanya pengurangan atau penambahan atas minuta akta tanpa seizin dan tanpa diketahui oleh Penggugat, serta adanya dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta, atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris.

Fakta di persidangan kemudian ditemukan bahwa dalam Salinan Risalah Akta tidak terlihat yang tidak terdengar sama dengan Salinan Akta. Dalam Akta Minutta ternyata penuh coretan, belokan, sisipan, tambahan, dan seperti tumpang tindih apa pun, yang bukan salah ketik. Fakta hukum yang

10 Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) UUJN.

11 Pasal 1 angka 9 UUJN.

(4)

mewakili PT Indomarco Prismatama tidak disajikan pada penandatanganan Akta Otentik No. 31 oleh Notaris Umang Retno Ayu Melasari, S.H. (ini dibuktikan dengan tidak adanya dokumen dan sidik jari yang melekat pada Risalah Akta).

Dalam Penutupan Akta Notaris No. 31 Umang Retno Ayu Melasari, SH telah menulis frasa

"dilakukan tanpa perubahan apa pun" tidak boleh ada perubahan dalam Risalah Akta otentik No. 31, tetapi pada kenyataannya Minuta Akta memiliki banyak perubahan, dalam Akta otentik No. 31 ditulis.

Namun, ada ungkapan "diberikan sebagai salinan yang sama". Salinan Akta Otentik harus persis sama dengan Risalah Akta, tetapi pada kenyataannya itu tidak terdengar sama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penting untuk dilakukan penelitian mengenai bagaimana kedudukan hukum Notaris dalam proses pembuatan akta yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak, bagaimana tanggung jawab seorang Notaris apabila terjadi kesalahan pada pengetikan maupun isi (renvoi) yang tidak disahkan oleh salah satu pihak, dan bagaimana analisis atas pertimbangan hukum hakim dalam memutus putusan nomor 146/PDT/2018/PT. Bdg, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul “Analisis Yuridis Keabsahan Akta Sewa Menyewa yang Direnvoi Secara Sepihak (Studi Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT. BDG)”

Dengan demikian Notaris Umang Retno Ayu Melasari, S.H melanggar Pasal 48 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Kedudukan Notaris yaitu isi akta yang dilarang untuk diubah dengan:

1. Diganti;

2. Ditambah;

3. Dicoret;

4. Dimasukkan;

5. Dihapus, dan/atau 6. Ditulis.

Bahwa kepalsuan dari Akta Sewa Menyewa No. 31 yang dibuat oleh Tergugat II adalah adanya Kepalsuan Intelektual, yang terdiri dari:

1. Pemohon memberikan informasi yang salah dalam akta (isi akta);

2. Notaris memberikan informasi yang salah kepada kepala Akta, pembanding, (identitas) dan akhir akta;

3. Notaris mengubah, menambah atau menghapus pernyataan para pihak (di luar prosedur konvoi yang diatur dalam Hukum Posisi Notaris);

4. Ada kondisi hukum aktual, yaitu; adanya kondisi hukum yang sebenarnya adalah tanda tangan para pihak, notaris dan saksi; dan

5. Ada suatu kondisi hukum aktual salinan akta, akta grosse dan atau akta kutipan sehingga dengan demikian Akta Sewa Menyewa No. 31.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Bagaimanakah keabsahan akta sewa menyewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak? Bagaimanakah pertanggung jawaban Notaris terhadap keabsahan akta sewa menyewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak? Bagaimanakah analisis atas pertimbangan hukum hakim dalam memutus perkara nomor 146/PDT/2018/PT. Bdg?

Suatu penelitian tidak dapat dikatakan penelitian apabila tidak memiliki metode penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk mengungkapkan suatu kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.12

Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Metode penelitian yang digunakan berupa library research yaitu penelitian terhadap dokumen tertulis sebagai datanya yang bersumber dari data skunder mencakup bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.13 Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat atau yang membuat masyarakat dapat dimaklumi, termasuk produk hukum yang menjadi bahan kajian dan produk hukum sebagai alat bantu pembentuk hukum kritik. Bahan hukum sekunder meliputi penjelasan bahan hukum primer di dalam bentuk doktrin ahli yang ditemukan di buku, jurnal, dan situs web.14 Prosedur yang digunakan

12 Taufik Hidayat Lubis dan Ismail Koto, “Diskursus Kebenaran Berita Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dan Kode Etik Jurnalistik”, De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 5 No. 2, (2020): p. 234.

