• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

2014-2018 (DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUETIENT (LQ), SHIFT SHARE (SS), DAN TIPOLOGI KLASSEN)”

OLEH

FACHRUL ROZI PARDOSI 140501109

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

SHIFT SHARE (SS) DAN TIPOLOGI KLASSEN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kasifikasi komoditi sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa nilai produksi komoditi pertanian tahun 2014-2018 yang dikumpulkan dari BPS. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Location Quitient (LQ), Analisis Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen pada setiap komoditi Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah.

Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan hasil analisis Location Quotient,Shift Share dan Tipologi Klassen bahwa yang tergolong dalam komoditi dengan kategori maju dan tumbuh pesat di Tapanuli Tengah yaitu Sub Sektor Tanaman Pangan adalah Padi Sawah dan Padi Ladang, Sub Sektor Tanaman Hortikultura adalah Bayam, Kacang Panjang, Kangkung dan Terung serta dari kelompok buah-buahan terdiri dari Durian dan Rambutan., Sub Sektor Perkebunan adalah Cengkeh, Gambir, Kapuk, Kelapa, Lada dan Pala, Sub Sektor Peternakan adalah Kerbau, Babi dan Ayam Kampung dan Sub Sektor Tanaman Perikanan untuk kelompok perikanan tangkap yang termasuk dalam golongan ini adalah Alu-alu, Bawal Putih, Belanak, Biji Nangka, Cumi-cumi, Ekor Kuning, Kapas-kapas, Kepiting, Kerapau, karang, Kurisi, Kuwe, Layang, lancur, Lencam, Selar, Teri dan Udang Windu. Kemudian perikanan darat yang termasuk dalam golongan ini adalah Gabus, Gurame, Jurung, Lampan, Lele, Nila, Sidat dan Udang Putih.

Kata Kunci : Pertanian, Locaion Quitient, Shift Share dan Tipologi Klassen

(6)

SHIFT SHARE (SS) AND CLASSEN TYPOLOGY

This study aims to determine and analyze the qualifications of agricultural sub-sector commodities in the economy of Central Tapanuli Regency in 2014- 2018.

The type of data used in this study is secondary data in the form of production value of agricultural commodities in 2014-2018 collected from BPS.

The data analysis method used in this study is Location Quitient Analysis (LQ), Shift Share Analysis (SS) and Klassen Typology on each Agricultural commodity in Central Tapanuli Regency.

The results of this study indicate based on the results of the Location Quotient, Shift Share analysis and Klassen Typology that those classified as commodities with advanced and fast growing categories in Central Tapanuli namely the Food Crop Sub Sector are Wet Rice and Field Rice, Horticultural Crop Sub Sector is Spinach, Long Beans , Kangkung and Terung as well as from the fruit group consisting of Durian and Rambutan., Plantation Sub Sector is Clove, Gambir, Kapok, Coconut, Pepper and Nutmeg, Animal Husbandry Sub Sector is Buffalo, Pig and Chicken Kampung and Fisheries Sub Sector for Group capture fisheries included in this group are Alu-alu, White Pomfret, Belanak, Jackfruit Seeds, cumu-squid, Yellow Tails, Cotton, Crabs, Kerapau, Coral, Kurisi, Kuwe, Kite, Lembang, Lencam, Selar, Teri and Shrimp Windu. Then inland fisheries included in this group are Cork, Gurame, Jurung, Lampan, Catfish, Nila, Sidat and White Shrimp.

Keywords: Agriculture, Locaion Quitient, Shift Share and Typology Klassen

(7)

Tengah Periode 2014-2018 (Dengan Pendekatan Location Quetient (LQ), Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen)”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) Program Studi Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini di persembahkan kepada kedua orangtua penulis, Miswan Pardosi dan Siti Rafni Marbun yang selalu memberikan motivasi yang kuat kepada saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Juga saya persembahkan untuk saudara penulis, Irma Susanti Pardosi, Sazli Rais Pardosi, Mustari Apandy Pardosi, Fauzia Natasya Pardosi, Hasrul Hardiansyah Pardosi, Annisa Purti Pardosi dan Siti Nurhalizah Pardosi yang telah memberikan dukungan, doa, materi dan semangat dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, M.P. selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec., sebagai dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan saran kepada penulis mulai dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si., sebagai Dosen Penguji I yang telah banyak membantu penulis melalui masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Rujiman, MA., selaku Dosen Penguji II yang telah banyak membantu penulis melalui masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

8. Seluruh Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam penyelesaian administrasi yang penulis butuhkan selama ini.

9. Seluruh rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Ekonomi Pembangunan Stambuk 2014 program reguler terutama Konsentrasi

(8)

Pembangunan terkhusus Johan Simarmata, Abdi Sitanggang, Abdul Harris Daulay, Daud M.C Silalahi dan Tri Sartono Sigalingging yang menjadi rekan bersama dalam penyelesaian studi ini.

12. Kepada seluruh sahabat-sahabat seperjuangan Kos 22 Pembangunan yang selalu setia menopang dalam perjuangan menuntaskan studi selama di Medan.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pengambilan kebijakan Bidang Pertanian di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang memberi dukungan dan hanya kepada Allah SWT jualah penulis memohon agar mereka yang telah berjasa kepada penulis diberikan balasan yang berlipat ganda.

Medan, 22 Januari 2020 Penulis,

Fachrul Rozi Pardosi NIM. 140501109

(9)

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……….. iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Pembangunan…………... 5

2.1.1 Pembangunan Ekonomi……... 5

2.1.2 Pembangunan Pertanian …….…………. 7

2.1.3 Sektor Unggulan ……… 8

2.2 Defenisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian……. 8

2.3 Peranan Pertanian dalam Perekonomian……… 10

2.4 Ekonomi Basis………... 12

2.5 Produk Domestik Bruto………... 14

2.6 Pertumbuhan Ekonomi Regional……… 17

2.7 Penelitian Terdahulu……….. 19

2.8 Kerangka Konseptual... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

3.1 Jenis Penelitian... 23

3.2 Jenis dan Sumber Data……… 23

3.3 Metode Analisis Data………...…... 23

3.3.1 Analisis Tipologi Klassen……….... 24

3.3.2 Analisis Shift Share (SS)…... 26

3.3.3 Analisis Location Quetient (LQ)... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Gambaran Daerah Penelitian... 31

4.1.1 Letak Geografis... 31

4.1.2 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Tengah……….…. 31

4.1.3 Keadaan Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah………….………….………..….. 33

(10)

4.2.1.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura………. 36

4.2.1.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan……... 36

4.2.1.4 Sub Sektor Peternakan……… 37

4.2.1.5 Sub Sektor Perikanan……….. 38

4.2.2 Hasil Analisis Shift Share (SS) Sektor Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah…... 40

4.2.2.1 Sub Sektor Tanaman Pangan……….. 40

4.2.2.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura………. 41

4.2.2.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan……... 42

4.2.2.4 Sub Sektor Peternakan……… 43

4.2.2.5 Sub Sektor Perikanan……….. 43

4.2.3 Hasil Analisis Tipologi Klassen Sektor Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah…... 45

4.2.3.1 Sub Sektor Tanaman Pangan……….. 46

4.2.3.2 Sub Sektor Tanaman Hortikultura………. 47

4.2.3.3 Sub Sektor Tanaman Perkebunan……... 48

4.2.3.4 Sub Sektor Peternakan……… 59

4.2.3.5 Sub Sektor Perikanan……….. 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 53

5.1 Hasil Penelitian... 53

5.2 Saran………. 55

DFTAR PUSTAKA... 57 LAMPIRAN

(11)

4.1 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Tanaman Pangan

Tahun 2014-2018………..… 35

4.2 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Tanaman Hortikultura

Tahun 2014-2018……….………. 36

4.3 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Tanaman Perkebunan

Tahun 2014-2018….………. 37

4.4 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Tanaman Peternakan

Tahun 2014-2018………. 37

4.5 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Perikanan Tangkap

Tahun 2014-2018………..………..………. 38

4.6 Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Perikanan Darat

Tahun 2014-2018………. 39

4.7 Hasil Perhitungan SS Sub Sektor Tanaman Pangan

Tahun 2014-2018………..……….. 40

4.8 Hasil Perhitungan SS Sub Sektor Tanaman Hortikultura

Tahun 2014-2018………..……….. 41

4.9 Hasil Perhitungan SS Sub Sektor Tanaman Perkebunan

Tahun 2014-2018………..……….. 42

4.10 Hasil Perhitungan SS Sub Sektor Peternakan Tahun

2014-2018………..……….….. 43

4.11 Hasil Perhitungan SS Sub Sektor Perikanan Tahun

2014-2018………..………. 43

4.12 Hasil Tipologi Klassen Sub Sektor Tanaman Pangan

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ dan SS 2014-2018.. 46 4.13 Hasil Tipologi Klassen Sub Sektor Tanaman Hortikultura

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ dan SS 2014-2018.. 47 4.14 Hasil Tipologi Klassen Sub Sektor Tanaman Perkebunan

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ dan SS 2014-2018.. 48 4.15 Hasil Tipologi Klassen Sub Sektor Peternakan

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ dan SS 2014-2018.. 49 4.16 Hasil Tipologi Klassen Sub Sektor Perikanan

Berdasarkan Hasil Perhitungan LQ dan SS 2014-2018.. 50

(12)

3.1 Bagan Kuadran Tipologi Klassen………... 25

(13)

Tapanuli Tengah.

2. Lampiran 2 : Data Produksi dan Harga Komoditi Pertanian Provinsi Sumatera Utara.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi secara umum bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan, menjamin tersedianya lapangan pekerjaan serta sebagai pendorong perubahan dan pembaharuan dibidang kehidupan lainnya. Keberhasilan pembangunan ini ditunjang oleh keterkaitan dan dukungan dari berbagai pihak serta peranan dari berbagai lapangan usaha. Dalam proses pembangunan ekonomi, setiap sektor atau lapangan usaha yang menunjang kegiatan ekonomi perlu mendapat perhatian khusus. Sumatera Utara sebagai salah satu Provinsi di Indonesia memiliki 33 kabupaten/kota.

Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945. Menurut data BPS Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah menempati posisi ketujuh sebagai Kabupaten termiskin dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

Menurut data BPS Tapanuli Tengah jumlah yang sudah bekerja di Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2017 sebanyak 145.434 orang. Dari jumlah tersebut, adapun sebaran menurut lapangan pekerjaan dimana terdapat 68.854 orang, diikuti sektor jasa, sektor perdagangan, lainnya, sektor industri,

(15)

sektor angkutan dan komunikasi. Dengan demikian sektor pertanian masih menjadi sektor utama sebagai sektor yang banyak menyerap tenaga kerja penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) pada tahun 2017 sebesar 8.555.475,9 juta Rupiah. Kategori Pertanian, Kehutanan dan Perikanan merupakan kontributor utama dalam pembentukan nilai PDRB yaitu mencapai 46,29 persen. Selanjutnya diikuti oleh Kategori Konstruksi (11,73 persen), kategori Industri Pengolahan (11,54 persen) dan kategori perdagangan besar dan eceran rep.mobil dan sepeda motor (11,38 persen).

Sedangkan kategori yang lain hanya memberikan kontribusi dibawah 10 persen.

Kondisi ini mengidentifikasikan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang berpotensi besar dalam menyumbang PDRB dan sangat berpotensi untuk pengembangan Wilayah dan pengembangan ekonomi daerah Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pembangunan sektor pertanian menjadi hal yang terpenting dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah. Ada beberapa hal yang membuat pembangunan sektor pertanian menjadi penting di Kabupaten Tapanuli Tengah, diantaranya potensi sumberdaya alam yang besar dan beragam Kabupaten Tapanuli Tengah terdiri dari 20 Kecamatan dengan karakteristik dan kondisi geografis yang berbeda, sehingga memungkinkan keberagaman komoditas yang dihasilkan. Selain itu Sektor pertanian selalu mengalami peningkatan dari tahun 2010-2017.

Data-data diatas dapat menunjukkan bahwa sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian dan dalam usaha pengembangan wilayah Kabupaten

(16)

Tapanuli Tengah. Akan tetapi, potensi sektor pertanian belum dapat dimanfaatkan dengan optimal. Dengan kondisi-kondisi tersebut diatas maka perlu diadakan penelitian agar dapat diketahui bagaimana peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah. Data-data tersebut diatas menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Masyarakat Kabupaten Tapanuli Tengah Periode 2014-2018 (Dengan Pendekatan Location Quetient (LQ), Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen)”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana posisi setiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018 ?

2. Bagaimana pertumbuhan setiap sub sektor pertanian terhadap PDRB di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018?

3. Sub sektor pertanian apa yang menjadi sub sektor basis dan non basis di Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis posisi tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian

Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018.

2. Menganalisis pertumbuhan tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018.

3. Menganalisis sub sektor apakah yang menjadi sub sektor pertanian

(17)

basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2014-2018.

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi bahan informasi dan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan daerah.

2. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam penerapan antara teori dan praktik yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta menjadi referensi penelitian berikutnya dengan topik yang serupa.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan

2.1.1. Pembangunan Ekonomi

Sebelum dekade 1960-an, pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional - di mana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama - untuk dapat menaikkan dan mempertahankan laju pertumbuhan GNP-nya hingga mencapai angka 5 sampai 7 persen atau lebih per tahun. Pengertian ini sangat bersifat ekonomis. Namun demikian, pengertian pembangunan ekonomi mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an dan 1960-an – seperti telah disinggung di muka – itu menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasikan pada pertumbuhan GNP saja tidak akan mampu memecahkan permasalahan-permasalahan pembangunan secara mendasar di NSB. Hal ini tampak pada taraf dan kualitas hidup sebagian besar masyarakat di NSB yang tidak mengalami perbaikan meskipun target pertumbuhan GNP per tahun telah tercapai. Dengan kata lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan ekonomi secara sempit. Oleh karena itu, Todaro & Smith (2003) menyatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu (1) berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya (sustenance), (2) meningkatnya rasa harga diri (selfesteem) masyarakat sebagai manusia, dan (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Nilai-nilai pokok tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

(19)

Amartya Sen (1999: 3) – pemenang Nobel Ekonomi 1998 - bahwa ‘development can be seen, it is argued here, as a process of expanding the real freedoms that people enjoy’.

Akhirnya disadari bahwa definisi pembangunan ekonomi itu sangat luas bukan hanya sekedar bagaimana meningkatkan GNP per tahun saja.

Pembangunan ekonomi itu bersifat multidimensi yang mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, bukan hanya salah satu aspek (ekonomi) saja.

Pembangunan ekonomi dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan suatu negara dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya. Dengan adanya batasan tersebut, maka pembangunan ekonomi pada umumnya dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Oleh karena itu, pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar pola keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor dalam pembangunan ekonomi dapat diamati dan dianalisis. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang terjadi dan dampaknya pada peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Selanjutnya, pembangunan ekonomi juga perlu dipandang sebagai suatu proses kenaikan dalam pendapatan per kapita, karena kenaikan tersebut mencerminkan tambahan pendapatan dan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Biasanya laju pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan oleh tingkat pertambahan GDP atau GNP. Namun demikian, proses kenaikan pendapatan per kapita secara terus

(20)

menerus dalam jangka panjang saja tidak cukup bagi kita untuk mengatakan telah terjadi pembangunan ekonomi. Perbaikan struktur sosial, sistem kelembagaan (baik organisasi maupun aturan main), perubahan sikap dan perilaku masyarakat juga merupakan komponen penting dari pembangunan ekonomi, selain masalah pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan (Todaro & Smith, 2003).

Artinya, tujuan pembangunan harus difokuskan kepada tingkat kesejahteraan individu (masyarakat) moril dan material yang disebut dengan istilah depoperisasi (depauperization) oleh Adelman (1975).

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi hanya didefinisikan sebagai kenaikan GDP atau GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan atau tidak. Namun demikian, ada beberapa ekonom memberikan definisi yang sama untuk kedua istilah tersebut, khususnya dalam konteks negara maju. Secara umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara-negara maju, sedangkan istilah pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di NSB.

2.1.2. Pembangunan Pertanian

Hasil kajian Pusat Studi Ekonomi 1999 (dalam Kasryno, Faisal : 2000) menunjukkan bahwa baik secara konseptual maupun empiris sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan ekonomi nasional dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor Pertanian sebagai basis perekonomian nasional sebagai penopang sektor industri. Pilihan strategi ini sepintas seperti sebuah

(21)

strategi yang menempatkan sektor pertanian sebagai pendukung sektor industri dalam hal pemasok kebutuhan bahan baku bagi pengembangan sektor industri.

Melalui strategi tersebut diharapkan terjadi akselerasi yang seimbang antara pembangunan di sektor pertanian dan industri.

2.1.3. Sektor Unggulan

Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan anugerah (endowment factor). Selanjutya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi.

Keberadaan sektor unggulan, maka akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat, sehingga kemajuan perekonomian akan tercapai.

Menurut Tarigan (2005) Kriteria sebuah sektor dikatakan sektor unggulan adalah sebagai berikut:

1. Sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.

2. Sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.

3. Sektor tersebut memiliki keterkaitan antara sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang.

4. Sektor tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

2.2. Defenisi Sektor dan Subsektor Pertanian

Menurut Van Aarsten (1953), pertanian adalah digunakannya kegiatan manusia untuk memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang pada mulanya dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan tumbuhan dan atau hewan tersebut.

(22)

Menurut Mosher (1966), pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas, yang didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan merangsang pertumbuhan tanaman dan hewan dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan produksi merupakan bisnis, sehingga pengeluaran dan pendapatan sangat penting artinya.

Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut). Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian.

Peran nyata sektor pertanian sebagai tumpuan pembangunan ekonomi nasional pada masa krisis dan selama pemulihan ekonomi, maka sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor andalan dan didukung secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi yang bersifat resource based. Atas dasar tersebut, potensi perekonomian pedesaan diharapakan akan menjadi determinan dari perekonomian nasional secara keseluruhan dan dengan demikian perubahan yang terjadi pada struktur perekonomian pedesaan perlu dicermati terutama dampaknya terhadap struktur kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan (Resthiningrum, 2011).

Sub sektor dari sektor pertanian mencangkup :

(23)

1. Tanaman bahan makanan ialah tanaman yang menjadi bahan pokok atau utama dalam pola konsumsi manusia seperti beras, jagung, gandum.

2. Tanaman perkebunan seperti tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan sebagai pelengkap dari pola konsumsi manusia.

3. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).

4. Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua hewan vertebrata kecuali ikan dan amfibi) atau serangga (misalnya lebah).

5. Perikanan memiliki subjek hewan perairan (termasuk amfibi dan semua non-vertebrata air).

2.3 Peranan Pertanian dalam Perekonomian

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting terhadap perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang. Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting, karena merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Akibat hal tersebut dibutuhkan perencanaan yang baik dalam sektor ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena peran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian nasional terbukti tidak hanya pada situasi normal, tetapi terlebih pada masa krisis (Gadang, 2010).

Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam perekonomian, terutama dalam tahap awal pembangunan daerah. Sektor pertanian yang tumbuh dan menghasilkan surplus yang besar merupakan prasyarat untuk memulai proses

(24)

transformasi ekonomi. Sektor non-pertanian, umumnya terlalu kecil untuk melakukan peranan itu. Peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengan sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satu- satunya cara dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggota masyarakatnya yang hidup di sektor pertanian itu.

Cara ini bisa ditempuh dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan, tanaman perdagangan mereka dan atau dengan menaikkan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan, tentu saja tidak setiap kenaikan output akan menguntungkan sebagian besar penduduk pedesaan yang bergerak di bidang pertanian itu. Pembangunan ekonomi berawal pada suatu lingkungan sosial, politik, dan teknologi yang menunjang kreativitas para wiraswasta. Adanya lingkungan yang menunjang kreativitas akan menimbulkan beberapa wiraswasta perintis yang mencoba menerapkan ide-ide baru dalam kehidupan ekonomi. Mungkin tidak semua perintis tersebut akan berhasil dalam melakukan inovasi.

Bagi yang berhasil melakukan inovasi tersebut akan menimbulkan posisi monopoli bagi pencetusnya. Posisi monopoli ini akan menghasilkan keuntungan di atas keuntungan normal yang diterima para pengusaha yang tidak berinovasi.

Keuntungan monopolistis ini merupakan imbalan bagi para inovator dan sekaligus juga merupakan rangsangan bagi para calon inovator. Hasrat untuk berinovasi terdorong oleh adanya harapan memperoleh keuntungan monopolistis tersebut.

Inovasi mempunyai 3 pengaruh yaitu :

(25)

a) Diperkenalkannya teknologi baru.

b) Menimbulkan keuntungan lebih (keuntungan monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi akumulasi modal.

c) Inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses peniruan (imitasi) yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru teknologi baru tersebut.

Proses peniruan (imitasi) tersebut di atas pada akhirnya akan diikuti oleh investasi (akumulasi modal) oleh para peniru (imitator) tersebut. Proses peniruan ini mempunyai pengaruh berupa :

a. Menurunnya keuntungan monopolistis yang dinikmati oleh para inovator,

b. Penyebaran teknologi baru di dalam masyarakat, berarti teknologi tersebut tidak lagi menjadi monopoli bagi pencetusnya.

Kesemua proses yang dijelaskan diatas meningkatkan output masyarakat dan secara keseluruhan merupakan proses pembangunan ekonomi. Sumber kemajuan ekonomi yang paling penting adalah pembangunan ekonomi tersebut (Khamdani, 2013).

2.4. Ekonomi Basis

Sektor basis adalah yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Adventage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 1985:89). Ricardo dalam Taringan (2005:81) sewaktu membahas perdagangan antara dua negara. Dalam teori tersebut Ricardo membuktikan

(26)

bahwa apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonsentrasikan diri untuk mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua negara tersebut akan beruntung.

Ternyata ide tersebut bukan saja bermanfaat dalam perdagangan internasional tetapi juga sangat penting diperhatikan dalam ekonomi regional. Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komodoti itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya.

Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Pada saat ini istilah yang sering dipakai adalah competitive advantage (keunggulan kompetitif). Keunggulan kompetitif menganalisis kemampuan suatu daerah untuk memasarkan produknya di luar daerah/luar negeri/pasar global. Istilah keunggulan kompetitif lebih mudah dimengerti, yaitu cukup melihat apakah produk yang dihasilkan bisa dijual di pasar Internasional secara global dengan menguntungkan. Hal ini tidak lagi membandingkan potensi komoditi yang sama di suatu negara dengan negara lainya, melainkan membandingkan potensi komoditi suatu negara terhadap komoditi semua negara pesaingnya di pasar global.

Menurut Arsyad (2005:116), teori basis ekonomi ini merupakan faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah karena berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri- industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Teori basis ekonomi ini didasarkan pada pemikiran bahwa

(27)

suatu wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif, yaitu dengan cara meningkatkan ekspor. Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Tiebout, dalam bukunya Nugroho dan Dahuri (2004:58) Tiebout mengemukakan bahwa pasar ekspor merupakan penggerak utama atau sebagai mesin pertumbuhan ekonomi wilayah. Hasil ekspor mendatangkan pendapatan dan pendapatan tambahan melalui pengaruh pengganda (multiplier). Dengan demikian, kegiatan ekspor mengakibatkan pemasukan uang ke dalam wilayah dan dorongan untuk meningkatkan aktivitas perekonomian wilayah.

2.5. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu, besaran PDRB yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi faktor-faktor produksi di daerah tersebut. Adanya keterbatasan dalam penyediaan faktor-faktor produksi tersebut menyebabkan besaran PDRB bervariasi antar daerah. Di dalam perekonomian suatu negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain, satu dengan yang lain memerlukan baik dari bahan mentah maupun hasil akhirnya. Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian dan pertambangan, hasil sektor industri dibutuhkan oleh sektor pertanian dan jasa-jasa. Cara perhitungan

(28)

PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.

Indikator penting untuk dapat mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah (waktu tertentu) ialah menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dapat menggunakan atas dasar harga berlaku ataupun atas dasar harga konstan. Menurut (Sukirno, 2000) pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output per kapita dalam jangka yang panjang, penekanannya ialah pada 3 aspek yakni proses, output per kapita, serta jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses, bukan hanya gambaran ekonomi sesaat.

Pembangunan daerah serta pembangunan sektoral harus dilaksanakan sejalan agar pembangunan sektoral yang berada di daerah-daerah dapat berjalan sesuai dengan potensi serta prioritas daerah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB sendiri dapat diartikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah (BPS, 2016).

Menghitung pendapatan regional dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Hal ini berbeda dengan metode tidak langsung yang menggunakan data dari sumber nasional yang dialokasikan ke masing-masing daerah.

(29)

1. Metode Langsung

a. Pendekatan Produksi

Pendekatan dari sisi produksi adalah menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangi biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto tiap-tiap sektor atau subsektor. Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi, dengan demikian nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa faktor produksi.

b. Pendekatan Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari suatu kegiatan ekonomi, dihitung dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi yaitu upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Untuk sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa tanah dan keuntungan.

c. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan pengeluaran bertitik-tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa. Nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi dihitung dengan cara menghitung berbagai komponen pengeluaran akhir yang membentuk produk domestik regional. Pengeluaran akhir adalah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba atau lembaga yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto (ekspor-impor) di dalam suatu daerah atau wilayah dalam periode tertentu, biasanya 1 tahun.

(30)

2. Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung merupakan perhitungan dengan cara menggunakan data yang bersumber dari luar daerah atau wilayah yang bersangkutan, seperti dengan cara alokasi yaitu mengalokir PDB nasional menjadi PDRB provinsi dengan menggunakan beberapa indikator produksi dan atau indikator lainnya yang cocok sebagai alokator. Perkiraan dilakukan berdasarkan alokasi dengan mengalokasikan data tersebut ke daerah bersangkutan, yaitu menggunakan alokator yang cocok dengan sektor atau kegiatan masing-masing.

2.6. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta di suatu wilayah.

Todaro dalam Sirojuzilam (2008:16), mendefinisikan pembangunan ekonomi

(31)

adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Menurut Adisasmita (2008:13), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Kuznets dalam Jhingan (2000;53) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya”.

Defenisi ini memiliki 3 (tiga) komponen; pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang;

kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga , penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses

(32)

pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi (economic Growth) juga merupakan perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama, maka untuk mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ketahun.

2.7. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian-Penelitian Terdahulu

Nama Judul Metode Hasil Akhir Ilham Alkaf Peran Sektor

Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Cilacap Periode 2002-2013

Pendekatan Tipologi Klassen, Shift Share, dan Location Quetient

Posisi sub sektor pertanian dalam perekonomian.

Kabupaten Cilacap tahun 2002- 2013 adalah:

1. Sub sektor tanaman bahan makanan berada di posisi sub sektor tertinggal.

2. Sub sektor tanaman perkebunan berada di posisi sub sektor potensional atau masih dapat dikembangkan.

3. Sub sektor peternakan berada di posisi sub sektor tertinggal.

4. Sub sector kehutanan berada di posisi sub sektor tertinggal.

(33)

Nama Judul Metode Hasil Akhir 5. Sub sector perikanan

berada di posisi sub sektor tertinggal Julio P.D.

Ratag, Gene H.M.

Kapantow Caroline B.D.

Pakasi

Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Di Kabupaten Minahasa Selatan

Pendekatan analisis Location Quetient

Dari hasil analisis Location Quotient (LQ),

sektor pertanian dan beberapa sektor

perekonomian lainnya yaitu, sektor pertambangan dan penggalian, sektor

industri pengolahan, dan sektor konstruksi

merupakan sektor basis di Kabupaten Minahasa Selatan. Ini berarti kegiatan pada sektor pertanian mampu untuk mencukupi kebutuhan di Kabupaten Minahasa Selatan

dan memungkinkan untuk mengekspor ke

daerah lain.

Jessi S

Tampun (2014)

Peranan Sektor Pertanian Dalam

Pembangunan Wilayah Kota Tomohon

Metode Analisis DLQ dan LQ

Hasil penelitian

menunjukkan Pada tahun 2013 sektor pertanian memiliki kontribusi sebesar 14, 45% terhadap total PDRB Kota Tomohon dengan dua subsektor dari sektor pertanian yang memiliki kontribusi terbesar adalah subsektor tanaman bahan makanan yang memberikan kontribusi 5,40% terhadap total PDRB. Posisi sektor pertanian yaitu non basis pada tahun 2013, dimasa yang akang datang mengalami perubahan posisi menjadi basis

(34)

Nama Judul Metode Hasil Akhir dengan

sub sektor yang

mengikutinya yakni sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan kehutanan.

Afrisal Dea Bagaskara , Sudarti (2017)

Analisis Potensi Sektor

Unggulan Dan Pergeseran Struktur Perekonomian Di

Kabupaten/Kota Provinsi Banten Tahun 2011- 2015

Analisis Location Quotient dan Analisis Shift share.

Hasil Analisis Location Quotient dapat diketahui sektor yang merupakan unggulan di

Kabupaten/Kota Provinsi Banten masih didominasi oleh sektor Jasa

Pendidikan. Hasil Analisis Shift Share dapat diketahui pergeseran struktur dari sekunder ke tersier.

Zakaria , T.

Zulham , Eddy Gunawan (2018)

Analisis Struktur Ekonomi

Kabupaten Aceh Besar

Analisis Location Quotient dan Analisis Shift share.

Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi

perubahan struktur ekonomi di Kabupaten Aceh Besar dari sektor primer ke sektor sekunder

2.8. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005). Konsep kerangka konseptual yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(35)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian

Kabupaten Tapanuli Tengah

Sub Sektor Pertanian Ungggulan dan Non-

Unggulan

Analisis Location Quotient

Analisis Pertumbuhan

Sub Sektor Pertanian Analisis Shift Share

Klasifikasi Posisi Sub- Sektor Pertanian

Analisis Tipologi Klassen

(36)

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Deskriptif berarti memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, yaitu masalah yang aktual dan data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1994).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data yang telah dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang diluar peneliti, walau data yang dikumpulkan adalah data asli (Surakhmad, 2002).

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Data Produksi dan Harga Komoditi Sektor Pertanian pada tahun 2014-2018 serta PDRB Kabupaten Tapanuli Tengah dan Provinsi Sumatera Utara periode 2014-2018.

Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Kabupaten Tapanuli tengah dalam Angka Tahun 2015-2019, Statistik Harga Produsen Pertanian Sumatera Utara 2014-2018, dan Sumatera Utara dalam Angka Tahun 2015-2019. Kemudian data juga dilengkapi dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.3. Metode Analisis Data

Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah guna menghasilkan hasil kajian secara holistik menunjukkan kondisi di lapangan.

(37)

3.3.1. Analisis Location Quetient (LQ)

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis atau non basis, diantaranya adalah teknik Location Quetient (LQ).

Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto, analisis LQ juga dapat digunakan untuk menentukan komoditas basis.

Location Quetient adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai sebuah sektor di suatu daerah ( dalam penelitian ini adalah Kabupaten Tapanuli Tengah) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala Provinsi.

LQ =(Vi(s)⁄vt(s))/(Vi(r)⁄Vr) Keterangan:

1. Vi (s) = Pendapatan Sub Sektor pertanian pada daerah bawah (Kabupaten Tapanuli Tengah).

2. V (s) = Pendapatan total Sektor Pertanian daerah bawah (Kabupaten Tapanuli Tengah)

3. Vi r = Pendapatan Sub Sektor Pertanian pada daerah atas (Provinsi Sumatera Utara).

4. Vr = Pendapatan total Sektor Pertanian daerah atas (Provinsi Sumatera Utara)

Jika nilai LQ>1 maka sub sektor pertanian tersebut dikategorikan sektor unggulan. Artinya sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah dapat memberikan peranan lebih besar dari pada peranan sub sektor

(38)

pertanian dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. LQ=1 maka sub sektor pertanian dikategorikan sektor tertutup. Karena dianggap hasilnya hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan wilayahnya sendiri, namun kondisi yang demikian sulit ditemukan dalam sebuah perekonomian suatu daerah. LQ<1 maka sub sektor pertanian tersebut dikategorikan sebagai sektor non unggulan, artinya peranan sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Tapanuli Tengah Lebih kecil dibanding peranan sub sektor pertanian dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Metode LQ memiliki beberapa keunggulan, keunggulan tersebut antara lain:

1) Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung.

2) Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time-series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan,2005).

3.3.2 Analisis S-S (Shift Share)

Untuk menjawab pertanyan kedua menggunakan analisis shift share.

Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah bawah dibandingkan dengan struktur perekonomian daerah atas. Analisi shift share juga merupakan suatu teknik membagi atau menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu daerah sebagai

(39)

perubahan atau peningkatan nilai suatu variabel/indicator pertumbuhan perekonomian suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis shift share Esteban Marquilas. Analisis shift share Esteban Marquilas merupakan modifikasi dari analisis shift share klasik. Modifikasi tersebut meliputi pendefinisian kembali kedudukan atau keunggulan kompetitif sebagai komponen ketiga dari teknik shift share dan menciptakan komponen shift share dan menciptakan komponen shift share yang keempat yaitu pengaruh alokasi (Aij).

Tujuan analisis adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (tingkat Kabupaten terhadap Provinsi).

Tiga komponen utama dalam Analisis Shift Share:

1. Pangsa Pertumbuhan Nasional (National Growth Share), yaitu pertumbuhan (perubahan) variabel ekonomi disuatu wilayah yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi nasional.

2. Pangsa Pertumbuhan Proporsional, yaitu menggambarkan perubahan dalam suatu sektor lokal yang diakibatkan pertumbuhan atau kemunduran sektor yang sama ditingkat nasional.

3. Pangsa Lokal (Pergeseran Regional), yaitu pangsa dari pertumbuhan yang menggambarkan tingkat keunikan (kekhasan) tertentu yang dimiliki oleh suatu wilayah (lokal) yang bisa menyebabkan variabel ekonomi wilayah dari suatu sektor.

(40)

Dalam menggunakan analisis Shift Share, langkah-langkah yang diperlukan adalah:

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan adalah pendapatan dilihat dari nilai PDRB Kabupaten Tapanuli Tengah dan Sumatera Utara. Sedangkan periode analisis digunakan dari tahun 2014 sampai dangan tahun 2018.

3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor Ekonomi yang akan dianalisis adalah Sektor Pertanian, yang terdiri dari sub-sub sektor yang akan dianalisis. Sub sektor yang dianalisis dalam penelitian ini adalah sub sektor Tanaman Bahan Makanan, sub sektor Tanaman Perkebunan, sub sektor Perikanan, sub sektor Peternakan, sub sektor Hortikultura.

4. Menghitung perubahan indikator kegiatan ekonomi, dengan menghitung presentase perubahan PDRB:

% ∆Yij =[(Y’ij-Yij)/ Yij].100%

Keterangan :

∆Yij = Perubahan pendapatan sektor pertanian pada wilayah KabupatenTapanuli Tengah.

Yij = Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun dasar analisis yaitu tahun 2014.

Y’ij = Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun akhir analisis yaitu tahun 2018.

(41)

5. Menghitung Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi yang terdiri dari:

1. Ri = (Y’ij-Yij)/ Yij ;dengan ri adalah rasio pendapatan sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Ri = (Y’i-Yi)/Yi; dengan Ri adalah rasio pendapatan (Provinsi Sumatera Utara) dari sektor pertanian, Y’i adalah pendapatan (provinsi) dari sektor i pada tahun akhir analisis, dan Yi adalah pendapatan (provinsi) dari sektor i pada tahun dasar analisis.

3. Ra = (Y’..-Y..)/Y.. ; dengan Ra adalah rasio pendapatan (Provinsi Sumatera Utara), Y’.. adalah pendapatan (Provinsi Sumatera Utara) pada tahun akhir analisis, dan Y.. adalah pendapatan (Provinsi Sumatera Utara) pada tahun dasar analisis.

6. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah 1. Komponen Pertumbuhan Regional

(PR) PRij = (Ra)Yij Keterangan:

Prij = Komponen pertumbuhan regional sektor pertanian untuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah

Yij = Pendapatan dari sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun dasar analisis.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

PPij= (Ri-Ra)Yij ; dimana PPij adalah komponen pertumbuhan proporsional sektor pertanian untuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan indikator sebagai berikut:

(42)

1. PPij < 0, menunjukan bahwa sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pertumbuhannya lambat.

2. PPij > 0,menunjukan bahwa sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah pertumbuhannya cepat.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

PPWij = (ri-Ri)Yij Dimana PPWij adalah Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor pertanian untuk wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah, dengan indikator sebagai berikut:

 PPWij > 0, berarti sektor pertanian pada wilayah

Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

 PPWij < 0, berarti sektor pertanian pada wilayah Kabupaten Tapanuli

Tengah mempunyai daya saing yang kurang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

4. Presentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan:

%PNij= (PNij)/Yij*100%

%PPij= (PPij)/Yij*100%

%PPWij= (PPWij)/Yij*100%

3.3.3 Analisis Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sub sektor pertanian perekonomian wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sub sektor pertanian

(43)

perekonomian di Kabupaten Tapanuli Tengah dengan memperhatikan sub sektor pertanian perekonomian Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi.

Dalam penelitian ini Analisis Tipologi Klassen merupakan kategori masing- masing komoditi dapat digolongkan berdasarkan pengelompokan dari hasil perhitungan Location Quetient (LQ) dan Shift Share (SS) yang dibagi kedalam 4 (empat kuadran) Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2014):

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector). Kuadran I merupakan komoditi yang maju dan tumbuh pesat dengan indikator nilai perhitungan Location Quitient (LQ) > 1 dan Shift Share (SS) positif.

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector). Kuadran II merupakan komoditi yang maju dan tapi tertekan dengan indikator nilai perhitungan Location Quitient (LQ) < 1 dan Shift Share (SS) negatif.

3. Sektor potensional atau masih dapat berkembang (developing sector).

Kuadran III merupakan komoditi yang potensial dan masih dapat berkembang dengan indikator nilai perhitungan Location Quitient (LQ) <

1 dan Shift Share (SS) positif.

4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector). Kuadran IV merupakan komoditi yang relative lambat dengan indikator nilai perhitungan Location Quitient (LQ) < 1 dan Shift Share (SS) negatif.

(44)

Kuadran I

Sektor Maju dan Tumbuh dengan Pesat

(Jika LQ > 1 dan SS = Positif)

Kuadran II

Sektor Maju Tapi Tertekan (Jika LQ < 1 dan SS = Positif)

Kuadran III

Sektor Potensional atau masih dapat Berkembang

(Jika LQ > 1 dan SS = Negatif)

Kuadran IV Sektor Relatif Tertinggal (Jika LQ < 1 dan SS = Negatif)

Gambar 3.1

Bagan Kuadran Tipologi Klassen

(45)

4.1.1. Letak Geografis

Secara geografis, Kabupaten Tapanuli Tengah berada di antara 98(0) 07’

98(0) 12 Bujur Timur dan 1(0) 11’- 2(0)22’ Lintang Utara. Daerah ini terletak di pesisir pantai barat Pulau Sumatera dan sebagian lainnya d pulau-pulau kecil.

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah sekitar 2.194,98 km2. Kolang merupakan kecamatan terluas yaitu 400,65 km2, sedangkan kecamatan paling sempit luas wilayahnya adalah Barus seluas 21,81 km2 (setelah mengalami pemekaran dengan terbentuknya Kecamatan Barus Utara dan Kecamatan Andam Dewi). Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit dengan ketinggian 0- 1.266 meter di atas permukaan laut.

Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang.

Klimatologi Kabupaten Tapanuli Tengah, sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong tropis. Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di sebelah utara, Kabupaten Tapanuli Selatan di sebelah selatan, Kota Sibolga dan Samudera Indonesia di sebelah barat, serta Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kabupaten Pakpak Bharat di sebelah timur.

4.1.2. Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten tertua di Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Tapanuli

(46)

Tengah masuk Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang residen berkedudukan di Sibolga. Salah satu putera daerah Tapanuli tengah yang pernah duduk sebagai residen di Keresidenan Tapanuli adalah Dr.Ferdinand Lumbantobing. Dipercaya sebagai menteri di zaman Orde Lama dan permulaan Orde Baru, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional dan dimakamkan di Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Jauh sebelumnya kawasan Tapanuli Tengah sekarang – tepatnya di Barus – sudah dikenal sebagai pelabuhan laut yang masyhur di Pulau Sumatera berabad- abad silam, juga sebagai salah satu pusat perdagangan dan peradaban dunia. Ahli geografi Yunani, Claudios Ptolemaios pada tahun 165 Masehi menguraikan Barus sebagai penghasil kapur barus (camphor), suatu produk alamiah berbentuk kristal yang dihasilkan dari getah pohon keras (Aguilaria malaccansis atau Cinnamomum camphora). Kapur barus merupakan lambang Universitas Sumatera Utara kemewahan para raja dan bangsawan Yunani, Romawi, Mesir, Persia, dan lainnya pada saat itu. Kedudukan Barus kurang lebih seperti Paris saat ini, yang terkenal dengan inovasi parfum mewahnya. Selain Barus, dua daerah lainnya di Tapanuli Tengah, yaitu Sorkam dan Mungkur sejak 3.000 tahun lalu juga dikenal karena ekspor kemenyan dunia yang sangat digemari di Timur Tengah dan Mesir Kuno.

Barus menjadi sangat penting dalam sejarah peradaban di Indonesia karena dipercaya sebagai tempat masuknya ajaran Islam pertama dan Katolik di Nusantara. Yang jelas, dalam sejarah Pekabaran Injil di Tanah Batak, IL Nomensen sebelumnya pernah berpos di Barus pada 1862. Pamor Barus sebagai

(47)

pelabuhan besar lambat laun surut seiring peradaban waktu. Pelabuhan utama di jazirah Tapanuli kemudian berpindah ke Teluk Tapanuli, persisnya Kota Sibolga.

Keresidenan Tapanuli beberapa kali mengalami perubahan teritorial atau pembagian wilayah seiring proses pendudukan kolonia Belanda di kawasan Tapanuli. Kawasan Tapanuli Tengah sebagai Daerah Tingkat II baru tercermin melalui Staadblad No.563 tahun 1937. Berdasarkan staadblad tersebut kawasan Tapanuli Tengah masuk dalam Afdeling Sibolga yang terdiri dari dari Onder Distrik Sibolga, Lumut dan Barus. Adapun afdeling lainnya selain Sibolga di Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Nias, Sidempuan, dan Tanah Batak.

Setelah kemerdekaan, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai daerah otonom dipertegas oleh pemerintah dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 24 Agustus 1945.

4.1.3. Keadaan Penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Tengah, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah yang tersebar di 20 kecamatan adalah 310.962 jiwa yang terdiri atas 156.175 laki-laki dan 154.787 perempuan. Pandan, Pinangsori, dan Badiri adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak, masing-masing berjumlah 46.951 jiwa, 22.653 jiwa, dan 21.980 jiwa.

(48)

Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Sukabangun, yaitu 2.871 jiwa.

Dengan luas wilayah 2.194,98km2 yang didiami 310.962 jiwa penduduk maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebesar 142 orang per km2. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah kecamatan Pandan, yakni sebesar 142 orang per km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kolang, yakni 42 orang per km2. Penduduk Tapanuli Tengah hidup rukun dalam pluralisme yang dianut secara turun temurun.

Penduduk terbanayak dari suku Batak, dengan penganut agama Kristen sebagai penduduk dengan jumlah terbesar disusul penganut agama Islam. Penduduk hidup rukun dan damai, harmoni yang terbangun dari kesadaran kearifan lokal sesama komponen bangsa. Batak Kristen dan Batak Islam dalam kesehariannya masih bertahan dengan tatanan adat Dalihan Natolu, sistem sosial budaya yang melekat sebagai penopang jati diri suku Batak di mana saja berada.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Hasil Analisis Location Quetient (LQ) Sektor Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah

Tujuan dari perhitungan LQ adalah untuk mengetahui potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu sektor-sektor mana yang merupakan sektor basis.

Kriteria perhitungan LQ adalah sebagai berikut :

1. LQ > 1 : Maka komoditas tersebut menjadi komoditas unggulan di Kabupaten Tapanuli Tengah karena mampu berproduksi lebih banyak daripada jumlah

(49)

kebutuhan terhadap komoditi tersebut di Kabupaten Tapanuli Tengah . Berarti komoditi tersebut merupakan Basis.

2. LQ = 1 : Maka komoditi tersebut berproduksi hanya mampu memenuhi kebutuhan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah .

3. LQ < 1 : Maka komoditi tersebut jumlah produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah sehingga diperlukan pasokan dari luar sehingga komoditi tersebut merupakan non-basis.

4.2.1.1. Sub Sektor Tanaman Pangan Tabel 4.1

Hasil Perhitungan LQ Sub Sektor Tanaman Pangan Tahun 2014-2018

No Komoditi Tahun

Rata-rata Keterangan 2014 2015 2016 2017 2018

1 Padi Sawah 1,18 1,37 1,4 1,29 1,23 1,29 B 2 Padi Ladang 1,77 1,9 0,05 0,56 1,34 1,12 B

3 Jagung 0,15 0,03 0,07 0,32 0,20 0,16 NB

4 Kacang

Kedelai 0,08 0,08 0,11 0,15 0,11 0,11 NB 5 Kacang Tanah 1,82 0,64 0,33 0,36 0,35 0,70 NB 6 Kacang Hijau 2,36 0,6 0,27 0,31 0,52 0,81 NB 7 Ubi Kayu 0,93 0,37 0,15 0,13 0,06 0,33 NB 8 Ubi Jalar 0,96 0,23 0,15 0,21 0,21 0,35 NB

Sumber: Hasil Pengolahan Data Oleh Peneliti

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quetient (LQ) di atas dapat diketahui klasifikasi komoditi masing-masing untuk sub sektor Tanaman Pangan di Kabupaten Tapunuli Tengah. Maka komoditi yang termasuk kategori basis adalah Padi Sawah (1,29) dan Padi Ladang (1,12).

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Within the study, besides using a high resolution digital non-metric camera and a carrier model aircraft, the previously produced maps of test field, derived from aerial photos,

DPA- SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Rekapitulasi Belanja Langsung menurut Program

Keluaran Terlaksananya Tertib Administrasi Ormas dan Terselenggaranya Survey Lapangan Terhadap Ormas Yang Melakukan Pendaftaran.

Sebagai masyarakat yang mendominasi pemerintahan, tidak serta merta Nabi mengunggulkan Islam dalam berbagai aspeknya, namun tetap berprinsip pada 6 asas nilai yang

“Faktor -Faktor yang Berhubungan dengan Kesembuhan Penderita TB Paru (Studi Kasus di Puskesmas Purwodadai I Kabupaten Grobongan)”.. Jurnal

Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa mayoritas responden menilai Sangat Setuju (SS) pada pernyataan kualitas layanan universitas sebagai berikut: Ruang kuliah nyaman dan tenang

promosi untuk memperkenalkan perpustakaan, koleksi perpustakaan dan layanan yang disediakan agar dapat dimanfaatkan masyarakat umum Kabupaten Dairi sebagai sumber informasi

metode titrasi argentometri merupakan metode yang klasik untuk analisis kadar. klorida yang dilakukan dengan mempergunakan AgNO 3 dan indikator K 2 CrO 4