• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :

NAIMATUSSAADAH LUBIS NIM: 131000314

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(2)

PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

NAIMATUSSAADAH LUBIS NIM: 131000314

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN

TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2017” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2017

Naimatussaadah Lubis 131000314

(4)
(5)

ABSTRAK

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) merupakan sumber pengumpulan data dan informasi di tingkat Puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem administrasi pencatatan dan pelaporan dalam pelaksanaan SP2TP dari aspek input (sumber daya manusia, material dan kebijakan), aspek proses (pencatatan dan pelaporan masing-masing program kepetugas SP2TP dan menginput laporan data dalam pelaporan (LB)), dan aspek output (ketepatan waktu, kelengkapan data, dan keakurata data) diwilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Dengan informan sebanyak 8 orang dengan kategori Kepala Puskesmas Terjun, Koordinator SP2TP Puskesmas Terjun, 5 orang pelaksana kegiatan program dan Koordinator SP2TP di Dinas Kesehatan Kota Medan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu (SP2TP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun sudah terlaksana meskipun belum optimal, ditemukan beberapa masalah yaitu, belum adanya koordinasi yang baik antara koordinator SP2TP dengan petugas program SP2TP, belum adanya dukungan sumber daya manusia khusus pelaksanaan SP2TP baik secara kualitas dan kuantitas, belum adanya dukungan alat teknologi dalam pengerjaan laporan sehingga masih adanya petugas mencatat, dan menginput data laporan secara manual serta dalam pelaporan laporannya selalu tidak tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, belum adanya buku pedoman khusus untuk membantu pelaksanaan SP2TP, dan tidak adanya kebijakan khusus dari penanggung jawab SP2TP di Puskesmas terjun dalam menangani setiap keterlambatan laporan yang terjadi, perlu adanya koordinasi antara petugas masing-masing program dengan koordinator SP2TP yang baik dan terbuka agar pelaksanaan program ini berjalan lancar, serta adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung pelaksanaan SP2TP di puskesmas.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah input SP2TP dari SDM, pengetahuan dan pelatihan tentang SP2TP di Puskesmas Terjun masih kurang baik secara kualitas dan kuantitas. Proses SP2TP di Puskesmas Terjun masih belum optimal sesuai dengan pedoman. Output dari pengelolaan SP2TP di Puskesmas Terjun yang berupa informasi kesehatan kualitasnya kurang baik.

Kata Kunci: Pelaksanaan, Sistem, Pencatatan, Pelaporan, Puskesmas.

(6)

ABSTRACT

Integrated Reporting and recording system of clinics (SP2TP) is a source of information and data collection on the level of the Health Centre. All data and information is both a major factor and other supporting personnel concerning the clinics to be sent to the Centre as well as a report for your needs. The purpose of this research is to know the administrative system of recording and reporting in the implementation of SP2TP of the inputs (human resources, materials and policy), aspects of the process (the recording and reporting of each program to the SP2TP officer and reporting of data in the report input (LB)), and output (timeliness, completeness and accuracy of the data, the data) the working relic of Health Centre Terjun Subdistrict Medan Marelan.

This research is descriptive research with qualitative approach. Data collection is done with the interview. With an informant as much as 8 people with category Head Falls SP2TP, Coordinator of the Health Centre Plunge, 5 people implementing activities program and coordinator of the SP2TP in the health service of the city of Medan.

The research results obtained that the implementation of the integrated reporting and recording system (SP2TP) in the region had already started to Plunge even though the clinic has not been optimal, found several problems, not the existence of a good coordination between the Coordinator of SP2TP with the SP2TP program officer, not the existence of specialized human resources support the implementation of the SP2TP both in quality and quantity, not to support technology tools in the workmanship of the report so that it is still the presence of the clerk records , and enter data manually as well as reports in the reporting of the results are not always timely in accordance with time, yet the existence of a special handbook to assist the implementation of SP2TP, and the absence of a specific policy of person in charge SP2TP in Clinics plunge in dealing with any delay in reporting the case, need for coordination between the officers of each program with a good SP2TP Coordinator and open so that the implementation of this program in full swing , as well as the existence of adequate facilities and infrastructure to support the implementation of the SP2TP in the Health Centre.

Conclusion of this research is SP2TP input from human resources, knowledge and training on SP2TP in Health Centre Plunge still lacking both in quality and quantity. The process of SP2TP in Health Centre Plunge still not optimized in accordance with the guidelines. The output of SP2TP management in health centers health information in the form of falls and the quality is not good.

Keywords: Implementation, Systems, Record-Keeping, Reporting, Health Centre.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2017”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan sekaligus sebagai Pembimbing I.

4. dr. Fauzi, SKM., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktu, memberikan saran, dukungan, nasihat, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

5. Dr. Juanita, SE, M.kes., dan dr. Heldy B.Z., MPH., selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini.

6. Ir. Etty Sudaryati, MKM, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarkat Universitas Sumatera Utara.

7. dr. Surya S. Pulungan selaku Kepala Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dan seluruh staf yang telah memberi izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian.

8. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Drg. Hj. Usma Polita Nasution, M.Kes., selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini.

10. Terkhusus dan teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Drs.

Syahminan Lubis, S.H dan Ibunda Nur Minta Siregar, BA yang telah membesarkan, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang begitu berharga serta memberi dukungan dan doa bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini.

11. Abang dan Kakak yang penulis sayangi Muhammad Sopian Lubis, S.H dan Aisyaturrodiah Lubis, S.H yang telah banyak memberikan doa, nasihat, kasih sayang, perhatian, dukungan serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

12. Para sahabat tersayang (Saufi Ichwana, SKM., Widya Novita Sari, SKM., Rafida, Evi Anggraini, Wina Wahyuni dan kawan-kawan seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumarera Utara) terima kasih atas dukungan, motivasi serta doa-doanya selama ini. .

13. Teman-teman seperjuangan PBL di Desa Lidah Tanah, Kabupaten Serdang Bedagai, Fitri Adelina, Irma Yulita, Wilda Susanti, SKM., Siti Namira, SKM., Josua Matulesi yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi Penulis dan para pembaca dan agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya, serta penulis menyadari bahwa skripsi ini kemungkinan masih banyak kekurangan, baik dari penulisan, pemahaman materi, pemakaian bahasa, penyampaian materi, dan lain-lain. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini.

Medan, September 2017

Penulis

Naimatussaadah Lubis Nim. 131000314

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...i

HALAMAN PENGESAHAN ...ii

ABSTRAK ...iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

RIWAYAT HIDUP ...xv

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...7

1.3 Tujuan Penelitian ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...9

2.1 Konsep Sistem ...9

2.2.1 Pengertian Sistem ...9

2.2.2 Sistem Kesehatan ...10

2.2.3 Data dan Sistem Informasi ...10

2.2 Definisi Pencatatan dan Pelaporan ...13

2.3 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ....14

2.4.1 Pengertian SP2TP ...14

2.4.2 Tujuan SP2TP ...17

2.4.3 Ruang Lingkup SP2TP ...18

2.4.4 Kegiatan-Kegiatan Yang Dilakukan SP2TP ...18

2.4.5 Pengorganisasian SP2TP ...19

2.4.6 Pengolahan, Analisa dan Pemanfaatan SP2TP ...21

2.4.7 Proses SP2TP ...21

2.4.8 Pemanfaatan Data SP2TP ...28

2.4 Definisi Puskesmas ...29

2.5.1 Struktur Organisasi Puskesmas ...30

2.5.2 Asas Pengelolaan Puskesmas ...32

2.5.3 Upaya kesehatan Puskesmas ...33

2.5.4 Pengorganisasian Puskesmas ...34

2.5 Kerangka Pikir ...35

(11)

BAB III METODE PENELITIAN...39

3.1 Jenis Penelitian ...39

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...39

3.2.1 Lokasi Penelitian ...39

3.2.2 Waktu Penelitian ...39

3.3 Informan Penelitian ...39

3.4 Metode Pengumpulan Data ...39

3.5 Jenis dan Sumber Data ...40

3.6 Instrumen Pengambilan Data...40

3.7 Definisi Operasional ...40

3.8 Triangulasi ...42

3.9 Metode Analisis Data ...42

BAB IV HASIL PENELITIAN ...43

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...43

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Terjun ...43

4.1.2 Wilayah KerjaPuskesmas Terjun ...43

4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Terjun ...45

4.1.4 Karakteristik Informan ...45

4.2 Input SP2TP di Puskesmas Terjun ...46

4.2.1 SDM ...46

4.2.1.1 Masa Kerja Petugas Program di Puskesmas Terjun ...47

4.2.1.2 Masa Kerja Koordinator SP2TP di Puskesmas Terjun ...47

4.2.1.3 Masa Kerja Kepala Puskesmas di Puskesmas Terjun ...48

4.2.1.4 Pengetahuan Informan Tentang Sistem Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Terpadu di Puskesmas (SP2TP) di Wilayah Kerja Puskesmas Terjun ...48

4.2.1.5 Pelatihan SP2TP yang pernah diikuti Informan di Puskesmas Terjun ...50

4.2.2 Material ...51

4.2.2.1 Perolehan Data, Pengumpulan Data Dan Kendala Dalam Pengumpulan Data di Wilayah Puskesmas Terjun ...51

4.2.2.2 Ketersediaan Buku pedoman SP2TP, Buku I dan Buku II, Seri A, B, dan C serta Formulir SP2TP dan Buku Register ...53

4.2.2.3 Sarana Dan Prasarana Yang Digunakan Untuk Membuat Laporan SP2TP ...54

4.2.3 Kebijakan SP2TP ...55 4.2.3.1 Monitoring Sistem Pencatatan dan Pelaporan

Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Wilayah

(12)

Kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan...55

4.3 Prosses SP2TP di Puskesmas Terjun ...57

4.3.1 Pencatatan dan Pelaporan Masing-Masing Program ke Petugas SP2TP ...57

4.3.2 Menginput Laporan Data Dalam Pelaporan ...61

4.4 Output SP2TP di Puskesmas Terjun ...63

4.4.1 Ketepatan Waktu ...63

4.4.2 Kelengkapan Data ...64

4.4.3 Keakuratan Data ...66

BAB V PEMBAHASAN ...68

5.1 Input SP2TP di Puskesmas Terjun ...68

5.1.1 SDM ...68

5.1.2 Material SP2TP di Puskesmas Terjun ...72

5.1.3 Kebijakan SP2TP di Puskesmas Terjun ... 78

5.2 Proses SP2TP di Puskesmas Terjun ...80

5.3 Output SP2TP di Puskesmas Terjun ...85

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...89

6.1 Kesimpulan ...89

6.2 Saran ...90

DAFTAR PUSTAKA ...92 DAFTAR LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Kelurahan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan

Marelan 2016 ... 44 Tabel 4.2 Jumlah Sumber Daya Manusia di Puskesmas Terjun Kecamatan

Medan Marelan 2016 ... 45 Tabel 4.3 Karakteristik Informan ... 45

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ...35 Gambar 4.1 Keterangan Peta Wilayah Kerja Puskesmas Terjun ...44

(15)

DAFTAR ISTILAH

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dinkes : Dinas Kesehatan

Ditjen Binkesmas : Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Ispa : Infeksi Saluran Pernapasan Akut

KB : Keluarga Berencana

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KMS : Kartu Menuju Sehat

KTP : Kartu Tanda Pengenal

LB : Laporan Bulanan

LT : Laporan Tahunan

PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan

PJP : Pembangunan Jangka Panjang

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu

PP : Peraturan Pemerintah

RKK : Rekam Kesehatan Keluarga

SDM : Sumber Daya Manusia

Simpus : Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SK Menkes : Surat Keputusan Menteri Kesehatan SPT : Sistem Pelaporan Terpadu

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP3 : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat UKP : Upaya Kesehatan Perorangan

UU : Undang-Undang

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Matriks Pedoman Wawancara SP2TP

Lampiran 3 Surat Izin Survei Pendahuluan dari FKM USU Lampiran 4 Surat Izin Pendahulan Dinas Kesehatan Kota Medan Lampiran 5 Surat Izin Peneltian dari FKM USU

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kota Medan

Lampiran 7 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Puskesmas Terjun

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Naimatussaadah Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 20 Januari 1996 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Mandailing

Nama Ayah : Drs. Syahminan lubis, S.H Suku Bangsa Ayah : Mandailing

Nama Ibu : Nur Minta Siregar, BA

Suku Bangsa Ibu : Mandailing

Alamat : Jl. Kapuk Dusun XII Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Sumatera Utara Pendidikan Formal

1. SD Negeri 064976 Medan : 2001-2007

2. MTS Al-Washliyah Tembung : 2007-2010

3. MAN 3 Medan : 2010-2013

4. Lama Studi Di Fkm USU : 2013-2017

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai dikembangkan sejak dicanangkannya Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang pertama tahun 1971. Pemerintah mengembangkan puskesmas dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang sebagian terbesar masih tinggal dipedesaan. Puskesmas sebagai tulang punggung penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat diwilayah kerjanya berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal (Permenkes No. 44 Tahun 2016).

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat melalui puskesmas didasarkan pada misi puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre for Health Development) di wilayah kerjanya. Manajemen kesehatan yang baik akan terwujud jika didukung dengan sistem Informasi kesehatan yang handal (Muninjaya, 2011).

(19)

Manajemen puskesmas yang merupakan bagian dari tatanan administrasi kesehatan dibawah koordinasi Dinkes Kabupaten/Kota seharusnya diintegrasikan kedalam strategi pengembangan Kabupaten Sehat 2010. Dengan demikian, gerakan reformasi puskesmas di Indonesia sejalan dengan gerakan reformasi kesehatan ditingkat Kabupaten/Kota. Untuk itu, gugus kerja (integreted taskforce) di tingkat Kabupaten/Kota juga harus dibentuk (Muninjaya, 2004).

Salah satu sumber informasi manajemen puskemas (SIMPUS) di Negara Indonesia adalah Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Sistem informasi puskesmas (SIMPUS) dan sistem pelaporan terpadu (SPT) telah dikembangkan di berbagai jajaran dinas kesehatan kabupaten yang ada di Indonesia. SIMPUS merupakan perangkat lunak yang digunakan puskesmas untuk merekam data kunjungan pasien rawat jalan. Data kunjungan pasien disimpan dan digunakan untuk membuat data pelaporan pada periode waktu tertentu yang selanjutnya data tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan. Data pelaporan antar puskesmas ditingkat kabupaten memiliki struktur data yang sama.

SPT SIMPUS merupakan sistem informasi yang digunakan di tingkat kesehatan.

Sistem ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dinas kesehatan dalam mengelola data-data yang dimiliki.

Di puskesmas, Sistem Pencatatan dan Pelaporan yang disebut sebagai Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) telah diberlakukan sejak tahun 1981. SP2TP secara potensial, dapat berperan banyak dalam menunjang proses manajemen puskesmas. Namun berbagai data SP2TP yang tersedia untuk menunjang manajemen puskesmas belum dapat dimanfaatkan

(20)

secara optimal oleh karena berbagai hal yang berkaitan dengan rancangan sistem tersebut. Disamping itu, kapasitas sumber daya yang terbatas di puskesmas, baik dari segi manusia maupun sarana pendukungnya, tidak memungkinkan memanfaatkan data SP2TP secara optimal dan informasi lainnya dalam menunjang manajemen puskesmas (Depkes RI, 1997).

Berdasarkan pendapat Tiara (2011), yang dikutip oleh Pontoh (2013) bahwa Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu puskesmas (SP2TP) adalah kegiatan Pencatatan dan Pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 63/MENKES/SK/II/1981. Data SP2TP berupa umum dan demografi, ketenagaan, sarana, kegiatan pokok puskesmas. Menurut Yusran (2008), yang dikutip oleh Pontoh (2013) yaitu sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Pukesmas (SP2TP) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan puskesmas secara menyeluruh (terpadu) dengan konsep wilayah kerja puskesmas.

Sistem pelaporan ini diharapkan mampu memberikan informasi baik bagi puskesmas maupun untuk jenjang administrasi yang lebih tinggi, guna mendukung manajemen kesehatan.

Sejak pelaksanaan SP2TP dari tahun 1981 berbagai permasalahan dihadapi antara lain banyaknya variabel yang harus dilaporkan sehingga menambah beban tugas petugas. Berbagai upaya telah dilakukan guna memecahkan masalah yang ada, sampai akhirnya dikeluarkan keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/INFO/V/96 Tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas. Sesuai dengan keputusan

(21)

tersebut, diperlukan pedoman SP2TP untuk pegangan bagi pelaksana diberbagai tingkat administrasi, terutama bagi petugas puskesmas sebagai sumber data (Depkes RI, 1997).

Peran informasi sangat penting terhadap organisasi. Sistem informasi merupakan suatu cara yang sudah tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk beroperasi dengan sukses. Kegiatannya terdiri dari input untuk menyediakan data, proses untuk memproses dan mengolah data, output untuk menghasilkan laporan, penyimpanan untuk memelihara dan

menyimpan data, serta kontrol yang menjamin suatu sistem informasi berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan wawancara dengan pengurus sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) di Dinas Kesehatan Kota Medan tentang SP2TP diketahui bahwa dari 39 puskesmas yang ada di kota Medan, Puskesmas Terjun yang menjadi pilihan objek penelitian penulis. Hal ini dikarenakan pada survey awal penelitian di Dinas Kesehatan Kota Medan Puskesmas Terjun yang sering terlambat dalam pengiriman laporan bulanan. Dari hasil penelitian awal yang dilakukan di puskesmas terjun diperoleh beberapa permasalahan yaitu: (1) Puskesmas Terjun paling sering terjadi keterlambatan dalam pengiriman laporan bulanan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) oleh petugas puskesmas, yang seharusnya pengiriman laporan bulanan dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya, (2) tidak adanya data LB2 didalam laporan SP2TP Puskesmas Terjun; (3) Data yang diolah sering terjadi kesalahan dalam pencatatan dan pelaporannya.

(22)

Adanya keterlambatan pelaporan SP2TP, data laporan bulanan yang tidak lengkap serta data yang diolah sering terjadi kesalahan. Hal ini menunjukkan adanya berbagai kesulitan yang sedang dihadapi baik oleh pengelola SP2TP maupun pengelola program di puskesmas sehingga pelaksanaan SP2TP belum berjalan efektif. Adapun yang menjadi kesulitan dalam pelaksanaan SP2TP di Puskesmas Terjun yaitu kurangnya/minimnya tenaga kerja (SDM), pencatatan masih dilakukan secara manual artinya belum menggunakan komputerisasi, tidak adanya koordinasi antara pengelola pelaporan dengan petugas program di Puskesmas Terjun tentang waktu yang ditetapkan dalam pengiriman laporan SP2TP, belum tersedianya buku pedoman tentang SP2TP dan belum terlaksananya pelatihan untuk mengolah data SP2TP dan pelatihan komputer bagi koordinator SP2TP dan petugas program di Puskesmas Terjun.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Suryani (2013) SP2TP di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa pencatatan pada laporan sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) semua puskesmas di Kabupaten Dompu dalam pekerjaanya masih bersifat manual, pelaporan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) masih belum lengkap karena tidak ada koordinasi, tidak ada buku petunjuk, sulitnya transportasi, mati lampu (listrik), tidak ada honor khusus. Pelaksanaan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) masih ada yang bermasalah karena belum lengkap dan belum tepat waktu dalam pelaporannya. Walaupun pengawasan pada sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP) sudah dilakukan ditiap

(23)

puskesmas di Kabupaten Dompu karena setiap laporan yang masuk ke Dinas Kesehatan selalu dilakukan analisis tapi tidak dapat membantu dalam kelengkapan laporan yang dikirim oleh puskesmas.

Informasi atau laporan haruslah mempunyai kualitas yang relevan, tepat waktu dan efisien agar dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Sebagaimana di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan menyatakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan. Informasi atau laporan haruslah mempunyai kualitas yang relevan, tepat waktu dan efisien agar dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Sedangkan informasi yang dibuat dengan cara manual mempunyai resiko terhadap kebenaran dan keakuratan kemungkinan terjadi kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja akan lebih besar, sehingga keakuratan informasinya pun berkurang.

Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas merupakan sumber pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat serta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Dengan demikian kajian terhadap kegiatan SP2TP sangatlah penting mengingat data hasil kegiatan puskesmas menjadi informasi dipuskesmas dan untuk memenuhi administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam tingkat pembinaan, perencanaan, dan penetapan kebijaksanaan. Sehingga bermanfaat untuk peningkatan upaya kesehatan puskesmas melalui: perencanaan, (perencanaan mikro), penggerakan

(24)

dan pelaksanaan (lokakarya mini puskesmas), pengawasan, pengendalian, serta penilaian (stratifikasi).

Dampak dari pada keterlambatan pelaporan atau tidak adanya laporan bulanan SP2TP yaitu tidak tersedianya data yang up to date yang dapat digunakan sebagai informasi yang akurat/relevan bagi orang yang membutuhkan dan dijadikan bahan referensi penelitian. Dan tanpa adanya pencatatan dan pelaporan maka tidak adanya umpan balik dilintas sektor dari Dinas Kesehatan Kota ke puskesmas, Dinas Kesehatan Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Provinsi ke Pusat untuk memberikan informasi sistem apa yang harus dievaluasi kembali untuk memperbaiki mutu dalam pelayanan kesehatan, selain itu tanpa adanya pencatatan dan pelaporan maka kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat dan terdokumentasi wujudnya menjadi informasi untuk pengambilan keputusan selanjutnya dan tidak tersedianya data yang lengkap untuk kemudian dijadikan laporan tahunan atau buku profil tahunan puskesmas.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas ternyata dapat diketahui adanya masalah dalam pelaksanaan pelaporan Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan. Maka dengan demikian penulis ingin mengetahui mengenai Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diambil rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: Mengapa sistem administrasi

(25)

pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tidak tercatat dengan rapi sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan dan ketidaklengkapan dalam pelaporan data SP2TP?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui sistem administrasi pencatatan dan pelaporan dalam pelaksanaan SP2TP di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Puskesmas

Sebagai masukan atau input bagi Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dalam Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP);

b. Bagi Peneliti

Untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sistem 2.2.1 Pengertian Sistem

Telah disebutkan bahwa objek dan subjek kajian administrasi kesehatan adalah sistem kesehatan (health sytem). Dengan demikian untuk dapat melaksanakan administrasi kesehatan, perlu dipahami apa yang disebut dengan sistem kesehatan tersebut. Jika menyebut perkataan sistem, ada banyak macamnya pengertian dari sistem tersebut. Beberapa di antaranya yang di pandang cukup penting adalah:

1. Berdasarkan pendapat Ryans, yang dikutip oleh (Azwar, 2010), Sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan;

2. Berdasarkan pendapat John McManama, yang dikutip oleh (Azwar, 2010), Sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai satu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien;

3. Sistem adalah kumpulan dari bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang majemuk, dimana masing-masing bagian bekerja sama secara bebas dan terkait untuk mencapai sasaran kesatuan dalam suatu situasi yang majemuk pula (Azwar, 2010);

(27)

4. Sistem adalah satu kesatuan yang utuh dan terpadu dari berbagai elemen yang berhubungan serta saling mempengaruhi yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 2010).

Penggunaan pendekatan sistem dalam pekerjaan informasi atau pekerjaan lainnya adalah untuk memudahkan pengelolaan terhadap objek bersangkutan agar dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

2.2.2 Sistem Kesehatan

Sedangkan pengertian kesehatan sebagaimana dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional pada Pasal 1 ayat (1) Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Untuk itu adapun pengertian dari sistem kesehatan yaitu gabungan antara pengertian sistem dan pengertian kesehatan. Untuk Indonesia sistem kesehatan dikenal dengan nama sistem kesehatan nasional (SKN). Sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, yang selanjutnya disingkat SKN adalah pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.2.3 Data dan Sistem Informasi

Informasi sangat erat hubungannya dengan data. Informasi berasal dari data. Oleh karena itu, sebelum dijelaskan mengenai informasi akan dijelaskan terlebih dahulu arti data (Hasibuan, 2011).

(28)

Berdasarkan pendapat Gordon B. Davis yang dikutip oleh Hasibuan (2011), data adalah bahan mentah bagi informasi, dirumuskan sebagai kelompok lambang tidak acak yang menunjukkan jumlah-jumlah, tindakan-tindakan, hal-hal dan sebagainya. Data-data disusun untuk mengolah tujuan-tujuan menjadi susunan data, susunan kearsipan dan pusat data atau landasan data.

Jadi jelas kiranya bahwa data merupakan sumber informasi, merupakan bahan informasi dan dengan sendirinya erat hubungannya dengan informasi.

Berdasarkan pendapat Gordon B. Davis, yang dikutip oleh Hasibuan (2011) menyatakan bahwa informasi tersebut adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi sipenerima dan yang mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.

Dengan demikian kajian terhadap sistem informasi dan pengambilan keputusan diarahkan untuk mempelajari proses pengambilan keputusan strategis pada sebuah organisasi (keputusan kunci). Untuk pengambilan keputusan strategis, diperlukan informasi yang akurat dan menyeluruh tentang organisasi, terutama tentang bagaimana sistem yang ada dalam organisasi dapat tetap berjalan sesuai dengan misinya mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004).

Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat dan dalam bentuk yang tepat pula (Hasibuan, 2011).

Pada umumnya data dan informasi diperlukan dalam manajemen, pelaksanaan, dan pengembangan pembangunan kesehatan. Untuk

(29)

menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan. Informasi kesehatan digunakan sebagai masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan baik manajemen pelayanan kesehatan, manajemen institusi kesehatan, maupun manajemen program pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah. Disamping itu, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan. Dalam rangka peningkatan sistem informasi kesehatan nasional, Menteri Kesehatan telah menetapkan kebijakan strategi pengembangan sistem informasi kesehatan nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan.

Dalam peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan pada Pasal 1 ayat (3) yang dimaksud dengan informasi kesehatan adalah data kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang berguna untuk meningkatkan pengetahuan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sedangkan yang dimaksud dengan data kesehatan yang terdapat pada ayat (2) adalah angka dan fakta kejadian berupa keterangan dan tanda-tanda yang secara relatif belum bermakna bagi pembangunan kesehatan.

Sebagaimana yang dituangkan dalam pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi Kesehatan, yang dimaksud dengan sistem informasi kesehatan adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan sumber

(30)

daya manusia dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan.

2.2 Definisi Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan

Catatan berisi keterangan-keterangan yang di simpan di unit kesehatan mengenai pekerjaan unit, keadaan kesehatan masyarakat, dan pasien perorangan, serta keterangan mengenai hal-hal ketatausahaan misalnya staf, peralatan dan perlengkapan (McMahon dkk,1999).

Catatan biasanya berupa informasi dalam buku catatan atau arsip, catatan dapat juga tersimpan dalam pita rekaman atau komputer. Catatan merupakan ingatan tata usaha dan merupakan perangkat penting untuk mengawasi dan menilai pekerjaan, pencatatan membantu para pengawas:

a. Mempelajari apa yang terjadi;

b. Membuat keputusan yang efektif;

c. Menilai kemajuan pencapaian tujuan.

Catatan harus tepat, mudah diperoleh, tersedia bila diperlukan, dan berisi informasi yang berguna bagi manajemen. Informasi tidak selalu dicatat kecuali bila diketahui akurat dan ada gunanya.

Sedangkan pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktivitas dalam bentuk tulisan diatas kertas, file komputer, dan lain-lain dengan ilustrasi tulisan, grafik, gambar, dan suara (Mubarak, 2012).

Manfaat pencatatan adalah sebagai berikut:

a. Memberi informasi tentang keadaan masalah/kegiatan;

(31)

b. Sebagai bukti dari suatu kegiatan/ peristiwa;

c. Bahan proses belajar dan bahan penelitian;

d. Sebagai pertanggungjawaban;

e. Bahan pembuatan laporan;

f. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi;

g. Bukti hukum;

h. Alat komunikasi dalam penyampaian peran serta mengingatkan kegiatan peristiwa khusus (Mubarak, 2012).

2. Pelaporan

Laporan adalah keterangan yang disampaikan kepada tingkat lain dari pelayanan kesehatan. Laporan juga merupakan perangkat manajemen penting yang mempengaruhi tindakan selanjutnya (McMahon dkk, 1999).

Jenis-jenis laporan (lisan, tertulis atau melalui telepon atau radio bilamana perlu) Isinya (informasi statistik mengenai kelahiran, kematian, dan kesakitan, atau keterangan mengenai perkembangan atau kesulitan program), dan frekuensi serta kegunaannya akan berbeda dari satu negara ke negara lain.

Sedangkan pengertian pelaporan adalah catatan yang memberikan informasi tentang kegiatan tertentu dan hasilnya disampaikan kepihak yang berwenang atau berkaitan terhadap kegiatan tersebut.

2.3 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) 2.3.1 Pengertian SP2TP

Berdasarkan pendapat Ahmad (2005), yang dikutip oleh Pontoh (2013) menyatakan SP2TP adalah kegiatan Pencatatan dan Pelaporan data umum, sarana,

(32)

tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas yang bertujuan agar didapatnya semua data hasil kegiatan puskesmas (termasuk puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, Bidan Desa dan posyandu) dan data yang berkaitan, serta dilaporkannya data tersebut kepada jenjang administrasi diatasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas merupakan sumber pengumpulan data dan informasi ditingkat puskesmas. Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang menyangkut puskesmas untuk dikirim ke pusat seta sebagai bahan laporan untuk kebutuhan. Berdasarkan pendapat Lapau (1989), yang dikutip oleh Pontoh (2013) menyatakan yaitu data yang dikumpul oleh puskesmas dan dirangkum kelengkapan dan kebenarannya.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ialah laporan yang dibuat semua puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling bidan-bidan desa dan lain-lain yang termasuk dalam wilayah kerja puskesmas. Jenis data yang dikumpulkan dan dicatat dalam SP2TP adalah seluruh kegiatan di puskesmas yang meliputi data:

1. Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas;

2. Data ketenagaan puskesmas, dan;

3. Data sarana yang dimiliki puskesmas (Pontoh, 2013).

Berdasarkan pendapat Santoso (2008) yang dikutip oleh Pontoh (2013) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan, penggunaan pelayanan

(33)

kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat Kabupaten/Kota maupun Kecamatan.

Berdasarkan pendapat Tiara (2011) yang dikutip oleh Pontoh (2013) Pencatatan dan pelaporan indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan pelaporan, kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi yang berharga dan bernilai bila menggunakan metode yang tepat dan benar. Jadi, data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam sebuah organisasi, karena data dan informasilah yang berbicara tentang keberhasilan atau perkembangan organisasi tersebut.

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup 3 hal yakni:

1. Pencatatan, pelaporan, dan pengolahan;

2. Analisis;

3. Pemanfaatan.

Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasikan kadalam format laporan SP3 yang sudah dibukukan.

Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya untuk dikirim ke Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola program di Dinas Kesehatan Kabupaten.

(34)

Dari Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah diolah dan dianalisis di kirim ke Koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya. Laporan SP2TP mempergunakan sistem tahun kalender.

Periode laporan dari puskesmas ke Dati II adalah bulanan dan tahunan. Periode laporan dari Dati II ke Dati I dan pusat adalah triwulan.

2.3.2 Tujuan SP2TP

Tujuan Sistem Informasi Manajemen di puskesmas adalah untuk meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.

Berdasarkan pendapat Ahmad (2005), yang dikutip oleh Pontoh (2013), Tujuan dimaksud dapat terwujud apabila .

1. Data S2TP dan data lainnya diolah disajikan dan diinterprestasikan sesuai dengan petunjuk Pengolahan dan Pemanfaatan data SP2TP.

2. Pengolahan, analisis, interprestasi dan penyajian dilakukan oleh para penanggung jawab masing-masing kegiatan di puskesmas dan mengelola program disemua jenjang administrasi.

3. Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interprestasi data SP2TP dan sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun, dan tidak ada perubahan) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan sebagainya.

Tujuan umum dari Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ini ialah data dan informasi yang akurat tepat waktu dan mutakhir secara

(35)

periodik dan teratur pengolahan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas di berbagai tingkat administrasi (Syafrudin dkk, 2009). Adapun tujuan khususnya ialah:

1. Tersedianya data yang meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok puskesmas akurat, tepat waktu dan mutakhir secara teratur;

2. Terlaksananya pelaporan data secara teratur diberbagai jenjang administrasi sesuai dengan peraturan yang berlaku;

3. Digunakan data tersebut untuk pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan program kesehatan masyarakat melalui puskesmas diberbagai tingkat administrasi (Syafrudin dkk, 2009).

2.3.3 Ruang Lingkup SP2TP

1. SP2TP dilakukan oleh semua puskesmas termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling;

2. Pencatatan dan pelaporan mencakup:

a. Data umum dan demografi wilayah kerja puskesmas;

b. Data ketenagaan di puskesmas;

c. Data saran yang dimiliki puskesmas;

d. Data kegiatan pokok puskesmas (18 upaya pokok) baik didalam gedung maupun diluar gedung.

3. Pelaporan dilakukan secara periodik (bulanan, triwulan, semester dan tahunan).

2.3.4 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan SP2TP 1. Mengkompilasi data dari puskesmas;

(36)

2. Mentabulasi data upaya kesehatan yang dilakukan;

3. Menyusun kartu indeks penyakit;

4. Menyusun sensus harian mengolah data kesakitan;

5. Menyajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik sesuai kebutuhan;

6. Melakukan analisa untuk kebutuhan pemantauan, intervensi, serta perencanaan dimasa mendatang;

7. Membuat peta wilayah puskesmas termasuk sarana kesehatan.

2.3.5 Pengorganisasian SP2TP

Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian yang terdiri dari:

1. Penanggung jawab (Kepala Puskesmas); tugas penanggung jawab adalah memberikan bimbingan kepada koordinator SP2TP dan para pelaksana kegiatan di puskesmas;

2. Koordinator (petugas yang ditunjuk kepala puskesmas), koordinator SP2TP bertugas:

a. Mengumpulkan laporan dari masing-masing pelaksana kegiatan;

b. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan bulanan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;

c. Bersama dengan para pelaksana kegiatan membuat laporan tahunan SP2TP dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Dati II paling lambat 31 Januari tahun berikutnya;

d. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan;

(37)

e. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada kepala puskesmas;

f. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap 3 bulan yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas dengan pelaksanaan kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan SP2TP.

3. Anggota (pelaksanaan kegiatan di puskesmas), pelaksana kegiatan SP2TP bertugas:

a. Mencatat setiap kegiatan pada kartu individu dan register yang ada;

b. Mengadakan bimbingan terhadap puskesmas pembantu dan bidan di Desa;

c. Melakukan rekapitulasi data dari hasil pencatatan dan laporan puskesmas pembantu serta bidan di Desa menjadi laporan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Hasil dari rekapitulasi ini merupakan bahan untuk mengisi/ membuat laporan SP2TP;

d. Setiap tanggal 5 mengisi/membuat laporan SP2TP dari hasil kegiatan masing-masing dalam dua rangkap dan disampaikan kepada koordinator SP2TP puskesmas. Dengan rincian satu rangkap untuk arsip koordinator SP2TP puskesmas dan satu rangkap oleh koordinator SP2TP puskesmas disampaikan ke Dinas Kesehatan Dati II;

e. Mengolah dan memanfaatkan data hasil rekapitulasi untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya;

f. Bertanggung jawab atas kebenaran isi laporan kegiatannya.

(38)

2.3.6 Pengolahan, analisa dan pemanfaatan SP2TP 1. Dilaksanakan pada setiap jenjang administrasi;

2. Pemanfaatan di sesuaikan dengan tugas dan fungsi dalam pengambilan keputusan;

3. Di Puskesmas digunakan untuk pemantauan pelaksanaan program operasionalisasi dan early warning sytem;

4. Pada Dati II digunakan untuk pemantauan, pengendalian dan pengambilan tindak koreksi yng diperlukan;

5. Dati I digunakan untuk perencanaan program dan pemberian bantuan yang diperlukan;

6. Pada tingkat pusat digunakan untuk pengambilan kebijaksanaan pada tingkat nasional;

2.3.7 Proses SP2TP 1. Pencatatan SP2TP

Kegiatan pokok puskesmas baik didalam gedung maupun diluar gedung puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di desa harus dicatat. Bentuk pencatatan berdasarkan pada sasaran, yaitu: catatan individu (catatan ibu, bayi dan balita); catatan keluarga (kesehatan keluarga tertentu); dan catatan masyarakat (biasanya pada kegiatan survei komunitas apabila ditemukan masalah komunitas yang lebih diarahkan pada ibu dan anak balita). Bentuk catatan berdasarkan kegiatan, yaitu: catatan pelayanan kesehatan anak; catatan pelayanan kesehatan; catatan pelayanan kesehatan ibu; catatan imunisasi; catatan kunjungan rumah; catatan persalinan; catatan kelainan; catatan kematian ibu dan bayi; dan

(39)

catatan rujukan. Sementara bentuk catatan berdasarkan proses pelayanan, yaitu;

catatan awal/masuk; catatan pengembangan berisi kemajuan/perkembangan pelayanan; catatan pindah dan catatan keluar (Mubarak, 2012). Dengan demikian perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. Untuk memudahkan pencatatan dapat formulir standar yang telah ditetapkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP).

a. Formulir pencatatan

Formulir pencatatan SP2TP terdiri dari: (Depkes RI, 1997)

1) Rekam Kesehatan Keluarga (RKK) atau yang disebut “family folder”;

2) Kartu Tanda Pengenal (KTP);

3) Kartu Rawat Jalan;

4) Kartu Rawat Tinggal;

5) Kartu Penderita Kusta;

6) Kartu Indeks Penyakit Khusus Kusta;

7) Kartu penderita TB Paru;

8) Kartu Indeks Penyakit Khusus TB Paru;

9) Kartu Ibu;

10) Kartu Anak;

11) KMS Balita;

12) KMS Anak Sekolah;

13) KMS Ibu Hamil;

14) KMS Usila;

(40)

15) Kartu Tumbuh Kembang Balita;

16) Kartu Rumah;

17) Register adalah formulir untuk mencatat/merekap data kegiatan didalam dan diluar gedung puskesmas yang telah dicatat di kartu-kartu dan catatan lainnya.

b. Mekanisme pencatatan

Pada prinsipnya seorang pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan kartu tanda pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan diluar gedung puskesmas, maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima (Depkes RI, 1997).

2. Pelaporan SP2TP

Pelaporan terpadu puskesmas menggunakan tahun kelender yaitu dari bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama. Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Masyarakat No. 590/BM/DJ/INFO/V/96 diberlakukan formulir laporan yang baru. Sedangkan kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja petugas di puskesmas.

a. Formulir laporan dari puskesmas ke daerah tingkat II adalah sebagai berikut:

1) Laporan bulanan;

a) Data kesakitan (LB I);

b) Data Obat-obatan (LB 2);

(41)

c) Data kegiatan gizi, KIA/KB, imunisasi, termasuk pengamatan penyakit menular (LB 3);

d) Data kegiatan puskesmas (LB 4).

2) Laporan sentinel, berikut adalah bentuk laporan sentinel;

a) Laporan bulanan sentinel (LB 1S). Laporan yang memuat data penderita penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta Diare menurut umur dan status imunisasi. Puskesmas yang memuat LB 1S adalah puskesmas yang ditunjuk, yaitu ( 1 Puskesmas dari tiap Dati II) dengan periode laporan bulanan serta dilaporkan ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I, dan pusat (Ditjen PPM dan PLP);

b) Laporan bulanan sentinel (LB 2S). Dalam laporan ini memuat data KIA, Gizi, Tetanus neonatorium, dan penyakit akibat kerja. Laporan ini diberikan ke Dinas Kesehatan Dati I, Dati II, dan pusat (Ditjen Binkesmas);

3) Laporan tahunan. Laporan tahunan meliputi data berikut;

a) Data dasar puskesmas (LT-1);

b) Data kepegawaian (LT-2);

c) Data peralatan (LT-3).

b. Alur pelaporan

Laporan dari Dati II dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I Kanwil Depkes Provinsi serta Pusat dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan tersebut meliputi sebagai berikut: (Mubarak, 2012)

(42)

1) Laporan triwulan :

a) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 1 b) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 2 c) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 3 d) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LB 4 2) Laporan tahunan :

a) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 1 b) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 2 c) hasil entri data/ rekapitulasi laporan LT 3 c. Frekuensi pelaporan

1) Laporan dari puskesmas ke Dati II (Depkes RI, 1997).

Laporan ini menggunakan formulir standar yang terdiri dari:

a) Laporan LB1, LB2, LB3 dan LB4, dilakukan setiap bulan dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II. Khusus laporan LB2, satu kopi laporan dikirimkan pula ke gudang farmasi Dati II (GFK).

b) Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I, dan Pusat (untuk LB1S ke Ditjen PPM dan PLP dan LB2S ke Ditjen Binkesmas).\

c) Laporan tahunan (LT-1, LT-2, dan LT-3) dikirimkan selambat lambatnya tanggal 31 januari tahun berikutnya. Khusus untuk laporan

(43)

LT-2 (data kepegawaian) hanya di isi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi formulir data kepegawaian.

2) Laporan dari Dati II ke Dati I dan Pusat

Laporan ini dalam disket hasil entry data/ rekapitulasi dari laporan SP2TP. Frekuensi laporan adalah:

a) Laporan triwulan:

Laporan ini dikirimkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya dari triwulan yang dimaksud kepada:

i) Kepala Dinas Kesehatan Dati I;

ii) Kepala Kantor Wilayah Depkes Provinsi;

iii) Depkes RI. Cq. Ditjen Binkesmas b) Laporan tahunan

Laporan ini dikirimkan paling lambat akhir bulan februari dari tahun berikutnya, kepada:

i) Kepala Dinas Kesehatan Dati I;

ii) Kepala Kantor Wilayah Depkes Provinsi;

iii) Depkes RI Cq. Ditjen Binkesmas.

d. Mekanisme pelaporan 1) Tingkat puskesmas

a) Laporan dari puskesmas pembantu dan dari bidan di desa disampaikan ke pelaksana kegiatan di puskesmas;

(44)

b) Pelaksana kegiatan merekapitulasi data yang dicatat baik di dalam gedung maupun diluar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan bidan di desa;

c) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan dimasukkan ke formulir laporan dalam dua rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP puskesmas;

d) Hasil rekapitulasi oleh pelaksana kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkat kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

2) Tingkat Dati II

a) Pengolahan data SP2TP di Dati II menggunakan piranti lunak yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan;

b) Laporan SP2TP dari puskesmas yang diterima oleh Dinas Kesehatan Dati II (Koordinator SP2TP Dati II), disampaikan kepada pelaksana SP2TP untuk direkapitulasi/ dientri data;

c) hasil rekapitulasi data, setiap tanggal 15 disampaikan ke pengelola program di Dati II;

d) Hasil rekapitulasi/ entri data, dikoreksi, diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk umpan balik, bimbingan teknis ke puskesmas dan tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja program;

e) Hasil rekapitulasi/ entri data setiap 3 bulan dibuat dalam 3 disket untuk dikirimkan ke Dinas Kesehatan Dati I, Kanwil Depkes Provinsi

(45)

dan Departemen Kesehatan Cq. Direktoran Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

3) Tingkat Dati I

a) Pengolahan dan pemanfaatan data SP2TP di Dati I mempergunakan piranti lunak yang sama dengan Dati II;

b) Laporan dari Dinas Kesehatan Dati II, diterima oleh Dinas Kesehatan Dati I dan Kantor Wilayah Departemen Kesehatan (koordinator tim SP2TP) dalam bentuk disket diteruskan kepada pelaksana SP2TP, untuk dikompilasi/direkapitulasi;

c) Hasil kompilasi disampaikan kepada pengelola program Dati I/Kanwil Departemen Kesehatan untuk diolah dan dimanfaatkan dalam rangka tindak lanjut, bimbingan dan pengendalian yang diperlukan;

d) Hasil kompilasi yang telah diolah tersebut diumpan balikkan ke Dinas Kesehatan Dati II.

4) Tingkat Pusat

Hasil olahan yang dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat paling lambat 2 bulan setelah berakhirnya triwulan tersebut disampaikan kepada pengelola program terkait dan pusat data kesehatan untuk dianalisis dan dimanfaatkan serta dikirimkan ke Kanwil Depkes Provinsi sebagai umpan balik.

2.3.8 Pemanfaatan data SP2TP

1. Untuk memenuhi kebutuhan administrasi pada jenjang yang lebih tinggi dalam rangka pembinaan, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan;

(46)

2. Dimanfaatkan puskesmas untuk meningkatkan upaya kesehatan puskesmas, melalui:

a. Perencanaan (perencanaan mikro);

b. Penggerakan dan pelaksanaan (loka karya mini pusksmas);

c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian (stratifikasi).

2.4 Definisi Puskesmas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44 Tahun 2016 Tentang Pedoman Manajemen Puskesmas, Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan puskesmas adalah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah kecamatan.

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dalam Pasal 1 angka 2 puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya.

Jika ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Ini disebabkan karena peranan dan kedudukan puskesmas di Indonesia adalah amat unik. Sebagai sarana pelayanan kesehatan terdepan di Indonesia, maka puskesmas kecuali bertanggung jawab dalam menyelenggarakan

(47)

pelayanan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.

Sesuai dengan strategi jangka panjang pembangunan berwawasan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia sehat pada tahun 2010 dan kebutuhan pembangunan sektor kesehatan di era desentralisasi ini, Depkes pusat sudah menetapkan visi dan misi puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui puskesmas adalah terwujudnya kecamatan sehat tahun 2010.

Untuk mewujudkan visi puskesmas tersebut maka, ada tiga misi yang harus di emban oleh puskesmas yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan;

2. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan;

3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar yang mutu.

Sesuai dengan misinya, puskesmas memiliki fungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2.4.1 Struktur Organisasi Puskesmas

Struktur organisasi puskesmas bergantung pada kegiatan dan beban tugas setiap puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas disatu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan penempatannya dilakukan dengan peraturan daerah. Pola struktur organisasi puskesmas adalah, (Syafrudin, 2009) :

1. Kepala Puskesmas;

(48)

2. Unit Tata Usaha (bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam pengelolaan):

a. Data dan informasi;

b. Perencanaan dan penilaian;

c. Keuangan;

d. Umum dan Kepegawaian.

3. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas;

a. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM);

b. Upaya Kesehatan Perorangan.

4. Jaringan Pelayanan Puskesmas;

a. Unit Puskesmas Pembantu;

b. Unit Puskesmas Keliling;

c. Unit Bidan di Desa/Komunitas.

Dalam Peraturan Pemerintah Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Pasal 34 ayat (1) organisasi puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas. Organisasi puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas:

a. Kepala Puskesmas;

b. Kepala Sub bagian Tata Usaha;

c. Penanggungjawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;

d. Penanggungjawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium, dan;

e. Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

(49)

2.4.2 Asas Pengelolaan Puskesmas

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di Indonesia, pengelolaan program kerja puskesmas berpedoman pada empat asas pokok yakni:

1. Asas pertanggung jawaban wilayah

Dalam asas dijelaskan bahwa puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya. Karena adanya asas yang seperti ini, maka program kerja puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, melainkan harus secara aktif yakni memberikan pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat. Lebih dari pada itu, karena Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya, maka banyak dilakukan berbagai program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Asas peran serta masyarakat

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus melaksanakan asas peran serta masyarakat. Artinya, berupaya melibatkan masyarakat dalam menyelenggarakan program kerja tersebut.

3. Asas keterpaduan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus melaksanakan asas keterpaduan. Artinya, berupaya memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari sektor lain (lintas sektoral).

(50)

4. Asas rujukan

Dalam menyelenggarakan program kerjanya, puskesmas harus melaksanakan asas rujukan. Artinya, jika tidak mampu menangani suatu kesehatan harus merujuknya kesarana kesehatan yang lebih mampu. untuk pelayanan kedokteran jalur rujukannya adalah rumah sakit. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat jalur rujukan adalah berbagai kantor kesehatan, (Azwar, 2010).

2.4.3 Upaya Kesehatan Puskesmas

Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (chomprehensive health care service) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas menjalankan beberapa upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana yang terdapat pada pasal 36 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang meliputi program:

1. Pelayanan promosi kesehatan;

2. Pelayanan kesehatan lingkungan;

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4. Pelayanan gizi; dan

5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Selain upaya kesehatan masyarakat esensial terdapat pula upaya kesehatan pengembangan. Dalam pasal 36 ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 yang dimaksud dengan upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya

(51)

yang sifatnya inovatif dan /atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing puskesmas.

2.4.4 Pengorganisasian Puskesmas

Pengorganisasian tingkat puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan pekerjaan-pekerjaan pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian otoritas/wewenang dan pengintegrasian semua tugas- tugas dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan puskesmas secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian tingkat puskesmas adalah pengaturan pegawai puskesmas dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja puskesmas yang ditetapkan oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi (tupoksi), serta pengaturan dan pengintegrasian tugas dan sumber daya puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan program puskesmas dalam rangka mencapai tujuan puskesmas (Pontoh, 2013).

Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian puskesmas merupakan alat untuk memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan dengan personil/pegawai, finansial, material, dan metode puskesmas untuk mencapai tujuan puskesmas yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai puskesmas. Pengorganisasian puskesmas meliputi hal-hal berikut:

1. Cara manajemen puskesmas merancang struktur formal puskesmas untuk penggunaan sumber daya puskesmas secara efisien;

(52)

2. Bagaimana puskesmas mengelompokan kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang diberi wewenang mengawasi stafnya;

3. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai puskesmas;

4. Cara pimpinan puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit kerja dan mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut (Peraturan Menteri No. 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat).

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan untuk melihat bagaimana Pelaksanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di wilayah kerja Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan melalui indikator masukan (input), proses (process), dan luaran (output). Oleh karena itu kerangka pikir disusun sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

OUTPUT A. Pencatatandan

A. Pencatatan dan pelaporan masing- masing program ke petugas SP2TP B. Menginput laporan

data dalam pelaporan (LB) A. SDM/Tenaga

1. Masa Kerja 2. Pengetahuan 3. Pelatihan

SP2TP B. Material

1. Tersedianya data

2. Buku pedoman SP2TP

3. Formulir SP2TP 4. Ketersediaan

PROSES INPUT

A. Ketepatan Waktu B. Kelengkapan Data C. Keakuratan Data

(53)

Kerangka pikir ini menggunakan pendekatan teori sistem. Teori sistem terdiri dari input, process, output (Azwar, 2010).

1. Unsur Input terdiri dari SDM/Tenaga, Material, Fasilitas,.

a. SDM/Tenaga merupakan tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja operasional/pelaksana. Dalam pelaksanaan program SP2TP SDM/Tenaga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menyangkut tenaga pelaksana dalam penyelenggaraan program SP2TP di Puskesmas Terjun. Agar terlaksananya pelaksanaan program SP2TP dengan baik maka dalam unsur man ini perlu diperhatikan usia, masa kerja, pengetahuan, pelatihan, dan ketersediaan tenaga kerja;

b. Material, bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. yaitu alat kelengkapan yang digunakan dalam proses pencatatan dn pelaporan yaitu berupa tersedianya data, tersedianya buku pedoman dan formulir SP2TP serta buku register, serta ketersediaan instrumen pencatatan dan pelaporan dalam SP2TP (ketersediaan format pencatatan dan pelaporan, bagan alur pelaporan);

c. Kebijakan, rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, adapun kebijakan yang ada dalam pelaksanaan SP2TP berupa target waktu yang ditentukan dalam Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/INFO/V/96 Tentang

Gambar

Tabel  4.1  Jumlah  Kelurahan  di  Puskesmas  Terjun  Kecamatan  Medan  Marelan 2016

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan olahraga memiliki semua karakteristik permainan dan juga membutuhkan keterampilan fisik (Torres 2014). Dapat disimpulkan dari definisi ini bahwa permainan,

Sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi peserta tes yang kurang memahami konsep

Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Pesisir Kabupaten Tangerang belum aman terhadap ancaman risiko kesehatan akibat paparan logam Pb dalam melakukan aktivitas langsung di

European Commission (1996) menyatakan bahwa perlakuan menge- nai jasa-jasa keuangan yang dike- cualikan dan tidak dikecualikan pada negara-negara yang menganut sistem

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Tidak hanya sampai pada menampilkan gambar kerja, Autodesk Inventor 2012 juga mampu memberikan simulasi pergerakan dari produk yang kita desain serta mempunyai alat untuk

Medan lain selain medan magnet bumi adalah medan gangguan yang berasal dari angkasa dan perubahan medan magnetik pada lapisan ionosfer atau dapat berasal dari benda-benda yang

kegiatan pertambangan batubara ini tentu saja menimbulkan persepsi masyarakat terhadap dampak kegiatan pertambangan tersebut pada kondisi sosial, ekonomi dan fisik dimana pada