• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR PADA PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS MELALUI MODELING INSTRUCTION DALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR PADA PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS MELALUI MODELING INSTRUCTION DALAM MENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Sunariyo, 2012

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ……… 1 BAB II MODELING INSTRUCTION , PENDIDIKAN TEKNOLOGI

DASAR, KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

A.Modeling Instruction ...

B.Pendidikan Teknologi Dasar ... C.Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Melalui Modeling

Instruction (MI-PTD) pada Pembelajaran Fisika ...

D.Keterampilan Berpikir Kritis ………...

E. Kemampuan Kognitif ……….

F. Deskripsi Materi Listrik Dinamis ……… 13

A.Metode dan Desain Penelitian ……….

B.Subjek Penelitan ………..

C.Prosedur Penelitian ………..

D.Alur Penelitian ……….

E. Instrumen Penelitian ………

F. Teknik Pengumpulan Data ...

G.Teknik Analisis Tes………..

H.Teknik Analisis Data ………...

I. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen ………

J. Jadwal Kegiatan Penelitian ………..

53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Penguasaan konsep Listrik Dinamis ... a. Deskripsi Data Kemampuan Kognitif Keseluruhan ……….. b. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Kognitif untuk Setiap

Ranah ………..………...

c. Deskripsi Peningkatan Kemampuan Kognitif Berdasarkan

Label Konsep ………..

70 70

74

(2)

………..

2. Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ………... a. Deskripsi Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ………….. b. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan

Label Aspek Berpikir Kritis ………... c. Deskripsi Peningkatan Penguasaan Konsep Berdasarkan

kelompok prestasi………..

3. Keterlaksanaan Pembelajaran ………. 4. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ………. B.Pembahasan

1. Pemahaman Konsep Siswa pada Konsep Listrik Dinamis ……. 2. Penguasaan Siswa Terhadap Keterampilan Berpikir kritis ……. 3. Keterlaksanaan Modeling Instruction Pada Proses

Pembelajaran ………...

4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pendidikan Teknologi Dasar Melalui Modeling Instruction ……….

77 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(3)

Sunariyo, 2012

Halaman

Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kritis ………... 34

Tabel 2.2 Tabel 3.1 Perbandingan aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika MI dan MI-PTD yang berpotensi melatihkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis ……….. Desain Penelitian ……….. 39

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ………... 55

Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran ... 63

Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda ... 63

Tabel 3.5 Tabel 3.6 Kategori Penguasaan Konsep ………... Pengkategorian persentase tanggapan siswa…..………... 65 67 Tabel 4.1 Skor Tes awal, Tes akhir dan <g> Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ………. 71 Tabel 4.2 Skor Tes awal, Tes akhir dan <g> Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 78 Tabel 4.3 Hasil Keterlaksanaan MI-PTD berdasarkan Aktivitas Guru ….... 84

Tabel 4.4 Hasil Keterlaksanaan MI-PTD berdasarkan Aktivitas Siswa….... 85

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Arus Listik Dalam Kawat ………. 46

Gambar 2.2 Grafik Hubungan Beda Potensial (V) Terhadap Kuat Arus Listrik (I) ... 48

Gambar 2.3 Arus Percabangan ………. 48

Gambar 2.4 Susunan Hambatan Seri ……… 49

Gambar 2.5 Susunan Hambatan Paralel ………... 50

Gambar 2.6 Rangkaian Dengan Satu Loop ……….. 52

Gambar 3.1 Alur Penelitian ………. 57

Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan <g> Kemampuan Kognitif Pada Kedua Kelas.. 74

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan N-Gain untuk Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas kontrol …… 75

Gambar 4.3 Diagram Batang Perbandingan N-Gain Untuk Tiap Label Konsep Listrik Dinamis ……… 76

Gambar 4.4 Diagram Batang Perbandingan <g> Kemampuan Kognitif untuk Tiap Kelompok Prestasi Siswa Kelas MI-PTD…… 77

Gambar 4.5 Diagram Batang Perbandingan <g> Kemampuan Kognitif untuk Tiap Kelompok Prestasi Siswa Kelas MI-PTD…… 77

Gambar 4.6 Diagram Perbandingan Persentase Skor Rata-Rata Tes Awal, Tes Akhir dan <g> Keterampilan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ……… 78

Gambar 4.7 Diagram Batang Perbandingan N-Gain untuk Tiap Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ……… 80 Gambar 4.8 Diagram Batang Perbandingan <g> Keterampilan Berpikir

Kritis untuk Tiap Kelompok Prestasi Siswa Kelas

MI-PTD 81

Gambar 4.9 Diagram Batang Perbandingan <g> Keterampilan Berpikir

(5)

Sunariyo, 2012

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 106

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 138

Lampiran C : Hasil Uji Coba Soal Tes ... 198

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, dan N-Gain ... 217

Lampiran E : Pengolahan Data ... 240

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Tujuan utama dalam pendidikan sains adalah menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam implementasinya, kompetensi yang ingin dibangun dari pendidikan sains

adalah paham akan berbagai konsep sains, berkembangnya sikap kritis dan ingin

tahu, serta dapat melakukan inkuiri ilmiah sehingga mampu bersaing dalam

kompetisi global. Unuk itu, orientasi pembelajaran fisika yang dikembangkan,

konten bukan menjadi tujuan utama, tetapi diperlukan proses pembelajaran yang

mengedepankan peran siswa secara aktif serta mengena pada tujuan yang hendak

dicapai, sehingga proses pembelajaran tidak sekedar transformasi-informasi

secara tekstual, melainkan pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam

mengkonstruk konsepsi secara bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi

dalam konteks kehidupan nyata.

Pada kenyataannya, realitas pembelajaran fisika yang dilaksanakan

menunjukkan pola pembelajaran belum seluruhnya menyentuh pada tujuan mata

pelajaran fisika itu sendiri, sehingga tidak mengherankan jika keluarannya masih

lemah dalam hal pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan berfikir. Pola

(7)

sebuah kegiatan yang „menakutkan‟ dan membebani sehingga tujuan

pembelajaran fisika tidak tercapai yang pada akhirnya kompetensi yang

diharapkan tidak maksimal.

Hasil penelitian Ferrer (Chandra:2006) di beberapa negara berkembang

Asia pada mata pelajaran fisika tidak dilengkapi dengan pengetahuan dan

kemampuan yang membuat mereka mampu memecahkan masalah kehidupan

sehari-hari untuk memperbaiki kualitas kehidupannya. Meskipun tentang

teknologi sudah dibelajarkan ketika mereka memasuki sekolah menengah,

ternyata siswa juga tidak mampu memecahkan masalah, lemah dalam proses

penemuan, siswa tidak dapat mengembangkan inovasi, serta tidak dapat

mentransfer teknologi.

Penyajian Fisika di sekolah saat ini lebih berorientasi kepada materi yang

tercantum pada kurikulum dan buku teks. Bagi siswa, belajar fisika tampaknya

hanya untuk kepentingan menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari

permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran fisika

dirasakan sebagai beban yang harus diingat, dihafal, dan dipahami serta tidak

dirasakan maknanya bagi kehidupan mereka sehari-hari.

Sebagai contoh, di sekolah mereka telah mempelajari dan menguasai

materi pelajaran tentang rangkaian listrik seri dan paralel, hukum Ohm, dan

hukum Kirchof, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa saat sekering listrik

di rumahnya putus karena terjadi hubungan singkat (kortsluiting). Di mata siswa,

(8)

bermaknaan materi sains bagi siswa akan menyebabkan rendahnya minat dan

motivasi dalam belajar sains.

Dalam hubungan dengan permasalahan di atas, maka relevansi

kebermaknaan materi pembelajaran fisika dan teknologi khususnya teknologi

dasar perlu dijadikan sebagai substansi yang harus digarap secara serius dalam

pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pembelajaran fisika tidak hanya

berorientasi pencapaian konsep semata, tetapi juga membangun keterampilan

berpikir dan kreativitas siswa, serta aplikasi teknologi yang dapat memberikan

pengalaman dengan arah proses pengetahuan dan konteks yang lebih luas dalam

mengembangkan melek teknologi.

