HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD
RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI TAHUN 2019
SKRIPSI
Oleh
DIANA ARDHI PRATIWI NIM. 131000343
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
HUBUNGAN PATIENT HANDLING DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT BAGIAN UGD
RSUD DR. R.M. DJOELHAM DI KOTA BINJAI TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
DIANA ARDHI PRATIWI NIM. 131000343
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2020
i
ii Telah diuji dan dipertahankan
Pada tanggal : 17 Januari 2020
TIM PENGUJI SKRIPSI
Ketua : dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K.
Anggota : 1. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S.
2. Ir. Kalsum, M.Kes.
iii
Pernyataan Keaslian Skripsi
Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul
“Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD RSUD DR. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat kelimuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
iv Abstrak
Keluhan muskuloskeletal masih sering terjadi pada perawat akibat aktivitas kerja patient handling. Tenaga perawat penting untuk berlangsungnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit, tugas perawat sangat bervariasi antara lain melakukan aktivitas patient handling yaitu melakukan kegiatan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, mengangkut, dan memindahkan objek. Semua aktivitas melibatkan kelompok otot terutama kelompok otot penyangga tulang belakang yang berfungsi memelihara postur tubuh dan keseimbangan, dan koordinasi gerakan yang tidak benar akan berisiko mendapat keluhan muskuloskeletal. Berdasarkan hasil survei pendahuluan terdapat beberapa orang perawat mengeluh gejala-gejala muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di kota Binjai. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional, yang menggunakan total populasi sebagai sampel yaitu 28 orang. Untuk pengumpulan data peneliti menggunakan kuesioner (data aktivitas patient handling), nordic body map (data keluhan muskuloskeletal). Analisis statistik menggunakan uji chi- square dengan taraf kesalahan 0,05. Pada penelitian ini dari 28 responden yang dianalisis diperoleh keluhan muskuloskeletal pada kategori rendah sebanyak 5 orang (17,9%) dan 2 orang (7,1%) keluhan muskuloskeletal pada kategori tinggi.
Responden dengan aktivitas patient handling intesitas tinggi sebesar 8 orang (28,6%) dan aktivitas patient handling intensitas rendah sebesar 20 orang (71,4%). Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas patient handling dengan keluhan muskuloskeletal (p=0,03).
Perawat sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya keluhan muskuloskeletal dengan melakukan pekerjaan mengikuti aturan Standar Operasional Prosedur (SOP), serta pihak rumah sakit bisa menerapkan pemasangan CCTV untuk mengawasi kinerja para perawat serta melakukan evaluasi perbulan terhadap kinerja perawat dan mengadakan pelatihan terkait kegiatan patient handling atau ergonomi untuk mengurangi keluhan terhadap gangguan muskuloskeletal.
Kata kunci : Muskuloskeletal, patient handling, perawat
v Abstract
Musculoskeletal complaints is often occurs to nurse because of patient handling work activity. Nurses important to continuing health services' implementation at hospital. Nurse job has variation such as do patient handling activity which is do such as lift up, bring down, push, pull, carry and move object's activities. All this activity involves group of muscles especially spine's support muscles group which has function to maintain body posture and balancing, and wrong coordination of movement will risk to obtain musculoskeletal complaints. Based on early survey's result there are some nurses that complained musculoskeletal's symptoms. This research is purpose to know if that there is a relation between patient handling with musculoskeletal complaints of the nurse at emergency section in RSUD Dr.
R.M. Djoelham in Binjai. This research's design use cross sectional method, that reduce total of population as the sample as many as 28 persons. The researcher use questionnaire (patient handling activity's data), Nordic Body Map (musculoskeletal complaints' data) for data collecting. The statistic analyse use chi square with 0,05 error standard. In this research more than 28 respondent that had been analysed was obtained the musculoskeletal complaints at low category as many as 5 person (17,9%) and 2 person (7,1%) at high category musculoskeletal complaints. The respondent with high intensity patient handling activity as many as 8 person (28,6%) and low intensity patient handling activity as many as 20 person (71,4%). This research showed that there is significant relationship between patient handling activity and musculoskeletal complaints (p=0,03). The nurses should do a prevention of musculoskeletal complaints by follow the rule of Standard Operational of Procedure (SOP), also the hospital could apply a CCTV installation to controlling nurse's work also do monthly evaluation to nurse's performance and have a workshop about patient handling activity or about ergonomy to reduce complaints of musculoskeletal disruption.
Keywords : Musculoskeletal, patient handling, nurses
vi
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan berkat kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat Bagian UGD RSUD DR.
R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program studi Strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada keluarga penulis khususnya kepada kedua orang tua penulis yang paling penulis sayangi (Alm. Khaidir Pohan dan Sri Yuliana) yang dengan penuh kesabaran dalam membesarkan, membimbing, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu mendoakan penulis dalam menyelesaikan pendidikkan dan penulisan skripsi ini.
Penulis juga tidak dapat terlepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes., selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
vii
4. dr. Halinda Sari Lubis, M.K.K.K., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak mengarahkan dan memberikan bimbingan kepada penulis selama masa pengerjaan skripsi ini.
5. dr. Muhammad Makmur Sinaga, M.S., selaku Dosen Penguji I Skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Ir. Kalsum, M.Kes., selaku Dosen Penguji II Skripsi yang telah banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang membantu dan memberi pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Rasmi Perangin Angin, S.Kep. Ners., selaku Kepala Ruang UGD RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.
9. Teristimewa saudara yang sangat penulis sayangi Vira Khairunisa yang sudah memberi semangat dan doa yang tiada pernah terputus untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Rekan-rekan Seperjuangan Periode 2016-2017, Adinda, Kakanda dan Abangda di keluarga besar HMI FKM USU yang telah memberikan kekuatan, motivasi, dukungan dan doa kepada penulis selama ini.
11. Seluruh teman dan sahabat penulis yang selalu ada untuk memberikan semangat, dukungan dan doa kepada penulis.
viii
12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna serta masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
ix Daftar Isi
Halaman
Halaman Persetujuan i
Halaman Penetapan Tim Penguji ii
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi iii
Abstrak iv
Abstract v
Kata Pengantar vi
Daftar Isi ix
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xii
Daftar Lampiran xiii
Daftar Istilah xiv
Riwayat Hidup xv
Pendahuluan 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 5
Tujuan Penelitian 5
Tujuan umum 5
Tujuan khusus 5
Manfaat Penelitian 5
Tinjauan Pustaka 7
Patient Handling 7
Definisi patient handling 7
Klasifikasi manual handling 8
Faktor risiko patient handling 10
Risiko dan bahaya manual handling 12
Risiko manual handling pada Perawat 13
Muskuloskeletal Disorders 15
Definisi sistem muskuloskeletal 15
Sistem muskuler /sistem otot 15
Definisi keluhan muskuloskeletal 17
Faktor-faktor yang mempengaruhi muskuloskeletal 17
Gejala muskuloskeletal disorders 19
Pencegahan muskuloskeletal disorders 20
Nordic Body Map 21
Perawat 23
Definisi perawat 23
Tugas perawat 24
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam pemindahan pasien 25
x
Landasan Teori 27
Kerangka Konsep 27
Metode Penelitian 28
Jenis Penelitian 28
Lokasi dan Waktu Penelitian 28
Populasi dan Sampel 28
Variabel dan Definisi Operasional 28
Metode Pengumpulan Data 29
Metode Pengukuran 29
Metode Analisis Data 30
Hasil Penelitian 31
Deskripsi Wilayah Penelitian 31
Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai 31
Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai 31
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian 32
Pembahasan 35
Analisis Karakter Sampel Penelitian 35
Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal 36
Keterbatasan Penelitian 39
Kesimpulan dan Saran 41
Kesimpulan 41
Saran 41
Daftar Pustaka 43
Lampiran 46
xi Daftar Tabel
No Judul Halaman
1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian 32 2 Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan
Musculoskeletal 34
xii
Daftar Gambar
No Judul Halaman
1 Kegiatan mengakat /menurunkan 8
2 Kegiatan mendorong /menarik 9
3 Kegiatan memutar 9
4 Kegiatan membawa 10
5 Kegiatan menahan 10
6 Nordic body map 22
7 Kerangka konsep 27
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran Judul Halaman
1 Lembar Persetujuan Responden 46
2 Kuesioner Penelitian 47
3 Surat Keterangan Selesai Penelitian 51
4 Master Data 52
5 Output Olahan SPSS 53
6 Dokumentasi Penelitian 55
xiv Daftar Istilah
IR Insiden Rate
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
LBP Low back Pain
MMD Manual Material Handling MSDs Muskuloskeletal Disorders NBM Nordic Body Map
RSUD Rumah Sakit Umum Daerah WHO World Health Organization
xv
Riwayat Hidup
Penulis bernama Diana Ardhi Pratiwi berumur 24 tahun, dilahirkan di Kuala pada tanggal 16 Oktober 1995. Penulis beragama Islam, anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Khaidir Pohan dan Sri Yuliana.
Pendidikan formal dimulai sekolah dasar di SDN 005 Kandis Tahun 2001- 2007, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Kandis Tahun 2007-2010, sekolah menengah atas di SMAN 1 Kuala Tahun 2010-2013, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat pada Tahun 2013 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Medan, Januari 2020
Diana Ardhi Pratiwi
1 Pendahuluan
Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam Alamsyah (2011), rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis professional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien.
Lingkungan rumah sakit terdapat beberapa bahaya-bahaya potensial yang dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Bahaya-bahaya potensial tersebut, umumnya disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor biologi dapat berupa virus, bakteri, jamur, parasit. Faktor kimia berupa antiseptik, reagent, gas anestesi.
Kemudian untuk faktor ergonomi sering berhubungan dengan lingkungan kerja, cara kerja, posisi kerja yang salah. Faktor fisik dapat berupa suhu, cahaya, bising, listrik, getaran, radiasi, sedangkan faktor psikologi berupa kerja bergilir, beban kerja, hubungan sesama pekerja atau atasan (Kemenkes RI, 2010).
Dari sudut pandang ilmu hukum, K3 didefinisikan sebagai suatu upaya perlindungan agar setiap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja senantiasa dalam keadaan yang sehat dan selamat serta sumber-sumber proses produksi dapat dijalankan secara aman, efisien dan produktif (Tarwaka, 2014).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, pasal 23 menyatakan
bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang.
Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di rumah sakit, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung rumah sakit. Dengan demikian pihak pengelola rumah sakit harus menerapkan upaya K3 rumah sakit (Kemenkes RI, 2007).
Manual Material Handling (MMH) merupakan penyebab tersering kelelahan kerja dan nyeri punggung bawah (Canadian Centre For Occupational Health and Safety, 2013). Menurut Tarwaka (2010) dalam Primala (2012), aktivitas kerja manual handling adalah suatu rangkaian aktivitas ataupun pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan maupun dengan pengerahan seluruh badan.
Perawat merupakan tenaga kerja di rumah sakit, memiliki tugas yang sangat bervariasi. Aktivitas kerja perawat dirumah sakit cukup berat dan mempunyai potensi menimbulkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, salah satunya adalah faktor yang berhubungan dengan ergonomi antara lain mengangkat, mendorong, menarik, menjangkau, membawa benda dalam hal penanganan pasien. Gangguan muskuloskeletal merupakan salah satu masalah penting dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita
3
oleh perawat. Penyakit akibat kerja yang umum terjadi adalah Low Back Pain (LBP). Seorang perawat yang mengalami low back pain akan mengalami penurunan dalam hal produktivitasnya sehingga berdampak pada kualitas pelayanan pasien.