13 Rahmat Ramadhani, “Analisis Yuridis Penguasaan Tanah Garapan Eks Hak Guna Usaha PT. Perkebunan Nusantara II Oleh Para Penggarap”, Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora 1, No. 1, (2021): p. 859.

14 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op.cit., p. 23-24

(5)

untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk dokumentasi, yaitu pedoman yang digunakan dalam bentuk catatan atau kutipan, mencari literatur hukum, buku-buku dan lain-lain yang berkaitan dengan identifikasi masalah dalam penelitian ini baik offline maupun online.15 Analisis bahan hukum dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi (centent analysis method) yang dilakukan dengan cara memaparkan materi peristiwa hukum atau produk hukum secara rinci guna memudahkan penafsiran dalam pembahasan,16 melalui pendekatan perundang-undangan (statute aprroach).17 B. Pembahasan

1. Keabsahan Akta Sewa Menyewa yang Direnvoi Atau Diubah Secara Sepihak

Akta otentik yang dibuat oleh Notaris adalah berdasarkan kehendak dari para pihak. Artinya, Notaris hanya menuangkan apa-apa yang telah menjadi kesepakatan dan keinginan dari para pihak menjadi sebuah akta yang sah dan mempunyai kekuatan yang sempurna. Notaris hanya mengkonstantir dan memformulasikan kehendak dan keinginan para pihak tersebut berdasarkan perjanjian yang dilakukan oleh para pihak itu sendiri.18

Akta yang dibuat di hadapa Notaris berkedudukan sebagai akta otentik menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam UUJN, bahwa syarat sebuah akta disebut akta otentik adalah:

a. Dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-Undang; dan b. Dibuat oleh dan di hadapan pejabat umum.19

Pada hakikatnya, akta otentik memiliki kebenaran formal sesuai dengan apa yang diberitahukan oleh para pihak kepada Notaris. Dalam kaitannya dengan hal ini, Notaris berkewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam akta Notaris adalah sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara membacakannya, sehingga menjadi jelas isi aktanya, dan memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap Peraturan Perundang- undangan yang terkait bagi para pihak yang menandatangani akta tersebut. Para pihak kemudian dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak menyetujui isi akta Notaris yang akan ditanda tanganinya.20

Dalam praktik, perjanjian sewa menyewa misalnya seperti bangunan/tanah dibuat dalam bentuk tertulis dan isi perjanjian telah dirumuskan oleh para pihak dan/atau Notaris sehingga nanti akan adanya Akta Perjanjian Sewa Menyewa yang mana akta ini termasuk dalam akta otentik.

Kewenangan Notaris dalam membuat akta otentik menurut Pasal 38 UUJN, harus berdasarkan permintaan dari para penghadap. Notaris wajib mendengarkan keterangan atau pernyataan dari para pihak tanpa memihak kepada salah satunya. Keterangan atau pernyataan para pihak tersebut selanjutnya dituangkan kedalam akta yang setelahnya dibacakan oleh Notaris di hadapan para pihak, saksi-saksi dan disetujui oleh para pihak yang kemudian ditandatangani.21

Pasal 48 UUJN menyebutkan bahwa;

1) Isi akta dilarang untuk diubah dengan:

a. Diganti;

b. Ditambah;

c. Dicoret;

d. Disisipkan;

e. Dihapus; dan/atau f. Ditulis tindih.

15 Taufik Hidayat Lubis dan Rahmat Ramadhani, “The Legal Strength of the Deed of Power to Sell as the Basis for Transfer of Land Rights”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 3, (2021): p. 151.

16 Rahmat Ramadhani dan Ummi Salamah Lubis, “The Function of the Delimitation Contradictory Principle in the Settlement of Land Plot Boundary Disputes”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 3, (2021): p. 138.

