ISU-ISU STRATEGIS
etiap organisasi menghadapi lingkungan strategis yang mencakup lingkungan internal dan eksternal. Analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi merupakan hal yang penting dalam menentukan faktor- faktor kunci / penentu keberhasilan bagi suatu organisasi. Lingkungan internal organisasi merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja organisasi yang umumnya dapat dikendalikan (controllable) secara langsung, sedangkan lingkungan eksternal adalah faktor lingkungan yang berpengaruh pada kinerja organisasi tetapi pengaruh tersebut pada umumnya di luar kendali (uncontrollable) organisasi. Untuk merumuskan lingkungan strategis tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten Way Kanan menggunakan teknik analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities dan Threats)
A. Lingkungan Internal 1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan strategis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Dukungan Pemerintah Kabupaten Way Kanan cukup besar dalam menjadikan sektor pendidikan sebagai skala prioritas pembangunan b. Dukungan Lembaga legislatif cukup tinggi
c. Adanya komitmen pimpinan dan anggota organisasi yang kuat untuk memberikan layanan yang lebih baik
d. Motivasi guru untuk meningkatkan kualifikasi cukup tinggi
S
3.1 Analisis Situasi Strategis
2. Kelemahan (Weaknesses)
Kelemahan strategis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Sarana dan prasarana pendidikan masih kurang memadai b. Kerjasama pengelolaan pendidikan masih kurang memadai
c. SDM penyelenggara pendidikan belum memadai secara kuantitas dan kualitas
d. Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sekolah
e. Infrastruktur dasar yang belum memadai f. Luasnya jangkauan geografis
B. Lingkungan Eksternal 1. Peluang (Opportunities)
Peluang strategis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Anggaran pendidikan meningkat
b. Penduduk Kabupaten Way Kanan masih banyak yang harus mendapat pelayanan pendidikan
c. Masyarakat menginginkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan d. Dukungan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membuka
peluang terhadap penganyaan materi bahan ajar
e. Banyaknya perusahaan/industi yang membutuhkan tenaga kerja terdidik 2. Ancaman (Treaths)
Ancaman strategis yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Melemahnya kepercayaan pasar terhadap mutu keluaran p endidikan b. Adanya budaya tradisional dan budaya luar yang kurang mendukung
pendidikan
c. Partisipasi stakeholder pendidikan yang berlebihan (tidak sesuai porsinya)
Tabel 3.1 Analisis SWOT
KEKUATAN KEL EMAHAN
- Dukungan Peme rintah Kabupaten Way Kanan cukup besar dalam men jadikan sektor pendidikan sebagai skala prioritas pembangunan
- Sarana dan prasarana pendidikan masih kurang me madai
- Dukungan le mbaga leg islatif cukup tinggi
- Kerjasama pengelolaan pendidikan masih kurang me madai
- Adanya komit men pimp inan dan anggota organisasi yang kuat untuk me mberikan layanan yang lebih baik
- SDM penyelenggara pendidikan belum me madai secara kuantitas dan kualitas
- Motivasi guru untuk men ingkatkan kua lifikasi cukup tinggi
- Masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan sekolah
PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O
- Anggaran pendidikan men ingkat
- Menyediakan pendidikan wa jib belajar 12 tahun gratis
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas saranadan prasarana pendidikan - Penduduk Kabupaten
Way Kanan masih banyak yang harus mendapat pelayanan pendidikan
- Memberikan ke mudahan masyarakat untuk mengakses pusat-pusat pelayanan pendidikan
- Meningkatkan ke rjasa ma pengelolaan pendidikan
- Masyarakat mengingin kan
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan
- Meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM penyelenggara pendidikan
ANCAMAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T
- Mele mahnya
kepercayaan pasar terhadap mutu keluaran pendidikan
- Meningkatkan ko mpetensi peserta didik
- Mengoptima lkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada sehingga bisa mendorong pendidikan gratis
- Adanya budaya tradisional dan budaya luar yang kurang mendukung pendidikan
- Meminimalasir pengaruh negatif budaya tradisional dan budaya luar yang tidak pro terhadap pendidikan
- Mengoptima lkan kerjasama yang telah ada sehingga bisa mengurangi pengaruh negatif budaya tradisional dan luar
- Partisipasi stak eholder pendidikan yang berlebihan (tidak sesuai porsinya)
- Mendorong partisipasi stakeholders pendidikan sesuai porsinya
- Mengoptima lkan SDM penyelenggara pendidikan yang sudah adasehinga bisa me min ima lisir partisipasi stakeholders yang berlebihan ALI
ALE
Isu – isu strategis pendidikan di Kabupaten Way Kanan untuk lima tahun mendatang meliputi (1) belum tercapainya pemerataan dan kemudahan akses pendidikan, (2) belum tercapainya mutu dan relevansi pendidikan, serta (3) belum baiknya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik pendidikan. Ketiga Current Issue tersebut akan menjadi concern Dinas Pendidikan Kabupaten Way Kanan dalam menyelenggarakan urusan wajib bidang pendidikan untuk periode tahun 2010-2015.
A. Pemerataan dan Perluasan Akses Pendidikan
Pemerataan pendidikan mengandung arti memberikan kesempatan seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan haknya memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi. Hal tersebut akan sangat sejalan dengan program yang tengah digulirkan pemerintah pusat yaitu education for all (Pendidikan Untuk Semua/PUS) yang menghendaki tidak ada seorangpun warga Negara yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan (no child let behind).
Pemerataan dan perluasan akses pendidikan dilaksanakan sebagai salah satu upa ya dalam rangka “Tuntas Wajar 12 Tahun” di Kabupaten Way Kanan. Seiring dengan tuntutan daya saing dalam penyediaan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, maka program pemerintah berupa Tuntas Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mewajibkan anak memiliki pendidikan dasar sampai sederajat SMP, nampaknya harus mulai ditingkatkan sampai sederajat SMA. Tuntutan tersebut, untuk Kabupaten Way Kanan harus segera dapat terwujud, untuk itu diperlukan dukungan dari berbagai komponen dalam penyelenggaraan pendid ikan sampai 12 tahun, secara bertahap harus dapat meningkat daya dukungnya. Penyediaan komponen pendukung penyelenggaraan pendidikan tersebut, seperti telah tersedianya ruang kelas yang memadai dan sarana pendukung lainnya telah memberikan kontribusi terhadap peningkatan daya serap siswa yang ditandai dengan peningkatan angka partisipasi kasar (APK) khususnya pada jenjang Sekolah Dasar (SD) yaitu pada tahun 2010 3.2 Isu-Isu Strategis
usia 7-12 tahun yang belum tertampung di SD/MI, termasuk diantaranya anak yang putus sekolah.
APK pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) pada tahun 2010 yaitu 96,74%, serta APK pada jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) diperoleh 61,37%. Dari kondisi tersebut, menjadi tantangan kedepan dalam menuntaskan Wajar 9 Tahun menjadi Wajar 12 Tahun. Berdasarkan pengamatan di lapangan beberapa faktor penyebab utama penghambat percepatan penuntasan Wajar Dikdas didaerah antara lain a) masih terbatasnya akses dan sarana pendidikan didaerah pedesaan khususnya darah terpencil dan pedalaman, b) masih kurangnya kesadaran orang tua dan masyarakat untuk mendorong anak usia tingkat SMP/MTs melaksanakan pendidikan dasar, c) terbatasnya kemampuan ekonomi orang tua siswa untuk membiayai pendidikan anaknya, dan d) kurangnya dukungan dan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pendidikan dasar.
Pemerataan dan aksesbilitas pendidikan sangat terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik/kependidikan. Kondisi saat ini, terdapat kesenjangan yang cukup besar antara jumlah lulusan SD/Setingkat SD dan SMP/Setingkat SMP dengan kapasitas daya tampung sekolah di atasnya (SMP/MTs dan SMA/MA/SMK) sehingga mengakibatkan cukup banyak lulusan yang tidak dapat melanjutkan pendidikan. Permasalahan lainnya dari pemerataan yaitu belum meratanya persebaran sekolah dengan sebaran penduduk di suatu wilayah. Hal ini menyebabkan di satu pihak ada sekolah yang kekurangan murid, sebaliknya ada pula sekolah yang justru tidak mampu menampung murid. Selain hal tersebut di atas, masih banyak wilayah di Kabupaten Way Kanan yang terisolir (terpencil) dan tertinggal sehingga belum tersentuh sarana dan prasarana pendidikan.
