PERBE M
DAAN KAD MELITUS TI
HIP
Unt Men
Yo
UNIVERS
DAR TRIG IPE 2 DENG PERTENSI
NASKA tuk memenu
ncapai dera
Dia ohana Pand
J
FAKULTA ITAS MUH
GLISERIDA GAN HIPE DI RSUD M
AH PUBLIK uhi sebagian ajad Sarjana
ajukan oleh ora Ristua J50011 0090
AS KEDOK HAMMADIY
2015
A PADA PA ERTENSI D MOEWARD
KASI n persyarat a Kedokter
h :
Siringoring
KTERAN YAH SURA
SIEN DIAB AN TANPA DI
an an
go
AKARTA
T F P P N N P N N P N N PERBE M Telah disetu Fakultas Ke Pada hari S Penguji Nama Nip/Nik Pembimbin Nama Nip/Nik Pembimbin Nama Nip/Nik DAAN KAD MELITUS TI HIP YOHANA
ujui dan dip edokteran U Senin, tangg
: dr. M. S : 676 ng Utama
: dr. Sum : 1970102 ng Pendamp
: dr. List : 100.157
Prof.
NASKA
DAR TRIG IPE 2 DENG PERTENSI Yang A PANDOR J pertahankan Universitas gal 30 Janua
Shoim Dasu
mardjo, Sp. 20 200003 1 ping
tiana Masyi 70
. Dr. dr. Bam NI
AH PUBLIK
GLISERIDA GAN HIPE DI RSUD M
diajukan o RA RISTUA 50011 0090 n dihadapa Muhamma ari 2015 uki, M.Kes. PD 1 003 ita Dewi Dekan mbang Soeb IK : 400.124
KASI
A PADA PA ERTENSI D MOEWARD
leh : A SIRINGO 0
ABSTRAK
PERBEDAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI
DI RSUD MOEWARDI
Yohana Pandora R.S, Sumardjo, Listiana Masyita Dewi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi pada pasien diabetes melitus. Hipertensi juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler pada diabetes melitus. Tinggi kadar trigliserida adalah salah satu tanda terjadinya dislipidemia. Diabetes melitus dan hipertensi yang disertai dislipidemia meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus dengan hipertensi dan tanpa hipertensi.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional yang menggunakan rekam medik pasien di RSUD Moewardi pada bulan desember 2014. Jumlah sampel sebanyak 100 pasien yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu 50 pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan 50 pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa hipertensi. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data dengan uji Mann-Whitney dengan program SPSS 17.0 for windows.
Hasil: Karakteristik pasien diabetes melitus perempuan (51%) dan laki-laki (49%) tidak jauh berbeda. Proporsi rentang usia terbanyak adalah 56-65 tahun. Analisis uji Mann-Whitney menunjukkan bahwa nilai p=0,001 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar trigliserida yang bermakna antara kedua variabel yang di uji dengan statistik sebesar 0,001.
Simpulan: Kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi lebih tinggi dibanding penderita diabetes melitus tipe 2 tanpa hipertensi.
ABSTRACT
THE DIFFERENCES LEVELS OF TRIGLICERYDES IN PEOPLE WITH DIABETES MELLITUS TYPE 2 WITH HYPERTENSION AND WITHOUT
HYPERTENSION AT RSUD MOEWARDI
Yohana Pandora R.S, Sumardjo, Listiana Masyita Dewi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Background: Hypertension is common in patients with diabetes mellitus. Hypertension also increases the risk of cardiovascular disease in diabetes mellitus. High triglyserides level was a sign of dislipidemia. Diabetes mellitus and hypertension accompined with dislipidemia increased the risk of cardiovascular disease.
Objective: This study aimed to know the difference of triglycerides level in diabetes mellitus type 2 with hypertension and non hpertension patients.
Methods: This study was an observational analiytic with cross-sectional method using patiens medical record in Moewardi General Hospital in December 2014. Total sample was 100, divided into 2 groups of 50 diabetes mellitus type 2 with hypertension and 50 diabetes mellitus type 2 non hypertension groups. The sample were taken using purposive sampling method, then analyzed using Mann-Whitney test by SPSS 17.0 for windows.
Result: The characteristics of diabetes mellitus type 2 in woman (51%) and men (49%) were not much different. The largest proportion of the age range is 56-65 years. Mann-Whitney test result was p=0.001 which means there is significant difference of triglycerides levels between two variables.
Conclusion: Triglycerides levels in diabetes mellitus type 2 with hypertension is higher compared with diabetes mellitus type 2 non hypertension respondents
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (ADA, 2005). Gambaran patologik DM dapat dikaitkan dengan salah satu efek utama akibat kurangnya insulin yaitu berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel tubuh. Peningkatan metabolisme lemak dapat menyebabkan terjadinya metabolisme lemak abnormal seperti hiperkolesterol dan hipertrigliseridemia yang menimbulkan gejala aterosklerosis serta berkurangnya protein dalam jaringan tubuh (Guyton, 2006).
Penderita DM di dunia menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas Of Diabetes edisi ke 6 tahun 2013 sebanyak 382 juta orang, lebih dari 138,2 juta orang berlokasi di daerah Pasifik Barat. Hal ini diperkirakan akan meningkat menjadi 201,8 juta pada tahun 2035. Kasus DM di Indonesa sebanyak 8,5 juta kasus pada tahun 2013. Prevalensi berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Depkes sebesar 2,1%. Angka kejadian tertinggi terdapat di DIY Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan Nusa Tenggara Timur (3,3%). Prevalensi DM di Jawa Tengah mencapai 1,6% (Riskerdas, 2013).
Diabetes melitus merupakan faktor utama terjadinya penyakit kardiovaskular. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa mortalitas kardiovaskular 2–3x lebih tinggi. Pada studi epidomiologi dilaporkan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular mencapai 2–3x lebih tinggi pada penderita diabetik hipertensi dibandingkan diabetik normotensi (Bandiara, 2008).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan serius diseluruh dunia karena prevalensinya yang terus meningkat, sedikitnya penderita yang mendapat terapi adekuat, masih banyaknya penderita yang tidak terdeteksi, serta tingginya morbilitas dan mortalitas akibat komplikasi hipertensi (Yogiantoro, 2006).
Pasien DM tipe 2 mempunyai beberapa abnormalitas lipid, meliputi peningkatan trigliserida plasma (karena peningkatan VLDL dan lipoprotein remnant), peningkatan kadar LDL dan penurunan kadar HDL kolesterol (Rader, 2005). Diabetes dan hipertensi merupakan dua faktor resiko utama untuk aterosklerosis dan komplikasinya, termasuk serangan jantung dan stroke yang berhubungan dengan dislipidemia (Bernard, 2012).
Hipertensi berhubungan dengan gangguan lipid darah melalui banyak cara dan memberi kontribusi pada risiko terjadinya penyakit kadiovaskular. Dari hasil penelitiannya di simpulkan kolesterol serum, trigliserida, dan kolesterol LDL positif berhubungan dengan hipertensi sedangkan kolesterol HDL tidak ada perubahan signifikan dengan hipertensi (Saha et al, 2008). Dislipidemia, diabetes melitus dan hipertensi merupakan prediktor awal kardiovaskuler (Mozaffarin et al, 2008).
Penelitian serupa terdahulu yang dilakukan oleh Azhar di RSUD Moewardi dengan sampel 40 pasien yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu DM-Hipertensi dan DM-Non hipertensi. Masing – masing perbedaan secara statistik tidak signifikan dengan p=0.264 (p>0,05). Sementara penelitian yang dilakukan oleh Gormat dkk dengan sampel 36 pasien Hipertensi dan 30 pasien DM-Non hipertensi didapatkan perbedaan yang signifikan yaitu p<0,05.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang masih kontroversi maka peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan kadar trigliserida antara penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi di RSUD Moewardi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dan variabel terikat (efek) melalui pengujian hipotesis dengan pendekatan cross sectional dengan cara pengumpulan data sekaligus pada satu saat.
menjalani perawatan di poliklinik penyakit dalam dan penyakit jantung di RSUD Moewardi.
Untuk menghitung uji statistik digunakan uji t dua kelompok tidak berpasangan dengan program SPSS 17,0 for Windows, dengan syarat distribusi data diharuskan normal (p>0,05). Jika distribusi data tidak normal (p<0,05) maka data ditransfomasi dan diuji distribusi datanya menggunakan uji Mann-Whitney. Uji Shapiro Wilk untuk menentukan normalitas distribusi data. Interpretasi hasil dari uji t dua kelompok tidak berpasangan dinyatakan bermakna jika nilai p<0,05 dan dinyatakan tidak bermakna jika nilai p>0,05 (Dahlan, 2011).
