• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Sebelum melakukan analisis data, penulis akan memaparkan karakteristik responden. Responden pada penelitian ini yaitu Generasi Z dengan rentang usia 20-24 tahun yang menggunakan media sosial Facebook, Instagram dan Twitter di Kota Salatiga. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, alamat, durasi dan frekuensi penggunaan media sosial serta perangkat yang digunakan.

4.1.1 Jenis Kelamin

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)

Laki-laki 43 43.40

Perempuan 56 56.60

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa pengguna media sosial Facebook, Instagram dan Twitter dengan jenis kelamin perempuan lebih besar daripada laki-laki. Persentase yang didapatkan jenis kelamin perempuan 56,6% sedangkan laki- laki 43,4%. Hasil ini sesuai dengan data BPS Kota Salatiga pada persentase anggota rumah tangga pada karakteristik mengakses internet di Kota Salatiga lebih banyak berjenis kelamin perempuan dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki19.

19 Badan Pusat Statistik Kota Salatiga. 2020. Persentase Anggota Rumah Tangga Berusia 5 Tahun ke Atas menurut Karakteristik dan Penggunaan Teknologi Informasi selama Tiga Bulan Terakhir.

Data diambil dari

(2)

40

Gambar 4.8 Jenis Kelamin menurut Karakteristik Mengakses Internet

Sumber: BPS Kota Salatiga, 2020

4.1.2 Usia

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah Responden Persentase (%)

20 tahun 6 6,10

21 tahun 22 22.20

22 tahun 40 40.40

23 tahun 26 26.30

24 tahun 5 5,10

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan pada tabel diatas menunjukkan responden dengan rentang usia 20-24 tahun didominasi oleh usia 22 tahun sebesar 40,4%. Kemudian usia 23 tahun sebesar 26,3%, 21 tahun

https://salatigakota.bps.go.id/publication/2020/12/30/8d76a19ba64980a59fb99972/statistik- kesejahteraan-rakyat-kota-salatiga-2020.html (19 Maret 2021)

(3)

41

sebesar 22,2%, 20 tahun sebesar 6,1% dan yang terakhir 24 tahun sebesar 5,1%.

4.1.3 Alamat (Kecamatan)

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Alamat Alamat

(Kecamatan)

Jumlah Responden

Persentase (%)

Kecamatan

Sidorejo 28 28.30

Kecamatan

Tingkir 23 23.20

Kecamatan

Argomulyo 14 14.10

Kecamatan

Sidomukti 34 34.30

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa responden terbanyak berada di Kecamatan Sidomukti dengan persentase 34,9%, lalu pada Kecamatan Sidorejo sebanyak 28,3%, serta di Kecamatan Tingkir berjumlah 23,2% dan terakhir pada Kecamatan Argomulyo sebanyak 14,1%.

4.1.4 Durasi Penggunaan Media Sosial

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Penggunaan Media Sosial

Durasi Jumlah Responden Persentase (%)

(4)

42

≤3 jam sehari 8 8.10

4-6 jam sehari 53 53.50

≥6 jam sehari 38 38.40

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 53 responden (53,5%) menggunakan media sosial per hari dengan durasi 4-6 jam per hari. Kemudian sebanyak 38 responden dengan durasi lebih dari 6 jam per hari dan 8 responden dengan durasi kurang dari 3 jam dalam mengakses media sosial per hari.

4.1.5 Frekuensi Membuka Facebook dalam Satu Hari

Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membuka Facebook dalam Satu Hari

Frekuensi Jumlah Responden Persentase (%)

1-2 kali 62 62.60

3-5 kali 26 26.30

≥6 kali 11 11.10

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 62 responden (62,6%) membuka dan mengakses Facebook dengan frekuensi 1-2 kali per hari. Kemudian, sebanyak 26 responden dengan frekuensi 3-5 kali per hari dan 11 responden dengan frekuensi lebih dari 6 kali membuka dan mengakses Facebook per hari.

4.1.6 Frekuensi Membuka Instagram dalam Satu Hari

(5)

43

Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membuka Instagram dalam Satu Hari

Frekuensi Jumlah Responden Persentase (%)

1-2 kali 6 6.10

3-5 kali 40 40.40

≥6 kali 53 53.50

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada tabel diatas terlihat sebanyak 53 (53,5%) responden membuka dan mengakses Instagram dengan frekuensi lebih dari enam kali per hari. Kemudian, sebanyak 40 responden dengan frekuensi 3-5 kali per hari dan 6 responden dengan frekuensi 1-2 kali membuka dan mengakses Twitter per hari.

