• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN ANALISIS. referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1 BAB IV

HASIL DAN ANALISIS

4.1 Data Perencanaan

Dalam perencanaan diperlukan asumsi asumsi yang didapat dari

referensi data maupun nilai empiris. Nilai-nilai ini yang nantinya akan

sangat menentukan hasil dari perencanaan, dalam tugas akhir ini nilai-nilai

yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini :

4.1.1 Dimensi Dermaga

Dimensi dermaga ditentukan berdasarkan kapasitas kapal rencana

pada dermaga. Pada tugas akhir ini penulis menggunakan standart

Kementerian Perhubungan untuk dimensi dermaga dengan kapasitas 1000

DWT dengan rincian sebagai berikut:

- Lebar = 8 m

- Panjang = 35 x 2 = 70 m

4.1.2 Perencanaan dimensi struktur

a. Tiang Pancang Baja

Tiang pancang baja dipilih karna dianggap akan mempermudah

dalam pelaksanaan. Data tiang yang akan digunakan adalah sebagai

berikut :

- Diameter luar = 457,2 mm

(2)

IV - 2

- Panjang tiang = 3600 cm

- Mutu baja = 240 Mpa/BJTD 24

b. Balok Memanjang

Balok memanjang adalah balok dengan bentang arah memanjang.

Dalam perencanaan, bentang terpanjang balok digunakan sesuai standar

dermaga 1000 DWT dan untuk dimensi balok akan diasumsikan dengan

data sebagai berikut:

- Bentang = 400 cm

- Tinggi Balok (h) = 60 cm

- Lebar Balok (b) = 35 cm

- Mutu Beton K-300= 30 Mpa

c. Balok Melintang

Balok melintang adalah balok dengan bentang arah pendek. Dalam

perencanaan, bentang terpendek balok digunakan sesuai standar dermaga

1000 DWT dan untuk dimensi balok akan diasumsikan dengan data

sebagai berikut:

- Bentang = 300 cm

- Tinggi Balok (h) = 60 cm

- Lebar Balok (b) = 35 cm

- Mutu Beton K-300= 30 Mpa

d. Pelat

Pelat merupakan bagian struktur yang berfungsi sebagai penyalur

beban yang berkerja pada bangunan ke balok atau kolom. Dalam

(3)

IV - 3

- Tebal Plat = 30 cm

- Mutu Beton K-300 = 30 Mpa

4.1.3 Data Kapal (cargo 1000 DWT)

Data kapal yang digunakan sesuai dengan desain kapal rencana

pada pelabuhan Tanjung Batu – Bangkabelitun, dengann spesifikasi

sebagai berikut:

- Tonage = 1000 DWT

- Panjang (Loa) = 64 m

- Lebar Kapal (B) = 10,4 m

- Full draft = 4,2 m

- Displacepement (w) = Kapal Barang 1000 DWT

Log W = 0,404 + 0,932 Log DWT

Log W = 0,404 + 0,932 Log 1000

Log W = 10 3,2

W = 1585 Ton

4.1.4 Data–data Perencanaan yang lain

a. Level Lantai Pelat Dermaga

Level lantai pelat dermaga direncanakan + 3,20 m (dari LWS). Hal

ini ditentukan berdasarkan data pasang surut yang disajikan pada bab 3

dengan acuang level lantai dermaga harus lebih tinggi dari HAT (Highest

(4)

IV - 4

sesuai nilai HAT (Highest Astronomical Tide) lantai dermaga tidak

terendam.

b. Kedalaman Elevasi Bathimetri

Perencanaan kedalaman bathimeteri yang digunakan adalah dengan

acuan draft kapal ditambah area clearance agar kapal tidak karam. Dari

data kapal diperoleh draft untuk kapal 1000 DWT adalah

- 4,2 m, ditambah area clearance kapal diambil - 0,8 m. Elevasi bathimetri

yang digunakan untuk perencanaan dermaga adalah

(– 5 m) dari LWS.

c. N-SPT

Nilai N-SPT didapat dari hasil pengujian dilapangan, nilai ini

digunakan untuk menentukan kedalaman tiang yang akan dipancang di

titik-titik yang telah ditentukan. Dalam perencanaan ini nilai N-SPT yang

digunakan berada pada kedalaman - 16 m (dari LAT).

d. Kecepatan Tambat

Kecepatan tambat adalah kecepatan yang dimiliki kapal saat

sedang bertambat, kecepatan ini diklasifikasikan berdasarkan ukuran kapal

dan letak dermaga sesuai uraian pada bab 2 point 2.5.1. nilai kecepatan

tambat kapal telah diklasifikasikan berdasarkan tabel 2.1. pada

perencanaan dermaga Tanjung Batu – Bangkabelitung ini dilihat dari

lokasi dan desain kapal rencana maka ditetapkan kecepatan tambat kapal

(5)

IV - 5

e. Berat jenis air Laut

Berat jenis air laut merupakan kerapatan dari air laut dengan nilai

g/cm3 .

f. Percepatan gravitasi (g)

Percepatan gravitasi suatu obyek yang berada pada permukaan laut

dikatakan ekuivalen dengan 1 g, yang didefinisikan memiliki nilai 9,80665

m/s2. Percepatan di tempat lain seharusnya dikoreksi dari nilai ini sesuai

dengan ketinggian dan juga pengaruh benda-benda bermassa besar di

sekitarnya. Umumnya digunakan nilai 9,81 m/s2 untuk mudahnya. = 9,81

m/det2

g. Kecepatan Arus (v)

Kecepatan arus didapat dari hasil survey PT. Perdana Cipta

Khatulistiwa yang nilainya didapat 0,15 m/det

h. Tekanan Angin (Qa)

Nilai tekanan angin didapat dari pembacaan mawar angin yang

terdapat pada lampiran yang grafiknya didapat dari Stasiun Meteorologi

dan Geofisika Tanjung Pandan dengan periode dari 2006 sampai dengan

2010. Dari pembacaan grafik maka ditentukan nilai tekanan rencana yang

digunakan adalah 50 kg/m2

i. Panjang Garis Air (Lpp)

Nilai panjang garis air digolongkan berdasarkan type kapal. Yang

penentuan nilainya didapat dari rumus sebagai berikut :

Kapal barang : Lpp =0,846 Loa1,0193

(6)

IV - 6

1) Tarikan Kapal

Beban tarikan kapal adalah beban yang terjadi karna adanya gaya

tarik kapal yang bisa terjadi akibat angin dan arus, gaya tarik kapal telah

diklasifikasikan berdasarkan ukuran kapal seperti yang terdapat pada bab 2

tabel 2:

Dalam tugas akhir ini direncanakan dermaga dengan ukuran

kapasitas kapal terbesar adalah 1000 DWT (deadwight tonnage), dari

tabel 2 didapat gaya tarikan untuk perencanaan dermaga

Tanjung Batu – Bangkabelitung adalah sebesar 25 T.

2) Beban Lain-Lain

Beban lain yang diperhitungkan adalah beban yang timbul karena

keadaan alam seperti angin, arus dan gelombang dan tumbukan. Gaya –

gaya ini akan masuk kedalam sub bab 4.2 sebagai perencanaan gaya

hidrostatis.

4.2 Analisa Gaya Lateral pada Dermaga

Gaya hidrostatis adalah gaya yang membebani demaga karna ada

pengaruh dari arus, angin dan gelombang. Dalam analisa gaya ini

digunakan data sekunder yang didapat dari SID (survei investigasi and

design) PT. Perdana Cipta Khatulistiwa tahun 2012.

Data yang digunakan adalah data pasang surut, kecepatan arus,

kecepatan angin, gelombang, survei investigasi soil dan bathimetri. Dari

(7)

IV - 7 4.2.1 Analisa Gaya Akibat Angin

Angin yang bertiup di lokasi dermaga bisa menimbuklan 2 gaya

pada dermga. Gaya yang ditimbulkan angin adalah menaikan nilai arus

yang menghantam pada dermaga dan menimbulkan gaya benturan kapal

pada dermaga.

Dalam perencanaan karna gaya arus telah memiliki nilai sendiri

yang didapat dari hasil survei maka angin hanya diperhitungkan sebagai

penyebab gaya bentur pada dermaga akibat kapal yang sedang bersandar.

Dalam perhitungannya, gaya akibat angin dibagi menjadi 3 yang dihitung

berdasarkan sudut datangnya, yang dijabarkan pada rumus berikut :

- (angin datang dari arah haluan = α = 00) Rw = 0,42 . Qa . Aw

- (angin datang dari arah buritan α = 1800) Rw = 0,5 . Qa . Aw

- (angin dating dari arah lebar α = 900) Rw = 1,1 . Qa . Aw

Rw = gaya akibat angin

Qa = tekanan angin

Aw = proyeksi bidang yang tertiup angin

Dari ketiga rumus diatas, koefisien pengali dengan = 900 adalah paling besar. Hal ini dikarnakan angin yang menghantam kapal tegak lurus

dengan kapal sehingga akan minimbulkan gaya lebih besar dibandingkan

(8)

IV - 8

Dalam perencanaan akan diperhitungkan gaya akibat angin dengan

sudut tegak lurus. Dengan rincian perhitungan sebagai berikut :

Aw = Tinggi x Loa

Tinggi bagian yang terkena angin di asumsikan 5 m

Aw = 5 m x 64 m = 320 m2

Qa = didapat dari grafik mawar angin Tahun 2006 sampai 2010,

didapat kecepatan angin maksimal yang tertinggi adalah 50

Rw = 1,1 . Qa . Aw

= 1,1 . 50 . 320 m2 = 17600 kg

4.2.2 Analisa Gaya Akibat Arus

Dermaga merupakan banguna yang berinteraksi langsung dengan

arus laut. Arus yang terjadi di lautan dapat memberikan gaya atau ikut

membebani dermaga secara lateral.

Jadi, dalam perencanaan dermaga arus laut perlu di analisa

mengenai gaya yang ditimbulkannya.

Analisa gaya akibat arus dapat dihitung dengan rumus:

= g x Loa x d dimana :

= masa jenis air laut (1,042 Hc = Gaya akibat arus

g = Gaya gravitasi

v = Kecepatan arus

(9)

IV - 9

d = Draft (bagian kapal yang tenggelam)

4.2.3 Akibat Tumbukan Kapal

Tumbukan kapal merupakan gaya yang timbul saat kapal mulai

bertambat. Saat itu kapal masih memiliki kecepatan merapat yang telah

disebutkan pada bab 2 tabel 4.1 dengan nilai yang diklasifikasi

berdasarkan lokasi dermaga dan jenis kapal.

Pada tugas akhir ini, lokasi dermaga Tanjung Batu –

Bangkabelitung termasuk dalam klasifikasi pelabuhan dengan rencana

kapasitas kapal 1000 DWT (deadwight tonnage).

=

g e

E = energy benturan (ton meter)

V = komponen tegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada

saat membentur dermaga (0,15 m/d)

W = displacement (berat) kapal

g = percepatan gravitasi

Cm = koefisien massa

Ce = koefisien eksentrisitas

Cs = koefisien kekerasan (diambil 1)

Cc = koefisien bentuk dari tambatan (diambil 1)

Pergerakan kapal merapat ke dermaga mengakibatkan air yang

(10)

IV - 10

yang mengakibatkan energi diserap fender menjadi berkurang sehingga

faktor bentur tempat berlabuh (Cc) lebih kecil dari satu. Namun untuk

keamanan diambil CCc = 1 Kapal Barang 1000 DWT Log W = 0,404 + 0,932 Log DWT Log W = 0,404 + 0,932 Log 1000 Log W = 10 3,2 W = 1585 Ton

Pergerakan kapal merapat ke dermaga, air yang berada diantara

kapal dan fasilitas dermaga menimbulkan efek bantalan yang

mengakibatkan energi yang diserap fender menjadi berkurang sehingga

faktor bentur tempat berlabuh (Cc) lebih kecil dari satu. Namun untuk

keamanan diambil nilai Cc = 1

Faktor eksentrisitas

dimana:

l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal

sampai titik sandar

= 0,25 x Loa = 0,25 x 64 = 16 m

r = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air

(fungsi dari Loa dan Cb) 14,8

(11)

IV - 11

Faktor massa semu

=1 d dimana :

Cm = koefisien massa

= 3,14

= koefisien blok kapal d = draft

B = lebar kapal

dimana :

Cb = koefisien blok kapal

d = draft kapal (m)

B = lebar kapal (m)

Lpp = panjang garis air (m)

= 0,846 x Loa1,0193 = 58,66 m 59 m = berat jenis air laut (

Faktor kelembutan Cs adalah perbandingan antara energi

bertumbuknya kapal dan energi yang diserap oleh deformasi badan kapal.

Biasanya energi yang diserap oleh badan kapal adalah kecil maka Cs

(12)

IV - 12

Dari setiap nilai yang dipertimbangkan dalam perhitungan gaya tumbukan

akibat kapal, maka didapat gaya tumbukan kapal adalah sebagai berikut :

t – m

4.2.4 Akibat Tarikan Kapal pada Dermaga

Gaya yang disebabkan oleh tarikan kapal saat merapat dapat

diklasifikasikan berdasarkan ukuran kapal, seperti yang digambarkan

pada tabelyaitu untuk kapal 1000 DWT yaitu = 25 ton

4.2.5 Resume Gaya Lateral

Resume gaya hidrostatis ini akan digunakan dalam perencanaan struktru

dermaga yang nilainya akan di input sebagai gaya vertikal yang bekerja

pada dermaga, resume gaya hidrostatis adalah sebagai berikut

a. Akibat angin (Rw) = 17,6 ton

b. Akibat arus (Hc) = c. Akibat tarikan kapal (Hb) = 25 Ton

d. Akibat enturan € = 1,12 Ton-m

Hasil dari perhitungan gaya hidrostatis menjadi beban pada dermaga.

4.3 Analisa Beban Kerja

Dalam perencanaan bangunan tentunya tidak akan luput dari

(13)

IV - 13

dimulai dari analisa beban yang akan bekerja pada bangunan hingga

respon dari bangunan yang menerima beban tersebut.

Beban bangunan diklasifikasikan menjadi 3 (tua) yaitu beban

vertikal, horizontal dan gempa. Pada bangunan dermaga beban horizontal

adalah beban yang timbul akibat gaya angin, tarikan dan tumbukan kapal,

arus serta gelombang. Gaya ini telah dijabarkan pada sub bab sebelumnya.

4.3.1 Beban Mati Bangunan

Beban mati adalah beban yang timbul akibat elemen-elemen struktur dan

non struktur yang di instal pada bangunan itu sendiri (beban sendiri). Dalam tugas

akhir ini, beban mati pada dermaga terdiri dari berat sendiri pelat, balok

memanjang dan melintang serta beban terbagi rata.

a. Berat Sendiri Pelat Lantai

Berat sendiri pelat lantai dihitung berdasarkan ketebalan dan massa

jenis material dengan rincian sebagai berikut :

Tebal pelat = 300 mm

berat jenis meterial (beton bertulan) = 2,4 t/m3

Lapisan pelat (aspalt) = 0,07 m

berat jenis material (aslapt) = 1,4 t/m3

Berat pelat lantai = (0,3 x 2,4) + (0,07 x 1,4)

= 0,818 t/m2

b. Berat Sendiri Balok

Pada struktur dermaga balok dibagi menjadi 2 arah; melintang dan

(14)

IV - 14

dimensi balok melintang dan memanjang adalah sama sesuai perincian

data perencanaan yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Berat

sendiri balok adalah sebagai berikut :

1) Berat balok melintang = 0,70 0,45 ,4 = 0,67 t/ ’ 2) Berat balok memanjang = 0,70 0,45 ,4 = 0,67 t/ ’

c. Beban Merata

Beban merata rencana pada tugas akhir ini adalah beban yang

diasumsikan sebagai beban dari barang yang diletakan pada dermaga

(petik kemas) saat kapal melakukan bongkar muat. Beban ini ditetapkan

sebesar 2,0 t/m2 (Kramadibrata; 2002).

4.3.2 Baban Hidup

Beban hidup adalah beban yang bekerja pada bangunan akibat

adanya aktifitas pada bangunan ini. Beban hidup rencana pada tugas akhir

ini adalah beban akibat forklift yang beroperasi diatas dermaga. Besarnya

beban roda pada forklift adalah 10 t.

4.3.3 Akibat Beban Gempa

Analisis struktur terhadap beban gempa mengacu pada Standar

Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SNI

03-1726-2002). Analisis struktru terhadap beban gempa pada gedung dilakukan

dengan metode Analisis Dinamik Spektrum Respon. Besarnya beban

gempa nominal pada struktur bangunan dihitung dengan rumus:

(15)

IV - 15

dimana :

V = Beban gempa

W = Berat bangunan

I = Faktor keutamaan struktur

R = Faktor reduksi gempa

C = Koefisien respon gempa

a. Faktor keutamaan struktur

Dari tabel faktor keutamaan bangunan pada SNI 03-1726-2002,

besarnya faktor keutamaan untuk bangunan umum seperti kantor,

perniagaan dan bangunan dengan penghuni diambil sebesar 1.

b. Faktor Reduksi Gempa

Dari tabel Faktor Reduksi Gempa (SNI 03-1726-2002), Struktur

bangunan ini alan direncanakan sebagai bangunan dengan kinerja elastik

penuh, besarnya nilai faktor reduksigempa R= 1,6.

c. Penentuan Jenis Tanah

Jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras, tanah sedang dan tanah

lunak apabila untuk lapisan setebal maksimum 30 meter paling atas

(16)

IV - 16 Tabel 23 Tabel Jenis Tanah (sumber : SNI 03-1726-2002)

Dari data hasil penyelidikan tanah di lokasi, didapat nilai sebagai berikut:

Tabel 24 Tabel Hasil Soil Investigasi (sumber : PT. Perdana Cipta

Khatulistiwa)

Nomor Titik Bor

Kedalaman ( meter ) Nilai N - SPT Pukulan Keterangan Dasar laut/seabed LWS. DB – I - 30,00 - 32,25 5 ~ > 50 Lempung,Lanau.Pasir DB – II - 30,00 - 36,85 7 ~ > 50 Lempung,Lanau.Pasir DB – III - 30,00 - 37,15 5 ~ > 50 Lempung,Lanau.Pasir

Dari tabel 24 dapat disimpulkan tanah yang berada dilokasi termasuk

(17)

IV - 17

d. Zonasi Wilayah Gempa

Berdasarkan Peta Wilayah Gempa Indonesia (SNI 03-1726-2002),

Gedung diasumsikan berlokasi di wilayah gempa 1 dari zona gempa

Indonesia. Diagram Respon Spektrum Gempa Rencana untuk wilayah

gempa 1, diperlihatkan pada gambar berikut.

Gambar 28 Respon Spectrum Gempa Rencana (Sumber : SNI 03-1726-2002) Berdasarkan SNI Gempa 2002, struktur bangunan dermaga ini

termasuk pada klasifikasi bangunan beraturan, karena tinggi struktur

gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10 tingkat atau

40 m.

Akan tetapi, bangunan ini berlokasi didaerah pantai yang

berinteraksi langsung terhadap arus laut, yang jika terjadi gempa gerak

bangunan akibat gaya gempa juga dipengaruhi oleh arus yang bergerak

akibat gempa itu sendiri sehingga dermaga ini tidak dapat dianalisa hanya

(18)

IV - 18

dihitung dengan metode analisis dinamis ragam spektrum respon dengan

bantuan software SAP2000.

Gambar 29 Input Respon Spectrum Gempa Rencana Wilayah 1

(19)

IV - 19 4.3.4 Kombinasi beban terfaktor

Beban-beban yang telah dijabarkan sebelumnya akan dimodelkan

oleh suatu kombinasi beban dan dikalikan dengan koefisien faktor

a. 1,2 DL + 1,6 LL b. 1,2 DL +1,6 HS c. 1,2 DL + 30 % LL + HS d. 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 HB) e. 0,9 DL + 1,3 HB f. 0,75 (1,2 DL + 1,6 LL + 1,6 (HW + HC) MAX) g. 0,9 DL + 1,3 (HW + HC) Max (triatmodjo, 2010) dimana : DL = Beban Mati LL = Beban Hidup

HS = Gaya Tumbukan Kapal

HB = Gaya Tarikan Kapal (bollard)

HC = Gaya Arus

HW = Gaya Angin

Hg = Beban Gempa Respon Spectrum Wilayah 1 (satu)

4.4 Analisa Struktur Dermaga

Analisa struktur yang dilakukan pada tugas akhir ini meliputi

(20)

IV - 20 4.4.1 Perencanaan Pelat Lantai Dermaga

Pelat merupakan bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai

penyalur beban yang bekerja pada bangunan ke balok yang diteruskan

kembali ke tiang dan disalurkan ke tanah.

Dalam perencanaannya, pelat lantai demaga akan diasumsikan dengan tebal

300 mm dengan denah bangunan sebagai berikut :

Gambar 31 Denah As Dermaga

Dari denah diatas akan dilakukan perhitungan rencana pelat dengan

mengambil sampel area seperti pada gambar. Adapun detail perencanaan

sebagai berikut :

a. Perhitungan Area 1

Gambar 32 Potongan Balok T (pelat) 1) Untuk α1 = A u i Tebal Plat 300

(21)

IV - 21 Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever

ht ≥ 18,5=300018,5=16 ,16 00 bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 750 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 3000 = 750 mm

 be ≤ b (4000-130 1500-130) =130 6 0= 065 mm C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 750 130 1) ( 300 00) 3 3( 750 130 1) (1 300 00) 300 00 1 (750130 1)300 00 ] =1,48 b1= 1 b ht3=1,48 130 003=1539 00000 4 1= 1 1 4000 1500 3003=6187500000 4 = b1 1= 1539 00000 6187500000= 0, 4

2) Untuk α = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever

ht ≥ 18,5=400018,5= 16, 1 50

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 250 = 162,5 mm 180

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 1000 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 4000 = 1000 mm

(22)

IV - 22

C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 1000 180 1) ( 300 50) 3 3( 1000 180 1) (1 300 50) 300 50 1 (1000180 1)300 50 ] =0,75 b1= 1 b ht3=0,75 180 503= 109375000 4 1= 1 1 3000 3000 3003= 6750000000 4 = b1 1= 109375000 6750000000=0,31

3) Untuk α3 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever ht ≥ 18,5=300018,5=16 ,16 00

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 750 mm  be = ¼ . L = ¼ . 3000 = 750 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (b 1)be h ht ] 1= 1 1 [1 ( 750 130 1) ( 300 00) 3 3( 750 130 1) (1 300 00) 300 00 1 (750130 1)300 00 ] =1,48 b1= 1 b ht3=1,48 130 003= 1539 00000 4

(23)

IV - 23 1= 1 1 4000 4000 3003=13500000000 4 = b1 1= 1539 00000 13500000000=0,11

4) Untuk α4 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever

ht ≥ 18,5=

4000

18,5= 16, 1 50

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 250 = 162,5 mm 180

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 1000 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 4000 = 1000 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 1000 180 1) ( 300 50) 3 3( 1000 180 1) (1 300 50) 300 50 1 (1000180 1)300 50 ] =0,75 b1= 1 b ht3=0,75 180 503= 109375000 4 1= 1 1 3000 1000 3003= 4500000000 4 α = b1 1= 109375000 4500000000=0,46

α rata rata area 1= 0, 4 0,31 0,11 0,466

4 =0, 8

asumsi Fy = 400 Mpa

(24)

IV - 24

=4000 3000=1,4

α rata rata area = 0, 8

( ) ( ) = 4000(0,8 400 1500) 36 5 1,4(0, 8- 0,1 (1 1,41)= 4 66,7

36,5 =116,83 digunakan asumsi awal b. b. Perhitungan Area 2

1) Untuk α5 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever

ht ≥ 18,5=300018,5=16 ,16 00 bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 750 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 3000 = 750 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 750 130 1) ( 300 00) 3 3( 750 130 1) (1 00) 300 00 1 (750130 1)300 00 ] =1,48 b1= 1 b ht3=1,48 130 003= 1539 00000 4 1= 1 1 4000 4000 3003= 9000000000 4

(25)

IV - 25

= b1 1=

1539 00000 900000000 =0,17

2) Untuk α6 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 2 ujung menerus

ht ≥ 1=

4000

1 =190,47 00

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 1000 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 4000 = 1000 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 1000 130 1) ( 300 00) 3 3( 1000 130 1) (1 300 00) 300 00 1 (1000130 1)300 00 ] = ,0 b1= 1 b ht3= ,0 130 003= 100800000 4 1= 1 1 3000 3000 3003= 6750000000 4 = b1 1= 100800000 6750000000=0,31

3) Untuk α7 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 1 ujung menerus dan Kantilever

ht ≥ 18,5=

3000

(26)

IV - 26

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 750 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 3000 = 750 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 750 130 1) ( 300 00) 3 3( 750 130 1) (1 300 00) 300 00 1 (750130 1)300 00 ] =1,48 b1= 1 b ht3= 1,48 130 003 = 1539 00000 4 1= 1 1 4000 4000 3003= 9000000000 4 = b1 1= 1539 00000 9000000000= 0,17

4) Untuk α8 = A u i Tebal Plat 300 mm

Kriteria balok dengan 2 ujung menerus

ht ≥ 1=4000 1 =190,47 00

bo = 0,65. Ht = 0,65 x 200 = 130 mm

be diambil yang terkecil dari rumus dibawah = 1000 mm

 be = ¼ . L = ¼ . 4000 = 1000 mm

 be ≤ ( ) C1 dengan rumus di bawah

(27)

IV - 27 1= 1 1 [1 ( be b 1) ( h ht) 3 3( be b 1) (1 h ht ) h ht 1 (beb 1)h ht ] 1= 1 1 [1 ( 1000 130 1) ( 300 00) 3 3( 1000 130 1) (1 300 00) 300 00 1 (1000130 1)300 00 ] = ,0 b1= 1 b ht3= ,0 130 003= 100800000 4 1= 1 1 3000 1000 3003= 4500000000 4 = b1 1= 100800000 4500000000=0,46

α rata rata area = 0,17 0,31 0,17 0,468

4 =0, 8

asumsi Fy = 400 Mpa

ln =bentang ter an ang lat = 4000 =4000

3000=1,4

α rata rata area = 0, 8

ln(0,8 1500) 36 5 (α rata rata 0,1 (1 1 ) = 4000(0,8 400 1500) 36 5 1,4(0, 8-0,1 (1 1 1,4) =4 67

36,5 =117 digunakan tebal pelat 300 mm c. Perhitungan Momen Pada Pelat

Momen pada pelat terjadi akibat adanya beban yang bekerja pada pelat,

dalam perhitungannya tentunya beban yang akan bekerja pada pelat harus

terlebih dahulu dapat di asumsikan, dalam tugas akhir ini beban yang

(28)

IV - 28

- Berat sendiri = 0,818 t/m2

- Beban tergagi rata = 2,0 t/m2 - Beban roda forklift = 10,0 t/m2

Untuk perhitungan lantai dermaga dianggap terjepit pada keempat sisi.

Lx = 3,0 ’ Ly = 4,0 ’

Untuk Ly/Lx = 4/3 = 1,33 < 2 (Plat 2 Arah)

Didapat dari tabel CUR:

Xlx = 31,9

Xly = 21,3

Xtx = 70,5

Xty = 57,3

1) Momen Akibat berat sendiri dimana berat sendiri = 0,818 t/m2

Mlx = 0,001 x 0,72 t/m2 x 32 x 31,9 = 0,2422 t-m

Mly = 0,001 x 0,72 t/m2 x 32 x 21,3 = 0,1516 t-m

Mtx = -0,001 x 0,72 t/m2 x 32 x 70,5 = -0,538 t-m

Mty = -0,001 x 0,72 t/m2 x 32 x 57,3 = -0,445 t-m

2) Momen Akibat beban merata dimana beban merata = 2,0 t/m2

Mlx = 0,001 x 2,0 t/m2 x 32 x 31,9 = 0,5742 t-m

Mly = 0,001 x 2,0 t/m2 x 32 x 21,3 = 0,3834 t-m

Mtx = -0,001 x 2,0 t/m2 x 32 x 70,5 = -1,269 t-m

(29)

IV - 29

3) Akibat beban roda forklift = 10 t

Untuk perhitungan ini dipakai tabel dari buku Konstruksi Beton

Indonesia karangan SUTAMI 1971.

= a1 b a b a3 b a4b

Untuk Ly/Lx = 1,33 didapat

Tabel 25 Koefisien Momen Lantai Dermaga (Sutami, 1971)

Tekanan gandar = 10 t

Tekanan roda = 10 t

Luas bidang kontak = (0,2 x 0,5) m2

Gambar 32 Distribusi Beban Roda Lantai Dermaga

a = 50 cm+ 2 x 0,5 (30) = 80 cm

b = 20 cm + 2 x 0,5 (30) = 50cm

Luas bidang penyebaran tekanan = 50 x 80 = 4000 cm2

 1 (satu) roda di tengah plat

(30)

IV - 30

by = 50 cm

Lx = 300 cm

Ly = 400 cm

W = 10 t

Tabel 26 Perhitungan Momen Beban 1 (Satu) Roda pada Lantai Dermaga

Momen

Koefisien Momen Perhitungan Momen

a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) MLx -0,062 -0,017 0,13 0,39 0,267 0,125 -0,017 -0,002 1,424 MLy -0,017 -0,062 0,13 0,39 0,267 0,125 -0,005 -0,008 1,506 Mtx 0,062 0,136 -0,355 1,065 0,267 0,125 0,017 0,017 -2,207 Mty 0,136 0,062 -0,355 1,065 0,267 0,125 0,036 0,008 -2,135

 1 (satu) kendaraan pada 1 (satu) plat

Gambar 33 Jarak Antar Roda

Keadaan I :

Bx = 80 + 95 + 80 =255 cm

’ = 80 cm

(31)

IV - 31 ’ =50 cm Lx = 300 cm Ly = 400 cm = 10= 55 50 80 50 10 t=31,875 dimana :

Bx = Jarak yang ditinjau dari bentuk keadaan

’ = Panjang 1 (satu) roda = ’ = Lebar roda

Lx = Panjang plat arah X

Ly = Panjang Plat arah Y

Tabel 27 Perhitungan Momen Beban 1 (Satu) Kendaraan Keadaan I

Pada Lantai Dermaga

Momen

Koefisien Momen Perhitungan Momen

a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) MLx -0,062 -0,017 0,13 0,39 0,850 0,125 -0,053 -0,002 1,755 MLy -0,017 -0,062 0,13 0,39 0,850 0,125 -0,014 -0,008 2,517 Mtx 0,062 0,136 -0,355 1,065 0,850 0,125 0,053 0,017 -4,458 Mty 0,136 0,062 -0,355 1,065 0,850 0,125 0,116 0,008 -3,620 Keadaan I I: Bx = 95 cm ’ = 80 cm By = 50 cm

(32)

IV - 32 ’ =50 cm Lx = 300 cm Ly = 400 cm = 10= 95 50 80 50 10 t= 11,875 dimana :

Bx = Jarak yang ditinjau dari bentuk keadaan

’ = Panjang 1 (satu) roda = ’ = Lebar roda

Lx = Panjang plat arah X

Ly = Panjang Plat arah Y

Tabel 28 Perhitungan Momen Beban 1 (Satu) Kendaraan Keadaan II

Pada Lantai Dermaga

Momen

Koefisien Momen Perhitungan Momen

a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1(bx/lx) a2(by/ly) M

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) MLx -0,062 -0,017 0,13 0,39 0,317 0,125 -0,020 -0,002 1,546 MLy -0,017 -0,062 0,13 0,39 0,317 0,125 -0,005 -0,008 1,669 Mtx 0,062 0,136 -0,355 1,065 0,317 0,125 0,020 0,017 -2,509 Mty 0,136 0,062 -0,355 1,065 0,317 0,125 0,043 0,008 -2,397

(33)

IV - 33

Momen yang terjadi akibat keadaan I dan II

MLx = MLx 1 – MLx 2 =1,755 - 1,546=0,210

MLy = MLy 1 – Mly 2 = 2,517 - 1,669= 0,849

Mtx = Mtx 1 – Mtx 2 = (-4,458) – (-2,509) = -1,949

Mty = Mty 1 – Mty 2 = (-3,620) – (-2,397) = -1,222

 2 (dua) kendaraan pada 1 (satu) plat dengan jarak as minimum

Gambar 33 Jarak Antar Roda dengan As Minimum

Keadaan I : Bx = 180 cm ’ = 80 cm By = 50 cm ’ =50 cm Lx = 300 cm Ly = 400 cm = 10= 180 50 80 50 10 t= ,5

(34)

IV - 34 Tabel 29 Perhitungan Momen Beban 2 (Dua) Kendaraan Keadaan I Pada

Lantai Dermaga

Momen

Koefisien Momen Perhitungan Momen

a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) MLx -0,062 -0,017 0,13 0,39 0,600 0,125 -0,037 -0,002 1,830 MLy -0,017 -0,062 0,13 0,39 0,600 0,125 -0,010 -0,008 2,261 Mtx 0,062 0,136 -0,355 1,065 0,600 0,125 0,037 0,017 -3,781 Mty 0,136 0,062 -0,355 1,065 0,600 0,125 0,082 0,008 -3,339 Keadaan II : Bx = 20 cm ’ = 80 cm By = 50 cm ’ =50 cm Lx = 300 cm Ly = 400 cm = 10= 180 50 80 50 10 t= ,5

(35)

IV - 35 Tabel 30 Perhitungan Momen Beban 2 (Dua) Kendaraan Keadaan II

Pada Lantai Dermaga

Momen

Koefisien Momen Perhitungan Momen

a1 a2 a3 a4 bx/lx by/ly a1*bx/lx a2*by/ly M

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 5 ) ( 6 ) ( 7 ) ( 8 ) ( 9 ) ( 10 ) MLx -0,062 -0,017 0,13 0,39 0,067 0,125 -0,004 -0,002 0,532 MLy -0,017 -0,062 0,13 0,39 0,067 0,125 -0,001 -0,008 0,521 Mtx 0,062 0,136 -0,355 1,065 0,067 0,125 0,004 0,017 -0,664 Mty 0,136 0,062 -0,355 1,065 0,067 0,125 0,009 0,008 -0,673

Momen yang terjadi akibat keadaan I dan II

MLx = MLx 1 – MLx 2 =1,830- 0,532=1,298 t-m

MLy = MLy 1 – Mly 2 = 2,261- 0,521= 1,741 t-m

Mtx = Mtx 1 – Mtx 2 = (-3,781) – (-0,664) = -3,117 t-m

Mty = Mty 1 – Mty 2 = (-3,339) – (-0,673) = -2,666 t-m

Tabel 31 Perhitungan Kombinasi Pembebanan 1,2 MD + 1,6 ML Pada

Lantai Dermaga Momen Berat Sendiri Beban Merata Truck Beban Rencana MLx 0,2422 0,5742 1,2979 3,2944 MLy 0,1516 0,3834 1,7405 3,5598 Mtx -0,538 -1,2690 -3,1168 -7,6782 Mty -0,455 -1,0314 -2,6664 -6,4536

(36)

IV - 36

Kombinasi beban untuk lantai dermaga

MLx = 3,2944 t-m MLy = 3,5598 t-m Mtx = -7,6782 t-m Mty = -6,4536 t-m d. Perhitungan Tulangan Data-data rencana F ’ = 30 Mpa Fy = 240 Mpa B = 300 cm L = 400 cm = 0,85 Asumsi tulangan D – 16 d = 300 – 40 –(16/2) = 252 mm = 25,2 cm in=1,4 = 1,4 400=0,0035 b=0,85 F F ( 600 600 F ) ( ) a =0,75 b=0,75 0,035=0,0 44

Tulangan lapangan Arah X dan Y

MLx = 3,2435 t-m u

bd = (1 0,59 F F

(37)

IV - 37 3, 435 10 n 1 ( 5, 100 ) = 0,8 400 ( 1 (0,59 400 30 498,8=3 0 508,8 0,498=3 0 508,8 =3 0 (10 40 4 508,8 0,498 0,5 508,8 =0,001578 in ak in =digunakan in As = in b d 0,0035 100 5, =8,9 Per m plat = 8,92 cm2

Digunakan diameter 13 jarak 150 cm

MLy = 3,5639 t-m u bd = (1 0,59 F F 10 n 1 ( 5, 100 ) = 0,8 400 ( 1 (0,59 400 30 548,08=3 0 508,8 0,548=3 0 508,8 =3 0 (10 40 4 508,8 0,548 0,5 508,8 =0,001736 in ak in =digunakan in As = in b d 0,0035 100 5, =8,9 Per m plat = 8,92 cm2

Digunakan diameter 13 jarak 150 cm

Tulangan Tumpuan Arah X dan Y

(38)

IV - 38 u bd = (1 0,59 F F 10 n 1 ( 5, 100 ) = 0,8 400 ( 1 (0,59 400 30 1163,5=3 0 508,8 1,1635=3 0 508,8 =3 0 (10 40 4 508,8 1,1635 0,5 508,8 =0,0037 in ak As = b d 0,0037 100 5, =9,55 0 Per m plat = 9,552 cm2

Digunakan diameter 13 jarak 150 cm

MTy = 6,3620 t-m u bd = (1 0,59 F F 10 n 1 ( 5, 100 ) = 0,8 400 ( 1 (0,59 400 30 978,4=3 0 508,8 0,978=3 0 508,8 =3 0 (10 40 4 508,8 0,978 0,5 508,8 =0,0031 in ak in =digunakan in As = b d 0,0035 100 5, =8,9 5 Per m plat = 8,925 cm2

(39)

IV - 39 4.4.2 Perencanaan Balok Dermaga

Balok merupakan bagian struktur bangunan yang berfungsi untuk

menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen

menuju kolom-kolom. Dalam tugas akhir ini balok akan direncanakan

dengan asumsi ukuran sesuai dengan yang tercantum di sub bab

sebelumnya dengan mengambil sampel balok dengan nilai momen

maksimal yang didapat dari pemodelan SAP 2000 dengan analisis sebagai

berikut :

(40)

IV - 40 Gambar 35 Momen Arah Memanjang Pada SAP 2000

Gambar 36 Momen Arah Melintang Pada SAP 2000

(41)

IV - 41

Dari gambar diatas maka momen yang digunakan dalam perencanaan adalah

momen terbesar arah memanjang dan melintang .

4.3.3.1 Perencanaan Balok Melintang

Dalam perencanaan balok melintang, digunakan momen maksimum hasil

out put SAP 2000 yang dilihat dari gambar 4.3, gambar 4.4 dan gambar

4.5 yang menampilkan letak momen maksimum terhadap kombinasi 1.

Tabel 32 Momen Max Arah Memanjang

AS frame Momen Max (t-m) Combo

2 103 -22,89353 1 104 -23,19561 1 111 -23,19561 1 112 -22,89353 1 3 113 -22,71039 1 114 -23,35875 1 121 -23,35875 1 122 -21,96015 1 4 123 -21,96015 1 124 -23,07618 1 131 -23,07618 1 132 -21,96015 1

Dari 3 (tiga) as yang terdapat pada model dermaga. Akan digunakan as

dengan momen terbesar dalam perencanaan balok dermaga, yaitu as 3.

a. Penulangan Balok Ukuran 60/35 cm

Data :

Momen Maksimal = 23,36 t-m

(42)

IV - 42 Fc = 30 Mpa b = 350 mm h = 600 mm = 0,85 (faktor reduksi) = 0,8 d (tulangan 2 lapis) = h – 90 = 600 – 90 = 510 mm

j. Rasio tulangan minimum ( in = 1,4

F

k. Rasio tulangan balance balan e/ b b=0,85 ( ) [ 600 600 ] =0,85 0,85 ( 30 400) [ 600 600 400] =0,033 l. Rasio tulangan maksimal ak

ak = 0,75 b = 0,75 0,033 m. Mn (momen nominal)

n= u = 33600000

(43)

IV - 43 0,100 0,004 0,0003 2,100 0,093 0,0069 4,100 0,193 0,0145 6,100 0,311 0,0234 0,200 0,008 0,0006 2,200 0,097 0,0073 4,200 0,198 0,0149 6,200 0,318 0,0238 0,300 0,013 0,0009 2,300 0,102 0,0076 4,300 0,204 0,0153 6,300 0,325 0,0244 0,400 0,017 0,0013 2,400 0,107 0,0080 4,400 0,209 0,0157 0,500 0,021 0,0016 2,500 0,112 0,0084 4,500 0,215 0,0161 0,600 0,025 0,0019 2,600 0,116 0,0087 4,600 0,220 0,0165 0,700 0,030 0,0022 2,700 0,121 0,0091 4,700 0,226 0,0169 0,800 0,034 0,0026 2,800 0,126 0,0095 4,800 0,232 0,0174 0,900 0,038 0,0029 2,900 0,131 0,0098 4,900 0,237 0,0178 1,000 0,043 0,0032 3,000 0,136 0,0102 5,000 0,243 0,0182 1,100 0,047 0,0035 3,100 0,141 0,0106 5,100 0,249 0,0187 1,200 0,052 0,0039 3,200 0,146 0,0109 5,200 0,255 0,0191 1,300 0,056 0,0042 3,300 0,151 0,0113 5,300 0,261 0,0196 1,400 0,060 0,0045 3,400 0,156 0,0117 5,400 0,267 0,0200 1,500 0,065 0,0049 3,500 0,161 0,0121 5,500 0,273 0,0205 1,600 0,070 0,0052 3,600 0,166 0,0125 5,600 0,279 0,0210 1,700 0,074 0,0056 3,700 0,172 0,0129 5,700 0,286 0,0214 1,800 0,079 0,0059 3,800 0,177 0,0133 5,800 0,292 0,0219 1,900 0,083 0,0062 3,900 0,182 0,0137 5,900 0,298 0,0224 2,000 0,088 0,0066 4,000 0,187 0,0141 6,000 0,305 0,0229

n. Untuk nilai dengan nilai fc 30 dan fy 400 didapat dari tabel dibawah:

Tabel 33 Tabel Nilai dan hasil formulasi program Ms Exel

Jika u b d = 33600000 350 510 = ,5 Maka ; dan = 0,0084 in ak As = b d =0,084 350 510=1499,4

Digunakan tulangan 8 D 16 (penulangan seluruh balok dapat dillihat

(44)

IV - 44

b. Penulangan Geser

√F b d dimana :

Vc = Gaya geser yang dapat dipikul beton

Fc = Mutu Beton b = Lebar balok d = h – 90 = 600 – 90 = 510 mm = 1 6√30 350 510=16 947,46 Check : Vu > Vc. dimana :

Vu = Gaya geser terfaktor

Vc = Gaya geser yang dipikul beton

= faktor reduksi geser (0,75) Vu > Vc.

15,2854 t > 162947,46 N . 0,75

152854 N > 122210,25 N (memerlukan tulangan geser)

Asumsi sengkang diameter 10 mm

Av =

4 = 10

4 =157 dengan s (jarak antar sengkang)

≤d=510= 55 50

(45)

IV - 45 4.4 Analisa Poer Dermaga

Struktur poer berfungsi sebagai penyambung antara ujung atas

tiang pancang dengan balok memanjang maupun melintang. Dalam

perencanaanya akan ditentukan kebutuhan tulangan pada poer yang

dianalisis berdasarkan gaya-gaya maksimum pada balok yang tertumpu

pada poer. Analisis poer : Momen ultimate = 23,36 t-m Fy = 400 Mpa Fc = 30 Mpa b = 1000 mm h = 1000 mm t = 800 mm ts (selimut beton) = 80 mm = 0,85 (faktor reduksi) = 0,8 Data tiang baja:

(diameter tiang) = 47,5 cm t (tebal baja) = 1,27 cm

(46)

IV - 46 Gambar 38 Gaya yang Bekerja Pada Poer

a. Analisa momen ultimate dan nominal

Momen ultimate = 23,36 t-m Momen nominal = u= 3,36 0,8 = 9, t- Asumsi; Tulangan arah X = D - 22 Tulangan arah Y = D – 22

d = h – ts – tulangan arah X – 0,5 tulangan arah Y

= 800 – 80 -22 – 0,5 . 22 = 687 mm u b d = 33600000 1000 687 =0,49 Maka ; dan = 0,0016 b. Rasio tulangan minimum (

in = 1,4 F

(47)

IV - 47

c. Rasio tulangan balance balan e/ b b=0,85 ( ) [ 600 600 ] =0,85 0,85 ( 30 400) [ 600 600 400] =0,033 d. Rasio tulangan maksimal ak

ak = 0,75 b = 0,75 0,033 e. Penentuan tulangan (digunakan ) As = b d =0,035 1000 687= 004,5 Digunakan tulangan 7 D 22 f. Penulangan geser √F b d dimana :

Vc = Gaya geser yang dapat dipikul beton

Fc = Mutu Beton b = Lebar balok d = 687 mm = 1 6√30 1000 910=6 714 ,3 Check : Vu > Vc. dimana :

Vu = Gaya geser terfaktor

(48)

IV - 48

= faktor reduksi geser (0,75) Vu > Vc.

152854 N > 6 7143 N . 0,75

152854 N > 470357 N (memerlukan tulangan geser)

Asumsi sengkang diameter 10 mm

Av =

4 = 10

4 =157 dengan s (jarak antar sengkang)

≤d=678=339 300

g. sengkang yang digunakan adalah D10 – 300.

4.5 Analisis Tiang Pancang Baja

Salah satu jenis pondasi dalam yang digunakan adalah pondasi

tiang pancang. Sistem tiang diasumsikan sebagai pile group untuk

mentransfer beban-beban horizontal dan vertikal pada dermaga ke lapisan

tanah keras yang lebih dalam agar dapat dicapai daya dukung tanah yang

lebih baik.

Dalam analisa perhitungan pondasi tiang pada tugas akhir ini akan

dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:

4.5.1 Kriteria desain

a. Tiang pancang baja 457 mm

Tebal = 12,7 mm

Modulus penampang, W = 1918 cm3

(49)

IV - 49

b. Tegangan leleh baja = 240000 Kn./m2 = 2448 Kg/cm2

c. Tegangan aksial ijin = 1600 Kg/cm2

d. Modulus elastisitas = 1,999 x 108 Kn/m2 = 2,04 x 106 Kg/cm2

e. Kedalaman tiang direncanakan – 16 m (dari statigrafi laporan survey

tanah)

Dalam perencanaan tiang, akan digunakan metode Luciano

Decourt 1982 karna bersifat representative dan dapat berlaku umum

untuk jenis tanah apapun. Besarnya daya dukung tanah maksimum

adalah:

QL = QP + QS = (qP . AP) + (qS . AS)

= (Np.K.Ap) + [(Ns/3 + 1).As]

dimana :

Np = harga rata-rata SPT di sekitar 4B di atas hingga 4B di bawah

dasar tiang pondasi.

D = diameter pondasi

K = koefisien karakteristik tanah untuk

a. lempung, K = 12 t/m2

b. lanau berlempung, K = 20 t/m2

c. lanau berpasir, K = 25 t/m2

d. Pasir, K = 40 t/m2

Ap = luas penampang dasar tiang

Ns = harga rata-rata SPT sepanjang tiang yang tertanam (D),

(50)

IV - 50

As = luas selimut tertanam = keliling x panjang tiang yang

terbenam (m2)

Harga N di lapangan yang berada di bawah muka air harus

dikoreksi dahulu untuk menjadi N design (N1) dengan persamaan

Terzaghi dan Peck : N1 = 15 + 0,5 (N-15).

4.5.2 Analisis Mekanika Teknik

Analisis mekanika diambil dari titik jepit (point of fix) ke elevasi

tertinggi dari struktur (pelat lantai).

Perhitungan letak titik jepit tanah terhadap tiang pancang untuk

tanah normally consolidated digunakan persamaan :

Zf = 1,8 T

dimana :

T = √

E = modulus elastisitas

I = inertia tiang pancang

nh = 350 – 700 Kn/m3, untuk soft normally consolidated clay

= 1386 Kn/m3, untuk pasir tak padat terendam air.

Untuk tugas akhir ini diambil nilai nh = 1386 Kn/m3

Letak titik jepit terhadap tanah dengan tiang pancang diameter 475 mm,

nilai Zf = 4,1 m

Perhitungan letak titik jepit tanah terhadap tiang pancang berdasarkan

(51)

IV - 51 D = 45,7 cm d = 43,2 cm E = 2,04 x 106 Kg/cm2 I = 1 64 d 4 = 43836,3 cm4 N = 9 Kh = 0,15 N = 9 x 0,15 = 1,35 = ( ) ( ) = 0,004451128

1/ = 2,25 m (dari dasar laut)

Berdasarkan hasil pemodelan pada program SAP 2000, diperoleh

gaya aksial, gaya tarik maksimum, gaya geser maksimum dan momen

maksimum pada tiang pancang. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel

(52)

IV - 52 Tabel 34 Hasil Analisis Tiang Pancang

Tabel 35 Rekapitulasi Gaya Aksial Maksimum, Gaya Geser Maksimum Dan Momen Maksumum Pada Tiang

No Struktur Fondasi Tiang

Gaya Aksial Gaya Geser Momen

Tekan

ton Comb

Tarik

ton Comb ton Comb tm Comb

1 Dermaga 220,967 0,00156 0,3285 0,88

TABLE: Element Forces - Frames

Frame Station OutputCase CaseType P V2 V3 T M2 M3

Text m Text Text Tonf Tonf Tonf Tonf-m Tonf-m Tonf-m

133 8,2 COMB1 Combination -198,329 -0,255 0,0765 -0,001 -0,23826 0,68858 134 8,2 COMB1 Combination -194,957 0,0935 0,1124 -0,00156 -0,33249 -0,25291 135 8,2 COMB1 Combination -209,939 0,033 0,1369 -0,0013 -0,39569 -0,08941 136 8,2 COMB1 Combination -212,523 -0,0011 0,1415 -0,00066 -0,40625 0,00278 137 8,2 COMB1 Combination -212,151 1,33E-14 0,1392 3,17E-15 -0,39926 -3,3E-14 138 8,2 COMB1 Combination -212,523 0,0011 0,1415 0,00066 -0,40625 -0,00278 139 8,2 COMB1 Combination -209,939 -0,033 0,1369 0,0013 -0,39569 0,08941 140 8,2 COMB1 Combination -194,957 -0,0935 0,1124 0,00156 -0,33249 0,25291 141 8,2 COMB1 Combination -198,329 0,255 0,0765 0,001 -0,23826 -0,68858 142 8,2 COMB1 Combination -204,116 -0,2907 -0,0458 -0,00051 0,09215 0,78519 143 8,2 COMB1 Combination -193,418 0,0651 0,000699 -0,00096 -0,03067 -0,17593 144 8,2 COMB1 Combination -204,749 0,027 0,0182 -0,0008 -0,07488 -0,07308 145 8,2 COMB1 Combination -206,946 0,000337 0,017 -0,00042 -0,06987 -0,00096 146 8,2 COMB1 Combination -206,766 2,21E-15 0,0166 3,11E-15 -0,06817 -5,9E-15 147 8,2 COMB1 Combination -206,946 -0,00034 0,017 0,00042 -0,06987 0,00096 148 8,2 COMB1 Combination -204,749 -0,027 0,0182 0,0008 -0,07488 0,07308 149 8,2 COMB1 Combination -193,418 -0,0651 0,000699 0,00096 -0,03067 0,17593 150 8,2 COMB1 Combination -204,116 0,2907 -0,0458 0,00051 0,09215 -0,78519 151 8,2 COMB1 Combination -220,967 -0,3285 -0,1546 -0,001 0,38628 0,88734 152 8,2 COMB1 Combination -202,048 0,0364 -0,117 -0,00156 0,2872 -0,09856 153 8,2 COMB1 Combination -210,185 0,0285 -0,1036 -0,0013 0,25414 -0,07717 154 8,2 COMB1 Combination -212,422 -0,00022 -0,1068 -0,00066 0,26475 0,00058 155 8,2 COMB1 Combination -212,161 8,89E-16 -0,1067 3,21E-15 0,26507 -5,2E-15 156 8,2 COMB1 Combination -212,422 0,00022 -0,1068 0,00066 0,26475 -0,00058 157 8,2 COMB1 Combination -210,185 -0,0285 -0,1036 0,0013 0,25414 0,07717 158 8,2 COMB1 Combination -202,048 -0,0364 -0,117 0,00156 0,2872 0,09856 159 8,2 COMB1 Combination -220,967 0,3285 -0,1546 0,001 0,38628 -0,88734

(53)
(54)

IV - 53 4.5.3 Kontrol Daya Dukung Tiang Menahan Gaya Aksial Tekan dan Tarik

Tabel 36 Daya Dukung Tiang Pancang (Referensi Titik BH 3)

Diameter tiang : 457 mm Gaya aksial : 220,967 t Elevasi muka tanah : - 5, 0 m

Berat tiang : 0,7 t/m Gaya aksial (SF 3) : 662,9 t Elevasi dermaga : + 3,20 m

Depth N N' NP' K qP AP QP Ns' NS qS AS QS QL L Wtiang Qtekan Qtarik

m m LWS SPT SPT SPT t/m2 t/m2 m2 ton SPT

SP

T t/m2 m2 ton ton m ton ton ton

3,5 -2,25 9 12 8 40 306,7 0,16 50,3 12 6 3,00 5,03 15,1 65,4 5,5 0,38234 65,0 15,5 5,5 -4,25 7 11 11 40 440,0 0,16 72,2 11 12 4,83 7,90 38,2 110,4 7,5 0,52264 109,9 38,7 7,5 -6,3 5 10 11 40 453,3 0,16 74,4 10 11 4,67 10,77 50,3 124,7 9,5 0,66295 124,0 50,9 9,5 -8,3 11 13 13 12 152,0 0,164 25,0 13 12 4,83 13,6 66,0 90,9 11,5 0,80326 90,1 66,8 11,5 -10 15 15 18 12 218,0 0,16 35,8 15 12 5,07 16,5 83,7 119,5 13,5 0,94357 118,5 84,6 13,5 -12 38 27 23 12 276,0 0,164 45,3 27 15 5,86 19,39 113,7 159,0 15,5 1,08387 157,9 114,7 15,5 -14 40 28 29 12 346,0 0,164 56,8 28 16 6,48 22,26 144,2 201,0 17,5 1,22418 199,8 145,4 17,5 -16 50 33 23 20 466,7 0,164 76,6 33 18 7,15 25,14 179,6 256,2 19,5 1,36449 254,9 181,0

(55)

IV - 54 4.5.4 Kontrol Kekuatan Tiang

Defleksi lateral ujung maksimum tiang dengan ujung jepit dimana

muka tanah dianggap posisi jepit tiang dan tiang dianggap sebagai

struktur kantilever yang dijepit pada kedalaman Z

Y maks = u (e

3

1 dimana :

Hu = gaya horizontal maksimum yang mampu dipikul tiang (Kn)

= u e

Mu = momen ultimate pada tiang (Kn-m)

= . W

= tegangan leleh baja (BJ 37) = 2448 Kg/cm2

W = modulus section tiang baja

= dimana : D = diameter tiang t = tebal tiang

e = jarak antar tiang, gaya horizontal dan elevasi muka tanah

= elevasi muka tanah – 1 + elevasi dermaga

Z = jarak antara titik jepit dengan seebed

E = modulus tiang = 2,0 x 108

(56)

IV - 55

Tabel 37 Kontrol Terhadap Defleksi

No

Pondasi Struktur

D t W I Zf e Mult Hult ymaks yyad

Cek

cm cm cm3 cm4 m m kN m kN cm cm

1 Dermaga 45,7 1,27 1918 43836 4,1 8,2 46,0 49,7 8,9 3,4 OK

4.5.5 Kontrol terhadap momen tahanan tiang

Pengontrolan terhadap Momen Tahanan Tiang perlu dilakukan

dengan maksud agar momen yang terjadi pada tiang tidak melebihi

kapasitas momen yang dapat dipikul tiang. Mult > M aktual tiang.

Pada perencanaan ini, dapat kita lihat momen ultimate tiang pada

tabel 37 dan momen aktual tiang pada tabel 37, dimana momen aktual

terbesar tidak melebihi momen ultimate, maka tiang masih dalam

keadaan kuat memikul momen.

4.5.6 Kontrol terhadap tekuk

Gaya aksial yang mampu dipikul tiang pancang dengan

memperhatikan tekuk tiang, dihitung dengan memperhatiakan tipe jepitan

kepala tiang dapat mempergunakan formula berikut ini.

P r= (e

(57)

IV - 56 4.5.7 Kontrol terhadap gaya horisontal ultimate

Gaya horisontal ultimate (Hu) harus lebih besar dari gaya

horisontal aktual struktur.

4.5.8 Kontrol terhadap kekuatan bahan

Kontrol terhadap kekuatan bahan adalah kontrol terhadap

teganngan aktual yang terjadi dengan tegangan yang diijinkan tiang.

Perumusan kontrol kekuatan bahan adalah sebagai berikut ini.

aktual= P A dimana :

aktual = tegangan aktual

P = gaya aksial

A = luas penampang

M = momen aktual

W = modulus section tiang baja

Tegangan aksial ijin i in harus lebih besar dari tegangan aktual

ad dimana tegangan aksial ijin untuk BJ 37 adalah 1600 kg/cm2.

Tabel 38 Kontrol terhadap Tekuk, Momen Tahanan Tiang, Gaya Horisontal Ultimate, dan Kekuatan Bahan

No

Pondasi Struktur

D t A Zf + e Pcr Paksial SF Mult Maktual SF Hult Haktual SF yad SF

cm cm cm2 m ton ton Pcr/P t m t m Mu/Ma ton ton Hu/Ha kg/cm2 ai/ yad

1 Dermaga 45,7 1,27 1642 12,3 579 220,967 2,6 4,6 0,888 5,23 7,5 0,32 22,7 180 9,1

Dari Tabel 38 seluruh kontrol yang dilakukan masih dalam batas aman,

(58)

Referensi

Dokumen terkait

Jika dana yang diambil digunakan untuk kegiatan, maka tanda bukti pemakaian dana yaitu Surat Pertanggung Jawaban Keuangan disertai bon, nota kontan, kuitansi atau

1) adalah objek di mana variable yang berbeda berinteraksi pada semua jenis waktu dan skala ruang dan yang menghasilkan sinyal yang dapat diamati. 3) sistem dapat diartikan

•• Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul Sel lemak dalam tubuh (sel adipose) yang ada di pinggang,pinggul atau tempat lain mensekresi leptin ke dalam

Berdasarkan beberapa definisi keaktifan belajar tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa keaktifan belajar siswa adalah segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non

Tahap ini merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam proses kreativitas untuk mewujudkan sebuah garapan karya seni tabuh kreasi, yaitu menjadikan suatu kesatuan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa baik respon siswa terhadap mata pelajaran matematika untuk materi pecahan senilai dengan bantuan

Deskriptor diambil berdasar- kan jumlah panelis yang menyatakan bahwa suatu soal diperkirakan mampu dijawab benar oleh siswa minimal lebih dari separoh (1/2) dari

Pada tahap pengumpulan data dengan teknik ini, editor memerlukan panduan atau acuan untuk mendapatkan berbagai teknik yang dibutuhkan untuk membuat sebuah editing yang