Pendidikan Teknologi Dasar menurut HJ. Grover dalam Candra (2010)

dapat didefinisikan sebagai pendidikan untuk masa depan yang memberi

anak-anak muda kesempatan untuk mempelajari berbagai jenis bahan, proses, produk

industri dan permasalahan yang berhubungan dengan kehidupan dan pekerjaan

dalam dunia teknologi. Pendidikan teknologi dasar lebih mengembangkan

ketrampilan berpikir teknologi seperti kemampuan untuk mengakui suatu

permasalahan, mengaplikasikan pengetahuan, memecahkan masalah melalui

pencarian berbagai macam alternatif jawaban, membuat keputusan,

mengkomunikasikan temuan/fakta-fakta baru, menguji dan mengevaluasi hasil

kerja.

Untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa agar

(9)

keterampilan berpikir kritis memang tidak mungkin dilakukan dengan metode

ceramah, Hestenes (1996) berpendapat bahwa salah satu metode yang dapat

dilakukan dengan metode pemodelan (modeling instruction). Tujuan dari

modeling instruction atau selanjutnya disebut MI adalah untuk membuat struktur

(model) ini jelas dan nyata bagi siswa dan menciptakan model-model ini melalui

pelibatan siswa dalam diskusi yang aktif

Selain itu, MI bertujuan untuk memperbaiki banyak kelemahan dari

metode ceramah-demonstrasi dalam pembelajaran termasuk fragmentasi

pengetahuan, sikap pasif siswa, dan keyakinan yang naif tentang dunia nyata,

karena metode ini, menekankan pada pengembangan pembelajaran secara jelas,

komprehensif, dan konsep model yang sistematis dari fenomena fisika.

Pemodelan menjadi sebuah cara pendidikan yang efektif karena sejalan dengan

kesadaran manusia. Diharapkan melalui pemodelan ini, siswa mampu

menggambarkan simbol dari realita dalam fisika yang dibuat sendiri dengan alat

penjelasan berupa grafik, rumusan matematika, dan diagram.

Proses pembelajaran fisika dengan MI, memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melakukan pengamatan empiris suatu fenomena yang berpusat pada

konteks nyata (kontekstual) sebagai dasar untuk mendapatkan dan memvalidasi

semua model. Berkaitan dengan dengan fenomena yang berpusat pada konteks

nyata (kontekstual), fenomena yang disajikan pada pembelajaran fisika konsep

listrik dinamis berupa aplikasi teknologi dalam rumah tangga. Untuk

(10)

mengenai proses terjadinya fenomena fisika dengan melakukan penginderaan

sebanyak mungkin, mengamati peristiwa yang terjadi melalui eksperimen,

melakukan percobaan, mencatat data dan pola yang muncul dari peristiwa

tersebut, dengan demikian proses pembelajaran yang dilakukan mampu

memberikan pengalaman langsung, lebih menarik dan bermakna.

Diharapkan melalui cara ini dilatih mengidentifkasi dan memecahkan

permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya yang dapat dipecahkan dengan

teknologi. selai itu, siswa juga akan belajar memahami hubungan timbal balik

antara pekembangan teknologi dengan masyarakat, belajar mengunakan produk

teknologi dan sistem secara benar. Bahkan mereka akan belajar merancang dan

membuat karya teknologi sendiri. Selama proses pembelajaran, siswa belajar

bekerjasama dalam tim, bekerja mandiri dalam tim, mengemukakan dan

menerima pendapat secara argumentatif yang didukung fakta.

