EFEK FRAKSI KLOROFORM EKSTRAK ETANOL DAUN
SALAM (Syzygium polyanthum Wight.) TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA MENCIT PUTIH
(Mus musculus) JANTAN GALUR BALB-C YANG DIINDUKSI
KALIUM OKSONAT
SKRIPSI
Oleh :
STEELA ENDAH JANUARTI
K 100 040 241
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat darah diatas normal (Schumacher, 1992). Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin. Kadar asam urat yang tinggi dalam urin mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat membentuk batu ginjal urat. Kristal di jaringan menyebabkan respon peradangan, akibatnya adalah sendi yang membengkak, meradang dan nyeri (Sacher dan McPherson, 2004).
Kadar asam urat dalam darah sangat erat kaitannya dengan pola hidup yang dijalani. Pola konsumsi makanan yang salah serta penyalahgunaan alkohol yang terjadi di masyarakat secara meluas menyebabkan penyakit pirai tidak hanya diderita oleh masyarakat dari golongan menengah ke bawah. Pada tahun 1952, dikatakan tidak ditemukan resiko tersebut pada nega ra berkembang, tetapi pada dasawasa terakhir ini angka kejadian serangan pirai di negara berkembang meningkat pesat. Hal ini dimungkinkan akibat pola hidup yang salah dan pengobatan (Simon et al., 2001).
Tanaman berkhasiat obat merupakan salah satu diantara obat tradisional yang paling banyak digunakan secara empiris oleh masyarakat dalam rangka menanggulangi masalah- masalah kesehatan yang dihadapinya, baik dengan maksud pemeliharaan, pengobatan maupun pemulihan kesehatan. Meskipun secara empiris obat tradisional mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit,
tetapi khasiat dan keamanannya belum terbukti secara klinis. Selain itu belum banyak diketahui senyawa apa yang bertanggung jawab terhadap khasiat obat tradisional tersebut (Wijayakusuma, 2000). Keuntungan obat tradisional yaitu, memiliki efek samping yang relatif kecil, selain itu mudah cara penggunaannya dan mudah didapatkan serta harganya relatif murah dibandingkan dengan obat sintetis.
Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat tradisional untuk menurunkan kadar asam urat adalah tanaman salam (Syzygium polyanthum Wight). Bagian tanaman yang digunakan adalah daun yang masih segar atau yang sudah dikeringkan. Daun salam memiliki berbagai khasiat obat yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk mengatasi asam urat, daun salam juga dapat digunakan sebagai obat kholesterol tinggi, kencing manis (diabetes melitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag (gastritis) dan diare. Salam mengandung tannin, flavonoid, alkaloid dan minyak atsiri yang terdiri dari sitrat dan eugenol. Daun salam mampu memperbanyak produksi urin (diuretik) sehingga dapat menurunkan kadar asam urat darah (Dewani dan Sitanggang, 2006).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana daun salam
(Eugenia polyantha Wight.) dosis 210 mg/KgBB, 420 mg/KgBB dan 840
mg/KgBB tidak berefek menurunkan kadar asam urat serum mencit putih (Mus
musculus) jantan hiperurisemia (Kusumaningtyas, 2007), sedangkan ekstrak
dosis 10 mg/kg BB (Ma’rufah, 2007). Pada penelitian terdahulu penyarian menggunakan larutan penyari ya ng bersifat polar. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan fraksi kloroform ekstrak etanol daun salam untuk mengetahui apakah senyawa non polar dalam daun salam juga berefek menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Belum diketahui secara pasti kandungan kimia yang mempunyai efek sebagai penurunan kadar asam urat pada daun salam dan seberapa besar efektifitasnya untuk menurunkan kadar asam urat sehingga perlu dibuktikan dengan penelitian ilmiah dengan tujuan dapat memperluas penggunaan dan perkembangan tanaman ini sebagai obat yang mudah diperoleh di sekitar masyarakat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah fraksi kloroform ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) dapat memberikan efek penurunan kadar asam urat pada mencit putih (Mus musculus) jantan galur Balb-C yang diinduksi dengan kalium oksonat?
C. Tujuan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum Wight.)
a.Sistematika Tanaman Salam
Kedudukan tanaman salam dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga : Syzygium
Jenis : (Syzygium polyanthum Wight.)