17 Rahmat Ramadhani, “Endless Agrarian Conflict in Malay Land”, Proceeding International Conference on Language and Literature (IC2LC), (2020): p. 258.

18 Vitto Odie Prananda, “Pelindungan Hukum Terhadap Notaris Ata Pembuatan Akta Oleh Penghadap yang Dinyatakan Palsu Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 385 K/PID/2006”, Jurnal Lex Journal: Kajian Hukum&Keadilan, Volume 1 Nomor 2, (2019): p. 10.

19 Philipus M. Hadjon, Formulir Pendaftaran Tanah Bukan Akta Otentik, Surabaya: Post, (2001), p. 3.

20 Umar Ma’ruf dan Dony Wijaya, Loc.Cit.

21 I Ketut Tjukup, Akta Notaris (Akta Autentik) Sebagai Aalat Bukti Dalam Peristiwa Hukum Perdata, Jurnal Acta Comunitas, (2016): p. 182.

(6)

2) Perubahan isi akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c, dan huruf d dapat dilakukan dan sah jika perubahan tersebut diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi, dan Notaris.

3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.22

Dan ketentuan dalam Pasal 51 UUJN menyebutkan bahwa:

1) Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangabi;

2) Pembetulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan Notaris yang dituangkan dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor Akta berita acara pembetulan;

3) Salinan akta berita acara sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) wajib disampaikan kepada para pihak;

4) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.23

Jika masih terdapat keslahan ketik dalam suatu akta otentik tetapi para pihak telah menandatangani akta tersebut, maka Notaris tidak dapat melakukan renvoi atas akta tersebut. Tetapi Notaris dapat melakukan rnvoi setelah akta ditandatangani untuk kesalahan-kesalahan yang tidak bersifat substansial, seperti salah penulisan huruf, maka Notaris berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atai kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah ditandatangani sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 51 ayat (1) UUJN. Pembetulan ini dilakukan di hadapan penghadap, saksi-saksi dan Notaris yang kemudian dimuat dalam berita acara dan memberikan catatan tentang hal tersebut pada minuta akta asli dengan menyebutkan tanggal dan nomor berita acara pembetulan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 51 ayat (2). Salinan akta berita cara tersebut kemudian wajib disampaikan kepada para pihak sebagaimana ketentuan Pasal 51 ayat (3) UUJN.

Pasal 49 UUJN memberikan ketentuan bahwa perubahan atas isi akta harus dibuat di sisi kiri akta, atau apabila tidak dapat dibuat di sisi kiri akta, maka dapat dibuat pada akhir akta sebelum penutup akta, dengan menunjuk bagian yang diubah, atau dapat pula dengan menyisipkan lembar tambahan.

Berdasarkan pasal tersebut dapat ditafsirkan bahwa ketika masih dapat dilakukan perubahan-perubahan dalam suatu akta, seperti penambahan dan lain sebagainya, yaitu adalah sebelum dilakukan penandatanganan karena akta tersebut belum diberikan pengesahan.

Dalam mementukan suatu akta dikatakan sah atau tidak sah, digunakan asas praduga sah. Asas ini dapat dipergunakan untuk menilai akta Notaris, yaitu akta Notaris harus dianggap sah sampai ada pihak yang menyatakan akta tersebut tidak sah. Untuk menyatakan atau menilai sah tidaknya suatau akta Notaris harus dengan gugatan ke Pengadilan Umum.24 Selama dan sepanjang gugatan berjalan sampai dengan adanya putusan dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka akta Notaris tetap sah dan mengikat para pihak atau siapa saja yang berkepentingan dengan akta tersebut. Akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris harus dianggap sah dan mengikat para pihak sebelum dapat dibuktikan dari aspek lahiriah, formal, dan materiil dari akta otentik tersebut.25

Pelanggaran/kesalahan Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya yang tidak sesuai melanggar ketentuan Peraturan Perundang-undangan, sehingga dapat menimbulkan kerugian kepada para penghadap maupun bagi pihak lain. Kesalahan yang dilakukan oleh Notaris ini dapat membawa akibat pada akta yang dibuatnya menjadi batal demi hukum (van rechtswege nietig), dapat dibatalkan

22 Pasal 48 ayat (1), (2), dan (3) UUJN.

23 Pasal 51 UUJN.

24 Muchammad Ali marzuki, Tanggung Jawab Notaris Atas Kesalahan Ketik pada Minuta Akta yang Sudah Keluar Salinan Akta, Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), Volume 4 Nomor 2, (2018): p. 50.

