• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KONSEP HIDUP DAN MATI

DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

(Kajian Etnolinguistik di Indramayu)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

dalam meraih gelar Sarjana Sastra

oleh

Nurul Purwaning Ayu

NIM 0902544

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul KONSEP

HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

(Kajian Etnolinguistik di Indramayu)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap

menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Juli 2013

Ttd.

Nurul Purwaning Ayu

(3)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

KONSEP HIDUP DAN MATI

DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI (Kajian Etnolinguistik di Indramayu)

SKRIPSI

oleh

Nurul Purwaning Ayu NIM 0902544

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dr. Dadang S. Anshori, M.Si. NIP 19720403 199903 1 002

Pembimbing II,

Mahmud Fasya, S.Pd., M.A. NIP 19771209 200501 1 001

Diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

(4)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Upacara adat khaul Buyut Tambi merupakan kegiatan yang rutin

dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat Tambi. Upacara adat ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat Desa Tambi. Antusiasme masyarakat terhadap upacara adat tersebut sangat tinggi. Masyarakat selalu memiliki pengharapan agar mendapat keberkahan dari setiap kegiatan yang ada. Dalam kegiatan tersebut terdapat sejumlah leksikon yang sangat khas.

Dalam penelitian ini diungkap sejumlah fakta bahasa dan fakta budaya

yang menyertai penggunaan leksikon khaul Buyut Tambi. Adapun permasalahan

pokok dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah klasifikasi lingual leksikon

khaul Buyut Tambi; (2) bagaimanakah klasifikasi kultural, deskripsi, serta konsep

hidup dan mati yang tercermin dari leksikon khaul Buyut Tambi; (3)

bagaimanakah cerminan dimensi hubungan vertikal dan cerminan dimensi

hubungan horizontal dari leksikon khaul Buyut Tambi. Tujuan dalam penelitian

ini adalah (1) mendeskripsikan klasifikasi lingual leksikon khaul Buyut Tambi;

(2) memaparkan klasifikasi kultural, deskripsi, serta cerminan konsep hidup dan

mati yang terdapat dalam leksikon khaul Buyut Tambi; (3) menjelaskan cerminan

dimensi hubungan vertikal antara manusia dan tuhan, dimensi hubungan horizontal antara manusia dan manusia, serta dimensi hubungan horizontal antara

manusia dan makhluk hidup lainnya dari leksikon khaul Buyut Tambi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik. Metode yang digunakan adalah observasi partisipatif. Data dalam penelitian ini berupa data

bahasa, yaitu leksikon yang terdapat dalam upacara adat khaul Buyut Tambi.

Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini melibatkan tiga komponen, yaitu sajian data, reduksi data, dan penarikan simpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan tiga hal berikut. Pertama, berdasarkan

klasifikasi lungual, leksikon khaul Buyut Tambi ditemukan berupa kata sebanyak

28 kata dan frasa 18 kata. Kedua, berdasarkan klasifikasi kultural, deskripsi, serta

cerminan konsep hidup dan mati, leksikon khaul Buyut Tambi dapat digolongkan

menjadi leksikon yang menyatakan aktivitas, leksikon yang menyatakan alat, leksikon yang menyatakan makanan, leksikon yang menyatakan tempat, dan leksikon yang menyatakan hewan. Ketiga, berdasarkan cerminan dimensi

hubungan vertikal dan horizontal, leksikon khaul Buyut Tambi yang

(5)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This research is motivated by the routine activities carried out every year by the people of Tambi, the great-grandparent Tambi khaul ceremonies . The main problems in this study is how cultural classification, description, and the concept of life and death, as reflected in the lexicon khaul Tambi great-grandparent.

This research is a descriptive study of the ceremonial khaul Tambi great-grandparent as a reflection of the concept of life and death contained in the lexicon khaul Tambi great-grandparent. The review was conducted through ethnolinguistic approach, which examines language, in this case the lexicon contained in traditional ceremonies khaul Tambi great-grandparent. Data collection techniques used in this research, observation, interviews, and documentation. Techniques of data analysis in this study involves three components, namely data presentation, data reduction, and the withdrawal of conclusion.

Here are the results of the study can be briefly described. Based on cultural classification, description, and reflection of the concept of life and death, great-grandparent Tambi khaul lexicon can be classified into the lexicon stated activities, stating lexicon tool, which states food lexicon, lexicon stating the place, and the animal stating lexicon.

(6)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 6

3. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. ManfaatPenelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA, ETNOLINGUISTIK, DAN KHAUL BUYUT TAMBI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

B. Etnolinguistik ... 11

1. Pengertian Etnolinguistik ... 11

2. Kedudukan Etnolinguistik Dalam Rangka Antropologi ... 14

C. Leksikon ... 16

D. Satuan Lingual ... 17

1. Kata ... 17

2. Frasa ... 19

E. Sistem-sitem Upacara Keagamaan ... 20

F. Konsepsi-konsepsi Pola Pikir Masyarakat dari kebuadayaan ... 22

G. Pandangan Hidup Orang Sunda ... 24

(7)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode Penelitian ... 28

B. Desain Penelitian ... 29

C. Lokasi Penelitian ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Observasi ... 31

2. Wawancara ... 31

3. Dokumentasi ... 32

E. Analisis Data ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Definisi Operasional ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Gambaran Umum Desa Tambi dan Khaul Buyut Tambi ... 37

B. Deskripsi Data ... 38

1. Klasifikasi Lingual Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 38

1) Leksikon Khaul Buyut Tambi Berupa Kata ... 38

2) Leksikon Khaul Buyut Tambi Berupa Frasa ... 39

2. Klasifikasi Kultural, Deskripsi, dan Cerminan Konsep Hidup dan Mati Dari Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 42

1) Makna Leksikal Berdasarkan Aktivitas ... 42

2) Makna Leksikal Berdasarkan Alat ... 49

3) Makna Leksikal Berdasarkan Makanan ... 55

4) Makna Leksikal Berdasarkan Tempat ... 68

5) Makna Leksikal Berdasarkan Hewan ... 70

3. Cerminan Dimensi Vertikal dan Horizontal Dari Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 72

(8)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Cerminan Dimensi Horizontal Dari Leksikon Khaul Buyut Tambi

... 78

C. Pembahasan Hasil analisis ... 91

1) Klasifikasi Lingual Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 92

2) Klasifikasi Kultural, Deskripsi, dan Cerminan Konsep Hidup dan Mati Dari Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 94

3) Cerminan Dimensi Vertikal dan Horizontal dari Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 103

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

LAMPIRAN ... 112

Lampiran 1 Lembar Observasi ... 112

Lampiran 2 Tabel Klasifikasi Lingual Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 116

Lampiran 3 Tabel Klasifikasi Kultural Leksikon Khaul Buyut Tambi... 120

Lampiran 3 Tabel Cerminan Dimensi Leksikon Khaul Buyut Tambi ... 126

(9)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya

terbentuk dari banyak unsur seperti sosial, sistemagama dan politik, adat istiadat,

bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa sebagaimana juga

budaya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga

banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Oleh karena

itu, penelitian ini hadir untuk menjawab dan mempraktikkan langsung bagaimana

kebudayaan itu diteliti. Artinya, kebudayaan ini diwariskan atau dilakukan oleh

masyarakat atau kelompok secara turun-temurun sehingga kebudayaan menjadi

objek yang menarik untuk diteliti. Jika kita berbicara tentang kebudayaan, tidak

akan ada habisnya.

Kebudayaan merupakan ciri atau identitas suatu bangsa. Kebudayaan ini

pun tidak lepas dari bahasa yang dipergunakan dalam kebudayaan tersebut.

Bahkan, kebudayaan ini mungkin akan mati jika tidak adanya bahasa. Artinya,

bahasa dan kebudayaan merupakan satu rumpun yang tidak bisa terelakkan lagi.

Hal yang paling mendasar tentang hubungan bahasa dan kebudayaan adalah

bahasa harus dipelajari dalam konteks kebudayaan dan kebudayaan dapat

dipelajari melalui bahasa. Oleh karena itu, kajian yang mempelajari keduanya

adalah ilmu antropolinguistik atau etnolinguistik: antropologi sebagai ilmu yang

mempelajari tentang manusia dan linguistik mempelajari tentang bahasa.

Menurut Sibarani (2004: 50), antropolinguistik adalah cabang linguistik yang mempelajari variasi dan penggunaan bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi, sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, etnik bahasa, adat istiadat dan pola-pola kebudayaan lain dari suatu suku bangsa.

Palmer (1996: 36) menggunakan istilah linguistik budaya. Menurutnya,

(10)

2

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ilmu antropologi yang merupakan perpaduan dari ilmu bahasa dan budaya.

Linguistik budaya secara mendasar tidak hanya berhubungan dengan kenyataan

objektif, tetapi juga mengenai bagaimana orang atau masyarakat itu berbicara,

mengenai dunia yang mereka gambarkan sendiri. Linguistik budaya berhubungan

dengan makna atau arti yang bersifat interpretatif (penafsiran), atas keseluruhan

konteks (linguistik, sosial, dan budaya).

Menurut Riana (2003: 8) linguistik kebudayaan adalah sebuah studi yang

meneliti hubungan intrinsik antara bahasa dan budaya, bahasa dipandang sebagai

fenomena budaya yang kajiannya berupa language in cultural atau language and

cultural. Etnolinguistik adalah suatu ilmu bagian yang pada asal mulanya erat

bersangkutan dengan ilmu antropologi. Objek kajian penelitiannya berupa daftar

kata-kata, pelukisan dari ciri-ciri, dan pelukisan dari tata bahasa dan

bahasa-bahasa lokal (Koentjaraningrat, 1981: 2). Kebudayaan tidak terlepas dari bahasa-bahasa

yang digunakan dalam masyarakat kebudayaan itu sendiri, bahkan tak

terhindarkan bahasa merupakan objek yang menghubungkan bagaimana

kebudayaan tersebut dari segi bentuk, fungsi, dan makna leksikal yang ada dalam

kebudayaan tersebut.

Setiap kebudayaan memiliki ciri atau identitas masing-masing yang

dipengaruhi oleh masyarakat itu sendiri, bahkan cara pandang setiap

kebudayaannya pun bisa berbeda-beda. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi

dengan orang-orang yang berbeda kebudayaannya dan menyesuaikan

perbedaan-perbedaannya, hal tersebut membuktikan bahwa budaya itu dipelajari bukan

hanya mengetahui, melihat, bahkan hanya mendengar. Oleh karena itu, akan sulit

diketahui maknanya jika tidak mendalami atau mempelajari kebudayaan

masyarakat tersebut. Penelitian ini hadir agar kebudayaan tersebut dapat dianalisis

dan digambarkan sehingga penelitian ini tidak hanya dimengerti oleh peneliti saja.

Namun, masyarakat kebudayaan tersebut dapat lebih memaknai kebudayaannya,

begitu pula dengan makna setiap leksikon kebudayaannya, keilmuan yang dapat

memayungi penelitian ini adalah ilmu etnolinguistik karena penelitan ini

(11)

3

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setiap kebudayaan terdiri atas berbagai leksikon yang mewakili

kebudayaan tersebut. Leksikon-leksikon tersebut bukan hanya pengetahuan,

melainkan nilai-nilai yang terkandung dalam leksikon-leksikon yang terdapat

dalam kebudayaannya, makna tersebut baik berupa makna leksikal maupun

makna kultural. Leksikon-leksikon tersebutlah yang menjadi suatu ciri khas dalam

kebudayaan. Selain itu, leksikon mewakili pemikiran, tingkatan sosial, bahkan

keagamaan pengguna kebudayaan tersebut.

Kajian etnolinguistik dalam area linguistik sendiri sudah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Sebagai contoh, penelitian etnolinguistik dalam ranah linguistik

dan antropologi budaya dilakukan oleh Afidah (2012) tentang Mantra Dangdan

Banjarsari yang menjelaskan cerminan konsep cantik orang Sunda di Banjarsari.

Kemudian, Pratiknyo (2009) melakukan kajian tentang istilah-istilah upacara

perkawinan adat Jawa bubak kawah dan tumplak punjen di Kecamatan Bendosari,

Kabupaten Sukoharjo.

Selain itu, ada juga penelitian yang sama-sama mengangkat ritual slametan

dengan kajian antropologis, yaitu Nuryani (2010) yang mengkaji Pasarean

Gunung Kawi Malang, Jawa timur. Selanjutnya, Iswati (2005) mengungkap istilah

unsur-unsur sesaji upacara nydranan di makam sewu Desa Wijirejo, Kecamatan

Pandak, Kabupaten Bantul. Dari rangkaian penelitian sebelumnya tentang kajian

etnolinguistik, telihat jelas penelitian tentang kebudayaan, pengetahuan

masyarakat, dan kearifan lokal yang terdapat di dalamnya. Namun,

penelitian-penelitian tersebut belum ada yang mengkaji konsep hidup dan mati dalam

upacara adat dengan kajian etnolinguistik. Oleh karena itu, penelitian ini hadir

untuk menjawab bagaimana konsep hidup dan mati yang tercermin dalam

leksikon-leksikon yang terdapat dalam khaul Buyut Tambi tersebut.

Masyarakat Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, yang

berkomunikasi dengan bahasa Jawa tentunya memiliki ciri khas dalam

kebudayaannya. Meskipun demikian, tetap terdapat ciri khas kebudayaan dalam

masyarakat Tambi khususnya sebagai lakon dari kebudayaan tersebut. Bahkan,

(12)

4

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di Indramayu umumnya masyarakat masih menjalankan khaul atau memperingati

nenek moyang terdahulunya dengan cara mengadakan suatu perayaan yang

diselingi dengan kegiatan keagamaan, yaitu talilan untuk mendoakan nenek

moyang dan pendahulu masyarakat Tambi yang sudah meninggal. Umumnya

masyarakat Indramayu masih sangat menghormati leluhurnya, bahkan ada

peringatan khusus yang dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun, yaitu berupa

pesta rakyat, acara desa, bahkan keagamaan seperti talilan. Leksikon lainnya

dalam upacara adat khaul ini di antaranya adalah tawuh „menguras‟, lemeng

„makanan yang terbuat dari ketan‟, ngunjung „mengunjungi‟, angkatan

„persiapan‟, gobag „alat untuk menguras‟, pring „bambu‟, dan cepon „pekakas

dapur yang terbuat dari bambu‟.

Masyarakat Tambi memiliki acara tahunan, yaitu khaul. Khaul berfungsi

untuk untuk menghormati nenek moyang yang biasa dipanggil dengan sebutan

Mbah Buyut Tambi. Perayaan ini diadakan dalam satu minggu penuh di setiap

tahunnya sehingga selalu meriah dan dinanti oleh masyarakat Tambi khususnya

dan masyarakat Indramayu umumnya. Mereka akan datang dengan antusiasme

yang sangat tinggi. Perayaan khaul di Tambi ini merupakan yang pertama atau

ujung tombak acara khaul di seluruh Provinsi Jawa Barat. Jika Desa Tambi belum

melaksanakan acara khaul ini, kebuyutan di seluruh Jawa Barat tidak berani untuk

mendahului pelaksanaannya. Hal ini dikuatkan dengan kepercayaan masyarakat

Indonesia yang umumnya masih memercayai bahwa keberkahan dari leluhur akan

mendatangkan kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini sangat menarik untuk diteliti.

Penelitian ini mengusung judul “Konsep Hidup dan Mati dalam Leksikon Khaul

Buyut Tambi: Kajian Etnolinguistik di Indramayu”. Dengan menggunakan

kerangka kajian etnolinguistik, dapat diketahui bagaimana leksikon yang terdapat

(13)

5

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, leksikon-leksikon dalam perayaan khaul

Buyut Tambi yang dilakukan setiap tahunnya di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg,

Kabupaten Indramayu, memiliki makna lingual maupun kultural. Selain itu,

leksikon-leksikon tersebut memiliki konsep hidup dan mati yang tercermin dalam

menjaga keharmonisan manusia saat bermasyarakat, saat berhubungan dengan

tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan manusia dengan ciptaan tuhan

lainnya. Meskipun demikian, beberapa masalah muncul dan harus dipecahkan

agar nilai-nilai dan makna yang terdapat dalam leksikon khaul tersebut dapat

diungkapkan dan dipadukan dengan ilmu pengetahuan yang menaungi bahasa,

yaitu dengan kajian etnolinguistik, sehingga perlu dilakukan penelitian. Agar

masalah yang dijelaskan lebih fokus, masalah tersebut meliputi identifikasi

masalah, batasan masalah, dan rumusan masalah. Berikut pemaparannya.

1. Identifikasi Masalah

Dalam hal ini akan dilakukan pengidentifikasian masalah terlebih dahulu.

Adapun identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.

1) Antusiasme masyarakat yang masih memercayai leluhur yang memakmurkan,

mendamaikan, menyuburkan tanah, sudah menipis artinya leksikon kegiatan

ngunjung hanya dimengerti dan dilakukan oleh masyarakat yang berumur

(orang tua), sedangkan leksikon kegiatan ngunjung ini seharusnya dimengerti

maknanya dan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat karena tidak

mengenal umur. Jika dibiarkan, ini akan berdampak pada punahnya leksikon

tersebut.

2) Upacara adat ini merupakan sistem kepercayaan yang menghubungkan

dimensi vertikal dan horizontal (manusia dengan tuhan, manusia dengan alam,

dan mahkluk hidup lainnya) dari setiap leksikonnya. Jika makna dari leksikon

yang terdapat dalam upacara adat tersebut tidak dimengerti atau diketahui oleh

masyarakat, akan terjadi penyimpangan makna atau perbedaan persepsi setiap

(14)

6

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Penelitian ini tidak hanya menganalisis leksikon kebudayaan khaul, tetapi juga

konsep hidup dan mati dari khaul tersebut sehingga perayaan ini memberikan

makna yang dapat dipahami oleh masyarakat Tambi karena selama ini

masyarakat kurang mengerti maknanya. Mereka hanya mengetahui bahwa

perayaan upacara adat ini meriah. Jika tidak dilakukan penelitian, akan terjadi

penyimpangan makna dari tujuan upacara adat ini.

2. Batasan Masalah

Peneliti merasa perlu untuk memberikan batasan masalah dalam menjawab

permasalahan yang akan diteliti, agar penelitian ini terfokus, terarah, dan terhindar

dari penyimpangan. Batasan masalah tersebut adalah sebagai berikut.

1) Penelitian ini akan ditekankan pada leksikon kegiatan, leksikon tempat,

leksikon makanan, leksikon alat, dan leksikon lainnya yang terdapat pada

perayaan khaul Mbah Buyut Tambi yang digunakan dalam upacara adat khaul

Mbah Buyut Tambi di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu,

Provinsi Jawa Barat.

2) Penelitian ini tidak hanya menganalisis leksikon kebudayaan khaul, tetapi juga

konsep hidup dan mati dari upacara adat khaul tersebut.

3) Sumber data akan digali dari narasumber yang mampu memberikan

keterangan tentang leksikon juga konsep hidup dan mati dalam upacara adat

khaul Mbah Buyut Tambi di Desa Tambi, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu.

4) Penelitian ini akan menganilisis bagaimana cerminan hubungan dimensi

kepercayaan itu secara horizontal yaitu manusia dengan tuhan dan vertikal

antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan

hewan.

5) Kajian yang digunakan adalah kajian Etnolinguistik.

(15)

7

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Rumusan Masalah

Agar dapat mengungkap masalah yang telah dipaparkan di atas, diperlukan

rumusan masalah yang jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1) Bagaimanakah klasifikasi lingual leksikon khaul Buyut Tambi?

2) Bagaimanakah klasifikasi kultural, deskripsi, serta konsep hidup dan mati

yang tercermin dari leksikon khaul Buyut Tambi?

3) Bagaimanakah cerminan hubungan dimensi vertikal dan dimensi horizontal

dari leksikon khaul Buyut Tambi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) klasifikasi lingual leksikon yang terdapat dalam khaul Buyut Tambi;

2) klasifikasi kultural, deskripsi, serta cerminan konsep hidup dan mati yang

terdapat dalam leksikon khaul Buyut Tambi;

3) cerminan dimensi hubungan vertikal anatara manusia dengan Tuhan, cerminan

dimensi hubungan horizontal antara manusia dengan manusia dan makhluk

hidup lainnya dari leksikon khaul Buyut Tambi.

D. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang dapat

diperoleh.

1) Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

analisis bagi perkembangan disiplin ilmu etnolinguistik terlebih dengan objek

penelitian ini adalah konsep hidup dan mati dalam upacara adat yang belum

dilakukan oleh penelitian lainnya.

2) Secara praktis, yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah (1) sebagai

salah satu usaha pelestarian bahasa dan budaya yang merupakan identitas

(16)

8

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khaul dari Desa Tambi ke masyarakat yang lebih luas lagi; (3) memberikan

informasi dan kemudahan dalam memahami istilah khaul bagi masyarakat

Tambi juga pembaca; (4) dapat memperkenalkan dan melestarikan khasanah

(17)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan pintu bagi peneliti untuk meneliti sebuah

objek atau masalah yang akan dipecahkan. Metode yang digunakan dalam

penelitian masyarakat atau antropologi yang paling penting adalah mendalami

objek dengan ikut serta terhadap kegiatan masyarakat atau kelompok tersebut.

Pada umumnya, dalam mempelajari dan meneliti masyarakat digunakan

metode-metode yang relevan dengan konteks kebudayaannya. Para peneliti terjun

langsung dengan mengobservasi, merekam, dan mendokumentasikan data.

Metode kunci yang diterapkan dalam kegiatan seperti itu adalah metode observasi

partisipatif, yakni ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diobservasi, dideskripsi,

dan dianalisis (Sibarani, 2004 : 54).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi

partisipatif. Peneliti ini akan mendeskripsikan masalah yang ada, yaitu tentang

leksikon yang digunakan dalam upacara adat khaul Buyut Tambi. Sejalan dengan

metode penelitian yang digunakan juga kajian yang memayungi penelitian ini

adalah kajian etnolinguistik sehingga pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan etnolinguistik. Pendekatan etnolinguistik

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan. Penelitian bersifat deskriptif, agar memberi gambaran yang

secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok

tertentu (Kontjaraningrat, 1981: 44).

Dengan metode dan pendekatan ini, data penelitian yang dihasilkan adalah

data yang memang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol dari

peneliti. Peneliti hanya menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan

keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa

adanya. Dengan demikian, penelitian ini murni adanya tanpa direkayasa oleh

(18)

29

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian sinkronik.

Penelitian tersebut sangat tepat untuk meneliti leksikon yang terdapat dalam

upacara adat khaul Buyut Tambi. Objek kajian yang diteliti adalah leksikon khaul

Buyut Tambi. Leksikon-leksikon yang terdapat dalam perayaan khaul tersebut

nantinya akan dianalisis untuk dapat diketahui cerminan konsep hidup dan mati,

cerminan dimensi hubungan vertikal dan horizontal, juga satuan lingal dan makna

leksikal yang terdapat dalam leksikon-leksikon tersebut. Berikut akan

digambarkan desain penelitian yang menjadi acuan peneliti.

Diagram 3.1

Desain Penelitian Konsep Hidup dan Mati Dalam Leksikon

Khaul Buyut Tambi

Data dan Sumber Data

a. Leksikon khaul Buyut Tambi

b. Data diperoleh dari informan yaitu kuncen dan

Tambi dikategorikan berdasarkan aktivitas, alat,

makanan, hewan, dan tempat. Contoh leksikon khaul

(19)

30

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian disesuaikan dengan judul, yaitu di Desa Tambi,

Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa barat. Lokasi penelitian

ini sesuai dengan objek penelitiannya, yaitu dari tempat berlangsungnya upacara

adat tersebut, makam keramat Mbah Buyut Tambi yang bertempat di Desa Tambi.

Tempat tersebut merupakan tempat makam yang keramatkan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bahasa berupa

leksikon yang berhubungan dengan upacara adat khaul Buyut Tambi sesuai

Hasil penelitian dalam penelitin ini adalah leksikon khaul

yang dianalisis berdasarkan:

a. klasifikasi lingual dan klasifikasi kultural.

b. Cerminan konsep hidup dan mati dari leksikon

khaul.

c. Cerminan dimensi hubungan vertikal dan

horizontal dari leksikon khaul.

Teknik Analisis Data

a. Data diperoleh dari wawancara dan observasi

b. Pengolahan data berdasasarkan klasifikasi lingual

dan kultural

(20)

31

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan lokasi penelitian. Dengan menggunakan data tersebut, penelitian ini

meneliti hubungan yang terjalin antara bahasa dan kebudaya penuturnya. Sumber

data penelitian ini adalah tuturan narasumber yang memiliki peran penting dalam

upacara adat ini, yaitu kuncen dari makam keramat Mbah Buyut Tambi, di Desa

Tambi, Kec. Sliyeg, Kab. Indramayu. Selain dari kuncen buyut, pencarian data

untuk mengetahui makna atau sejarah Buyut Tambi juga diperoleh dari sesepuh

atau masyarakat yang mendalami buyut tambi tersebut. Dengan demikian, data

yang didapat tidak kekurangan dan mampu melengkapi data yang dibutuhkan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti yang disebut antropolinguis atau etnolinguis ini langsung

mengobservasi, merekam, dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kebahasaan

sehari-hari suatu masyarakat budaya tertentu, dan kemudian menulis laporan

tentang variasi bahasa dan penggunaan kebudayaan tersebut secara deskriptif

(Sibarani, 2004: 56). Pada tahap pengumpulan data, dalam penelitian ini

digunakan beberapa metode untuk mempermudah penelititian. Berikut ini

penjelasan dari pengumpulan data yang digunakan.

1. Observasi/Pengamatan

Sibarani (2004: 54) mengatakan bahwa etnografi adalah proses penelitian

yang di dalam kegiatan ini antropolog secara dekat mengobservasi, merekam, dan

ikut berpartisipasi di dalam kehidupan sehari-hari suatu masyarakat budaya

tertentu pengalaman dan kegiatan semacam itu sering disebut dengan metode

lapangan. Begitu pula pada observasi ini, peneliti akan turun langsung ke

lapangan untuk memperoleh data. Peneliti melakukan kontak langsung dengan

narasumber. Peneliti juga melakukan observasi langsung dan ikut berpartisipasi

(21)

32

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Wawancara

Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan mengumpulkan

keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian

mereka itu merupakan suatu pembantu utama dari metode observasi

(Koentjaraningrat, 1981: 162). Sebelum melaksanakan wawancara, tentunya

peneliti mempersiapkan peralatan yang mendukung wawancara tersebut dan juga

pemilihan informan. Ada beberapa hal mengenai persiapan sebelum wawancara,

yaitu (1) seleksi untuk diwawancara; (2) pendekatan orang yang telah diseleksi

untuk diwawancara; (3) pengembangan suasana lancar dalam wawancara, serta

(4) berusaha menimbulkan pengertian dan bantuan sepenuhnya dari orang yang

diwawancara (Koentjaraningrat, 1981: 163).

Wawancara yang dilakukan peneliti adalah wawancara terbuka.

Wawancara terbuka memberi keleluasaan bagi informan untuk memberi

pandangan-pandangan secara bebas (Kontjaraningrat, 1981: 44). Pertanyaan

dalam wawancara mengalir apa adanya seperti berbincang biasa. Dalam

wawancara tersebut, tergali informasi tentang leksikon-leksikon yang digunakan

dalam upacara adat khaul ini. Selain itu, pendapat informan mengenai makna dari

setiap leksikon juga penting untuk digali, hal tersebut dibantu dengan pencatatan

dan perekaman. Setiap data yang terkumpul dari dokumentasi dan wawancara

tersebut akan dicatat. Ketika melakukan wawancara dengan narasumber

digunakan alat perekam. Narasumber tidak diberitahu jika percakapannya

direkam. Hal ini dilakukan agar data lebih natural.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dirasa sangat penting untuk menunjang saat pengumpulan

data, agar data yang dihasilkan lebih lengkap dengan diimbangi data visual. Setiap

kegiatan dalam upacara adat tersebut akan didokumentasikan oleh peneliti sebagai

penunjang. Alat pemotret dan film memang menjadi alat yang amat penting dalam

hal mengamati aktivitas sehingga perhatian para pelakunya cukup terikat pada

(22)

33

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan alat-alatnya (Kontjaraningrat, 1981: 156). Dokumentasi yang dilakukan

oleh peneliti bukan hanya dalam kegiatan, melainkan juga dalam hal peralatan dan

makanan.

E. Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaluran secara sistematis atau

data-data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan

laporan. Berdasarkan hal itu, teknik analisis data dalam penelitian ini melibatkan

tiga komponen, yaitu sajian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.

Ketika melakukan wawancara dengan narasumber, peneliti mencatat

informasi yang didapat dalam lembar catatan. Dari lembar catatan tersebut, data

langsung dimasukkan ke dalam lembar observasi. Selanjutnya, peneliti mereduksi

data, yaitu memilah data yang dapat mendukung penelitian ini dan yang tidak

mendukung.

Pada proses selanjutnya, data yang berupa leksikon tersebut akan

dianalisis secara lingual dan kultural. Pada analisis lingual, leksikon akan

diklasifikasikan menjadi kata dan frasa, serta kategori dan bentuk dari

masing-masing klasifikasi. Untuk analisis kultural, peneliti akan menganalisis makna

leksikal setiap leksikon. Proses terakhir analisis data adalah penarikan kesimpulan

hasil analisis.

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, seperti catatan lapangan,

lembar observasi, alat rekam, kartu data, dan tabel klasifikasi. Lembar observasi

adalah lembaran yang nantinya akan berisi catatan leksikon selama melakukan

observasi. Sementara itu, tabel klasifikasi digunakan untuk mempermudah analisis

setiap leksikon juga memisahkan makna leksikon dan makna kulturalnya. Semua

informasi leksikon upacara adat khaul mbah buyut Tambi ini akan dicatat pada

lembar observasi dan tabel klasifikasi. Berikut contoh lembar observasi dan tabel

(23)

34

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR OBSERVASI

No. Leksikon Makna

Tabel 3.1 Lembar Observasi Penelitian

Leksikon Khaul Buyut Tambi

Klasifikasi Lingual

Leksikon Khaul Mbah Buyut Tambi

No. Leksikon dan Cara

Membaca

Kata Frasa

n v Adj n¹ v¹ Adj¹

Tabel 3.2 Klasifikasi Lingual Leksikon Khaul Buyut Tambi

Klasifikasi Kultural

Leksikon Khaul Mbah Buyut Tambi

No.

Leksikon dan

Cara

Membaca

Klasifikasi Kultural Makna

Leksikal

Aktv Alat Mknan Tmpt hewan

(24)

35

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Cerminan Dimensi

Leksikon Khaul Mbah Buyut Tambi

No. Leksikon Dimensi

Gloss Data Vertikal Horizontal

Tabel 3.4 Cerminan Dimensi Leksikon Khaul Buyut Tambi

Sementara itu, alat rekam digunakan untuk merekam saat melakukan

wawancara dengan nara sumeber. Wawancara yang akan dilakukan peneliti secara

terbuka. Pertanyaan dalam wawancara mengalir apa adanya seperti berbincang

biasa. Selain itu, catatan lapangan juga digunakan untuk mencatatan informasi

penting lainnya yang mungkin saja belum sempat terekam. Instrumen selanjutnya

adalah kartu data. Kartu data dipergunakan untuk memudahkan dalam

mengumpulkan dan menganalisis data. Kartu data tersebut berisi nomor kode,

data leksikon yang ditemukan, dan analisis dari data yang ditemukan. Berikut ini

contoh kartu data yang digunakan.

No. Kode :

Leksikon :

Analisis :

(25)

36

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Di bawah ini dilampirkan pula contoh analisis dengan menggunakan kartu data di

atas.

No. Kode : L.K.1

Leksikon : tawuh‘menguras’ (verba)

Analisis : tawuh merupakan leksikon kegiatan. Tawuh merupakan

kegiatan menguras kolam yang berada di sekitar buyut tambi.

Nomor kode pada kartu data di atas diisi dengan kode yang dibuat sendiri

oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan. Maksud dari L.K.1 adalah leksikon

kegiatan pertama dan termasuk kedalam leksikon kegiatan. Jadi, L untuk leksikon,

K untuk kegiatan, 1 adalah nomer leksikon. Bagaian leksikon merupakan isi dari

leksikon yang dimaksudkan. Bagian analisis merupakan kolom yang diisi dengan

hasil analisis atau maknanya.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dari sejumlah konsep kunci dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1) Konsep adalah ide atau pengertian yang di abstrakkan dari peristiwa konkret.

2) Hidup dan mati adalah sebuah perjalanan hidup dari lahir sampai meninggal

dan akhirnya diperingati atau didoakan rohnya oleh masyarakat sekitar atau

generasi penerusnya.

3) Upacara adat adalah upacara yang berhubungan dengan adat suatu

masyarakat.

4) Dimensi vertikal adalah dimensi makna dari leksikon yang mencerminkan

hubungan antara manusia dan Tuhan, seperti leksikon talil ‘tahlil’ yang

merupakan kegiatan memuja-muji Allah Swt. dan berdoa kepada-Nya.

5) Dimensi horizontal adalah makna dari leksikon yang mencerminkan interaksi

antara manusia dan alam, manusia dan hewan, serta manusia dan manusia,

(26)

37

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Etnolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang

(27)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sejalan dengan masalah yang diangkat dan analisis dalam bab-bab

sebelumnya, dapatlah ditarik simpulan. Klasifikasi lingual leksikon khaul Buyut

Tambi berupa kata dan frasa. Kata yang ditemukan dalam leksikon khaul Buyut

Tambi berkategori nomina dan verba. Sejalan dengan kata, frasa juga terbagi

dalam dua kategori yaitu nominal dan verbal. Persentase dari kata menunjukan

61,7 %, sedangkan untuk frasa 38,3%. Dalam leksikon khaul Buyut Tambi,

ditemukan kata monomorfemis dan kata polimorfemis. kata monomorfemis

berjumlah 22 kata dengan persentase 78,6 %, dan kata polimorfemis berjumlah 6

kata dengan persentase 21,4 %. Persentase untuk kata yang berkategori nomina

(kata benda) mencapai 67,9 % dan kata verba (kata kerja) 32,1 %. Sama halnya

dengan persentase kategori kata, persentase kategori nominal mencapai 88,9 %,

sedangkan verbal mencapai 11,1 %.

Pada analisis selanjutnya yaitu klasifikasi kultural. Dalam

pengklasifikasian leksikon khaul Buyut Tambi, ditemukan klasifikasi leksikon

yang menyatakan aktivitas, leksikon yang menyatakan alat, leksikon yang

menyatakan makanan, leksikon yang menyatakan tempat, dan leksikon yang

meyatakan hewan. Selain itu, dalam analisis bagian ini juga dideskripsikan makna

leksikal yang terdapat dalam leksikon-leksikon khaul Buyut Tambi. Setelah

makna leksikal dari leksikon khaul Buyut Tambi, dapat diketahui pula cerminan

konsep hidup dan mati dari leksikon khaul Buyut Tambi.

Sementara itu, analisis cerminan hubungan vertikal yaitu natara manusia

dengan Tuhan dan horizontal antara manusia dengan manusia, manusia dengan

hewna, dan manusia dengan alam. Leksikon-leksikon khaul Buyut tambi yang

mencerminkan hubungan vertikal antara lain leksikon adang, alat dangdan, kebo,

talil, dan wedus. Sedangkan leksikon khaul Buyut Tambi yang mencerminkan

hubungan horizontal berjumlah 19 leksikon. Leksikon-leksikon tersebut antara

(28)

108

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gedang raja, gobag, iwak, kayu, kebo, klapa dugan, lemeng, lemper, melekan,

rumbahan, tawuh, tumpeng, dan wedus.

B. Saran

Ada beberapa saran yang diajukan mengenai penelitian yang peneliti

lakukan. Saran pertama, peneliti meneliti konsep hidup dan mati dalam leksikon

khaul Buyut Tambi dengan kajian etnolinguistik. Penelitian lainnya perlu

dilakukan dengan bidang kelimuan lain, misalnya ilmu antropologi yang

membahas kebudayaan. Penelitian yang dilakukan di tempat yang sama yaitu di

situs makam kramat Mbah Buyut Tambi. Tentunya akan menjadikan penelitian ini

lebih sempurna sempurna.

Saran yang kedua, peneliti meyadari bahwa penelitian yang peneliti

lakukan belum sempurna. Masih banyak kekurangan yang terlihat dari segi

bentuk, isi, leksikon yang mungkin belum terungkap, atau dalam proses observasi.

Oleh karena itu, penelitian ini dapat dilanjutkan kembali untuk para peneliti agar

menyempurkan penelitian tersebut.

Saran yang ketiga, masyarakat Tambi merupakan masyarakat yang

berkebudayaan, beragama, berpegang teguh dalam keimanannya. Dengan skripsi

ini, analisis dari setiap leksikon dapat memberikan petunjuk, juga melestarikan

kebudayaan khaul Buyut Tambi. Semoga dengan penelitian ini niat masyarakat

(29)

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Afidah, Nuri Novianti. 2012. “Mantra Dangdan Banjarsari: Cerminan Konsep

Cantik Orang Sunda Di Banjarsari”. Skripsi. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia.

Alwasilah, Chaedar A. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung. Angkasa

Bandung.

Arifin, Syamsul dkk. 1990. Tipe-Tipe Klausa Bahasa Jawa. Jakarta. Balai Bahasa.

Beliani, Leli. 2010. “Leksikon Perbatikan di Tasikmalaya: Sebuah Kajian

Etnolinguistik”. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Damianti, Vismaina S. Dan Setiaresmi, Nunung. 2005. Sintaksis Bahasa

Indonesia. Bandung. Pusat Sudi Literasi FPBS UPI

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Australia: Blackwell

Publishing Ltd.

Duranti, Alessandro. 1992. Sistem Kesinoniman Dalam Bahasa Jawa. Jakarta:

Balai Pustaka.

Foley, William A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell

Publisher Inc.

Greetz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa.

Jakarta Pustaka Jaya.

Greetz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan Sekapur Sirih: Dr. Budi Sutanto Sj.

(30)

110

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Iswati. 2005 : “Istilah Unsur-Unsur Sesaji Upacara Nyadranan Di Makam Sewu

Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Kabupaten Bantul (kajian

Etnolinguistik)”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Koentjaraningrat. 1981. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian

Rakyat.

Koentjaraningrat. 1981. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung. Widya Padjadjaran.

Mbete, Aron Meko. 2004. “Lingusitik Kebudayaan: Rintisan Konsep dan

Beberapa Aspek Kajiannya. (Dalam Bawa, I Wayan dan I Wayan Cika)

(penyunting): Bahasa dalam Perspektif Kebudayaan). Denpasar:

Universitas Udayana.

Nuryani. 2010. “Wacana Ritual Slametan di Pasarean Gunung Halu Malang-Jawa

Timur: kajian linguistik Antropologis”. Disertasi pada Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Palmer, Gary B. 1996. Toward A Theory Of Cultural Linguistics. USA: The

University of Texas Press.

Pratiknyo, Ananto. 2009. “Istilah-istilah Upacara Perkawinan Adat Jawa Bubak

Kawah Dan Tumplak Punjen Di Kecamatan Bendosari Kabupaten

Sukoharjo”. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Purwadi. 2009. Folklor Jawa. Yogyakarta. Pura Pustaka

Purwoko, Herudjati. 2008. Jawa ngoko Ekspresi Komunikasi Arus Bawah.

Yogyakarta. Penerbit Indeks.

Riana, I Ketut. 2003. “Linguistik Budaya: Kedudukan dan Ranah Pengkajiannya”.

Laporan Penelitian. Denpasar: Universitas Udayana.

Sibarani, Robert. 2004. Antropolinguistik: Antropologi Linguistik, Linguistik

Antropologi. Medan: Penerbit Poda.

Sudana, Dadang dkk. 2012. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup

Dalam Leksikon Etnobotani: Kajian Rtnopedadogi di Kampung Naga,

Kabupaten Tasikmalaya”. Laporan Penelitian Bandung: Universitas

(31)

111

Nurul Purwaning Ayu, 2013

KONSEP HIDUP DAN MATI DALAM LEKSIKON KHAUL BUYUT TAMBI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warnanen, Suwarsih dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda:m Seperti

Tercermin dalam Tradisi lIsan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wierzbicka, Anna 1997. Understanding Cultures Through Their Key Words:

Gambar

Tabel 3.3 Klasifikasi Kultural Leksikon Khaul Buyut Tambi
Tabel 3.5 Kartu Data Penelitian Leksikon Khaul Buyut Tambi

Referensi

Dokumen terkait

thitung 12,155 > F1abet3,128, hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti hipotesis altematif yang diajukan diterima semua variabel independen yakni motivasi dan

Pada saat yang bersamaan juga mulai muncul lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ekonomi Islam, karena salah satu pilar pendidikan nasional

Keunggulan pengabdian UMMagelang terkait pewilayahan dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan, kebutuhan atau tantangan masyarakat wilayah PURWOMANGGUNG melalui

Persoalan kajian yang timbul adalah Adakah kaedah fonik dapat meningkatkan penguasaan kemahiran membaca murid dalam masa yang ditetapkan?, dan ‘Adakah usaha pelaksanaan program

Penelitian yang akan datang juga dapat menganalisis pengaruh gambaran maskulinitas pada iklan produk perawatan laki-laki pada keseharian laki- laki sebenarnya dan

Olahraga renang dapat direkomendasikan sebagai olahraga yang aman bagi lanjut usia seperti pada jenis olahraga aerobik lainnya seperti berjalan, bersepeda, atau senam lansia..

Untuk tahun 2014 dari perhitungan jumlah estimasi sasaran ibu dengan komplikasi kebidanan ditangani adalah sebanyak 3.065 orang, sedangkan jumlah riil ibu dengan

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan kepelatihan olahraga.. Oleh Ravi