• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KBK DAN KKNI DI PERGURUAN TINGGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KBK DAN KKNI DI PERGURUAN TINGGI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM KBK DAN KKNI DI PERGURUAN TINGGI

Rifky Serva Tuju, Dinn Wahyudin, Donna Crosnoy Sinaga, Norce Lenora Saleky, Melkius Ayok

1,3,4,5Sekolah Tinggi Teologi Erikson Tritt Manokwari, Papua Barat, Indonesia

2Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Email: Serva@stteriksontritt.ac.id, dinn_wahyudin@upi.edu, crosnoy@stteriksontritt.ac.id, norce@stteriksontritt.ac.id, Melky@stteriksontritt.ac.id

Abstrak

Kurikulum Pendidikan Tinggi sangatlah pengting dalam membangun sebuah keberhasilan suatu Perguruan Tinggi. Dalam pengembagannya kurikulum telah beberapa kali terjadi perubahan dan dua diantara kurikulum yang sangat kita kenal adalah kurikulum Berbasis Kompetensi KBK dan Kerangkan Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI. Kedua pengembangan kurikulum ini pada dasarnya memiliki konsep yang sama yaitu meningkatkan mutu daya saing lulusan Perguruan Tinggi di Indonesia. Kurikulum KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan isi, dan bahan pelajaran, serta cara penyampaian sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada siswa student Center Learning. Sedangkan KKNI merupakan sebuah rujukan nasional yang dibuat secara khusus agar lulusan memiliki peningkatan mutu, daya saing dalam sector sumberdaya manusia yang dicapai melalui capaian pembelajaran dari kurikulum KKNI tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjadi studi terhadap kedua kurikulum tersebut.

Kata kunci: KBK, KKNI, Kurikulum Abstract (12pt Bold)

Higher Education curriculum is very important in building a success of a college.

In the development of the curriculum there have been several changes and two of the curricula that we are very familiar with are the KBK Competency Based curriculum and the Indonesian National Qualification Framework KKNI. Both of these curriculum development basically have the same concept that is to improve the quality of competitiveness of higher education graduates in Indonesia. Kbk curriculum is a set of plans and arrangements regarding the purpose of content, and subject matter, as well as how to deliver as guidelines for the implementation of learning activities that focus on student center learning. SedangkanKKNI is a national reference made specifically so that graduates have quality improvement, competitiveness in the human resources sector achieved through learning achievements from the KKNI curriculum. This research aims to be a study of both curricula.

Keywords: KBK, KKNI, Curriculum

(2)

Pendahuluan

Kurikulum menjadi sebuah landasan dalam kemajuan pendidikan dan memberikan dampak bagi kehidupan. Seiring dengan cepatnya perubahan teknologi dan kemajuan pendidikan kurikulum juga pun ikut mengalami perubahan. Perubahan kemajuan zaman menuntut segala system pendidikan berubah sesuai dengan kebutuhan yang terjadi. Kurikulum memiliki peran sentral dalam membekali siswa tetapi juga memberikan perkembangan secara ilmu pengetahuan yang dapat menuntun siswa agar siswa atau mahasiswa dapat berkembang sesuai minat, bakat dan moral kepribadian.

Bukan hanya sekedar itu, siswa dituntut untuk memiliki keterampilan yang dituntut dunia kerja.

Dalam mengantisipasi berbagai perubahan diatas maka perlu dibuat berbagai pengembangan kurikulum pendidikan. Kurikulum KBK misalnya menjadi model kurikulum yang dirancang pada pendidikan kejuruan yang memiliki kemampuan, keahlian dan keterampilan khusus dalam mengahadapi perubahan kemajuan zaman.

Serupa dengan KBK, KKNI juga disusun berdasarkan kebutuhan dan tujuan khusus yang disesuaikan dengan system pendidikan dan pelatihan karir dalam dunia kerja. Selain itu KKNI juga dirancang agar memiliki kesetaraan dengan system kualifikasi negara-negara yang ada di Eropa. KKNI juga dibuat untuk lebih mudah disetarakan dan diterima oleh Negara lain sehingga berdampak bagi pertukaran peserta didik, dan tenaga kerja antar Negara dengan mudah dan tepat.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan membuat perbandingan antara kurikulum KBK dan KKNI di Perguruan Tinggi. Peneliti menggunakan sebuah pendekatan deskriptif, studi pustaka dalam membandingkan serta menganalisis kedua jenis kurikulum tersebut. Penelitian ini penulis buat agar para pembaca mengerti dan memahami bahwa sejatinya perubahan kurikulum terjadi oleh karena kebutuhan manusia yang pada dasarnya selalu berubah.

Hasil dan Pembahasan

Menurut Hilda Talba (Taba, 1962) mengemukakan bahwa Kurikulum biasanya berisikan pernyataan tujuan dan sasaran khusus itu menunjukkan beberapa pilihan dan pengaturan konten/isi, memanifestasikan pola-pola tertentu dalam pembelajaran dan pengajaran, baik karena ada tujuan atau tuntutan oraganisasi yang membutuhkan. Dan akhir kurikulum mencakup program evaluasi dari hasil.

Kurikulum adalah seperangkan rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Hidayati, Syaefudin, &

Muslimah, 2021). Sedangkan Menurut Rusman para memandang bahwa kurikulum sebagai seluruh kegiatan yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah (all the activities that are provided of the students by the school) (Fathoni, 2015).

(3)

Sejalan dengan hal pengertian diatas undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional, memberikan arti tentang kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

1. Perkembangan Kurikulum di Indonesia

Setiap satuan pendidikan mempunyai system dalam menghasislkan lulusan yang berkualitas. Dalam system pendidikan tinggi Indonesia memiliki beberapa tahapan pokok yaitu input, proses, autput dan outcomes. Dalam masanya kurikulum di Indoenesia beberapa kali mengalami perubahan pada tahun 1994 ada kurikulum berbasis isi yang mengutamakan ketercapaian IPTEKS, di era tahun 2000 dan 2002 dibentuklah kurikulum yang mengutamakan pencapaian kompetensi yang bertujuan untuk mendekatkan pendidikan kepada kondisi pasar kerja dan industri. Pada tahun 2012 oleh karena dorongan perkembangan globalisasi kurikulum yang disebut sebagai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI di buat dengan tujuan menjadi pembangun sumber daya manusia dan tenaga kerja Indonesia yang memiliki pengalaman kerja dan kuat dalam pembelajaran mandiri (Nasution, 2017).

2. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikukulum berbasis memiliki arah pengembangan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan nilai sikap serta minat peserta didik sehingga peserta didik menjadi mahir dalam bidang kompetensi minat peserta didik. Menurut SK Mendiknas Nomor 232/U/200 Pasal 1 butir 6 adalah seperangkat dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di Perguruan Tinggi. Sedangkan menurut SK Mendiknas No. 045/U/2002 pasal 21 kompetensi adalah sebuah tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan konsep kurikulum yang disusun oleh Departemen Pendidikan Nasional Republik Undonesia yang dibuat untuk menggantikan Kurikulum 1994. Kurikulum KBK dirancang pada tahun 2000 dan mulai diterapkan oleh pemerintah saat itu pada tahun 2004.

Kurikulum berbasis Kompetensi memberikan kebebasan terhadap Sekolah- sekolah dalam mengembangkan silabus mata kuliah sehingga Perguruan Tinggi dapat menyusun perangkat pelajaran yang sesuai dengan potensi Perguruan Tinggi dan masyarakat yang ada di sekitar. Dengan demikian Perguruan Tinggi dapat dengan bebas melakukan pembelajaran yang efektif agar tercapainya sebuah tujuan yang diharapkan dari materi yang disajikan oleh dosen yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

(4)

3. Ciri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dediknas memberikan cirri-ciri Kurikulum Berbasis Kompetensi yang penulis kutip dari Sholeh Hidayat (Hidayat & Wardan, 2013). Ciri-ciri tersebut adalah pertama, menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Kedua, berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman. Ketiga, Penyampaian pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi. Keempat, Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber lainnya yang memenuhi unsur edukatif.

Kelima, penilaian menekankan pada proses belajar dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.

Kurikulum KBK mengutamakan sebuah pencapaian kompetensi sebagai wujud usaha pendekatan yang bertujuan mendekatkan pendidikan kepada kondisi pasar dan industry yang terus berkembang. Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi ditetapkan kompetensi utama oleh kesepakatan bersama antara kalangan perguruan tinggi, masyarakat profesi, dan pengguna lulusan. Sedangkan kompetensi pendukung lainnya, ditetapkan oleh perguruan tinggi sendiri (Kaimuddin, 2015).

Dengan demikian KBK bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkopeten dan dapat membangu identitas budaya. Kurikulum ini juga memberikan pengetahuan agar lulusan memiliki keterampilan dan pengalaman belajar dan mewujudkan karakter nasional. KBK juga sangat memudahkan guru ketika menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan pilar pendidikan yaitu learning to know, learning to be, dan learning to live together.

4. Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi

Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dirancang agar disesuaikan dengan keadaan perguruan tinggi yang disebut dengan Student-Centered Learning (SCL). Dalam kurikulum Berbasis Isi semua pembelajaran terpusat kepada Dosen. Sedangkan ketika perubahan kurikulum menjadi KBK semua pembelajaran menjadi terpusat kepada mahasiswa. Seperti pada table di bawah ini:

(Kurikulum Berbasis Isi) Pembelajaran Terpusat Pada Dosen

(Kurikulum Berbasis Kompetensi ) Pembelajaran Terpusat Pada

Mahasiswa Pengetahuan ditransfer dari dosen kepada

Mahasiswa

Mahasiswa aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan yang dipelajarinya Mahasiswa menerima Pengetahuan secara

pasif

Mahasiswa aktif dalam mengelola Pengetahuan

Menggunakan Penguasaan Kepada Materi Tidak hanya menekankan pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan karakter mahasiswa Biasa menggunakan media tunggal Manfaatkan banyak Media Fungsi guru/dosen sebagai pemberi

informasi utama dan evaluator

Fungsi dosen sebagai fasilitator dan evaluasi dilakukan bersama mahasiswa

(5)

(Kurikulum Berbasis Isi) Pembelajaran Terpusat Pada Dosen

(Kurikulum Berbasis Kompetensi ) Pembelajaran Terpusat Pada

Mahasiswa Proses pembelajaran dan penilaian

dilakukan secara terpisah

Proses pembelajaran dan asesmen dilakukan secara berkesinambungan

dan terintegrasi

Menekankan pada jawaban yang benar Menekankan pada proses pengetahuan.

Kesalahan dinilai dan dijadikan sebagai sumber pengetahuan.

Kurikulum KBK juga memiliki Rancangan Pembelajaran yang di susun oleh dosen. Bentuk dari Rancangan Pembelajaran tersebut terdiri dari garis besar perencanaan yang dalam kurikulum KBK disebut dengan Garis Besar Perencanaan Pengajaran (GBPP). GBPP juga merupakan sebuah rencana dalam kegiatan pengajaran yang dibuat dalam satu semester. Dalam KBK juga dosen wajib memiliki SAP yang merupakan rincian kegiatan setiap minggu tatap muka (Anwar et al., 2020).

Format GBPP untuk kurikulum berbasis kompetensi digunakan untuk menjabarkan Kompetensi Dasar (KD) menjadi materi dasar dan alokasi waktu yang lebih rinci, dan daftar pustaka yang diperlukan. Banyak contoh format GBPP yang telah disesuaikan dengan kurikulum berbasis kompetensi yang terdapat di Internet (Sujana, Himawan, Elvina, Rahayu, & Atnah, 2014).

GBPP dibuat harus berdasarkan Analisis instruksional yang memiliki rangkaian pencapaian tujuan pengajaran. Semua yang dibuat dan disusun dalam GBPP yaitu rangkaian pengajaran dalam perkuliahan yang akan diakhiri dengan ujian akhir semester.

Perencanaan pembelajaran sebuah mata kuliah memberikan keterangan seperti ini. Pertama, rumusan kemampuan yang harus dicapai dalam setiap tahapan pembelajaran. Kedua, rumusan kemampuan akhir yang harus dicapai disetiap tahapan pembelajaran yang bila semua tahap telah dilakukan diharapkan kompetensinya bisa tercapai; Ketiga, waktu yang disediakan untuk mendapatkan kemampuan tahapan tadi; Keempat, strategi/bentuk pembelajaran yang diterapkan untuk mencapai kemampuan akhir tiap tahapan; Kelima, bahan kajian tiap tahap;

Keenam, kriteria penilaian yang terkait dengan kemampuan akhir yang diharapkan untuk setiap kegiatan pembelajaran, dan Ketujuh, bobot nilai di tiap tahap pembelajaran (Anwar et al., 2020).

Selain itu dalam perencanaan pembelajaran KBK mahasiswa harus memiliki panduan tugas-tugas yang wajib dikerjakan untuk mencapai ketentuan dalam suatu tahap pembelajaran seperti:

(6)

Mata Kuliah :

Semester : ……… sks:………

Minggu Ke : ……… Tugas ke :……..

Tujuan Tugas : ……….

Uraian Tugas : ………..

a. Objek Garapan:………..

b. Yang harus dikerjakan: ………

c. Cara pengerjaan :………..

d. Deskripsi tugas yang dikerjakan

Kriteria Penilaian:……….%

Gambar 1

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) 5. Desain Kurikulum Perguruan Tinggi KKNI

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI memiliki pengembangan pengetahuan yang khusus dibuat agar menyesuaikan dengan kebutuhan sumber daya manusia kemudian dirumuskan ke hasil belajar pendidikan tinggi. Deskripsi belajar tersebut kemudian digunakan untuk merumuskan studi materi. Selanjutnya, studi materi tersebut dipakai untuk merumuskan konsep materi dan satuan kredit semester (SKS). Dari konsep materi dan SKS dirumuskan struktur materi kurikulum pada KKNI. Imam Nur Aziz memberikan langkah-langkah kualifikasi dalam pengembangan kurikulum KKNI sebagai berikut (Nuraziz, 2018).

a. Merancang profil alumni dan hasil belajar. Ini sebagai tanggapan lembaga untuk menghasilkan alumni yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sebelum merancang hasil pembelajaran harus membuat analisis SWOT dan tracer study dengan mempertimbangkan kebijakan institusi dan program studi.

b. Merancang bahan kajian dilakukan melalui proses evaluasi kurikulum. Beberapa rumusan hasil belajar harus terintegrasi dengan kurikulum KKNI yang meliputi empat unsure yaitu: 1). Sikap dan Nilai-nilai, 2). Kemampuan Kerja, 3), Keterampilan pengetahuan, 4). Tanggng jawab.

c. Merancang materi, struktur kurikulum, dan menentukan satuan kredit semester (SKS). a). merancang bahan yang dibutuhkan untuk mendapatkan beberapa hasil belajar berdasarkan analisis dan diskusi. b). Dalam proses merancang wajib membuat struktur kurikulum, dengan menggunakan pendekatan yang logis. c).

dalam merancang satuan kredit semester, penulis harus mengetahui jumlah kredit semester mahasiswa untuk mencapai kompetensi

d. Perencanaan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dikembangkan oleh setiap dosen.

(7)

6. Manajemen Kurikulum KKNI

Kurikulum KKNI menyediakan Sembilan jenjang kualifikasi. Jenjang kualifikasi tersebut terdiri dari jenjang 1 sampai jenjang 9 yag dibuat dan dipetakan secara komprehensif sesuai dengan kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang ditinjau sesuai dengan kebutuhan penghasil dan pengguna tenaga kerja. Kualifikasi KKNI juga dibuat sesuai dengan mempertimbangkan kondisi secara menyeluruh setiap Negara termasuk di dalamnya ialah teknologi, ilmu pengetahuan, seni, sera beberapa sector perekonomian, ksesejahteraan rakyat, seperti perindustrian, ksehatan dan hokum. Aspek-aspek kualifikasi lainnya yang sangat penting juga yaitu membangun jati diri bangsa yang tercermin dari Bhineka Tunggal Ika serta komitmen untuk terus mengakui keberagaman, suku, agama, bahasa dan budaya yang menjadi chiri khas dari Indonesia. Seperti digambarkan dalam level lulusan di bawah ini.

Gambar 2

Level Kelulusan Pendidikan Tinggi

Menurut A. Fanoni (Fathoni, 2015) Penjenjangan kualifikasi pada KKNI dengan jenjang sembilan sebagai jenjang tertinggi tidak serta‐merta berarti bahwa jenjang tertinggi KKNI tersebut lebih tinggi dari jenjang kualifikasi yang berlaku di Eropa (8 jenjang) dan Hongkong (7 jenjang) atau sebaliknya lebih rendah dari jenjang kualifikasi yang berlaku di Selandia Baru (10 jenjang). Hal ini lebih tepat dimaknai bahwa jenis kualifikasi pada KKNI dirancang untuk memungkinkan setiap jenjang kualifikasinya bersesuaian dengan kebutuhan bersama antara penghasil dan pengguna lulusan perguruan tinggi, kultur pendidikan/pelatihan di Indonesia saat ini serta gelar lulusan setiap jalur pendidikan tinggi yang berlaku di Indonesia.

Secara konseptual, setiap jenjang kualifikasi dalam KKNI disusun oleh empat parameter utama yaitu (a) keterampilan kerja, (b) cakupan keilmuan/pengetahuan, (c)metoda dan tingkat kemampuan dalam engaplikasikan keilmuan/pengetahuan tersebut serta (d) kemampuan manajerial. Ke‐empat parameter yang terkandung

(8)

dalam masing‐masing jenjang disusun dalam bentuk deskripsi yang disebut Deskriptor KKNI. Dengan demikian ke‐9 jenjang KKNI merupakan deskriptor yang menjelaskan hak, kewajiban dan kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keahliannya (Fathoni, 2015).

Gambar 3

Manajemen Penyusunan Kurikulum 7. Pengembangan Kurikulum KKNI

Kurikulum menjadi salah satu factor penentu peningkatan mutu mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Peningakatan mutu juga ditentukan oleh sebuah kebijakan dan penerapan sebuah kurikulum yang memiliki kualitas. Biasanya kurikulum perguruan tinggi lebih bersifat keahlian dan ketrampilan. Subandijah yang penulis kutip dari Kisbiyanto (Kisbiyanto, 2016) mengangatakan bahwa kurikulum merupakan aktifitas dan kegiatan yang direncanakan diprogramkan bagi peserta didik. Jadi ada dua substansi dalam kurikulum, yaitu kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan di lembaga pendidikan dan kurikulum sebagai program yang direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas. Perencanaan program dan pelaksanaannya tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kurikulum berkedudukan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

(9)

Perguruan tinggi juga harus selalu mengembangkan kurikulum, yaitu kegiatan menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan tersebut (Soemanto & Soetopo, 1986).

Perguruan tinggi wajib harus mengembangkan kurikulum yang mereka miliki dengan melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru. Soetopo (Soemanto & Soetopo, 1986) mengatakan melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan menyempurnakan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama kegiatan pengembangan kurikulum yang dilakukan.

8. Tahap Perencanaan a. Penetapan Visi Misi

Tahap perencanaan Kurikulum KKNI dimulai dari penetapan Visi Misi.

Visi Misi merupakan sebuah tujuan atau impian perguruan tinggi yang akan dicapai. Rancangan visi misi merupakan sebuah gambaran masa depan yang akan dicapai oleh perguran tinggi atau program studi yang ada. Menurut Subandi (Subandi & Lazwardi, 2018) Visi merupakan rangkaian kata-kata yang yang dijadikan acuan masa depan terdapat nilai-nilai inti pada setiap lembaga atau sebuah organisasi, perguruan tinggi atau instansi, sedangkan Visi merupakan tujuan masa depan sebuah, organisasi, perguran tinggi atau intansi. Visi juga diartikan sebuah rancangan pemikiran yang telah ditetapkan oleh pendiri lembaga.

b. Rumusan Visi Misi

Penetapan Visi-misi melalui proses mekanisme penyusunan yang dilakukan oleh lembaga melalui beberapa kajian seperti kejian analisis SWOT dilingkungan internal maupun eksternal yang harus melibatkan stakeholders, gereja, masyarakat, mahasiswa, dosen, karyawan serta orang tua mahasiswa. Sehingga perumusan visi-mis dapat berjalan dengan baik sebelum ditetapkan sebagai visi- misi lembaga pendidikan tinggi.

c. Merumuskan Profil Lulusan

Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SN DIKTI) tahun 2014, setiap program studi wajib dilengkapi dengan target capaian pembelajaran sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan program terhadap para pemangku kepentingan. Untuk keperluan tersebut, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi c.q. Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, berdasarkan amanah Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 73 tahun 2013 perlu menyusun Panduan Capaian Pembelajaran (CP) lulusan program studi di perguruan tinggi.

Capaian Pembelajaran lulusan program studi selain merupakan rumusan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan harus dimilki oleh semua

(10)

lulusannya, juga merupakan pernyataan mutu lulusan. Oleh karena itu, program studi berkewajiban untuk memiliki rumusan Capaian Pembelajaran lulusan yang dapat dipertanggungjawabkan baik isi, kelengkapan deskripsi sesuai dengan ketentuan dalam SN DIKTI, serta kesetaraan level kualifikasinya dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Karena merupakan rumusan tujuan pendidikan dan pernyataan mutu lulusan, perumusan Capaian Pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan kurikulum program studi. Manfaat Capaian Pembelajaran selain untuk mengarahkan pengelola program studi agar mencapai target mutu lulusan, juga memberikan informasi kepada masyarakat tentang pernyataan mutu lulusan program studi di perguruan tinggi.

d. Pelaksanaan Kurikulum KKNI

Pelaksanaan kurikulum menjadi bagian yang sangat penting sebab jika pelaksanaan kurikulum tidak efektif dikarenakan perencanaan yang buruk. Jika pelaksanaan tidak efektif maka tujuan pembelajaran tidak mungkin tercapai.

Pelaksanaan pembelajaran yang merujuk pada kurikulum yang telah didiskripsikan, selanjutnya adalah menetapkan Recana Pelaksanaan semester (RPS) yang didalamya telah ditetapkan Tujuan perkuliahan, capaian kompetensi, learning out come (Lo), dan strategi pembelajaran dan rancangan penilaian (Subandi & Lazwardi, 2018).

Berikut ini adalah langkah-langkah menentukan pembelajaran efektif menurut David Boud (Boud, Keogh, & Walker, 2013):

1) menetapkan model pembelajaran yang paling efektif dengan melihat materi (topik) pembahasan,

2) menentukan tekhnik yang paling tepat sesuai dengan karakter pembelajar, 3) menetapkan strategi pembelajaran tatap mengutamakan pembelajar orang

yang mengalami belajar,

4) Dengan pendekatan yang tepat pada saat proses pembelajaran dimulai,

5) Menetapkan metode yang disesuaikan dengan materi serta lingkungan yang mendukung saat pembelajaran terjadi

6) Menggunakan media pembelajaran yang tepat, apabila kelima langkah ini ditempuh dengan efektif maka alat bantu ini akan efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Ketika mendeskripsikan dalam melaksanakan kurikulum KKNI harus sesuai dengan Standar Nasional Perguruan Tinggi yang terus berubah sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan perubahan global yang menuntut kurikulum harus berubah kearah pengembangan yang inovasi sehingga menghasilkan kompetensi lulusan yang mengacu terhadap Kualifikasi Kerangka Nasional Indonesia sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Sesuai dengan Perpres Nomor 8 tahun 2021 Program studi wajib memperjelas profil lulusan yang sesuai dengan

(11)

level KKNI yang harus dicapai dalam pelaksanaan kurikulum KKNI yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Gambar 4

Standar Kompetensi Lulusan 9. Evaluasi Kurikulum KKNI

Evaluasi kurikulum merupakan sebuah komponen penting dalam kurikulum Ibrahim dan Masitoh memberikan tujuan kurikulum:

a. Perbaikan Program

b. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak c. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Adapun yang harus dilaksanakan dalam evaluasi dan perbaikan kurikulum adalah: pertama, konten kurikulum hal ini terkait dengan materi suatu isi kurikulum, merevisi antara konten yang ada dengan kondisi yang terjadi saat sekarang.

Kedua, input, merupakan masukan yang menjadi penentu dalam efektifitas kurikulum yaitu sumber daya manusia dan sumberdaya sarana. Ketiga, proses, adalah pelaksanaan dari kurikulum itu sendiri terkait model , teknik dan strategi , metode dan media pembelajaran befungsi sebagai alat bantu mempercepat tercapainya tujuan pembelajaran (Subandi & Lazwardi, 2018).

Kesimpulan

Perubahan kurikulum menjadi satu hal yang sangat penting dalam kemajuan sebuah bangsa, dan kemajuan dunia pendidikan oleh karena terjadinya perubahan- perubahan pandangan dari beberapa ahli. Perubahan dari Kurikulum berbasis Isi kepada kurikulum Berbasis Kompetensi misalnya, perubahan dilakukan oleh karena perkembangan zaman dan teknologi juga telah berubah. Kurikulum berbasis isi yang pembelajarannya berpusat kepada dosen dianggap harus berubah kepada kurikulum berbasis kompetensi yang pembelajarannya berpusat kepada siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan perguruan tinggi yang ada.

(12)

Kurikulum Berbasis Kompetensi akhirnya digantikan lagi oleh Kerangka Kurikulum Nasional Indonesia setelah dianggap perlunya kualifikasi jenjang pada semua jenjang pendidikan serta kualifikasi sumber daya manusia Indoenesia yang diharapkan memiliki kesetaraan pengalaman kerja dan memiliki kemampuan dalam berbagai sector pekerjaan. KKNI juga merupakan sebuah perwujudan sebuah kualitas mutu bangsa yang di sesuaikan dengan system pendidikan nasional, serta pelatihan kerja nasional Indonesia yang bermutu serta memiliki daya saing dengan kualifikasi neagara lain.

Perubahan kurikulum bukan berarti tanpa tujuan. Perubahan kurikum memiliki tujuan-tujuan tertentu demi kemajuan dunia pendidikan dan dunia kerja yang bisa berdaya saing dan memiliki kualitas mutu yang tinggi. Sehingga, perubahan kurikulum dari KBK ke KKNI merupakan sebuah ide yang sangat cemerlang dalam membantu siswa untuk terus berkembang dan memiliki kualitas yang baik.

(13)

BIBLIOGRAFI

Anwar, Khairil, Hamdanah, Hamdanah, Jennah, Rodhatul, Riady, Akhmad, Sabian, Sabian, Erawati, Desi, Helim, Abdul, & Malisi, M. (2020). Pedoman Sistem Penugasan Dosen Dalam Proses Pembelajaran Di Lingkungan Iain Palangka Raya. Iain Palangka Raya. Google Scholar

Boud, David, Keogh, Rosemary, & Walker, David. (2013). Reflection: Turning Experience Into Learning. Routledge. Google Scholar

Fathoni, Ahmad. (2015). Manajemen Pengembangan Kurikulum Berbasis Kkni. Al- Idarah: Jurnal Kependidikan Islam, 5(1). Google Scholar

Hidayat, Sholeh, & Wardan, Anang Solihin. (2013). Pengembangan Kurikulum Baru.

Remaja Rosdakarya. Google Scholar

Hidayati, Wiji, Syaefudin, M. Pd, & Muslimah, Umi. (2021). Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan (Konsep Dan Strategi Pengembangan) (Vol. 1). Semesta Aksara. Google Scholar

Kaimuddin, Kaimuddin. (2015). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi. Al- Ta’dib: Jurnal Kajian Ilmu Kependidikan, 8(1), 19–38. Google Scholar

Kisbiyanto, Kisbiyanto. (2016). Manajemen Pengembangan Kurikulum Sistem Kkni Di Pgmi. Quality, 4(2), 387–414. Google Scholar

Nasution, Dewi Sartika. (2017). Urgensi Fintech Dalam Kurikulum Pendidikan Tinggi.

Iqtishaduna, 8(1), 116–129. Google Scholar

Nuraziz, Imam. (2018). Curriculum Development Of Kkni At English Education Department Of Inkafa Gresik. Jalie; Journal Of Applied Linguistics And Islamic Education, 1(2), 403–433. Google Scholar

Soemanto, Wasty, & Soetopo, Hendyat. (1986). Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Pt. Bina Aksara, Jakarta. Google Scholar

Subandi, Subandi, & Lazwardi, Dedi. (2018). Pengembangan Kurikulum Kkni Berbasis Entrepreneurship Pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Jurnal Iqra’: Kajian Ilmu Pendidikan, 3(2), 360–372. Google Scholar

Sujana, Janti G., Himawan, Deden, Elvina, Irma, Rahayu, Sri, & Atnah, Aat. (2014).

Kajian Ketersediaan Literatur Wajib Program Sarjana Ipb Pada Koleksi Perpustakaan Ipb. Jurnal Pustakawan Indonesia, 13(1). Google Scholar

Taba, Hilda. (1962). Curriculum Development: Theory And Practice. Google Scholar

(14)

Copyright holder:

Rifky Serva Tuju, Dinn Wahyudin, Donna Crosnoy Sinaga, Norce Lenora Saleky, Melkius Ayok (2022)

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

This article is licensed under:

Referensi

Dokumen terkait

Pada tambang bawah tanah sistem ventilasi sangat berperan penting guna memenuhi kebutuhan pernapasan manusia "pekerja# dan juga untuk menetralkan gas$gas beraun,

Hal ini didukung oleh peningkatan aktivitas guru dengan rata-rata 66,1% meningkat menjadi 89,6% dan peningkatan sikap siswa dari 58,3% menjadi 88,7%; dan (2) pembelajaran

Ilustrasi ini memperlihatkan betapa tingginya komitmen politik pemerintah (dalam hal ini pemerintah negara bagian) di AS untuk secara konsisten dan sustainable, membangun

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bobot kinerja karyawan tiap kriteria berdasarkan job description dengan ANP, mengetahui hasil penilaian kinerja

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan tingkat tiang dan pohon pada Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Hutan Diklat Bukit Suligi..

persamaan reaksi setara yaitu reaksi yang jumlah koefisien pada reaktan sama dengan jumlah koefisien pada produk (Sidauruk, 2005 ; Winarni, et al ., 2013 ;

nasi dan lauk pauk lauk pauk adal adalah ah sesu sesuai ai untu untuk k majl majlis is yang tetamuny yang tetamunya a iala ialah h oran orang-ora g-orang ng

Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian terkait dengan masalah yang ditemukan di atas, Maka pada kesempatan ini penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan