ANALYSE OF LAND DAMAGE CAUSE SIRTU MINING IN NGORO SUBDISTRICT REGION MOJOKERTO REGENCY BY USING REMOTE SENSING METHOD AND
GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Hardiawan Wicaksono1, DR. Ir. Muhammad Taufik1
1Geomatic Engineering Department, FTSP, ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email : w2n_88@yahoo.com
Abstract
Exploitation activity of mineral resources or digging material are one of development factors as fhisicly, economic, and social. On the other hand, activity of development mining rapid in the region as directly and indirectly had been changing land shape which was significant in order it can cause degradation of environment. The holes which was former mining and opening fertile land layer when mining could caused fertile region becoming infertile land and needing long time to back normal condition. So, it was needed mapping of land damage especially in mining region Ngoro Subdistrict, Mojokerto Regency.
Remote sensing technic and Geographic Information System were used mapping land damage in large region with the cost cheaper than terestris survey. Determination region of land damage was made base on several of paramaters such as vegetation cover, thickness land and sloping land. Map of land damage in Ngoro Subdistrict Mojokerto Regency was source of Aster image data 2009 and it was processed using ER Mapper software and Arc View 3.3
The result of research gave information about the level of land damage in mining region in Ngoro subdistrict Mojokerto Regency which were divided 5 classes such as undamage was about 3,615 Ha, medium of damage was about 173,255 Ha, potential of damage was about 53,668 Ha, Damage was about 395,249 Ha and Very damage was about 131,076 Ha
Keyword : Aster Image, Land damage in the mining region, Remote sensing and Geographic Information System.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Terdapatnya kegiatan penambangan sirtu di Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan perubahan bentuk lahan yang cukup signifikan sehingga diperkirakan menyebabkan degradasi atau kerusakan lingkungan yang harus segera diantisipasi guna menghindari degradasi lingkungan yang lebih besar dan komplek.
Belum tersedianya informasi tentang kondisi kerusakan lahan merupakan kendala bagi pemerintah daerah, antara lain kesulitan dalam perencanaan dan penataan wilayah kawasan pertambangan, serta semakin meluasnya penambangan bahan galian tanpa ijin atau secara illegal yang merusak lingkungan dan tidak adanya upaya reklamasi lahan.
Dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat dilakukan pemetaan dan analisa tingkat kerusakan lahan akibat eksploitasi penambangan yang tidak terkendali, Teknologi Penginderaan Jauh mampu memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, serta meliputi wilayah yang relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila dibandingkan dengan survai terestris. Sedangkan sistem informasi geografis mampu menyediakan informasi yang obyektif dan analisa kerusakan lahan akibat penambangan. Dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan untuk perencanaan dan penataan wilayah tersebut.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memperoleh
informasi kerusakan lahan secara cepat dan akurat kawasan pertambangan bahan galian golongan C khususnya sirtu (pasir-batu) dengan metode penginderaan jauh menggunakan citra Aster dan Sistem Informasi Geografis guna mendukung sistem evaluasi dan monitoring kondisi lingkungan akibat laju kegiatan pertambangan yang cepat.
Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Citra Satelit Aster.
2. Penelitian dibatasi pada skoring penurunan fungsi lahan dengan parameter kerusakan aspek topografi, tanah lapisan penutup, vegetasi, akibat kegiatan pertambangan sebagaimana KepmenLH No.43/KEP-MENLH/10/1996
3. Daerah penelitian dibatasi lahan pertambangan di wilayah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
4. Hasil analisa disajikan dalam bentuk peta kerusakan lahan.
5. Pembuatan Sistem Informasi Geografis menggunakan Arcview 3.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan di wilayah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto berkaitan dengan laju perkembangan pertambangan dengan metode penginderaan jauh.
2. Menyusun sistem informasi geografis untuk mendukung analisa kerusakan lahan secara cepat dan akurat sebagai bahan pertimbangan perencanaan wilayah.
Manfaat Penelitian
Diperoleh hasil analisa mengenai kondisi kerusakan lahan akibat eksploitasi bahan galian sirtu, dan menyediakan peta kerusakan lahan pada kawasan kegiatan pertambangan sebagai bahan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam.
METODOLOGI Lokasi Penelitian
Gambar 1. Lokasi Geografis Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 1110 20’13”-1110 40’47” BT dan antar 7018’35”-70 47” LS. Sedangkan Kecamatan Ngoro merupakan bagian dari Kabupaten Mojokerto terdiri dari 19 Desa.
Batas – Batas administratif Kecamatan Ngoro adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Timur: Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Selatan: Kecamatan Trawas dan Kabupaten Pasuruan
Sebelah Barat : Kecamatan Pungging dan Kecamatan Trawas
(BAPPEDA Kabupaten Mojokerto) Data dan Peralatan
Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Citra Satelit Aster tahun 2009 Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
2. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia (RBI) wilayah Kabupaten Mojokerto skala 1:25.000 sumber BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) tahun 1997, sheet 1608-134 (Porong) dan 1608-133 (Mojosari).
3. Peta Administrasi Kabupaten Mojokerto, untuk mengetahui batas-batas wilayah desa,kecamatan dsb.
4. Peta Digital Kedalaman Tanah wilayah Kecamatan Gempol-Ngoro Kabupaten Mojokerto, skala 1:25.000 tahun 2009
sebagai parameter kerusakan lahan berdasarkan ketebalan solum.
5. Peta Digital Kelerangan Lahan wilayah Kecamatan Gempol-Ngoro Kabupaten Mojokerto, skala 1:25.000 tahun 2009 sebagai parameter kerusakan lahan berdasarkan kemiringan lereng.
6. Data Potensi Sebaran Bahan Galian sebagai data pendukung untuk informasi kegiatan pertambangan didaerah penelitian.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Perangkat Keras (Hardware)
Notebook Personal Computer (PC) Intel®Core™ 2 Duo T6500 2.10 GHz, Memori DDR2 3002 MB, VGA Mobile Intel® 4 Series Express Chipset Family 1309 MB, Hard Drive 250 Gb.
Printer Canon PIXMA MP145 digunakan untuk mencetak hasil penelitian
GPS Navigasi GARMIN GPS 12 2. Perangkat Lunak (Software)
ER-Mapper 7.1 untuk pengolahan data citra Aster
Autodesk Land Desktop 2004 untuk digitasi peta
ArcView 3.3 untuk Analisa Data Spasial
Matlab R2007b digunakan untuk perhitungan Strengh Of Figure (SOF)
Microsoft Office 2007 untuk penulisan laporan
Tahapan Penelitian
Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah seperti pada diagram alir berikut
Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian
Tahap Pengolahan Data
Tahap pengolahan dibagi menjadi 2, yaitu pengolahan data citra satelit dan pembuatan sistem informasi geografis.
Cropping Citra Koreksi Geometrik
RMS Eror
= 1 Pixel
Citra Terkoreksi
Pengambilan Training Area
Klasifikasi Terselia
Uji Ketelitian Data
= 80 % Ya Tidak
Tidak
Penajaman Citra
Cek Lapangan
Citra Aster Tahun 2009
NDVI
Peta Kerapatan Vegetasi
Peta RBI 1 : 25000 Tahun 1994
Peta Klasifikasi Tutupan Lahan Ya
≥
≤
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Sistem Informasi Geografis
Penjelasan dari pengolahan data citra satelit adalah sebagai berikut :
1. Citra Aster yang digunakan yaitu citra Aster daerah Mojokerto dengan sensor VNIR (Visible and Near Infrared) level 1B resolusi spasial 15 meter dengan akuisisi 5 November 2009.
2. Koreksi Geometrik
Dalam pengolahan citra yang pertama dilakukan adalah koreksi geometrik bertujuan untuk mereduksi kesalahan geometrik sehingga dihasilkan citra terkoreksi geometrik. Dalam penelitian ini koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan acuan peta RBI tahun 2000 dengan skala 1:25000.
3. Pemotongan Citra (Cropping Citra) Proses pemotongan citra ini dilakukan untuk memberikan batasan daerah studi yaitu Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, pemotongan menggunakan map composition/annotation dengan data vektor peta kecamatan Ngoro pada ER- Mapper 7.1
4. Penajaman Citra
Penajaman citra bertujuan untuk meningkatkan mutu citra yaitu dengan meningkatkan kontras warna dan cahaya dari suatu citra sehingga memudahkan untuk interpretasi dari analisis citra.
5. Klasifikasi Citra dan NDVI
Pada penelitian ini klasifikasi citra menggunakan klasifikasi terselia atau Supervised Classification merupakan klasifikasi yang dilakukan secara digital, Proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutup lahan.
Kemudian dilakukan juga pemberian NDVI (Normal Difference Vegetation Index), yaitu algoritma yang diterapkan terhadap citra untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi.
6. Uji Ketelitian Klasifikasi Citra
Dilakukan untuk verifikasi hasil klasifikasi, apakah klasifikasi yang sesuai dengan syarat yang ada yaitu hasil ketelitian lebih dari 80%. Sehingga dari nilai yang didapatkan tersebut merupakan pembuktian terhadap nilai kevalidan data citra.
7. Diperoleh peta kerapatan vegetasi dan peta klasifikasi tutupan lahan.
Penjelasan dari analisa sistem informasi geografis adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Sistem Informasi Geografis dengan cara pengoverlayan (Tumpang Susun) dari peta kedalaman tanah, peta kelerengan lahan, peta sebaran vegetasi dan juga peta klasifikasi tutupan lahan, sebelumnya dilakukan editing bertujuan untuk pembetulan akibat perbedaan sistem koordinat.
2. Penentuan analisa kerusakan lahan pada kawasan pertambangan sirtu Kecamatan Ngoro dilakukan dengan pembobotan (Scoring) dari ketiga parameter tersebut.
Faktor-faktor tersebut kemudian dijumlah nilainya untuk mengetahui klasifikasi tingkat kerusakan lahan.
3. Data Spasial, dan data atribut di integrasikan dengan Software Arcview 3.3 dan dilakukan analisa Sistem Informasi Geografis, sehingga terbentuk informasi tentang tingkat kerusakan lahan di kawasan pertambangan sirtu di Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.
HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik
Dari pengolahan citra Aster akuisisi 5 November 2009 nilai RMS errors rata-rata sebesar 0.4322. Hasil RMS rata-rata citra mempunyai nilai RMS rata-rata kurang dari 1 pixel (Purwadhi, 2001) sehingga dianggap memenuhi toleransi yang diberikan.
Perhitungan Jaring Titik Kontrol (Strength Of Figure)
Desain jaring titik kontrol atau dikenal Strength Of Figure (SoF) tersebut dihitung untuk mengetahui kekuatan jaring.
Berdasarkan hasil perhitungan SoF yang telah dilakukan didapatkan nilai SoF sebesar 0.000272. Nilai tersebut telah mendekati angka nol, sehingga desain jaring SoF dianggap kuat (Abidin, 2000 dalam Masita, 2008).
Transformasi Indeks Vegetasi (NDVI) Transformasi NDVI dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
NDVI=(ρnir-ρred)/(ρnir+ ρred) Dimana :
ρnir : Nilai reflektan kanal inframerah dekat (Band 3 (0,760 - 0,860) )
ρred : Nilai reflektan kanal merah (Band 2 (0,630 - 0,690) )
Nilai pantulan spektral NDVI berdasarkan pada nilai histogramnya, maka kelas vegetasi dapat dibagi menjadi 4 kelas kerapatan yaitu vegetasi jarang, vegetasi sedang, vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat.
Analisa Klasifikasi Tutupan Lahan
Klasifikasi yang dilakukan pada citra Aster tahun 2009 menggunakan klasifikasi supervised. Hasil dari klasifikasi yaitu berupa Peta tutupan lahan yang diklasifikasi menjadi 8 kelas. (Lihat lampiran No.1)
Tabel 1. Luasan Tutupan Lahan Citra Aster tahun 2009
No Kelas Luasan
(ha) Prosentase (%)
1 Hutan 535.77 8.08
2 Industri 173.516 2.62
3 Daerah
Tertambang 294.687 4.45
4 Kebun 1874.982 28.29
5 Tegalan 1582.469 23.88
6 Pemukiman 1153.671 17.41
7 Sawah 855.737 12.91
8 Tubuh Air 102.492 1.55
Jumlah 6622.952 100
Sumber : Hasil Pengolahan Citra Aster dengan Software Arc View 3.3
Uji Ketelitian
Berdasarkan uji ketelitian dengan menggunakan confusion matrix, didapatkan hasil kebenaran ketelitian citra sebesar 87,02%. Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, maka klasifikasi dianggap benar, karena nilainya lebih besar dari 80%.
Analisa Sebaran Vegetasi
Berdasarkan analisis citra ASTER tahun 2009, semakin hijau menunjukan dominasi vegetasi, terang menunjukan kawasan miskin/tanpa tutupan vegetasi. Kondisi Sebaran vegetasi dapat dilihat pada lampiran No.2
Tabel 2. Luasan Kelas Tutupan Vegetasi No Kelas Luasan
(ha)
Prosentase
(%) Nilai Skor 1 Tidak
Ada 3819,989 57,68 1 30
2 Jarang 680,063 10,27 2 60
3 Sedang 875,738 13,22 3 90
4 Rapat 775,218 11,70 4 120
5 Sangat
Rapat 471,944 7,13 5 150
Jumlah 6622,952 100
Sumber : Hasil Pengolahan NDVI Citra Aster dengan Software ER Mapper 7.1
Analisa Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah merupakan kondisi terhadap tingkat ketebalan tanah yang ada di lokasi penelitian, keberadaan ketebalan tanah ini terkait terhadap kesuburan lahan dan berasal dari aktifitas alami (faktor alam).
Berdasarkan peta kedalaman tanah yang di dapat dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur tingkat ketebalan tanah dikelompokan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
Ketebalan tanah 25 – 50 cm
Ketebalan tanah 50 – 100 cm
Ketebalan tanah > 100 cm
Tabel 3. Luasan Kelas Kedalaman Tanah
No Kelas Luasan
(ha) Prosentase
(%) Nilai Skor
1 0 – 25 cm 366,624 5,52 1 15
2 25 – 50 cm 2934,038 4,2 2 30
3 50 – 100 cm 1814,255 27,33 3 45
4 > 100 cm 1523,744 22,95 4 60
Jumlah 6622,952 100
Sumber : Hasil Pengolahan dengan software Arc View 3.3
Pada daerah kawasan pertambangan banyak dijumpai kedalaman tanah antara 0 – 25 cm yaitu daerah dengan ketebalan tanah yang rendah yang dapat memicu perkembangan wilayah menjadi lahan yang tidak subur.
Analisa Kelerengan Lahan
Kelerengan lahan merupakan penilaian terhadap kondisi morfologi lahan akibat kegiatan penambangan, diketahui dari mengamati tingkat kelerengan yang eksisting di lokasi penelitian.
Berdasarkan peta kelerengan wilayah yang di dapat dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur tingkat kelerengan dikelompokan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
Kelerengan 0° - 15°
Kelerengan 15° - 30°
Kelerengan 30° - 60°
Kelerengan 60° - 90°
Tabel 4. Luasan Kelas Kelerengan Lahan
No Kelas Luasan
(ha) Prosentase
(%) Nilai Skor
1 0° - 15° 4576,705 68,73 4 80
2 15° - 30° 1158,97 17,40 3 60
3 30° - 60° 904,47 13,58 2 40
4 60° - 90° 18,6550 0,28 1 20
Jumlah 6622,952 100
Sumber : Hasil Pengolahan dengan software Arc View 3.3
Kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap limpasan, sehingga makin curam
lerengnya maka makin besar jumlah dan kecepatan limpasan yang terjadi.
Analisis Kerusakan Lahan
Berdasarkan hasil analisa dari peta kelerengan lahan, kedalaman tanah dan sebaran vegetasi, kemudian dilakukan overlay pada peta – peta tersebut, untuk mengetahui kerusakan lahan di lokasi penelitian dengan terlebih dahulu memberikan bobot nilai pada parameter kerusakan lahan tersebut.
Tabel 5. Nilai dan Bobot untuk penentuan kelas kerusakan lahan
No Variabel (Nilai
x Bobot) Minimal
(Nilai x Bobot) Maksimal
1 Vegetasi 30 150
2 Kedalaman Tanah 15 60
3 Kelerengan Lahan 20 80
Total 65 290
Sumber : Hasil Analisa
Total nilai yang didapatkan untuk harga minimal adalah 65 sedangkan untuk harga maksimal adalah 290, maka batasan untuk menentukan klasifikasi kerusakan lahan di lokasi penelitian berada pada kisaran 65 hingga 290. Kisaran ini merupakan patokan untuk penetapan kerusakan lahan Berdasarkan kisaran tersebut dengan mengacu Surat Dirjen. RRL. Nomor: 412/V-RKT/1997 tentang kriteria penetapan lahan kritis yaitu tingkat kerusakan lahan dikategorikan menjadi 5(Lima) kelas adalah sebagai berikut.
1. Sangat Rusak (pada kisaran 65 – 110) 2. Rusak (pada kisaran 111 – 155) 3. Agak Rusak (pada kisaran 156 – 200) 4. Potensial Rusak (pada kisaran 201 – 245) 5. Tidak Rusak (pada kisaran 246 – 290)
Tabel 6. Luasan Kelas Kerusakan Lahan Pada Kecamatan Ngoro
No Kelas Luasan
(ha) Prosentase (%)
1 Tidak Rusak 611,140 9,23
2 Agak Rusak 2398,516 36,21
3 Potensial Rusak 1042,8720 15,75
4 Rusak 2421,9750 36,57
5 Sangat Rusak 148,449 2,24
Total 6622,952 100
Sumber : Hasil Analisa
Kerusakan Lahan Pada Kawasan Pertambangan
Variabel yang digunakan untuk penilaian kerusakan lahan mengacu pada Kepmen LH nomor Kep-43/Menlh/10/1996 tentang kriteria kerusakan lingkungan bagi usaha atau
kegiatan penambangan bahan galian golongan C jenis lepas di dataran yaitu Vegetasi, Tanah dan Topografi. Kondisi kerusakan Lahan kawasan pertambangan dapat dilihat pada lampiran No.3
Tabel 7. Kondisi Lahan Pada Kawasan Pertambangan
No Lokasi Kondisi Lahan (Ha) Total
(Ha)
Daerah Tertambang Tidak Rusak Agak Rusak Potensial Rusak Rusak Sangat Rusak (Ha)
1
Daerah di dalam
wilayah SIPD
3,615 170,
334 53,665 328,294 79,527 635,
435 199,667
2
Daerah di luar wilayah
SIPD
- 2,921 0,003 66,955 51,549 121,
43 95,02
Total (Ha) 3,615 173,255 53,668 395.249 131,076 756,
865 294.687 Sumber : Hasil Pengolahan
Dari diagram di atas terlihat bahwa kondisi lahan pada daerah SIPD (Surat Ijin Pertambangan Daerah) dominan pada kondisi rusak, dari hasil analisa terlihat bahwa total area yang mengalami kondisi lahan sangat rusak sebesar 79,527 ha, dan kondisi rusak sebesar 328,294 ha.
Pada area di luar SIPD kondisi lahan rusak sebesar 55,14% atau seluas 66,955 ha dan kondisi lahan sangat rusak sebesar 42,45% atau seluas 51,549 ha.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil analisa kerusakan lahan akibat pertambangan di wilayah Ngoro dapat disimpulkan antara lain : 1. RMS error rata-rata citra ASTER adalah
0,4322 pergeseran rata rata setelah dilakukan rektifikasi adalah sebesar 0.4322 x 15 m = 6,48 meter, dengan nilai SoF sebesar 0.000272.
2. Dari hasil klasifikasi penutup lahan, maka didapatkan kelas terbesar adalah kebun yang memiliki prosentase 28,29% atau ± 1874,982ha, sedangkan pada daerah yang tertambang memiliki prosentase 4,45%
dengan luas 294,687ha.
3. Daerah tertambang yang di dapat dari hasil klasifikasi citra Aster tahun 2009 pada daerah tertambang yang ada di
dalam SIPD (Surat Ijin Pertambangan Daerah) seluas 199,667 Ha dan daerah tertambang yang ada di luar SIPD seluas 95,02 Ha yang menyebar pada Kelurahan Wates Negoro, Manduro Manggung, Kunjorowesi dan Wotanmasjedong.
4. Berdasarkan hasil analisa SIG dengan metode skoring Kondisi lahan pada kawasan pertambangan ditinjau dari aspek vegetasi, ketebalan tanah dan kelerengan lahan dengan kondisi lahan sangat rusak seluas 131,076 ha, kondisi lahan rusak seluas 395,249 ha, kondisi potensial rusak seluas 53,668, kondisi agak rusak seluas 173,255 dan kondisi tidak rusak 3,615 ha.
Saran
Adapun saran yang diberikan dari hasi penelitian ini adalah :
1. Perlu adanya pengecekan lapangan lebih mendalam dan parameter tambahan akibat pola penambangan.
2. Untuk pemetaan dengan skala lebih besar pada kawasan pertambangan diperlukan citra dengan resolusi yang lebih besar.
3. Hasil analisa kerusakan lahan dengan kriteria sangat rusak, rusak dan potensial rusak perlu diarahkan untuk bahan perencanaan dan penataan wilayah sesuai dengan RTRW Kabupaten Mojokerto
serta pengendalian dengan teknik reklamasi lahan yang benar pada kegiatan pasca tambang. Dan adanya langkah- langkah kebijakan pemerintah dalam penataan lahan bekas tambang.
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital.
Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Harsi, M.E. 2005. Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Pemetaan Potensi Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Tulungagung, Teknik Geodesi FTSP-ITS.
Surabaya.
Indriasari, N. 2004. Pemetaan Lahan Kritis Kabupaten Bangkalan dengan Metode Analisa Citra Satelit. Teknik Geodesi FTSP-ITS.
Surabaya.
Jensen, J.R. 2007. Remote Sensing of the Environment, University of south Carolina.
United States of America:.
Kepmen No.43/KEP-MENLH/10/1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis lepas Di Dataran.
Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1994. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Masita, D. 2008. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemantauan Kualitas Lingkungan Kabupaten Sidoarjo Dampak Lumpur Lapindo. Teknik Geomatika FTSP-ITS.
Surabaya
Prahasta, E. 2008. Remote sensing Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Informatika. Bandung.
Prahasta. E. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep- Konsep Dasar (Perspektif Geodesi &
Geomatika). Informatika. Bandung.
Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital.
Grasindo. Jakarta
Setiabudi, B.T., Sukandar, M., Ahdiat, A. 2006.
Pemantauan dan Pendataan Bahan Galian Pada Bekas Tambang dan Wilayah Peti di
Kabupaten Banjar
<URL:http://www.dim.esdm.go.id/index.ph p?option=com_content&view=article&id=2 29&Itemid=266> Dikunjungi pada tanggal 6 Mei 2010 pukul 14.00 WIB
Surat Dirjen. RRL. Nomor: 412/V-RKT/1997 tentang kriteria penetapan lahan kritis
Lampiran
1. Peta Tutupan Lahan
2. Peta Sebaran Vegetasi
3. Peta Kerusakan Lahan Kawasan Pertambangan