4.1.7 Frekuensi Membuka Twitter dalam Satu Hari

Tabel 11. Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membuka Twitter dalam Satu Hari

Frekuensi Jumlah Responden Persentase (%)

1-2 kali 42 42.40

3-5 kali 37 37.40

≥6 kali 20 20.20

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada tabel diatas menunjukkan sebanyak 42 (42,4%) responden membuka dan mengakses Twitter dengan frekuensi 1-2 kali per hari. Kemudian, sebanyak 37 responden dengan frekuensi 3-5 kali per hari dan 20 responden dengan frekuensi lebih dari 6 kali membuka dan mengakses Twitter per hari.

(6)

44

4.1.8 Perangkat yang Digunakan untuk Mengakses

Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Perangkat yang Digunakan untuk Mengakses

Frekuensi Jumlah Responden Persentase (%)

Smartphone 97 98.00

Tablet 0 0.00

Laptop 0 0.00

Komputer 2 2.00

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan responden lebih banyak menggunakan smartphone dengan persentase 98%

dibandingkan komputer yang hanya sebesar 2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Alvara Research Center bersama IDN Media terkait Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020: The Battle of Our Generation, bahwa mayoritas generasi baik Gen Z, Millennial, dan Gen X memilih smartphone sebagai perangkat paling banyak digunakan untuk mengakses internet.

Gambar 4.9 Perangkat yang digunakan

Sumber: Indonesia Gen Z and Millennial Report 2020, Alvara Research Center

(7)

45

4.2 Karakteristik Variabel Social Media Addiction (X)

Pada variabel Social Media Addiction (X) terbagi menjadi 4 indikator yaitu Virtual Tolerance, Virtual Communication, Virtual Problem dan Virtual Information.

4.2.1 Virtual Tolerance

Virtual Tolerance merupakan indikator pertama variabel Social Media Addiction (X). Dalam indikator ini terdapat empat butir pernyataan. Peneliti mendapatkan tingkat skala rata-rata, menggunakan rumus interval berikut:

= 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

=16 − 9

4 = 7

4= 1,75

Tabel 13. Distribusi Variabel Berdasarkan Virtual Tolerance Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

9 – 10,75 STS 12 12.10

10,75 – 12,5 TS 34 34.30

12,5 – 14,25 S 38 38.40

14,25 – 16 SS 15 15.20

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Dari tabel di atas memperlihatkan sebanyak 38 (38,4%) responden setuju dengan pernyataan Virtual Tolerance. Hal ini terlihat melalui jawaban yang diperoleh, responden setuju bahwa selalu ingin membuka media sosial, menggunakan media sosial untuk mendapatkan sebuah kesenangan atau hiburan dari dunia nyata. Dalam indikator Virtual Tolerance berkaitan dengan menggunakan sebagian waktunya untuk berselancar di media sosial.

(8)

46 4.2.2 Virtual Communication

Virtual Communication merupakan indikator kedua variabel Social Media Addiction (X). Dalam indikator ini terdapat enam item pertanyaan. Peneliti menggunakan tingkat perhitungan rata- rata, menggunakan rumus interval ini:

=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

=22 − 8

4 = 14

4 = 3,5

Tabel 14. Distribusi Variabel Berdasarkan Virtual Communication

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

8 – 11,5 STS 21 21.20

11,5 - 15 TS 58 58.60

15 – 18,5 S 17 17.20

18,5 – 22 SS 3 3.00

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada tabel diatas, sebanyak 58 (58,6%) responden tidak setuju dengan penggambaran Virtual Communication. Hal ini terlihat melalui jawaban yang diperoleh, responden tidak setuju jika berinteraksi dengan pengguna lain melalui media sosial lebih menyenangkan, identitas online seseorang. Dalam indikator Virtual Communication berkaitan dengan media sosial digunakan untuk berinteraksi dengan pengguna lain secara virtual.

4.2.3 Virtual Problem

Virtual Problem merupakan indikator ketiga variabel Social Media Addiction (X). Dalam indikator ini terdapat enam butir

(9)

47

pernyataan. Peneliti mendapatkan perhitungan rata-rata, menggunakan rumus interval:

=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

= 22 − 6

4 = 16

4 = 4

Tabel 15. Distribusi Variabel Berdasarkan Virtual Problem Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

6 – 10 STS 7 7.10

10 – 14 TS 42 42.40

14 – 18 S 43 43.40

18 – 22 SS 7 7.10

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan sebanyak 43 (43,4%) responden setuju dengan pernyataan Virtual Problem. Hal ini terlihat melalui jawaban yang diperoleh, responden setuju dengan pekerjaan atau produktivitas yang menurun karena sering berselancar di media sosial dan daya tarik media sosial yang membuat nyaman untuk online dan bahagia penggunanya. Dalam indikator Virtual Problem berkaitan dengan terlalu banyak berselancar di media sosial akan menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari responden.

4.2.4 Virtual Information

Virtual Information merupakan indikator keempat variabel Social Media Addiction (X). Dalam indikator ini terdapat enam item pertanyaan. Peneliti menghitung skala rata-rata, menggunakan interval ini:

(10)

48

=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

= 22 − 14

4 = 8

4= 2

Tabel 16. Distribusi Variabel Berdasarkan Virtual Information

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

14 – 16 STS 20 20.20

16 – 18 TS 37 37.40

18 – 20 S 27 27.30

20 – 22 SS 15 15.20

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 37 (37,4%) responden tidak setuju dengan pernyataan Virtual Information. Hal ini terlihat melalui jawaban yang diperoleh, responden tidak setuju dengan penggunaan media sosial yang selalu aktif untuk mendapatkan sebuah informasi. Dalam indikator Virtual Information berkaitan dengan kecenderungan mencari sebuah informasi melalui media sosial.

4.3 Karakteristik Variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y)

Pada variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) terbagi menjadi 4 indikator yaitu Tidak dapat berkomunikasi, Kehilangan keterhubungan, Tidak dapat mengakses informasi dan Menyerah pada kenyamanan.

4.3.1 Tidak dapat Berkomunikasi

Tidak dapat berkomunikasi merupakan indikator pertama variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y). Dalam

(11)

49

indikator ini terdapat tiga butir pertanyaan. Peneliti menghitung rata-rata, menggunakan interval:

=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

= 12 − 4

4 = 8

4= 2

Tabel 17. Distribusi Variabel Berdasarkan Tidak dapat Berkomunikasi

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

4 – 6 STS 31 31.30

6 – 8 TS 40 40.40

8 – 10 S 16 16.20

10 – 12 SS 12 12.10

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel sebanyak 40 (40,4%) responden tidak setuju dengan pernyataan tidak dapat berkomunikasi. Hal ini memperlihatkan responden tidak setuju merasakan kecemasan atau gelisah jika sedang mengalami kehilangan jaringan sinyal atau kehabisan baterai maupun kuota. Dalam indikator tidak dapat berkomunikasi berkaitan dengan gangguan yang dialami oleh seseorang jika tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain melalui smartphone.

4.3.2 Kehilangan Keterhubungan

Kehilangan keterhubungan merupakan indikator kedua variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y). Dalam indikator ini terdapat tiga item pernyataan. Peneliti mendapatkan perhitungan rata-rata, menggunakan rumus interval ini:

(12)

50

=𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

=12 − 3

4 = 9

4= 2,25

Tabel 18. Distribusi Variabel Berdasarkan Kehilangan Keterhubungan

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

3 – 5,25 STS 29 29.30

5,25 – 7,5 TS 55 55.60

7,5 – 9,75 S 13 13.10

9,75 - 12 SS 2 2.00

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 55 (55,6%) responden tidak setuju dengan penggambaran kehilangan keterhubungan.

Responden tidak setuju dengan rasa gelisah atau khawatir jika tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Dalam indikator kehilangan keterhubungan berkaitan dengan ketakutan seseorang jika mengalami kehilangan koneksi ke smartphone dan gangguan identitas online seseorang.

4.3.3 Tidak dapat Mengakses Informasi

Tidak dapat mengakses informasi merupakan indikator ketiga Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y). Dalam indikator ini terdapat tiga butir pertanyaan. Penulis mendapatkan tingkat skala rata-rata menggunakan interval berikut:

= 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

=10 − 3

4 = 7

4= 1,75

(13)

51

Tabel 19. Distribusi Variabel Berdasarkan Tidak dapat Mengakses Informasi

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

3 – 4,75 STS 10 10.10

4,75 – 6,5 TS 27 27.30

6,5 – 8,25 S 42 42.40

8,25 - 10 SS 20 20.20

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada tabel diatas menunjukkan sebanyak 42 (42,4%) responden setuju dengan pernyataan tidak dapat mengakses informasi. Hasil ini menunjukkan bahwa responden merasakan kesal atau tidak nyaman jika tidak dapat mengakses sebuah informasi atau berita melalui smartphone-nya, terlebih jika sedang membutuhkan hal tersebut. Dalam indikator tidak dapat mengakses informasi berkaitan dengan gangguan yang dialami ketika seseorang kehilangan informasi.

4.3.4 Menyerah pada Kenyamanan

Menyerah pada kenyamanan merupakan indikator keempat variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y). Dalam indikator ini terdapat tiga item pernyataan. Penulis mendapatkan perhitungan rata-rata menggunakan rumus interval:

= 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖

=12 − 3

4 = 9

4= 2,25

Tabel 20. Indikator Berdasarkan Menyerah pada Kenyamanan

Interval Kategori Frekuensi Persentase (%)

(14)

52

3 – 5,25 STS 15 15.20

5,25 – 7,5 TS 38 38.40

7,5 – 9,75 S 34 34.30

9,75 - 12 SS 12 12.10

Total 99 100.00

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel di atas, sebanyak 38 (38,4%) responden tidak setuju dengan penggambaran menyerah pada kenyamanan.

Hasil ini menunjukkan bahwa responden tidak setuju jika mencuri- curi waktu untuk menggunakan smartphone, bingung tidak tahu harus berbuat apa jika tidak ada smartphone. Dalam indikator menyerah pada kenyamanan berkaitan dengan rasa ingin dan kenyamanan seseorang akan menggunakan smartphone.

4.4 Uji Klasik Analisis Regresi

Uji klasik analisis regresi dilakukan dengan 4 tahapan yaitu Uji Normalitas, Uji Heteroskedastisitas, Uji Multikolinier dan Uji Autokorelasi.

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi secara normal atau tidak.

(15)

53

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan hasil uji menggunakan teknik P-P Plot menunjukkan bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga dinyatakan bahwa data berdistribusi normal.

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji sebuah model regresi apakah terjadi ketidaksamaan bentuk dari residual satu observasi ke observasi yang lain.

(16)

54

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan output uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.4.3 Uji Multikolinier

Uji multikolinier dilakukan untuk menguji model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinearitas.

Pedoman model regresi yang bebas multiko yaitu mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1.

Tabel 21. Hasil Uji Multikolinier

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 20.269 2.491 8.138 .000

SocialMedia

Addiction .135 .042 .310 3.212 .002 1.000 1.000

a. Dependent Variable: NOMOPHOBIA

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan hasil output uji multikolinearitas, nilai VIF sebesar 1 lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance 1 lebih besar dari 0,10. Maka dapat dikatakan bahwa model regresi tidak terjadi multikolinearitas.

(17)

55 4.4.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada gangguan terhadap data yang bersifat time series (data berdasarkan waktu). Dasar pengambilan keputusan bedasarkan Durbin Watson apabila DU<D<4-DU maka tidak terdapat korelasi.

Tabel 22. Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin- Watson

1 .310a .096 .087 2.948 2.119

a. Predictors: (Constant), SocialMediaAddiction b. Dependent Variable: NOMOPHOBIA

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan hasil output, diketahui nilai D adalah 2,119.

Nilai DL yaitu 1,654 dan nilai DU yaitu 1,694 yang berasal dari tabel Durbin Watson dengan variabel bebas yang berjumlah 1 dan respondennya (N) 99. Hasil dari 4-DU (4-1,694) adalah 2,306.

Sehingga jika nilai dimasukkan ke dalam DU<D<4-DU menjadi 1,694 < 2,119 < 2,306 dan dapat dikatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi.

4.5 Pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Setelah melakukan uji asumsi klasik dan diketahui bahwa semua tahap dikatakan lolos, maka peneliti dapat melakukan analisis regresi sederhana.

Pada sub bab ini, peneliti akan menguji hipotesis dibawah ini:

H0 : Tidak ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

(18)

56

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier dan memperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 23. Tabel Model Summary Analisa Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .310a .096 .087 2.948

a. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction b. Dependent Variable: NOMOPHOBIA

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat korelasi antar variabel Social Media Addiction (X) terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) yang diperoleh melalui nilai Rhitung sebesar 0,310. Nilai korelasi ini tergolong cukup (>0,1) dan memiliki arah korelasi positif. Artinya, semakin tinggi Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin tinggi, sebaliknya jika semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin rendah.

Berdasarkan Tabel Model Summary, koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai sebesar 0,096 atau sebesar 9,6%. Nilai ini diperoleh dari hasil (R2 x 100%). Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) hanya memberikan sumbangan efektif sebesar 9,6% sedangkan sisanya 90,4%

dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain selain Social Media Addiction.

Kemudian, untuk melakukan uji hipotesis terkait pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Generasi Z di Kota Salatiga, maka dapat dilihat dari tabel ANOVA.

Hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H0 : Tidak ada pengaruh antara Social Media Addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

(19)

57

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Dasar pengambilan keputusan dengan analisis ANOVA berdasarkan probabilitas yaitu:

- H0 akan diterima dan H1 akan ditolak apabila probabilitas > 0,05 - H1 akan diterima dan H0 akan ditolak apabila probabilitas < 0,05

Tabel 24. Tabel ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 89.629 1 89.629 10.314 .002b

Residual 842.916 97 8.690

Total 932.545 98

a. Dependent Variable: NOMOPHOBIA

b. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan besar probabilitas yaitu 0,002 <

0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) atau dapat dinyatakan bahwa variabel Social Media Addiction berpengaruh terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia), maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Berikutnya adalah tabel model persamaan regresi pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Generasi Z di Kota Salatiga:

Tabel 25. Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 20.269 2.491 8.138 .000

(20)

58

Social_Media_Addiction .135 .042 .310 3.212 .002

a. Dependent Variable: NOMOPHOBIA

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Dari persamaan regresi linier sederhana berdasarkan perhitungan tabel diatas yaitu

Y = a +bX

YNomophobia = 20.269 + 0,135Social Media Addiction

- Konstanta sebesar 20.269 menunjukkan bahwa tidak ada variabel Social Media Addiction, maka besarnya Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 20.269.

- Koefisien regresi sebesar 0,135 pada variabel Social Media Addiction, berarti bahwa setiap penambahan (karena +) variabel Social Media Addiction, maka akan menaikkan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 0,135.

Uji signifikansi dengan uji t bertujuan untuk mengetahui adakah pengaruh yang signifikan antara variabel Social Media Addiction terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia).

Berdasarkan tabel 4.21, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 3.212 dengan nilai signifikansi 0,002. Sehingga berdasarkan probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel Social Media Addiction (X) secara signifikan mempengaruhi variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (0,002 <

0,05).

4.6 Pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Aspek Tidak dapat Berkomunikasi

Pada sub bab ini, peneliti akan menguji hipotesis dibawah ini:

H0 : Tidak ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

(21)

59

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier dan memperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 26. Tabel Model Summary Analisa Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .602a .363 .356 1.538

a. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction b. Dependent Variable: Y1

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diketahui bahwa terdapat korelasi antar variabel Social Media Addiction (X) terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) yang diperoleh melalui nilai R hitung 0,602. Nilai korelasi tergolong kuat (>0,1) dan memiliki arah korelasi positif. Artinya, semakin tinggi Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin tinggi dan semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin rendah.

Berdasarkan Tabel Model Summary, koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai sebesar 0,363 atau sebesar 36,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada aspek Tidak dapat Berkomunikasi sebesar 36,3%

sedangkan sisanya 63,7% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 27. Tabel ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 130.669 1 130.669 55.264 .000b

(22)

60

Residual 229.351 97 2.364

Total 360.020 98

a. Dependent Variable: Y1

b. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Dari tabel diatas menunjukkan besar probabilitas adalah 0,000 < 0,05.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel Social Media Addiction berpengaruh terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia), maka H1

diterima dan H0 ditolak.

Tabel 28. Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -1.732 1.299 -1.333 .186

Social_Media_Addiction .163 .022 .602 7.434 .000

a. Dependent Variable: Y1

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Persamaan regresi linier sederhana diperoleh berdasarkan tabel diatas yaitu

Y = a +bX

YNomophobia = 1.732 + 0,163Social Media Addiction

- Konstanta menunjukkan 1.732 maka tidak ada variabel Social Media Addiction, maka besarnya Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 1.732.

- Koefisien regresinya 0,163 pada variabel Social Media Addiction, artinya jika setiap penambahan 1 nilai variabel Social Media Addiction,

(23)

61

maka akan menambah Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 0,163.

Berdasarkan tabel 4.24 model persamaan regresi, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 7.434 dengan nilai signifikansi 0,000. Sehingga berdasarkan hasil probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel Social Media Addiction (X) secara signifikan mempengaruhi terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (0,000 < 0,05).

4.7 Pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Aspek Kehilangan Keterhubungan

Pada sub bab ini, peneliti akan menguji hipotesis dibawah ini:

H0 : Tidak ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier dan memperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 29. Tabel Model Summary Analisa Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .325a .105 .096 1.680

a. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction b. Dependent Variable: Y2

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat korelasi antar variabel Social Media Addiction (X) terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) yang diperoleh melalui nilai R hitung 0,325. Nilai korelasi ini tergolong cukup (>0,1) dan memiliki arah korelasi positif. Artinya, jika

(24)

62

semakin tinggi Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin tinggi pula, kemudian semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin rendah.

Berdasarkan Tabel Model Summary, koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai sebesar 0,105 atau sebesar 10,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada aspek Kehilangan Keterhubngan sebesar 10,5%

sedangkan sisanya 89,5% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 30. Tabel ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 32.262 1 32.262 11.434 .001b

Residual 273.697 97 2.822

Total 305.960 98

a. Dependent Variable: Y2

b. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Dari tabel diatas menunjukkan besar probabilitas adalah 0,001 < 0,05.

Maka dapat dinyatakan bahwa variabel Social Media Addiction berpengaruh terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia), maka H1 diterima dan H0

ditolak.

Tabel 31. Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.786 1.419 7.599 .000

Social_Media_Addiction -.081 .024 -.325 -3.381 .001

(25)

63

a. Dependent Variable: Y2

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh dari tabel diatas adalah

Y = a +bX

YNomophobia = 10.786 + (-0,081)Social Media Addiction

- Konstantanya 10.786 memperlihatkan bahwa tidak ada variabel Social Media Addiction, maka besarnya Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 10.786.

- Koefisien regresi -0,081 pada variabel Social Media Addiction, berarti bahwa tiap penambahan 1 nilai variabel Social Media Addiction, maka akan menurunkan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar - 0,081.

Berdasarkan tabel 4.27, diketahui nilai t hitung sebesar -3.381 dengan nilai signifikansi 0,001. Sehingga berdasarkan probabilitasnya menunjukkan bahwa variabel Social Media Addiction (X) secara signifikan mempengaruhi terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (0,001 < 0,05).

4.8 Pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Aspek Tidak dapat Mengakses Informasi

Pada sub bab ini, peneliti akan menguji hipotesis dibawah ini:

H0 : Tidak ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier dan memperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 32. Tabel Model Summary Analisa Regresi

(26)

64

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .426a .181 .173 1.505

a. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction b. Dependent Variable: Y3

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diketahui bahwa terdapat korelasi antar variabel Social Media Addiction (X) terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) yang diperoleh melalui nilai R hitung adalah 0,426. Hasil korelasi ini tergolong cukup (>0,1) dan memiliki arah korelasi positif. Artinya, semakin tinggi Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin tinggi, jika semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin rendah.

Berdasarkan Tabel Model Summary, koefisien determinasi (R Square) menunjukkan nilai sebesar 0,181 atau sebesar 18,1%. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada aspek Tidak dapat Mengakses Informasi sebesar 18,1% sedangkan sisanya 81,9% dipengaruhi oleh faktor lain.

Tabel 33. Tabel ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 48.597 1 48.597 21.467 .000b

Residual 219.585 97 2.264

Total 268.182 98

a. Dependent Variable: Y3

b. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

(27)

65

Dari tabel diatas menunjukkan besar probabilitas adalah 0,000 < 0,05.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa variabel Social Media Addiction berpengaruh terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia), maka H1

diterima dan H0 ditolak.

Tabel 34. Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 12.758 1.271 10.035 .000

Social_Media_Addiction -.100 .022 -.426 -4.633 .000

a. Dependent Variable: Y3

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Pada persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh dari perhitungan tabel diatas adalah

Y = a +bX

YNomophobia = 12.758 + (-0,100)Social Media Addiction

- Konstanta sebesar 12.758 menunjukkan bahwa tidak ada variabel Social Media Addiction, maka besarnya Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 12.758.

- Koefisien regresi yaitu -0,100 pada variabel Social Media Addiction, berarti setiap penambahan 1 nilai variabel Social Media Addiction, maka akan menurunkan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar -0,100.

Berdasarkan tabel 4.30 model persamaan regresi, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar -4.633 dengan nilai signifikansi 0,000. Sehingga berdasarkan probabilitasnya memperlihatkan bahwa variabel Social Media Addiction (X) mempengaruhi terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (0,000 <

0,05) secara signifikan.

(28)

66

4.9 Pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Aspek Menyerah pada Kenyamanan

Pada sub bab ini, peneliti akan menguji hipotesis dibawah ini:

H0 : Tidak ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

H1 : Ada pengaruh antara social media addiction dengan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia)

Untuk menguji hipotesis digunakan regresi linier dan memperoleh hasil data sebagai berikut:

Tabel 35. Tabel Model Summary Analisa Regresi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .566a .321 .314 1.579

a. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction b. Dependent Variable: Y4

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat korelasi antar variabel Social Media Addiction (X) terhadap variabel Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Y) yang diperoleh melalui nilai R hitungnya 0,566. Korelasi ini tergolong kuat (>0,1) dan memiliki arah korelasi positif. Artinya, semakin tinggi social media addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin tinggi, lalu jika semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima akan semakin rendah.

Berdasarkan Tabel Model Summary, nilai R Square menunjukkan nilai sebesar 0,321 atau sebesar 32,1%. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada aspek Menyerah pada Kenyamanan sebanyak 32,1% sedangkan 67,9%

dipengaruhi oleh faktor yang lain.

(29)

67

Tabel 36. Tabel ANOVA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 114.220 1 114.220 45.790 .000b

Residual 241.962 97 2.494

Total 356.182 98

a. Dependent Variable: Y4

b. Predictors: (Constant), Social_Media_Addiction

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Dari tabel diatas menunjukkan besar probabilitas adalah 0,000 < 0,05.

Maka dapat dinyatakan bahwa variabel Social Media Addiction berpengaruh terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia), maka H0 ditolak dan H1

diterima.

Tabel 37. Tabel Model Persamaan Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.542 1.335 -1.156 .251

Social_Media_Addiction .153 .023 .566 6.767 .000

a. Dependent Variable: Y4

Sumber: Analisis Data Primer, Tahun 2021

Berikut persamaan regresi linier sederhana berdasarkan perhitungan tabel diatas

Y = a +bX

YNomophobia = -1.542 + 0,153Social Media Addiction

(30)

68

- Konstantanya yaitu -1.542 maka tidak ada variabel Social Media Addiction, maka besarnya Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar -1.542.

- Koefisien regresi 0,153 pada variabel Social Media Addiction, berarti bahwa tiap penambahan 1 nilai variabel Social Media Addiction, maka akan meningkatkan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) sebesar 0,153.

Berdasarkan tabel 4.33 model persamaan regresi, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 6.767 dengan nilai signifikansi 0,000. Sehingga berdasarkan probabilitasnya, variabel Social Media Addiction (X) secara signifikan mempengaruhi terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (0,000 <

0,05).

4.10 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis melalui kuesioner tertutup terhadap 99 responden yang termasuk ke dalam Generasi Z usia 20-24 tahun di Kota Salatiga, diketahui bahwa ada hubungan yang positif antara Social Media Addiction (Facebook, Instagram dan Twitter) terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) pada Generasi Z di Kota Salatiga. Social Media Addiction (Variabel X) menggunakan empat aspek meliputi Virtual Tolerance, Virtual Communication, Virtual Problem dan Virtual Information. Sedangkan Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) (Variabel Y) menggunakan empat aspek meliputi Tidak dapat Berkomunikasi, Kehilangan Keterhubungan, Tidak dapat Mengakses Informasi dan Menyerah pada Kenyamanan. Hubungan signifikansi antara variabel X dengan variabel Y diperlihatkan melalui uji hipotesis yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia).

Berdasarkan uji hipotesis, nilai R hasil adalah 0,310 dan nilai korelasi tergolong kuat serta memiliki arah positif. Maka, semakin tinggi Social

(31)

69

Media Addiction, maka akan besar pula Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima oleh seseorang, begitu pula sebaliknya, apabila semakin rendah Social Media Addiction, maka Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang diterima seseorang akan semakin rendah pula. Ini berarti responden yang sering menggunakan smartphone untuk membuka media sosial akan meningkatkan Social Media Addiction dan akan memiliki dampak Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) yang lebih besar dibandingkan dengan yang jarang menggunakan smartphone untuk membuka media sosial. Seseorang masuk kategori kecanduan jika mengakses media sosial sekitar 5-6 jam sehari (Syamsoedin, Bidjuni &

Wowiling, 2015). Pada hasil penelitian ini, sebesar 53,3% responden mengakses media sosial dengan durasi 4-6 jam sehari.

Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) memiliki empat aspek yaitu Tidak dapat Berkomunikasi, Kehilangan Keterhubungan, Tidak dapat Mengakses Informasi dan Menyerah pada Kenyamanan. Dalam keempat aspek Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) tersebut yang paling tinggi dipengaruhi oleh Social Media Addiction yaitu Tidak dapat Berkomunikasi sebesar 36,3%, kemudian aspek Menyerah pada Kenyamanan 32,1%. Lalu aspek Tidak dapat Mengakses Informasi sebesar 18,1% dan yang terakhir aspek Kehilangan Keterhubungan yaitu 10,5%.

Seperti yang dikemukakan Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur mengenai Teori Ketergantungan Media ada dua faktor yaitu pertama, seseorang bergantung pada media yang memenuhi kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang sedikit memenuhi kebutuhan orang tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada variabel Social Media Addiction aspek Virtual Tolerance sebesar 38,4% setuju dengan penggambaran Virtual Tolerance yang berkaitan dengan menggunakan sebagian waktunya untuk berselancar di media sosial. Hal ini terlihat melalui jawaban yang diperoleh, responden setuju bahwa mereka selalu ingin membuka media sosial dan menggunakan media sosial untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan dari dunia nyata. Seseorang yang

(32)

70

kecanduan media sosial memanfaatkan suatu fitur atau aplikasi tertentu untuk memenuhi kebutuhannya agar merasa lebih baik, kemungkinan intensitas penggunaannya akan semakin tinggi (Farmer & Chapman, 2016).

Mengakses media sosial untuk memenuhi kebutuhan supaya dapat melepaskan diri dari rasa tidak nyaman tanpa disadari akan mendapatkan dampak negatif yang lebih tinggi yaitu kecanduan media sosial (Winther, 2013).

Faktor kedua, ketergantungan media ditentukan oleh stabilitas sosial yang terjadi, semakin stabil situasi sosial, maka ketergantungan khalayak pada media akan menurun (Littlejohn & Foss, 2009: 428). Pada hasil penelitian ini, sebagian besar responden setuju bahwa media sosial menjadi pilihan yang tepat untuk mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk terus mendapat informasi tentang apa yang terjadi. Apabila situasi sosial dalam kondisi yang tidak stabil karena sesuatu hal yang terjadi maka khalayak semakin bergantung pada media sosial tersebut untuk mengetahui lebih banyak informasi dan sebaliknya.

Berdasarkan Tabel 4.19 Tabel Model Summary Analisa Regresi, diperoleh koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,096 atau 9,6%, nilai ini diperoleh dari hasil (R2 x 100%). Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh Social Media Addiction terhadap Nomophobia (No Mobile Phone Phobia) hanya memberikan hasil sebesar 9,6% sedangkan sisanya 90,4%

dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain selain Social Media Addiction.

Hal ini dimungkinkan karena penelitian ini hanya memfokuskan pada Social Media Addiction sebagai variabel independen.

Dari penelitian serupa yang meneliti mengenai penggunaan smartphone dan kesehatan mental yang sebelumnya telah dilakukan di Kota Salatiga yaitu penelitian menurut Lifia Monica Christian, Phang (2020) terkait Pengaruh Penggunaan Instagram Stories terhadap Perilaku

(33)

71

Phubbing pada Generasi Z di Kota Salatiga20 menunjukan bahwa perilaku pengguna Instagram Stories terhadap Phubbing sebesar 31,1%. Kemudian penelitian menurut Ricadona Priyanti (2020) terkait Pengaruh Pengguna Instagram Terhadap Kesehatan Mental Instagramxiety Pada Remaja Di Kota Salatiga21 menunjukan bahwa pengaruh Instagram terhadap Instagramxiety sebesar 3,1%.

20 Lifia Monica Christian, Phang, Daru Purnomo dan Dewi Kartika Sari. 2020. Pengaruh Penggunaan Instagram Stories terhadap Perilaku Phubbing pada Generasi Z di Kota Salatiga.

Diambil dari http://ejournal.uin-suka.ac.id/isoshum/profetik/article/view/1950 (20 Maret 2020)

21Ricadona Priyanti, Daru Purnomo dan Dewi Kartika Sari. 2020. Pengaruh Pengguna Instagram Terhadap Kesehatan Mental Instagramxiety Pada Remaja Di Kota Salatiga. Diambil dari https://journals.ums.ac.id/index.php/komuniti/article/view/13757 (02 Februari 2020)

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan dan Direktorat Jenderal Pajak, agar mengkaji dan mengevaluasi kembali atas pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor

Karena menggunakan data yang berasal dari tweet, sistem peringatan ini dapat menyediakan peta yang menampilkan situasi secara langsung atau real- time, karena akan secara

- Hasil reaksi negatif ditandai dengan tidak terbentuknya gas pada tabung Durham dan pada media terbentuk warna merah pH basa untuk indikator phenol red atau ungu untuk

a) Kontrak kuliah dilakukan di awal kuliah, dengan cara kesediaan mengikuti aturan perkuliahan di FIB, sekaligus dosen yang bersangkutan mendapatkan jadwal kuliah yang

Asam malat merupakan asam yang berupa serbuk kristal berwarna putih, bersifat mudah larut dalam etanol 95% dan air, tidak dapat larut dalam benzen, salah satunya terkandung pada

diharapkan dapat memberikan masukan pada masyarakat tentang mutu dari obat, membuka dan meningkatkan kesadaran serta pemahaman masyarakat tentang obat yang beredar

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Padahal di DKI Jakarta Sendiri, terdapat 3(tiga) Instansi Badan Narkotika Nasional yaitu Badan Narkotika Nasional Pusat, Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta,