• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

DETECTION OF INTESTINAL NEMATODE IN KINDERGARTEN STUDENTS’ FAECES AT GEDONGAN VILLAGE BAKI DISTRICT SUKOHARJO

Kartinah Wiryosoendjoyo, Nony Puspawati, Ikkasari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi, Surakarta

ABSTRAK

Kasus kecacingan banyak didapatkan di Negara-negara tropis, termasuk Indonesia.

Penularan kecacingan umumnya melalui tanah, disebut soil transmitted helminthes. Cacing yang sering menginfeksi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Hook Worm, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Oxyuris vermicuralis dan Trichinella spiralis. Infeksi cacing sebagian besar tidak menunjukkan gejala penyakit, namun gejala klinis dapat muncul dalam jangka waktu yang lama antara lain berupa gejala kurang gizi, anemia, serta kelainan organ-organ dalam lain. Penelitian dilakukan pada anak-anak usia TK yang belum minum obat cacing. Sampel faeces diambil dari murid-murid di Taman Kanak-kanak di desa Gedongan, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo pada tanggal 13 Februari 2012.

Pemeriksaan dilakukan dengan metode “Direct” pengendapan formalin pada tanggal 14 Februari 2012. Pemeriksaan faeces dimaksudkan untuk mendiagnosa adanya nematoda usus antara lain Ascaris lumbricoides, Hook worm, Trichuris trichiura , Oxyuris vermicuralis.

Pemeriksaan dilakukan terhadap 31 sampel faeces anak TK. Pada hasil pemeriksaan didapatkan 6 sampel faeces terinfeksi nematoda usus atau 19,4%, sedangkan 25 sampel feces tidak ditemukan adanya nematoda usus atau 80,6%. Dari 6 sampel faeces yang terinfeksi nematoda usus, didapatkan 4 sampel faeces terdapat telur Ascaris lumbricoides, 2 sampel faeces terdapat telur Oxyuris vermicuralis.

Kata kunci: kecacingan, nematoda usus, faeces, pemeriksaan metode direct

ABSTRACT

Helminthic infection is a common case in tropical countries, including Indonesia. The infection is usually facilitated by soil, which is well known as soil transmitted helminthes. The worms taking account into being responsible for this disease are Ascaris lumbricoides, Hook Worm, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Oxvuris vermicuralis and Trichinella spiralis. Helminthic infections are often without symptoms; however, clinical symptoms may be diagnosed in a long term after infection as mal-nutrition symptom, anemia, and other internal organs’ disfunction. And research on this helminthic infection has been undergone on kindergarten students who have not taken any drug or medication to treat or prevent helminthic infection. Samples of faeces were taken from kindergarten students in Gedongan village Baki district Sukoharjo municipality on 13 February 2012.The research was done by performing the “Direct” method of formalin sedimentation on 14 February 2012. Faeces observation was intended to diagnose intestinal nematode, among others; Ascaris lumbricoides, Hook Worm, Trichuris trichiura, Oxyuris vermicuralis. The research was performed on 31 samples of kindergarten students’ faeces. The result shows that 6 samples or as much as 19,4 % are infected by intestinal nematode , whilst 25 samples or as much as 80,6% show the absence of intestinal nematode. Ascaris lumbricoides eggs were found in 4 out of 6 samples infected by intestinal nematode, and Oxvuris vermicuralis was found in the 2 others.

Keywords: helminthic infection, intestinal nematode, faeces, direct research method

(2)

PENDAHULUAN

Kasus kecacingan banyak didapatkan di Negara-negara tropis, termasuk Indonesia.

Infeksi cacing usus masih cukup tinggi terutama di daerah pedesaan, yang umumnya tingkat sosial ekonomi masih kurang. Infeksi cacing usus didapatkan pada semua golongan umur dan jenis kelamin, terutama pada anak-anak. Anak-anak umumnya memiliki kebiasaan bermain dengan tanah, tidak memakai alas kaki, jarang yang mencuci tangan dengan sabun setelah bermain maupun sebelum makan.

Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Di antara nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah disebut “soil transmitted helminths”.

Nematoda usus yang sering menginfeksi manusia adalah Ascaris lumbricoides, Hook worm, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Oxyuris vermicularis dan Trichinella spiralis (Gandahusada, dkk, 1998).

Penyakit kecacingan dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit dan terhambatnya tumbuh kembang anak, karena cacing mengambil sari makanan yang penting bagi tubuh, misalnya karbohidrat, protein dan zat besi yang bisa mengakibatkan anemia.

METODE PENELITIAN

Penyusunan Karya Tulis ini berdasarkan penelitian pemeriksaan faeces anak TK (Taman Kanak-kanak) desa Gedongan kecamatan Baki kabupaten Sukoharjo dengan pemeriksaan faeces metode “direct” pengendapan formalin eter.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah anak TK (Taman Kanak - Kanak) desa Gedongan, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah faeces anak usia TK (Taman Kanak - Kanak) sebanyak 31 anak. Dicatat jenis kelamin laki- laki dan perempuan dan belum minum obat cacing dalam waktu 6 bulan terakhir.

Prosedur pemeriksaan faeces metode “direct” pengendapan formalin eter.

1) Persiapan pengambilan sampel

a) Disiapkan wadah (pot salep) yang bermulut lebar, bersih, kering dan bebas air, diisi kurang lebih 3 ml larutan formalin 10%.

b) Tinja anak yang berasal dari defekasi spontan atau sewaktu sebanyak kira- kira 2 gram dimasukkan dalam wadah tersebut.

c) Wadah ditutup rapat dan diberi label pada bagian luar wadah. Pada label dituliskan nama anak dan jenis kelaminnya.

2. Pemeriksaan di Laboratorium

a) Sampel tinja kira-kira 2 gram dimasukkan dalam 8 ml NaCl 0,9% pada tabung centrifuge.

b) Dipusingkan pada 1500 rpm selama 10 menit.

c) Ditambah 3 ml eter, tabung ditutup, dibolak-balik 30 detik.

d) Dibuka sumbatnya, debris dan supernatan dituang.

e) Endapan diambil 1 tetes, diletakkan pada obyek glass bersih dan bebas lemak, dicampur dengan larutan lugol, kemudian dihomogenkan dengan menggunakan lidi steril. Ditutup dengan deck glass.

f) Diamati dengan mikroskop perbesaran lemah atau sedang, bila terlihat telur

cacing dinyatakan positif (+) dan bila tidak ditemukan telur cacing dinyatakan

negatif (-).

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan terhadap 31 sampel tinja pada anak TK yang diperiksa, didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pemeriksaan telur cacing pada faeces anak TK di Desa Gedongan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

No Kode

Sampel L/P PemeriksaanTinja Keterangan

1 A P (-)

2 B P (-)

3 C L (-)

4 D P (+) Telur Ascaris lumbricoides

5 E L (-)

6 F L (-)

7 G L (-)

8 H L (-)

9 I L (+) Telur Oxyuris vermicuralis

10 J L (-)

11 K L (+) Telur Oxyuris vermicuralis

12 L P (-)

13 M L (-)

14 N L (-)

15 O P (-)

16 P L (-)

17 Q L (-)

18 R L (-)

19 S L (-)

20 T L (-)

21 U L (+) Telur Ascaris lumbricoides

22 V P (-)

23 W P (-)

24 X P (-)

25 Y L (-)

26 Z P (-)

27 AA P (+) Telur Ascaris lumbricoides

28 AB P (+)

29 AC L (+) Telur Ascaris lumbricoides

30 AD L (-)

31 AE L (-)

Keterangan :

(+) : ditemukan telur cacing pada pemeriksaan faeces.

(-) : tidak ditemukan telur cacing pada pemeriksaan faeces.

(4)

Hasil pengamatan Nematoda Usus Pada Faeces Anak TK desa Gedongan, kecamatan Baki, kabupaten Sukoharjo

Populasi yang menjadi obyek

Penelitian adalah murid Taman Kanak-kanak. Lokasi sekolah di daerah “pinggir”.

Pemilihan obyek penelitian berdasarkan pada usia sampel yang masih menyukai bermain dengan menggunakan tanah serta kebiasaan tidak menggunakan alas kaki. Pengamatan terhadap morfologi sampel tidak menunjukkan adanya gejala penyakit kecacingan, mereka tampak ceria. Ternyata kondisi lingkungan dan kebiasaan penduduk sehari-hari relatif kurang memperhatikan sanitasi dan kebersihan lingkungan. Di daerah tersebut masih ada keluarga yang tidak mempunyai jamban, sehingga anak-anak buang air besar di halaman rumah, atau di tempat terbuka lainnya. Perhatian terhadap perlakuan untuk menjaga kebersihan seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan atau minum belum dilakukan dengan baik. Faktor-faktor tersebut merupakan pendukung terjadinya kasus kecacingan.

Dari tabel pengamatan diketahui bahwa dari 31 sampel faeces yang diperiksa ditemukan 6 sampel faeces yang mengandung telur cacing, sedangkan 25 sampel faeces tidak terlacak adanya telur cacing. Telur cacing yang terlacak adalah telur Ascaris lumbricoides terdapat pada 4 sampel dan telur Oxyuris vermicularis terdapat terdapat pada 2 sampel.

Kasus infeksi kecacingan yang didapatkan adalah askariasis, karena manusia merupakan satu-satunya hospes Ascaris lumbricoides. Kasus infeksi ini terjadi karena didukung oleh aktivitas anak-anak yang bermain tanpa alas kaki dan menggunakan tanah sebagai sarana permainan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Februari tahun 2012. Pada waktu itu angka curah hujan relatif masih tinggi menyebabkan kelembaban lingkungan tinggi. Suhu lingkungan berkisar 25 – 30

0

C. Kondisi ini mendukung berkembangnya telur Ascaris lumbricoides menjadi bentuk infektif. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2008).

Infeksi oxyuriasis ditemukan pada 2 orang murid. Kasus kecacingan ini terutama terjadi pada anak-anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rampengan (2007).

Jadi, ternyata kasus kecacingan ditemukan pada murid usia Taman Kanak-kanak.

Infeksi kecacingan yang ditemukan adalah askariasis dan oxyuriasis. Kasus-kasus kecacingan tersebut biasa ditemukan di daerah tropis.

KESIMPULAN

Dari 31 sampel feces yang diperiksa secara indirect didapatkan hasil 6 anak terinfeksi nematoda usus dan 25 anak tidak terinfeksi nematoda usus. Jumlah anak yang terinfeksi askaris 4 anak dan 2 anak yang terinfeksi Oxyuris.

Telur cacing Oxyuris vermicuralis

Telur cacing Ascaris lumbricoides

infertil

Oxyuris vermicuralis

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Faust, Russel: 1964: Clinical Parasitologi Vol 1: Philadelphia : Lea dan Fabriger

Gandahusada, Srisasi : 2006: Parasitologi Kedokteran; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Garcia, Lynne. S: 1996: Diagnostik Parasitologi Kedokteran: EGC: Jakarta.

Irianto, Kus; 2009; Parasitologi Dasar. Irama Widya; Bandung.

Rampengan. T. H; 2007: Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak; Edisi II: EGC: Jakarta.

Sutanto, Inge: 2008; Parasitologi Kedokteran; Edisi IV: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia: Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Hasil pemeriksaan telur cacing pada faeces anak TK di Desa Gedongan,  Kecamatan   Baki, Kabupaten Sukoharjo

Referensi

Dokumen terkait

Banyak ragam penerapan hukum lustrasi, mulai dari yang sangat keras, seperti Ceko dengan UU Lustrasi 1991 yang diterapkan sangat ketat dan mengenai puluhan ribu

Di dalam pendidikan islam seorang guru itu diharuskan berpengetahuan tentang kesediaan dan tabiat anak-anak serta memperhatikan hal-hal ini dalam mengajar, agar dapat dipilihkan

Isolasi dan Karakteristik Bakteri Asam Laktat Dari Usus Udang Penghasil Bakteriosin Sebagai Agen Antibakteria Pada Produk-Produk Hasil Perikanan.. Jurnl Saintek Perikanan

Perbaikan Tanah Media Tanaman Jeruk Dengan Berbagai Bahan Organik Dalam Bentuk Kompos, Bogor.. Penerapan

Aplikasi ini diperuntukan bagi perusahaan atau organisasi yang bergerak dalam bidang penjualan daging sapi dengan pengolahan data transaksi dalam

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

KESENIAN GOONG RENTENG PANGGUGAH MANAH DALAM ACARA BABARIT DI DESA SUKAMULYA KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian yang berlangsung selama enam bulan bertujuan untuk mengkaji komposisi ikan terkait dengan perubahan ukuran panjang tubuh ikan bilis.. Pengambilan contoh