• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memperoleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memperoleh"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALYSE OF LAND DAMAGE CAUSE SIRTU MINING IN NGORO SUBDISTRICT REGION MOJOKERTO REGENCY BY USING REMOTE SENSING METHOD AND

GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM Hardiawan Wicaksono1, DR. Ir. Muhammad Taufik1

1Geomatic Engineering Department, FTSP, ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email : w2n_88@yahoo.com

Abstract

Exploitation activity of mineral resources or digging material are one of development factors as fhisicly, economic, and social. On the other hand, activity of development mining rapid in the region as directly and indirectly had been changing land shape which was significant in order it can cause degradation of environment. The holes which was former mining and opening fertile land layer when mining could caused fertile region becoming infertile land and needing long time to back normal condition. So, it was needed mapping of land damage especially in mining region Ngoro Subdistrict, Mojokerto Regency.

Remote sensing technic and Geographic Information System were used mapping land damage in large region with the cost cheaper than terestris survey. Determination region of land damage was made base on several of paramaters such as vegetation cover, thickness land and sloping land. Map of land damage in Ngoro Subdistrict Mojokerto Regency was source of Aster image data 2009 and it was processed using ER Mapper software and Arc View 3.3

The result of research gave information about the level of land damage in mining region in Ngoro subdistrict Mojokerto Regency which were divided 5 classes such as undamage was about 3,615 Ha, medium of damage was about 173,255 Ha, potential of damage was about 53,668 Ha, Damage was about 395,249 Ha and Very damage was about 131,076 Ha

Keyword : Aster Image, Land damage in the mining region, Remote sensing and Geographic Information System.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Terdapatnya kegiatan penambangan sirtu di Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengakibatkan perubahan bentuk lahan yang cukup signifikan sehingga diperkirakan menyebabkan degradasi atau kerusakan lingkungan yang harus segera diantisipasi guna menghindari degradasi lingkungan yang lebih besar dan komplek.

Belum tersedianya informasi tentang kondisi kerusakan lahan merupakan kendala bagi pemerintah daerah, antara lain kesulitan dalam perencanaan dan penataan wilayah kawasan pertambangan, serta semakin meluasnya penambangan bahan galian tanpa ijin atau secara illegal yang merusak lingkungan dan tidak adanya upaya reklamasi lahan.

Dengan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat dilakukan pemetaan dan analisa tingkat kerusakan lahan akibat eksploitasi penambangan yang tidak terkendali, Teknologi Penginderaan Jauh mampu memberikan kemudahan dalam analisis spasial, berulang, serta meliputi wilayah yang relatif luas dengan biaya yang relatif murah dan cepat bila dibandingkan dengan survai terestris. Sedangkan sistem informasi geografis mampu menyediakan informasi yang obyektif dan analisa kerusakan lahan akibat penambangan. Dari penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan untuk perencanaan dan penataan wilayah tersebut.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara memperoleh

(2)

informasi kerusakan lahan secara cepat dan akurat kawasan pertambangan bahan galian golongan C khususnya sirtu (pasir-batu) dengan metode penginderaan jauh menggunakan citra Aster dan Sistem Informasi Geografis guna mendukung sistem evaluasi dan monitoring kondisi lingkungan akibat laju kegiatan pertambangan yang cepat.

Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Citra Satelit Aster.

2. Penelitian dibatasi pada skoring penurunan fungsi lahan dengan parameter kerusakan aspek topografi, tanah lapisan penutup, vegetasi, akibat kegiatan pertambangan sebagaimana KepmenLH No.43/KEP-MENLH/10/1996

3. Daerah penelitian dibatasi lahan pertambangan di wilayah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

4. Hasil analisa disajikan dalam bentuk peta kerusakan lahan.

5. Pembuatan Sistem Informasi Geografis menggunakan Arcview 3.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan di wilayah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto berkaitan dengan laju perkembangan pertambangan dengan metode penginderaan jauh.

2. Menyusun sistem informasi geografis untuk mendukung analisa kerusakan lahan secara cepat dan akurat sebagai bahan pertimbangan perencanaan wilayah.

Manfaat Penelitian

Diperoleh hasil analisa mengenai kondisi kerusakan lahan akibat eksploitasi bahan galian sirtu, dan menyediakan peta kerusakan lahan pada kawasan kegiatan pertambangan sebagai bahan perencanaan dan pengelolaan sumberdaya alam.