25 Rio Utomo Hably, Kewenangan Notaris dalam Hal Mmbuat Akta Partik (Contoh Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor:

1003 K/PID/2015), Jurnal Hukum Adigama, Volume 2 Nomor 2, (2019): p. 78.

(7)

(vernietigbaar), atau hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan (onderhands acte).

2. Pertanggungjawaban Notaris Terhadap Keabsahan Akta Sewa Menyewa yang Direnvoi atau Diubah Secara Sepihak

a. Pertanggungjawaban Notaris Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

Upaya preventif yang dapat dilakukan oleh notaris sebagai pejabat umum agar tidak terjadi konflik dan kesalahpahaman yang mungkin saja bisa terjadi di kemudian hari ialah salah satunya melaksanakan kewenangannya sesuai dengan sistem sebagaimana yang sudah ditentukan dalam UUJN. Berkenaan dengan profesi Notaris, untuk menjalankan kewenangannya, secara yuridis atau dalam hukum positif telah diatur dalam UUJN. UUJN yang merupakan hukum positif tersebut, telah menentukan mengenai apa saja kewajiban-kewajiban Notaris, berbagai tanggung jawab notaris, dan apa saja yang menjadi larangan atau pantangan seseorang dalam kedudukanya yang berprofesi sebagai Notaris. Jika membahas mengenai hal-hal apa saja sekiranya yang bersinggungan dengan kewajiban-kewajiban seorang yang berprofesi sebagai notaris, semuanya itu dengan sangat jelas dan terang telah dimuat di Pasal 16 UUJN, sedangkan jika bicara menggenai pertanggung jawaban sebagai wujud dari pejabat umum, telah dimuat di Pasal 65A UUJN.26

b. Pertanggungjawaban Notaris Secara Perdata Atas Akta yang Dibuatnya

Adapun sanksi yang ada dalam UUJN, menjelaskan bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan Notaris terhadap peraturan sebagaimana yang dimaksud dalam beberapa Pasal, jika terjadi kesalahan salah satu pasal yang ada dilanggar, maka terjadi perbuatan yang melanggar hukum, sehingga terdapat unsur perbuatan melanggar hukum sudah ada. Maka, bagi para pihak yang menderita kerugian dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris ataupun Notaris Pengganti. Dalam pemberian sanksi administrasi merupakan pengawasan dan penegasan sanksi, pengawasan merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.

Dalam pemberian sanksi administrasi kepada Notaris Mengenai tanggungjawab hukum secara Administrasi yang diterima oleh Notaris maupun Notaris Pengganti apabila melakukan kesalahan maka dapat dijatuhi sanksi berupa:

1. Teguran secara lisan;

2. Teguran secara tertulis;

3. Pemberhentian sementara;

4. Pemberhentian secara hormat;

5. Pemberhentian secara tidak hormat;

c. Pertanggungjawaban Notaris Secara Pidana Atas Akta yang Dibuatnya

Dalam ruang lingkup tugas pelaksanaan jabatan notaris yaitu membuat alat bukti yang diinginkan oleh para pihak untuk suatu tindakan hukum tertentu, dan notaris membuat akta karena ada permintaan dari para pihak yang menghadap, tanpa ada permintaan dari para pihak dengan tetap berpijak pada aturan hukum atau tata cara atau prosedur pembuatan akta dan aturan hukum yang berkaitan dengan tindakan hukum yang bersangkutan yang dituangkan dalam akta. Sanksi Pidana kepada Notaris dilihat dalam rangka jabatannya sebagai Notaris, artinya dalam perbuatan atau prosedur pembuatan akta harus berdasarkan kepada aturan hukum yang mengatur hal tersebut, dalam hal ini UUJN. Dalam praktik ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum atau pelanggaran yang dilakukan notaris sebenarnya dapat dijatuhi sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan notaris, tapi kemudian ditarik atau dikualifikasikan sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh Notaris.

