• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Fungsi Gudang

Menurut Lembaga Manajemen Pergudangan (2008), gudang atau pergudangan adalah suatu tempat penyimpanan yang berfungsi untuk menyimpan persediaan sebelum diproses lebih lanjut. Pengadaan gudang dalam suatu perusahaan menandakan bahwa hasil produksi dari perusahaan tersebut cukup besar sehingga arus keluar masuk dan stok penyimpanan barang harus dikendalikan. Oleh karena itu, gudang merupakan solusi dalam penanganan secara efektif dan efisien dalam perencanaan kesediaan hasil produksi sebuah perusahaan.

Warehouse merupakan tempat penyimpanan barang, baik bahan baku yang akan digunakan dalam proses manufaktur, maupun barang jadi yang siap dikirimkan. Sedangkan kegiatan pergudangan (warehousing) tidak hanya kegiatan penyimpanan barang saja melainkan proses penanganan barang mulai dari penerimaan barang, pencatatan, penyimpanan, pemilihan, penyortiran pemberian label sampai dengan proses pengiriman barang (Meyers and Stephens, 2000).

Menurut Mulcahy (1994), gudang adalah suatu fungsi penyimpanan berbagai macam jenis produk yang memiliki unit penyimpanan dalam jumlah yang besar maupun yang kecil dalam jangka waktu saat produk dihasilkan oleh pabrik (penjual) dan saat produk dibutuhkan oleh pelanggan atau stasiun kerja dalam fasilitas produksi.

Fungsi utama pada gudang menurut Warman (2004), adalah sebagai tempat penyimpanan bahan mentah (raw material), barang setengah jadi (intermediate goods), maupun tempat penyimpanan produk yang telah jadi (final goods). Selain itu, gudang juga menjadi tempat penampungan barang yang akan dikirim atau barang yang baru datang.

Menurut Tompkins et al (2003), fungsi gudang adalah sebagai berikut:

a. Receiving

Suatu aktivitas yang meliputi kegiatan penerimaan semua material yang

telah dipesan untuk disimpan dalam gudang, penjaminan

(2)

terhadap kualitas maupun kuantitas barang sesuai dengan pesanan, serta pengalokasian atau pembagian barang untuk disimpan atau dikirim lagi.

b. Inspection and quality control

Perpanjangan dari proses receiving dan dilakukan ketika suppliers tidak konsisten terhadap kualitas atau produk yang dibeli sulit diatur dan harus diperiksa tiap langkah dalam proses.

c. Repackaging

Kegiatan memecah produk yang diterima dalam jumlah atau ukuran yang besar dari supplier kemudian dikemas dalam satuan yang lebih kecil atau menggabungkan beberapa produk dalam bentuk kit. Pelabelan ulang dilakukan ketika produk diterima tanpa tanda yang mudah dibaca oleh sistem atau manusia untuk tujuan identifikasi.

d. Putaway

Merupakan kegiatan memindahkan dan menempatkan barang pada tempat penyimpanan.

e. Storage

Merupakan suatu keadaan dimana barang menunggu untuk diambil sesuai dengan permintaan.

f. Order picking

Merupakan proses pemindahan barang dari gudang sesuai dengan permintaan. Hal ini merupakan layanan dasar warehouse untuk customer dan merupakan fungsi utama dari dasar desain warehouse.

g. Postponement

Dapat dilakukan sebagai langkah yang dapat dipilih setelah proses pengambilan barang. Seperti pada proses repackaging, barang sejenis atau campuran dikemas untuk memudahkan penggunaan.

h. Sortation

Merupakan kegiatan memilah barang sesuai dengan pesanan masing-

masing dan akumulasi pendistribusian dari berbagai pesanan.

(3)

i. Packing and shipping

Aktivitas yang meliputi kegiatan pengecekan kelengkapan sesuai dengan pesanan, pengepakan barang sesuai dengan shipping container yang tepat, menyiapkan dokumen pengiriman, pengakumulasian pesanan dan penempatan muatan ke dalam truk.

j. Cross-docking

Pengeluaran tanda terima dari receiving dock langsung ke shipping dock.

k. Replenishing

Merupakan kegiatan pengisian kembali lokasi pengambilan utama di gudang.