METODOLOGI Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Geografis Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto

Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak di antara 1110 20’13”-1110 40’47” BT dan antar 7018’35”-70 47” LS. Sedangkan Kecamatan Ngoro merupakan bagian dari Kabupaten Mojokerto terdiri dari 19 Desa.

Batas – Batas administratif Kecamatan Ngoro adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Timur: Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Selatan: Kecamatan Trawas dan Kabupaten Pasuruan

Sebelah Barat : Kecamatan Pungging dan Kecamatan Trawas

(BAPPEDA Kabupaten Mojokerto) Data dan Peralatan

Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Citra Satelit Aster tahun 2009 Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

2. Peta Digital Rupa Bumi Indonesia (RBI) wilayah Kabupaten Mojokerto skala 1:25.000 sumber BAKOSURTANAL (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) tahun 1997, sheet 1608-134 (Porong) dan 1608-133 (Mojosari).

3. Peta Administrasi Kabupaten Mojokerto, untuk mengetahui batas-batas wilayah desa,kecamatan dsb.

4. Peta Digital Kedalaman Tanah wilayah Kecamatan Gempol-Ngoro Kabupaten Mojokerto, skala 1:25.000 tahun 2009

(3)

sebagai parameter kerusakan lahan berdasarkan ketebalan solum.

5. Peta Digital Kelerangan Lahan wilayah Kecamatan Gempol-Ngoro Kabupaten Mojokerto, skala 1:25.000 tahun 2009 sebagai parameter kerusakan lahan berdasarkan kemiringan lereng.

6. Data Potensi Sebaran Bahan Galian sebagai data pendukung untuk informasi kegiatan pertambangan didaerah penelitian.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Perangkat Keras (Hardware)

 Notebook Personal Computer (PC) Intel®Core™ 2 Duo T6500 2.10 GHz, Memori DDR2 3002 MB, VGA Mobile Intel® 4 Series Express Chipset Family 1309 MB, Hard Drive 250 Gb.

 Printer Canon PIXMA MP145 digunakan untuk mencetak hasil penelitian

 GPS Navigasi GARMIN GPS 12 2. Perangkat Lunak (Software)

 ER-Mapper 7.1 untuk pengolahan data citra Aster

 Autodesk Land Desktop 2004 untuk digitasi peta

 ArcView 3.3 untuk Analisa Data Spasial

 Matlab R2007b digunakan untuk perhitungan Strengh Of Figure (SOF)

 Microsoft Office 2007 untuk penulisan laporan

Tahapan Penelitian

Tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah seperti pada diagram alir berikut

Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian

Tahap Pengolahan Data

Tahap pengolahan dibagi menjadi 2, yaitu pengolahan data citra satelit dan pembuatan sistem informasi geografis.

Cropping Citra Koreksi Geometrik

RMS Eror

= 1 Pixel

Citra Terkoreksi

Pengambilan Training Area

Klasifikasi Terselia

Uji Ketelitian Data

= 80 % Ya Tidak

Tidak

Penajaman Citra

Cek Lapangan

Citra Aster Tahun 2009

NDVI

Peta Kerapatan Vegetasi

Peta RBI 1 : 25000 Tahun 1994

Peta Klasifikasi Tutupan Lahan Ya

(4)

Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Sistem Informasi Geografis

Penjelasan dari pengolahan data citra satelit adalah sebagai berikut :

1. Citra Aster yang digunakan yaitu citra Aster daerah Mojokerto dengan sensor VNIR (Visible and Near Infrared) level 1B resolusi spasial 15 meter dengan akuisisi 5 November 2009.

2. Koreksi Geometrik

Dalam pengolahan citra yang pertama dilakukan adalah koreksi geometrik bertujuan untuk mereduksi kesalahan geometrik sehingga dihasilkan citra terkoreksi geometrik. Dalam penelitian ini koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan acuan peta RBI tahun 2000 dengan skala 1:25000.

3. Pemotongan Citra (Cropping Citra) Proses pemotongan citra ini dilakukan untuk memberikan batasan daerah studi yaitu Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, pemotongan menggunakan map composition/annotation dengan data vektor peta kecamatan Ngoro pada ER- Mapper 7.1

4. Penajaman Citra

Penajaman citra bertujuan untuk meningkatkan mutu citra yaitu dengan meningkatkan kontras warna dan cahaya dari suatu citra sehingga memudahkan untuk interpretasi dari analisis citra.

5. Klasifikasi Citra dan NDVI

Pada penelitian ini klasifikasi citra menggunakan klasifikasi terselia atau Supervised Classification merupakan klasifikasi yang dilakukan secara digital, Proses klasifikasi dengan pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutup lahan.

Kemudian dilakukan juga pemberian NDVI (Normal Difference Vegetation Index), yaitu algoritma yang diterapkan terhadap citra untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi.

6. Uji Ketelitian Klasifikasi Citra

Dilakukan untuk verifikasi hasil klasifikasi, apakah klasifikasi yang sesuai dengan syarat yang ada yaitu hasil ketelitian lebih dari 80%. Sehingga dari nilai yang didapatkan tersebut merupakan pembuktian terhadap nilai kevalidan data citra.

7. Diperoleh peta kerapatan vegetasi dan peta klasifikasi tutupan lahan.

Penjelasan dari analisa sistem informasi geografis adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan Sistem Informasi Geografis dengan cara pengoverlayan (Tumpang Susun) dari peta kedalaman tanah, peta kelerengan lahan, peta sebaran vegetasi dan juga peta klasifikasi tutupan lahan, sebelumnya dilakukan editing bertujuan untuk pembetulan akibat perbedaan sistem koordinat.

2. Penentuan analisa kerusakan lahan pada kawasan pertambangan sirtu Kecamatan Ngoro dilakukan dengan pembobotan (Scoring) dari ketiga parameter tersebut.

Faktor-faktor tersebut kemudian dijumlah nilainya untuk mengetahui klasifikasi tingkat kerusakan lahan.

3. Data Spasial, dan data atribut di integrasikan dengan Software Arcview 3.3 dan dilakukan analisa Sistem Informasi Geografis, sehingga terbentuk informasi tentang tingkat kerusakan lahan di kawasan pertambangan sirtu di Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi Geometrik

Dari pengolahan citra Aster akuisisi 5 November 2009 nilai RMS errors rata-rata sebesar 0.4322. Hasil RMS rata-rata citra mempunyai nilai RMS rata-rata kurang dari 1 pixel (Purwadhi, 2001) sehingga dianggap memenuhi toleransi yang diberikan.

Perhitungan Jaring Titik Kontrol (Strength Of Figure)

Desain jaring titik kontrol atau dikenal Strength Of Figure (SoF) tersebut dihitung untuk mengetahui kekuatan jaring.

Berdasarkan hasil perhitungan SoF yang telah dilakukan didapatkan nilai SoF sebesar 0.000272. Nilai tersebut telah mendekati angka nol, sehingga desain jaring SoF dianggap kuat (Abidin, 2000 dalam Masita, 2008).

Transformasi Indeks Vegetasi (NDVI) Transformasi NDVI dapat dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:

NDVI=(ρnir-ρred)/(ρnir+ ρred) Dimana :

ρnir : Nilai reflektan kanal inframerah dekat (Band 3 (0,760 - 0,860) )

ρred : Nilai reflektan kanal merah (Band 2 (0,630 - 0,690) )

Nilai pantulan spektral NDVI berdasarkan pada nilai histogramnya, maka kelas vegetasi dapat dibagi menjadi 4 kelas kerapatan yaitu vegetasi jarang, vegetasi sedang, vegetasi rapat, dan vegetasi sangat rapat.

Analisa Klasifikasi Tutupan Lahan

Klasifikasi yang dilakukan pada citra Aster tahun 2009 menggunakan klasifikasi supervised. Hasil dari klasifikasi yaitu berupa Peta tutupan lahan yang diklasifikasi menjadi 8 kelas. (Lihat lampiran No.1)

Tabel 1. Luasan Tutupan Lahan Citra Aster tahun 2009

No Kelas Luasan

(ha) Prosentase (%)

1 Hutan 535.77 8.08

2 Industri 173.516 2.62

3 Daerah

Tertambang 294.687 4.45

4 Kebun 1874.982 28.29

5 Tegalan 1582.469 23.88

6 Pemukiman 1153.671 17.41

7 Sawah 855.737 12.91

8 Tubuh Air 102.492 1.55

Jumlah 6622.952 100

Sumber : Hasil Pengolahan Citra Aster dengan Software Arc View 3.3

Uji Ketelitian

Berdasarkan uji ketelitian dengan menggunakan confusion matrix, didapatkan hasil kebenaran ketelitian citra sebesar 87,02%. Sehingga dari hasil perhitungan tersebut, maka klasifikasi dianggap benar, karena nilainya lebih besar dari 80%.

Analisa Sebaran Vegetasi

Berdasarkan analisis citra ASTER tahun 2009, semakin hijau menunjukan dominasi vegetasi, terang menunjukan kawasan miskin/tanpa tutupan vegetasi. Kondisi Sebaran vegetasi dapat dilihat pada lampiran No.2

Tabel 2. Luasan Kelas Tutupan Vegetasi No Kelas Luasan

(ha)

Prosentase

(%) Nilai Skor 1 Tidak

Ada 3819,989 57,68 1 30

2 Jarang 680,063 10,27 2 60

3 Sedang 875,738 13,22 3 90

4 Rapat 775,218 11,70 4 120

5 Sangat

Rapat 471,944 7,13 5 150

Jumlah 6622,952 100

Sumber : Hasil Pengolahan NDVI Citra Aster dengan Software ER Mapper 7.1

Analisa Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah merupakan kondisi terhadap tingkat ketebalan tanah yang ada di lokasi penelitian, keberadaan ketebalan tanah ini terkait terhadap kesuburan lahan dan berasal dari aktifitas alami (faktor alam).

Berdasarkan peta kedalaman tanah yang di dapat dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur tingkat ketebalan tanah dikelompokan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:

(6)

 Ketebalan tanah 25 – 50 cm

 Ketebalan tanah 50 – 100 cm

 Ketebalan tanah > 100 cm

Tabel 3. Luasan Kelas Kedalaman Tanah

No Kelas Luasan

(ha) Prosentase

(%) Nilai Skor

1 0 – 25 cm 366,624 5,52 1 15

2 25 – 50 cm 2934,038 4,2 2 30

3 50 – 100 cm 1814,255 27,33 3 45

4 > 100 cm 1523,744 22,95 4 60

Jumlah 6622,952 100

Sumber : Hasil Pengolahan dengan software Arc View 3.3

Pada daerah kawasan pertambangan banyak dijumpai kedalaman tanah antara 0 – 25 cm yaitu daerah dengan ketebalan tanah yang rendah yang dapat memicu perkembangan wilayah menjadi lahan yang tidak subur.

Analisa Kelerengan Lahan

Kelerengan lahan merupakan penilaian terhadap kondisi morfologi lahan akibat kegiatan penambangan, diketahui dari mengamati tingkat kelerengan yang eksisting di lokasi penelitian.

Berdasarkan peta kelerengan wilayah yang di dapat dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Timur tingkat kelerengan dikelompokan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:

 Kelerengan 0° - 15°

 Kelerengan 15° - 30°

 Kelerengan 30° - 60°

 Kelerengan 60° - 90°

Tabel 4. Luasan Kelas Kelerengan Lahan

No Kelas Luasan

(ha) Prosentase

(%) Nilai Skor

1 0° - 15° 4576,705 68,73 4 80

2 15° - 30° 1158,97 17,40 3 60

3 30° - 60° 904,47 13,58 2 40

4 60° - 90° 18,6550 0,28 1 20

Jumlah 6622,952 100

Sumber : Hasil Pengolahan dengan software Arc View 3.3

Kemiringan lereng sangat berpengaruh terhadap limpasan, sehingga makin curam

lerengnya maka makin besar jumlah dan kecepatan limpasan yang terjadi.

Analisis Kerusakan Lahan

Berdasarkan hasil analisa dari peta kelerengan lahan, kedalaman tanah dan sebaran vegetasi, kemudian dilakukan overlay pada peta – peta tersebut, untuk mengetahui kerusakan lahan di lokasi penelitian dengan terlebih dahulu memberikan bobot nilai pada parameter kerusakan lahan tersebut.

Tabel 5. Nilai dan Bobot untuk penentuan kelas kerusakan lahan

No Variabel (Nilai

x Bobot) Minimal

(Nilai x Bobot) Maksimal

1 Vegetasi 30 150

2 Kedalaman Tanah 15 60

3 Kelerengan Lahan 20 80

Total 65 290

Sumber : Hasil Analisa

Total nilai yang didapatkan untuk harga minimal adalah 65 sedangkan untuk harga maksimal adalah 290, maka batasan untuk menentukan klasifikasi kerusakan lahan di lokasi penelitian berada pada kisaran 65 hingga 290. Kisaran ini merupakan patokan untuk penetapan kerusakan lahan Berdasarkan kisaran tersebut dengan mengacu Surat Dirjen. RRL. Nomor: 412/V-RKT/1997 tentang kriteria penetapan lahan kritis yaitu tingkat kerusakan lahan dikategorikan menjadi 5(Lima) kelas adalah sebagai berikut.

1. Sangat Rusak (pada kisaran 65 – 110) 2. Rusak (pada kisaran 111 – 155) 3. Agak Rusak (pada kisaran 156 – 200) 4. Potensial Rusak (pada kisaran 201 – 245) 5. Tidak Rusak (pada kisaran 246 – 290)

Tabel 6. Luasan Kelas Kerusakan Lahan Pada Kecamatan Ngoro

No Kelas Luasan

(ha) Prosentase (%)

1 Tidak Rusak 611,140 9,23

2 Agak Rusak 2398,516 36,21

3 Potensial Rusak 1042,8720 15,75

4 Rusak 2421,9750 36,57

5 Sangat Rusak 148,449 2,24

Total 6622,952 100

Sumber : Hasil Analisa

(7)

Kerusakan Lahan Pada Kawasan Pertambangan

Variabel yang digunakan untuk penilaian kerusakan lahan mengacu pada Kepmen LH nomor Kep-43/Menlh/10/1996 tentang kriteria kerusakan lingkungan bagi usaha atau

kegiatan penambangan bahan galian golongan C jenis lepas di dataran yaitu Vegetasi, Tanah dan Topografi. Kondisi kerusakan Lahan kawasan pertambangan dapat dilihat pada lampiran No.3

Tabel 7. Kondisi Lahan Pada Kawasan Pertambangan

No Lokasi Kondisi Lahan (Ha) Total

(Ha)

Daerah Tertambang Tidak Rusak Agak Rusak Potensial Rusak Rusak Sangat Rusak (Ha)

1

Daerah di dalam

wilayah SIPD

3,615 170,

334 53,665 328,294 79,527 635,

435 199,667

2

Daerah di luar wilayah

SIPD

- 2,921 0,003 66,955 51,549 121,

43 95,02

Total (Ha) 3,615 173,255 53,668 395.249 131,076 756,

865 294.687 Sumber : Hasil Pengolahan

Dari diagram di atas terlihat bahwa kondisi lahan pada daerah SIPD (Surat Ijin Pertambangan Daerah) dominan pada kondisi rusak, dari hasil analisa terlihat bahwa total area yang mengalami kondisi lahan sangat rusak sebesar 79,527 ha, dan kondisi rusak sebesar 328,294 ha.

Pada area di luar SIPD kondisi lahan rusak sebesar 55,14% atau seluas 66,955 ha dan kondisi lahan sangat rusak sebesar 42,45% atau seluas 51,549 ha.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan dengan hasil analisa kerusakan lahan akibat pertambangan di wilayah Ngoro dapat disimpulkan antara lain : 1. RMS error rata-rata citra ASTER adalah

0,4322 pergeseran rata rata setelah dilakukan rektifikasi adalah sebesar 0.4322 x 15 m = 6,48 meter, dengan nilai SoF sebesar 0.000272.

2. Dari hasil klasifikasi penutup lahan, maka didapatkan kelas terbesar adalah kebun yang memiliki prosentase 28,29% atau ± 1874,982ha, sedangkan pada daerah yang tertambang memiliki prosentase 4,45%

dengan luas 294,687ha.

3. Daerah tertambang yang di dapat dari hasil klasifikasi citra Aster tahun 2009 pada daerah tertambang yang ada di

dalam SIPD (Surat Ijin Pertambangan Daerah) seluas 199,667 Ha dan daerah tertambang yang ada di luar SIPD seluas 95,02 Ha yang menyebar pada Kelurahan Wates Negoro, Manduro Manggung, Kunjorowesi dan Wotanmasjedong.

4. Berdasarkan hasil analisa SIG dengan metode skoring Kondisi lahan pada kawasan pertambangan ditinjau dari aspek vegetasi, ketebalan tanah dan kelerengan lahan dengan kondisi lahan sangat rusak seluas 131,076 ha, kondisi lahan rusak seluas 395,249 ha, kondisi potensial rusak seluas 53,668, kondisi agak rusak seluas 173,255 dan kondisi tidak rusak 3,615 ha.

Saran

Adapun saran yang diberikan dari hasi penelitian ini adalah :

1. Perlu adanya pengecekan lapangan lebih mendalam dan parameter tambahan akibat pola penambangan.

2. Untuk pemetaan dengan skala lebih besar pada kawasan pertambangan diperlukan citra dengan resolusi yang lebih besar.

3. Hasil analisa kerusakan lahan dengan kriteria sangat rusak, rusak dan potensial rusak perlu diarahkan untuk bahan perencanaan dan penataan wilayah sesuai dengan RTRW Kabupaten Mojokerto

(8)

serta pengendalian dengan teknik reklamasi lahan yang benar pada kegiatan pasca tambang. Dan adanya langkah- langkah kebijakan pemerintah dalam penataan lahan bekas tambang.

DAFTAR PUSTAKA

Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital.

Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Harsi, M.E. 2005. Aplikasi Teknik Penginderaan Jauh dan SIG Untuk Pemetaan Potensi Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Tulungagung, Teknik Geodesi FTSP-ITS.

Surabaya.

Indriasari, N. 2004. Pemetaan Lahan Kritis Kabupaten Bangkalan dengan Metode Analisa Citra Satelit. Teknik Geodesi FTSP-ITS.

Surabaya.

Jensen, J.R. 2007. Remote Sensing of the Environment, University of south Carolina.

United States of America:.

Kepmen No.43/KEP-MENLH/10/1996 Tentang : Kriteria Kerusakan Lingkungan bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C Jenis lepas Di Dataran.

Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1994. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Masita, D. 2008. Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Untuk Pemantauan Kualitas Lingkungan Kabupaten Sidoarjo Dampak Lumpur Lapindo. Teknik Geomatika FTSP-ITS.

Surabaya

Prahasta, E. 2008. Remote sensing Praktis Penginderaan Jauh dan Pengolahan Citra Dijital dengan Perangkat Lunak ER Mapper. Informatika. Bandung.

Prahasta. E. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep- Konsep Dasar (Perspektif Geodesi &

Geomatika). Informatika. Bandung.

Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital.

Grasindo. Jakarta

Setiabudi, B.T., Sukandar, M., Ahdiat, A. 2006.

Pemantauan dan Pendataan Bahan Galian Pada Bekas Tambang dan Wilayah Peti di

Kabupaten Banjar

<URL:http://www.dim.esdm.go.id/index.ph p?option=com_content&view=article&id=2 29&Itemid=266> Dikunjungi pada tanggal 6 Mei 2010 pukul 14.00 WIB

Surat Dirjen. RRL. Nomor: 412/V-RKT/1997 tentang kriteria penetapan lahan kritis

Lampiran

1. Peta Tutupan Lahan

2. Peta Sebaran Vegetasi

3. Peta Kerusakan Lahan Kawasan Pertambangan

Gambar

Gambar 1. Lokasi Geografis Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto
Gambar 2. Diagram Alir Kegiatan Penelitian
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Sistem Informasi  Geografis
Tabel 2. Luasan Kelas Tutupan Vegetasi No Kelas Luasan (ha) Prosentase(%) Nilai Skor 1 Tidak Ada 3819,989 57,68 1 30 2 Jarang 680,063 10,27 2 60 3 Sedang 875,738 13,22 3 90 4 Rapat 775,218 11,70 4 120 5 Sangat Rapat 471,944 7,13 5 150 Jumlah 6622,952 100
+3

Referensi

Dokumen terkait

(3) Karena hak cipta adalah eksklusif dari pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya (Pasal 2 (1) UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta) berarti

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi Problem Solving Model polya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TAV B SMK Negeri 3 Palu dalam