34
B A B III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Perusahaan
3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) didirikan pada tanggal 15 Mei 1959 dan memperoleh status bank umum devisa pada tahun 1988 serta mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989 melalui penawaran umum saham perdana (initial public offering).
Sejak itu BII terus berkembang menjadi salah satu bank swasta nasional terkemuka di Indonesia dengan visi “Menjadi Bank Terbaik di Indonesia yang Menyediakan Layanan Nasabah dan Produk Inovatif Berkelas Dunia”.
PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. (BII) adalah salah satu bank terbesar di Indonesia dengan jaringan Internasional yang memiliki lebih dari 235 cabang dan 725 ATM BII diseluruh Indonesia, dan juga sudah terkoneksi dengan lebih dari 20.000 ATM yang tergabung dalam jaringan ATM PRIMA, ATM BERSAMA, ALTO, CIRRUS dan DBS/POSB Bank Singapura, serta hadir di Mauritius, Mumbai dan Cayman Islands. BII menyediakan berbagai produk dan layanan kepada perusahaan berskala menengah dan komersial. Sedangkan diperbankan konsumer, BII juga menyediakan produk-produk unggulan seperti kartu kredit, KPR, Auto loan, deposito dan layanan perbankan prioritas, yaitu
35 korporasi diantaranya layanan trade finance, cash management, pinjaman, custodian dan foreign exchange.
BII masuk dalam 10 besar bank dalam katagori customer loyalty index untuk kartu krdit. Untuk menjaga nasabah kartu kredit tetap loyal, BII selalu memberikan edukasi kepada para nasabahnya untuk selalu menggunakan kartu kredit dengan bijak. Sehingga nasabah tidak terbelenggu dengan utang yang diakibatkan oleh penawaran-penawaran diskon yang sifatnya impulsive. PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. (BII) dalam usahanya mencapai visi menjadi bank terbaik di Indonesia adalah dengan menyediakan layanan nasabah dan produk inovatif berkelas dunia.
3.1.2. Struktur Perusahaan.
Dalam hal penanganan kredit konsumsi bermasalah Bank Internasional Indonesia membentuk satuan kerja khusus, yaitu Consumer Collection Division, yang struktur organisasinya ditetapkan melalui Surat Edaran. Adapun bagian dari unit kerja yang menangani kartu kredit bermasalah adalah tim Unsecured Collection.
1. Kepala Divisi Unit Kerja
Menetapkan target dan strategi sesuai kondisi account pada tiap-tiap tahap penagihan ataupun berdasarkan kewilayahan, memastikan fungsi pengawasan internal dijalankan sebaik mungkin guna menekan angka kerugian operasional
36 yang mungkin diderita bank, mengatur pembagian tugas dan tanggung jawab para bawahan langsung dan memutuskan kebijakan yang dipandang perlu guna mendukung pencapaian target.
2. Kepala Subdivisi / Wakil Kepala Divisi a. Yang mengepalai tim penagihan
Mengkoordinasikan tahap-tahap penagihan/penyelesaian kartu kredit bermasalah antar tim/bagian guna memperoleh hasil yang optimal, menetapkan metode pengawasan yang tepat terhadap proses penagihan agar pelaksanaan dilapangan sesuai dengan ketentuan dan kewenangan yang ada dan mengatur pembagian tugas dan tanggung jawab diantara kepala bagian.
b. Yang mengepalai tim pendukung operasional
Memberi dukungan terhadap aktivitas penagihan departemen lain melalui monitoring proses administrasi, dan upaya-upaya pengembangan layanan agar lebih gegas dan efisien serta mempertahankan tingkat kecepatan dan ketepatan.
Melakukan upaya pengembangan kompetensi karyawan melalui kegiatan pembekalan internal yaitu mengadakan training, dan me-review / menyusun materi training yang sesuai perkembangan bisnis/teknologi dan variasi produk.
Menandatangani dokumen/korespondensi untuk nasabah atau pihak eksternal, antara lain surat menyurat, perjanjian kerja sama, persetujuan prinsip.
37 c. Yang mengepalai tim perancangan strategi dan sistem.
Mengembangkan strategi penagihan yang tepat berdasarkan perkembangan kondisi portofolio sesuai sistim dan teknologi yang digunakan bank, agar memperoleh hasil yang optimal. Memastikan ketersediaan laporan perkembangan secara berkala mengenai pencapaian hasil penagihan dan mampu memproyeksikan portofolio untuk antisipasi jika kondisinya buruk.
3. Kepala Bagian
a. Mengawasi proses penyelesaian kartu kredit bermasalah, membina dan memotivasi para bawahannya agar mampu meningkatkan produktivitasnya secara maksimal. Memberikan input perbaikan terhadap ketentuan, prosedur atau kebijakan yang dinilai sudah tidak sesuai dengan perkembangan kondisi bisnis. Mengevaluasi kinerja tim terhadap target yang telah ditetapkan manajemen.
b. Monitoring penanganan keluhan debitur, memastikan agar sesuai dengan waktu yang ditentukan, mendukung pengadaan anggaran, infrastruktur, ATK.
Review atas kerja sama dengan pihak ketiga (perusahaan outsource atau agensi penagihan).
c. Menerjamahkan strategi penagihan kedalam bentuk/perangkat/sistem yang mudah dimengerti dan diimplementasikan oleh setiap anggota tim.
Merekomendasikan target penagihan bulan berjalan berdasarkan hasil analisis data ataupun peramalan masa depan.
38 4. Kepala Seksi/Sub Bagian
a. Menerapkan strategi penagihan dilapangan sesuai arahan pimpinan dan mengupayakan pencapaian hasil yang optimal. Memotivasi bawahan agar senantiasa mempertahankan prestasi kerja dan memberi saran untuk arah perbaikan.
b. Menjamin ketersediaan alat tulis kantor dan barang cetak. Melakukan pengkinian data karyawan, mencari dan membantu proses rekanan baru dalam Penyediaan tenaga alih daya, mensurvei dan merekomendasikan calon agensi yang akan menjadi rekanan bank.
c. Me-review dan menginformasikan hasil pengolahan data perkembangan hasil penagihan kepada semua tim secara harian dan bulanan. Membuat materi presentasi untuk manajemen mengenai perkembangan penagihan.
5. Supervisor.
a. Memotovasi staf penagihan, memberikan alternatip solusi bagi masalah yang mungkin terjadi dilapangan dalam berinteraksi dengan debitur. Mengawasi staf agar bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Menyusun metode untuk menjamin mutu kerja yang sebaik-baiknya.
c. Menarik data dari pusat data, mengolah dan menyajikan laporan perkembangan penagihan secara berkala
39 6. Staf
a. Menghubungi debitur dan melakukan penagihan serta menegosiasikan, serta membuat dan mengajukan usulan penyelesaian kepada atasan dilengkapi dengan kelengkapan dokumen yang disyaratkan..
b. Menginformasikan kepada atasan apabila menjumpai account yang diduga fraud atau transaksi yang tidak diakui debitur.
c. Memverifikasi kelengkapan dokumen penyelesaian, membantu pelaksanaan training bagi karyawan outsourcing, menyiapkan rekap absensi.
3.1.3. Agensi Penagihan
1. Pengertian Agensi Penagihan
Memenuhi ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 7/61/DASP tanggal 30 Desember 2005 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK), Bab II.B Laporan Insidentil sub Bab 2.b. laporan terkait kartu kredit poin1).b).(11) mengenai prosedur penunjukan agensi penagihan dan debt collector.
Agensi Penagihan adalah badan usaha yang bekerja sama dalam rangka melakukan penagihan kartu kredit bermasalah, dengan menyediakan jasa penagih (kolektor) yang bekerja dibawah pengawasan langsung oleh pegawai bank. Pihak bank memberikan penugasan sejumlah account kepada agensi untuk melakukan penagihan selama periode tertentu, dan memberikan komisi atas setiap hasil tunai yang tertagih dari nasabah. Sebuah agensi penagihan adalah bisnis yang mengejar
40 pembayaran utang oleh individu atau perusahaan. Sebagian besar agen penagihan yang ada beroperasi sebagai agen kreditor.
2. Perekrutan Agensi Penagihan
Untuk bisa bekerjasama antara perusahaan agensi penagihan dengan pihak perbankan dalam melakukan penagihan kartu kredit bermasalah ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh pihak perusahan agensi penagihan, hal ini dimaksudkan agar bisa meminimal kerugian baik pada pihak perbankan maupun nasabah yang akan ditangani. Disamping itu agar pihak perusahaan pengelola kolektor mempunyai badan hukum yang jelas. Didalam perekrutan agensi penagihan pihak perbankan harus benar-benar mengetahui keberadaan perusahaan agensi baik secara legalitas, kesiapan operasional maupun fisik perusahaan tersebut.
Kriteria yang harus dipenuhi antara lain :
a. Memiliki kelengkapan Administrasi : 1. Akta Pendirian (Anggaran Dasar) 2. NPWP
3. SIUP 4. TDP
5. KTP para pengurus
6. Daftar nama kolektor berikut foto dan identitas diri.
7. Rekening bank atas nama perusahaan.
41 b. Berbadan Hukum Perseroan Terbatas (PT)
c. Perusahaan atau para pengurusnya tidak terindikasi memiliki masalah hukum, atau masuk daftar hitam Bank Indonesia.
Berdasarkan kriteria tersebut pihak perusahaan mengajukan proposal penawaran kerjasama kepada pihak perbankan. Pihak bank akan mempelajari secara seksama oleh unit terkait sebelum dilakukan survey ke kantor agensi penagihan. Apabila proposal dianggap layak, pihak perbankan akan melakukan survey ke lokasi kantor agensi. Pada saat melakukan survey pihak perbankan akan
melakukan chek list untuk menggambarkan kondisi agensi yang mencakup :
• Keaslian dokumen yang dilampirkan dalam proposal penawaran.
• Kondisi kantor dan kelengkapan fasilitas lainnya.
• Kesiapan sumber daya manusia baik sumber daya operasional maupun sumber daya di lapangan.
• Program kerja yang akan dijalankan.
Dari hasil kunjungan ke kantor agensi akan dibuatkan laporan mengenai layak atau tidaknya agensi tersebut bisa bekerja sama. Jika hasil survey menyatakan tidak layak maka pihak perbankan akan menolak dan menerbitkan surat penolakan atas penawaran tersebut. Jika hasil survey merekomendasikan agensi tersebut layak, maka pihak agensi akan diundang untuk mempresentasikan program kerjanya. Apabila dari hasil presentasi agensi tersebut layak untuk bekerjasama maka akan dibuatkan “Perjanjian Kerja Sama”
42 3. Metode Penagihan
Tidak ada yang lebih menyebalkan bagi nasabah kartu kredit selain terlilit jeratan utang gara-gara kartu geseknya (kartu kredit). Selain pusing memikirkan cara membayar, juga harus menghindar dari debt collector yang tak kenal lelah mendatangi rumah dan kantor. Kondisinya berbalik 180 derajat dibanding saat pertama kali bank menawarkan kartu kredit. Untuk itu agar uang yang telah terpakai oleh nasabah bisa cepat kembali kepada pihak bank, maka perlu adanya trik-trik dalam hal penagihan, salah satunya yaitu dengan merekrut agensi penagihan.
Penanganan yang dilakukan oleh agensi penagihan tidak jauh berbeda dengan penanganan yang dilakukan oleh penagihan-penagihan sebelumnya, hanya saja pada pengaihan ini semua resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab pihak agensi penagihan karena sudah dituangkan didalam Perjanjian Kerja Sama, namun begitu tetap harus dibatasi oleh kode etik yang ada agar didalam melakukan penagihan, kolektor dilapangan tidak semaunya yang akan membuat nama baik pihak Bank dan Agensi Penagihan tercemar
Untuk menindak lanjuti dan mematuhi ketentuan Bank Indonesia tersebut, PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk (BII) dalam hal penanganan kredit konsumsi bermasalah, membentuk satuan kerja khusus, yaitu Consumer Collection Division yang struktur organisasinya ditetapkan melalui Surat Edaran.
Adapun bagian dari unit kerja yang menangani kartu kredit bermasalah adalah tim Unsecured Collection.
43 Ruang lingkup tugas yang diemban tim Unsecured Collection adalah melakukan penagihan kepada nasabah kartu kredit yang berpotensi menunggak atau telah menunggak 1 hari setelah jatuh tempo tagihan, atau yang pinjamannya telah dihapus bukukan.
Ada 3 metode penagihan yang saat ini digunakan pada PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. :
1. Penagihan melalui telepon dilakukan oleh desk collector dalam rangka mengingatkan debitur untuk melakukan pembayaran sesegera mungkin agar yang bersangkutan tidak terkena beban bunga dan denda lainnya yang lebih besar atau klasifikasi kredit memburuk. Negosiasi dilakukan dengan tata cara dan bahasa yang santun dan tidak melanggar kode etik yang ditetapkan oleh bank. Selain menagih petugas akan memberikan alternatip solusi penyelesaian tunggakan kepada debitur sesuai dengan kapasitasnya pada saat melakukan penagihan melalui telepon. Petugas akan menghubungi debitur melalui telepon dengan melihat klasifikasi kredit yaitu 1 – 5 dengan masa tunggakan 1 – 180 hari.
2. Penagihan lapangan dilakukan oleh kolektor untuk mendukung penagihan melalui telepon ataupun ditujukan bagi debitur yang sulit dihubungi atau diajak negosiasi melalui telepon petugas lapangan mendatangi rumah, kantor atau tempat lain yang diduga debitur berada dengan maksud menekankan
44 kepada debitur agar segera melakukan pembayaran. Petugas lapangan bisa melakukan negosiasi dan memberikan alternatip solusi penyelesaian tunggakan kepada debitur sesuai dengan kapasitasnya. Pada metode ini klasifikasi yang ditangani adalah 2- 3, dengan masa tunggakan 30 – 119 hari.
3. Penagihan melalui jasa agensi pun dilakukan untuk mendukung penagihan sebelumnya ataupun ditujukan bagi nasabah yang sulit dikontak atau diajak bernegosiasi dan umumnya dilakukan dalam hal bank memiliki keterbatasan jumlah sumber daya kolektor internal. Klasifikasi yang ditangani oleh agensi penagihan adalah 4-5 dengan masa tunggakan diatas 120 hari.
3.2. Desain Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan Metode Regresi Linear Sederhana, dimana dalam metode ini didasarkan pada hubungan satu variabel independent dengan satu variabel dependent .
3.2.1. Variabel dan Skala Pengukuran 1. Variabel
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruhnya antara jumlah tenaga penagih sebagai variabel terikat terhadap pembayaran kartu kredit sebagai variabel bebas.
45 2. Skala Pengukuran
Skala Pengukuran yang dipakai adalah dengan memakai data rasio yaitu dimana data-data yang digunakan adalah berupa data kuantitatif. Jenis data dengan skala rasio sama dengan jenis data dengan skala interval yaitu semua operasi matematikanya dapat digunakan, hanya bedanya pada skala interval nol itu bukan berarti tidak ada. Misalnya suhu, dengan suhu nol derajat celsius bukan berarti tidak ada suhu karena nol derajat celsius sama dengan 32 derajat farenheit.
Itu hanya menunjukan suatu nilai yang berarti tidak ada sama sekali. Beberapa contoh dengan skala rasio seperti : berat, tinggi, panjang.
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel jumlah tenaga penagih.
Yang dimaksud dengan jumlah tenaga penagih adalah jumlah SDM/kollektor yang bertugas melakukan penagihan kartu kredit dibawah naungan perusahaan agensi yang bergerak dibidang penagihan yang bekerja sama dengan bank.
b. Variabel Jumlah Pembayaran
Yang dimaksud dengan jumlah pembayaran adalah pembayaran tagihan kartu kredit dalam rupiah yang dilakukan oleh nasabah dalam rangka mengurangi jumlah hutang.
46 3.3. Hipotesis
Berdasarkan pengamatan sepintas terhadap operasional perusahaan agensi penagihan maka peneliti menggunakan hipotesis, bahwa jumlah tenaga penagih mempengaruhi hasil penagihan kartu kredit.
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Metode Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh teori- teori yang relevan yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami literatur yang berhubungan dengan objek penelitian dan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, dengan cara mengambil data-data sekunder yaitu berupa dokumen yang tercetak dari PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk. yang dapat dipakai sebagai bukti untuk keterangan yang digunakan dalam penelitian ini.
3.5. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah cross section (data satu waktu) yaitu merupakan sekumpulan data untuk suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu tertentu.
47 3.6. Metode Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode regresi linear sederhana karena untuk menjelaskan pengaruh variabel independen (X) terhadapa variabel dependen (Y).
Analisa regresi mengukur hubungan fungsional antara dua variabel atau lebih. Hubungan fungsional antara Y dan X secara matematis dinyatakan sebagai : Y = f (X), hubungan tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh X terhadap Y.
Dalam penelitian ini variabel X mewakili jumlah SDM sedangkan variabel Y mewakili jumlah pembayaran.
a. Pada analisis regresi linear sederhana, hubungan fungsional antara variabel independent X dan variabel dependent Y berbentuk fungsi linear.
Y = a + bX
Koefisien b pada X yang disebut koefisien regresi menunjukan tingkat ketergantungan Y pada X. Kalau b = 0 maka Y tidak tergantung pada X.
Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen. Bila b (+) maka naik, dan
48 bila (-) maka terjadi penurunan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
b. Sedangkan Uji t dihitung dengan cara sebagai berikut :
r =
dimana, r = korelasi
setelah diketahui nilai r, maka kita dapat mencari nilai t dengan rumus sebagai berikut:
t =
r = korelasi n = jumlah sampel
Selanjutnya nilai t hitung kita bandingkan dengan t tabel. Dari perbandingan antara t hitung dan t tabel maka dapat kita simpulkan apakah H0
diterima atau ditolak dengan tingkat kesalahan 5%.