Beberapa hasil penelitian terdahulu telah membuktikan keefektifan

penerapan modeling instruction dalam pembelajaran fisika di SMA diantaranya:

Sawtelle et.al (2010), menunjukan bahwa MI berdampak positif pada efikasi diri

siswa. Hasil penelitian lain, Eric Brewe et.al (2008), bahwa metode MI

menunjukan adanya pergeseran sikap positif mahasiswa mengenai fisika di

universitas Colorado tahun akademik 2007/2008. Metode MI secara signifikan

mempengaruhi sikap positif siswa mengenai fisika, hasil ini didukung juga

(11)

Kajian mengenai implementasi pendidikan tekonologi dasar dalam

pembelajaran fisika sudah dilakukan di Indonesia pada jenjang SMP. Chandra

(2010) melakukan kajian mengenai efektivitas pembelajaran fisika melalui

pendidikan teknologi dasar (PTD) di sekolah menengah pertama (SMP), hasilnya

menunjukan bahwa pembelajaran fisika melalui PTD dapat meningkatkan

Kemampuan fisika lebih baik dibanding pembelajaran fisika non PTD, sehingga ia

menyimpulkan bahwa pembelajaran fisika melalui PTD lebih efektif

meningkatkan kemampuan fisika dibandingkan dengan pembelajaran fisika

melalui non PTD.

Dari topik-topik yang ada dalam mata pelajaran fisika di SMA, dipilih

topik listrik dinamis. Listrik merupakan salah satu pokok bahasan dari materi

fisika SMA kelas X semester genap. Alasan dipilihnya topik ini karena listrik

dinamis dapat terlihat langsung di kehidupan sehari-hari namun pada

kenyataannya masih sulit dipahami siswa. Pada umumnya siswa kesulitan dalam

membedakan antara konsep kuat arus dan tegangan pada rangkaian seri dan

paralel. Oleh karena itu agar siswa dapat memahami konsep-konsep dan

hukum-hukum fisika khususnya masalah rangkaian listrik, maka perlu diadakan penelitian

untuk mencari cara pembelajaran yang tepat, sebagai upaya untuk meningkatkan

kemampuan kognitif siswa

Berdasarkan uraian diatas, upaya meningkatakan kualitas pembelajaran

dengan memperkenalkan teknologi dalam proses pembelajaran melalui

(12)

mengimplementasikan MI dengan memberikan pendidikan teknologi dasar

didalamnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan pembelajaran fisika

yang berorientasi pemodelan dengan penyertaan teknologi di dalamnya (MI-PTD)

agar dapat mengakomodasi siswa memperoleh pengalaman langsung,

mengembangkan keterampilan berpikir dan peningkatan pengetahuan.

Melalui implementasi pembelajaran berbasis kajian tersebut siswa tidak

hanya sekedar hapal dan memahami konsep, tetapi siswa diberi kesempatan untuk

mengembangkan sikap ingin tahu, menggali, menjelaskan dan menganalisis

secara logis konsep fisika yang digunakan dalam teknologi tersebut. Selain itu,

untuk membentuk kesinambungan aplikasi teknologi dalam pembelajaran fisika

dan memberikan pengalaman dengan arah proses pengetahuan dan konteks yang

lebih luas dalam mengembangkan pengetahuan mengenai teknologi melalui

pembelajaran fisika.

B.PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah

efektivitas penggunaan pendidikan teknologi dasar pada pembelajaran listrik

dinamis melalui modeling instruction (MI-PTD) dalam meningkatan kemampuan

kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa?

Rumusan masalah di atas dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan

(13)

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan

pembelajaran listrik dinamis melalui modeling instruction dengan pendidikan

teknologi dasar (MI-PTD) dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran listrik dinamis tanpa pendidikan teknologi dasar (MI)?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan

pembelajaran listrik dinamis melalui modeling intruction dengan pendidikan

teknologi dasar (MI-PTD) dibandingkan dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran listrik dinamis tanpa pendidikan teknologi dasar

(MI)?

3. Bagaimana tanggapan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui

modeling intruction dengan pendidikan teknologi dasar (MI-PTD)?

Dengan memperhatikan aspek-aspek metodologi, kelayakan di lapangan,

dan keterbatasan yang ada pada peneliti, maka penelitian perlu dibatasi atau

difokuskan. Fokus pada penelitian ini adalah implementasi modeling instruction

dengan pendidikan teknologi dasar pada konsep listrik dinamis untuk

meningkatkan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa di kelas

X Sekolah Menengah Atas (SMA) yang dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Kriteria efektivitas yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.5. Suatu

pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan <�> lebih tinggi

dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006)

2. Peningkatan kemampuan kognitif listrik dinamis diukur dari peningkatan <g>

(14)

(C3), dan menganalisis (C4) dengan materi listrik dinamis mencakup

konsep-konsep: (1) alat ukur listrik, (2) hukum Ohm, (3) arus dan tegangan listrik, (4)

rangkaian listrik, dan (5) energy dan daya listrik.

3. Peningkatan keterampilan berpikir kritis diukur dari peningkatan <g> tes awal

dan ahkir yang dibatasi pada aspek aspek berpikir kritis :(1) Induksi; (2)

Observasi dan kredibilitas sumber; (3) Deduksi; (4) Identifikasi asumsi.

4. Tanggapan siswa dijaring dengan sejumlah pernyataan melalui angket respon

siswa setelah diterapkan pembelajaran.

C.TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah mendapatkan

gambaran tentang efektivitas penggunaan pendidikan teknologi dasar pada

pembelajaran listrik dinamis melalui modeling instruction (MI-PTD) dalam

meningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis siswa

D.MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini akan memberikan informasi mengenai proses

pengembangan pembelajaran fisika dengan MI-PTD dan bentuk tes keterampilan

berpikir kritis. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah hasil dan

temuannya dapat dijadikan rujukan, koreksi atau studi awal dalam pengembangan

pembelajaran fisika dengan pendidikan teknologi dasar (PTD). Selain itu,

manfaat praktis bagi siswa adalah memberi kesempatan untuk mengembangkan

sikap ingin tahu, menggali, menjelaskan dan menganalisis secara logis konsep

(15)

yang lebih luas dalam mengembangkan pengetahuan mengenai teknologi.

Sedangkan bagi peneliti pendidikan fisika yang tertarik untuk mengembangkan

instrument kerampilan berpikir kritis, instrument yang digunakan dalam penelitian

ini dapat digunakan sebagai pembanding.

E.DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam interpretasi, serta untuk

mendapatkan pengertian yang sama terhadap istilah yang digunakan pada judul

penelitian, maka istilah tersebut perlu dijelaskan sebagai berikut :

1) Keefektifan pembelajaran diukur dari peningkatkan rata-rata N-gain (<g>)

penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis.

2) Modeling Instruction dalam pembelajaran fisika (MI) adalah pembelajaran

yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mengamati fenomena

baru, mengidentifikasi variabel, merencanakan, melakukan, dan menganalisis

percobaan, menyajikan hasil eksperimen, kemudian “menginduksi” atau

mengeneralisasi model secara umum dengan langkah-langkahnya mengacu

(16)

3) Modeling Instruction dalam pembelajaran fisika dengan pendidikan tekonlogi

dasar (MI-PTD) adalah pembelajaran dengan memberikan kesempatan yang

lebih besar kepada siswa untuk mempelajari konsep kelistrikan yang

berhubungan dengan kehidupan dan pekerjaan dalam dunia teknologi,

menggunakan Modeling instruction standar sebagai dasarnya namum

ditambahkan muatan pendidikan teknologi dasar yang diintegrasikan pada

tahapan (1) deskripsi kualitatif terhadap fenomena; (2) perencanaan dan

kegiatan eksperimen; (3) ekstrapolasi dan penguatan. Unsur-unsur yang

diintegrasikan kedalam pembelajarannya meliputi: (1) teknologi dan

masyarakat, (2) penanganan produk teknologi, (3) perancangan dan

pembuatan produk teknologi.

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Asumsi yang diajukan dalam rencana penelitian ini adalah

1. Penerapan MI-PTD dengan tahapannya dapat memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan sikap ingin tahu, menggali, menjelaskan dan menganalisis

secara logis konsep fisika yang digunakan dalam teknologi dan membentuk

kesinambungan aplikasi teknologi sehingga dapat memberikan pengalaman

dengan arah proses pengetahuan dan konteks yang lebih luas dalam

mengembangkan pengetahuan mengenai teknologi melalui pembelajaran

fisika.

2. Penerapan MI-PTD dapat memfasilitasi terjadinya proses latihan berpikir untuk

(17)

Berdasarkan asumsi penelitian diatas, maka hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Penerapan MI-PTD dalam pembelajaran fisika lebih efektif untuk

meningkatkan kemampuan kognitif siswa dibandingkan dengan

penerapan MI.

( Ha1) ; Ha1 ( µx1> µy1 ; α = 0,05 )

µx1 = Rata-rata kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan

pembelajaran MI-PTD.

µy1 = Rata-rata kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan

pembelajaran MI

2. Penerapan MI-PTD dalam pembelajaran fisika lebih efektif untuk

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan

penerapan MI

( Ha2) ; Ha2 ( µx2> µy2 ; α = 0,05 )

µx2 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan

pembelajaran MI-PTD

µy2 = Rata-rata keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menguji efektivitas penggunaan MI-PTD dalam

pembelajaran fissika terhadap kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir

kritis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

eksperiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan

kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis digunakan metode quasi

eksperiment dengan desain control group pretest-posttest design” (Fraenkel,

1993). Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan

siswa terhadap penggunaan MI-PTD. Pada desain ini menggunakan dua kelompok

yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen mendapatkan pembelajaran fisika dengan MI-PTD dan kelompok

kontrol dengan MI. Terhadap dua kelompok dilakukan tes awal dan tes akhir

untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif sebelum dan setelah

pembelajaran. Tes awal dan tes akhir juga diberikan pada kedua kelompok untuk

melihat keterampilan berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran. Desain

(19)

Sunariyo, 2012

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen O1 O2 X1 O1 O2

Kontrol O1 O2 X2 O1 O2

Keterangan:

X1 = MI -PTD X2 = MI

O1 = tes awal dan tes akhir kemampuan kognitif O2 = tes awal dan tes akhir keterampilan berpikir ktitis

B. Subjek Penelitan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X pada sebuah SMA

Negeri di Kota Pangkalpinang, yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 190

orang. Subjek penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara randomized control

sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pemilihan secara acak

didapatkan kelas X-2 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 31 orang

siswa dan kelas X-6 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 30 orang siswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang modeling

(20)

kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis, dan konsep listrik

dinamis.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.

c. Melakukan validasi instrumen.

d. Melakukan uji coba dan analisis tes.

2. Pelaksanaan

Melakukan uji coba tes, mengadakan tes awal pada kelompok eksperimen

dan kontrol untuk mengetahui kemampuan kognitif awal siswa tentang materi

listrik dinamis, menerapkan pembelajaran MI-PTD pada kelas eksperimen

dan pembelajaran pembelajaran MI pada kelas kontrol, melakukan observasi

keterlaksanaan model, memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol untuk mengetahui kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir

kritis siswa setelah mendapat perlakuan, dan menyebarkan angket tanggapan

siswa terhadap penggunaan pembelajaran MI-PTD pada kelas eksperimen .

3. Pengolahan dan Analisa Data

Menghitung gain yang dinormalisasi kemampuan kognitif, keterampilan

berpikir kritis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji

normalitas data gain yang dinormalisasi, melakukan uji homogenitas varians,

melakukan uji kesamaan dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket

(21)

Sunariyo, 2012

Efektivitas Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Pada Pembelajaran Listrik Dinamis Melalui Modeling Instruction Dalam Meningkatan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

D. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada

Gambar 3.1.

Studi Pendahuluan

Validasi,Uji Coba, Revisi

Tes Awal

(pretest)

Pembelajaran Fisika MI-PTD

Studi Literatur: modeling instruction, PTD, kemampuan kognitif, keterampilan berpikir kritis

(22)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun

dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

1. Tes Kemampuan Kognitif

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa terhadap

konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan

jawaban sebanyak 20 butir soal ranah kognitif. Tes ini untuk mengukur

kemampuan kognitif siswa sebelum (tes awal) dan sesudah (tes akhir)

mendapatkan perlakuan. Indikator kemampuan kognitif pada penelitian ini

didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada

tingkatan domain pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Butir

soal tes kemampuan kognitif dikonsultasikan dengan dosen pembimbing,

dinilai oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes

kemampuan kognitif secara keseluruhan tertera pada lampiran B.