Menurut Andini (2015), sebanyak 90% kasus low back pain bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja. Pekerjaan mengangkat menjadi penyebab terlazim dari low back pain yang menyebabkan 80% kasus.
Pada Tahun 2010, untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya memiliki gangguan muskuloskeletal (MSDs) tertinggi. Ada 27.020 kasus, setara dengan tingkat kejadian atau Insiden Rate (IR) yaitu 249 per 10.000 pekerja, tujuh kali lebih tinggi dari semua sektor industri. Jauh dibandingkan dengan pekerja harian yang memiliki IR 34 per 10.000 pekerja. Untuk tingkat buruh kontruksi memiliki IR sebesar 85,0. Rata-rata tingkat kejadian kasus gangguan muskuloskeletal suatu pekerjaan tiap harinya meningkat 4%, sedangkan tingkat kejadian MSDs untuk asisten perawat, perawat dan petugas lainnya meningkat 10% (OSHA, 2013).
Pada penelitian perawat di Malaysia yang dilakukan oleh Rahmah, dkk (2008) mengenai prevalence of back pain among nurses working in government health clinics and hospital in port dickson Malaysia dari 126 perawat yang diteliti diketahui 100 perawat (79,4%) diantara mengalami nyeri punggung bagian bawah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiyanti, dkk (2009) mengenai hubungan sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan nyeri punggung bawah terdapat hubungan bermakna
sikap tubuh saat mengangkat dan memindahkan pasien pada perawat perempuan dengan nyeri punggung di rumah sakit “X” yang terletak di wilayah Jakarta Pusat.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna sudut lengkung punggung > 45˚ pada waktu melakukan pekerjaan mengangkat dan memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
Dalam penelitian Kurniawidjaja, dkk (2014) mengenai pengendalian risiko ergonomi kasus low back pain pada perawat di tiga rumah sakit. Hasil uji statistik didapatkan hubungan yang bermakna antara postur membungkuk, sudut lengkung punggung dan transfer pasien dengan tingkat risiko low back pain.
Berdasarkan survei awal, RSUD Dr. R.M. Djoelham memiliki jumlah perawat di Unit Gawat Darurat sebanyak 28 orang. RSUD Dr. R.M. Djoelham memberikan pelayanan jasa kesehatan selama 24 jam yang dibagi dalam 3 shift.
Dari survei pendahuluan yang dilakukan terdapat beberapa perawat yang mengalami pegal atau nyeri pada tulang punggung dan pinggang setelah masa bertugas selesai atau pada saat pergantian shift.
Tingginya mobilitas pada UGD mengakibatkan jam kerja perawat tinggi, serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki perawat berkaitan dengan pekerjaan patient handling seperti, tehnik mendorong /menarik, membawa, memutar, menahan, dan mengangkat /menurunkan pasien dapat mengakibatkan cedera pada tulang belakang.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai.
5
Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang perumusan masalah dalam penilitian ini adalah apakah ada hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
Tujuan khusus. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat risiko patient handling pada perawat di RSUD Dr. R.M.
Djoelham.
2. Mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada perawat di RSUD Dr.
R.M. Djoelham.
3. Untuk mengetahui hasil pengukuran Nordic Body Map (NBM) pada perawat di RSUD Dr.R.M. Djoelham.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai adalah:
Bagi pihak rumah sakit. Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam merencanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS).
Bagi perawat. Mengetahui penyebab keluhan musculoskeletal disorders pada perawat sehingga diharapkan dapat meminimalisir penyebab tersebut.
Bagi peneliti. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal.
7
Tinjauan Pustaka
Patient Handling
Definisi patient handling. Manual patient handling merupakan kegiatan yang membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan, transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung seseorang atau bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu (ISO, 2012).
Menurut Nurmianto (2004), faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan dingkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa industry berikut ini: industri berat, pertambangan, pemindahan material, konstruksi /bangunan, pertanian, rumah sakit, dan lain-lain. Beberapa aktivitas yang dapat menimbulkan efek sampingan negatif (hazard) antara lain mengangkat beban berat di kantor /perusahaan, mengangkat pasien di rumah sakit, mengoperasikan peralatan /fasilitas kerja di industri manufaktur atau jasa, dan lain-lain. Beberapa parameter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Beban yang harus diangkat
2. Perbandingan antara berat badan dan orangnya 3. Jarak horizontal dan beban terhadap orangnya
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak Center of Gravity (CG) yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa mengganggu jarak pandangannya).
Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA) Tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau
mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007).
Klasifikasi manual handling. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual material handling menjadi lima yaitu sebagai berikut (Suhadri, 2008).
Mengangkat /menurunkan (lifting /lowering). Mengangkat adalah
kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan, kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 1. Kegiatan mengangkat /menurunkan
Mendorong /menarik (push /pull). Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
9
Gambar 2. Kegiatan mendorong /menarik
Memutar (twisting). Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang
merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap, Kegatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.
Gambar 3. Kegiatan memutar
Membawa (carrying). Kegiatan membawa /carrying merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
Gambar 4. Kegiatan membawa
Menahan (holding). Kegiatan menahan /holding merupakan kegiatan memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam dan membungkuk (statis).
Gambar 5. Kegiatan menahan
Faktor risiko patient handling. Faktor risiko terjadinya cedera akibat patient handling pada perawat menurut OSHA (2009) yaitu :
1. Kekuatan fisik yaitu upaya yang diperlukan untuk melakukan tugas (seperti angkat berat) atau untuk mempertahankan control peralatan atau alat.
2. Aktivitas repetitif yaitu upaya melakukan gerakan yang sama atau serangkaian gerakan terus-menerus atau sering.
11
3. Postur janggal, dengan asumsi posisi yang menempatkan tekanan pada tubuh, seperti mencapai di atas tinggi bahu, berlutut, jongkok, membungkuk di atas tempat tidur, atau memutar badan sambil mengangkat.
Menurut Tarwaka (2015), faktor-faktor risiko yang dominan yang berkaitan dengan pekerjaan manual handling antara lain meliputi:
1. Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan (seperti: badan membungkuk dan memuntir kesamping, jongkok, berlutut, dll).
2. Gerakan berulang (seperti : sering menjangkau, mengangkat, membawa objek kerja).
3. Pengerahan tenaga yang berlebihan (seperti: membawa atau mengangkat objek kerja yang terlalu berat).
4. Sikap kerja statis (seperti: harus mempertahankan sikap diam untuk waktu yang lama pada satu jeni aktivitas), dan lain sebagainya.
Menurut The International Organization Standardization (ISO, 2012) manual patient handling sering menyebabkan beban tinggi pada sistem muskuloskeletal, khususnya pada bagian punggung bawah. Manual patient handling seharusnya dapat dihindari jika mungkin atau dapat dilakukan dengan cara yang tidak berisiko tinggi. Faktor-faktor seperti jumlah, kapasitas, pengalaman, dan kualifikasi perawat yang berhubungan dengan kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan muskuloskeletal :
1. Jumlah, jenis dan kondisi pasien yang akan ditangani.
2. Postur janggal dan kekuatan tenaga.
3. Ketidakcukupan atau tidak adanya peralatan yang memadai.
4. Ruang terbatas dimana pasien ditangani.
5. Kurangnya pendidikan dan pelatihan dalam tugas-tugas tertentu.
Risiko dan bahaya manual handling. Cedera akibat manual handling bisa terjadi dimana pun manusia bekerja – di peternakan atau perkebunan dan lokasi pembanguna gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank, laboraturium, dan pada jasa pengirirman (Health and Safety Executive (HSE), 2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang- ulang dan terus menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan.
Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot, tendon, ligament, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini deikenal sebagai musculoskeletal disorders atau MSDs (California Department of Industrial Relations, 2007).
OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan manual handling yaitu sebgai berikut.
1. Luka, memear, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan seperti kecelakaan.
2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang, sendi, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup :
a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders).
b. Penyakit ekstremitas bawah (lower limbs disorders).
c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries).
13
Risiko manual handling pada perawat. Menurut Workcover NSW (WorkCover New South Wales) tahun 2006, manual patient handling masih menjadi penyebab cedera utama dan terbesar pada perawat. Cedera akibat manual patient handling merupakan penyebab signifikan kehilangan profesi perawat dari pelayanan komunitas dan kesehatan. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi termasuk petugas kebersihan rumah sakit dan asiten bangsal.
Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun 1997, dilaporkan bahwa bebrapa berikut menjadi contributor utama penyebab cedera pada perawat, yaitu manual patient handling, stress muskular tanpa memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli, penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek timbal (lead aprons).
Di bawah ini beberapa risiko dari manual patient handling untuk keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch Labour Departement (2000).
Berat memindahkan pasien. Khususnya pasien dewasa yang memiliki
keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang sedang ditangani.
Jarak. Semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar
efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yangmemisahkan pekerja dengan pasien dapat menyebabkan cedar. Juga seperti tiang infus, pagar pengaman tempat tidur, kursi roda, dan furniture dekat tempat tidur.
Postur aktivitas mengangkat. Postur yang janggal, dilakukan terpisah atau
bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedar atau penyakit.
Contoh postur janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan.
Tugas yang berisiko. Tugas yang berat dengan tiga faktor yaitu berat,
jarak dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko yaitu:
1. Memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain 2. Memindahkan pasien yang tidak kooperatif
3. Mengangkat pasien dari lantai
4. Lateral transfer-memindahkan pasien, pasien tetap dalam keadaan berbaring 5. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya
6. Memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda, toilet)
7. Memandikan pasien
8. Mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi 9. Menimbang pasien
10. Menepatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia 11. Mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh
12. Membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan
Lainnya. Hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan
kesehatan saat memindahkan pasien yaitu:
1. Lantai yang tidak rata, basah atau licin
2. Ruang tidak cuckup untuk melakukan maneuver
15
3. Secara manual memindahkan pasien dalam jarak jauh 4. Pencahayaan kurang
5. Peralatan yang cacat atau tidak terawatt
6. Kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu 7. Kelelahan akibat aktivitas patient handling berulang
8. Mendorong dan menarik bersamaan dengan reposisi 9. Menggenggam kain pengangkat pasien
Muskuloskeletal Disorders
Definisi sistem muskuloskeletal. Sistem musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini (Price, 2006).
Sistem muskuler /sistem otot. Menurut Sherwood (2011), sistem muskuler /system otot terdiri dari:
Otot. Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh yang berfungsi sebagai alat
gerak aktif yang menggerakkan tulang. Otot merupakan jaringan tubuh yang memiliki kemampuan berkontruksi. Terdapat tiga jenis otot dalam tubuh manusia yaitu otot rangka (skelet), otot polos dan otot jantung. Muskuler atau otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka menggerakkantulang-tulang yang melekat kepadanya sehingga tubuh dapat melakukan berbagai aktivitas mototrik.
Tipe otot rangka /otot skelet adalah sebagian besar otot ini melekat pada tulang walaupun dalam jumlah kecil melekat ke fascia, aponeurosis dan tulang
rawan. Otot ini juga disebut otot lurik, dan kadang-kadang juga disebut otot sadar.
Setiap orang memiliki sekitar 600 otot rangka, yang ukurannya berkisar dari otot mata eksternal yang halus dan mengontrol gerakan mata serta mengandung hanya beberapa ratus serat, hingga otot kaki yang besar dan kuat yang mengandung beberapa ratus ribu serat.
Tendon. Jaringan ikat akan meluas melewati ujung-ujung otot untuk
membentuk tendon kolagenosa. Tendon dapat cukup panjang, melekat ke suatu tulang yang berjarak dari bagian daging otot. Jadi, tendon berfungsi untuk melekatkan otot dengan tulang atau otot dengan otot.
Ligamen. Ligamen berfungsi untuk membentuk bagian sambungan dan
menempel pada tulang. Ligamen tersebut berfungsi untuk mencegah adanya dislokasi dan sekaligus berfungsi untuk membatasi rentang gerakan.
Skeletal. Skeletal terbagi menjadi beberapa bagian antara adalah sebagai
berikut:
Tulang /rangka. Tulang adalah organ vital yang berfungsi untuk alat gerak pasif, proteksi alat-alat di dalam tubuh, pembentuk tubuh yang berfunsi untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat pada tulang metabolism kalsium dan mineral dan organ hemopoetik. Tulang juga merupakan jaringan ikat yang dinamis. Tubuh manusia memiliki 206 tulang yang membentuk rangka.
Sendi. Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain. Secara anatomik, sendi dibagi 3, yaitu sinartrosis, diatrosis, dan amfiatrosis.
17
Definisi keluhan muskuloskeletal. Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal (Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, 2015).
Menurut Kuswana (2014), gangguan musculoskeletal (MSDs) adalah cedera pada otot, saraf, tendon, ligamen, sendi, tulang rawan, atau cakram tulang belakang. MSDs biasanya hasil dari setiap peristiwa sesaat atau akut (seperti slip, perjalanan, atau jatuh), selain itu mencerminkan perkembangan yang lebih bertahap atau kronis.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan sistem musculoskeletal tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back pain) (Tarwaka,2015). Menurut Waters (1996) dalam Tarwaka (2015), National Safety Coumcil melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi musculoskeletal. Menurut Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2015), terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut:
Peregangan otot yang berlebihan. Peregangan otot yang berlebihan pada
umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi Karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera sistem muskuloskeletal.
Aktivitas berulang. Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan
secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkat dsb. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
Sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja
yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dsb. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat grafitasi tubuh,maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakterisktik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Grandjean, 1993; Anis & McConville, 1996; Waters & Anderson, 1996;
Manuaba, 2000 dalam Tarwaka 2015).
Faktor penyebab sekunder. Faktor penyebab sekunder antara lain yaitu:
Tekanan. Terjadi tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
19
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancer, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
Mikroklimat. Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energy yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energy yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancer, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.
Penyebab kombinasi. Risiko terjadinya keluhan sistem musculoskeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas angkat angkut dibawah tekanan panas matahari seperti yang dilakukan oleh para pekerja bangunan.
Gejala Muskuloskeletal Disorders (MSDs). Gejala muskuloskeletal disorders dapat menyerang secara cepat dan lambat (berangsur-angsur), ada 3 tahap terjadinya MSDs yang dapat diidentifikasi yaitu:
Tahap 1. Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan selama jam kerja tapi gejala
ini biasanya menghilang setelah waktu kerja (dalam satu malam). Tidak berpengaruh pada performance kerja. Efek ini dapat pulih setelah istirahat.
Tahap 2. Gejala ini tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja. Tidak mungkin terganggu. Kadang-kadang menyebabkan berkurangnya performance kerja.
Tahap 3. Gejala ini tetap ada walaupun setelah istirahat, nyeri terjadi
ketika bergerak secara repetitive. Tidur terganggu dan sulit untuk melakukan pekerjaan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
Pencegahan muskuloskeletal disorders. Menurut Tarwaka (2015), tindakan ergonomic untuk mencegah adanya sumber penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif ini dimaksudkan untuk mengeleminir, overexertion dan mencegah adanya sikap kerja tidak alamiah.
Rekayasa teknik. Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui
pemulihan beberapa alternatif sebagai berikut :
1. Eliminasi yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang mengharuskan untuk mengguanakan peralatan yang ada
2. Substitusi yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur penggunaan peralatan.
21
3. Partisi yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerjaan 4. Ventilasi yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit
misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas
Rekayasa manajemen. Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui
tindakan-tindakan sebagai berikut:
1. Pendidikan dan pelatihan, pekerja lebih memahami lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melekukan penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap risiko sakit akibat kerja
2. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan, sehingga dapat mencegah paparan yang berlebih terhadap sumber bahaya.
3. Pengawasan yang intensif melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya risiko sakit akibat kerja.
Nordic Body Map (NBM)
Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran otot skeletal dengan menggunakan kuesioner ini digunakan untuk menilai tingkat keparahan gangguan otot individu.
Gambar 6. Nordic body map Keterangan :
0. Leher atas 10. Siku kiri 20. Lutut kanan 1. Tengkuk 11. Siku kanan 21. Betis kiri 2. Bahu kiri 12. Lengan bawah kini 22. Betis kanan 3. Bahu kanan 13. Lengan bawah kanan 23. Pergelangan kaki 4. Lengan atas kiri 14. Pergelangan tangan atas kiri
5. Punggung 15. Tangan kiri 24. Pergelangan kaki 6. Lengan atas kanan 16. Tangan kanan kanan
7. Pinggang 17. Paha kiri 25. Telapak kaki kiri 8. Pinggul 18. Paha kanan 26. Telapak kaki
9. Pantat 19. Lutut kiri kanan
23
Perawat
Definisi perawat. Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan terhadap pasien (Praptiningsih, 2006).
Perawat adalah profesi dengan pekerjaan berisiko tinggi low back pain, karena aktivitas perawat berhubungan dengan peningkatan risiko pada gangguan tulang belakang terutama aktivitas angkat-angkut atau mobilisasi pasien, dan juga pekerjaan dengan postur membungkuk. Membungkuk merupakan posisi pekerjaan perawat yang tidak mungkin dihindari terutama saat memberikan pelayanan kepada pasien yang sedang berbaring di tempat tidur.
Pada proses transfer pasien merupakan pergerakan simultan yang banyak membebani tulang belakang, otot, dan juga ligamen yang menunjang tulang belakang. Postur janggal dan beban membuat otot, tulang, dan ligament pada vertebra berkontraksi maksimal sehingga bila dilakukan terus menerus dalam durasi yang lama dan sering maka dapat menimbulkan kelelahan pada otot akibat menumpuknya sisa metabolisme berupa asam laktat, yang diikuti kelemahan ligament dan selanjutnya terjadi keluhan low back pain (Kurniawidjaja dkk, 2014).
Fasilitas perawatan kesehatan khususnya rumah sakit telah diidentifikasi sebagai sebuah lingkungan kerja yang dapat menimbulkan risiko yang disebabkan oleh factor ergonomi. Akibat dari faktor ergonomi tersebut dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) pada perawat yang belum diidentifikasi dan ditangani dalam program fasilitas keselamatan dan kesehatan
secara efektif. Banyak pasien yang bergantung kepada perawat dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti berpakaian, mandi, makan, maupun buang hajat.
Masing-masing kegiatan tersebut melibatkan beberapa interaksi dengan penanganan atau pemindahan pasien dan dapat menyebabkan cedera pada perawat (OSHA, 2013).
Tugas perawat. Adapun tugas yang akan dilakukan perawat antara adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard.
2. Mengadakan serah terima (operan) jaga dengan tim/group lain (petugas pengganti) yang shift selanjutnya.
3. Membaca buku laporan shift sebelumnya.
4. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh shift sebelumnya.
5. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota tim.
6. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter.
7. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan program pengobatan dokter.
8. Memberikan terapi baik oral maupun injeksi kepada pasien.
9. Membantu melaksanakan rujukan seperti mengantar pasien untuk kegiatan pemeriksaan rontgen atau lab.
10. Mempersiapkan ruangan operasi.
11. Memandikan pasien atau mengganti balutan.
12. Memberikan makan pada pasien.
13. Melaksanakan orientasi terhadap pasien/keluarga baru.
25
14. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan kesehatan.
15. Memelihara kebersihan ruang rawat.
16. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan.
17. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan.
18. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan lingkungan.
19. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga pasien.
20. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban pasien. (Nursalam, 2007)
Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam pemindahan pasien. Adapun tahap Standar Operasional Prosedur (SOP) pada perawat dalam pemindahan pasien antara lain yaitu:
Memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya.
Tahap memindahkan pasien dari brangkar ke tempat tidur atau sebaliknya:
1. Dekatkan brangkar/tempat tidur kesisi tempat tidur 2. Pasien diangkat sekurang-kurangnya tiga orang perawat
3. Ketiga perawat berdiri pada sisi kanan pasien dengan ururtan sebagai berikut : a. Perawat 1 (paling tinggi) berdiri pada bagian kepala
b. Perawat 2 berdiri dibagian pinggang c. Perawat 3 berdiri dibagian kaki
4. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah tengkuk sampai pangkal lengan dan lengan kanan perawat berada di bawah punggung pasien (bila pasien gemuk, lengan kanan perawat 1 melalui badan pasien ke bawah pinggang sehingga berpegangan dengan pergelangan tangan kiri perawat 2).
5. Lengan kiri perawat 2 berada di bawah pinggang pasien, lengan kanan berada di bawah bokong pasien.
6. Kedua lengan perawat 3 mengangkat seluruh tungkai pasien.
7. Setelah siap, salah seorang perawat memberikan aba-aba untuk bersama mengangkat pasien.
8. Setelah pasien berada di atas tempat tidur posisi pasien diatur dan selimut dipasang atau dirapikan
Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur. Tahap
Memindahkan pasien dari kursi roda ke tempat tidur.
1. Kursi roda didorong ke sisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan atau direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.
2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit dan pasien dianjurkan bertumpu pada sisi yang kuat.
3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi dan berjalan bersama menuju tempat tidur.
4. Pasien bersandar pada sisi tempat tidur. Kemudian dibantu oleh perawat untuk naik.
5. Setelah pasien berada di atas tempat tidur, posisinya diatur sesuai dengan kebutuhan kemudian dirapikan
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda. Tahap
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda:
1. Kursi roda didorong kesisi tempat tidur pasien dan roda belakang ditahan atau direm agar kursi roda tidak bergerak kemudian buka tumpuan kaki.
27
2. Kedua tangan perawat menopang ketiak pasien pada sisi yang lemah/sakit dan pasien dianjurkan bertumpuan pada sisi yang kuat.
3. Perawat memimpin pasien untuk turun dari kursi roda dan berjalan bersama menuju kursi roda.
Landasan Teori
Menurut ISO (2012), manual patient handling merupakan kegiatan yang membutuhkan kekuatan untuk mendorong, menarik, mengangkat, menurunkan, transfer atau dalam beberapa cara memindahkan atau mendukung seseorang atau bagian tubuh seseorang dengan atau tanpa alata bantu.
Menurut Price (2006), musculoskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem musculoskeletal adalah jaringan ikat, sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Nordic body map adalah pengukiran keluhan sakit pada tubuh yang dikenal dengan musculoskeletal (sistem gerak). Metode nordic body map meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki.
Kerangka Konsep
Gambar 7. Kerangka konsep Variabel Independen:
Patient Handling
Variabel Dependen:
Kejadian Muskuloskeletal
28
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan pendekatan cross sectional karena variabel independen dan variabel dependen diamati pada waktu yang sama untuk melihat hubungan patient handling dengan keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu di Jalan Sultan Hasanuddin No. 9 Kartini Binjai Kota, Kota Binjai Sumatera Utara.
Waktu penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2019 sampai dengan Agustus 2019.
Populasi dan Sampel
Populasi. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang bekerja di bagian UGD di RSUD Dr. R.M. Djoelham dengan total jumlah perawat adalah sebanyak 28 orang.
Sampel. Sampel pada penelitian ini menggunakan total populasi yaitu sebanyak 28 orang.
Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen pada penelitian ini adalah patient handling dan variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal pada perawat bagian UGD RSUD Dr. R.M. Djoelham di Kota Binjai Tahun 2019.
29
Patient handling. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk melakukan
kegiatan mendorong,menarik, mengangkat, menurunkan, transfer pasien dengan atau tanpa alat bantu.
Keluhan muskuloskeletal. gejala yang ada pada salah satu bagian tubuh atau lebih yang dirasakan mulai dari keluhan ringan sampai keluhan sangat sakit pada perawat.
Metode Pengumpulan Data
Data primer. Pengumpulan data primer diperoleh langsung pada perawat dengan melakukan observasi /pengamatan terhadap perawat seperti mendorong, mengangkat, memindahkan, menarik, dan menjangkau pasien, alat bantu medis, dan lingkungan. Serta melakukan pengukuran menggunakan alat ukur kuesioner tantang patient handling dan kuesioner NBM (Nordic Body Map).
Data sekunder. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak RSUD Dr. R.M. Djoelham yaitu data mengenai perawat bagian UGD.
Metode Pengukuran
Patient handling. Patient handling pada perawat dapat diukur
menggunakan kuesioner untuk mengukur. Hasil ukur patient handling dikategorikan sebagai berikut:
1. ≥ 44 = Tinggi 2. < 44 = Rendah
Keluhan muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal pada perawat dapat diukur menggunakan kuesioner NBM (Nordic Body Map) untuk mengukur letak keluhan yang dirasakan setelah bekerja. Dengan langkah-langkah pengukuran sebagai berikut:
1. Melakukan pengukuran keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner NBM (Nordic Body Map) yang berisi pertanyaan karakteristik responden dan 28 pertanyaan mengenai titik-titik otot skeletal.
2. Peneliti mengukur langsung tingkat risiko gangguan sistem muskuloskeletal dengan menunjuk dan menekan ke-28 otot skeletal yang dirasa sangat sakit /nyeri.
Keluhan muskuloskeletal dikelompokkan menjadi 4 kategori : 1. 0 = Skor akhir penilaian sebesar 0-20 : Rendah
2. 1 = Skor akhir penilaian sebesar 21-41 : Sedang 3. 2 = Skor akhir penilaian sebesar 42-62 : Tinggi
4. 3 = Skor akhir penilaian sebesar 63-84 : Sangat Tinggi (Tarwaka,2015) Metode Analisis Data
Dalam tahap analisa data, data diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Data dianalisis dengan menggunakan software computer. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Uji statistik yang akan digunakan adalah chi-square, uji ini digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang signifikan atau tidak.
Dengan pengambilan keputusan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan (nilai p) yaitu:
1. Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian H0 diterima
2. Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian H0 ditolak (Notoatmodjo,2012)
31
Hasil Penelitian
Deskripsi Wilayah Penelitian
Klasifikasi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham adalah Rumah Sakit Umum milik pemerintah daerah.
Rumah sakit ini juga sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berlokasi di Jalan Sultan Hasanuddin No. 9, Kartini, Binjai. Pada tahun 2018 RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai menjadi salah satu dari tiga rumah sakit umum di Sumatera Utara yang meraih Akreditasi Paripurna. Rumah sakit ini juga salah satu rumah sakit terbaik untuk tipe B.
Visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai. Adapun visi, misi, motto dan kebijakan mutu RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai antara lain adalah sebagai berikut:
Visi. Menjadi rumah sakit rujukan yang bermutu, berdaya saing, dan
berwawasan lingkungan.
Misi. Misi RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu:
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan sesuai standar akreditasi
2. Mewujudkan sumber daya manusia yang professional, sehat, produktif dan sejahtera
3. Mewujudkan sistem informasi manajemen Rumah Sakit yang terintegrasi 4. Mewujudkan Rumah Sakit yang bersih, nyaman dan aman
5. Meningkatkan dan menetapkan sistem pengelolaan keuangan secara akuntabel, transparan, efektif dan efisien.
Motto. Motto RSUD Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai yaitu “SMART”
yang merupakan singkatan dari:
1. Selalu Mengutamakan Keselamatan Pasien 2. Menjunjung Tinggi Nilai Etika Profesi 3. Akurat dalam Menetapkan Diagnosa 4. Ramah dan Santun
5. Terpadu dan Terbuka dalam Melaksanakan Tindakan
Kebijakan mutu. Adapun kebijakan mutu yang dimiliki RSUD Dr. R.M.
Djoelham Kota Binjai yaitu:
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M. Djoelham Kota Binjai berkomitmen untuk meningkatkan jumlah pasien yang dilayani melalui penerapan standar pelayanan minimal dan peningkatan kualitas serta kuantitas layanan kesehatan dengan mengutamakan keselamatan dan kepuasan pelanggan.
Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
Dalam penelitian ini, sebanyak 28 subjek terpilih untuk menjadi sampel.
Dari keseluruhan sampel, gambaran karakteristik responden yang diamatai meliputi jenis kelamin, usia, dan lama kerja, patient handling, dan musculoskeletal.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik n %
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
10 18
35,7 64,3 Usia
≤ 35 tahun
> 35 tahun
18 10
64,3 35,7
(bersambung)
33
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik n %
Lama Kerja 1-5 tahun 6-10 tahun
> 10 tahun
10 10 8
35,7 35,7 28,6 Patient Handling
Tinggi Rendah
8 20
71,4 28,6 Muskuloskeletal
Tinggi Sedang Rendah
2 21 5
7,1 75,0 17,9
Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar dari 28 sampel adalah perempuan yaitu sebanyak 18 orang (64,3%), sedangkan untuk laki-laki sebanyak 10 orang (35,7%). Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dengan distribusi terbanyak pada usia ≤35 tahun sebesar 18 orang (64,3%).
Berdasarkan kategori massa kerja, didapati bahwa 10 orang (35,7%) telah bekerja selama 1-5 tahun, sedangkan 10 (35,7%) telah bekerja selama 6-10 tahun dan 8 orang (28,6%) telah bekerja selama >10 tahun.
Berdasarkan tabel 1 didapati bahwa lebih banyak sampel yang melakukan patient handling dengan intensitas rendah yaitu 20 orang (71,4%), sedangkan patient handling dengan intensitas tinggi dijumpai pada 8 orang (28,6%).
Ditinjau dari keluhan muskuloskeletal, diketahui bahwa sampel dengan keluhan rendah yaitu 5 orang (17,9%), sedangkan dengan keluhan sedang sebanyak 21 orang (75,0%) dan sampel dengan keluhan tinggi dijumpai pada 2 orang (7,1%).
Tabel 2
Hubungan antara Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal
Patient Handling
Keluhan Muskuloskeletal
Total
P value Tinggi Sedang Rendah
n % n % n % n %
Tinggi 2 25,0 6 75,0 0 0,0 8 28,6 0.03 Rendah 0 0,0 15 75,0 5 25,0 20 71,4
Total 2 7,1 21 75,0 5 17,9 28 100,0
Data pada tabel 2 diuji dengan chi square yang kemudian diperoleh nilai p sebesar 0,03. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p ≤ 0,05 berarti H0 ditolak, yang artinya terdapat hubungan antara patient handling dengan keluhan muskuloskeletal.
35 Pembahasan
Analisis Karakter Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan 28 sampel dan didapati jumlah sampel yang memiliki keluhan musculoskeletal pada kategori tinggi sebanyak 2 orang (7,1%).
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya muskuloskeletal.
Ruangan UGD di dominasi oleh perempuan. Menurut Astrand dan Rodahl (1996) dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Kondisi kesehatan perawat dalam keadaan sehat, dimana diketahui bahwa keadaan kesegaran badan seseorang yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik. Kondisi kesehatan juga merupakan faktor terpenting dalam setiap aktivitas.
Berdasarkan karakteristik umur responden diketahui bahwa sebanyak 64,3% dalam kategori umur ≤ 35 tahun. Menurut Betti’e, dkk (1989) dalam Tarwaka (2015), menjelaskan bahwa kekuatan maksimal otot terjadi pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya umur. Pada saat umur mecapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot menurun sampai 20%, dan saat kekuatan otot mulai menurun maka risiko terjadinya keluhan otot akan meningkat.
Penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa masa kerja sebanyak 8 responden bekerja > 10 tahun, 2 orang diantaranya mengalami keluhan
musculoskeletal pada kategori tinggi. Semakin lama masa kerja seorang perawat semakin banyak pengalaman yag diperolehnya delam pekerjaannya sehingga dapat menurunkan kehati-hatiannya dalam bekerja.
Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik selama 40-50 jam.
Lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal yang negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan terjadinya hal-hal tidak diinginkan.
Gangguan pada otot muncul 2 tahun setelah bekerja dengan jenis pekerjaan yang sama. Pekerjaan yang sama merupakan pekerjaan yang menggunakan otot yang sama dalam waktu yag lama atau lebih dari 2 jam (Suma’mur, 2009).
Hubungan Patient Handling dengan Keluhan Muskuloskeletal
Kegiatan patient handling di RSUD Dr.R.M. Djoelham Kota Binjai dengan mengambil responden di ruang UGD. Perawat yang mengalami muskuloskeletal paling banyak pada patient handling kategori tinggi yaitu sebanyak 2 responden (7,1%). Hasil uji statistic Chi Square didapatkan nilai p value (0,030≤0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara patient handling dengan keluhan muskuloskeletal.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh As’adi, dkk (2014) dimana berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui dengan menggunakan RWL dan LI didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berisiko mengalami keluhan, karena sebagian besar bekerja dengan sikap yang tidak natural yakni sebanyak 28 responden. Responden yang bekerja dengan sikap tidak alamiah berisiko mengalami keluhan muskuloskeletal akibat kerja berat sebanyak 17 responden yaitu sekitar 60,7%. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh hasil (p = 0,018). Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat
37
hubungan antara variabel Manual Material Handling (MMH) dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja karena nilai p value < 0,05.
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Ulfah, dkk (2014), dengan judul sikap kerja dan risiko musculoskeletal disorders pada pekerja laundry. Penelitian ini mengguanakan uji kai kuadrat untuk menghubungkan antara tiap bagian proses jassa laundry, yaitu penimbangan, pencucian, pengeringan,penyetrikaan dan pengemasan dengan keluhan MSDs. Dari analisis bivariate yang berhubungan dengan keluhan MSDs hanya terdapat pada bagian pencucian dengan p value 0,014 < 0,05.
Postur dan pergerakan memegang peranan penting dalam ergonomi. Salah satu penyebab utama gangguan otot rangka adalah postur janggal (awkward posture). Hal-hal yang dapat mempengaruhi postur tubuh ketika bekerja adalah karakteristik perawatan (kebutuhan perawat), desain tempat kerja dan faktor personal perawat. Menurut Nurmianto (2008), postur kerja yang sering dilakukan oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, jongkok, membungkuk, berjalan, dan lain-lain. Jika kondisi system kerjanya tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan pekerjaan yang tidak aman.
Pekerja yang sering mengeluh tubuh merasa nyeri atau sakit saat bekerja maupun setelah bekerja. Studi tentang MSDs menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot bagian bawah (Astuti, 2007).