Terhadap Hasil Belajar Kosmetika Kecantikan Kelas XI
Tata Kecantikan SMK NEGERI 3
Pematangsiantar
SKRIPSI
Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH :
SISKA SEMBIRING
509344028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
i
ABSTRAK
Siska Sembiring, NIM: 509344028, “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar” Skripsi, Medan: Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan, Jurusan PKK, Prodi Tata Rias, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI-1 SMK Negeri 3 Pematangsiantar dengan model Pembelajaran Konvensional, (2) bagaimana hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI-2 SMK Negeri 3 Pematangsiantar menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, (3) apakah terdapat perbedaan antara model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan model Pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar kosmetika kecantikan siswa kelas XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI Kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI Kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang terdiri dari 2 kelas yang berjumlah 50 orang siswa. Kedua Kelas digunakan sebagai sampel, sehingga kelas XI-1dilaksanakan model Pembelajaran Konvensional sedangkan XI-2 dilaksanakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam pembelajaran, dimana setiap kelas terdiri dari 25 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian quasi eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis data untuk kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw diperoleh skor rata-rata pretest = 24,33 dengan standar deviasi sebesar 3,023 sedangkan skor rata-rata postest = 26,88 dengan standar deviasi sebesar 2,712. Untuk kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional diperoleh skor rata-rata pretest = 23,2 dengan standar deviasi sebesar 3,415 sedangkan skor rata-rata postest = 24,75 dengan standar deviasi 3,506. Kedua sampel penelitian ini berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Hasil uji thitung = 2,412, sedangkan ttabel = 1,676 pada α = 0,05 dimana thitung > ttabel = 2,412 >
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar
Kosmetika Kecantikan Kelas XI Tata kecantikan SMK Negeri 3
Pematangsiantar”.
Penulisan skripsi ini ditunjukkan untuk melengkapi persyaratan Gelar
Sarjana Pendidikan pada Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan. Meskipun
penyusunan skripsi ini telah diupayakan seoptimal mungkin, penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempurnaan
skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik dari
moril dan materil yang tak ternilai harganya. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.Dr. Abdul Hamid K, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Medan.
2. Ibu Dra. Lely Fridiarty, M.Pd selaku ketua Jurusan PKK Fakultas
Teknik Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si selaku Sekertaris Jurusan PKK Fakultas
Teknik Universitas Negeri Medan.
4. Ibu Dra. Siti Wahidah, M.Si selaku ketua Program Studi Tata Rias
iii
5. Ibu Dra. Nurhayati Tanjung, M.Pd dan Ibu Dr. Dina Ampera, M.Si
selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
6. Ibu Alm Dra. Haslinda Agustina, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.
7. Ibu Dra. Marnala Tobing, M.Pd dan Ibu Dra. Siti Wahidah selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Teknik khususnya Jurusan PKK
Program Studi Tata Rias yang telah memberikan ilmu kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan di Kampus tercinta ini.
9. Seluruh pegawai Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
10.Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Pematang Siantar Bapak Drs.
Saffrudin, Ibu Rosmayatur Selaku Ketua Jurusan Tata Kecantikan , Ibu
Doni Pardede Selaku Wali Kelas dan semua guru/staff di SMK Negeri
3 Pematangsiantar.
11.Teristimewa ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kedua
orangtua tercinta Ayahanda K. Sembiring, Ibunda M. Br Sebayang
yang telah memberikan bantuan moral maupun material serta do’a
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di
iv
12.Kakak ( Sri Dewi Sembiring dan Destiani Ermaluita Sembiring, S.Pd).
Abang (Oriza Kamadita Sembiring, Amd, Patar Simbolon, S.Pd,
Jumpa Ginting dan Lusianus Kacaribu). Kepada keponakanku (
Aryanti Anna Putri dan Chaska Andraya Devana Simbolon) serta
kepada sanak keluarga yang telah membantu penulis dan memberikan
motivasi dari awal perkuliahan hingga memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan.