3. Analisis Hukum Terhadap Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT.BDG a. Kasus Posisi Putusan Nomor 09/Pdt.Sus-HKI/Cipta/2018/PN Jkt.Pst.

Putusan nomor 146/PDT/2018/PT. BDG yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai akta sewa menyewa ruko yang dibuat oleh seorang Notaris antara Juju Andriyani sebagai Penggugat dan PT. Indomarco Prismatama sebagai Tergugat I dan Notaris Umang Retno Ayu Melasari sebagai

26 Abdullah Dian Triwahyuni, Jurnal Ilmiah: Kewajiban Dan Tanggung Jawab Notaris Sebagai Pejabat Umum, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Udayana, Vol 5, No 1, (2020): p. 5.

(8)

Tergugat II.Penggugat adalah Pemilik Bangunan Rumah Toko (Ruko) hubungan hukum PENGGUGAT dengan TERGUGAT I adalah keduanya merupakan Para Pihak dalam Perjanjian Sewa Menyewa No.

31 tanggal 29 September 2016 yang dibuat oleh Ibu Umang Retno Ayu Melasari, S.H, Notaris dan PPAT Bogor (Selanjutnya disebut “AKTA SEWA MENYEWA NO. 31”) dengan objek sewa adalah ruko milik Penggugat.

Isi dari Akta Sewa Menyewa No. 31 tersebut terdapat bukti dan fakta adanya kecerobohan, kesengajaan, dan tidak sesuai dengan kebiasaan perjanjian sewa menyewa yang umum dan tidak patut bahkan melanggar ketentuan hukum yang berlaku, bertentangan dengan kebiasaan dan undang-undang serta tidak mencerminkan perjanjian sewa menyewa yang lazim sehingga Penggugat menduga adanya pengurangan atau penambahan atas minuta akta tanpa seizin dan tanpa diketahui oleh Penggugat, serta adanya dugaan tindak pidana yang berkaitan dengan minuta akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta, atau protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris.

Fakta di persidangan kemudian ditemukan bahwa dalam Salinan Risalah Akta tidak terlihat yang tidak terdengar sama dengan Salinan Akta. Dalam Akta Minutta ternyata penuh coretan, belokan, sisipan, tambahan, dan seperti tumpang tindih apa pun, yang bukan salah ketik. Fakta hukum yang mewakili PT Indomarco Prismatama tidak disajikan pada penandatanganan Akta Otentik No. 31 oleh Notaris Umang Retno Ayu Melasari, S.H. (ini dibuktikan dengan tidak adanya dokumen dan sidik jari yang melekat pada Risalah Akta).

Dalam Penutupan Akta Notaris No. 31 Umang Retno Ayu Melasari, SH telah menulis frasa

"dilakukan tanpa perubahan apa pun" tidak boleh ada perubahan dalam Risalah Akta otentik No. 31, tetapi pada kenyataannya Minuta Akta memiliki banyak perubahan, dalam Akta otentik No. 31 ditulis.

Namun, ada ungkapan "diberikan sebagai salinan yang sama". Salinan Akta Otentik harus persis sama dengan Risalah Akta, tetapi pada kenyataannya itu tidak terdengar sama.

Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara banding tersebut berkesimpulan bahwa menolak gugatan Pembanding/Penggugat, sudah jelas dan terbukti bahwa pertimbangan hukum Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Cibinong telah tepat dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, dan menguatkan putusan Putusan Pengadilan Negeri Cibinong No. 25 / Pdt.G / 2017/ PN. Cbi tanggal 19 September 2017. Pertimbangan hukum Majelis Hakim Tingkat Pertama telah tepat dalam memandang permasalahan dalam perkara tersebut. Karena faktanya Pembanding/Penggugat hanya pandai berargumen dengan dalil-dalil yang mengada-ada dan mencari-cari kesalahan yang tidak perlu tanpa disertai bukti-bukti yang valid dalam persidangan sehingga Majelis Hakim memutuskan tidak mengabulkan semua gugatan Penggugat/Pembanding dan Penggugat/Pembanding adalah sebagai pihak yang kalah

b. Analisis Hukum Terhadap Putusan Nomor 146/PDT/2018/PT. BDG.