2.2 Tata Letak Gudang

Perancangan tata letak didefinisikan sebagai perancangan tata letak pabrik sebagai perencanaan dan integrasi aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan efisien antar operator, peralatan, dan proses transformasi material dari bagian penerimaan sampai ke bagian pengiriman produk (Apple, 1990).

Menurut Heizer et al (2009), tata letak gudang adalah sebuah desain yang mencoba meminimalkan biaya total dengan mencari paduan yang terbaik antara luas ruang dan penanganan bahan.

Tujuan tata letak gudang (warehouse layout) adalah untuk menemukan titik

optimal diantara biaya penanganan bahan dan biaya-biaya yang berkaitan dengan luas

ruang dalam gudang. sebagai konsekuensinya, tugas manajemen adalah

memaksimalkan penggunaan setiap kotak dalam gudang yaitu memanfaatkan volume

penuhnya sambil mempertahankan biaya penanganan bahan yang rendah. biaya

penanganan bahan adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan transportasi barang

masuk, penyimpanan, dan transportasi bahan yang keluar untuk dimasukkan dalam

gudang. Biaya ini meliputi peralatan, orang, bahan, pengawasan, asuransi, dan

penyusutan. Tata letak gudang yang efektif juga meminimalkan kerusakan bahan

dalam gudang (Heizer et al, 2009).

(4)

Meyers dan Stephens (2000), memberikan dua kriteria yang penting untuk tata letak gudang. Dua kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fixed Location

Semua produk ditempatkan pada lokasi yang tetap sehingga pekerja dapat menemukan produk yang dimaksud secara cepat.

2. Small Amount of Everything

Menyimpan sebagian kecil dari keseluruhan produk di tempat yang tetap, sehingga pekerja dapat melalui semua produk dalam jarak yang dekat.

Menurut Tompkins et al (2003), terdapat beberapa faktor utama yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi penyimpanan, yaitu:

1. Faktor Material a. Prinsip Popularity

Prinsip ini adalah prinsip pengelompokan produk atau material berdasarkan frekuensi perputaran suatu material. Kecepatan ferkuensi perputaran suatu material dibedakan menjadi perputaran cepat (fast moving), perputaran sedang (medium moving) dan perputaran lambat (slow moving). Penempatan material yang mempunyai tingkat rasio kuantitas perputaran tertinggi.

b. Prinsip Similarity

Dalam prinsip ini biasanya pengelompokan suatu material berdasarkan material yang diterima dan dikirim bersamaan ditempatkan berdekatan.

c. Prinsip Size

Adalah prinsip pengelompokan material berdasarkan atas ukuran, dalam hal ini dimensi material dan kuantitas material. Penempatan material yang sulit untuk dipindahkan juga menjadi pertimbangan untuk ditempatkan pada lokasi yang strategis sehingga mudah untuk dipindahkan dan biaya perpindahannya relatif ringan.

d. Prinsip Characteristic

Merupakan suatu bentuk pengelompokan material berdasarkan karakteristik

dari material yang akan disimpan. Beberapa karakteristik material penting yang

perlu dipertimbangkan antara lain:

(5)

1) Material yang mudah kadaluarsa

Material yang mudah kadaluarsa atau membusuk membutuhkan kontrol lingkungan yang baik dan teratur.

2) Material yang mudah hancur dan bentuk tak biasa

Material dengan bentuk tak biasa terkadang menimbulkan perpindahan penting dan masalah pergudangan. Jika beberapa material disatukan, open space harus diterapkan pada gudang. Jika material tersebut hancur ketika kelembaban tinggi, ukuran penyimpanan tiap unit dan metode pergudangan harus sesuai.

3) Material yang berbahaya

Berbagai material seperti cat, pernis, propane dan bahan kimia yang mudah terbakar harus diletakkan terpisah. Kode keamanan harus dicek dan wajib diikuti dengan tanda material mudah terbakar atau meledak.

4) Material yang berharga

Beberapa macam material yang mempunyai nilai tinggi dan atau berukuran kecil biasanya menjadi target pencurian. Material seperti ini harus mendapatkan perlindungan khusus di sekitar lokasi penyimpanan.

5) Material yang sensitif

Beberapa bahan kimia tidak berbahaya jika disimpan secara terpisah, tetapi mudah menguap jika bersinggungan dengan bahan kimia lain. Beberapa material tidak membutuhkan gudang khusus, tetapi mudah terkontaminasi jika bersinggungan dengan material lain.

