• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon kelapa sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika Barat di antara Angola dan Gambia. Sedangkan kelapa sawit Amerika, Elaeis

oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan (Hartanto, 2011).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq 2.1.2.Anatomi Kelapa Sawit

a. Akar

Kelapa sawit termasuk tumbuhan monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula (bakal akar) dan plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini akan mati dan kemudian disusul dengan tumbuhnya sejumlah akar yang berasal dari pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia. Berdasarkan pengelompokkan akar adalah :

Tabel 2.1.Pengelompokan Akar Dan Diameternya

Sumber : BPM (2000) : Pengelompokkan akar dan diameternya

Akar primer tumbuh kebawah sampai kedalaman 1,5m, pertumbuhan ke samping akar ini sampai  6m dari pangkal pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 m dari pohon dan pada kedalaman 20-25cm.

Nama Akar Diameter (mm)

Primer 5-10

Sekunder 2-4

Tertier 1-2

(2)

Akar yang paling aktif menyerap air dan unsure hara adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0-60cm dan jarak 2-2,5m dari pangkal pohon.

b. Batang

Bakal batang disebut plumula (seperti tombak kecil). Tanaman kelapa sawit berbatang lurus, tidak bercabang. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60cm. bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100cm. sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertutup pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh 35-70cm / tahun. Pertumbuhan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, tanah, iklim, pupuk, kerapatan tanam dan lain-lain. Perkembangan tinggi batang normal adalah :

Tabel 2.2.Perkembangan tinggi batang normal Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) Umur (th) Tinggi (m) 3 1,6 11 7,5 19 11,5 4 2,2 12 8,4 20 11,9 5 2,6 13 8,9 21 12,2 6 3,8 14 9,8 22 12,4 7 4,5 15 10,0 23 13,0 8 5,4 16 10,5 24 13,2 9 5,7 17 11,0 25 14,0 10 6,7 18 11,3

Sumber : BPM (2000) : Perkembangan tinggi batang normal c. Daun

Daun kelapa sawit berupa daun tunggal dengan susunan tulang-tulang daun menyirip, tiap daun terdiri dari :

1) Rachis yaitu tulang daun utama yang sangat lebar di bagian bawah dan menempel pada batang (petioles) dan berangsur-angsur menyempit menuju ujung daun. Panjang mencapai 9m.

2) Pinnae yaitu anak daun berderet di sisi kiri dan kanan rachis dengan arah ke atas dan kebawah, jumlah bervariasi antara 250-400 helai. 3) Anak-anak daun yang ada di tengah lebih panjang dari pada yang

ada di pangkal ataupun diujung daun.

4) Anak-anak daun pada pangkal daun sangat memendek dan mengalami modifikasi menjadi duri-duri daun. Tiap anak daun

(3)

terdiri dari tulang daun (lidi) dan helai daun yang ada di kedua sisi lidi tersebut.

Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun (pelepah) per tahun dan pada tanaman tua antara 18-24 pelepah. Jumlah daun yang dipertahankan di tajuk pada tanaman dewasa 40-56 buah, selebihnya dibuang pada saat panen atau penunasan.

d. Bunga

Kelapa sawit termasuk tumbuhan berumah satu (monoceous) yaitu dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga betina berada pada rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga hermaprodit yaitu dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan betina.

Kelamin bunga sawit ditentukan ketika masih berupa primordial bunga yaitu kira-kira 20 bulan sebelum bunga muncul pada pohon. Deferensiasi sex: 42 bulan sebelum panen. Inisiasi sampai anthesis 18-24 bulan. 1) Bunga Betina

Tersusun dalam tandan dengan panjang 24-25cm. berisi beberapa ribu bunga betina yang muncul pada spikelet yang berduri (tersusun secara spiral pada tangkai bunga). Bunga betina terbungkus dalam seludang. Jumlah spikelet 100-200 buah, tiap spikelet terdapat 15-20 bunga.

Ketika bunga betina siap diserbuki 9ada mectar) warnanya putih sampai kuning pucat. Kepala putik tersusun dari 3 bagian berwarna putih dengan sebuah garis merah. Setelah bunga diserbuki warnanya berubah menjadi kemerah-merahan dan akhirnya dengan kehitaman. Seludang mulai membuka dari pucuk ke pangkal jadi masaknya dari pucuk dahulu. Bunga betina tidak masak serempak semuanya, bunga betina yang dibentuk pada pangkal tandan akan masak belakangan. Bunga-bunga ini tidak semua berhasil menjadi buah, biasanya antara 600-1500 buah.

2) Bunga Jantan

Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan berbentuk sperti jari yang disebut spikelet, jumlah spikelet 100-250, panjang spikelet 12-20cm. tiap spikelet terdiri dari 500-1500 kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan. Bunga jantan ketika membuka berbau

(4)

harum yang khas untuk memikat serangga penyerbuk. Serangga penyerbuk dari Afrika yang telah disebarkan di perkebunan adalah Elaedobius kemerunicus.

Bunga jantan masak dari arah pangkal ke ujung spikelet. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan tepung sari sebesar 25-50gr. Masa masak bunga jantan berlangsung 2-3 hari setelah itu warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak berfungsi lagi. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan jantan adalah 15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.

e. Buah

Buah kelapa sawit tersusun dalam satu tandan. Diperlukan waktu 5,5-6,0 bulan dari saat penyerbukan sampai matang panen. Dalam 1 rangkaian terdapat  1800 buah yang terdiri dari buah luar, tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena posisi yang terjepit mengakibatkan tidak berkembang dengan baik. Berat satu buah bervariasi 15-30gr, panjang 3-5cm. buah matang yang lepas dari tandan disebut brondolan.

Buah kelapa sawit adalah buah batu (drupe) yang tidak bertangkai (sessile). Bagian-bagian buah yaitu Eksocarp (kulit), Mesocarp (sabut/daging buah), Endocarp (tempurung/cangkang). Kernel yang dibungkus dengan testa (kulit biji). Biji terdiri dari cangkang, embrio, endosperm yang menjadi cadangan makanan pada waktu pertumbuhan biji. Embrio terdiri dari bakal batang (plumula) dan bakal akar (radicula). Embrio panjangnya 3mm dan diameternya 2mm

f. Biji

Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji Dura Afrika panjangnya 2-3cm dan bobot rata-rata mencapai 4gr sehingga dalam 1kg terdapat 250 biji. Biji Dura Deli memiliki bobot 13gr per biji, dan biji Tenera Afrika rata-rata memiliki bobot 2gr per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari enam bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannnya lebih tinggi, maka biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Hartanto, 2011).

(5)

2.2. Bibit Kelapa Sawit

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).

Untuk menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan agar tercapai pertumbuhan bibit kelapa sawit yang sesuai standar, Adapun standar pertumbuhan bibit kelapa sawit seperti Tabel 1 dibawah ini:

Tabel 2.3. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit Umur (bulan) Jumlah Pelepah Tinggi bibit (cm) Diameter batang (cm) 3 3.5 20.0 1.3 4 4.5 25.0 1.5 5 5.5 32.0 1.7 6 8.5 35.9 1.8 7 10.5 52.2 2.7 8 11.5 64.3 3.6 9 13.5 88.3 4.5 10 15.5 101.9 5.5 11 16.5 114.1 5.8 12 18.5 126.0 6.0

Sumber : Direktorat Tanaman Tahunan, Departemen Pertanian 2.3. Bibit Kembar (Poliembrio) Kelapa Sawit

Bibit kembar dari PPKS dapat mencapai 5% dari keseluruhan bibit. Bibit kembar sering juga disebut dengan istilah doubletone dan multi embrio. Pada dasarnya bibit kembar mempunyai sifat genetik yang mirip dan dapat dipelihara menjadi tanaman yang produktif atau sama dengan bibit bertunas tunggal. Hal yang penting adalah bagaimana kita memisahkan kedua bibit yang tumbuh dan memeliharanya sehingga menjadi bibit yang tumbuh jagur (Darmosarkoro dkk, 2008).

(6)

2.4. Mikoriza Arbuskular

Mikoriza mempunyai peranan penting dalam peningkatan pertumbuhan tanaman dengan cara meningkatkan kemampuan tanaman dalam penyerapan air dan unsur hara terutama P dengan cara memperluas area serapan. Simbiosis mikoriza dengan tanaman dimulai dari perkecambahan spora atau bentuk lain dalam propagul yang terdapat di dalam tanah. Spora kemudian berkecambah dan masuk ke dalam korteks akar membentuk arbuskular, yang merupakan tempat pertukaran hara antara mikoriza dengan tanaman inangnya. Hifa mikoriza berkembang keluar dari akar masuk ke dalam tanah yang disebut dengan hifa eksternal, yang berperan menyerap hara dan air. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan fisiologi pada tanaman inang, yaitu meningkatnya pertumbuhan tanaman dan ketahanan terhadap cekaman lingkungan yang berbeda dengan tanaman tanpa mikoriza (Mosse, 1981). Pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan secara umum dinyatakan bahwa tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari tanaman tanpa mikoriza. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman dan membantu dalarn meningkatkan efesiensi penyerapan unsur hara terutama fosfor pada lahan marginal. Prinsip kerja mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa internal dan eksternal. Di samping membentuk hifa internal, mikoriza membentuk hifa eksternal yang dapat memperluas bidang serapan air dan hara. Ukuran hifa yang lebih halus memungkinkan hifa menyusup ke pori mikro sehingga hifa bisa menyerap air pada kondisi kadar air tanah yang sangat rendah. serapan air yang lebih besar oleh tanaman bermikoriza, juga membawa unsur hara yang mudah larut melalui aliran massa (Hanafiah dkk, 2009). Inokulasi mikoriza berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan serapan P lebih tinggi pada bibit kelapa sawit dibandingkan dengan bibit yang tidak diberi perlakuan inokulasi mikoriza, Hal ini dikarenakan hifa eksternal dari mikoriza yang berperan sebagai sistem perakaran dimana hifa eksternalnya menyediakan permukaan yang lebih efektif dalam menyerap unsur hara dari tanah yang kemudian dipindahkan ke akar inang (Kartika, 2007)

Berdasarkan penelitian Muslimin (1994), inokulasi mikoriza meningkatkan tinggi tanaman 12.5-23.2% dan bobot kering tajuk 13.6-23.9% pada pembibitan kakao (Theobroma cacao L).

(7)

2.5. Kompos Blotong

Penggunaan blotong sebagai pupuk untuk menambah kebutuhan hara bagi tanaman tidak bisa diharapkan, dikarenakan kadar unsur haranya yang relative rendah, namun penggunaan blotong sebagai soil amendment (bahan yang memperbaiki sifat tanah) dapat digunakan (Muhali, 1981)

Blotong (limbah pabrik gula) ternyata cukup efektif menekan laju penguapan air tanah. Sifat higroskopisnya mampu mengikat air hujan dalam jumlah banyak. Salah satu alternatif memanen air hujan dan menyiasati kekeringan, menurut Justika adalah pemanfaatan mulsa blotong. Sifat higroskopis limbah tebu/pabrik gula yang disebabkan kandungan niranya membuat lahan mampu mengikat air hujan lebih banyak. Dengan begitu pembenamannya ke dalam tanah diharapkan dapat menyerap air hujan lebih banyak sehingga kelembaban tanah dapat terjaga lebih lama. Bukan hanya itu, mulsa juga trut mempengaruhi aspek-aspek iklim lainnya. Mulsa dari blotong mampu menekan energi radiasi untuk menguapkan air tanah dan memanaskan udara (Baharsyah, 2007) Penelitian yang dilakukan Mulyadi (2000) menunjukkan bahwa pemberian blotong berpengaruh nyata meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah rumpun, dan bobot kering kering tebu bagian atas berumur 4 bulan yang ditanam di tanah kandiudoxs. Dosis efektif yang digunakan adalah sekitar 40 ton ha-1 dibanding perlakuan tanpa blotong. Hasil yang diperolehi menunjukkan peningkatan tinggi tanaman 58 %, diameter batang sebesar 31 %, jumlah tanaman/rumpun sebesar 25 % dan bobot kering tanaman bagian atas sebesar 225 %.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kirana (2008), pengaruh pemupukan kompos blotong terhadap pertumbuhan tanaman nyata pada jumlah daun 6 MST dan diameter batang 12 MST. Pengaruh pemberian kompos blotong terhadap pertumbuhan tebu lahan kering terjadi dalam waktu yang tidak secepat penggunaan pemupukan anorganik. Pertumbuhan tinggi tanaman dan luas daun tebu berjalan lebih lambat daripada tanpa pemberian kompos blotong. Dosis kompos blotong 7.5 ton ha-1 sampai 10 ton ha-1 meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan jumlah anakan (umur tiga bulan setelah tanam) daripada kontrol. Pada bobot kering akar dan bobot kering tajuk, pemberian kompos blotong yang diberikan masih terlalu rendah untuk menghasilkan pertumbuhan yang melebihi pertumbuhan tanaman tanpa kompos blotong. Dalam penelitiannya, pemberian kompos blotong tidak meningkatkan sifat kimia tanah tetapi meningkatkan unsur N dalam tanah daripada tanpa kompos blotong. Dosis 7.5 ton ha-1 sampai 10 ton ha-1 kompos

(8)

blotong menghasilkan sifat kimia tanah optimum bagi ketersediaan hara dalam tanah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Purwono (2011), dosis blotong cukup nyata mempengaruhi frekuensi penyiraman. Di dalam penelitiannya, aplikasi blotong 5 ton ha-1 dapat mengurangi frekuensi penyiraman dari tiap minggu menjadi 2 minggu sekali. Aplikasi blotong harus diprioritaskan untuk daerah-daerah yang memiliki kadar organik tanah <3 %, karena daerah-daerah ini cenderung rentan terhadap kekeringan, atau ke daerah-daerah dengan musim tanam antara bulan Juli sampai September setiap tahunnya.

Gambar 2.1. Kompos Blotong

Gambar

Tabel 2.3. Standar pertumbuhan bibit kelapa sawit  Umur  (bulan)  Jumlah  Pelepah  Tinggi bibit (cm)   Diameter batang (cm)  3  3.5  20.0  1.3  4  4.5  25.0  1.5  5  5.5  32.0  1.7  6  8.5  35.9  1.8  7  10.5  52.2  2.7  8  11.5  64.3  3.6  9  13.5  88.3
Gambar 2.1. Kompos Blotong

Referensi

Dokumen terkait

Upaya represif di lakukan pada saat telah terjadi kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan sanksi hukuman.Upaya yang telah dilakukan

Kelompok kontrol akan tetap diberikan pakan standar, sedangkan kelompok perlakuan akan diberikan yoghurt koro pedang selama 3 minggu (hari ke-19 sampai 39).. Pengukuran

Terdapat dua tema besar yang menjadi sorotan literatur dalam kajian ini: pertama, kerangka penggubalan kurikulum yang berasaskan kepada kerangka ilmu fardu ain

perempuan perspektif hukum Islam dan hukum positif dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal merupakan sistem pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat yaitu terdapat bangunan yang digunakan untuk memproses

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di SMP/MTs: Bahan Rujukan bagi LPTK (Tegaskan oleh fasilitator bahwa yang dipelajari pada sesi ini adalah pertanyaan tingkat

the aim is to explore how responsibilities (e.g. responsibility for body weight) are presented in online advertisements for two different, private actors, Weight Watchers on

‘Umdat al-Muhtajîn ilâ Suluk Maslak al-Mufradîn merupakan salah satu dari karya-karya al-Râuf al-Sinkîlî yang ditulis dalam bahasa Jawa (baca: Melayu) supaya