• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

POTONGAN KOMERSIAL AYAM KAMPUNG DENGAN

PEMBERIAN PAKAN DEDAK PADI DAN DAUN

SINGKONG (

Manihot esculenta

Crantz)

ALHIDAYAT

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ALHIDAYAT. Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz). Dibimbing oleh SRI DARWATI dan RUDI AFNAN.

Ayam kampung diberi pakan dedak padi dan daun singkong (Manihot

esculenta Crantz) sebagai pakan alternatif pada penelitian ini. Tujuan penelitian

ini adalah menguji pengaruh pemberian pakan dedak padi dan daun singkong terhadap persentase karkas dan potongan komersial ayam kampung yang dipelihara selama 12 minggu. Perlakuan pakan yang diberikan adalah pakan komersial 100% (P), dedak padi 75% dengan daun singkong 25% mulai umur 5-12 minggu (Q), dan dedak padi 75% dengan daun singkong 25% mulai umur 8-5-12 minggu (R). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial 2x3. Data kemudian dianalisis ragam (ANOVA). Analisa ragam menunjukkan bahwa perlakuan pakan berpengaruh terhadap persentase karkas dan potongan komersial ayam kampung. Persentase karkas dan potongan komersial terbesar terdapat pada perlakuan P sedangkan terendah pada perlakuan Q. Pemberian campuran dedak padi dan daun singkong mulai umur 5 minggu mengakibatkan penurunan persentase karkas dan potongan komersial ayam kampung. Pakan campuran dedak padi dan daun singkong dapat diberikan pada ayam kampung umur 8-12 minggu dengan bobot potong 0.7-0.9 kg serta menghasilkan potongan komersial yang sama dengan pemberian 100% pakan komersial (P) kecuali bagian sayap (P<R).

Kata kunci: ayam kampung, daun singkong, dedak padi, potongan komersial

ABSTRACT

ALHIDAYAT. Commercial Cuts of Kampung Chicken Which is Fed by Rice Bran and Cassava (Manihot esculenta Crantz) Leaf. Supervised by SRI DARWATI and RUDI AFNAN.

In this research, kampung chicken was fed with rice bran and cassava (Manihot esculenta Crantz) leaf as alternative feed. This research investigated the effect of feeding rice bran and cassava leaf to percentage of carcass and commercial cuts of twelve weeks old kampung chicken. The chickens were fed by commercial feed 100% (P), by rice bran 75% and cassava leaf 25% from 5th -12th weeks (Q), and by rice bran 75% and cassava leaf 25% from 8th-12th weeks (R). This research was factorial completely randomized designed (RAL) with 2x3 pattern. Data was variant analyzed (ANOVA). The analysis showed the feeding method influence the percentage of carcass and commercial cuts of kampung chicken. The highest pencentage showed in P treatment whereas the lowest in Q treatment. Feeding by rice bran and cassava (Manihot esculenta Crantz) leaf began 5th weeks showed decreasing percentage of carcass and commercial cuts of kampung chicken. Rice bran and cassava leaf can be fed to 8-12 weeks old chicken resulting of 0.7-0.9 kg body weight and also showed the percentage of commercial cuts same as fed by 100% commercial feed (P) except wing parts (P<R).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

POTONGAN KOMERSIAL AYAM KAMPUNG DENGAN

PEMBERIAN PAKAN DEDAK PADI DAN DAUN

SINGKONG (

Manihot esculenta

Crantz)

ALHIDAYAT

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) Nama : Alhidayat

NIM : D14090029

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Darwati, MSi Pembimbing I

Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah karkas ayam, dengan judul Potongan Komersial Ayam Kampung dengan Pemberian Pakan Dedak Padi dan Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ahmad Yani, STP MSi selaku pembimbing akademik, Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Bapak Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr selaku pembimbing skripsi, serta Ibu Dr Ir Rukmiasih, MS yang telah banyak memberi saran. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Rita Mutia, MAgr dan Ibu Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi serta Bapak Dr Ir Afton Atabany, MSi selaku dewan penguji ujian akhir sarjana. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Khadiran dari Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bapak Dadang, Ibu Enah, Anugrah, Waluyo yang telah membantu selama pengumpulan data, beserta civitas akademika Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Ayam Kampung 2

Bobot Badan 2

Karkas dan Potongan Komersial Ayam 3

Dedak Padi 3

Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) 4

METODE 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 5

Bahan 5

Alat 6

Prosedur 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Bobot Hidup 8

Persentase Karkas 9

Persentase Potongan Komersial Karkas 9

Persentase Non Karkas 11

SIMPULAN DAN SARAN 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Kebutuhan nutrien ayam kampung 2

2 Rataan persentase potongan karkas ayam kampung 3

3 Komposisi nutrien dedak padi 4

4 Komposisi nutrien daun singkong 4

5 Komposisi nutrien pakan dedak padi + daun singkong dan pakan

komersial 6

6 Rata-rata dan simpangan baku persentase karkas ayam kampung umur

12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R 9

7 Konsumsi pakan ayam kampung umur 0-12 minggu 10

8 Rata-rata dan simpangan baku persentase potongan komersial ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R 10

DAFTAR GAMBAR

1 Rataan bobot hidup ayam kampung umur 12 minggu 8 2 Rataan persentase lemak abdominal ayam kampung umur 12 minggu 11 3 Rataan persentase saluran pencernaan ayam kampung umur 12

minggu 12

4 Rataan persentase gizard ayam kampung umur 12 minggu 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Rata-rata dan simpangan baku bobot badan, persentase karkas dan non karkas ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R 15 2 Rata-rata dan simpangan baku panjang usus dan sekum ayam

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis unggas lokal. Salah satu jenis unggas lokal Indonesia yang populer di kalangan masyarakat adalah ayam kampung. Ayam kampung memiliki rasa daging yang lebih enak dibandingkan daging ayam broiler. Hal ini yang mengakibatkan masyarakat lebih menyukai ayam kampung. Harga daging dan produk olahan ayam kampung yang relatif lebih mahal dibandingkan ayam broiler menjadi pertimbangan lain konsumen.

Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya harga produk pangan ayam kampung, di antaranya waktu pemeliharaan dan harga pakan. Ayam kampung membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai masa panen yaitu sekitar 12 minggu, sedangkan ayam broiler dapat dipanen pada umur 5 minggu. Harga pakan yang semakin meningkat juga mengakibatkan harga ayam menjadi lebih mahal. Harga pakan meningkat disebabkan oleh ketersediaan bahan baku pakan yang kurang sehingga industri pakan perlu melakukan impor untuk memenuhi permintaan peternak.

Selain itu, persediaan ayam kampung yang masih kurang mengakibatkan harga tinggi. Hal ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang tinggi terhadap produk olahan ayam kampung. Gaya hidup masyarakat menganggap bahwa ayam kampung merupakan ayam sehat (semi organik) sehingga baik untuk kesehatan konsumen. Gaya hidup sehat tersebut yang mengakibatkan permintaan produk pangan asal ayam kampung meningkat.

Karkas ayam merupakan bagian ayam yang telah disembelih tanpa darah, kepala, kaki, dan leher serta jeroan (organ dalam). Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot badan ayam yang disembelih. Karkas dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang disebut dengan potongan komersial. Potongan komersial pada ayam secara umum adalah bagian dada, punggung, paha, dan sayap.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pemberian pakan dedak padi dan daun singkong terhadap persentase karkas dan potongan komersial ayam kampung yang dipelihara selama 12 minggu.

Ruang Lingkup Penelitian

(13)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan kelompok unggas hasil domestikasi dari ayam hutan (Jungle fowl) yang tersebar di kawasan Bangladesh, Pakistan, Srilanka, India, dan Indonesia. Zein dan Sulandari (2009) menyatakan bahwa sebaran ayam hutan merah berada di pulau Jawa dan Sumatera. Ayam kampung memiliki bentuk tubuh ramping, berukuran kecil dan keragaman genetis yang tinggi. Variasi individu terdapat pada warna bulu, ukuran tubuh, produktivitas telur, dan suara (Sulandari et al. 2007).

Ayam kampung memiliki daging yang lebih gurih, warna kuning telur lebih merah, dan memiliki ketahanan tubuh terhadap penyakit yang lebih baik jika dibandingkan dengan ayam ras (Hardjosworo dan Levine 1995). Harga jual daging dan telur ayam kampung lebih tinggi. Ayam kampung toleran terhadap ransum berkualitas rendah (Abidin 2002), tetapi perkembangbiakan ayam kampung lambat, kerangka tubuh kecil sehingga pertumbuhan daging memerlukan waktu yang lebih lama (Hardjosworo dan Rukmiasih 2000).

Kecepatan pertumbuhan ayam kampung dipengaruhi oleh sifat genetik dan lingkungan seperti kualitas pakan, serangan penyakit, manajemen pemeliharaan, dan kondisi ayam yang dipelihara. Ayam kampung akan tumbuh sangat pesat pada umur 4-12 minggu, sedangkan setelah umur 12 minggu pertumbuhan ayam tersebut akan menurun (Mansjoer 1985). Kebutuhan nutrien ayam kampung pada berbagai umur disajikan pada Tabel 1.

Ayam KUB (Kampung Unggulan Balitnak) adalah ayam hasil seleksi yang memiliki kisaran bobot badan dewasa 1 200-1 600 g/ekor, umur bertelur lebih awal yaitu pada umur 20-22 minggu dengan bobot telur 35-45 g/butir. Produksi telur ayam KUB lebih tinggi yaitu 130-160 butir/ekor/tahun serta memiliki nilai henday 50% (Balai Penelitian Ternak 2012).

Bobot Badan

Bobot badan merupakan hal yang penting dalam produksi daging ayam kampung. Daging yang dihasilkan akan semakin banyak jika bobot badan ayam semakin tinggi. Bobot badan sangat dipengaruhi oleh jenis kelamin ayam (Septiarani 2004).

Tabel 1 Kebutuhan nutrien ayam kampung

Umur (minggu) Energi (kkal/kg) Protein (%) Kalsium (%) Fosfor (%)

(14)

3 Bobot badan ayam kampung jantan muda dan dewasa berturut-turut adalah 0.9-1.5 kg dan 1.7-2.5 kg, sedangkan ayam kampung betina muda dan dewasa lebih rendah yaitu 0.75-1.2 kg dan 1.3-1.8 kg. Data tersebut diperoleh dari hasil studi kasus yang dilakukan oleh Ramdani (2001) pada penelitiannya di desa Karacak dengan pemeliharaan tradisional. Gunawan dan Sartika (2000) mendapatkan rataan bobot badan 923.57 g/ekor dan pertambahan bobot badan 898.10 g/ekor pada ayam kampung umur 12 minggu dengan pemberian pakan komersial selama pemeliharaan.

Karkas dan Potongan Komersial Ayam

Karkas ayam utuh adalah ayam yang telah disembelih tanpa kepala, bulu, darah, leher, dan kaki serta jeroan (Hardjosworo dan Rukmiasih 2000; Hendranoto 1993). Karkas ayam kampung merupakan ayam kampung yang telah dipotong tanpa kepala, bulu, kaki, leher, dan jeroan.

Karkas ayam umumnya dipotong menjadi dua bagian, empat bagian, delapan atau sembilan bagian. Karkas yang dipotong tersebut dikenal juga dengan potongan komersial ayam. Bagian umum potongan komersial ayam adalah dada, punggung, paha, dan sayap (Sams 2001). Rataan persentase potongan komersial ayam kampung yang diteliti oleh Mansjoer (1985) dan Hartini (1985) disajikan pada Tabel 2.

Persentase karkas ayam kampung umur 6-12 minggu adalah sekitar 56.63%-58.7% (Arief 2000). Faktor yang mempengaruhi produksi daging unggas yaitu umur, jenis kelamin, genetik, asupan nutrisi, dan lingkungan (Moran 2003).

Dedak Padi

Dedak padi sebagai pakan ternak diberikan dalam jumlah terbatas, umumnya mencapai 25% dari campuran konsentrat, karena dedak padi memiliki sifat pencahar (Sukria dan Krisnan 2009). Ketengikan selama penyimpanan dapat dihambat dengan cara penambahan air sampai mencapai 50% bahan kering ke dalam dedak yang disimpan dalam keadaan anaerob (Sukria dan Krisnan 2009). Komposisi nutrien dedak padi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 2 Rataan persentase potongan karkas ayam kampung

Peubah Mansjoer (1985) Hartini (1985)

Persentase potongan karkas (%) Dada

Punggung Paha

Atas Bawah Sayap

21.72 22.54 15.56 13.57 10.70

21.19-23.18 18.52-19.64 15.45-16.50

6.51-6.58

(15)

4

Dedak padi mengandung energi dan protein yang cukup baik (Mathius dan Sinurat 2001). Dedak padi dapat diperoleh dari penggilingan padi menjadi beras. Dedak padi berjumlah sekitar 10% dari jumlah padi yang digiling. Jumlah dedak padi yang diperoleh tergantung pada cara pengolahan saat penggilingan (Sukria dan Krisnan 2009). Sarmento et al. (2006) menyatakan penggilingan padi menghasilkan dedak 8%. Penggilingan padi secara modern menghasilkan dedak dengan tekstur halus, terdiri dari fraksi perikarp, tagmen, nucleus, aleuron, serta sedikit campuran lembaga, endosperma, dan sekam (Champagne 2004).

Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)

Tanaman singkong tumbuh sepanjang tahun di berbagai tipe tanah dengan produksi 3-4 ton/tahun dan dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak berupa daun. Daun singkong dapat menambah sumber protein untuk ternak (Sukria dan Krisnan 2009). Daun singkong mengandung vitamin C, provitamin A dan sekitar 30% protein berdasarkan persentase bobot kering (Rubatzky dan Yamaguchi 1998). Komposisi nutrien daun singkong disajikan pada Tabel 4.

Kandungan asam sianida (HCN) daun singkong adalah 62.00 ppm berdasarkan persen bahan kering. Daun yang lebih muda memiliki kandungan HCN lebih banyak 3-5 kali lipat dibandingkan daun yang sudah tua. Kadar HCN

Tabel 3 Komposisi nutrien dedak padi

Nutrien Komposisi

Sumber : Sukria dan Krisnan (2009)

Tabel 4 Komposisi nutrien daun singkong

Nutrien Komposisi

(16)

5 daun singkong umur 5 bulan masih rendah sekitar 7.25 mg per 100 g sehingga aman dikonsumsi manusia dan sebagai bahan pakan ternak (Sofyaningsih 2003).

