.,·
TOLERANSIAKULTIJRATIFDALAMPERKAWINAf
ANTAR ETNIK DI KOTA MEDAN
TESIS
OLEH .
PONIRIN
NIM : 015050045
DlaJ•kan Uatuk Memenuhi Penyanwa Dalam Memperoleb
Gelar Magister Sains Program Stadi Alltropoloal Sosial . .
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ME DAN
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
TH ESIS
TOLERANS1 AKULTURATIF DALAM PERKA WlNAN
ANTAR ETNIK DI KOTA
MEDAN
Diajukan Olt!b:
!~ON IRI N
NlM:Ol5050045
Telah Dipertahankau Dihadapan Panitia Ujian Thesis l)ada Tanggal, 15 Agustus
2006 dan Dinyat.akan Telah Moemenuhi Salah Satu Pcrsyaratan
Unt uk Memperoleh Gdar
MAGISTER SAINS
.Pad.a Program Study Antropologi Sosi.al
Prof.Dr.Bungarau A. Simanjuntak Pembimbing .IL'Peuguji
Dr.ph j~lc bwan Azbari, M.S Pembhnbing I/Penguji Disetujui/Disyahkan Oleh :
Ketna Program Study
Antropologi
Sosia l
Universitas Negeri Medan
u~.
Pro[.J~H.Bungaran
A.Simanj untak
NIP: 130.344.786
- - --- ···
.. -·-···---·- ·---- ·_ _
;
. I
TOLERANSI AKUI,TURATIF I>ALAM
I'l~RKAWlNAN
ANTAR ETNIK Dl KOTA MEDAN
Diaj ukao Oleh :
:PONIRI.N
NU ~f:O 15050045
Tclah Wpe:rt~thanlmn Dihadapao .Pa nitia Ujian T hesis Pada Ta ~ ggal, 15 Agustus 2001:i dan Dinyatakan T elah Memenuhi Snlah Satn l'tr~y>ml.t:m
Untuk M empe roleh Gcl;;.r
)'rof.Dr.Bun.aran A.
s;ma:~.::S[
PENG
UJW
-~
Pembimbing I/Penguji
p r.J!bH.Idlwttn A?.h: u ·r , _~ - ~ l ~ errtblmbiug !L'I'cngu,ti
Prof.D_,BJ)£man P.£:.U.I~ ~ -A
Penguji
ProfJ)R.N ur Acltmad Fadhil, Lubb: JV!.A
Penguji
Pr o f.DR. Hn~~~. tlllibanmi 1 M.S
iv
KATAPENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas
berkatbimbingan, rahmat dan karunianya pada penetitian dan penulis Thesis ini
dapat dirampungkan dengan baik.
Tesis yang berjudul : "Toleransi Alkuturatif Dalam Perkawinan Antar
Etnik di Kota Medan" dapat dirampungkan atas partisipasi dan kerjasama
berbagai pihak yang telah bersedia membantu penulis mulai tahap penyusunan
proposal, penelitian lapangan dan penyuntingan hasil penelitian. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati saya mengucapkan rasa terimakasih serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada berbagai pihak antara lain : Prof. DR. B.A.
Simanjuntak dan DR. Ichwan Azhari selaku dosen pembimbing yang telah
merelakan segenap waktu, pikiran dan perhatian sehingga penulisan ini dapat
selesai.
Rasa terimakasih juga disampaikan kepada seluruh dosen pada program
Antropologi Sosial Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah
memberikan segenap pengetahuan. Semoga pengetahuan tersebut dapat saya
implikasikan dengan baik yang mendukung karir dan masa depan .saya dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Dernikian juga kepada Prof. DR. B.A.
Sirnanjuntak selaku ketua program studi dan Drs. Onggal Sihite selaku sekretaris
Prodi, Prof. DR. Belfirik Manullang selaku Direktur Pascasarjana dan Assisten
Oirektur serta seluruh staf di program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
•
terkecuali juga kepada perangkat yang ada di kecamatan Medan Denai yang telah
memberikan data yang di butuhkan dalam penelitian ini.