Sebuah akta pada prinsipnya haruslah mengakomodir maksud dan tujuan kedua belah pihak, yang memang telah disepakati bersama.Notaris dilarang untuk melakukan perubahan isi akta setelah dilakukan penandatanganan akta oleh kedua belah pihak, terlebih mengubah dalam bentuk versi yang berbeda dengan salinan yang dikeluarkan sebelumnya tanpa menunjuk bagian yang diubah dan oleh karenanya perubahan akta tersebut seharusnya menjadi batal.

Akta Notaris sebagai akta otentik merupakan alat bukti yang mengikat dan sempurna. Dianggap mengikat, oleh karena bahwa apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dipercaya oleh hakim, dan harus dianggap benar, selama tidak terdapat bukti lain yang menyatakan sebaliknya. Akta Notaris dianggap sebagai alat bukti yang sempurna, dinyatakan sebagaimana menurut Pasal 1870 KUHPerdata, bahwa suatu akta otentik memberikan para pihak beserta ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari mereka suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya. Yang dimaksudkan sempurna dalam hal ini adalah bahwa dengan adanya alat bukti berupa akta otentik, maka tidak diperlukan lagi penambahan pembuktian. Cukup dengan akta otentik tersebut saja, maka sebuah dalil harus langsung dianggap benar apabila tidak ada bukti yang membuktikan lain. Sebagai profesi yang dipercaya untuk membuat akta autentik guna alat bukti yang sah dan kuat, Notaris dituntut untuk menjalankan tugasnya dengan amanah, jujur dan tidak berpihak. Hal ini diwujudkan dalam sumpah jabatan yang wajib dilakukan calon Notaris sebelum dilakukan pengangkatannya. 27

27 Amrina Khairi Ilma, Konstruksi Perubahan Isi Dan Pembetulan Kesalahan Tulis Dan/Atau Ketik Dalam Akta Notaris (Analisis Putusan Majelis Pengawas Pusat Notaris No. 09/B/Mppn/Vii/2019), Magister Kenotaritan, Universitas Indonesia, 2020.

(9)

Akta Notaris dapat menjadi tidak sah berkaitan jika dalam proses pembuatannya telah melanggar syarat formal dalam pembuatan akta Notaris sebagaimana ditentukan dalam UUJN. Namun, untuk menyatakan suatu akta Notaris tidak sah, harus ada pembuktian terlebih dahulu berdasarkan putusan Pengadilan Negeri. Hal tersebut diperkuat dengan Pasal 49 ayat (3) menyatakan bahwa Perubahan pada akta yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal.

Notaris diwajibkan pula jika mengetahui bahwa apabila adanya kesalahan dalam pengetikan dan dapat merubah makna dari substansi akta tersebut maka Notaris dengan segera menginformasikan kepada para pihak untuk segera datang menghadap dan melakukan perubahaan atau pembetulan pada saat itu juga dengan dihadiri oleh para pihak. Selain itu keabsahan suatu akta yang telah direnvoi dapat batal demi hukum karena dibuat tidak sesuai dengan kemauaan dan tanpa sepengetahuan kedua belah pihak.28

Sebagaimana menurut Pasal 49 UU JNP, disebutkan bahwa perubahan atas isi akta harus dibuat di sisi kiri Akta, atau apabila tidak dapat dibuat di sisi kiri Akta, maka dapat dibuat pada akhir akta sebelum penutup akta, dengan menunjuk bagian yang diubah, atau dapat pula dengan menyisipkan lembar tambahan. Dengan demikian, ketentuan Pasal 48-50 UU JNP pada pokoknya mengatur mengenai perubahan Akta yang dilakukan terhadap isi akta, yang dilakukan sebelum penandatanganan akta.

Pasal 48-50 UU JNP, pada prinsipnya isi akta dilarang untuk diubah, baik diganti, ditambah, dicoret, disisipkan, dihapuskan, dan/atau ditulis tindih. Perubahan isi akta dimungkinkan, apabila perubahan tersebut disahkan oleh para penghadap, Notaris dan saksi, serta ditunjukan bagian perubahannya.

Notaris dalam melakukan perubahan isi akta diketahui telah tidak tunduk pada ketentuan Pasal 48-50 UU JNP. Hal ini dikarenakan Notaris mengganti salinan akta awal, dengan salinan akta yang baru sama sekali, tanpa melakukan penunjukan perubahan akta, pada salinan akta yang baru.

C. Penutup

Keabsahan akta sewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak oleh Notaris menimbulkan kerugian kepada para penghadap maupun bagi pihak lain. Kesalahan yang dilakukan oleh Notaris ini dapat membawa akibat pada akta sewa menyewa yang diubah secara sepihak menjadi batal demi hukum (van rechtswege nietig), dapat dibatalkan (vernietigbaar), atau hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan (onderhands acte). Pertanggung jawaban Notaris terhadap keabsahan akta sewa menyewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak yaitu merujuk pada Pasal 65A UUJN, Pasal 1869 KUHPerdata dan dapat juga dimintai pertanggungjawaban Notaris secara pidana, yaitu Notaris dapat dihukum secara pidana, bila dapat dibuktikan di pengadilan, bahwa secara sengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/penghadap untuk membuat akta dengan maksud dan tujuan menguntungkan pihak atau penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap yang lain. Putusan Majelis Hakim atas perkara nomor 146/PDT/2018/PT. Bdg dirasa belum memberikan keadilan kepada Penggugat karena pelanggaran atas peraturan mengenai perubahan isi akta atau renvoi mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan dan dapat dijadikan alasan bagi para pihak untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Meskipun Pasal 51 UUJN telah mengatur kewenangan Notaris dalam membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik, di dalam UUJN tidak diberikan penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan kesalahan tulis dan kesalahan ketik tersebut. Tidak adanya penjelasan mengenai hal itu dapat menimbulkan penafsiran berbeda-beda, terutama tentang sejauh mana pembetulan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 UUJN boleh dilakukan.

Dalam melakukan perubahan terhadap akta otentik, Notaris haruslah memberitahu para dengan maksud untuk menimbulkan jaminan kepada para penghadap bahwa apa yang ditanda tangani adalah sama dengan apa yang didengar pada saat pembacaan akta. Hal ini dimaksudkan agar terrciptanya kepastian hukum dan menimbulkan pelindungan atas hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak di dalam akta. Terhadap pertanggungjawaban Notaris terhadap keabsahan akta sewa menyewa yang direnvoi atau diubah secara sepihak, Notaris tetap dapat dimintai pertanggungjawaban atas akta otentik yang dibuatnya, termsuk akta sewa menyewa, jika didalamnya terdapat unsur-unsur kesalahan maupun kealpaan yang dapat dimintai pertanggungjawaban . dan hendaknya Notaris dapat patuh dan megikuti semua aturan yang berlaku demi terciptanya akta otentik yang berkekuatan hukum. Terhadap Putusan Majelis Hakim atas perkara nomor 146/PDT/2018/PT. Bdg, hendaknya Majelis Hakim dapat

28 Deborah, Tesis : Kajian Hukum Mengenai Renvoi yang Baru Dilakukan Setelah Dikeluarkan Setelah Dikeluarkan Salinan Akta, Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara, (2018): p. 96.

(10)

memberikan keadilan dan kepastian bagi pihak yang merasa dirugikan atas perbuatan pihak lain dengan memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Daftar Pustaka

Budiono, Herlin. (2013). Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris, Cetakan I. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Deborah. (2018). Tesis : Kajian Hukum Mengenai Renvoi yang Baru Dilakukan Setelah Dikeluarkan Setelah Dikeluarkan Salinan Akta, Magister Kenotariatan, Universitas Sumatera Utara.

Hably, Rio Utomo. (2019). Kewenangan Notaris dalam Hal Membuat Akta Partik (Contoh Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1003 K/PID/2015), Jurnal Hukum Adigama, Volume 2 Nomor 2.

Ilma, Amrina Khairi. Konstruksi Perubahan Isi Dan Pembetulan Kesalahan Tulis Dan/Atau Ketik Dalam Akta Notaris (Analisis Putusan Majelis Pengawas Pusat Notaris No. 09/B/Mppn/Vii/2019), Magister Kenotaritan, Universitas Indonesia, 2020.

Lubis, T. H., dan Ismail Koto. (2020). “Diskursus Kebenaran Berita Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers Dan Kode Etik Jurnalistik”, De Lega Lata: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 5 No. 2.

Lubis, T.H dan Rahmat Ramadhani. (2021). “The Legal Strength of the Deed of Power to Sell as the Basis for Transfer of Land Rights”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 3.

Marzuki, Muchammad Ali. (2018). “Tanggung Jawab Notaris Atas Kesalahan Ketik pada Minuta Akta yang Sudah Keluar Salinan Akta”, Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), Volume 4 Nomor 2.

Prananda, Vitto Odie. (2019). Pelindungan Hukum Terhadap Notaris Ata Pembuatan Akta Oleh Penghadap yang Dinyatakan Palsu Analisis Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 385 K/PID/2006, Jurnal Lex Journal: Kajian Hukum&Keadilan, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2019.

Ramadhani, Rahmat dan Ummi Salamah Lubis. (2021). “The Function of the Delimitation Contradictory Principle in the Settlement of Land Plot Boundary Disputes”, IJRS: International Journal Reglement & Society 2, No. 3.

Ramadhani, Rahmat. (2020). “Endless Agrarian Conflict in Malay Land”, Proceeding International Conference on Language and Literature (IC2LC).

Ramadhani, Rahmat. (2021). “Analisis Yuridis Penguasaan Tanah Garapan Eks Hak Guna Usaha PT.

Perkebunan Nusantara II Oleh Para Penggarap”, Seminar Nasional Teknologi Edukasi Sosial dan Humaniora 1, No. 1.

Santoso, Lukman. (2012). Hukum Perjanjian Kontrak. Yogyakarta: Cakrawala.

Setiono. (2005). Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: Program Studi Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNS.

Soekanto, S. dan Sri Mamudji. (2001). Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Soekanto, Soerjono. (2007). Pengantar Penelitian Hukum, Cet.3. Jakarta: UI Press.

Tjukup, I Ketut. (2016). Akta Notaris (Akta Autentik) Sebagai Aalat Bukti Dalam Peristiwa Hukum Perdata, Jurnal Acta Comunitas,.

Triwahyuni, Abdullah Dian. (2020). Jurnal Ilmiah: Kewajiban Dan Tanggung Jawab Notaris Sebagai Pejabat Umum, Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Udayana, Vol 5, No 1.

Referensi

Dokumen terkait

However, the purpose of this study are: 1) To know the implementation of Adz-Dzikru Method in inproving the Qur‟an reading skill of the students at Darul

Model Adaptasi Wujud Visual Wayang Analisis yang telah dilakukan pada tokoh Cakil, Bima, Gatotkaca, Arjuna, Abimanyu, Sinta, Anoman, dan Petruk merupakan langkah awal

Setelah dilakukan perancangan dan simulasi dapat ditarik kesimpulan bahwa pada pengukuran pengaruh HTL dan ETL terhadap struktur blue OLED menggunakan BFE sebagai

Permasalahan serius pada budidaya padi pada lahan sawah bukaan baru tersebut adalah keracunan Fe 2+ yang menyebabkan terjadinya defisiensi hara, kerusakan sel

Lem ikan dengan bahan baku sisik ikan Kakap Putih ( Lates calcarifer ), ikan Bandeng ( Chanos chanos Forks), dan ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) berpengaruh

dan ge gende nder r un untuk tuk me meng ngid ident entifi ifika kasi, si, pri priori orita tas s ke kebut butuha uhan n bag bagi i pa para ra perempuan yang

Jika dibandingkan dengan nilai t tabel, maka t hitung (4,760) > t tabel (1,661) sehingga Ho ditolak.Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh