Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
3.1. RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN)
Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang telah ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) sebagai
pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
provinsi, serta keserasian antarsektor,
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut :
a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria :
i. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan
ekspor-impor ataupintu gerbang menuju kawasan internasional,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Kriteria:
i. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan
ekspor impor yang mendukung PKN,
ii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau
iii. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
Tabel 3.1 Penetapan Lokasi Pusat kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26
Tahun 2008 tentang RTRWN
NO PROVINSI PKN PKW
(1) (2) (3) (4)
1 Sumatera Utara Kawasan Perkotaan
Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro)
Tebing Tinggi,
Sidikalang, Pematang
Siantar, Balige, Rantau, Parapat, Kisaran, Gunug Balige,
Padangsidimpuan, Sibolga
c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)
Kriteria:
i. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara
tetangga,
ii. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga,
iii. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan :
i. Pertahanan dan Keamanan ,
a. diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara
berdasarkan geostrategi nasional,
b. diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi
dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau
c. merupakan wilayah kedaulatan negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang
berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas.
Tabel 3.2 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
NO
KABUPATEN *) PROVINSI
STATUS
ii. Pertumbuhan ekonomi,
a. memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
b. memiliki sektor unggulan yang dapat, menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
c. memiliki potensi ekspor,
e. memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
f. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan nasional,
g. berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
h. ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal
iii. Sosial dan budaya
a. merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
b. merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri bangsa,
c. merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan,
d. merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
e. memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
f. memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
iv. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
a. diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
b. pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
c. memiliki sumber daya alam strategis nasional
d. berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
e. berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
f. berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
v. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
a. merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
b. merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
c. ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah
atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
d. memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara,
e. memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
f. menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
g. rawan bencana alam nasional
h. sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan :
1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik indonesia;
5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat;
7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah;
8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan
9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.
3.1.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang dan pola ruang. Arahan kebijakan dan strategi penataan ruang
wilayah nasional yang telah ditetapkan dalam RTRW Nasional adalah seperti pada rincian dalam
tabel berikut.
Tabel 3.3.Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Dalam RTRWN
A. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan A.1.
Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki.
Strategi Kebijakan
1. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya.
2. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
belum terlayani oleh pusat pertumbuhan.
3. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.
4. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
Kebijakan A.2.
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.
Strategi Kebijakan
1. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan
keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara.
2. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama
di kawasan terisolasi.
3. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi
terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik.
4. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
5. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dan gas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyak dan gas bumi nasional yang optimal.
Tabel 3.4. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Dalam RTRWN
B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
Kebijakan B.1.
Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Strategi
Kebijakan
1. Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi.
2. Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
3. Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budi daya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.
Kebijakan B.2.
Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Strategi Kebijakan
1. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup.
2. Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
3. Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya. 4. Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
5. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.
6. Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
7. Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.
C. Kebijakan Pengembangan Kawasan Budi Daya
Kebijakan C.1.
Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya. Strategi
Kebijakan
1. Menetapkan kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis
2. Mengembangkan kegiatan budi daya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya
3. Mengembangkan kegiatan budi daya untuk menunjang aspek
politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Mengembangkan dan melestarikan kawasan budi daya
pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
5. Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus
pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi.
6. Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan
yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia, dan/atau landas kontinen untuk meningkatkan perekonomian nasional.
Kebijakan C.2.
Pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Strategi Kebijakan
1. Membatasi perkembangan kegiatan budi daya terbangun di
kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.
2. Mengembangkan perkotaan metropolitan dan kota besar
dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan kompak.
3. Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit
30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan.
4. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan
perkotaan besar dan metropolitan untu mempertahankan tingkat pelayanan prasarana dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan di sekitarnya.
5. Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat
mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.
D. Kebijakan dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional.
Kebijakan D.1.
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional.
Strategi Kebijakan
1. Menetapkan kawasan strategis nasional berfungsi lindung.
2. Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional
yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan.
3. Membatasi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan strategis
nasional yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan
4. Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan
di sekitar kawasan strategis nasional yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya.
5. Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar
budi daya terbangun
6. Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat
dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional.
Kebijakan D.2.
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Strategi
Kebijakan
1. Menetapkan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan.
2. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan.
3. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budi daya terbangun.
Kebijakan D.3.
Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber
daya alam dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah.
2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif.
3. Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan
4. Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan
5. Mengintensifkan promosi peluang investasi.
6. Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang
Kegiatan ekonomi. Kebijakan
D.4.
Pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan kegiatan penunjang dan/atau kegiatan
turunan dari pemanfaatan sumber daya dan/atau teknologi tinggi.
2. Meningkatkan keterkaitan kegiatan pemanfaatan sumber daya
dan/atau teknologi tinggi dengan kegiatan penunjang dan/atau turunannya.
3. Mencegah dampak negatif pemanfaatan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi terhadap fungsi lingkungan hidup, dan keselamatan masyarakat.
Kebijakan D.5.
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa. Strategi
Kebijakan
1. Meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang
mencerminkan jati diri bangsa yang berbudi luhur.
2. Mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam
kehidupan masyarakat.
3. Melestarikan situs warisan budaya bangsa.
Kebijakan D.6.
Pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar.
Strategi Kebijakan
1. Melestarikan keaslian fisik serta mempertahankan
keseimbangan ekosistemnya.
3. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Melestarikan keberlanjutan lingkungan hidup.
Kebijakan D.7.
Pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.
Strategi Kebijakan
1. Memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan
berkelanjutan.
2. Membuka akses dan meningkatkan aksesibilitas antara
kawasan tertinggal dan pusat pertumbuhan wilayah
3. Mengembangkan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi masyarakat.
4. Meningkatkan akses masyarakat ke sumber pembiayaan.
5. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia
dalam pengelolaan kegiatan ekonomi. Sumber : RTRWN, PP No. 26 Tahun 2008 (diolah)
Kebijakan dan strategi penataan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab II tentang Tujuan,
Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional pada PP No. 26 Tahun 2008.
3.1.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional
Rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada
akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.
Arahan Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tetntang RTRWN adalah meliputi:
1. Sistem Perkotaan Nasional.
Sistem Perkotaan Nasional terdiri atas Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
Selain PKN, PKW dan PKL dikembangkan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) berupa
kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara.
2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional, yang terdiri atas:
a. sistem jaringan transportasi darat;
b. sistem jaringan transportasi laut; dan
c. sistem jaringan transportasi udara.
3. Sistem Jaringan Energi Nasional, yang terdiri atas:
a. jaringan pipa minyak dan gas bumi;
b. pembangkit tenaga listrik; dan
c. jaringan transmisi tenaga listrik.
a. jaringan terestrial; dan
b. jaringan satelit.
5. Sistem Jaringan Sumber Daya Air.
Sistem Jaringan Sumber Daya Air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah
sungai dan cekungan air tanah.
3.1.3. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional
Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional terdiri dari kawasan lindung nasional dan kawasan budi daya
yang memiliki nilai strategis nasional.
A. Kawasan Lindung Nasional.
Kawasan lindung nasional terdiri dari:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
2. Kawasan perlindungan setempat;
3. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
4. Kawasan rawan bencana alam;
5. Kawasan lindung geologi; dan
6. Kawasan lindung lainnya.
B. Kawasan Budi Daya.
Kawasan Budi Daya,terdiri dari:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi;
2. Kawasan peruntukan hutan rakyat;
3. Kawasan peruntukan pertanian;
4. Kawasan peruntukan perikanan;
5. Kawasan peruntukan pertambangan;
6. Kawasan peruntukan industri;
7. Kawasan peruntukan pariwisata;
8. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau
9. Kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai Kawasan Andalan.
Kriteria Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional (Kawasan Andalan).
3.1.4. Penetapan Kawasan Strategis Nasional
Kawasan Strategis Nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena
a. Pertahanan dan keamanan;
b. Pertumbuhan ekonomi;
c. Sosial dan budaya;
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.1.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola
ruang dan dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
perkiraan pendanaannya.
Arahan pemanfaatan ruang wilayah nasional terdiri atas 4 (empat) tahapan sebagai indikasi
program utama lima tahunan,yaitu; tahap pertama (periode tahun 2010-2014), tahap kedua
(periode tahun 2015-2019), tahap ketiga (periode tahun 2020-2024) dan tahap keempat (periode
tahun 2025-2027).
Pendanaan program pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta, dan/atau kerja sama
pendanaan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.1.6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, yang terdiri atas:
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional;
2. Arahan perizinan;
3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
4. Arahan sanksi.
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk
struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas:
a. Sistem perkotaan nasional;
b. Sistem jaringan transportasi nasional;
c. Sistem jaringan energi nasional;
e. Sistem jaringan sumber daya air;
f. Kawasan lindung nasional; dan
g. Kawasan budi daya.
3.2. RENCANA TATA RUANG PULAU SUMATERA
RTR Pulau Sumatera merupakan rencana rinci dan operasionalisasi dari Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (RTRWN) serta alat koordinasi dan sinkronisasi program pembangunan wilayah
Pulau Sumatera. RTR Pulau Sumatera ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2012
tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera.
RTR Pulau Sumatera yang berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan di Pulau Sumatera;
b. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi dan kabupaten/kota, serta keserasian antar sektor di Pulau Sumatera;
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera;
d. Penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Pulau Sumatera; dan
e. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota di Pulau Sumatera.
Hal-hal yang diatur pada RTR Pulau Sumatra meliputi:
a. Peran dan fungsi Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera;
b. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Pulau Sumatera;
c. Rencana struktur ruang dan pola ruang Pulau Sumatera;
d. Strategi operasionalisasi perwujudan struktur ruang dan pola ruang Pulau Sumatera;
e. Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera;
f. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera;
g. Koordinasi dan pengawasan; dan
h. Peran masyarakat dalam penyelenggaraan penataan ruang Pulau Sumatera.
3.2.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera
Kebijakan dan strategi yang diatur dalam rencana Tata Ruang Pulau Sumatera merupakan arahan
pengembangan dan pengendalian untuk mewujudkan 11 (sebelas) tujuan penataan ruang di Pulau
Sumatera.
Arahan Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Pulau Sumatera sesuai PerPres No. 13
Tabel 3.5. Kebijakan dan Strategi RTR Pulau Sumatera
Tujuan 1: Mewujudkan pusat pengembangan ekonomi perkebunan, perikanan, serta pertambangan yang berkelanjutan.
Kebijakan 1 Pengembangan sentra perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau serta
pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perkebunan.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan kawasan agrobisnis perkebunan kelapa sawit,
karet, kopi, dan tembakau dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
2. Mengembangkan industri pengolahan dan industri jasa hasil
perkebunan kelapa sawit, karet, kopi, dan tembakau yang ramah lingkungan; dan
3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
penelitian dan pengembangan perkebunan.
Kebijakan 2 Pengembangan sentra perikanan serta pengembangan kawasan perkotaan nasional
sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan. Strategi
Kebijakan
1. Mengembangkan kawasan peruntukan perikanan tangkap dan
perikanan budi daya dengan memperhatikan potensi lestarinya;
2. Mengembangkan pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil
perikanan yang ramah lingkungan; dan
3. Mengembangkan keterkaitan antara kawasan minapolitan dan PKN,
PKW, serta PKSN.
Kebijakan 3 Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan mineral, batubara, minyak dan
gas bumi, panas bumi serta pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan pertambangan.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan kawasan peruntukan pertambangan mineral,
batubara, minyak dan gas bumi serta panas bumi dengan memelihara kelestarian sumber daya alam dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan; dan
2. Mengembangkan pusat industri pengolahan hasil pertambangan
mineral, batubara, serta minyak dan gas bumi yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu.
Tujuan 2 : Mewujudkan swasembada pangan dan lumbung pangan nasional.
Kebijakan 2.1 Pengembangan sentra pertanian tanaman pangan yang didukung dengan industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan di kawasan
andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan;
2. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil pertanian tanaman pangan; dan
3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan. Kebijakan 2.2 Pelestarian dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian pangan sawah
beririgasi, rawa pasang surut dan lebak, serta sawah non irigasi, termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Strategi Kebijakan
1. Mempertahankan luasan kawasan peruntukan pertanian pangan
termasuk yang merupakan lahan pertanian pangan berkelanjutan;
2. Mengembangkan kawasan peruntukan pertanian pangan sesuai
kesesuaian lahan serta kelayakan rawa dan lahan kering/tadah hujan;
3. Mengendalikan alih fungsi lahan kawasan pertanian pangan sawah
beririgasi menjadi non sawah; dan
4. Mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan nasional
untuk mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Kebijakan 2.3 Pengembangan jaringan dan pemertahanan prasarana sumber daya air untuk
meningkatkan luasan lahan pertanian tanaman pangan. Strategi
Kebijakan
Memelihara dan mengembangkan bendungan beserta waduknya dan jaringan irigasi.
Tujuan 3 : Mewujudkan kemandirian energi dan lumbung energi nasional untuk ketenagalistrikan. Kebijakan 3.1 Pengembangan energi baru dan terbarukan
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi baru berupa
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU); dan
2. Mengembangkan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan
berupa pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga matahari (PLTS), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB), dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP).
Kebijakan 3.2 Pengembangan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik Strategi
Kebijakan
1. Mengembangkan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik
seluruh Pulau Sumatera; dan
2. Mengembangkan interkoneksi jaringan transmisi tenaga listrik
antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Tujuan 4 : Mewujudkan pusat industri yang berdaya saing.
Kebijakan 4.1 Peningkatan fungsi dan pengembangan kawasan peruntukan industri yang berdaya saing di kawasan perkotaan nasional.
Strategi Kebijakan
1. Merehabilitasi, meningkatkan fungsi, dan mengembangkan
kawasan peruntukan industri yang didukung prasarana dan sarana;
2. Merehabilitasi dan mengembangkan kawasan peruntukan industri
yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan; dan
3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional untuk kegiatan
industri kreatif.
Kebijakan 4.2 Pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri. Strategi
Kebijakan
1. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
industri yang didukung prasarana dan sarana; dan
2. Mengembangkan keterkaitan antarpusat kegiatan industri dengan
kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan dan/atau bandar udara.
Tujuan 5 : Mewujudkan pusat pariwisata berdaya saing internasional berbasis ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition/MICE). Kebijakan 5.1 Rehabilitasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, bahari,
cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta
penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.
Kebijakan pariwisata ekowisata, bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; dan
2. Merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata ekowisata, bahari,
cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang terdegradasi.
Kebijakan 5.2 Pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata bahari, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan
perkotaan nasional;
2. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan
kawasan-kawasan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran; dan
3. Meningkatkan keterkaitan antarPKN dan antarPKW di Pulau
Sumatera sebagai pusat pariwisata dalam kesatuan tujuan wisata. Tujuan 6 : Mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung bervegetasi hutan tetap paling
sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya.
Kebijakan 6.1 Pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi.
Strategi Kebijakan
1. Mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
2. Menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen)
dari luas daerah aliran sungai (das); dan
3. Memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam
rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau.
Kebijakan 6.2 Pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu kawasan berfungsi lindung.
Strategi Kebijakan
1. Menata kembali permukiman masyarakat adat yang berada di
kawasan berfungsi lindung;
2. Mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang di bagian hulu
Wilayah Sungai (WS), kawasan imbuhan air tanah dan pelepasan air tanah pada daerah Cekungan Air Tanah (CAT), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan konservasi; dan
3. Mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan dengan
kelerengan terjal;
Kebijakan 6.3 Pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan. Strategi
Kebijakan
1. Merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami
deforestasi dan degradasi;
2. Mengembangkan sentra kehutanan pada kawasan andalan dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan
3. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
industri pengolahan dan industri jasa hasil hutan yang bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan.
Tujuan 7 : Mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah.
Strategi Kebijakan
1. Melestarikan kawasan konservasi keanekaragaman hayati hutan
tropis basah; dan
2. Mengembangkan pusat penelitian keanekaragaman hayati hutan
tropis basah.
Kebijakan 7.2 Pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi. Strategi
Kebijakan
1. Menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan
pelestarian alam;
2. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada
koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi;
3. Membatasi pengembangan kawasan permukiman pada koridor
ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi; dan
4. Mengembangkan prasarana yang ramah lingkungan pada koridor
ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.
Tujuan 8 : Mewujudkan kawasan perkotaan nasional yang kompak dan berbasis mitigasi dan adaptasi bencana.
Kebijakan 8.1 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional yang menjalar (urban sprawl).
Strategi Kebijakan
1. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang
menjalar melalui optimalisasi pemanfaatan ruang secara kompak, hemat energi dan sumberdaya, serta memanfaatkan teknologi lingkungan; dan
2. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang
berdekatan dengan kawasan lindung.
Kebijakan 8.2 Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan nasional di kawasan rawan bencana.
Strategi Kebijakan
1. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di
wilayah pesisir barat dan pesisir selatan Pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya yang rawan bencana tsunami dan gempa bumi;
2. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di
wilayah tengah Pulau Sumatera yang rawan tanah longsor, gempa bumi, dan rawan letusan gunung berapi;
3. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional yang
rawan banjir terutama di wilayah timur Pulau Sumatera;
4. Mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan nasional di
wilayah pesisir Pulau Sumatera yang rawan gelombang pasang;
5. Menetapkan zona-zona rawan bencana alam beserta ketentuan
mengenai standar bangunan gedung yang sesuai dengan karateristik, jenis, dan ancaman bencana di kawasan perkotaan nasional;
6. Mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi
sebagai lokasi dan jalur evakuasi bencana; dan
7. Membangun sarana pemantauan bencana.
Tujuan 9 : Mewujudkan pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera
Kebijakan 9.1 Pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber daya alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pertumbuhan perkebunan, agropolitan, pariwisata, minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; dan
2. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
perdagangan dan jasa yang berskala internasional.
Tujuan 10 : Mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah.
Kebijakan 10.1
Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah. Strategi
Kebijakan
1. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana
transportasi darat, laut, dan/atau udara yang menghubungkan antarkawasan perkotaan, dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera;
2. Meningkatkan fungsi dan/atau mengembangkan jaringan
transportasi dengan memperhatikan kawasan berfungsi lindung; dan
3. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan sarana
transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi, bandar udara, dan pelabuhan.
Kebijakan 10.2
Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil. Strategi
Kebijakan
1. Mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan
kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan
2. Mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan
perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.
Tujuan 11 : Mewujudkan kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara yang berbatasan dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup.
Kebijakan 11.1
Percepatan pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup. Strategi
Kebijakan
1. Mempercepat pengembangan PKSN sebagai pusat pengembangan
ekonomi, pintu gerbang internasional, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara dengan Negara India, Negara Thailand, Negara Malaysia, Negara Singapura, dan Negara Vietnam;
2. Mempercepat pengembangan kawasan sentra produksi di kawasan
perbatasan negara berbasis sumber daya alam yang produktif dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; dan
3. Mempercepat pengembangan kawasan pertahanan dan keamanan
negara sebagai perwujudan kedaulatan negara. Kebijakan
11.2
Pemertahanan eksistensi 34 (tiga puluh empat) pulau kecil terluar yang meliputi... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1).
Strategi Kebijakan
1. Membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan
2. Mengembangkan prasarana dan sarana transportasi
penyeberangan yang dapat meningkatkan akses ke pulau-pulau kecil terluar di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1).;
3. Membangun bandar udara untuk melayani angkutan udara perintis
di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1);
4. Menyediakan dan meningkatkan prasarana dan sarana untuk
pemenuhan kebutuhan air baku di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1);
5. Mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mencukupi kebutuhan di ... (seperti dijelaskan pada pasal 16 ayat 1); dan
6. Mengembangkan jaringan telekomunikasi di ... (seperti dijelaskan
pada pasal 16 ayat 1).
Sumber : RTRW Pulau Sumatera Utara, PerPres No. 13 Tahun 2012 (diolah)
3.2.2. Rencana Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang Pulau Sumatera.
Rencana Struktur Ruang RTR Pulau Sumatera digambarkan dalam skala peta 1:500.000 yang
tercantum dalam Lampiran I pada PerPres No. 13 Tahun 2012. Rencana Pola Ruang digambarkan
dalam peta dengan skala 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II pada PerPres No. 13
Tahun 2012.
3.2.3. Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang Pulau Sumatera.
Arahan kebijakan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang Pulau Sumatera sabagai
perangkat operasional RTRWN di Pulau Sumatera adalah berupa Strategi Operasionalisasi
Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang.
Strategi Operasionalisasi perwujudan Struktur Ruang terdiri atas:
A. Sistem Perkotaan Nasional.
Strategi operasionalisasi perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera secara
lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran III PerPres No. 13 Tahun 2012
B. Sistem Jaringan Transportasi Nasional.
Strategi operasionalisasi sistem jaringan transportasi nasional di Pulau Sumatera secara lengkap
dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran IV, Lampiran V, Lampiran VI, Lampiran VII, Lampiran VIII
PerPres No. 13 Tahun 2012.
C. Sistem Jaringan Energi Nasional.
Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan energi nasional di Pulau Sumatera secara
lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran IX PerPres No. 13 Tahun 2012
Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan telekomunikasi nasional di Pulau Sumatera
secara lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran X PerPres No. 13 Tahun 2012.
E. Sistem Jaringan Sumber Daya Air.
Strategi operasionalisasi perwujudan sistem jaringan sumber daya air di Pulau Sumatera secara
lengkap dijelaskan pada Bab IV dan Lampiran XI PerPres No. 13 Tahun 2012.
Strategi Operasionalisasi perwujudan Pola Ruang terdiri atas:
A. Kawasan Lindung Nasional, yang terdiri atas strategi operasionalisasi perwujudan:
1. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
2. Kawasan perlindungan setempat;
3. Kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan cagar budaya;
4. Kawasan rawan bencana alam;
5. Kawasan lindung geologi; dan
6. Kawasan lindung lainnya.
B. Kawasan Budi Daya Yang Memiliki Nilai Strategis Nasional, yang terdiri atas strategi
operasionalisasi perwujudan:
1. Kawasan peruntukan hutan;
2. Kawasan peruntukan pertanian;
3. Kawasan peruntukan perikanan;
4. Kawasan peruntukan pertambangan;
5. Kawasan peruntukan industri;
6. Kawasan peruntukan pariwisata; dan
7. Kawasan peruntukan permukiman.
Kawasan Budi Daya Yang Memiliki Nilai Strategis Nasional yang mampu memacu pertumbuhan
ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya, serta mendorong pemerataan perkembangan
wilayah ditetapkan sebagai Kawasan Andalan, yang terdiri atas kawasan andalan dengan sektor
unggulan kehutanan, pertanian, perikanan, perkebunan, pertambangan, industri, dan pariwisata.
Strategi operasionalisasi perwujudan Kawasan Andalan di Pulau Sumatera secara lengkap
3.2.4. Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera
Arahan pemanfaatan ruang Pulau Sumatera merupakan acuan untuk mewujudkan struktur ruang
dan pola ruang Pulau Sumatera sebagai perangkat operasional RTRWN di Pulau Sumatera, yang
terdiri atas:
a. Indikasi Program Utama.
Merupakan indikasi program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang.
b. Sumber Pendanaan.
Sumber pendanaan berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dan/atau sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Instansi Pelaksana.
Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, dan masyarakat.
d. Waktu Pelaksanaan.
Terdiri atas 4 (empat) tahapan pelaksana kegiatan dalam menetapkan prioritas pembangunan
di Pulau Sumatera,yang meliputi tahap pertama (periode tahun 2011-2014), tahap kedua
(periode tahun 2015-2019), tahap ketiga (periode tahun 2020-2024) dan tahap keempat
(periode tahun 2025-2027).
Indikasi program utama, sumber pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan secara rinci
tercantum dalam Lampiran XV pada PerPres No. 13 Tahun 2012. Prioritas pengembangan indikasi
program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang untuk setiap tahapan pelaksanaanya
secara rinci dijelaskan di Bab V pada PerPres No. 13 Tahun 2012.
3.2.5. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera digunakan sebagai acuan dalam
pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sumatera, yang terdiri atas:
1. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional.
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional digunakan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah provinsi dalam menyusun arahan peraturan zonasi dan bagi pemerintah
daerah kabupaten/kota dalam menyusun ketentuan umum peraturan zonasi dan peraturan
zonasi.
Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional terdiri atas:
b. indikasi arahan peraturan zonasi untuk pola ruang.
2. Arahan perizinan.
Arahan perizinan merupakan acuan dalam pemberian izin pemanfaatan ruang. Setiap
pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang dari Pemerintah, pemerintah
daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai peraturan daerah tentang
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota beserta rencana rinci dan peraturan zonasinya
yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden ini.
3. Arahan pemberian insentif dan disinsentif.
Arahan pemberian insentif dan disinsentif merupakan acuan bagi Pemerintah dan pemerintah
daerah sebagai upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan Rencana
Tata Ruang Pulau Sumatera.
4. Arahan sanksi.
Arahan sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
3.3. RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
Rencana Tata Ruang Provinsi adalah perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi di wilayah yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dengan tujuan untuk mewujudkan wilayah yang
sejahtera, merata, berdaya saing dan berwawasan lingkungan.
Sampai dengan saat ini Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara masih
berupa Rancangan peraturan daerah atau Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara. RTRWP
Sumatera Utara bersifat umum disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif provinsi
Sumatera Utara (yang meliputi 33 kabupaten/kota) dengan muatan substansi mencakup Rencana
Struktur Ruang dan Rencana Pola Ruang.
3.3.1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Sumatera Utara
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Provinsi Sumatera Utara sesuai Ranperda RTRW Provinsi
Tabel 3.6. Kebijakan dan Strategi RTRW Provinsi Sumatera Utara
Kebijakan 1: Mengurangi kesenjangan pengembangan wilayah timur dan barat.
Strategi Kebijakan 1. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah barat sesuai
dengan potensi dan daya dukung; dan
2. Membangun dan meningkatkan jaringan jalan lintas timur dan barat.
Kebijakan 2 : Mengembangkan sektor ekonomi unggulan melalui peningkatan daya saing dan diversifikasi produk.
Strategi Kebijakan 1. Mendorong kegiatan pengolahan komoditi unggulan di pusat produksi
komoditi unggulan;
2. Meningkatkan prasarana perhubungan dari pusat produksi komoditi
unggulan menuju pusat pemasaran;
3. Menyediakan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin
kestabilan produksi komoditi unggulan;
4. Mengembangkan pusat-pusat agropolitan dan agromarinepolitan untuk
meningkatkan daya saing;
5. Meningkatkan kapasitas pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber
energi yang tersedia dan terbaharukan serta memperluas jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik guna mendukung produksi komoditas unggulan; dan
6. Mengembangkan kawasan yang berpotensi memacu pertumbuhan
ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.
Kebijakan 3 : Mewujudkan ketahanan pangan melalui intensifikasi lahan yang ada dan ekstensifikasi kegiatan pertanian pada lahan non-produktif.
Strategi Kebijakan 1. Mempertahankan luasan lahan pertanian;
2. Meningkatkan produktivitas pertanian;
3. Melindungi lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
4. Mencetak kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan baru untuk
memenuhi swasembada pangan.
Kebijakan 4 : Menjaga kelestarian lingkungan dan mengembalikan keseimbangan ekosistem.
Strategi Kebijakan 1. Mempertahankan luasan kawasan lindung
2. Meningkatkan kualitas kawasan lindung; dan
3. Mengembalikan ekosistem kawasan lindung.
Kebijakan 5 : Mengoptimalkan pemanfaatan ruang budidaya sebagai antisipasi perkembangan wilayah.
Strategi Kebijakan 1. Mengendalikan perkembangan fisik permukiman; dan
2. Mendorong intensifikasi pemanfaatan ruang di kawasan permukiman
perdesaan dan perkotaan
Kebijakan 6 : Meningkatkan aksebilitas dan meratakan pelayanan sosial ekonomi ke seluruh wilayah provinsi.
Strategi Kebijakan 1. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh
bagian wilayah; dan
2. Menyediakan dan memeratakan fasilitas pelayanan sosial ekonomi.
Sumber : Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara (diolah)
3.3.2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
1. Sistem perkotaan;
2. Sistem jaringan transportasi;
3. Sistem jaringan energi;
4. Sistem jaringan telekomunikasi;
5. Sistem jaringan sumber daya air; dan
6. Sistem jaringan prasarana lingkungan.
Rencana struktur ruang dan rencana pengembangan struktur ruang wilayah provinsi secara lengkap
dijelaskan pada Bab IV tentang Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi dan digambarkan dalam
peta dengan skala 1 : 250.000 yang tercantum pada Lampiran I Ranperda RTRW Provinsi Sumatera
Utara.
3.3.3. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
Rencana pola ruang wilayah provinsi meliputi:
1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari:
a. Kawasan hutan lindung;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. Kawasan rawan bencana;
f. Kawasan lindung geologi ; dan
g. Kawasan lindung lainnya.
Penetapan kawasan lindung dilakukan dengan mengacu pada pola ruang kawasan lindung
yang telah ditetapkan secara nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV Ranperda
RTRW Provinsi Sumatera Utara.
2. Kawasan Budi Daya, yang terdiri dari:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi;
b. Kawasan hutan tanaman rakyat;
c. Kawasan peruntukan pertanian;
d. Kawasan peruntukan perkebunan;
e. Kawasan peruntukan peternakan;
f. Kawasan peruntukan perikanan dan kelautan;
g. Kawasan peruntukan pertambangan;
h. Kawasan peruntukan industri;
j. Kawasan peruntukan permukiman; dan
k. Kawasan peruntukan lainnya.
Penetapan kawasan budidaya dilakukan dengan mengacu pada pola ruang kawasan budi daya
yang memiliki nilai strategis nasional, serta memperhatikan pola ruang kawasan budidaya Provinsi
dan Kabupaten/Kota.
Rencana Pola Ruang dan Rencana Pengembangan Pola Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara
digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam
Lampiran XV, Lampiran XVI, Lampiran XVII, Lampiran XVIII, Lampiran XIX, Lampiran XX, Lampiran
XXI, Lampiran XXII, Lampiran XXIII, Lampiran XXIV, Lampiran XXV, Lampiran XXVI dan Lampiran
XXVII Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.
3.3.4. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi
Kawasan strategis di Provinsi Sumatera Utara meliputi penetapan Kawasan Strategis Nasional dan
penetapan Kawasan Strategis Provinsi.
1. Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Sumatera Utara, meliputi:
a. Dari sudut kepentingan pertahanan keamanan, yaitu Pulau Berhala Kabupaten Serdang
Bedagai di Kawasan Perbatasan laut Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Dari sudut kepentingan ekonomi, yaitu Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo (Mebidangro);
c. Dari sudut kepentingan lingkungan, yaitu Kawasan Danau Toba dan sekitarnya.
2. Kawasan strategis provinsi merupakan bagian wilayah provinsi yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi, baik di
bidang ekonomi, sosial budaya, dan/atau lingkungan.
Kawasan strategis provinsi berfungsi untuk
Mewadahi penataan ruang kawasan yang tidak bisa terakomodasi dalam rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang;
Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam wilayah provinsi yang dinilai mempunyai pengaruh
sangat penting terhadap wilayah provinsi; dan
Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi.
Kawasan strategis provinsi ditetapkan berdasarkan kepentingan:
a. pertumbuhan ekonomi;
c. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
3.3.5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah
Pemanfaatan ruang wilayah berpedoman pada rencana struktur ruang dan pola ruang.
Pemanfaatan ruang wilayah dilaksanakan melalui penyusunan dan pelaksanaan program
pemanfaatan ruang berdasarkan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan seperti
terlampir pada Lampiran XXVII Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara. Pendanaan program
pemanfaatan ruang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, investasi swasta atau sumber lain yang tidak mengikat, dan/atau
kerja sama pendanaan. Pemanfaatan ruang secara lengkap dijelaskan pada Bab VII tentang Arahan
Pemanfaatan Ruang Wilayah pada Ranperda RTRW Provinsi Sumatera Utara.
3.3.6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi merupakan acuan dalam pelaksanaan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:
a. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem provinsi;
b. Arahan perizinan;
c. Arahan insentif dan disinsentif; dan
d. Arahan sanksi.
3.4. RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEBIDANGRO
Sesuai dengan arahan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional, Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk
wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional
dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:
a. Pertahanan dan keamanan,
b. Pertumbuhan ekonomi,
c. Sosial dan budaya,
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan
Menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN tersebut diatas,
melalui Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2011, telah ditetapkan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Kawasan Perkotaan Mebidangro).
3.4.1. Peran dan Fungsi Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro berperan sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perkotaan
Mebidangro.
RTR Kawasan Perkotaan Mebidangro berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. Penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan Perkotaan
Mebidangro;
c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah
Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
e. Penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kawasan Perkotaan Mebidangro;
f. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan
g. Perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perkotaan Mebidangro
dengan kawasan sekitarnya.
3.4.2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Tujuan dari pengembangan KSN Kawasan Perkotaan Medan Binjai Deli Serdang dan Karo
(Mebidangro) adalah :
1. Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing secara
internasional, dan berkelanjutan sebagai Pusat Kegiatan Nasional di bagian utara Pulau
Sumatera;
2. Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan tata air DAS;
3. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan; dan
4. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan
Perkotaan Mebidangro.
Kebijakan dan strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro terdiri dari 7 (tujuh)
kebijakan dan 48 (empat puluh delapan) langkah strategi untuk mewujudkan 4 (empat) tujuan
Tabel 3.7. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang KSN Mebidangro
Tujuan 1: Kawasan Perkotaan Mebidangro yang aman, nyaman, produktif, berdaya, saing secara internasional, dan berkelanjutan sebagai pusat kegiatan nasional di bagian utara Pulau Sumatera;
Kebijakan 1.1 Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai
pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas
eksternal yang memadai dan mudah terjangkau dari kawasan permukiman.
2. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara terpadu
pada pusatpusat kegiatan, simpul-simpul transportasi, serta koridor-koridor jalan arteri.
3. Mengembangkan kawasan industri yang tersebar di sepanjang
jaringan jalanLintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta fungsi ekosistem.
4. Mengembangkan sebagian Kawasan Perkotaan Mebidangro yang
menyelenggarakan fungsi perekonomian bersifat khusus yang terdiri atas satu atau beberapa zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, energi, dan/atau ekonomi lainnya.
5. Mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah timur dan
barat, danmengendalikan pengembangan di kawasan pesisir dan perbukitan di bagian selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Kebijakan 1.2 Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro sebagai
pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama pengembangan wilayah Sumatera bagian utara.
Strategi Kebijakan
1. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang di
Kawasan PerkotaanMebidangro.
2. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas
eksternal yang memadai dan didukung oleh jaringan prasarana yang terpadu.
3. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas
internal yang memadai dari permukiman.
4. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor informal secara terpadu
dengan pusat-pusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan lingkungan.
5. Meningkatkan keterkaitan antarpusat kegiatan perkotaan
Mebidangro dengan kawasan perkotaan dan perdesaan di sekitarnya.
6. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan perdesaan yang memiliki
aksesibilitas internal.
Kebijakan 1.3 Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
regional. Strategi Kebijakan
1. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
transportasi perkotaan yang seimbang dan terpadu antara jaringan jalan, jalur pedestrian, jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda jalan, jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasi udara yang tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat unik atau bernilai konservasi tinggi (high conservation value).
2. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan energi
listrik, minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
3. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan
telekomunikasi yang mencapai seluruh pusat kegiatan dan permukiman di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
4. Meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengelolaan wilayah sungai secara terpadu.
5. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air
limbah, drainase, dan persampahan secara terpadu untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan Perkotaan
Mebidangro.
Kebijakan 1.4 Peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan
Perkotaan Mebidangro melalui kerja sama antar daerah, kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat.
Strategi Kebijakan
1. Mengembangkan lembaga kerja sama antar daerah yang berfungsi
untuk melakukan koordinasi, fasilitasi kerja sama, dan kemitraan dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro.
2. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi pembangunan antara
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
3. Meningkatkan promosi investasi di dalam dan luar negeri serta
memanfaatkan kerja sama ekonomi subregional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand.
4. Mendorong penguatan peran masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro melalui berbagai forum dan
lembaga pendukung pengembangan Kawasan Perkotaan
Mebidangro.
Tujuan 2 : Lingkungan perkotaan yang berkualitas dan keseimbangan tata air DAS.
Kebijakan 2.1 Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya di
Kawasan Perkotaan Mebidangro. Strategi
Kebijakan
5. Mewujudkan RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
kawasan fungsional perkotaan dan mewujudkan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari setiap DAS dengan sebaran yang proporsional yang berada di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
6. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup berbasis wilayah sungai dan DAS.
mengalami kerusakan fungsi lindung.
Tujuan 3 : Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan; dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Kebijakan 3.1 Peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan antara
perkotaan dan perdesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Strategi Kebijakan
6. Menetapkan lokasi dan kegiatan budi daya yang meliputi
permukiman, pertanian, kelautan dan perikanan, transportasi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan negara, pariwisata,
pertambangan, industri, dan hutan produksi dengan
mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan.
7. Mengembangkan kegiatan perkotaan yang meliputi permukiman,
perdagangan dan jasa, serta industri secara terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
8. Menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan
permukiman serta prasarana dan sarana, untuk mewujudkan pelayanan optimal serta lingkungan yang bersih dan sehat.
9. Mengembangkan kegiatan perdagangan dan jasa skala
internasional, nasional, regional, dan lokal secara merata.
10. Mengembangkan kegiatan industri yang memiliki keterkaitan
dengan sumber bahan baku di kawasan sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar internasional, nasional, dan regional.
11. Mempertahankan kegiatan pertanian produktif dan spesifik di
perdesaan dengan memperhatikan dampak perkembangan kota dan konservasi air dan tanah.
12. Mewajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan
lahan pertanian pangan berkelanjutan;
13. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan
sesuai daya dukung lingkungan secara berkelanjutan dan mengutamakan masyarakat lokal.
14. Mengendalikan pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk
menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air.
15. Memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai untuk kegiatan
transportasi, pariwisata, perikanan, dan pertambangan secara terpadu.
16. Mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis
mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim global.
17. Mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah
melaksanakan Kajian Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tujuan 4 : Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional di Kawasan Perkotaan Mebidangro.
Kebijakan 4.1 Peningkatan fungsi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di Kawasan
Perkotaan Mebidangro. Strategi
Kebijakan
1. Menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan
2. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan negara.
4. Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara
kawasan pertahanan dan keamanan negara dan kawasan budi daya terbangun di sekitarnya.
Sumber : RTR KSN Mebidangro, No. 62 Tahun 2011 (diolah)
3.4.3. Rencana Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Rencana Struktur Ruang Kawasan Mebidangro ditetapkan dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan pusat kegiatan, meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana,
serta meningkatkan fungsi kawasan perkotaan inti dan kawasan perkotaan di sekitarnya.
Rencana struktur ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro adalah:
1. Rencana Sistem Pusat Permukiman, yang terdiri dari:
a. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan inti, yaitu sebagai pusat kegiatan-kegiatan utama
dan pendorong pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya
b. Pusat kegiatan di kawasan perkotaan di sekitarnya, yaitu sebagai penyeimbang (counter
magnet) perkembangan kawasan perkotaan inti.
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana, yang meliputi sistem jaringan: transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana perkotaan.
3.4.4. Rencana Pola Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro
Rencana pola ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budi
daya berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Penetapan rencana pola ruang
Kawasan Perkotaan Mebidangro meliputi:
1. Kawasan Lindung, yang terdiri dari:
a. Zona Lindung 1 (Zona L1) yang merupakan kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
b. Zona Lindung 2 (Zona L2) yang merupakan kawasan perlindungan setempat;
c. Zona Lindung 3 (Zona L3) yang merupakan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan
cagar budaya;
d. Zona Lindung 4 (Zona L4) yang merupakan kawasan rawan bencana alam;
e. Zona Lindung 5 (Zona L5) yang merupakan kawasan lindung geologi; dan
f. Zona Lindung 6 (Zona L6) yang merupakan kawasan lindung lainnya.