Secara khusus, ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada istri
tercinta : Nuryani yang telah memberikan segenap perhatian dan waktu dalam
mendampingi penulis selama penelitian, juga kepada anak-anakku tersayang :
Renny Wulan Sari, S.Km, M.Kes, dan Nanang Prabowo. Demikian juga kepada
adik-adik saya seperti Poniadi, Jubaidah, S.Pd dan Rizki Amalia yang telah
memberikan banyak bantuan kepada penulis. Begitu juga kepada Ibunda Misem,ibunda Rubini dan ayahanda Karnijo yang telah mendoakan diri saya
dalam penyelesaian perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada ketidak sempurnaannya.
Oleh karena itu, penulis membuka diri menerima segala kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, yang berguna dalam penyempurnaan tesis ini.
Akhirnya, penulis ucapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kalangan pembaca seacara umum dan pengembangan ilmu pengetahuan secara
khususnya. Terimakasih.
Medan, Agustus 2007
penulis
·~·
----·----···
ii
ABSTRAK
PONIRIN. Toleransi Akulturatif Dalam Perkawinan Antar Etnik di
Kota Medan. Tesis. Medan : Program Pascasarjana UNIMED, 2007
Penelitian ini mengkaji tentang toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik. Arti dari toleransi akulturatif adalah suatu kehidupan yang damai dan sating menghargai serta memberikan kebebasan untuk menjalankan budayanya guna mempertahankan kehidupan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : ( l) sejarah terjadinya keanekaragaman etnik di kota Medan, (2) Pengaruh pendidikan, pola keberagamaan dalam Islam dan tempat lahir terhadap terjadinya toleransi akulturatif dalarn perkawinan antar etnik di kota Medan.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh orang yang melakukan perkawinan antar etnik yang ada di daerah kecamatan Medan Denai sebanyak 61 orang dengan perincian II orang sebagai informan kunci, dan 50 orang sebagai responden. Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus dengan cara deskriptif analisa dengan uji regresi tinier yakni apabila p.vaiue lebih kecil dari p.alpa maka ada pengaruh antara variabel be bas terhadap variabel terikat.
Hasil yang diperoleh melalui wawancara menunjukan bahwa pendidikan, tempat lahir, pola keberagaman beragama Islam memiliki pengaruh terhadap terjadinya toleransi alkuturatif dalam perkawinan antar etnik. Hal ini didukung oleh basil data secara kuantitatif yang menunjukan bahwa p.value ternyata lebih kecil dari p.alfa. Artinya ada pengaruh yang signifikan antara pendidikan, tempat lahir, pola keberagamaan dalam Islam terhadap terjadinya toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik.
ABSTRACT
Pouirin. Acculturation Tolerance in Inter-Etnik Marriage in Medan City. Medan State University, 2007.
This research is seeks to explain about acculturation tolerance in lnter-Etnik Marriage. Acculturation Tolerance is an peaceful life and regard each other, and give a freedom to defend life.
This research want to know: (1) history of various ethnic in Medan city. (2) educational influence, religosity pattern in moslem religion and place of birth toward happening ub inter ethnic marriage acculturation tolerence in Medan city.
This population of this research are all family that commit to do inter ethnic marriage in sub-district Medan Denai in the number of 61 person in
specification is II person as key informant and 50 person as Inter-Etnik Marriage. The Research method is using case studying by analytic description with tinier degretion test that is if "p" value less than "p" alpa so there is an influence between independen variable to dependen variable.
Interview results shows that is education, place of birth, riligosity pattern in moslem religion, have an influence to the lnter-Etnik Marriage acculturation tolerence. This is support by quantitative result data showe "p" value more less than "p" alpa. It means there is a significant influence to the lnter-Etnik Marriage acculturation tolerence that happened.
•
v
terkecuali juga kepada perangkat yang ada di kecamatan Medan Denai yang telah
memberikan data yang di butuhkan dalam penelitian ini.
Secara khusus, ucapan terimakasih juga penulis haturkan kepada istri
tercinta : Nuryani yang telah memberikan segenap perhatian dan waktu dalam
mendampingi penulis selama penelitian, juga kepada anak-anakku tersayang :
Renny Wulan Sari, S.Km, M.Kes, dan Nanang Prabowo. Demikian juga kepada
adik-adik saya seperti Poniadi, Jubaidah, S.Pd dan Rizki Amalia yang telah
memberikan banyak bantuan kepada penulis. Begitu juga kepada Ibunda Misem,ibunda Rubini dan ayahanda Karnijo yang telah mendoakan diri saya
dalam penyelesaian perkuliahan dan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih ada ketidak sempurnaannya.
Oleh karena itu, penulis membuka diri menerima segala kritik dan saran yang
bersifat konstruktif, yang berguna dalam penyempurnaan tesis ini.
Akhirnya, penulis ucapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
kalangan pembaca seacara umum dan pengembangan ilmu pengetahuan secara
khususnya. Terimakasih.
Medan, Agustus 2007
penulis
•
Halaman Lembar Persetujuan Abstraksi I Absrtaksi II Kata Pengantar Daftar lsi Daftar Gam bar Daftar TabelBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D.
Tujuan Penclitian
E. Manfaat Penelitian
DAFTARISI
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Toleransi Akulturatif
B.
Perkawinan Antar EtnikC. Kerangka Berfikir
D. Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian B. Populasi Dan Sarnpel
C. Variabel Dan Definisi Oprasional Variabel
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Analisa Data F. Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
B. Toleransi Alkuturatif Dalam Perkawinan Antar Etnik
C.
Hasil Toleransi Akulturatif Dalam Perkawinan Antar Etnik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
B. Saran
DAFT AR GAMBAR
Gam bar I. Bentuk Migrasi yang Berputar pada Kelompok Etnik
Minangkabau
vii
•
DAFTAR TABEL
Tabell. Jumlah Etnik Kecamatan Medan Denai Tabel 2. Tingkat Pendidikan
BAB I
l
miUI\ Pf''!J.IUS!
fl.llllliNI
Ul\iiMta
PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masalah
Keanckaragaman etnik di kota Medan, tidak dapat dipisahkan dari
sejarah keberadaan etnik-etnik pendatang. Etnik pendatang yang berada di kota
Mcdan awalnya ada yang dilakukan oleh dari kebijakan pemerintah kolonial
Belanda. Namun ada juga yang diakibatkan kesadaran dari etnik itu sendiri.
Sebagai contoh etnik Jawa yang kehadiran awalnya didatangkan oleh pihak
pemerintah kolonial Belanda untuk dijadikan sebagai tenaga kerja di perkebunan
Belanda. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Bremen (1997: 68) bahwa semakin
padatnya penduduk di Jawa dan dugaan itulah penyebab semakin miskinnya
sebagian penduduk pedalaman ikutjuga mendorong pcmerintah kolonial bersikap
toleran terhadap pengiriman tenaga kerja ke Sumatra Timur. Sedangkan di luar
etnik Jawa umumnya kehadirannya dilakukan atas kesadaran sendiri. Seperti suku
Batak yang terdiri dari suku Batak Toba. Mandailing, Sipirok, Pakpak,
Simalungun, Dairi dan Karo. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Pelly (1994:
9-10) bahwa misi migrasi etnik Mandailing didasarkan pada perluasan teritorial.
Hal ini sejalan dengan pendapat Simanjuntak ( 1998: 44) bahwa etnik Batak Toba
bermigrasi untuk mencari daerah yang subur seperti ke Sumatera Timur.
Kehadiran etnik di daerah yang baru yakni kota Medan yang mernpunyai
pandangan yang berbeda-beda terhadap daerah yang dituju. Akan tetapi ada juga
yang mempunyai pandangan yang sama tentang daerah yang baru. Sebagai
sebagai daerah yang dharapkan untuk dapat memperbaiki kchidupan, namun
dipandang juga secara negatif. Artinya daerah luar (rantau) hal yang sangat
menakutkan. Sebagaiman yang dinyatakan oleh Van Kol dalam Bremen (1997:
68) bahwa dacrah Deli adalah momok bagi penduduk pcdalaman Jawa dan
dianggap sebagai tempat pembuangan. lni berbeda dengan etnik Batak dan
Minangkabau serta Aceh. Etnik ini memandang bahwa daerah rantau adalah
daerah yang sangat menguntungkan. Bahkan daerah rantau dijadikan sebagai
pengembangan budaya. Artinya etnik-etnik pendatang itu mengupayakan untuk
memperkenalkan budaya yang dimiliki kepada etnik yang lain. Seperti yang
dinyatakan Pelly (1994: 3) bahwa perantau Minangkabau dan Mandailing
dipengaruhi oleh misi budaya.
Pandangan etnik tersebut diatas tentunya akan mempengaruhi
keberadaaannya di daerah yang ban1 (Kota Medan). Pengaruh yang dimaksudkan
adalah berkaitan dengan tcrjadinya pengelompokan etnik. Seperti etnik
Minangkabau di daerah Sukaramai, etnik Mandailing di daerah Sei Mati, etnik
Jawa di daerah Marelan, Etnik Mclayu di daerah Labuhan Deli dan sebagainya.
Namun tidak semuanya etnik berada di daerah yang seperti itu. Ada juga
etnik-etnik yang baru sebagai etnik-etnik pendatang yang berada pada daerah yang jumlah
etniknya seimbang. Termasuk di dalamnya adalah etnik asli kota Medan yaitu
etnik Melayu.
Selain itu perlu juga diketahui bahwa keberadaan etnik di Kota Medan
memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kota-kota yang lain di Indonesia. Salah
3
Sebagaimana basil penelitian Bruner dalam Pclly (1996: 54) yang menyebutkan
bahwa di kota Medan tidak ada budaya dominan (dominant Culture). Ini dimaksudkan kepada suasana umum yang ada di Kota Medan. Namun ada
beberapa daerah di Kota Medan memungkinkan adanya budaya yang dominan.
Sebagai contoh di daerah yang penduduknya mayoritas terdiri dari etnik
Minangkabau maka bahasa Minangkabau akan selalu dipergunakan oleh etnik
yang lain, baik secara aktif maupun pasif. Umpamanya dalam pcmanggilan
seseorang yang mempergunakan panggilan Buyung dan scbagainya. Selain itu
setidak-tidaknya etnik yang lain mengerti akan bahasa Minangkabau walaupun
tidak diucapkan.
Berbeda dengan daerah yang penduduknya terdiri dari berbagai etnik
yang jumlahnya seimbang seperti di daerah kecamatan Medan Denai. Di daerah
seperti ini akan memiliki suasana yang berbeda dibandingkan dengan daerah yang
jumlah penduduknya tidak seimbang. Diantaranya adalah tcrjadinya kontak
hubungan yang seimbang antara satu etnik dengan etnik yang lain. Dengan adanya
kontak hubungan yang seimbang ini memungkinkan akan lebih sering terjadi
interaksi sosial seperti di tempat- tempat pengajian, ternpat beribadah, pasar, dan
lain-lain.
Dengan interaksi sosial itu maka satu etnik dengan etnik yang lain akan
dapat menimbulkan suatu kontak budaya (cultural contact). Melalui kontak budaya ini akan membuat adanya upaya untuk memberikan suatu kebebasan bagi
etnik yang lain dalam melaksanakan kebiasaan-kebiasaan kehidupannya yang
antara satu etnik dengan etnik yang lain intensitasnya dapat bcrbeda-beda.
Pcrbedaan ini dimungkinkan oleh adanya keterikatan terhadap budayanya.
Tingginya keterikatan budaya itu dapat dihubungkan pada filosofis yang ada pada
suatu etnik. Seperti pada etnik Minangkabau yang memiliki filosofis kchidupan
yang terlihat dari ungkapan ''Adat Jndak Lupuuk Dek Ujan, /ndak Lakang Dek
Panas." Artinya adat tidak akan lapuk karena hujan dan tidak akan lekang karena
panas (Hakimy, 1997: 67) Demikian dengan etnik Mandailing yang juga terlihat
dari ungkapan "Ada! Ni Omputa Na Rob ian Nahita Pasuman Saonari. '' Artinya
adat orang-orang terdahulu tetap diikuti oleh yang sekarang (Hasibuan, 1991: 68).
lni mempunyai arti yang sama dengan dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung.
Dengan intensitas yang berbeda-beda dalam melakukan kontak budaya
antar etnik di Kota Medan khususnya daerah yang dihuni olch ctnik yang secara
kuantitasnya seimbang. Hal ini berdampak kepada terjadinya perkawinan antar
etnik yang kuantitasnya dapat berbeda-beda pula. Selain itu dapat juga
dikarenakan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang sangat mendasar.
Umpamanya antara etnik yang berbudaya matrelinial dengan etnik yang
berbudaya patrelinial.
Perkawinan antar etnik tidak mudah terjadi, hal ini disebabkan adanya
perbedaan-perbedaan pandangan terhadap arti perkawinan itu. Seperti etnik
Minangkabau dan Mandai ling (Batak) memandang bahwa perkawinan itu bukan
hanya sebagai ikatan antara suami dcngan istri akan tetapi merupakan ikatan
5
oleh adanya tilosofis Dalihan Na Tofu bagi etnik Batak dan Tun?,ku Tigo
Sajarangan bagi etnik Minangkabau. Dengan fi!osofis kehidupan etnik
Minangkabau maupun etnik Batak (Mandailing) senantiasa harus mengikut
sertakan kcrabat yang lebih luas dalam melakukan acara-acara yang berkaitan
dengan adat budaya termasuk dalam hal perkawinan.
Walaupun adanya pandangan yang berbeda-bcda tentang perkawinan
oleh berbagai etnik termasuk yang tedapat di kota Medan. Kenyataannya terjadi
juga perkawinan antar etnik. Pcrkawinan antar etnik yang dimaksudkan adalah
etnik yang memeluk agama Islam dan berada di daerah yang kuantitas etniknya
seimbang. Di daerah yang seperti ini kemungkinannya perkawinan antar etnik
akan terjadi dengan jumlah yang !ebih besar apabila dibandingkan dengan daerah
yang kuantitas etniknya tidak seimbang.
Perbedaan itu dipengaruhi o!eh berbagai hal seperti tingkat pendidikan,
pola keberagamaan dalam Lslam dan tern pat lahir yang membuat adanya toleransi
akulturatif dalam perkawinan antar etnik. Artinya bagi yang pendidikannya tinggi
akan memungkinkan terjadinya perkawinan antar etnik dcngan tingkat toleransi
akulturatifnya yang tingi pula. I3agi yang pcndidikannya sedang mungkin
jumlahnya akan Jebih kecil dari yang tinggi yang artinya toleransi akulturatifnya
lebih rendah dari yang tinggi. Bagi yang rendah kemungkinan tidak terjadi
perkawinan antar etnik. Demikian juga dengan pola keberagamaan dalam islam.
Bagi yang yang menganut pola keberagamaan dalam Islam yang secara modernis
akan Jebih banyak melakukan perkawinan antar etnik dibandingkan dengan pola
dilahirkan di tempat asal daerah etnik akan lebih kccil melakukan perkawinan
antar etnik dibandingkan dcngan yang dilahirkan di tempat yang baru.
Selain tinggi rcndahnya tingkat perkawinan dapat juga berpengaruh
kepada ada tidaknya kebebasan untuk menjalankan budayanya pada satu keluarga
yang berbeda etnik (toleransi akulturatif). Demikian juga dcngan pola
keberagaman beragama Islam dapat membuat ada tidaknya kebebasan untuk
menjalankan kebebasan budaya yang ada pada etnik yang berbeda pada satu
keluarga. Begitu juga dengan tempat lahir yang berpengaruh kepada ada tidaknya
budaya yang dilaksanakan secara seimbang pacta perkawinan antar ctnik itu.
Hal yang telah diuraikan di ataslah yang menarik bagi penulis untuk
rnengadakan penelitian tentang "TOLERANSI AKULTURA TlF DALAM PERKAWINAN ANTAR ETNIK DI KOTA MEDAN"
B. ldentifikasi Masalah
Adapun yang dijadikan sebagai identifikasi masalah adalah:
a. Terjadinya keanekaragaman etnik di kota Medan.
b. Keterikatan etnik yang ada di kota Medan dengan budayanya.
c. Tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap terjadinya toleransi akulturatif
dalam perkawinan antara etnik.
•
d. Pola keberagamaan dalam Islam mempengaruhi terhadap tcrjadinya toleransiakulturatif dalam perkawinan antara etnik.
e. Tempat kelahiran suami istri mempengaruhi terhadap te~jadinya toleransi
•
7
f. Bentuk toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan atas identifikasi masalah yang tclah disebutkan di atas maka
yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana sejarah terjadinya keberagaman etnik di Kota Mcdan .
b. Mengapa tingkat pendidikan mempengaruhi tcrjadinya toleransi akulturatif
dalam perkawinan antar etnik.
c. Mengapa pola keberagamaan dalam Islam mempengaruhi terhadap terjadinya
toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik.
d. Mengapa tempat kelahiran mempengaruhi tcrhadap terjadinya toleransi
akulturatif dalam perkawinan antar etnik.
e. Bagaimana bentuk toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan maka yang
menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui bagaimana sejarah terjadinya keanekaragaman etnik di
Kota Medan.
b. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh tingkat pendidikan terhadap
terjadinya toleransi akulturatif dalam perkawinan antara etnik.
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola keberagaman beragama (Islam)
•
•
d. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tempat kelahiran terhadap terjadinya
toleransi akulturatif dalam perkawinan antara etnik
e. Untuk mengetahui bagaimana bentuk to!eransi akulturatif dalam perkawinan
antar etnik.
E. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka yang menjadi manfaat penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperluas wawasan peneliti tentang toleransi akulturatif dalam
perkawinan antara etnik yang tcrjadi di kota Medan.
b. Untuk dijadikan sebagai bahan kei lmuan tentang terjadinya toleransi
akulturatif dalam perkawinan antar etnik
c. Untuk dapat dijadikan bahan rujukan bagi pembaca apabila ingin
membicarakan tentang tolcransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik.
d. Untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman-pedoman dalam kehidupan
•
85
BABY
SIMPULAN DAN SARAN
A.SIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :
I. Toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik ternyata bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan keluarga.
2. Toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik memiliki tingkat yang
berbeda-beda. Perbedaan ini temyata dipengaruhi oleh beberapa hal seperti
tingkat pendidikan, pola keberagamaan dalarn Islam dan tempat lahir.
Sebagaimana hasil wawancara yang menunjukan bahwa orang-orang yang
pendidikannya tinggi dan dilahirkan diluar daerah asal memiliki toleransi
akulturatifyang tinggi. Berbeda dengan orang yang pendidikannya rendah dan
lahir di tern pat asal yang menunjukkan rendahnya toleransi akulturatif dalam
keluarga. Seperti yang dituturkan oleh salah satu informan yang di dalam
kehidupan keluarganya hanya dilakukan satu budaya. Sehingga terbentuk
budaya dalam keluarga seakan-akan hanya ada satu etnik dalam keluarga
terse but.
3. Toleransi akulturatif dalarn perkawinan antara etnik ternyata dirnulai sejak
dari awal perkawinan yang artinya sudah ada pertanda bahwa dalam keluarga
akan tumbuh budaya yang berbeda.
4. Bentuk dari toleransi akulturatif dalam perkawinan antar etnik meliputi
•
a. Penggunaan pakaian adat perkawinan.
b. Penggunaan istilah dalam panggilan yang disesuaikan dengan tradisi dari
setiap etnik.
c. Pola memasak makanan yang ada dalam keluarga.
d. Tempat tinggal setelah perkawinan.
B. SARAN
Adapun saran dari penelitian ini adalah :
I. Bagi orang yang melakukan perkawinan antar etnik hendaknya saling
memberikan kebebasan terhadap budaya yang dimiliki oleh masing-masing
etnik. Sehingga akan dapat menimbulkan keharmonisan dalam berkeluarga.
2. Apabila ada acara-acara adat dalam proses perkawinan yang dihadiri oleh
etnik yang berbeda hendaknya bahasa etnik yang dipergunakan diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia. Sehingga semuanya dapat memaharni apa yang
dibicarakan. Dengan demikian akan lebih mudah tercipta hubungan antara
keluarga suami maupun istri.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang bagaiman perkawinan antara etnik
•
87
DAFTAR PUST AKA
Anderson R.O. G Benedict. 2003 . Mitologi dan Toleransi Orang Jawa. Bentang
Budaya. Yogyakarta
Al-barry Yacub Dahlan M. 200 l. Kamus Sosiologi Antropologi. Indah. Surabaya.
Amran Rusli. 1981. Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Sinar Harapan. Jakarta .
Barth Fredrick. 1988. Kelompok Etnik dan Batasannya. Universitas Indonesia
(UJ-Press). Jakarta.
Bungin Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta
Bremen Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli Politik Kolonial Pada Awal A bad ke
20. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta
BPS. 2000. Penduduk Sumatera Utara. Jakarta
Daeng. J. Hans. 2000. Manusia Kebudayaan dan Lingkungan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Ba1ai Pustaka.
Ensiklopedia Indonesia. 1991. Ikhtiar Baru. Jakarta
Faisa1 Sanapiah. 1989. Format- Format Penelitian Sosial. Rajawali. Jakarta. Furchan Arief. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Kualitatif. Usaha Nasional.
Surabaya.
Galzaba Sidi. 1967. Kebudayaan Sebagai Ilmu. Pustaka Antara. Jakarta Galzaba Sidi. 1967. Antropolgi Budaya L Bulan Bintang. Jakarta Geertz Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Kanisius. Yogyakarta. Hariyono. P. 1994. Kultur Cina dan Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Hajar Ibnu. 1998. Dinamika lnteraksi Antaretnik Dalam Mewujudkan
Keserasian Sosial Di Kotamadya Medan. UN PAD. Bandung.
Hasibuan L, P. 1991. Pangupa Buku Nenek Moyang Masyarakat Tapanuli
Selatan Berisi Falsafah Hidup. Mitraco. Medan
Husny, Tengku Lah. 1972. Lintasan Sejarah Peradaban Dan Budaya Penduduk
Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur 1612-1950. Badan Penerbit
Husny. Medan.
Ibrahim Abd Syukur, Syamsudin Marchrus. 1984. Penemuan Teori Grounded.
Usaha Nasional. Surabaya.
•
•
Ihromi T, 0. 1996. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Indonesia media. 2004. Bhinneka Tunggallka. Diakses 16 juli 2007.Http//www. lndonesiamedia.com/2004/05/early/budaya/
Keesing Roger M. 1992. Antropologi Budaya. Jilid I. Erlangga. Jakarta. 1999. Antropologi Budaya. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Koentjaraningrat. 1982. Masalah-Masalah Pembangunan. LP3ES. Jakarta . 1965. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Dian Rakyat. Jakarta. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. Jakarta. 1993. Masalah Kesukuan Bangsaan dan lntegrasi Nasional.
VI-Press Jakarta
1984. Kebudayaan Jawa. PN Balai Pustaka. Jakarta
Karim Rusli Muhammad. 1995. Se/uk beluk Perubahan sosial. Usaha Nasional. Surabaya.
Keuning, Johannes. 1979. "Batak-Toba dan Batak Mandailing, Hubungan
Kebudayaan dan Pertentangan''. dalam Sejarah Lokal di Indonesia.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press
Kymlicka Will. 2002. Kewargaan Multikultural. LP3ES. Jakarta.
Kusumohahamidjojo. 2000. Kebhinnekaan Masyarakat Di Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta
Koestoro Partanda Lucas dkk.2006. Medan Kota Di Pesisir Timur Sumatera
Utara Dan Peninggalan Tua. Balai Arkeologi. Medan
Lubis. Pangaduan Z. 1998. Sipirok Na Soil Badan Pengk~ian Pembangunan Sipirok. USU Press.
Lubis. Ahmad Nur Fadhil. 2000. Agama Sebagai Sistem Kultural. lAIN Press. Medan
Manan Imran. 1989. Perubahan Sosial Budaya,Modernisasi dan Pembangunan.
P2LPK. Jakarta
M, S, Amir. 2001. AdatMinangkabau. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Miles Matthew B, Huberman A Michael. 1992. Ana/isis Data Kualitatif. Ul-PRESS. Jakarta .
Mulyana Deddy, Rakhmat Jalaludin. 1996. Komunikasi antar Budaya. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Misrawi Zulhairi. 2006. Perkawinan Antar Etnik. Diakses pada tanggal 16 Juli 2007. http//:www.kompas.com//.
•
89
Nazir Moh. 1988. Metode Penelitian. Ghal ia Indonesia. Jakarta Navis A, A. 19&4.Alam Terkembang Jodi Guru. Grafiti Pres. Jakarta
Ode La
:rvm.
1997. Tiga Muka Etnis Cina Indonesia. Fenomena di KalimantanBarat. PT Bayu lndra Grafika. Jakarta.
Pranowo M Bambang, dkk. 1988. Streotip Etnik, Asimilasi, Integrasi Sosial.
Pustaka Grafika Kita. Jakarta.
Pribadi Finnan, 2003, Perkawinan Antar Etnik, Diakses pada tanggal 16 Juli
2007, http//:www.oribadi or.id/diary//.
Pemerintahan Kota Medan.2006.Sistem Pendataan Profil Kelurahan. Medan
Pelly Usman, ed. Mohamed Salleh Lamry, 1996. Kedinamikan dan Perubahan
Sosial di Kalangan Orang Melayudi Sumatera Utara. Institut Alam
dan Kebangsaan Malaysia. Selangor
1985. Menciptakan Pra Kondisi Keserasian Hidup Dalam Masyarakat Majemuk Kasus Kota Madya Medan. Kantor Menteri Negara KLH dan !KIP Medan
---ooc''
1993. Pengukuran lntensitas Potensi Konjlik Dalam MasyarakatMajemuk, Dalam Ana/isis . CSIS ~ 3. Jakarta
- - - ; - · 1994. Urbanisasi dan Adptasi Peranan Misi Budaya Minangkabau dan Mandailing. LP3ES Indonesia
Penghulu Raja Dt Hakimy ldrus. 1997. Rangkaian Mustika Adat Basandi Syarak di Minangkabau. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung
Rusmini Nani, dkk. 1990. Dampak Modernisasi Terhadap Ikatan Primordial Suku Bangsa Batak Toba Di Medan. IKIP. Medan.
Syahid Ahmad, dkk. 2002. Peta Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia.
Departernen Agama RI. Jakarta.
Sairin Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Simandjuntak Bungaran Anthonius. 200 I. Konjlik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba. Jendela. Yogyakarta.
- - - ; - · 1998. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945.
Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial IKIP. Medan .
SJ Bakker J, W, M. 1984. Filsafat Kebudayaan. Pustaka Filsafat. Yogyakarta.
Suseno Franz
Magnis. Ed. INTS 2003. Faktor-Faktor Yang MendasariTerjadinya Konjlik Antar Kelompok Etnis Dan Agama Di Indonesia.
TNJS dan PBB Jakarta.
•
•
•
Suryatna. 1996. Antropologi. Ganeca Exact. Bandung
Soekanto Soerjono. 1983. Pribadi Dan Masyarakat. Alumni. Bandung.
Soekanto Soerjono, Brotosusilo Agus. 1987.
Masyarakat dan Kekuasaan.
Rajawali. Jakarta.
Sugiono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Alfaheta. Bandung Sinar Lukman Tengku. 1871. Seri Sejarah Serdang. Djilid 1. Medan TerHaar Bzn
B.
1960. Asas-asas Hukum Adat. Pradnja Paramita. DjakartaTilaar H, A, R. 1999. Pendidikan, Kebudayaan dan
Ma~yarakat
MadaniIndonesia. Remaja Rosda Karya. Bandung.
Vergouwen J, C. 1986. Masyarakat Dan Hukum Adat Batak Toba. Pustaka Azet. Jakarta.