2. Faktor Ruang

Perencanaan ruang meliputi penentuan kebutuhan ruang untuk material yang disimpan dalam gudang. Setelah mempertimbangkan faktor material, perencanaan ruang harus memaksimalkan kegunaan ruang dan juga menyediakan pelayanan yang dibutuhkan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan saat perencanaan ruang antara lain:

a. Space conservation

(6)

Dengan memaksimalkan lokasi penyimpanan, akan meningkatkan fleksibilitas dan kapabilitas dari penanganan material dengan penerimaan yang besar.

b. Space limitation

Pengunaan ruang akan dibatasi oleh tiang penopang, sprinkler dan tinggi langit- langit, muatan tiap lantai, tonggak dan kolom lajur, dan tinggi tumpukan material yang aman.

c. Accessibility

Tekanan yang berlebih pada penggunaan ruang dapat menunjukkan akses material yang buruk. Ruang warehouse harus memenuhi tujuan spesifik untuk akses material. Gang sebagai jalan utama seharusnya lurus dan harus menuju pintu dengan tujuan untuk memperbaiki pergerakan dan mengurangi waktu tempuh.

Gang seharusnya cukup lebar untuk mendukung aktivitas pergudangan yang efisien, tetapi bukan pemborosan ruang.

d. Ordeliness

Inti dari prinsip keteraturan adalah fakta bahwa “warehouse keeping” yang baik dimulai dari housekeeping dalam pikiran. Aisle (gang) seharusnya ditandai dengan baik menggunakan aisle tape atau cat. Sebaliknya material yang letaknya melanggar ruang gang dan akses ke material akan berkurang. Ruang kosong di dalam area gudang harus dihindarkan dan harus dikoreksi dimana hal itu mungkin terjadi.

Selain itu, tata letak gudang yang baik juga harus mengadaptasi asas-asas

efektifitas kerja, efisiensi, produktifitas dan keselamatan kerja agar produk yang

tersimpan memenuhi standar yang ditetapkan. Prinsip yang diadaptasikan dalam

melaksanakan asas tersebut adalah MESH System (Osada, 2011). Dinyatakan pula

bahwa MESH System (Management, Environment, Safety, and Health System) sebagai

wujud kesadaran akan pentingnya keadaan lingkungan kerja, kesehatan dan

keselamatan kerja. Salah satu cara mengimplementasikan MESH System dengan

melakukan penerapan housekeeping management dari Jepang, yaitu 5S yang terdiri

dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke. 5S diartikan ke dalam bahasa Indonesia

menjadi 5R yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin. Sistem Housekeeping

(7)

diterapkan karena terjadi ketidak teraturan penempatan tools di tempat kerja, khususnya departemen produksi. Program 5R diharapkan menghilangkan pemborosan yang ada dapat diminimalkan sehingga terjadi peningkatan produktifitas dan efektivitas dari perusahaan.

Jahja (2009), mengatakan bahwa metode 5R merupakan tahap untuk mengatur kondisi tempat kerja yang berdampak terhadap efektifitas kerja, efisiensi, produktifitas dan keselamatan kerja. Salah satu cara menciptakan suasana kerja yang nyaman adalah perusahaan menerapkan sikap kerja 5R.

2.3 Material Handling

Material handling dapat didefinisikan sebagai fungsi untuk menyediakan 9R yaitu material dalam jumlah yang tepat (right amount), untuk material yang tepat (right material), dalam kondisi yang tepat (right condition), pada tempat yang tepat (right place), pada waktu yang tepat (right time), dalam posisi yang benar (right position), dalam urutan yang benar (right sequence), dengan biaya yang pantas (right cost) dan dengan menggunakan alat dan metode yang benar (right methods) yang meminimalkan biaya produksi (Tompkins et al, 2003). Menurut Meyers and Stephens (2000), secara luas definisi material handling adalah penanganan material dalam lingkungan manufaktur.