[image:7.612.189.473.340.405.2]HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-laki Perempuan
49 51
49 51
Jumlah 100 100 Tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Moewardi yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 pasien (51%), sedangkan laki-laki sebanyak 49 pasien (49%). Berdasarkan tabel diatas menunjukkan perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Tabel 2. Distribusi Mean, Minimum, Maksimum Kadar Trigliserida berdasarkan usia
Rentang Usia (tahun)
Banyak Sampel
Kadar Trigliserida (mg/dl)
Mean Minimum Maksimum
<45 4 121.25 78 180
46-55 40 157.25 61 418 56-65 51 149.45 43 319
>65 5 165.40 85 247
Jumlah 100
lebih dari 65 tahun dengan nilai 165.40 mg/dl, sedangkan kadar trigliserida paling rendah pada rentang usia 56-65 tahun.
Berdasarkan tabel hasil uji Mann-Whitneymenunjukkan significancy 0,001.
Kelompok
Sampel frekuensi
Kolmogorov-Smirnov
Uji Mann-Whitney Asymp
Sig (2 tailed) Hipertensi
Tanpa Hipertensi
50 50
<0.05
<0.05 0,001
Karena nilai p<0,05 maka dapat disimpulkam bahwa terdapat perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uraian tabel 1 menunjukkan bahwa perempuan lebih berisiko terkena diabetes melitus dibanding laki-laki. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Irawan (2010) bahwa prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki. Perempuan lebih berisiko terkena diabetes karena secara fisik perempuan mempunyai peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar. Sindroma siklus bulanan, dan pasca menopouse menyebabkan distribusi lemak tubuh mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga perempuan berisiko menderita diabetes melitus tipe 2 (Irawan, 2010).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Jelantik dan Haryati menujukkan jika diabetes melitus lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan mempunyai kadar LDL dan trigliserida lebih tinggi dibanding laki-laki. Selain itu terdapat perbedaan dalam melakukan semua aktivitas dan gaya hidup sehari-hari yang mempengaruhi terjadinya suatu penyakit (Jelantik dan Haryati, 2014).
dilakukan Josten dkk (2006) bahwa peningkatan kadar trigliserida rata-rata meningkat pada usia tua yaitu >59 tahun (Josten et al. 2006).
Usia merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi prevalensi diabetes melitus maupun toleransi glukosa. Prevalensi diabetes melitus maupun gangguan toleransi glukosa naik seiring bertambahnya usia. World Health Organization menyebutkan jika seseorang telah mencapai usia 30 tahun, maka kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dl per tahun pada saat puasa dan akan naik sekitar 5,6-13 mg/dl 2 jam setelah makan. Berdasarkan hal tersebut umur menjadi faktor utama terjadinya kenaikan prevalensi dan gangguan toleransi glukosa. Terjadinya gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut diduga karena penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan karena resistensi insulin. Terjadinya resistensi insulin pada usia lanjut disebabkan oleh 4 faktor yaitu : 1. Perubahan komposisi tubuh seperti penurunan massa otot.
2. Penurunan aktivitas fisik yang menyebabkan penurunan jumlah sensitivitas reseptor insulin yang akan berikatan dengan insulin sehingga kecepatan translokasi GLUT-4 juga menurun.
3. Perubahan pola makan pada usia lanjut.
4. Perubahan neuro-hormonal, khususnya insuline-like growth factor-1 (IGF-1).
Sembilan puluh persen orang dewasa umumnya masuk dalam kategori diabetes melitus tipe 2. Dari jumlah tersebut dikatakan bahwa 50% adalah pasien berumur 60 tahun. Sedangkan prevalensi diabetes melitus di dunia dan di negara berkembang jumlah penderita diabetes melitus paling banyak pada usia 45-64 tahun (Rochmah, 2006).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Zahtamal dkk dan penelitian sebelumnya di Jakarta dan di Padang menunjukkan bahwa kelompok usia 50-60 tahun (usia tua) adalah kelompok terbanyak menderita diabetes melitus daripada kelompok usia dibawahnya. Hal tersebut dikarenakan diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif karena adanya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dan ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam dalah (hiperglikemia), sehingga kasus diabetes melitus akan meningkat seiring pertambahan usia (Zahtamal, 2007).
Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi dengan nilai signifikansi p=0.000 (p<0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus dengan hipertensi dan tanpa hipertensi atau H0 ditolak H1 diterima.. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan Gormat et at (2011) menyatakan bahwa terdapat perbedaan kadar trigliserida pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi dan tanpa hipertensi dengan nilai p<0.05. Pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan kolesterol dan trigliserida diidentifikasi sebagai penanda risiko gangguan lipid (Gormat et al, 2011).
Pada penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh H.A.H. Asdie,dkk tahun 2005 dengan nilai signifikansi p < 0,05 (Asdie, 2005).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Idogun ES et al yang dilakukan pada tahun 2006, dijumpai perbedaan yang bermakna antara kadar trigliserida pada DM tipe 2 dengan hipertensi p < 0,05 (Idogun, 2006).
Peningkatan kadar trigliserida pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan hipertensi disebabkan oleh peningkatan produksi trigliserida hepatik atau penurunan katabolismenya. Kadar asam lemak bebas yang meningkat pada penderita diabetes melitus tipe 2 terjadi seiring meningkatnya lipolisis dijaringan adipose (Gormat et al, 2011).
karakteristik dislipidemia, rendah HDL, tinggi LDL dan trigliserida (Sowers, 2001).
Insulin mempunyai efek pacu terhadap sistem saraf simpatik. Mekanismenya belum diketahui secara jelas, tetapi diduga melalui aktivasi sentral di daerah hipotalamus, aktivasi saraf simpatis, terutama di reseptor α-adrenergik, menyebabkan kadar norepineprin meningkat. Kenaikan norepineprin menyebabkan detak jantung bertambah cepat, vasokontriksi, retensi natrium, sehingga tekanan darah akan meningkat (Asdie, 2008).
Pasien diabetes melitus tipe 2 biasanya mengalami dislipidemia. Kadar insulin yang tinggi dan resistensi insulin yang terkait dengan diabetes melitus tipe 2 memiliki beberapa efek pada metabolisme lemak. Pada keadaan resistensi insulin, hormon sensitif lipase pada jaringan adiposa menjadi aktif sehingga mengaktifkan lipolisis trigliserida di jaringan adiposa yang mengakibatkan trigliserida di jaringan adiposa makin meningkat. Keadaan tersebut akan menghasilkan asam lemak berlebih. (Adam, 2006).
Asam lemak dapat meningkatkan stres oksidatif pada sel endotel dan proses ini diamplifikasi oleh angiotensin. Telah dibuktikan bahwa renin angiotensin system (RAS) pada jaringan lemak terlibat dalam patofisiologi hipertensi dan resistensi insulin. Kadar RAS lokal dalam jaringan lemak berperan meningkatkan aktivitas RAS sistemik, sehingga menyebabkan kenaikan tekanan darah. Selain itu angiotensin II (komponen utama RAS) dan angiotensinogen (prekursor angiotensin II) berperan dalan pertumbuhan, diferensiasi dan metabolisme jaringan lemak, yang dalam jangka panjang dapat mendorong penyimpanan trigliserida dalam hati, otot rangka serta pankreas, sehingga menyebabkan resistensi insulin (Haris dan Tambunan, 2009).
KESIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada dr. Sumardjo, Sp. PD dan dr. Listiana Masyita Dewi yang telah membimbing dan membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association. 2005. Clinical Practice Recommendations: Report of The Expert Commite on The Diagnosis and Classifications of Diatebes Mellitus Diabetes Care USA.
Adam John, MF. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi IV. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia.
Ah Chang, S. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Melitus. Korean Diabetes Association. Diabetes Metab J; 36(6): 399-403.
Arief T.Q, Mochammad. 2010. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UTP Penerbit dan Percetakan UNS. Surakarta. H:63-71
Asdie A.H., 2008. Penatalaksanaan Hipertensi pada Diabetes Melitus. Dalam Makalah Update Management of Hypertension. Yogyakarta. Pustaka Cendekia Press. Pp.20-23.
Aulia, S. 2008. Hypertension. Jakarta : Medya Crea.
Azhar, A W. 2009. Perbedaan Profil Lipid antara Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Hipertensi dan tanpa Hipertensi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Bandiara, R. 2008. An Update Management Concept in Hypertension. Sub Bagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr. Hasan Sadikin. Bandung. Pp.1.
Batubara J.R.L, Tridjaja B, Pulungan A.B. 2010. Buku Ajar Endokrinologi Anak. 1st ed. Jakarta: IDAI, pp: 162-3, 195.
D’Adamo, P J. 2007.Penemuan Baru Memerangi Diabetes Melalui Diet Golongan Darah. Edisi ketiga. Yogyakarta: Penerbit B-first. Pp 240.
Dahlan M.S., 2012. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gormat B.N., Benmansour F., Hammas A., 2011. Lipid Profile in Type 2 Diabetic and Hypertensive Population in Western Algeria. Annals of Biological Research. 2(4):447-454
Graha C. 2010. Question & Answer : Kolesterol. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Guyton A.C., Hall J.E,. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi9, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Pp734-736.
Hadisaputro, S., Setyawan, 2007. Epidemiologi dan Faktor – Risiko terjadi Diabetes Melitus tipe 2. Dalam : Darmono, dkk, editors. Naskah Lengkap Diabetes melitus ditinjau dari Berbagai Aspek Penyakit dalam rangka Purna Tugas Prof Dr.dr.RJ Djokomoeljanto. Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang: p.133-153.
Haris S., Tambunan T. 2009. Hipertensi pada Sindrom Metabolik. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Banda Aceh. 11 (4) : 257-63.
Hypertension Medicine. New Jersey: Humana Press Inc. Pp.376.
Idogun, E.S., M.E. Odiegwu, S.M. Momol and F.E. Okonofna, 2008. Effect of pregnancy on total antioxidant capacity in Nigerian women. Pak. J. Med. Sci., 24(2): 292-295.
Irawan, Dedi. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Thesis Universitas Indonesia.
Jelantik I.M., Haryati E. 2014. Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan, Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah. 8 (1) : 39-44.
Joint National Comitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. 2014. Seventh Report of The Joint National Committe on Prevention,Detection,Evaluation,and Treatment of High Blood Pressure JNC Express (NIH Publication No.03-5233). Bethesda, MD:U.S.Department of Health and Human Services.
Jolanda D., 2005. Faktor-faktor yang Berperan Terhadap Kejadian Resistensi Insulin pada Pasien Hipertensi Esensial Non Diabetika.Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro Rumah Sakit Umum Pusat DR Kariadi Semarang. PhD Thesis.
Mozaffarian et al. 2008. Beyond Established an Novel Risk Factor; Lifestyle Risk Factor for Cardiovascular Disease. Circulation. Pp. 117:3031.
Notoatmodjo, S. (2002 dan 2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Perkeni., 2011. Konsensus pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, Jakarta.
Powers A.C. 2005.Diabetes Mellitus.In: Horrison’s Principles of Internal Medicine sixteenth edition. New York: Mc Grawl Hill. Pp:2109.
Rader. D. J., Hobbs. H.H,. 2005. Disorder of Lipoprotein Metabolism. In: Horrison’s Principles of Internal Medicine sixteenth edition. New York: Mc Grawl Hill. Pp.2286-2298.
Riskesdas. 2013. Laporan Nasional 2013. Badan Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
Rochmah, W., 2006, Diabetes melitus pada Usia Lanjut, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Volume 3, edisi 4, FKUI. Jakarta.
Rusdi., Nurlaela Isnawati. 2009. Awas! Anda bisa mati cepat akibat hipertensi & diabetes. Yogyakarta : Power Books (IHDINA).
Saha et al, 2006. Serum Lipid Profile of Hypertensive Patient in the Northem Region of Bangladesh. J. Bio-sci. 14: 93-98.
Saifur, R M. 2007. Patogenesis dan Terapi Sindroma Metabolik. Jurnal Kadiologi Indonesia. Vol. 28. Pp:160-168.
Schafer. E., Nelson. D., 2001. Using Cholesterol Test http://ww.isu.org/17-treathingcholesterol/pdf. diakses 28 agustus 2014.
Sidartawan. 1999. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus Terkini. Dalam : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : CV Aksara Buana. Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. 2nd ed. Jakarta: BP FKUI, 18-38
Soegondo S, Sukardji K. 2008. Hidup Sehat Secara Mandiri dengan Diabetes Melitus Kencing Manis Sakit Gula. Jakarta: BP FKUI, 1-9
Sowers K, M. R., Sowers J, R. 2001. Diabetes and Hypertension In : Weber M. A. (ed).
Suyono, S. 2011. Patofisiologi Diabetes Melitus. Dalam : Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu, Edisi kedua. Penerbit FKUI: Jakarta.
Waspadji, S. 2011. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional. Dalam : Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu, Edisi kedua. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
World Health Organization, 2002. WHO World Health Organization Report 2000, WHO, Genewa.
Yogiantoro, M. 2009. Hipertensi Esensial, In:Sudoyo dkk (ed). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta