SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)
Oleh:
Fatimatul Azizah NIM 11150340000185
PROGRAM STUDI ILMU AL- QURˋAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/2019 M
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fatimatul Azizah
NIM : 11150340000185
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul TELAAH TERHADAP KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.
Jakarta, 23 Juli 2019
Fatimatul Azizah NIM 11150340000185
i
Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 507 Tahun 2017.
Huruf Arab
Huruf
Latin Keterangan
ا Tidak dilambangkan
ب b Be
ت t Te
ث ts te dan es
ج j Je
ح h h dengan garis bawah
خ kh ka dan ha
د d De
ذ dz de dan zet
ر r Er
ز z Zet
س s Es
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis di bawah
ض ḏ de dengan garis di bawah
ط ṯ te dengan garis di bawah
ظ ẕ zet dengan garis di bawah
ع koma terbalik di atas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f Ef
ق q Ki
ك k Ka
ل l El
م m Em
ن n En
و w We
ه h Ha
ء ˋ Apostrof
ي y Ye
2. Vokal
Vokal adalah bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut.
ii
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal
Latin Keterangan
َ a Fathah
َ i Kasrah
َ u Ḏammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya ada sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal
Latin Keterangan
ي ا ai a dan i
و ا au a dan u
3. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal
Latin Keterangan
ا َ â a dengan topi di atas
ي ا î i dengan topi di atas
و ا û u dengan topi di atas
4. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf kamariah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
5. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydīd َ) ) dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata (ةرورضلا) tidak ditulis ad-ḏarûrah melainkan al-ḏarûrah, demikian seterusnya.
6. Ta Marbûṯah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûṯah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
1
ةقيرط
Ṯarîqah2
ةيملاسلإا ةعمالجا
al-jâmi‘ah al-islâmiyyah3
دوجولا ةدحو
wahdat al-wujûdiv ABSTRAK
Fatimatul Azizah, “Telaah Terhadap Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al- Qur’ân”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2019
Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan terkait metode dan corak kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân yang ditulis oleh M. Afifudin Dimyathi. Teknik penggalian data pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik library research (kepustakaan), yaitu dengan mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan. Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis-deskriptif, yaitu sebuah metode pembahasan untuk menerapkan data-data yang lebih tersusun dengan melakukan kajian terhadap data-data tersebut. Sumber primer dalam penulisan skripsi ini adalah kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab dan disusun urut sesuai dengan susunan tertib ayat atau surah dalam mushaf Usmani. Penjelasan ayat-ayat al- Qur’an dilakukan secara mujmal (global) dan ditulis sesuai susunan mushaf, ayat per ayat, surat per surat, dan diteliti aspek-aspeknya (uraian makna kosa kata, makna kalimat, dan maksud ungkapan). Sedangkan corak yang digunakan dalam kitab ini yaitu corak balâghah (Bahasa dan Sastra), pernyataan ini sesuai dengan analisis penulis terhadap beberapa indikator yang ada dan juga sesuai dengan paparan pengarang dalam muqaddimah kitabnya.
Kata kunci : al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, Gus Awis
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT., atas segala nikmat iman, jasmani dan rohani. Dialah Tuhan tempat mengadu ketika penulis sudah merasa lelah dan putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada henti kepada-Nya penulis meminta agar selalu diberi kesehatan, kemudahan, kesabaran dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini. Berkat kasih sayang, petujuk dan rahmat-Nya penulis dapat mengolah data dan menjadi kata, yang menjadi kalimat dan menjadi paragraf-paragraf yang berisi ide, kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab-bab dan akhirnya jadilah skripsi ini.
Shalawat dan salam seiring kecintaan, akan senantiasa tercurah limpahkan pada baginda Rasulullah, yakni Nabi Muhammad SAW., beserta keluarga dan para sahabatnya. Sesungguhnya Ia dan merekalah yang sangat berjasa dalam menyampaikan pesan-pesan Allah SWT., sampai akhirnya pesan itu sampai kepada kita semua saat ini.
Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul Telaah Terhadap Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ini tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan ada banyak sosok kerabat, dan orang-orang spesial dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis, sehingga akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag., selaku ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir dan Bapak Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, serta segenap Civitas Akademik Fakultas Ushuluddin.
4. Dosen Penasihat Akademik, Bapak Muslih, M.Ag., yang banyak memberi masukan kepada penulis selama studi di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku pembimbing skripsi yang dengan ikhlas dan sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin khususnya Program Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir yang dengan sabar dan ikhlas telah mengajarkan dan memberikan berbagai wawasan, ilmu serta pengalaman kepada penulis selama studi di kampus tercinta ini.
7. Segenap Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan Pusat Studi al-Qur’an (PSQ) Ciputat.
8. Kepada Kedua Orang Tua terkasih dan tersayang. Terimakasih Ayahanda H.
Suroto dan Ibunda Hj. Sutiyem yang tidak pernah lelah memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis juga tiada henti-hentinya selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat penuh untuk keberhasilan penulis. Kepada adik
saya ‘Ishma Zaakiyatunnufuus dan keluarga besar penulis, semoga keberkahan senantiasa menyertai kalian. Aamiin.
9. Kepada segenap murabbi rûhi; Keluarga besar PP. Raudhatul Mujawwidin, teruntuk Abi Burhan, Umi Dewi, Cak Bad, Bu Al, dan segenap dewan guru formal maupun nonformal. Keluarga besar PP. Nurul Iman, Ibu Dewi, Pak Syamsul dan Keluarga besar Mbah Rusydi. Keluarga besar PP. Ayatirrohman Ngasah Roso, Ibu Lilik, Bapak Mus, Mbak Liqo, Dek Ubayd, dan Mas Irfan.
Keluarga besar Kyai Kamuli. Keluarga besar PP. Darul Ulum (Jombang), Gus Awis dan Ummah Nafis, terimakasih atas do’a dan dukungannya. Dan kepada seluruh guru saya baik formal maupun nonformal yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, keberkahan usia dan ilmu yang bermanfaat.
10. Teman-teman IAT angkatan 2015 khususnya kelas E, sahabat-sahabat KKN 031 SEMPOA, sahabat-sahabat Powerpuff, Abang dan Ayuk IKAMAJA (Ikatan Mahasiswa Jambi), Alumni ROMU angkatan VIII, keluarga TK Raudhatul Athfal, keluarga PMP (Pengkaderan Mufassir Pemula) 2017, kelurga besar Padepokan Ayatirrohman khususnya kepada Om Najih, Anita, Mbak Ida, Diana, yang dengan sukarela memberikan sumbangsih pikirannya, dan terlebih kepada Ayah Tarom dan Bu Mimin. Kepada Bang Ade, Nurul, Ning Ody dan Suhu, Piya, Adek Barok, Kang Kholis, Mbak Anggi, dan Mbak Ferra semoga segala urusan kalian dimudahkan dan dilancarkan Allah.
Aamiin.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, amiin. Penulis hanya dapat memohon
viii
kepada Allah SWT, semoga berkenan menerima segala kebaikan dan ketulusan kalian semua serta memberikan sebaik-baiknya balasan atas amal baik kalian. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 23 Juli 2019
Fatimatul Azizah NIM 11150340000185
ix DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ...
LEMBAR PERNYATAAN ...
LEMBAR PERSETUJUAN ...
LEMBAR PENGESAHAN ...
PEDOMAN TRANSLITERASI ... i
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 7
D. TujuanPenelitian... 8
E. Manfaat Penelitian... 8
F. Tinjauan Pustaka ... 9
G. Metodologi Penelitian ... 11
H. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II PROFIL PENULIS DAN GAMBARAN UMUM KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN ... 14
A. Biografi M. Afifudin Dimyathi ... 14
B. Pendidikan dan Karir... 16
C. Karya-karya ... 17
D. Latar Belakang Penulisan ... 18
x
E. Deskripsi al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân... ... 19
F. Karakteristik al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ... 23
BAB III KAJIAN TAFSIR SECARA TEORITIS ... 25
A. Pengertian dan Sumber Penafsiran... 26
B. Metode Penafsiran ... 31
C. Corak Penafsiran ... 38
D. Pengertian Ilmu Balâghah... 47
E. Sejarah dan Macam-macam Ilmu Balâghah ... 48
BAB IV METODE DAN CORAK KITAB AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL- QUR’ÂN ... 54
A. Ijmâli Sebagai Metode Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ... 54
B. Balâghah Sebagai Corak Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ... 64
BAB V PENUTUP ... 79
A. Kesimpulan ... 79
B. Saran-saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur‟an adalah kitab Allah yang dijadikan pedoman oleh umat manusia dalam kehidupannya. Al-Qur‟an diturunkan dalam bentuk global dan umum yang perlu penjelasan dan penjabaran. Oleh sebab itu, tafsir menduduki tempat yang tinggi di dalam upayanya memahami al-Qur‟an sebagai pedoman hidup.
Berhubungan dengan pentingnya kedudukan tafsir dalam memahami al- Qur‟an, al-Syirbasi telah mencatat: “Karya yang temulia ialah buah kesanggupan menafsirkan dan mentakwilkan al-Qur‟an”.1 Mengingat kedudukan tafsir yang tinggi, maka wajar jika para Ulama‟ dari generasi Tâbi‟în dan sesudahnya telah memberikan perhatian besar terhadap tafsir al-Qur‟an. Tidak segan-segan mereka bahkan rela harus menunggu bertahun-tahun lamanya ataupun harus menempuh perjalanan ribuan kilo meter menuju ke daerah orang yang mengetahui tafsir ayat al-Qur‟an.
Kitab-kitab tafsir yang ada sekarang merupakan indikasi kuat yang memperlihatkan perhatian ulama selama ini untuk menjelaskan ungkapan-ungkapan al-Qur‟an dan
menterjemahkan misi-misinya.2 Konsekuensi logis dari keberadaan tafsir al-Qur‟an
sebagai fenomena perkembangan pengetahuan adalah munculnya keberagaman bentuk maupun corak dalam tafsir al-Qur‟an.
Banyak faktor yang menyebabkan bentuk dan corak karya tafsir al-Qur‟an, antara lain latar belakang pendidikan mufassir, keilmuan, motif penafsiran, tujuan penafsiran dan kondisi sosio-politik. Namun demikian, seseorang yang ingin
1 Ahmad al-Syirbasi, Sejarah Tafsir Al-Qur‟an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985), h. 15
2 Rosihan Anwar, Samudra al-Qur‟an (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 148.
2
memperoleh keahlian dalam menafsirkan al-Qur‟an juga harus menguasai beberapa ilmu, antara lain; „ilmu kalâm, „ilmu qirâ‟at, gramatikal bahasa arab,„ilmu ma‟âni, bayân, dan badî‟, mengetahui ijmâl, tabyîn, umum, khusus, itlâq, taqyîd, dan yang sepertinya.3
Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, dalam arti satu faktor paling dominan, tetapi bergerak secara interaktif dan dinamik dalam proses penafsiran.
Salah satu faktor yang pengaruhnya sangat besar terhadap proses penafsiran al- Qur‟an dan hasil akhirnya adalah latar belakang sosio-budaya mufassir.4
Pemahaman dan pengkajian terhadap ayat-ayat al-Qur‟an mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan umat. Selain itu juga sebagai cerminan perkembangan metode, corak, maupun karakteristik tafsir. Usaha untuk memahami al-Qur‟an sudah ada sejak masa Nabi dan sampai sekarang pun belum berhenti dan tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman. Al-Qur‟an sebagai teks yang hadir dalam realitas budaya manusia yang kongkret dan beragam, selanjutnya akan dipahami dan ditafsirkan berdasarkan keragaman budaya manusia itu sendiri. Inilah salah satu hal yang dapat menjelaskan mengapa interpretasi atau penafsiran terhadap al-Qur‟an yang sama tetapi hasilnya dapat berbeda-beda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainya. Dari berbagai unsur kebudayaan yang ada dalam kehidupan manusia, bahasa menempati kedudukan yang sangat penting, karena bahasa merupakan medium utama dalam pembentukan dan penyampaian makna-makna kulturan. Selain itu,
3 Hasbi Al-Shiddieqy, Ilmu Al-Qur‟an & Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2002), h. 165.
4 Nashr Hamid Abu Zayd, Tekstualitas al-Qur‟an Kritik terhadap Ulumul Qur‟an, Terjemahan oleh Khoiron Nahdliyyin (Yogyakarta: Al-Arobi, 2002), h. 2.
tradisi-tradisi yang ada di masyarakat khususnya Arab diorganisasikan sesuai dengan ide dasar pembentukannya.5
Dalam lintasan sejarah, tafsir merupakan sebuah upaya memahami dan menjelaskan kandungan pesan al-Qur`an. Upaya ini telah eksis pada awal Islam yang dimotori oleh Nabi Muhammad saw., sebagai penafsir pertama. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagai penerima wahyu, Nabi Muhammad saw., juga berhak untuk menafsirkan al-Qur`an dan memiliki tanggung jawab dalam menjelaskan makna kandungan al-Qur`an kepada para sahabatnya. Namun demikian Rasulullah tidak menjelaskan secara menyeluruh, hanya pada situasi tertentu dan hal-hal yang menyangkut syari‟at. Dapat dipahami bahwa dalam menyampaikan wahyu yang diterimanya, Rasulullah mengajarkan lafadz sekaligus makna al- Qur‟an. Allah berfirman :6
7
“Agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
Kemahiran para sahabat dalam berbahasa Arab tidak diragukan lagi, dengan demikian pesan ayat-ayat al-Qur‟an yang lugas langsung dapat dimengerti oleh mereka. Tetapi, ada juga beberapa ayat yang perlu dijelaskan terlebih dahulu oleh Rasulullah yakni ayat-ayat yang masih bersifat umum. Seperti halnya ayat tentang kewajiban sholat di al-Qur‟an yang tidak disertai dengan penjelasan tentang
5 Ali Sodiqin, Antropologi Al-Qur‟an (Ar-Ruzz Media: Yogyakarta, 2008), h. 195
6 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dkk, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu Taimiyah ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2014), h. 58
7 Al-Nahl ayat 44
4
rincian praktiknya, untuk ayat-ayat seperti ini Rasulullah menjelaskannya secara detail melalui al-Sunnah.8
Dalam sejarah penafsiran al-Qur‟an, kajian tafsir terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman, sehingga lahirlah ulama-ulama tafsir, baik dari kalangan sahabat, Tâbi‟ în sampai kalangan ulama kontemporer. Pada masa Nabi penafsiran al-Qur‟an belum dilakukan secara menyeluruh, sehingga banyak diantara sahabat yang menjadi mufassir namun tidak tercatat namanya. Di antara sahabat Nabi Muhammad saw., hanya ada beberapa orang saja yang dikenal luas pemahamannya tentang tafsir. Sepuluh orang sahabat yang oleh al-Suyûṯy dikenal sebagai ahli tafsir, yaitu empat orang al-Khulafâ‟ al-Râsyidîn (Abû Bakar al- Shiddîq, „Umar ibn al-Khaṯâb, Utsmân ibn „Affân dan „Alî ibn Abî ṯâlib), Ibn Mas‟ûd, Ibn „Abbâs, Ubai ibn Ka‟ab, Zayd ibn Tsâbit, Abû Mûsâ al-Asy‟ary dan
„Abdullah ibn Jubair.9
Setelah penafsiran di kalangan Sahabat, kemudian berlanjut pada masa penafsiran di kalangan Tâbi‟în. Di masa inilah al-Qur‟an mulai ditafsirkan secara menyeluruh. Mufassir di kalangan Tâbi‟în terbagi pada tiga kelompok. Pertama, kelompok ahli Makkah, diantaranya adalah Mujâhid, „Aṯâ‟ Ibn Abî Ribah,
„Ikrimah Maulâ Ibn „Abbâs, Sa‟îd Ibn Zubair dan Ṯawus Ibn Kisani al-Yamani.
Kedua, kelompok Ahli Madinah, mereka adalah Zayd Ibn Aslâm, Abû al-„Aliyah dan Muhammad Ibn Ka‟ab al-Qurḏi. Ketiga, kelompok ahli Iraq, mereka adalah
8 Syaikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin dkk, Syarah Pengantar Studi Ilmu Tafsir Ibnu Taimiyah ( Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2014), h. 59
9 Jalâl al-Dîn „Abd al-Rahmân Abi Bakr, al-Itqân fî „Ulûm al-Qur‟ân (Bairut: Dar al- Kutb al-„Ilmiah, 2007), h. 954
Masrûq Ibn al-Ajda‟, Qatâdah Ibn Da‟amah, Abû Sa‟îd al-Hasân al-Basri dan Murrah al-Hamdani al-Kufi.10
Proses menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an terus berlanjut hingga saat ini. Di Indonesia tradisi penulisan tafsir sebenarnya telah bergerak cukup lama, dengan keragaman teknis penulisan, corak dan bahasa yang dipergunakannya. Hal ini sudah menjadi suatu kewajaran dimana Indonesia merupakan salah satu Negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Beberapa literatur tafsir Indonesia dijelaskan oleh Dr. Mafri Amir, MA dalam bukunya, diantaranya Tafsîr Tarjuman Al-Mustafid11 karya „Abd al-Rauf Sinkel, Tafsîr Marah Labid12 karya Syaikh Nawâwi Al-Bantâni, Tafsîr Al-Qur‟ân Al-Karîm13 karya Mahmûd Yûnus, Tafsîr Rauḏatul „Irfân14 karya K.H. Ahmad Sanusi, Tafsîr Al-Furqân15 karya Ahmad Hasân, Tafsîr Qur‟ân16 karya H. Zayn al-dîn Hamidy dan Fakhr al-dîn HS, Tafsîr Al-Ibrîz17 karya K. H. Bisri Musthafa, Tafsîr Al-Nûr18 karya Prof. Dr. Hasbi Al-
10 Muhammad Husain Al-Dzahabi, Al-Tafsîr wa Al-Mufassirûn, h. 101-118
11 Tafsir ini secara keseluruhan merupakan terjemah harfiah dari Al-Qur‟an dan sebagian besar penjelasannya diambil dari Tafsir Jalalain (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 4)
12 Tafsir ini termasuk tafsir ijmâli karena menggunakan penjelasan ringkas dan mengikuti alur kalimat Al-Qur‟an, namun dibeberapa tempat dijelaskan secara detail layaknya tafsir tahlily.
Uraian bahasa juga cukup mendominasi, begitu juga ilmu nahwu, saraf, qirâ‟at, dan lain sebagainya (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 40)
13 Tafsir ini tergolong tafsir bi al-ra‟yi dengan corak lughawi, dalam tafsir ini terdapat kesimpulan isi Al-Qur‟an yang berhubungan dengan keimanan, hukum-hukum, petunjuk/
pelajaran, akhlak, ekonomi, dan ilmu pengetahuan yang diterangkan secara mujmal (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 58)
14 Tafsir berbahasa sunda ini bersifat umum, yakni tidak didominasi oleh suatu warna atau pemikiran tertentu, semua menggunakan pemahaman ayat secara netral tanpa membawa pesan khusus (aqîdah, fiqh, dan tasawuf) (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 86)
15 Al-Furqân layaknya seperti terjemah Al-Qur‟an yang dibubuhi catatakan kaki. Namun sang penulis sangat menjunjung tinggi nilai kebahasaan dalam tafsirnya (bahasa Arab), sehingga ia sangat komprehensif dalam menjelaskan ayat-ayat yang mempunyai arti kebahasaan (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 115)
16 Dalam kitab ini, penulis tidak menafsirkan seluruh ayat tetapi hanya menafsirkan bagian-bagian ayat yang dianggap penting untuk ditafsirkan dan penafsirannyapun secara umum tidak terperinci. Kitab ini juga masih menggunakan bahasa Indonesia yang belum baku atau sesuai dengan EYD sekarang (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 127-128)
17 Tafsir berbahasa Jawa ini mengungkapkan seluruh bagian ayat Al-Qur‟an sesuai dengan mushaf Usmani dengan kalimat yang praktis dan mudah dipahami. Dalam menafsirkan ayat K.H. Bisri Musthafa secara dominan menggunakan hasil olah pemikirannya, sehingga dapat
6
Siddîqy, Tafsîr Al-Azhâr19 karya Buya Hamka, dan beberapa tafsir karya ulama Indonesia yang lain.
Karya-karya tafsir yang dihasilkan ulama patut untuk dikagumi. Peran besar mereka adalah untuk memberi pemahaman akan maksud dari ayat-ayat al-Qur‟an.
Salah satu bentuk usaha memahami pesan al-Qur‟an adalah kitab termutakhir yang ditulis oleh seorang Kyai muda Indonesia yang berasal dari Jombang yaitu M. Afifudin Dimyathi pada tahun 2018 M. dengan menggunakan bahasa Arab20.
Kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân merupakan kitab yang sangat menarik karena mengupas tuntas sisi ke-balāghah-an sekaligus menguak secara mendalam aspek-aspek sastra ayat-ayat al-Qur‟an secara menyeluruh (30 juz). Hal ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembuktian nilai balāghah yang menjadi keistimewaan al-Qur‟an. Sebagai rujukan penulisan selain meninjau kitab-kitab balāghah, beliau juga mengumpulkan kitab-kitab tafsir yang mengkaji aspek balāghah dari para mufassir lintas zaman (klasik hingga modern).
Pada skripsi ini, penulis mengangkat kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân sebagai telaah terhadap penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an yang dilakukan oleh M.
Afifudin Dimyathi guna mengetahui berapa banyak perbandingan antara disimpulkan bahwa jenis tafsir ini adalah tafsir bi al-ra‟yi (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 144)
18 Tafsir Al-Nûr tidak memiliki corak dan orientasi terhadap bidang tertentu baik bahasa, hukum, sufi, maupun filsafat. Dalam penafsirannya beliau mengaitkan bidang ilmu pengetahuan secara merata, karena membahas dengan fokus satu bidang tertentu akan membawa para pembaca keluar dari bidang tafsir (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 163)
19 Tafsir ini tidak fanatik terhadap suatu karya tafsir sebelumnya dan tidak terpaku pada satu madzhab pemikiran. Buya Hamka mengutip dari berbagai kitab baik itu tafsir maupun hadis yang penting menurutnya. Tafsir ini tergolong bi al-ra‟yi karena dalam hal menafsirkan, beliau mengemukakan pendapat sendiri tentang tafsiran ayat (Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h.