Berdasarkan APK pada jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K) yang diperoleh 61,37%, hal ini menunjukkan masih banyaknya penduduk atau warga yang belum tertampung atau sekolah pada jenjang tersebut, untuk itu kedepan perlu penambahan unit sekolah baru (USB) khususnya pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada setiap kecamatan dengan konsentrasi pada bidang pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan yaitu pada kelompok Teknologi
dan Rekayasa serta Agribisnis dan Agroteknologi yang akan mendukung program Pemerintah Kabupaten Way Kanan yaitu“Way Kanan Bumi Petani”.
Untuk kebutuhan guru, berdasarkan rasio siswa/guru pada semua jenjang pendidikan, rata-rata jumlah guru yang ada cukup memenuhi kebutuhan di daerah.
Akan tetapi dalam kenyataannya di lapangan bagi daerah pedesaan, pedalaman dan terpencil kebutuhan guru belum terpenuhi. Hal ini disebabkan persebaran tenaga pendidik tidak merata antara daerah dengan kota. Tingginya tingkat disparitas jumlah guru antara kota dengan pedesaan dapat disebabkan proses pendistribusian tenaga pendidik yang tidak memenuhi formasi/kebutuhan dan proses mutasi yang kurang sesuai dengan kebutuhan.
B. Peningkatan Mutu, Relevansi Pendidikan
Isu ini muncul dipicu oleh rendahnya kualitas lulusan. Mutu lulusan yang dihasilkan tidak sesuai dengan rata-rata nilai UAN yang diperoleh, data menunjukkan banyak siswa yang nilai UAN nya di atas standar nilai kelulusan namun sangat minim penyerapannya dalam ujian masuk perguruan tinggi negeri serta dalam penyerapan tenaga kerja pasca sekolah karena siswa lulusan tidak memiliki kompetensi tertentu yang dibutuhkan dunia usaha/industri.
Sebagai upaya dalam meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan, perlu dilakukan kebijakan-kebijakan dalam merealisasikan upaya tersebut, antara lain 1. Fasilitas Pembelajaran Sekolah
Dalam rangka mendukung proses pembelajaran yang bermutu dan berdaya saing di sekolah, diperlukan berbagai alat dan fasilitas pembelajaran yang memadai.
Penggunaan buku teks pelajaran di sekolah masih sangat terbatas. Untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs rasio 1 siswa: 1 buku terpenuhi bagi 3 mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan Sain/IPA, sedangkan untuk SMA/SMK/MA rasio 1 siswa: 1 buku masih belum terpenuhi. Kondisi ini mempengaruhi kualitas proses pembelajaran. Berdasarkan data belum seluruhnya sekolah memiliki perpustakaan secara memadai. Secara fisik SD/MI yang
yang layak dan fasilitas serta buku penunjang yang memadai. Demikian halnya media/alat bantu pembelajaran di sekolah seperti Lab IPA, Lab Bahasa, Lab Komputer, peralatan praktek bagi SMK masih sangat terbatas. Kondisi ini sangat mempengaruhi kualitas pendidikan di sekolah.
2. Kualifikasi Pendidikan Guru dan Kompetensi Tenaga Pendidik
Antara kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik, adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. Di samping itu, keduanya merupakan hal yang menjadi bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan. Namun demikian, kondisi kedua hal tersebut, masih belum memadai, misalnya saja guru yang berkualifikasi S.1 sebagai standar sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen masih belum terpenuhi.
Untuk sertifikasi guru sampai dengan tahun 2010 baru sekitar 889 guru yang sudah mendapat sertifikasi dari sekitar ± 3365 guru PNS atau sekitar 24,42%.
Dalam meningkatkan kualifikasi tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah meningkatkan standar kualifikasi pendidikan guru minimal S1. Standar kualifikasi pendidikan S1 bagi guru pada semua jenjang pendidikan belum terpenuhi. Persentase guru yang memiliki pendidikan S1 masing- masing guru TK/RA 8.99%, guru SD/MI 10.42%, guru SMP/MTs 42.85% dan guru SMA/MA/SMK sebesar 64.14%. Dari data tersebut, pendidikan guru TK/MI dan SD/MI masih rendah bila dibandingkan dengan pendidikan SMP/MTS dan SMA/
SMK/MA. Untuk mencapai target 75% guru memiliki S1 pada tahun 2015, perlu ditingkatkan program penyetaraan dengan prioritas utama guru SD/MI.
Untuk kompetensi tenaga pendidik, berdasarkan hasil tes kompetensi yang dilaksanakan Ditjen Dikdasmen ternyata kompetensi akademik guru yang mencapai standar minimal (75%) baru mencapai 35%. Rendahnya kompetensi guru dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kualitas input yang rendah, kurangnya pembinaan profesionalisme guru dan terbatasnya alat bantu pembelajaran. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi guru merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi guru.
Seiring dengan perkembangan teknologi, maka proses pembelajaran secara perlahan dituntut untuk berubah dari metode konvensional menjadi metode modern melalui pemanfaatan sarana pembelajaran yang menggunakan teknologi.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, metode pembelajaran dengan menggunakan TI atau e-learning akan lebih efektif dan efesien dalam pelaksanaan proses pemebelajaran dan
memudahkan siswa dalam menyerap pelajaran. Perubahan metode mengajar tersebut tentunya membutuhkan konsekuensi, diantaranya penyediaan sarana TI dan kesiapan dan kemampuan tenaga pendidik dalam menyelenggarakan e- learning.
4. Pembinaan Akhlak dan Budi Pekerti Peserta Didik
Untuk membangun moralitas masyarakat atau Sumber Daya Manusia yang religius, dapat diupayakan melalui jenjang pendidikan yang ditempuh, yaitu melalui pembinaan akhlak dan budi pekerti peserta didik dengan program Anak/Siswa Bebas Buta Baca Alqur’an melalui peningkatan peran pondok pesantren dan guru ngaji, dengan kegiatan yang perlu diupayakan yaitu:
a. Pesantren kilat pada setiap bulan ramadhan pada setiap jenjang pendidikan b. Pembelajaran baca tulis Alqur’an pada semua jenjang pendidikan
c. Menghafal surah-surah pendek setiap awal mata pelajaran pada semua jenjang pendidikan
d. Peringatan hari besar keagamaan (Maulid Nabi dan Isra Mi’Raj) di setiap sekolah
e. Revitalisasi Pondok Pesantren pada setiap kecamatan f. Pemberian insentif pembina agama / guru ngaji
C. Peningkatan Tata Kelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik Pendidikan
Current issue ini muncul sehubungan masih rendahnya mutu lulusan yang salah satu penyebabnya adalah karena lemahnya manajemen atau tata kelola pendidikan. Aspek manajemen akan sangat menentukan terhadap kualitas perencanaan, pengendalian,
yang belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan mutu lulusan pendidikan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan, sekolah sebagai satuan pendidikan memegang peranan penting sebagai pihak pemberi pelayanan pendidikan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai penerima layanan. Oleh karena itu, dibutuhkan tata kelola manajemen yang efektif dan efesien, sehingga dapat memenuhi standar operasional pelayanan yang baik. Tata kelola manajemen sekolah yang tidak baik, akan berdampak pada buruknya kinerja sekolah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sehingga pencitraan publik akan melemah terhadap sekolah tersebut. Sebaliknya, dengan tata kelola manajemen yang baik, akan memberi pencitraan publik yang bagus, karena sekolah dapat menyelenggaran pendidikan dengan sistem manajemen yang memenuhi asas tertib administrasi, transparan, akuntabel dan demokratis.
Partisipasi masyarakat sangat berperan sebagai upaya peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik terutama dalam penyelenggaraan pendidikan gratis untuk jenjang Pendidikan Dasar 9 Tahun melalui program dana BOS dan program pendidikan gratis untuk wajib belajar 12 Tahun oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan, pada satu sisi dapat menjadi peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang berkualitas dan terjangkau. Namun di sisi lain, hal ini dapat menjadi bagian yang bersifat negatif terhadap peran serta masyarakat dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang penyelenggaraan pendidikan gratis, akan mengakibatkan berkurangnya partisipasi masyarakat, karena masyarakat menganggap dengan adanya program pendidikan gratis, maka tidak ada lagi tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.