Kadar HCN daun singkong segar dapat berkurang (>90%) dengan pencacahan atau dijemur/dilayukan 1-2 hari sebelum dijadikan sebagai campuran ransum (Adrizal 2003). Sukria dan Krisnan (2009) menambahkan proses perebusan, pengeringan, perendaman, fermentasi dan kombinasinya mampu mereduksi kandungan HCN dalam singkong.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 12 minggu mulai bulan Januari – April 2013. Ayam kampung dipelihara di Laboratorium Lapang Pemuliaan dan Genetika Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Ternak

Ternak ayam yang digunakan pada penelitian ini adalah ayam kampung dengan jumlah 90 ekor terdiri dari ayam jantan sebanyak 45 ekor dan ayam betina sebanyak 45 ekor. Ayam kampung yang digunakan adalah ayam berumur satu hari (Day Old Chick/DOC).

Ayam yang digunakan untuk pengamatan karkas sebanyak 18 ekor terdiri dari 9 ekor jantan dan 9 ekor betina, dan dipotong setelah mencapai umur 12 minggu. Ayam yang dipotong diambil 1 ekor dari masing-masing perlakuan dan ulangan.

Kandang

Kandang yang digunakan berukuran 3x4 m berkapasitas 45 ekor dengan pemeliharaan sistem litter. Kandang tersebut terdiri dari dua blok. Setiap blok terdiri dari 9 petak. Setiap petak berukuran 70x90x70 cm dan diisi 5 ekor ayam. Pakan dan Air Minum

(17)

6

Alat

Peralatan yang digunakan adalah lampu 60 watt sebanyak dua unit, tempat pakan tray sebanyak enam unit, tempat pakan galon sebanyak 18 unit, tempat minum kapasitas 5 liter sebanyak 18 unit dan wing band. Peralatan lainnya adalah gelas ukur plastik kapasitas 1 l dengan ketelitian 10 ml, termohigrometer, timbangan digital kapasitas 2 kg dengan ketelitian 1.00 g, panci pemanas, plastik dan pisau.

Prosedur

Persiapan Kandang

Kandang dibersihkan terlebih dahulu dengan dua tahap yaitu sanitasi kering dan sanitasi basah. Sanitasi kering yaitu kandang dibersihkan dengan sapu kemudian dilanjutkan dengan sanitasi basah dengan menggunakan sabun. Kandang yang sudah kering selanjutnya dikapur dan disucihama menggunakan disinfektan. Kandang kemudian dikosongkan selama 2 minggu.

Perlakuan Pakan

Perlakuan pakan mulai diberikan pada ayam kampung yang sudah berumur 5 dan 8 minggu dengan adaptasi pakan seminggu sebelumnya. Perlakuan yang diberikan adalah :

P = 100% pakan komersial

Q = Minggu 0-4 diberi 100% pakan komersial dan minggu 5-12 diberi 75% dedak padi + 25% daun singkong

R = Minggu 0-7 diberi 100% pakan komersial dan minggu 8-12 diberi 75% dedak padi + 25% daun singkong

Daun singkong yang diberikan dicacah terlebih dahulu dan dikeringkan selama 3 hari. Jika daun singkong sudah kering, maka daun tersebut dicampur dengan dedak padi dan air hangat. Pakan perlakuan yang diberikan berbentuk basah (pasta). Pakan diberikan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari.

Tabel 5 Komposisi nutrien pakan dedak padi + daun singkong dan pakan komersial

Nutrien Dedak padi + daun singkonga

Pakan komersial

Starter Finisher

Kadar air (%)

(18)

7 Bobot pakan yang diberikan ditimbang dan dicatat. Pakan sisa dicatat sebelum pakan diganti. Air minum diberikan ad libitum.

Day Old Chick ayam kampung yang baru datang diberi air gula terlebih

dahulu. Perlakuan pakan pertama adalah pakan komersial diberikan kepada ayam selama 12 minggu (P) sesuai kebutuhan. Perlakuan kedua (Q) yaitu pakan komersial diberikan sampai ayam kampung berumur 4 minggu dan selanjutnya pakan digantikan dengan dedak padi dan daun singkong. Perlakuan ketiga (R) yaitu pakan komersial diberikan sampai ayam berumur 7 minggu kemudian diberikan pakan berupa dedak padi dan daun singkong sampai umur 12 minggu. Air minum diberikan ad libitum.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x3 dengan 3 kali ulangan. Faktor pertama adalah jenis kelamin ayam terdiri dari 2 taraf yaitu jantan (J) dan betina (B). Faktor kedua adalah jenis ransum perlakuan yang terdiri dari 3 taraf yaitu P, Q dan R dengan model matematis menurut Steel dan Torrie (1993) yaitu :

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + (ɛ)ijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan potongan komersial ayam kampung pada jenis kelamin ke-i (J, B) dan jenis ransum ke-j (P, Q, R) pada ulangan ke-k (1, 2, 3).

µ = Nilai rataan bobot potongan komersial ayam kampung.

Ai = Pengaruh jenis kelamin ayam ke-i (J, B) terhadap bobot potongan komersial ayam kampung.

Bj = Pengaruh jenis ransum ke-j (P, Q, R) terhadap bobot potongan komersial ayam kampung.

(AB)ij = Pengaruh interaksi jenis kelamin ayam ke-i (J, B) dengan jenis ransum ke-j (P, Q, R) terhadap bobot potongan komersial ayam kampung.

(ɛ)ijk = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan jenis kelamin ke-i dan jenis ransum ke-j pada ulangan ke-k.

Data yang sudah ditabulasi diuji asumsi yaitu keaditifan, kehomogenan, kenormalan dan kebebasan galat. Jika data memenuhi syarat keempat uji asumsi tersebut, maka data diolah dengan cara parametrik. Jika terdapat data yang tidak memenuhi uji asumsi maka data tersebut ditransformasi terlebih dahulu atau diolah secara non parametrik. Data persentase ditransformasi ke arc sin. Selanjutnya dilakukan analisis ragam (Analysis of Variance/ANOVA). Apabila diperoleh hasil berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji banding Tukey untuk mengetahui perbedaan antar kombinasi perlakuan pakan dengan jenis kelamin. Apabila tidak berbeda nyata, maka tidak dilakukan uji banding (Steel dan Torrie 1993).

Peubah

Peubah yang diukur pada penelitian ini adalah :

1. Persentase karkas yang diperoleh dari membandingkan bobot ayam tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki dan organ dalam dengan berat hidup dikalikan 100%;

(19)

8

3. Persentase beberapa bagian non karkas diperoleh dari membandingkan bobot masing-masing bagian non karkas terdiri dari lemak abdominal, saluran pencernaan + isi, dan ampela dengan bobot hidup dikalikan 100%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Hidup

Perlakuan pakan dan jenis kelamin sangat berpengaruh terhadap bobot hidup ayam kampung pada penelitian ini. Tidak ada interaksi antara perlakuan pakan dengan jenis kelamin terhadap bobot hidup ayam kampung. Rataan bobot hidup ayam kampung dapat dilihat pada Gambar 1. Rataan bobot hidup ayam jantan lebih berat dibandingkan betina. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ayam jantan lebih cepat daripada betina.

Ayam yang diberi perlakuan P (jantan : 1 280.67 gram; betina : 1 005.33 gram) memiliki rataan bobot hidup lebih berat daripada R (jantan : 945.50 gram; betina : 747.33 gram). Rataan bobot hidup terendah adalah ayam yang diberi perlakuan Q (jantan : 571.67 gram; betina : 492.00 gram). Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi pakan P memenuhi kebutuhan ayam sehingga menghasilkan bobot standar menurut Balitnak (2012) yaitu sekitar 1 200 g/ekor, sedangkan pakan R diduga belum memenuhi kebutuhan ayam sehingga rataan bobot hidup lebih rendah dibanding P.

Daun singkong mengandung zat antinutrisi yaitu tanin. Tanin akan mengikat protein pakan sehingga tidak semua nutrien pada pakan campuran dedak padi dan daun singkong dapat diserap oleh tubuh ayam. Pakan Q diduga tidak dapat memenuhi kebutuhan ayam sehingga rataan bobot hidupnya jauh lebih rendah dari bobot hidup ayam kampung umur 12 minggu yaitu sekitar 500 gram/ekor. Hal ini menunjukkan bahwa pakan dengan kualitas nutrien rendah akan menghambat pertumbuhan ayam.

Dedak padi memiliki kekurangan yaitu mengandung asam fitat yang akan mengikat mineral fosfor dan mineral lain sehingga tidak dapat diserap oleh usus.

(20)

9 Selain itu, asam fitat juga dapat berikatan dengan protein yang menyebabkan penurunan ketersediaan nilai gizi protein (Kornegay 2001). Hal ini diduga kebutuhan nutrisi ayam tidak terpenuhi dengan pakan perlakuan Q.

Persentase Karkas

Jenis kelamin tidak mempengaruhi persentase karkas sedangkan perlakuan pakan sangat berpengaruh nyata terhadap persentase karkas dan tidak ada interaksi. Rataan dan simpangan baku persentase karkas ayam kampung disajikan pada Tabel 6.

Persentase karkas tertinggi dihasilkan pada ayam yang diberi perlakuan P (61.99%) sedangkan yang terendah pada perlakuan Q (50.83%). Perlakuan R menghasilkan persentase karkas diantara P dan Q yaitu 55.28%. Persentase karkas ayam perlakuan Q tidak mencapai persentase karkas ayam kampung secara umum yaitu sekitar 56.63%-58.7% menurut Arief (2000).

Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot hidup. Daging yang dihasilkan semakin banyak jika bobot hidup ayam semakin tinggi (Septiarini 2004). Bobot hidup ayam perlakuan P terberat oleh karena itu menghasilkan persentase karkas yang terbesar juga.

Persentase Potongan Komersial Karkas

Potongan komersial yang diamati pada penelitian ini adalah bagian dada, punggung, paha atas, paha bawah, dan sayap. Hasil analisis ragam menunjukkan ada interaksi antara perlakuan pakan dengan jenis kelamin terhadap persentase potongan dada saja, sedangkan pada bagian potongan komersial lainnya tidak ada interaksi.

Adanya interaksi antara faktor perlakuan pakan dengan jenis kelamin pada persentase potongan dada berarti bahwa masing-masing faktor saling berhubungan. Persentase potongan dada betina cenderung lebih tinggi dibanding jantan. Hal ini terjadi karena perbedaan kebutuhan pakan antara ayam jantan dengan betina. Ayam kampung betina cenderung mengonsumsi pakan yang lebih tinggi dibanding jantan. Konsumsi pakan ayam kampung umur 0-12 minggu disajikan pada Tabel 7.

Tabel 6 Rata-rata dan simpangan baku persentase karkas ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R

Jenis Kelamin Perlakuan Pakan Rataan

P Q R

Jantan Betina

62.63±2.63 61.36±2.88

Karkas (%) 49.61±3.03 52.05±2.33

57.34±2.81 53.22±0.45

56.53±2.82 55.54±1.89 Rataan 61.99±2.76A 50.83±2.68B 55.28±1.63C

(21)

10

Dada merupakan potongan komersial dengan bagian daging terbanyak. Ayam yang diberi perlakuan P memiliki persentase dada terbesar dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P mengakibatkan perdagingan yang lebih banyak karena pakan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan nutrien untuk pertumbuhan ayam. Rataan persentase potongan komersial dan simpangan baku ayam kampung umur 12 minggu ditampilkan pada Tabel 8.

Persentase dada pada perlakuan P dengan jenis kelamin jantan dan betina berturut-turut adalah 26.40% dan 28.65%. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan hasil penelitian Mansjoer (1985) dan Hartini (1985) yang berkisar 21%-23%. Hal ini menunjukkan bahwa ayam kampung pada penelitian ini memiliki persentase dada lebih tinggi dibandingkan ayam kampung secara umum.

Tabel 8 Rata-rata dan simpangan baku persentase potongan komersial ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R

Peubah Jenis Kelamin Perlakuan Pakan

P Q R Rataan 27.52±0.80 22.59±1.69 24.96±1.47 Punggung Jantan Rataan 23.53±0.99B 26.07±1.88A 25.30±1.29AB Paha atas Jantan Rataan 15.11±2.66 16.22±2.08 15.32±1.99 Paha bawah Jantan

Betina Rataan 19.73±3.32 17.58±1.88 19.72±3.04 Sayap Jantan Rataan 13.94±0.48C 15.86±0.95A 14.76±0.40B

Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf kecil yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P < 0.05) dan huruf besar yang berbeda menunjukkan beda sangat nyata (P < 0.01)

Tabel 7 Konsumsi pakan ayam kampung umur 0-12 minggu Jenis Kelamin Perlakuan Pakan

(22)

11 Persentase punggung setiap perlakuan berkisar antara 23%-26% dengan persentase terbesar pada ayam perlakuan Q. Ayam perlakuan Q memiliki bobot karkas yang rendah sehingga daging yang dihasilkan juga sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pakan mempengaruhi persentase punggung pada ayam kampung.

Persentase paha diamati pada 2 bagian, yaitu paha atas dan paha bawah. Hasil analisis ragam menunjukkan jenis kelamin dan perlakuan pakan tidak mempengaruhi persentase paha ayam. Ayam jantan memiliki persentase paha atas dan paha bawah yang lebih tinggi dibandingkan betina (Tabel 8). Hal ini dikarenakan ayam jantan memiliki karkas yang lebih besar sehingga menghasilkan potongan paha yang lebih besar.

Persentase sayap tidak berbeda antara jantan dengan betina. Perlakuan pakan mempengaruhi persentase sayap yang dihasilkan dengan nilai terbesar pada perlakuan Q (±15%). Ayam yang diberi perlakuan pakan P dan R memiliki persentase sayap yang hampir sama yaitu sekitar 14%. Sayap merupakan bagian terkecil dari potongan komersial ayam sehingga persentase sayap cenderung lebih rendah dibandingkan bagian potongan komersial lainnya (Tabel 8).

Persentase Non Karkas

Ayam jantan perlakuan P menghasilkan lemak abdominal (1.48%) sedangkan perlakuan lainnya tidak terdapat lemak abdominal (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa pakan P memiliki nutrien yang melebihi kebutuhan ayam karena lemak akan terbentuk jika terdapat protein yang berlebih. Protein yang

berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak pada tubuh ayam. Ayam betina memiliki lemak abdominal pada semua perlakuan pakan. Ayam betina perlakuan P memiliki persentase lemak yang paling banyak (1.09%). Hal ini karena nutrisi pakan P lebih baik daripada perlakuan lain.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa persentase saluran pencernaan dipengaruhi oleh perlakuan pakan yang diberikan. Ayam perlakuan P memiliki persentase saluran pencernaan nyata terendah (P<0.05) dengan perlakuan Q dan R yaitu sekitar 9% (Gambar 3).

Gambar 2 Rataan persentase lemak abdominal ayam kampung umur 12 minggu

(23)

12

Pakan Q dan R menghasilkan persentase saluran pencernaan yang tidak berbeda (±17%). Pakan dengan kandungan serat yang tinggi diduga akan meningkatkan kerja saluran pencernaan ayam untuk menyerap nutrien sehingga saluran pencernaan diduga menjadi lebih besar. Alat pencernaan ayam kurang baik dalam mencerna serat kasar. Persentase saluran pencernaan ayam kampung umur 12 minggu disajikan pada Gambar 3.

Gizard merupakan bagian pencernaan yang bekerja sebagai lambung pada ayam. Gizard akan mencerna zat makanan yang masuk ke dalam tubuh. Hasil analisis ragam menunjukkan persentase gizard ayam yang diberi perlakuan Q paling besar dan perlakuan P paling rendah (Gambar 4).

Nilai persentase gizard ayam perlakuan P sangat berbeda nyata dibanding perlakuan lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh perlakuan pakan daun singkong dan dedak padi terlalu awal diberikan (mulai umur 5 minggu) dan diperkirakan agak sulit dicerna sehingga gizard bekerja lebih berat daripada hanya diberi pakan komersial saja. Hal ini menyebabkan gizard semakin besar dan tebal karena agak sulit mencerna serat kasar.

Gambar 3 Rataan persentase saluran pencernaan ayam kampung umur 12 minggu

9.48 9.98

(24)

13

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pakan campuran dedak padi dan daun singkong yang diberikan lebih awal (umur 5 minggu) menghambat pertumbuhan ayam dan menghasilkan persentase karkas serta potongan komersial yang lebih rendah dibanding dengan pemberian pada umur 8 minggu. Pakan campuran dedak padi dan daun singkong dapat diberikan pada ayam kampung umur 8-12 minggu sebagai pengganti pakan komersial dan dapat mencapai bobot potong 0.7-0.9 kg.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penambahan bahan pakan sumber energi dan protein untuk menghasilkan ayam dengan performa karkas yang baik. Pemberian pakan dengan kualitas nutrien rendah sebaiknya tidak diberikan pada masa pertumbuhan ayam (umur <8 minggu) sehingga tidak menghambat produktivitas ayam tersebut. Pakan campuran dedak padi dan daun singkong dapat diberikan pada ayam kampung berumur 8-12 minggu.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 2002. Peningkatan Produktivitas Ayam Kampung Pedaging. Cetakan ke-1. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Adrizal. 2003. Singkong pakan unggas potensial yang terlupakan. Poultry Indonesia (ID) 284: 66-67.

Arief AD. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, lemak abdominal, panjang usus dan sekum ayam kampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Balai Penelitian Ternak. 2012. Ayam Kampung Unggulan Balitnak. Bogor (ID): Balitnak Ciawi.

Champagne ET. 2004. Rice Chemistry and Technology. Ed ke-3. America (US): American Association for Clinical Chemistry Pr.

Gunawan B, Sartika T. 2000. Persilangan ayam Pelung jantan x Kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2). JITV 6 (1): 21-27.

Hardjosworo PS, Levine JM. 1995. Pengembangan peternakan di Indonesia. (ID): Yayasan Obor Indonesia: 10-30.

Hardjosworo PS, Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Depok (ID): Penebar Swadaya.

(25)

14

Hendranoto AWL. 1993. Teknologi dan kesehatan daging [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Kornegay ET. 2001. Digestion of phosporus and other nutrients : The role of phytates and factors influencing their activity. Department of Animal and Poultry Sciences. Virginia (US): Virginia Polytechnic Institut and State University Blacksburg.

Mansjoer SS. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mathius IW, Sinurat AP. 2001. Pemanfaatan bahan pakan konvensional untuk ternak. Wartazoa. Bul I Petern Indones 2 (2):30-31.

Morran ET. 2003. Live production factors influencing yield and quality of poultry meat. In: Richardson RI, Mead GC, editor. Poult Meat Sci. London (GB): CAB Publishing.

Ramdani I. 2001. Dinamika populasi dan prospek pengembangan ayam Kampung (Studi kasus di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ramli N, Risnawati. 2007. Integrasi tanaman singkong dan ternak unggas. Rapat Komisi Pakan 2007; 2007 Jun 13-15; Surabaya (ID).

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1998. Sayuran Dunia I : Prinsip Produksi dan Gizi. Ed ke-2. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Sams AR. 2001. Poultry Meat Processing. Washington DC (US): CRC Pr. Sarmento CMP, Ferreira SRS, Hense H. 2006. Supercritical fluid extraction

(SFE) of rice bran oil to obtain fractions enriched with tocopherols and tocotrienols. Braz. J. Chem. Eng 23:243-249.

Septiarini AI. 2004. Karkas dan potongan komersial ayam hasil persilangan antara ayam pelung dengan merawang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sofyaningsih M. 2003. Pengaruh pemberian tepung daun singkong terhadap bobot badan akhir, persentase saluran pencernaan dan organ dalam itik Mandalung (Mule duck) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Sukria HA, Krisnan R. 2009. Sumber dan Ketersediaan Bahan Baku Pakan di Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr.

Sulandari S, Zein MSA, Payanti S, Sartika T, Astuti M, Widyastuti T, Sujana E, Darana S, Setiawan I, Garnida D. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi. Bogor (ID): Lembaga Pengetahuan Ilmu Indonesia.

(26)

15 Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku bobot badan, persentase karkas dan non

karkas ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R Peubah Jenis Rataan 1 143.00±91.52A 531.84±41.11B 846.42±118.39C

Karkas dan non karkas (%) Karkas Jantan Rataan 61.99±2.76A 50.83±2.68B 55.28±1.63C Darah Jantan

Rataan 5.70±1.28 7.66±1.12 6.92±1.10

Bulu Jantan Rataan 23.53±0.99B 26.07±1.88A 25.30±1.29AB Kepala Jantan Rataan 15.11±1.33 16.22±2.08 15.32±1.99 Leher Jantan Rataan 19.73±3.32 17.58±1.88 19.72±3.04

(27)

16

Lampiran 1 Rata-rata dan simpangan baku bobot badan, persentase karkas dan non karkas ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R (lanjutan) Rataan 0.52±0.08B 0.79±0.14A 0.72±0.13A

Seka Jantan Rataan 0.44±0.06B 0.60±0.12A 0.56±0.10AB

Empedu Jantan

Keterangan : Angka yang ditulis dengan huruf kecil berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0.05) dan angka yang ditulis dengan huruf besar berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda sangat nyata (P<0.01)

Lampiran 2 Rata-rata dan simpangan baku panjang usus dan sekum ayam kampung umur 12 minggu pada perlakuan P, Q, dan R

Peubah Jenis

Betina 125.67±7.51 123.67±15.95

Panjang (cm) 129.33±17.39 122.00±20.22

155.33±4.62 154.33±11.06 Rataan 124.67±15.95B 125.66±18.80B 154.83±7.54A Panjang Rataan 15.50±1.80 14.33±1.90 14.50±1.92

(28)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Silungkang pada tanggal 16 September 1991 dari ayah Sudurdin dan ibu Rosmatina. Penulis adalah putra ke-5 dari 5 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sawahlunto dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Genetika Ternak pada tahun ajaran 2012/2013, asisten praktikum Teknik Penanganan dan Pengolahan Hasil Ikutan Ternak tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif sebagai staf Divisi Pengembangan Organisasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (HIMAPROTER) IPB periode 2010/2011 dan pada periode 2011/2012 menjadi ketua Divisi Pengembangan Sumberdaya Anggota Internal HIMAPROTER IPB.

Gambar

Tabel 2  Rataan persentase potongan karkas ayam kampung
Gambar 1 Rataan bobot hidup ayam kampung umur 12
Tabel 8.  Tabel 8
Gambar 3 Rataan persentase saluran pencernaan ayam

Referensi

Dokumen terkait

Jabatan Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan

Kecil dan Menengah (UMKM) kurang dapat memberikan kepastian hukum sehingga Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) susah mendapatkan kredit/pembiayaan dari perbankan

Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas

berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Selanjutnya cacing tersebut akan bermigrasi ke jaringan subcutan dan permukaan kulit, terutama bagian tubuh yang banyak kontak dengan air3. Saat ujung kepala cacing betina

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen Rumah Sakit secara keseluruhan dalam

(2) PJU dan PJL milik Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah PJU dan PJL yang sepenuhnya dikelola Pemerintah Daerah yang berada di ruas jalan