182-186)
20 Menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat menjadi rujukan akademik di kalangan internasional. Selain itu, pilihan atas dipakainya bahasa Arab yaitu guna membangkitkan kembali literasi berbahasa Arab yang pernah dilakukan oleh Haḏrat al-Syaikh Hasyim Asy‟ari (Mbah Hasyim). Hal ini tentunya juga didukung pengalaman belajar S1 hingga S3 beliau yang ditempuh di Timur Tengah. Bahkan salah satu karya tulisnya pernah diterbitkan oleh salah satu penerbit di Kairo, yakni kitab yang berjudul “‟Ilmu tafsîr usûluhû wa manâhijuhû.”
penjelasan maksud ayat dan penjelasan sisi balāghah ayat-ayat al-Qur‟an di dalam kitab tersebut.
B. Identifikasi Masalah
Dari pemaparan latar belakang di atas, maka akan muncul beberapa pertanyaan terkait dengan topik yang dibicarakan diantaranya:
a. Sebagai kitab yang ditulis dan ditujukan untuk masyarakat Indonesia, mengapa kitab ini ditulis menggunakan bahasa Arab?
b. Seharusnya kitab ini lebih banyak memuat penjelasan tentang maksud yang tersingkap dari suatu ayat tidak hanya terfokus pada satu pembahasan.
c. Untuk dapat dikatakan sebagai kitab tafsir, seharusnya unsur-unsur tafsir yang terkandung di dalam kitab ini lebih dominan daripada unsur-unsur penjelasan tentang kebahasaan.
d. Untuk dikatakan tahlili seharusnya kitab ini memuat penjelasan ayat al-Qur‟an secara rinci.
C. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membatasi masalah hanya pada gambaran tata cara penjelasan ayat yang dilakukan oleh M.
Afifudin Dimyathi dan letak titik fokus pembahasan, lebih tepatnya terkait metode dan corak kitab tafsirnya.
8
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang dikemukakan di atas telah memberi kerangka pada peneliti untuk merumuskan pokok permasalahan yang akan menjadi acuan penelitian. Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah metode dan corak kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân?
D. TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui metode yang digunakan M. Afifudin Dimyathi dalam menjelaskan al-Qur‟an serta sumber dan coraknya.
2. Untuk menggambarkan isi dari penjelasan M. Afifudin Dimyathi di dalam kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân.
3. Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) dalam bidang Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Penulis merangkumnya sebagaimana berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian kitab al-Syāmil Fī Balāghat al-Qur‟ân ini diharapkan dapat melengkapi karya keilmuan yang berkaitan dengan penafsiran al-Qur‟an para ulama nusantara di antaranya buku “Literatur Tafsir Indonesia” yang ditulis oleh Mafri Amir. Selain itu juga bisa menjadi
salah satu bahan referensi dalam kajian tafsir, khususnya dalam bidang balâghah al-Qur‟an.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengarang kitab. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan pemikiran dan menjadi salah satu acuan teoritis dalam pengembangan karya-karya selanjutnya.
b. Bagi pembaca. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang karakteristik penafsiran yang digunakan oleh para ulama Nusantara.
c. Bagi peneliti yang akan datang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pijakan dalam perumusan desain penelitian yang lebih dalam dan komprehensif.
F. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang sejarah dan dinamika penulisan tafsir al-Qur‟an di Nusantara secara umum telah banyak dilakukan. Berikut ada beberapa penelitian ilmiah yang penulis baca sehingga terinspirasi melakukan penelitian ini. Kajian-kajain tersebut, diantaranya :
Skripsi yang membahas tentang kajian ilmu balâghah dan macam-macamnya (ilmu ma‟âni, badî‟, dan bayân) di antaranya skripsi yang berjudul “Penafsiran
„Ali al-Sâbûni Terhadap Ayat-Ayat Tasybîh Dalam Surat al-Baqarah”.21 Skripsi ini lebih jauh lagi membahas tentang penafsiran dan ayat-ayat tasybîh menurut
„Ali al-Sabûni yang terdapat dalam surat al-Baqarah, diantaranya : 18 lafadz
21 Hanim Shafiera Binti Shukri, ” Penafsiran Ali Ash-Shabuni Terhadap Ayat-Ayat Tasybih Dalam Surat Al-Baqarah” (Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2014)
10
tasybîh di dalam 17 ayat dalam surat al-Baqarah, enam jenis tasybîh yang terdapat dalam surat al-Baqarah menurut „Ali al-Sabûni. Kemudian, skripsi yang ditulis oleh Ahmad Zulkarnaen, “Balâghah al-Tasybîh fî Sûrah al-Baqarah Dirâsah Tahliliyah Bayâniyah”.22 Dalam skripsi ini, dibahas tentang ayat-ayat yang mengandung balāghah al-tasybîh dalam QS.al-Baqarah yang ada dalam kajian ilmu bayan (bayâniyah) pada bab tasybîh. Selanjutnya Neng Siti dalam skripsinya23 membahas tentang balâghah khususnya faedah kalam khobari dalam surah Âli-„Imrân.
Kemudian terkait pembahasan tafsir, berikut buku yang berjudul Diskursus Munasabah al-Qur‟an dalam Tafsir al-Misbah24 yang menjelaskan tentang bagaimana Quraish Shihab mengemas tafsir al-Misbah. Lebih lanjut tentang model munasabah al-Qur‟an, peran munasabah sebagai instrumen penafsiran al- Qur‟an, dan juga tinjauan kritis terhadap konsep dan penerapan munasabah dalam tafsir al-Misbâh. Kemudian, skripsi yang berjudul “Studi Metode dan Corak Tafsîr al-Hudâ, Tafsîr Qur‟ân Bahasa Jawi Karya Brigjen (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid,”25 skripsi yang berjudul “Metode dan Corak Penafsiran Imam al-Alusi Terhadap al-Qur‟ân,”26 skripsi yang berjudul “ Metode dan Corak tafsîr al-Wasîṯ Karya Wahbah Zuhaili,”27 artikel yang membahas tentang karya tafsir T. M.
22 Ahmad Zulkarnaen, “Balâghah Al-Tasybîh fî Sûrah Al-Baqarah Dirâsah Tahliliyah Bayâniyah” (Skripsi UIN Sunan Kalijaga, 2010)
23 Neng siti, “Analisis Balaghah tentang Faedah Kalam Khobari dalam Al-Qur‟an (Surah Ali-Imran)” (Skripsi UIN Suska, 2014)
24 Hasani Ahmad Sa‟id, Diskursus Munasabah Al-Qur‟an dalam Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Amzah, 2015)
25 Abdul Rahman Taufiq, “Studi Metode dan Corak Tafsir Al-Huda, Tafsir Qur‟an Bahasa Jawi Karya Brigjen (Purn.) Drs. H. Bakri Syahid” (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, 2017)
26 Aminah Rahmi Hati HSB, “Metode dan Corak Penafsiran Imam Al-Alusi Terhadap Al- Qur‟an” (Skripsi UIN Sultan Syarif Kasim, 2013)
27 Shikhkhatul Af‟idaf, “Metode dan Corak tafsir Al-Wasit Karya Wahbah Zuhaili”
(Skripsi UIN Walisongo, 2017)
Hasbi al-Shiddieqy,28 dan tesis yang berjudul “Tafsîr al-Qur‟ân al-„Aẕhîm karya Raden Penghulu Tabsîr al-Anâm Karaton Kasunanan Surakarta (Studi Metode dan Corak Tafsir)”29 semua penelitian tersebut mengkaji tentang metode dan corak tafsir dan juga hal-hal yang mempengaruhi penafsiran seseorang, seperti disiplin ilmu yang dikuasai, pengalaman, kondisi social dan politik, dan lain-lain.
Penulis menyuguhkan tentang metode dan corak penafsiran lengkap dengan latar belakang penyusunan, komentar para ulama‟, kelebihan dan kekurangan, serta analisa langsung terkait metode dan corak penafsiran terhadap beberapa ayat al- Qur‟an.
Berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan tentang deskripsi kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân secara padat dan lengkap baik ditinjau dari metode yang digunakan oleh pengarang kitab maupun corak balâghah yang menjadi ciri khas dari kitab ini.
G. Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian perpustakaan (library research) dari berbagai literature yang ada, maka data-data akan digali dari perpustakaan dan kemudian dianalisa. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu:
28 Andi Miswar, Tafsir Al-Qur‟an Al-Majid “Al-Nur” Karya T.M. Hasbi Al-Shiddieqy (Corak Tafsir berdasarkan Perkembangan Kebudayaan Islam Nusantara), Jurnal Adabiyah vol. XV Nomor 1/ 2015
29 Nur Hadi, “Tafsir Al-Qur‟an Al-„Adzhim karya Raden Penghulu Tabshir Al-Anam Karaton Kasunanan Surakarta (Studi Metode dan Corak Tafsir)” (tesis UIN Surakarta, 2017)
12
a. Data Primer
Sebagai data primer dalam penelitian ini adalah kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân yang ditulis oleh M. Afifudin Dimyathi.
b. Data Sekunder
Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku- buku, dokumen-dokumen/ arsip, majalah, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, dan karya tulis yang membahas tentang ilmu-ilmu al-Qur‟an dan kajian tafsir secara teoritis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data yang ada dalam penelitian ini diperoleh dari sumbernya dan dikumpulkan dengan cara pengutipan, baik langsung maupun tidak langsung.
Mengumpulkan rujukan yang membahas tentang macam-macam metode dan corak yang digunakan oleh para mufasir serta rujukan lain yang mendukung penelitian ini. Kemudian data tersebut disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu paparan yang jelas dan sesuai dengan rumusan masalah yang berkaitan dengan judul penelitian.
3. Teknik Analisa Data
Setelah data diperoleh sebagaimana yang diharapkan, kemudian data tersebut dilakukan analisa dan diklarifikasikan dengan merujuk kepada kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân. Setelah mengetahui pengertian, metode, corak tafsir, dan pembagian ilmu balâghah, selanjutnya penulis menganalisa kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân untuk mengetahui metode, sumber, dan corak yang digunakan dalam kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân. Adapun buku – buku atau
kitab-kitab yang ada kaitannya dengan penelitian digunakan sebagai penyempurna penelitian ini.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman penulisan maka penulis kemukakan sistematika penelitian, yang terdiri dari lima bab:
Bab satu, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab dua, akan dibahas mengenai biografi M. Afifudin Dimyathi perjalanan intelektual serta karya-karyanya. Kemudian akan digambarkan secara umum mengenai kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân dari segi latar belakang penulisannya, berkenaan seputar tujuan penulisan tafsir dan sistematika penulisan.
Bab tiga, meliputi pengertian tafsir, metodologi tafsir, sumber tafsir, dan corak tafsir. Sekaligus ditambah pembahasan tentang pengertian ilmu balāghah dan macam-macamnya. Pembahasan dalam bab ini selanjutnya akan dijadikan landasan teoritis dalam parkatik analisa data dalam bab empat.
Bab keempat, merupakan analisis kitab al-Syâmil fî Balâghat al-Qur‟ân dengan mengacu pada teori-teori yang telah dipaparkan dalam bab tiga.
Bab kelima, merupakan bab penutup yang memuat hasil penelitian dan saran- saran.
14 BAB II
PROFIL PENULIS DAN GAMBARAN UMUM AL-SYÂMIL FÎ BALÂGHAT AL-QUR’ÂN
A. Biografi M. Afifudin Dimyathi
Lahir di Jombang, Jawa Timur 7 Mei 1979. Nama aslinya adalah M. Afifudin Dimyathi, namun beliau lebih akrab dengan sapaan Gus Awis1. Nama Afifudin Dimyathi juga merupakan nama kakek dari Gus Awis, nama tersebut diberikan oleh orang tuanya sejak beliau kecil. Gus Awis merupakan anak ke-4 dari 8 bersaudara, beliau lahir dari sepasang suami istri generasi penerus pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum2, Peterongan. 3
Ayahnya bernama KH. A. Dimyathi Romly, SH. Dan ibundanya bernama Dra. Hj. Muflichah Marzuqi, keduanya menjadi motivator sekaligus fasilitator Gus Awis untuk terus belajar. Namun demikian, keduanya tidak pernah memaksakan kehendak mereka atas apa yang harus ditekuni oleh anak- anaknyanya, termasuk Gus Awis. Bahkan mereka berdua memberikan kebebasan pilihan atas apa yang digemari oleh Gus Awis. Sejak kecil selain mengaji kepada kedua orangtuanya, Gus Awis juga mengaji kepada guru-guru yang mengajar di Pesantren Darul Ulum (Jombang) dan Pondok Pesantren Langitan (Tuban).
Seperti anak kecil pada umumnya, Gus Awis kecil sangat gemar bermain catur.
1 Pada penyebutan “M. Afifudin Dimyathi” pada pembahasan setelahnya penulis konsisten dengan sebutan nama “Gus Awis”
2 Pondok pesantren Darul Ulum (Jombang) yang kini di asuh oleh M. Afifudin Dimyathi selaku generasi ke empat didirikan pada tahun1885 oleh KH. Tamim Irsyad (Mbah Buyut), sepeninggal beliau dilanjutkan oleh kakek Gus Awis yaitu KH. M. Romly Tamim, kemudian ayah Gus Awis yaitu H.A. Dimyathi Romly.
3 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019
Namun pada akhirnya, kegemaran belajar agamalah (termasuk di dalamnya bidang bahasa Arab) yang memberi motivasi kepada Gus Awis untuk kuliah di Timur Tengah. Keinginan tersebut sudah muncul sejak beliau sekolah di Madrasah Aliyah.4
Gus Awis menikah dengan Hj. Laily Nafis, M. Thi pada tahun 2002. Dari pernikahannya, beliau dikarunia 4 orang anak. Putra pertama lahir di Sudan pada tahun 2004 dan diberi nama A. Fayroz Abadi, anak kedua lahir pada tahun 2008 dan diberi nama Inaba Kayyisa, anak ketiga lahir pada tahun 2010 dan diberi nama Nady Sajjad Muhammad, dan anak terakhir lahir pada tahun 2014 dan diberi nama Alizka Sakhiyya.5
Gus Awis mengatakan bahwa penulisan kitab-kitab seperti ini merupakan amanah dari Allah, dengan demikian beliau berharap dapat memudahkan para pelajar dalam memahami ilmu yang ditekuni. Beliau berharap nantinya dapat menulis kitab-kitab lain yang mungkin tidak hanya fokus pada kajian balâghah saja. Beliau juga berpesan bahwa dalam hidup ini setidaknya kita harus memegang 3 prinsip: Pertama, jangan pernah lupa untuk membaca al-Qur‟an dan mengkhatamkannya, karena dari sanalah awal keberkahan hidup didapatkan.
Kedua, gunakan waktu yang ada untuk menambah ilmu dan pengalaman hidup.
Ketiga, jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk membantu orang lain.6
4 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019
5 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019
6 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019.
16
B. Pendidikan dan Karir
Gus Awis mengawali sekolah formalnya pada tahun 1985 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Darul Ulum Rejoso Peterongan dan lulus pada tahun 1991. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan studinya di Madrasah Tsanawiyah Progam Khusus Darul „Ulum Rejoso Peterongan selama tiga tahun dan lulus pada tahun 1994. Untuk sekolah menengah atas beliau memilih menuntut ilmu di Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Jember dan lulus pada tahun 1997.
Setamat dari MAKN, Gus Awis masih terus belajar dan menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Ngaglik Sleman Yogyakarta yang diasuh oleh K.H Mufid Mas‟ud sampai tahun 1998.7
Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan S-1 di al Azhar University Mesir (Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir dan Ilmu al-Qur‟an) mulai tahun 1998-2002.
Pada tahun 2002 beliau melanjutkan pendidikan S2 di Khartoum International Institute for Arabic Language di kota Khartoum Sudan dan Lulus tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Berbekal prestasi lulusan S2 terbaik tingkat Asia, pada tahun yang sama beliau meneruskan pendidikan S3 di al-Neelain University jurusan Tarbiyah Konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab dan selesai tahun 2007. Selain itu, sejak tahun 2006 beliau sudah aktif sebagai dosen di Prodi Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan mengampu mata kuliah kebahasaan dan tafsir. Mulai tahun 2007 setelah menyalesaikan program S3, beliau juga turut mengajar di Program Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel dan UIN Maulana Malik Ibrahim dengan mengampu mata kuliah spesialisasi Linguistik, Sosio-Linguistik,
7 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi)
Semantik dan Leksikologi, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab dan Pengembangan Materi Ajar Bahasa Arab. Beliau juga ikut berpartisipasi sebagai pengajar di Program Pasca Sarjana di IAIN Tulung Agung, IAIN Jember dan STIT Dalwa Bangil Pasuruan dengan materi bidang kebahasan dan tafsir. Selain itu, sampai saat ini beliau masih aktif sebagai dosen Pasca Sarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Sekretaris Komisi Fatwa MUI Cabang Jombang, dosen Pasca Sarjana IAIN Tulung Agung, Direktur Aswaja Center Jombang, dan Wakil Direktur Aswaja Center PWNU Jawa Timur.8
C. Karya-karya
Karya yang pernah ditulis oleh Gus Awis adalah Sosiolinguistik (UINSA Press, 2013) dan beberapa artikel di jurnal-jurnal berbahasa Arab di Indonesia, di antaranya Jurnal el Jadid dan Jurnal LINGUA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sedangkan karya-karya yang berbentuk kitab dan berbahasa Arab, di antaranya:9
1. ‘Ilmu al-Tafsîr: Ushûluhû wa Manâhijuhû (2015, Penerbit Lisan Arabi:
Sidoarjo. 289 halaman)
2. Muhâḏarah fî ‘Ilm Lughah al-Ijtimâ’i (2010, Dar Ulum al Lughawiyah, Surabaya)
3. Madkhol Ilâ ‘Ilm al-Lughoh al-Ijtimâ’i (2016, Penerbit Lisan Arabi: Malang.
xxx halaman)
8 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi)
9 Keterangan ini diperoleh penulis dari CV M. Afifudin Dimyathi (CV ini dikirimkan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi melalui pesan facebook, fb: M Afifudin Dimyathi)
18
4. Safâ al-Lisân fî I’râb al-Qur’ân (2016, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo. 177 halaman)
5. Mawârid al-Bayân fî ‘Ulûm al-Qur’ân (2016, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo.
177 halaman)
6. Majma’ al-Bahrayn fî ahâdîs tafsîr min al-Sâhihayn (2016, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo. 257 halaman)
7. Irsyâd al-Dârisîn ilâ Ijma’ al-Mufassirîn (2017, Penerbit Lisan Arabi: Malang.
136 halaman)
8. Al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân (2018, Penerbit Lisan Arabi: Sidoarjo. 3 Jilid, 523, 525, dan 587 halaman)
D. Latar Belakang Penulisan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân
Latar belakang penulisan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân sebagaimana yang disampaikan oleh Gus Awis, dimotivasi oleh pertanyaan yang diajukan oleh salah satu dosen PTAIN di Jawa Timur, yakni terkait kitab Balâghah yang khusus mengkaji tentang al-Quran. Pertanyaan ini muncul dikarenakan ada mata kulaih Balâghah al-Qur’ân di program pasca prodi Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir IAIN tersebut. Berhubung pada saat itu beliau tidak mempunyai kitab yang dicari oleh dosen tersebut, akhirnya pertanyaan itu menjadi inspirasi Gus Awis untuk menyusun kajian-kajian balâghah yang ada dalam ayat-ayat al-Qur‟an. Dan untuk mempermudah pencarian kajian tersebut, Gus Awis sengaja memulai kitab yang disusunnya ayat per ayat mulai surat al-Fâtihah sampai al-Nâs.
Gus Awis berharap, nantinya siapapun yang mencari balâghah sebuah ayat ia akan dapat menemukannya di kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Berbeda
dengan kitab lain, yang berfokus pada istilah-istilah balâghah lalu mencontohkannya dari al-Qur‟an, kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ini disusun oleh Gus Awis dengan titik fokus bahasan pada ayat-ayat al-Qur‟an itu sendiri. Dan dengan tekat yang kuat, beliau mampu untuk menghadirkan keindahan-keindahan balâghah dari tiap ayat dari al-Qur‟an.
Jadi tujuan utama Gus Awis menyusun kitab al-Syâmil Fî Balâghat al- Qur’ân adalah untuk memudahkan para pengkaji al-Qur‟an dalam menemukan keindahan-keindahan uslub dan balâghah dari ayat-ayat al-Qur‟an, sekaligus sebagai salah satu referensi mata kuliah Balâghah al-Qur’ân secara lebih spesifik.10
E. Deskripsi kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân
Sumber utama dalam penelitian ini menggunakan kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, “cetakan pertama”, tahun 2018. Kitab ini penulis dapatkan melalui salah satu distributor kitab di Jombang, Jawa Timur.
Pada sampul hard cover di bagian paling atas, tertulis al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân (ىارقلا تغلاب يف لهاشلا) . Agak di tengah untuk masing-masing jilid tertulis; (تبىخلا ةرىص يلا تححافلا ةرىص يه لولاا ءزجلا) untuk jilid I, ( ةرىص يه يًاثلا ءزجلا ةدجضلا ةرىص يلا شًىي) untuk jilid II, (ساٌلا ةرىص يلا بازحلاا ةرىص يه ثلاثلا ءزجلا) untuk jilid III. Di bawahnya lagi, dituliskan “DR. H. M. Afifudin Dimyathi Ramli”
(nama pengarang), dan paling bawah dituliskan bahwa beliau menjabat sebagai pengasuh pondok pesantren Dâr al-„Ulûm Jombang ( يهلاصلاا مىلعلا راد دهعوب نلعلا مداخ
10 Sebagaimana yang disampaikan langsung oleh M. Afifudin Dimyathi kepada penulis melalui pesan facebook pada 21 Juli 2019.
20
جًابهىجب) dan juga dosen Bahasa Arab di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ( ايابارىص ليبها ىاًىص تعهاجب تيبرعلا تغللا سرده).
Lembar selanjutnya diikuti dengan keterangan kewenangan penerbit yang telah disesuaikan dengan perlindungan hukum negara. Lalu di bawahnya disebutkan bahwa cetakan pertama pada tahun 2018. Juga disebutkan Percetakan offset Penerbit Lisan Arabi, Malang Jawa Timur-Indonesia. Di halaman setelahnya terdapat kutipan ayat Al-Qur‟an surat al-Baqarah ayat 127 “ اٌه ابقح لٌبر نيلعلا عيوضلا جًا كًا”.
Keseluruhan halaman al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân berjumlah 515 halaman (jilid I), 519 halaman (jilid II), 600 halaman (jilid III), belum termasuk halaman-halaman yang tidak diberi nomor. Pembatas yang digunakan dalam kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur‟ân menggunakan pita kecil berwarna cokelat.
Keistimewaan dari kitab ini adalah kata pengantarnya. Meskipun kitab ini ditulis oleh warga negara Indonesia, namun dua Profesor Linguistik Timur Tengah berkenan memberikan sambutan kata pengantar. Prof. Dr. Ahmad Darwish Ibrahim Muhammad selaku guru besar balaghoh dan kritik sastra di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir dan Prof. Dr. Abdurrohim Muhammad Al- Kurdi selaku guru besar kritik sastra modern di Universitas Kanal Suez. Kedua pakar linguistik inilah yang secara khusus memberi pengantar kitab ini.
Kata sambutan pertama untuk al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân yang diberikan oleh Prof. Dr. Ahmad Darwish Ibrahim Muhammad, sebagian isinya adalah sebagai berikut:
“Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân karya M. Afifudin Dimyathi selaku dosen Universitas Sunan Ampel, Surabaya ini disusun untuk mempermudah para pelajar dalam mempelajari bahasa Arab. Selain itu agar para pembaca dapat merasakan sisi keindahan ilmu balâghah dalam al-
Qur‟an. Di dalam kitabnya, M. Afifudin Dimyathi bersandar kepada qirâ’ah- qirâ’ah yang bagus dari para ulama terdahulu. Yang pastinya telah disesuaikan dengan pemahaman para pelajar yang mempelajari bahasa Arab dan balâghah. Seperti halnya seorang qâri’ yang menyesuaikan diri dengan sifat yang umum.”11
Kemudian pada sebagian kata sambutan Prof. Dr. Abdurrohim Muhammad Al-Kurdi, beliau menuliskan:
“Kemudian muncullah M. Afifudin Dimyathi yang memperlajari kitab- kitab tersebut dengan baik, sehingga mampu untuk menuai dan mengurai sisi kebahasaan dari ayat-ayat al-Qur‟an mulai dari surat pertama al-Fâtihah sampai surat terakhir al-Nâs. Ia menulisnya sesuai dengan urutan dalam tartib mushaf Usmani dengan segala kemampuannya. Semoga beliau mendapatkan pahala atas usahanya tersebut. Dalam penyusunan tema, beliau dengan cermat menggunakan istilah kebahasaan yang kemudian diulas kembali melalui catatan kaki. Inilah yang dinamakan dengan suatu penelitian keilmuan yang baik dan benar. Sangat patut untuk disyukuri karena bukan hanya sekedar mengkaji bahasa Arab melainkan secara khusus mengkaji tentang keaslian bahasa.”12
Pada halaman selanjutnya terlampir muqaddimah kitab yang ditulis oleh M.
Afifudin Dimyathi:
“Setelah itu (shalawat dan salam), perlu diketahui bahwa sebaik-baik perbuatan yang dilakukan oleh manusia untuk menghabiskan umur dan waktu mereka adalah berkhidmah kepada al-Qur‟an. Karena hal tersebut tidak akan mendatangkan sebuah kebathilan dari arah manapun (baik dari sisi Allah maupun makhluk-Nya). Dan saya meyakini keagungan kitab Al-Qur‟an ini sebagai mukjizat. Oleh karenanya, saya ingin mengawali pembelajaran al- Qur‟an ini di bidang Balâghah.
Metode yang saya gunakan dalam mengarang kitab ini adalah tahlili, dengan banyak membaca dan mencari ayat-ayat al-Qur‟an untuk mencari sisi balâghahnya baik bayan, badi‟, maupun ma‟ani. Referensi-referensi yang saya gunakan dalam kitab merujuk pada kitab-kitab terdahulu yang terpercaya. Sesuai urutan ayat dan contoh-contoh yang agung di dalam mushaf, sebagaimana yang telah dibukakan oleh Allah dalam ilmu balâghah.
Niat saya menulis kitab ini adalah untuk menunjukkan sisi kebahasaan ayat- ayat al-Qur‟an secara sederhana dan tidak bertele-tele dan tentunya berbeda dengan cara penyajian balâghah pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan
11 Ahmad Darwis Ibrahim Muhammad, “Sambutan Ketua bidang Balaghah di Universitas Dar al‟Ulum, Mesir pada Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân”, dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân.
12 Abd al-Rahim Muhammad al-Kurdi “Sambutan Ustadz al-Naqd wa al-Adab al-‘Arabî al-Hadîs di Universitas Qanât al-Swîs, Mesir Penerbitan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân”, dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân.
22
balâghah dalam al-Qur‟an memiliki banyak cabang. Dan saya berharap agar balâghah yang ada di dalam al-Qur‟an dapat membuahkan hasil yang terlihat.
Dan untuk ini saya berniat untuk menyajikan pembahasan secara lebih mudah dan gamblang.”13
Kitab ini diakhiri dengan kata penutup (khatimah) yang isinya sebagai berikut:
“Segala puji hanya bagi Allah Swt Dzât yang telah memberi petunjuk kepadaku untuk menyempurnakan penulisan kitab ini, dan dengan ini pula saya berharap datangnya riḏâ dari Allah baik berupa pahala maupun ampunan dari-Nya. Saya memulai mengumpulkan penulisan kitab ini pada bulan Jumâd al-Tsânî 1448 H dan menyelesaikannya pada bulan Ramâḏan 1449 H.
Saya juga memohon kepada Allah agar menjadikan kitab ini sebagai sesuatu yang murni dari-Nya dan memaklumi atas segala keterbatasan dan kekuranganku. Dan semoga kitab ini dapat bermanfaat bagi kaum muslimin.
Dan juga agar menjadikannya sebagai tambahan timbangan kebaikan bagiku, kedua orang tuaku, kakek nenekku, guru-guruku, dan anak-anakku kelak di hari kiamat. Sungguh Allah maha mendengar lagi maha dekat. Semoga limpahan rahmat dan keselamatan senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Dan sebagai penutup, saya mengutip dari firman Allah Swt dalam surat al-Saffât ayat 182 (Maha suci Tuhanmu, Tuhan yang maha perkasa dari sifat yang mereka katakan.
Dan selamat sejahtera bagi para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.).”14
Bagian akhir kemudian diisi dengan “ثاعىضىولا فاشك” (Glosarium) yang berisikan keterangan lengkap dari istilah-istilah kebahasaan yang digunakan dalam kitab ini. Istilah-istilah tersebut disusun sesuai urutan abjad dalam huruf hijaiyah yang jumlah keseluruhannya adalah 194 istilah.15
Selanjutnya mengenai “Daftar isi”, diletakkan di bagian akhir di masing- masing kitab. Di dalamnya dicantumkan nama-nama surat yang diteliti unsur
13 “Muqaddimah”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h.
kha‟
14 “Khatimâh”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 563
15 “Kasyâf al-Mauḏu’ât ”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al- Qur’ân, h. 564-590
balâghahnya sekaligus nomor panggil yang tentunya juga ditulis dengan angka Arab. 16
F. Karakteristik al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân
Karakteristik penyajian yang dimaksud dalam bab ini adalah bentuk penyusunan dan rangkaian penulisan yang ditampilkan dalam al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân. Ini dimaksudkan untuk menemukan karakteristik maupun ciri khusus dari kitab ini.
Kitab al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân ditulis runtut berdasarkan mushaf Usmani; dari surat al-Fâtihah (1) sampai dengan surat al-Nâs (114). Menurut tampilan muka halaman kitab ini, dapat dilihat: Pertama, di awal setiap surat hanya disebutkan nama surat tidak disertai dengan nomor urut surat, jumlah ayat, kelompok makkiyyah/madâniyah, dan urutan surat saat diwahyukan. Misalnya surat pertama, hanya dituliskan nama surat (تححافلا ةرىص) setelahnya langsung dituliskan ayat-ayat surat tersebut tanpa disertai penyebutan nomor urut surat, jumlah ayat, kelompok makkiyyah/madâniyah, dan urutan surat saat diwahyukan.17
Kedua, teks ayat al-Qur‟an dituliskan di bawah nama surat. Untuk surat-surat panjang hanya dituliskan beberapa ayat, sedangkan untuk surat pendek dituliskan satu surat penuh. Ketiga, penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an yang merupakan pembahasan utama ditampilkan dengan menyebutkan sisi kebahasaan dari masing-masing kosakata. Keempat, istilah-istilah kebahasaan tersebut kemudian dijelaskan secara singkat dalam bentuk catatan kaki (footnote). Kelima, untuk
16 “Fahras al-Juz’u al-Tsalits ”, dalam M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al- Qur’ân, h. 597-600
17 M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2
24
memulai penjelasan ayat Gus Awis selalu menggunakan kata “ىلاعح هلىق يف ”.
Contoh dalam penjelasan surat al-Fâtihah, setelah menuliskan seluruh ayat dari surat tersebut yaitu ayat 1-7 beliau memulai penjelasan dengan menggunakan kata
“ ِني ِح هرلٱ ِي َٰ و ۡح هرلٱ ِ هللَّٱ ِن ۡضِب ىلاعح هلىق يف ”.18
Beberapa ciri khas yang menjadikan al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân sebagai kitab yang unik, salah satunya adalah penggunaan bahasa Arab oleh Gus Awis dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur‟an dan inilah yang menjadi nilai plus karena ditulis oleh orang Indonesia. Selain itu fokus bahasan tentang balâghah merupakan spesifikasi orang-orang Arab bukan orang Indonesia. Dengan demikian kitab ini layak untuk dipertimbangkan sebagai salah satu rujukan dalam skala internasional. Corak kebahasaan yang sangat kental dan juga pengutipan sumber-sumber keilmuan dari ulama-ulama terpercaya menjadi faktor penting yang membedakan kitab ini dengan kitab-kitab kebanyakan.
18 M. Afifudin Dimyathi, al-Syâmil Fî Balâghat al-Qur’ân, h. 2
25 BAB III
KAJIAN TAFSIR DAN BALÂGHAH
Nilai keindahan sastra yang terkandung dalam suatu ungkapan merupakan ruh dari pada ungkapan itu sendiri. Tak akan ada nilai lebih dari satu ungkapan atas ungkapan lainnya jika tidak terdapat sisi keindahan dalam ungkapan tersebut. Sebagai bagian bahasa pada umumnya, ayat-ayat al-Qur‟an tentu saja terdiri atas sebuah atau serangkaian kalimat, yang terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat atau klausa, frase, dan kata. Interpretasi linguistik meliputi interpretasi gramatikal yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan bahasa Arab dan interpretasi retorikal yang menggunakan kaidah-kaidah ilmu balâghah yang terdiri atas ilmu ma‟âni, bayân, dan badȋ‟ sebagai sandarannya.1
Jadi, bagi siapa saja yang ingin berinteraksi dengan al-Qur‟an (al- Mu‟âmalah bi al-Qur‟ân) dalam bentuk upaya menafsirkannya, maka dipersyaratkan bagi orang tersebut untuk memahami secara komprehensif sisi ke-balâghah-annya agar benar-benar memiliki modal yang memadai dalam menangkap pesan-pesan yang terkandung di balik redaksinya yang fasih,bâligh, dan tentu saja jawâmi‟ al-kalȋm
.
1 Nanang Gozali, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta:Teras, 2005), h.84-90.
26 A. Pengertian dan Sumber Penafsiran
Tafsir secara etimologi mengikuti wazan (taf‟ȋl) yang berasal dari kata al-fasr yang berarti menjelaskan, menyingkap dan menampakkan atau menerangkan makna yang abstrak kata kerjanya mengikuti wazan ḏaraba- yaḏribu dan nasara-yansuru. Dikatakan fasara (al-syai‟a) yafsiru dan yafsuru, fasran dan fasarahû artinya menjelaskan. Kata al-tafsȋr dan al- fasr mempuyai arti menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Sedang kata al-tafsȋr berarti menyingkapkan maksud sesuatu lafadz yang musykil, sulit. Pengertian tafsir dengan makna di atas, sesuai dengan firman Allah:2
3
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
Kata tafsir juga berarti menjelaskan (al-îḏâh), menerangkan (al- tibyân), menampakkan (al-iẕhâr), menyibak (al-kasyf), dan merinci (al- tafsîl). Kata tafsir terambil dari kata al-fasr yang berarti al-ibânah dan al- kasyf yang keduanya berarti membuka sesuatu yang tertutup. Selain yang telah disebutkan, sesungguhnya masih ada kata lain yang searti dengan tafsir yaitu kata al-syarh (penjelasan/ komentar). Sebagian ulama, di antaranya Shubhi al-Shalih, menyebut Nabi Muhammad Saw. sebagai
2 Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur‟an, terj. Mudzakkkir As (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2001), h. 455.
3 Al-Furqan ayat 33
syarh al-Kitâb (penyarah al-Qur‟an) ketika menyatakan bahwa tafsir al- Qur‟an telah tumbuh sejak masa awal Nabi Muhammad Saw. Dan beliaulah orang pertama yang memberikan syarh untuk kitab Allah.4
Sedangkan makna tafsir menurut istilah yang dijelaskan oleh al- Zarkasyi dalam kitabnya al-Burhân yaitu suatu pengetahuan yang dengan pengetahuan itu dapat digunakan untuk memahami kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, menjelaskan maksud- maksudnya, mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya.5 Sedangkan menurut al-Kilby dalam al-Tashil berkata: tafsir menurut bahasa berarti menerangkan dan menyatakan, sedangkan tafsir menurut istilah adalah mensyarahkan al-Qur‟an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendaki dengan nasnya.6
Kemudian guna mendukung pemahaman akan ayat-ayat yang akan ditelitinya seorang mufassir harus memiliki lima belas ilmu yaitu: ilmu al- Lughah, ilmu Nahw, ilmu Sarf, ilmu al-Isytiqâq, ilmu al-Balâgah dan ketiga komponennya, ilmu al-Qirâ‟at, ilmu Usul al-Dîn, ilmu Usul al-
4 Subhi Al-Sâlih, Mabâhits fî „Ulûm al-Qur‟ân (Beirut-Lubnan: Dar al-„ Ilm li al-Malayin, 1988), h. 289.
5 Mashuri Sirajuddin Iqbal, A. Fudlali, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung:
Angkasa, 1989), h. 86.
6Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al- Qur‟an dan Tafsir (Semarang: Pustaka Rizqi Putra, 2009) Cet 3, h. 170.