(Tjitrosoepomo, 1988; Van Steenis 2003)
b.Nama Daerah
Syzygium polyanthum Wight mempunyai beberapa nama daerah,
diantaranya maselangan (Sumatra), ubar serai (Melayu), salam (Jawa), gawok (Sunda), manting (Jawa), salam (Madura), kastolam (Kangean) (Dalimartha, 2000).
c. Morfologi Tanaman
Bunganya majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Baunya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat (Dalimartha, 2000).
d. Kegunaan Empiris
Tanaman salam ditanam untuk diambil daunnya selain sebagai pelengkap bumbu dapur daun digunakan untuk pengobatan kolesterol tinggi, diabetes melitus, hipertensi, gatal, kencing manis, gastritis dan diare (Dalimartha, 2000).
e. Kandungan Kimia
Senyawa kimia yang terkandung yaitu tanin, flavonoid, saponin, triterpen, polifenol, alkaloid dan minyak atsiri (Sudarsono et al., 2002).
1). Tannin
Tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam Angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama tannin, yaitu tannin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Salah satu fungsi utama tannin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan. Tannin larut dalam pelarut organik polar. Tannin mempunyai aktifitas antioksidan dan menghambat pertumbuhan tumor (Harborne, 1987).
2). Flavonoid
terkonjugasi dan karena itu menunjukan pita serapan yang kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak (Harborne, 1987).
3). Saponin
Saponin adalah glikosida yang dihidrolisis menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Menurut aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu steroid dan triterpen saponin. Kedua macam senyawa tersebut mempunyai hubungan dengan glikosida pada atom C3 (Claus dan Tyler, 1961).
4). Polifenol
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Beberapa ribu senyawa fenol alam talah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan terbesar, tetapi fenolik juga terdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer penting dalam tumbuhan seperti lignin, melanin dan tannin adalah senyawa polifenol (Harborne, 1987). 5). Alkaloid
Umumnya alkaloid tidak berwarna, bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar (Harborne, 1987). 6). Minyak Atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak atsiri ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris atau minyak esensial karena pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Istilah esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Dalam tanaman salam ini mengandung minyak atsiri seskuiterpen, lakton, fenol dan eugenol (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Eugenol merupakan senyawa golongan fenil propanoid, yaitu fenil propena. Eugenol ini penting dalam menentukan bau dan cita rasa atsiri tanaman (Harborne, 1987)
2. Metode Ekstraksi
maserasi, perkolasi dan sokletasi. Pemilihan terhadap ketiga metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Anonim, 1986).
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain- lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1986).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Anonim, 1986).
c. Soxhletasi
mengekstraksi sedikit dan simplisia selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus- menerus (Voigt, 1995).
3. Fraksinasi
Fraksinasi merujuk pada pemisahan lebih spesifik. Fraksi- fraksi yang telah didapatkan dari proses partisi kemudian diuji aktivitasnya dan akan dihasilkan satu atau lebih fraksi yang memberikan aktifitas biologi pada makhluk uji. Partisi (fraksinasi) disini bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa kimia dalam ekstrak kasar dengan menggunakan beberapa metode pemisahan. Pemisahan dapat dilakukan dengan memperhatikan kepolaran pelarut yang digunakan, berdasar sifat keasam-basaan senyawa (Anonim, 2005).
4. Asam Urat
a. Etiologi
laki- laki sehat dibandingkan pada perempuan sehat, sehingga laki- laki lebih rentan menderita gout (Sacher dan McPherson, 2004).
b. Pembentukan Asam Urat
Asam urat dibentuk dengan pemecahan purin dan dengan sintesis langsung dari 5- fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan glutamin (Ganong, 1995). Manusia mengubah nukleosida purin yang utama yaitu adenosin dan guanin menjadi produk akhir asam urat yang disekresikan keluar.
Adenosin pertama-tama mengalami deaminasi menjadi inosin oleh enzim adenosin deaminase. Fosforilasi ikatan N-glikosidat inosin dan guanosin, yang dikatalisasi oleh enzim nukleosida purin fosforilase, akan melepas senyawa ribosa 1-fosfat dan basa purin. Hipoksantin dan guanin selanjutnya membentuk xantin dalam reaksi yang dikatalisasi masing- masing oleh enzim xanthin oksidase dan guanase. Kemudian xantin teroksidasi menjadi asam urat dalam reaksi kedua yang dikatalisasi oleh enzim xanthin oksidase. Dengan demikian, xanthin oksidase merupakan tempat yang essensial untuk intervensi farmakologis pada penderita hiperurisemia dan penyakit gout (Gambar 1) (Rodwell, 1997). Jalur pembentukan asam urat dapat terjadi melalui tiga jalur, ya itu sebagai berikut :
a. Diet purin de novo dan jalur penyelamatan
b. Metabolisme DNA, RNA dan molekul yang terdapat di dalamnya seperti ATP.
Gambar 1. Pembentukan Asam Urat dari Nukleosida Purin Melalui Basa Purin Hipoxantin, Xantin dan Guanin (Rodwell, 1997)
c. Hiperurisemia
Asam urat kurang larut dalam air, dan konsentrasi urat yang tinggi dalam urin mudah menyebabkan pengendapan kristal urat yang dapat membentuk batu ginjal urat. Demikian juga, kadar asam urat darah yang tinggi sering menyebabkan pengendapan kristal urat dijaringan lunak, terutama sendi (Sacher dan McPherson, 2004). Jika pada hiperurisemia didapatkan hasil bentukan kristal asam urat, hiperurisemia dapat berkembang menjadi gout.
terbentuknya lingkungan asam yang semakin mempermudah pembentukan lebih banyak kristal urat. Akibatnya adalah sendi yang membengkak, meradang dan nyeri (Sacher dan McPherson, 2004). Macam- macam hiperurisemia ada dua macam, yaitu:
a). Hiperurisemia Primer
Hiperurisemia primer terjadi karena kelainan berbagai enzim, sehingga produksi asam urat ditingkatkan dan akibat defisit selektif dalam transpor tubulus renalis bagi asam urat (Ganong, 1995).
b). Hiperurisemia Sekunder
Hiperurisemia sekunder terjadi akibat pembentukan urat yang berlebihan setelah perombakan masal protein inti (asam nukleat) seperti selama terapi dengan sitostatika atau berkurangnya ekskresi urat seperti pada insufisiensi ginjal dan penggunaan yang lama dari diuretika, obat TBC (INH, pirazinamida dan ethionamida) (Tjay dan Raharja, 2002).
d. Patogenesis
Serangan hiperurisemia akut yaitu artritis hipeurisemia akut terjadi mendadak dan memang sering pada malam hari yang terlibat seringkali adalah ibu jari kaki, kadang-kadang reaksi meradang ditemukan pada sendi jari sendi-sendi tangan. Serangan akut terjadi karena mengendapnya kristal asam urat dalam jaringan yang metabolismenya kurang dan kemudian difagositosis oleh leukosit (Mutschler, 1991).
Sendi membengkak dan kulit diatasnya tampak merah atau keunguan, kencang dan licin, serta teraba hangat. Menyentuh kulit di atas sendi yang terkena bisa menimbulkan nyeri yang luar biasa.
Gejalanya menghilang secara bertahap, dimana sendi kembali berfungsi dan tidak timbul gejala sampai terjadi serangan berikutnya. Tetapi jika penyakit ini semakin memburuk, maka serangan yang tidak diobati akan berlangsung lebih lama, lebih sering terjadi dan mengenai beberapa sendi. Sendi yang terkena bisa mengalami kerusakan permanen (Anonim, 2006b).
e. Diagnosis
Kadar urat tinggi tidaklah spesifik bagi encok dan tidak begitu sering menimbulkan gejala. Penderita dan hiperurisemia asimtomatis mempunyai resiko besar akan merusak ginjal. Kristal urat dapat mengendap di jaringan tanpa diketahui dan hanya lebih kurang 30% dari mereka menderita batu ginjal urat. Selama serangan pun, pada hampir seluruh pasien ditemukan kadar urat tinggi. Jadi hiperurisemia tidak harus disertai dengan encok (Tirney et al., 2004).
1). Pemeriksaan laboratorium
Seseorang dikatakan penderita asam urat jika pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah di atas 7 mg/dl untuk pria dan 6 mg/dl untuk wanita. Selain itu kadar asam urat dalam urin lebih dari 750-1000 mg/24 jam dengan diet dewasa.
2). Pemeriksaan cairan sendi
sendi. Untuk melihat perbedaan jenis artritis yang terjadi perlu dilakukan kultur cairan sendi.
3). Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk melihat proses yang terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses pengapuran di dalam tofus (Utami, 2005).
f. Pengobatan
Diet yang miskin purin dengan hanya sedikit mengkonsumsi daging atau ikan, terutama organ dalam (jeroan) seperti otak, hati dan ginjal. Tetapi kini diketahui bahwa kebanyakan purin dibentuk dalam tubuh dan hanya sedikit yang berasal dari makanan. Diet yang ketat hanya dapat menurunkan kadar urat 25% dan tidak dapat mengurangi timbulnya serangan gout, tetapi diet ini berguna sebagai tambahan dari terapi terhadap batu ginjal (urat) yang sering kambuh, selain itu diusahakan untuk tidak menggunakan diuretik tiazid dan menghindari mengkonsumsi alkohol dan kopi (Tjay dan Raharja, 2002).
tetapi mengubah respon fagositik leukosit terhadap kristal urat di jaringan (Sacher dan McPherson, 2004).
5. Allopurinol
Allopurinol merupakan satu-satunya urikostatikum yang saat ini digunakan secara terapeutik, dimana bekerja untuk mengurangi pembentukan asam urat. Sedangkan yang bekerja untuk meningkatkan eliminasi asam urat disebut urikosurika (Mutschler, 1991).
Allopurinol merupakan obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam tubuh. Obat ini terutama diberikan kepada penderita yang memiliki kadar asam urat yang tinggi dan batu ginjal atau mengalami kerusakan ginjal. Allopurinol bisa menyebabkan gangguan pencernaan, timbulnya ruam di kulit, berkurangnya jumlah sel darah putih dan kerusakan hati. Sebagian besar tofi di telinga, tangan atau kaki akan mengecil secara perlahan jika kadar asam urat dalam darah berkurang. Tetapi tofi yang sangat besar mungkin harus diangkat melalui pembedahan.
Gambar 2. Mekanisme Penghambatan Allopurinol Terhadap Enzim Xanthin Oksidase Pada Pembentukan Asam Urat (Tjay dan Raharja, 2002)
6. Kalium Oksonat
Kalium oksonat merupakan garam potasium atau oksonat. Kalium oksonat mempunyai berat molekul 195, 18 dengan rumus molekul C4H2KN3O4. Rumus
bangun kalium oksonat dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Struktur Kalium Oksonat (Anonima, 2006)
Kalium oksonat mempunyai titik didih pada 300ºC dan bisa dideteksi pada spektra infra merah. Kelarutan kalium oksonat dalam air adalah 5 mg/ml pada suhu relatif. Kalium oksonat akan stabil jika disimpan dibawah temperatur normal (suhu kamar). Kalium oksonat bersifat oksidator kuat, teratogen, karsinogen, mutagen dan mudah mengiritasi mata dan kulit (Anonimb, 2006).
Kalium oksonat merupakan reagen untuk inhibitor oksidase urat dengan memberikan efek hiperurisemia. Adapun mekanisme kalium oksonat dalam meningkatkan kadar asam urat dapat dilihat pada gambar 4.
O
N K
H
O O
O H
Asam urat + 2 H2O + O2
Kalium oksonat
Allantoin + CO2 + H2O2
Keterangan : : menghambat
Gambar 4. Mekanisme Aksi dari Kalium Oksonat Dalam Meningkatkan Kadar Asam Urat (Zao et al, 2005)
E. Landasan Teori
Ekstrak n- heksana daun salam (Eugenia polyantha Wight) dosis 210 mg/KgBB, 420 mg/KgBB dan 840 mg/KgBB tidak berefek menurunkan kadar asam urat serum mencit putih jantan hiperurisemia (Kusumaningtyas, 2007), sedangkan ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kgBB (Ma’rufah, 2007) menunjukkan efektifitas penurunkan kadar asam urat dalam darah mencit putih jantan yang diinduksi kalium oksonat dan hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB.
F. Hipotesis