13.Penulis Juga berterima kasih kepada sahabat-sahabat penulis
“NiQiWiTiSie’ (Yuni Mahrani Lubis, Asrah Rezki Fauzani, S.Pd,
Wida Maria Pasaribu, Titi Pratitis, S.Pd), Sri Seza Manik, Lise Indriani
Lubis, Resti Sipahutar, Erdina Hutagalung, Desi Febrina, Toman
Hutasoit, Iin Tata, Eka Rina, Gita Misisasi, Tiwi, Siska Purba dan
teristimewa buat abangnda Riko Ardianta serta rekan-rekan mahasiswa
Pendidikan Tata Rias Angkatan 2009.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan skripsi ini,
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, April 2014
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 7
C. Pembatasan Masalah 8
D. Perumusan Masalah 8
E. Tujuan Penelitian 9
F. Manfaat Penelitian 10
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR
DAN RUMUSAN HIPOTESIS 11
A. Kerangka Teoritis 11
1. Pengertian Belajar 11
2. Pengertian Hasil Belajar 12
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 13
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 16
5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 17
6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw 20
7. Model Pembelajaran Konvensional 23
8. Karakteristik Model Konvensional 25
9. Langkah-langkah Model Konvensional 26
10. Keunggulan dan Kelemahan Model Konvensional 27
11. Hakekat Kosmetika Kecantikan Tradisional 29
1. Konsep Kosmetikologi 29
2. Kosmetika Tradisional 31
a. Pemanfaatan Akar Untuk Kosmetika Tradisional 31
b. Pemanfaatan Umbi Untuk Kosmetika Tradisional 35
c. Pemanfaatan Batang Untuk Kosmetika Tradisional 40
d. Pemanfaatan Daun Untuk Kosmetika Tradisional 43
e. Pemanfaatan Bunga Untuk Kosmetika Tradisional 46
f. Pemanfaatan Buah Untuk Kosmetika Tradisional 49
g. Pemanfaatan Biji Untuk Kosmetika Tradisional 52
B. Kerangka Konseptual 54
C. Pengajuan Hipotesis 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 57
B. Populasi dan Sampel 57
C. Jenis Penelitian 58
D. Variabel dan Devenisi Operasional Variabel Penelitian 58
E. Teknik Pengumpulan Data 60
F. Prosedur/ Langkah Penelitian 60
G. Instrumen Penelitian 62
H. Uji Coba Instrumen 63
I. Teknik Analisis Data 67
1. Deskripsi Data 67
2. Uji Persyaratan Analisis Data 68
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 72
A. Hasil Penelitian 72
1. Deskripsi Data Penelitian 72
2. Uji Persyaratan Data 77
a. Uji Homogenitas Data 77
b. Uji Homogenitas Data 77
c. Hasil Pengujian Hipotesis 79
B. Temuan Peneliti 79
C. Pembahasan Penelitian 80
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN 82
A. Kesimpulan 82
B. Implikasi 82
C. Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 84
v
20 Diagram Batang Skor Pretest Kelas Eksperimen 71
21 Diagram Batang Skor Postest Kelas Eksperimen 72
22 Diagram Batang Skor Pretest Kelas Kontrol 73
82
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Friska. 2012. Skripsi, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Pemberian Tugas Pada Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Siswa Kelas XI SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam T.P 2012/2013
Afyanty, Desy. 2010. Diktat Kosmetika Tradisional. Universitas Negeri Medan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
E. Slavin Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media
Hakim, Nelly. 2008. Tata Kecantikan Kulit Tingkat Terampil. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Hariana, Arief. 2007. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Metode. Jakarta: Rineka Cipta
Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada
Kustanti, Herni,dkk. 2009. Tata Kecantikan Kulit Jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Mumpuni,Y.dr. 2010. Cara Jitu Mengatasi Jerawat. Yogyakarta: andi
Modul Tata Kecantikan SMK Pembangunan Daerah Lubuk Pakam. 2010
Retno Iswari T, Fatma Latifah, (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahua Kosmetik, Gramedia Pusatka Utama, Jakarta, Indonesia
Rostamailis,dkk.2009. Tata Kecantinan Rambut Jilid 1. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Slameto. 2008. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Cet, IV, Jakarta: Rineka Cipta.
Sembiring, Destiani. Skripsi. Pengaruh Model Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil belajar Pada Materi Pokok Besaran dan Pengukuran di Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 3 Binjai T.A 2007/2008.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kharisma Putra Utama.
83
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung
http://www.scribd.com/doc/87914090/51282702-Pengertian-Hasil-Belajar-Menurut-Para-Ahli, Diakses Tanggal 26 Mei 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
pokok manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat,
namun memerlukan suatu proses sehingga menimbulkan hasil atau efek yang
sesuai dengan proses yang dilalui, oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola
baik secara kualitas maupun kuantitas. Pendidikan juga merupakan upaya manusia
untuk memperluas pengetahuan dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan
perilaku. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah suatu hal yang
mudah dilaksanakan karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi misalnya :
(1) pemahaman siswa dalam menguasai pokok bahasan yang diberikan, (2) guru
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajar seperti pendekatan
atau model-model pembelajaran yang diberikan. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat meningkatkan keterlibatannya dalam kegiatan belajar mengajar
dan tentunya dapat meningkatkan pemahamannya sendiri terhadap pokok
bahasan. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan yang sangat penting
untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara yaitu untuk menciptakan
masyarakat yang cerdas dan pintar.
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah yang berada
pada Tingkat Pendidikan Menengah Atas. Pendidikan Menengah Atas
2
menyiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang memilliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, alam
sekitar, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja.
Demikian halnya Sekolah SMK Negeri 3 Pematangsiantar sebagai salah
satu lembaga pendidikan yang bergerak di bidang kejuruan berupaya untuk
mencapai pendekatan antara pendidikan dengan dunia kerja. SMK Negeri 3
Pematangsiantar memiliki lima (5)Program Keahlian yaitu: Tata Busana, Tata
Kecantikan, Tata Boga, Perhotelan dan Rancangan Perangkat Lunak. Program
keahlian Tata Kecantikan memiliki kompetensi yang harus dapat dicapai oleh
setiap siswa, salah satu diantaranya adalah memahami kosmetika, dan di
dalamnya terdapat beberapa sub kompetensi diantaranya yaitu mendeksripsikan
produk kosmetik kecantikan kulit dan membedakan fungsi berbagai produk
kecantikan kulit. Melalui sub kompetensi ini diharapkan agar siswa mampu dan
terampil dalam memahami kosmetika tradisional yang dapat digunakan untuk
perawatan wajah dan rambut. Kosmetika Tradisional adalah kosmetika yang
terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional
(Kustanti, 2008).
Salah satu unsur yang paling penting dalam mempelajari kosmetika
tradisional ini adalah agar siswa mengetahui bahwa banyak sekali bahan-bahan
yang berasal dari alam baik itu buah, biji, daun, dan bunga yang dapat diolah
menjadi kosmetik yang dapat digunakan untuk berbagai perawatan. Perawatan
yang dimaksud adalah perawatan wajah, rambut, tubuh dan kuku. Karena
3
turun temurun dari nenek moyang misalnya; minyak kelapa dan minyak kemiri
yang berguna untuk melebatkan dan menghitamkan rambut. Selain itu kosmetik
tradisional tidak mempunyai efek yang negative untuk kulit kepala dan rambut
serta wajah, karena bahan yang digunakan tidak ada campuran kimiawi.
Proses pembelajaran merupakan salah satu proses perubahan yang terjadi
di dalam diri manusia yang melibatkan seluruh aspek baik secara fisik maupun
psikis. Sebagai perancang pengajaran (manager of instruction), seorang guru akan
berperan mengelola seluruh proses pembelajaran dengan menciptakan
kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap anak dapat belajar secara efektif
dan efisien (Surya, 2008). Sering sekali guru hanya sebagai pemberi informasi
dan pembelajaran diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal dan
menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami dan
menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari anak didik sehingga
anak didik kurang memahami pembelajaran bahkan siswa sering lupa dengan apa
yang mereka pelajari. Menurut Djamarah (2010) faktor yang mempengaruhi
lemahnya proses pembelajaran adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal
yang penting dalam mencapai keefektifan pembelajaran siswa, pemakaian model
pembelajaran harus dilandaskan pada pertimbangan untuk menempatkan siswa
sebagai subjek belajar yang tidak hanya menerima apa saja yang disampaikan
guru tetapi guru harus menempatkan siswa sebagai insan yang memiliki
pengalaman pengetahuan, keinginan dan pikiran yang dapat dimanfaatkan untuk
4
bahwa model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 06 Mei 2013 dengan ibu Doni
Pardede selaku guru bidang studi mata pelajaran Kosmetika Kecantikan di SMK
Negeri 3 Pematangsiantar menyatakan bahwa sebagian besar guru masih
menggunakan model pembelajaran konvensional. Pada umumnya proses model
pembelajaran di sekolah yang berlangsung hanya berorientasi pada pemahaman
bahan-bahan pelajaran dan interaksi belajar mengajar yang berjalan secara searah.
Dilain pihak siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi atau
pengetahuan yang diberikan guru. Ini menjadikan kondisi yang tidak
proporsional. Guru sangat aktif, tetapi sebaliknya siswa menjadi pasif dan tidak
kreatif. Selama ini siswa hanya diperlakukan sebagai obyek sehingga siswa
kurang dapat mengembangkan potensinya.
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mengajar
di kelas adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa ini diukur selama proses
belajar mengajar berlangsung di kelas. Ujian semester, tugas dan tingkat
kehadiran merupakan cara untuk menentukan nilai yang telah disepakati oleh guru
dan pihak sekolah melalui rapat dewan guru. Masalah utama dalam pembelajaran
kosmetika kecantikan adalah tugas yang diberikan kepada siswa sering kali tidak
selesai tepat pada waktunya dan kurang memahami kosmetika kecantikan yang
diakibatkan kurang telitinya siswa dalam teori sehingga pokok bahasan dalam satu
semester tidak dapat tercapai yang bermuara pada hasil belajar yang kurang
5
waktunya adalah cara belajar siswa yang kurang baik. Adapun penyebab cara
belajar siswa yang kurang baik karena model belajar, minat dan interaksi antara
guru dan siswa masih kurang baik. Standart penilaian di SMK Negeri 3
Pematangsiantar dapat dikatakan lulus/tuntas apabila mencapai nila >70.
Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI
SMK Negeri 3 Pematangsiantar yang diperoleh dari lembar penilaian khususnya
mata pelajaran kosmetika kecantikan pada tahun 2010/2011 siswa yang
memperoleh nilai 9,00-10 (sangat baik) tidak ada, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak
7 orang, nilai 7,1 – 7,90 (cukup) sebanyak 5 orang dan nilai <70 (rendah)
sebanyak 23 orang. Pada tahun 2011/2013 siswa yang memperoleh nilai 9,00-10
(sangat baik) tidak ada, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak 5 orang, nilai 7,1 – 7,90
(cukup) sebanyak 8 orang dan nilai <70 (rendah) sebanyak 24 orang, sedangkan
pada tahun 2012/2013 siswa yang memperoleh nilai 9,00-10 (sangat baik)
sebanyak 2 orang, nilai 8,00-8,90 (baik) sebanyak 10 orang, nilai 7,1 – 7,90
(cukup) sebanyak 6 orang dan nilai <70 (rendah) sebanyak 17 orang.
Dari data di atas, dapat disimpulkan nilai yang diperoleh siswa belum
mencapai standart yang telah ditentukan. Menurut Mulyasa (2004) Bahwa
berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang siswa dipandang tuntas belajar jika
mampu menyelesaikan menguasai kompetensi atau mencapai tujuan minimal 65%
dari seluruh tujuan. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang
mampu menyelesaikan atau mencapai nilai minimal 7,20 dan
sekurang-sekurangnya 85% siswa dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. Salah satu
6
kosmetika tradisional yaitu diperlukannya pembaharuan dalam model
pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw.
Model pemebelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam
bentuk kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie (1993), bahwa
pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif
dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.
Dalam model pembelajaran kooperatif jigsaw ini siswa memiliki banyak
kesempatan untuk mengemukakan pendapat, dan mengelolah informasi yang di
dapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasii, anggota kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman, 2008).
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong dan
mengembangkan kerjasama antara siswa dan membangun rasa hormat antara
siswa yang pintar dengan yang lemah, menekankan pentingnya belajar kolektif,
meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa, menukar ide dan melihat
bahwa mereka dapat belajar dari yang satu dengan yang lain dan saling membantu
serta meningkatkan percaya diri siswa dan meningkatkan penerimaan mereka
7
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Kosmetika Kecantikan Kelas
XI Tata kecantikan SMK Negeri 3 Pematangsiantar”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah tingkat pendidikan mulai dari yang tertinggi hingga yang
terendah saat ini ?
2. Bagaimana proses pembelajaran Kosmetika Tradisional siswa Kelas XI
Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang Siantar?
3. Bagaimana upaya yang telah dilakukan guru untuk meningkatkan hasil
belajar siswa Kelas XI Tata Kecantikan di SMK Negeri 3 Pematang
Siantar?
4. Apakah guru sudah menggunakan metode yang bervariasi pada proses
pembelajaran ?
5. Faktor-faktor apa saja yang mengakibatkan hasil belajar siswa kelas XI
Tata Kecantikan rendah di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ?
6. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat berpengaruh
8
7. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kosmetika
kecantikan ?
C. Pembatasan Masalah
Mengatasi keterbatasan penulis, maka penulis membatasi masalah
penelitian ini sebagai berikut :
a. Tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan
menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada siswa
tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
b. Tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan dengan
menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3
Pematangsiantar.
c. Pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan menggunakan
model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model konvensional
pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
d. Pemahaman siswa tingkat XI terhadap Kosmetika tradisional yang
berasal dari tumbuhan dari akar, batang, daun, bunga, buah, biji dan umbi
di SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang
9
1. Bagaimana tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika Kecantikan
dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw pada
siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
2. Bagaimana tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika kecantikan
dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK
Negeri 3 Pematangsiantar.
3. Sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika Kecantikan dengan
menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe jigsaw dengan model
konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematangsiantar.
E.Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat Kecenderungan hasil belajar Kosmetika
Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe
jigsaw pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.
2. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan hasil belajar kosmetika
kecantikan dengan menggunakan model konvensional pada siswa tingkat
XI SMK Negeri 3 Pematang Siantar.
3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh hasil belajar Kosmetika
Kecantikan dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe
jigsaw dan model konvensional pada siswa tingkat XI SMK Negeri 3
10 F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa
dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan, selain itu dapat
melatih siswa untuk lebih aktif dan senang dalam mengikuti proses
pembelajaran, serta tanggap terhadap informasi situasi yang terjadi.
b. Dengan dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru
lebih dapat mengembangkan model pembelajaran yang bervariasi yang
dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas.
c. Memberikan informasi kepada guru atau calon guru kosmetika
kecantikan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat sehingga
dapat dijadikan alternatif lain yang dapat meningkatkan hasil belajar
kosmetika kecantikan siswa.
d. Bagi sekolah yang bersangkutan agar dapat dijadikan perhatian bahwa
seorang guru hendaknya mampu mengembangkan dan menerapkan
model pembelajaran yang variatif dan berkreasi, agar tidak monoton
82
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN
A. Kesimpulan
1. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pada Kosmetika Kecantikan dari perubahan rata-rata skor, standar deviasi
dan varians masing-masing kelas penelitian sesudah diberi perlakuan,
dimana kelas model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw memperoleh
rata-rata 26,88 dengan standar deviasi sebesar 2,712.
2. Hasil belajar pada kelas konvensional setelah diberi perlakuan yaitu
rata-rata skor 24,75 dengan standar deviasi sebesar 3,506.
3. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh thitung 2,412 > ttabel 1,676,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
dari hasil belajar kosmetika tradisional antara siswa yang dibelajarkan
dengan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan siswa yang
dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional.
B. Implikasi
Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada kegiatan
belajar mengajar yang ada di SMK Negeri 3 Pematang Siantar ini sangat efektif
karena dapat membangkitkan dan menggali potensi siswa didalam meningkatkan
kompetensi yang akan dicapai. Kondisi belajar yang digunakan di SMK Negeri 3
Pematang Siantar masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yang
83
lebih baik jika para guru melibatkan siswa dalam kegiatan belajarnya. Guru tidak
lagi bertindak sebagai informan tetapi sebagai fasilisator yang membantu siswa
untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa saran yang diajukan:
1. Dalam kegiatan pembelajaran diharapkan guru mengaplikasikan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai salah satu alternatif yang
digunakan di dalam mata pelajaran kosmetika kecantikan untuk
meningkatkan motivasi, aktivitas, kreativitas, dan hasil belajar siswa.
2. Diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan
pada materi pelajaran yang sesuai dengan karakteristik model
pembelajaran.
3. Pada kelas konvensional bukanlah hal yang buruk untuk dilaksanakan,
tetapi guru lebih mau memperhatikan siswanya agar pembelajaran
berjalan dengan maksimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan
kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk lebih