• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terumbu karang merupakan sebuah ekosistem perairan yang dihuni oleh berbagai organisme yang berasosiasi dengan karang dan membentuk zat kapur (Whitten et al., 1987). Terumbuh karang dibentuk oleh aktifitas hewan karang, yaitu simbiosis antara polip dengan alga Zooxanthellae, serta organism penghasil kapur lainya (Anderson, 1999). Terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang paling dominan di daerah tropis yang terletak di sepanjang garis pantai (Anderson, 1999), Salah satu penyusun ekosistem terumbuh karang adalah karang, karna termasuk anggota Subphyllum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractinia (Sumich, 1992). Ekosistem terumbu karang terdapat di lingkungan perairan yang agak dangkal, seperti di paparan benua dan gugusan pulau-pulau di perairan tropis. Untuk mencapai pertumbuhan maksimum, terumbuh karang memerlukan perairan yang jernih, dengan suhu perairan yang hangat, gerakan gelombang yang besar, dan sirkulasi air yang lancar serta terhindar dari proses sedimentasi (Dahuri, dkk., 2001).

Terumbu karang memiliki berbagai peranan yang sangat penting dalam tatanan lingkungan kawasan pesisir dan lautan, baik ditinjau dari segi biologi dan ekologi maupun biotanya. Terumbuh karang berfungsi sebagai gudang makanan yang produktif untuk perikanan, tempat pemijahan, bertelur dan mencari makan berbagai biota laut yang bernilai ekonomis tinggi. Secara fisik, terumbuh karang berfungsi sebagai pemeca ombak dan pelindung pantai dari sapuan badai, disamping itu memiliki nilai estetika yang tinggi untuk pengembangan wisata bahari. Selain itu ekosistem terumbu karang merupakan salah satu sistem kehidupan yang majemuk dan khas daerah tropis yang mempunyai produktifitas dan keanekaragaman yang tinggi (Nontji., 1984; Nyibakken., 1988 dalam Guntur., 2011).

Indonesia sebagai sebagai salah satu negara dengan status terumbu karang paling terancam. Selama 50 tahun terakhir proporsi penurunan kondisi terumbu karang Indonesia telah meningkat dari 10% menjadi 50%, lebih lanjut hasil sirvei P2O LIPI (2006) menyebutkan bahwa hanya 5,23% terumbu karang di Indonesia yang berada di dalam kondisi yang sangat baik. Kerusakan ekosistem terumbu

(2)

2

karang secara terus menerus diakibatkan berbagai kegiatan manusia, serta adanya laju pertumbuhan penduduk yang tinggi yang membutuhkan berbagai sumberdaya guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Terumbu karang merupakan ekosistem yang kompleks, khas, dan unik yang ditandai oleh tingginya keanekaragaman jenis biota penghuninya. Hubungan antar komponen biotik dan abiotik sangat erat. Karenanya, eksploitasi terhadap suatu jenis biota dapat mengakibatkan perubahan populasi biota lainya. Penyebab utama kerusakan ekosistem terumbu karang secara garis besar disebabkan oleh faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam misalnya: perubahan suhu air laut, topan, perubahan iklim global, gempa bumi, letusan gunung merapi, pemangsa dan penyakit. dampak kerusakan ekosistem terumbu karang yang diakibatkan oleh faktor manusia lebih kronis dan tidak bersifat sementara. Kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh berbagai kegiatan manusia secara langsung maupun tidak langsung, yang paling banyak antara lain adalah; kegiatan perikanan, usaha penangkapan ikan hias, ikan konsumsi, pengambilan kerang-kerang, dan udang dengan menggunakan bahan peledak, bahan kimia beracun, arus listrik, alat tangkap yang tidak rama lingkungan seperti potasium, penangkapan yang berlebihan, serta pemanen yang tidak teratur. Aktivitas pencemaran lingkungan ini juga terjadi pada ekosistem terumbu karang di Kabupaten Maluku Tenggara.

1.2. Perumusan Masalah

Kabupaten Maluku Tenggara yang luasan mencapai ±3.000 Km2. Kabupaten Maluku Tenggara merupakan daerah kepulauan dengan luas laut sekitar 3084,20 Km2 dan luas daratan sekitar 1017 Km2 dari seluruh luas wilayah Kabupaten 4101,20 Km2, dengan jumlah pulau sebanyak 68 buah pulau yang memiliki panjang garis pantai 989,8122 Km2. Secara geografis Kabupaten Maluku Tenggara terletak pada koordinat 131 – 135 Bujur Timur dan 532– 800 Lintang Selatan dengan batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tual dan Provinsi Papua Bagian Selatan, Sebelah selatan berbatasan dengan laut arafura, sebelah barat berbatasan dengan laut banda dan bagian utara kepulauan tanimbar dan sebelah timur berbatasan dengan kepulaun aru.

Luasan potensi terumbu karang yang ada di Kabupaten Malauku Tenggara dapat digambarkan bahwa kondisi terumbu karang yang dianggap masi dalam

(3)

keadaan baik berkisar antara 25 % dengan luas 750 km2 sedangkan rusak mencapai 1350 km2 dari luasan terumbu karang yang mencapai 3.000 km2 atau 45%. Terumbu karang merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang dimiliki dan menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat pesisir. Namun tingkat pemanfaatan yang dibaringi dengan pertumbuhan penduduk yang relatif pesat telah memacu hilangnya fungsi ekosistem terumbu karang itu sendiri seperti hilangnya habitat dan menurunnya keanekaragaman hayati.

Gambaran kondisi terumbu karang yang telah mengalami kerusakan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah akibat dari aktifitas masyarakat pesisir dalam upaya memanfaatkan sumber daya perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti penangkapan ikan untuk tujuan komersial (ekspor) dengan menggunakan Potassium cyanide, penggunaan bahan peledak (bom), penambangan karang untuk bahan bangunan dan aktifitas lain yang secara langsung dapat merusak ekosistem terumbu karang. Serta eksploitasi terumbu karang secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan kelestariannya, berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan hidup di wilayah tersebut, termasuk terumbu karang. Menurut hasil penelitian Pusat Pengembangan Oseanologi (P2O) LIPI yang dilakukan pada tahun 2000, kondisi terumbu karang Indonesia 41,78% dalam keadaan rusak, 28,30 % dalam keadaan sedang, 23,72 % dalam keadaan baik, dan 6,20 % dalam keadaan sangat baik. Hal ini menunjukkan telah terjadi tekanan yang cukup besar terhadap keberadaan terumbu karang di indonesia pada umumnya oleh beberbagai ancaman dan faktor-faktor penyebab kerusakan terumbu karang.

Demikian juga halnya dengan terumbu karang yang terdapat pada kawasan ohoi ngurbloat dan sekitarnya yang berada di dalam di Kecamatan Kei Kecil. Selain terumbu karang kawasan ini juga mempunyai potensi pariwisata pasir putih yang telah mendunia sudah menjadi prospek perekonomian yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta sosial lainnya di sekitar kawasan tersebut. Telah sejak lama masyarakat setempat memanfaatkan potensi sumberdaya hayati laut yang ada pada terumbu karang di kawasan tersebut, untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Keseimbangan perlu dilakukan karena sumberdaya pesisir dan laut unggulan yang ada di kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Kabupaten Maluku Tenggara sebagian besar adalah sumber daya alam terbaharui (renewable resources) yang sangat rentan terhadap kerusakan akibat aktifitas yang kurang terkendali. Selain itu,

(4)

4

dalam rangka menanggulangi masalah kerusakan ekosistem terumbu karang dan sekaligus dalam upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan perlu dilakukan upaya rehabilitasi terumbu karang di kawasan Ohoi Ngurbloat di Kecamatan Kei Kecil.

Rusaknya terumbu karang pada kawasan ohoi ngurbloat tentu akan mengancam produktivitasnya, yang pada akhirnya memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi bagi masyarakat yang ada di wilayah tersebut khususnya nelayan tradisonal yang bergantung pada sumber daya terumbu karang.

Berdasarkan latar belakang dan fakta lapangan yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut ini. (1) Bagaimanakah kerusakaan terumbu karang yang telah terjadi di Ohoi

Ngurbloat Kecamatan Kei Kecil?

(2) Faktor-faktor lingkungan apa sajakah yang mempengaruhi kerusakan terumbu karang di daerah penelitian?

(3) Bagaimanakah rumusan kebijakan untuk penanganan kerusakan terumbu karang di daerah penelitian?

Berdasarkan gambara peranan, fungsi dan manfaat dari ekosistem terumbu karang di atas, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul: ’’Kajian Kerusakan Lingkungan Pada Ekosistem Terumbu Karang di Ohoi Ngurbloat Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara”.

1.3. Keaslian dan Batasan Penelitian

Berdasarkan pengamatan yang akan dilakukan pada penelitian maka terhadap data dan informasi yang diperoleh nanti harus disesuaikan dengan berbagai sumber yang telah melakukan penelitian serupa untuk dapat dijadikan sebagai referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian dan dapat menjadi pedoman dalam melakukan penelitan. Hal ini dapat disajikan dalam Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu.

(5)

Tabel.1.1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil

1. Gatoto Sudarsono, 2008

Analisis pengelolaan terumbu karang Pada kawasan konservasi laut daerah (kkld) Pulau randayan dan sekitarnya Kabupaten bengkayang Provinsi kalimantan barat

Menganalisis anncaman dan faktor-faktor penyebab kerusakan terumbu karang.

Line Intercept ransect (LIT). Transek garis

(Line Intercepts Transect/ LIT)

digunakan pula untuk menilai, menaksir kerapatan/

keberadaan komunitas bentik dari terumbu karang

mengelola kawasan terumbu karang di Kawasan Koservasi Laut Daerah sebagai bahan informasi kepada masyarakat local arti pentingnya ikut serta dalam pengelolaan terumbu karang

2. Riveral Hikmah 2009

Kerusakan Terumbu Karang Di Kepulauan

Karimunjawa

Bagaimana pola kerusakan karang dan faktor fisik apa yang

mempengaruhinya di Kepulauan Karimunjawa?

dilakukan dengan pendekatan

inventrisasi data terkini, komparasi Memperbaiki dan merevalitasi tebaran terumbu karang di pulau karimun jaya

3. Muis Nurham 2012

Komunitas terumbu karang di peraiaran batu atas kabupaten buton

Menciptakan komunitas terumbu

karang yang baik. Metode yang digunaksn adalah metode deskripdi Merehabilitasi dan merevalitasi tebaran terumbu karang di pulau

buton.

4.

Adipandang (2004)

melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Morfologi Terumbu Karang Kompleks Gugus Pulau Pari di Kepulauan Seribu”.

Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana perbedaan dan

perubahan morfologi terumbu karang di Gugus Pulau Pari.

Metode yang

digunakan adalah dengan melakukan overlay hasil analisis foto udara dengan citra Landsat 7 ETM+.

Memperbaiki dan merevalitasi tebaran terumbu karang di pulau karimun jaya

5,

Penelitian Terumbu Karang di Gugus

Pari, Kepulauan Seribu penelitian tersebut tujuan ada;ah menterdapat adanya perubahan luas dari Gugus Pulau Pari di Kepulauan Seribu.

melakukan kajian ilmiah penyebab penurunan kualitas terumbu karang serta upaya alternative pencegahannya

berbagai fihak dengan tidak saling merugikan satu sama lain dan terlebih merugikan fungsi konservasi terumbu karang

6. Tjiong Giok Pin (2005) penelitian

dengan judul

“Distribusi Terumbu Karang di Bagian Barat Pulau Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur”.

terumbu karang dan bagaimana sebaran persentase tutupan karang mati hidup di bagian barat Pulau Flores. Variabel yang digunakan adalah terumbu karang

Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana distribusi

terumbu karang dan bagaimana sebaran

persentase tutupan karang mati hidup

di bagian barat Pulau Flores. Variabel yang digunakan adalah terumbu karang

(6)

6

7. Penelitian Terumbu Karang di PLTU

Suralaya banten

Diah Wening Sariratri (2005) melakukan penelitian dengan judul

“Kajian Kerusakan Terumbu Karang akibat Limbah PLTU Suralaya di

Informasi Geografis.

b. Bagaimana upaya konservasi terumbu karang sesuai dengan kondisi terumbu karang secara spasial ekologis.

Metode yang digunakan adalah melakukan korelasi peta dan melakukan analisis data dengan metode statistik regresi linear berganda untuk peramalan dan uji hipotesis. Tersebut.

Teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis”.

8.

Penelitian Terumbu Karang di

Kepulauan Seribu Indra Raditia (2007) melakukan penelitain dengan judul “SebaraTerumbu Karang bila Dikaitkan dengan Pemanfaatan Ruang di

Kepulauan Seribu”.

Pada pulau-pulau yang dijadikan permukiman memiliki karang mati yang lebih dominan daripada karang hidup.

metode tumpang

tindih dari hasil pengolahan citra Landsat 7 dengan sebaran lokasi pemanfaatan ruang.

Ada permukiman memiliki karang mati yang lebih dominan daripada karang hidup.

9. Yuneti Aprilia (2007)

Penelitian Terumbu Karang di Teluk Lampung . melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Sebaran Terumbu Karang di Teluk Lampung berdasarkan Wilayah Optimal Fisik Lingkungan”.

Perubahan sebaran terumbu karang di Teluk Lampung berdasarkan wilayah optimal fisik lingkungan. Variabel yang digunakan adalah suhu air, salinitas dan kecerahan air

. Melakukan korelasi peta dari sebaran terumbu karang dan beberapa

variabel fisik lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang.

Pertambahan persentase berada di Pulau

Kelagian

10. Rahmadi Prasetyo 1) dan I Gede

Widhiantara2 2012

Kajian Potensi Kerusakan Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahannya di Perairan Sanur

Mengetahui kondisi terkini kondisi terumbu karang di perairan Sanur serta mengkaji potensi kerusakan yang terjadi selama ini dengan membandingkan yang telah dilakukan pada beberapa tahun yang lalu di lokasi yang sama

Metode dilakukan dengan pendekatan inventrisasi data terkini, komparasi data sebelumnya dan melakukan kajian ilmiah penyebab penurunan kualitas terumbu karang serta upaya alternative pencegahannya

Masukan kepada pemerintah daerah dalam menyelaraskan berbagai fungsi terumbu karang yang dimanfaatkan oleh berbagai fihak dengan tidak saling merugikan satu sama lain dan terlebih merugikan fungsi konservasi terumbu karang

11 Dinas Perikanan Kab/Makra. 2010

Kajian Terumbu Ejositim Pesisir Kabupaten Maluku Tenggara

Pola kerusakan karang dan faktor fisik apa yang mempengaruhinya di Kabupaten Maluku Tenggara

melakukan korelasi peta dari sebaran terumbu karang dan beberapa variabel

Memperbaiki dan merevalitasi tebaran terumbu karang Kab. Malra

Sumber: Telaah Pustaka dan Perumusan

(7)

Berdasarkan telaah pustaka hasil-hasil penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu, baik ditinjau dari obyek material maupun formal, sekaligus sebagai batasan terhadap obyek kajian dan lingkup analisis dalam penelitian ini.

1,4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(1) Mengkaji kerusakan ekosistem terumbu karang di Ohoi Ngurbloat Kecamatan Kei Kecil, Kabupaten Maluku Tenggara;

(2) Menganalisis aktivitas manusia yang mempengaruhi kerusakan ekosistem terumbu karang di daerah penelitian; dan

(3) Merumuskan kebijakan penanganan kerusakan eskositem terumbu karang di daereah penelitian. Lalu ambil ini utkmasukan pada bab III di 3.6. pad.1

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat utama penelitian ini diharapkan memberikan implementasi untuk mengkaji serta evolusi pertumbuhan terumbu karang. Oleh karena itu, manfaat utama penelitian ini lebih mengarah kepada manfaat secara akademik, seperti diuraikan sebagai berikut :

(1) Agar dapat menyampaikan kepada pemerintah daerah terutama instansi terkait tentang kondisi terumbu karang di ohoi Ngurbloat serta bahan informasi ilmia khususnya masyarakat lokal yang bermukim di sekitar Ohoi tersebut.

(2) Menjadi bahan acuan ilmia baik kalangan akademisi maupun semua pemerhati tentang terumbu karang agar tetap menjaga kelestarianya

(3) Menjadi Isu strategis tentang keberadaan sumberdaya alam di daerah ini bahwa perlu adanya pemeliharaan atas keseimbangan fungsi ekosistem ekologis dan sosial,sehingga kesalahan dalam pemanfaatan akan berdampak pada kemampuan daya dukung pada masa mendatang.

Referensi

Dokumen terkait

Pelatihan dilaksanakan di tempat tersebut dengan pertimbangan, yaitu: (1) kedua kelompok mitra belum memiliki alat dan lokasi finishing, (2) lokasi adalah milik

Variabel yang digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan nelayan pancing ulur di PPN Palabuhanratu Sukabumi adalah berdasarkan Nilai Tukar Nelayan (NTN), indikator

Di tengah pasar yang kurang kondusif menyusul kekhawatiran pelemahan rupiah atas dolar AS yang telah berada di level Rp13200, pergerakan harga saham emiten Bank

15 Kalau rasul Kristus yang lain sudah membuka suatu daerah pelayanan, saya tidak membanggakan diri dengan berkata, “Daerah itu daerah pelayanan saya.” Tetapi harapan kami

Meskipun emisi senyawa di perkebunan mengalami peningkatan dari tahun 2014 ke tahun 2015 tetapi nilai emisi yang dihasilkan masih jauh lebih kecil dari emisi

mengggangu para wanita di malam hari saat mereka hendak buang hajat. Namun yang diganggu hanya sebatas wanita budak, sedangkan wanita merdeka tentu tidak akan diganggu.

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan AVRIST SUKUK INCOME FUND yang telah lengkap sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak Investasi

(13) Apabila Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (12) berhalangan, maka SPPD ditandatangani oleh Kepala Bagian Umum pada Sekretariat DPRD,