Tujuan mendasar dari material handling adalah pengurangan biaya produksi per unit dan berikut ini adalah tujuan yang memiliki kaitan dengan pengurangan biaya produksi menurut Meyers and Stephens (2000):

1. Menjaga dan meningkatkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberi perlindungan pada material.

2. Meningkatkan keselamatan dan mengembangkan kondisi kerja.

3. Meningkatkan produktivitas melalui:

a. Bahan harus mengalir dalam jalur yang lurus.

b. Bahan harus bergerak sedekat mungkin.

c. Gunakan gravitasi. Ini merupakan kekuatan yang gratis.

d. Pindahkan lebih banyak bahan pada satu waktu.

(8)

e. Pemindahan bahan dengan menggunakan mesin.

f. Pemindahan bahan dengan menggunakan mesin otomatis.

g. Pertahankan atau tingkatan pemindahan bahan atau rasio produksi.

h. Tingkatan hasil dengan menggunakan peralatan pengendalian bahan yang otomatis.

4. Mendorong peningkatan penggunaan fasilitas, yaitu:

a. Meningkatkan penggunaan volume bangunan.

b. Membeli peralatan serbaguna.

c. Standarisasi peralatan pemindah bahan.

5. Mengurangi berat kosong.

6. Pengawasan/kontrol inventory.

Menurut Meyers and Stephens (2000), terdapat 20 prinsip material handling.

Prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah:

1. Prinsip perencanaan.

Seluruh aktivitas penangan harus direncanakan.

2. Prinsip Sistem.

Prinsip sistem mengintegrasikan sebanyak mungkin aktivitas pemindahan material yang terjadi ke dalam suatu sistem operasi terkoordinasi, meliputi vendor, receiving, storage, production, inspection, packaging, warehousing, shipping, transportation, dan pelayanan konsumen.

3. Prinsip Aliran Material

Rencanakan urutan operasi dan susunan peralatan untuk mengoptimumkan aliran material.

4. Prinsip Penyederhanaan

Sederhanakan penanganan material dengan menghilangkan, menggabungkan, atau mengurangi pemindahan material dan/atau peralatan yang tak perlu.

5. Prinsip Gravitasi

Gunakan gravitasi untuk memindahkan barang jika mungkin.

6. Prinsip Pemanfaatan ruang

(9)

Manfaatkan volume bangunan semaksimal mungkin. Pemindahan material berusaha memaksimalkan pemanfaatan volume bangunan.

7. Prinsip Unit Load (Muatan Satuan)

Tingkatkan jumlah, ukuran, dan berat beban yang ditangani.

8. Prinsip Mekanisasi

Gunakan peralatan pemindah mekanis jika mungkin untuk mengurangi pemindahan manual.

9. Prinsip Otomasi

Prinsip otomasi membuat pemindahan otomatis.

10. Prinsip Pemilihan Peralatan

Dalam pemilihan peralatan penanganan material mempertimbangkan semua aspek barang yang dipindah, pemindahan yang dilakukan, dan cara yang dilakukan.

11. Prinsip Standarisasi

Bakukan cara, jenis, dan ukuran peralatan pemindahan.

12. Prinsip Adaptabilitas

Gunakan peralatan yang dapat melakukan berbagai pekerjaan yang tidak memerlukan waktu dan biaya perubahan atau setting yang berarti.

13. Prinsip Perbandingan Bobot Mati

Minimumkan perbandingan bobot mati peralatan yang bergerak terhadap beban muatan yang dipindahkan.

14. Prinsip Utilisasi

Peralatan pemindahan material dan operatornya harus selalu bekerja.

15. Prinsip Perawatan

Rencanakan perawatan pencegahan dan perbaikan terjadwal untuk peralatan pemindah material.

16. Prinsip Obsolescencel/Ketinggalan Jaman

Ganti cara dan peralatan pemindah yang sudah kuno dan ketinggalan jaman jika peralatan dan metode yang lebih efisien akan memperbaiki pekerjaan.

17. Prinsip Pengendalian

(10)

Material merupakan sesuatu yang mengandung biaya dan sistem penanganannya dapat menjadi bagian dari sistem pengendalian inventory tersebut.

18. Prinsip Kapasitas

Gunakan peralatan pemindah untuk membantu mencapai kapasitas produksi penuh.

19. Prinsip Performansi

Tentukan efisiensi kinerja pemindahan dalam bentuk biaya tiap satuan yang dipindah.

20. Prinsip Keselamatan

Berikan metode dan peralatan pemindah yang aman. Pemindahan manual mungkin merupakan metode pemindahan material yang paling berbahaya, karena itu dapat digunakan peralatan material handling agar lebih aman.

Hanya dengan menyatakan prinsip-prinsip pemindahan barang dan membuat saran-saran untuk pemakaiannya tidak menjamin bahwa prinsip-prinsip

ini akan diterapkan dengan tepat. Cara terbaik untuk menggunakan prinsip-prinsip ini secara sangkil adalah dengan lembaran periksa yaitu membagi dan memilah (Apple, 1990).

2.4 Teori Antrian

Teori antrian dikemukakan oleh A.K Erlang seorang insinyur Denmark pada tahun 1909. Menurut Siagian (1987), suatu antrian adalah baris tunggu dari pelanggan (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan).

Proses dasar yang dianggap oleh model antrian adalah pelanggan (customer)

yang memerlukan pelayanan berasal dari suatu populasi yang disebut sumber

masukkan (input source). Pelanggan memasuki sistem antrian (queuing system) dan

menggabungkan diri atau membentuk suatu antrian. Pada waktu tertentu, anggota

dalam antrian dipilih untuk memeroleh pelayanan dengan menggunakan aturan tertentu

yang disebut disiplin pelayanan (service discipline). Pelayanan yang diperlukan oleh

pelanggan kemudian dilakukan oleh mekanisme pelayanan (service mechanism), dan

setelah dilayani pelanggan dapat meninggalkan sistem (Suprapto,1988)

(11)

Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri. Menurut Siagian (1987), ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu:

1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO) artinya, lebih dulu datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar). Misalnya, antrian pada loket pembelian tiket bioskop.

2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO) artinya, yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar. Misalnya, sistem antrian dalam elevator untuk lantai yang sama.

3. Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.

4. Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Kejadian seperti ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang dalam keadaan penyakit lebih berat dibanding dengan orang lain dalam suatu tempat praktek dokter.

2.5 Metode First In First Out (FIFO)

Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan dagang), karena itu, persediaan yang tersedia merupakan barang yang dibeli paling terakhir (Keiso dkk‚ 2002).

First in first out adalah metode antrian yang paling sederhana. Semua paket

diperlakukan sama dengan menempatkannya pada sebuah antrian, lalu dilayani dengan

urutan yang sama ketika paket-paket tersebut memasuki antrian. (Agoes dan Putranto,

2007). Krismiaji dan Aryani (2011) menyatakan bahwa, metode FIFO tidak

memasukkan biaya dan unit periode sebelumnya, maka ada dua kelompok produk jadi,

yaitu produk jadi berasal dari barang dalam proses awal dan produk jadi berasal dari

(12)

produk masuk proses periode berjalan. Hal ini karena metode FIFO, dianggap barang dalam proses awal periode dikerjakan lebih dulu setelah itu baru pabrik mengerjakan produk yang masuk proses periode berjalan. Gambar 2 menjelaskan mengenai metode antrian FIFO.

Gambar 2. Metode Antrian FIFO Sumber: Semeria, 2001

2.6 Algoritma

Algoritma adalah urutan langkah-langkah untuk memecahkan suatu masalah (Munir, 2011), sedangkan menurut Levitin (2003), algoritma adalah deretan instruksi yang jelas untuk memecahkan masalah, yaitu untuk memperoleh keluaran yang diinginkan dari suatu masukan dalam jumlah waktu yang terbatas.

Menurut Suarga (2012), dalam algoritma hanya ada tiga macam kategori instruksi utama, yaitu:

1. Runtutan. Intruksi runtutan (sequential) adalah instruksi yang dikerjakan secara

beruntun atau berurutan, baris per baris, mulai dari baris pertama hingga baris

terakhir, tanpa ada loncatan atau perulangan. Biasanya tiap instruksi dikerjakan

sekali, satu per satu, urutan pelaksanaan instruksi sama dengan urutan penulisan

algoritma, instruksi terakhir merupakan akhir dari algoritma, dan urutan penulisan

(13)

instruksi bisa menjadi penting bia diubah dan dapat menyebabkan hasil yang berbeda.

2. Pemilihan. Instruksi pemilihan adalah instruksi yang dipakai untuk memilih satu aksi dari beberapa kemungkinan aksi berdasarkan suatu persyaratan. Ada dua bentuk instruksi pemilihan yang sering digunakan, yaitu instruksi if/then/else dan instruksi case.

a. Instruksi if/then/else digunakan untuk memilih alternatif apabila suatu syarat atau kondisi dipenuhi (1 kasus), atau memilih satu alternatif dari dua kemungkinan berdasarkan apakah syarat terpenuhi atau tidak (2 kasus).

b. Instruksi case digunakan sebagai instruksi pemilihan dimana aksi yang akan dilakukan bergantung pada nilai dari satu macam variabel saja. Dengan kata lain, variabel yang menentukan pilihan aksi mungkin memiliki banyak macam nilai dan setiap nilainya berkaitan dengan satu macam aksi.

3. Pengulangan. Instruksi perulangan (repetition) adalah instruksi yang dapat mengulangi pelaksanaan sederetan instruksi lainberulang kali sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Struktur instruksi pengulangan pada dasarnya terdiri atas:

a. Kondisi perulangan, yaitu kondisi yang harus dipenuhi agar perulangan dapat terjadi.

b. Badan (body) perulangan dimana deretan instruksi yang akan diulang-ulang pelaksanaannya.

c. Pencacah (counter) perulangan, yaitu suatu variabel yang nilainya harus berubah agar perulangan dapat terjadi dan pada akhirnya membatasi jumlah perulangan yang dapat dilaksanakan.

Menurut Knuth (1973), algoritma memiliki lima ciri, yakni:

1. Algoritma mempunyai awal dan akhir, suatu algoritma harus berhenti setelah mengerjakan serangkaian tugas. Dengan kata lain suatu algoritma memiliki langkah yang terbatas.

2. Setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat sehingga tidak memiliki arti

ganda, tidak membingungkan (not ambiguous).

(14)

3. Memiliki masukan (input) atau kondisi awal.

4. Memiliki keluaran (output) atau kondisi akhir.

5. Algoritma harus efektif, bila diikuti benar-benar maka akan menyelesaikan persoalan

Metode yang biasa digunakan untuk memecahkan algoritma ialah pseudocode dan flowcharting. Menurut Ananda dkk (2009), pseudocode adalah bentuk informal untuk mendeskripsikan algoritma yang mengikuti struktur bahasa pemrograman tertentu. Pseudocode sering digunakan dalam buku-buku tentang ilmu komputer ataupun publikasi ilmiah untuk menjelaskan urutan proses atau metode tertentu.

Seorang programer yang ingin menerapkan algoritma tertentu, terutama yang kompleks atau algoritma baru, biasanya akan memulainya dengan membuat deskripsi dalam bentuk pseudocode. Setelah pseudocode tersebut jadi, maka langkah selanjutnya hanya tinggal menterjemahkan ke bahasa pemrograman tertentu. Pseudocode ini biasanya disusun dalam bentuk yang terstruktur dengan pendekatan sekuensial (berurutan) dari atas ke bawah. Tujuan dari penggunaan pseudocode ini di antaranya:

1. Lebih mudah dibaca oleh manusia.

2. Lebih mudah untuk dipahami.

3. Lebih mudah dalam menuangkan ide/hasil pemikiran.

Program flowchart, yaitu simbol-simbol flowchart yang digunakan untuk menggambarkan logika dari proses data.

Terminator Mulai atau Selesai

Proses Menyatakan Proses

Terhadap Data

Input/Output Menerima Input atau Menampilkan

Output

(15)

Gambar 3. Simbol-Simbol Flowchart Sumber: Suarga, 2012

Sedangkan flowcharting adalah suatu teknik untuk menyusun rencana program yang telah diperkenalkan dan telah dipergunakan oleh kalangan pemrogram komputer sebelum algoritma menjadi populer. Flowchart adalah untaian simbol gambar (chart) yang menunjukkan aliran (flow) dari proses terhadap data. Seorang pemrogram harus mampu membuat flowchart, harus mampu membaca dan mengerti flowchart, dan sanggup menerjemahkan flowchart ke algoritma dan sebaliknya (Suarga, 2012).

2.7 Bahasa Pemrograman

Bahasa Pemrograman adalah instruksi standar untuk memerintah komputer,

bahasa ini memungkinkan seorang programmer dapat menentukan secara persis data

mana yang akan diolah oleh komputer, bagaimana data ini akan disimpan/diteruskan,

(16)

dan jenis langkah apa secara persis yang akan diambil dalam berbagai situasi (Nurhidayat, 2016).

Pada kasus penelitian ini akan dipakai bahasa pemrograman Visual Basic for Aplication Excel (VBA Excel). Menurut Sobatnu dan Faris (2012), program Microsoft Office Excel merupakan salah satu program kategori spreadsheet yang dilengkapi dengan Visual Basic For Application (VBA) yaitu; aplikasi bahasa pemrograman yang diturunkan dari Microsoft Visual Basic untuk pengembangan macro pada program- program aplikasi berbasis Windows untuk dapat melakukan suatu pemprosesan secara cepat, terpadu dan presisi dalam membantu menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pada VBA, terdapat metode perumpamaan, pengulangan dan lompatan. Lee (2016), menjelaskan jenis-jenis metode perumpamaan, pengulangan dan lompatan, diantaranya:

1. If

Pernyataan if adalah penyataan logis (conditional test) yang menghasilkan nilai True atau False. Tes logika dapat berupa nilai, depresi, fungsi atau properti objek yang mengembalikan nilai True atau False dengan menggunakan operator logika (<, >, <=, >=, =, <>, Not).

2. Do While/Loop

Pernyataan do while/loop digunakan untuk pengulangan yang akan dilakukan selama kondisinya terpenuhi. Inisialisasi nilai counter harus dilakukan terlebih dahulu sebelum struktur pengulangan dan iterasi ditulis dalam blok di depan perintah Loop. Hasilnya adalah selama sistem belum menemukan True, maka sistem akan terus mengulang.

3. Do/Loop While

Pada pernyataan ini, pengulangan dijalankan minimal satu kali karena evaluasi kondisi tidak dilakukan pada awal pengulangan, tetapi baru dilakukan pada akhir pengulangan tersebut. Maka, pengulangan akan berhenti ketika kondisi manghasilkan nilai False.

4. While/Wend

(17)

Pengulangan While/Wend mempunyai bentuk yang sama dengan Do While/Loop dan akan mengulang pada bagian pengulangan (loop) selama kondisinya terpenuhi. Tidak perlu diketahui berapa kali pengulangannya dilakukan, selama kondisi pengulangan terpenuhi, maka pernyataan pada bagian pengulangan akan diulang. Inisialisasi nilai counter dilakukan sebelum struktur pengulangan dan iterasi dalam blok di depan perintah Wend.

5. End

Pernyataan end dapat ditempatkan dimana saja dalam prosedur yang akan memaksa seluruh aplikasi untuk berhenti berjalan. End akan menutup setiap file yang dibuka dengan pernyataan open dan menghapus seluruh isi variable.

Aplikasi tersebut akan langsung ditutup apabila tidak ada program lain yang mereferensi ke objeknya dan tidak ada kode yang sedang berjalan.

2.8 Mesin Pemindah Bahan

Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan yang berat dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak yang tidak jauh, misalnya pada bagian-bagian atau departemen pabrik, pada tempat-tempat penumpukan bahan, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Mesin pemindah bahan hanya memindahkan muatan dalam jumlah dan besar tertentu dengan perpindahan bahan ke arah vertikal, dan atau kombinasi keduanya (Sajali, 2011).

Menurut Silalahi dan Hamsi (2013), mesin pemindah bahan dapat dikelompokkan berdasarkan pada ciri khas, penggunaan, keadaan/jenis muatan yang ditangani, serta arah gerakan. Berdasarkan hal tersebut maka mesin pemindah bahan dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu:

1. Peralatan pengangkat, yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan satuan dalam satu batch, yaitu mesin pengangkat contohnya kerek, dongkrak, kemudian crane dan elevator.

2. Peralatan pemindahan (conveyor), yaitu peralatan yang ditujukan untuk

memindahkan muatan curah (banyak partikel, homogen) maupun muatan satuan secara

(18)

kontinu, misalnya screw conveyor, belt conveyor, pneumatic conveyor, dan vibratory conveyor.

3. Peralatan permukaan dan overhead, yaitu peralatan yang ditujukan untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinu, misalnya scapper, excavator, bulldozer, dan sebagainya.

Jenis pesawat angkat merupakan jenis mesin pemindah bahan yang sering digunakan dalam untuk objek-objek pada area konstruksi, pelabuhan, dan perindustrian. Pesawat angkat yang digunakan memiliki ciri, cara kerja, dan dimensi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi lapangan, jumlah, profil, dan dimensi objek yang akan diangkut. Crane adalah contoh dari pesawat angkat yang berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan bahan yang tidak mampu dipindahkan oleh manusia (Sutanto dan Soeharsono, 2014)

Crane merupakan salah satu pesawat pengangkat dan pemindah material yang banyak digunakan. Crane juga merupakan mesin alat berat (heavy equitment) yang memiliki bentuk dan kemampuan angkat yang besar dan mampu berputar hingga 360

o

dan jangkauan hingga puluhan meter. Crane biasanya digunakan dalam pekerjaan pekerjaan proyek, pelabuhan, perbengkelan, industri, pergudangan dan lain-lain (Hutauruk, 2013). Menurut Sutanto (2015), crane adalah gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus mengangkat dan memindahkan muatan yang dapat digantungkan secara bebas atau diikatkan pada crane.

Hoist crane, adalah pesawat pengangkat yang biasanya terdapat pada

pergudangan dan perbengkelan. Hoist crane ditempatkan pada langit-langit dan

berjalan di atas rel khusus yang dipasang pada langit-langit tersebut. Rel-rel tersebut

juga dapat bergerak secara maju-mundur satu arah (Hutauruk, 2013).

(19)

Gambar 4. Hoist Crane Sumber: www.konecranes, 2012

2.9 Pallet

Pallet digunakan sebagai alat bantu untuk menjaga barang jadi dari kerusakan, khususnya pada packing produk. Adapun penempatan barang jadi pada pallet dilakukan pada kategori barang yang semestinya memakai pallet (Wiratmani, 2010).

Berdasarkan bahan pembuatannya terdapat dua jenis pallet, yaitu pallet kayu dan pallet plastik.

a. Pallet Kayu

Pallet kayu merupakan pallet yang terbuat dari kayu, kelemahan dari jenis pallet ini adalah mudah rusak dan rentan terkena rayap.

Gambar 5. Pallet Kayu

Sumber: palletplastik.net, 2011

(20)

b. Pallet Plastik

Pallet yang terbuat dari plastik cenderung lebih berat dibandingkan dengan pallet kayu. Harga pallet plastik relatif lebih mahal dikarenakan lebih awet dan kuat.

Gambar 6. Pallet Plastik Sumber: palletplastik.net, 2011

Menurut PT. Transway Cargo Intitama (2011), ada beberapa ukuran ISO standar pallet yang umum digunakan, yaitu:

a. ISO 48” x 40” : digunakan di Amerika Utara b. ISO 1200mm x 1000mm : digunakan di Eropa dan Asia c. ISO 1140mm x 1140mm : biasa digunakan di Australia d. ISO 42” x 42” : digunakan di seluruh dunia e. ISO 1100mm x 1100mm : biasa digunakan di Asia Tengah

f. ISO 1200mm x 800mm : pallet yang didesain khusus untuk digunakan di

Eropa, mengikuti ukuran pintu standar

Gambar

Gambar 2. Metode Antrian FIFO  Sumber: Semeria, 2001
Gambar 4. Hoist Crane  Sumber: www.konecranes, 2012
Gambar 6. Pallet Plastik  Sumber: palletplastik.net, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi primer adalah menyediakan ujung 3'-OH yang akan digunakan untuk menempelkan molekul DNA (nukleotida) pertama pada untaian DNA baru dalam proses

Chute adalah corong yang memiliki fungsi untuk menerima dan mencurahkan material sesuai arahnya. Chute harus mampu untuk menahan beban kejut dari material yang

Menurut John A Stubin, material handling adalah suatu bagian yang integral dari proses produksi yang meliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga

Adapun fungsi SPT adalah sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan

Gambar 2.1 merupakan suatu kerangka pemikiran yang dijadikan acuan dalam melakukan pengolahan data, dari permasalahan yang ada yaitu jarak dan ongkos material handling yang

Epilepsi didefinisikan sebagai suatu keaadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten,

Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia)

Matrik dalam teknologi komposit didefinisikan sebagai suatu material yang berfungsi sebagai pengisi dan pengikat yang mendukung, melindungi dan dapat mendistribusikan beban