2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Soal

tes keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan diadopsi dari Cornell

(23)

Sunariyo, 2012

yang terdiri dari 42 butir soal. Indikator tes untuk melihat keterampilan

berpikir kritis siswa dibatasi pada aspek (1) induksi; (2)Observasi dan

kredibilitas sumber; (3) deduksi; dan (4) Identifikasi asumsi. Untuk mengukur

keterampilan berpikir kritis siswa sebelum mendapat perlakuan MI-PTD dan

pembelajaran MI dilakukan tes awal sedangkan untuk mengukur kemampuan

keterampilan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan

tes akhir. Butir soal tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai

oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes keterampilan

proses sains secara keseluruhan tertera pada lampiran B.

3. Angket Tanggapan Siswa

Angket digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa

terhadap penggunaan MI-PTD dalam pembelajaran fisika konsep listrik

dinamis. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala

likert, dengan empat kategori tanggapan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

4. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk

mengamati sejauh mana tahapan MI-PTD yang telah direncanakan terlaksana

dalam proses belajar mengajar. Observasi yang dilakukan adalah observasi

terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cek.

(24)

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu

melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu

menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan

instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat

pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen

1. Siswa Kemampuan kognitif

siswa sebelum dan

2. Siswa Keterampilan

berpikir kritis siswa

Kuesioner Angket yang memuat

pernyataan-4. Guru dan siswa Keterlaksanaan

(25)

Sunariyo, 2012

G. Teknik Analisis Tes

Analisis instrumen meliputi perhitungan Validitas Instrumen, Reliabilitas

Instrumen, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal. Analisis ini

bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen

sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen yang

digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang

dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui

validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (dosen fisika UPI)

terhadap tes kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir kritis. Ada tiga orang

yang diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal

dengan konsep yang diukur dan indikator. Hasil pertimbangannya, butir soal yang

dibuat dinyatakan sesuai antara konsep yang diukur dengan indikator.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang

dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke

pengukuran lainnya (Sugiyono, 2004). Artinya instrument yang realibel apabila

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Pengujian realibilitas dilakukan dengan metode test-retest,

(26)

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product

Moment Pearson: (Arikunto, 2008).

=

� −

� 22 22

(3.1)

Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan

X = skor item

Y = skor total

N = jumlah siswa

Koefisien korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun

karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat

mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan

adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif

menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008).

3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai

dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung

dengan persamaan: (Arikunto, 2008).

=

(3.2)

(27)

Sunariyo, 2012

P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

Tabel 3.3.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan

ganda digunakan persamaan: (Arikunto, 2008).

� = − =� − � (3.3)

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas JB = banyak peserta kelompok bawah

(28)

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali Negatif Tidak baik, harus dibuang

(Arikunto, 2008)

H. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang

diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui

peningkatan kemampuan kognitif, peningkatan keterampilan berpikir kritis,

efektivitas pembelajaran fisika MI-PTD dan tanggapan siswa terhadap

pembelajaran fisika MI-PTD. Data yang diperoleh dari angket dan observasi

dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap

model pembelajaran dan melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam

pembelajaran. Data peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir

(29)

Sunariyo, 2012

menggunakan program SPSS for Windows versi 16.0, untuk melihat normalitas,

homogenitas varians, peningkatan kemampuan kognitif dan peningkatan

keterampilan berpikir kritis.

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only,

yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak

dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah

jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

S = ∑ R (3.4)

dengan :

S = Skor siswa, R = Jawaban siswa yang benar

Untuk melihat peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan berpikir

kritis sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan

oleh Hake (1999) sebagai berikut:

< �>=< >−< >

� −< > (3.5)

Keterangan:

<Spos > = rata-rata skor tes akhir

<Spre > = rata-rata skor tes awal

<Smaks > = rata-rata skor maksimum ideal

Rata-rata gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan kemampuan kognitif pada materi listrik dinamis dan keterampilan

(30)

Tabel 3.5.

Kategori Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis

Batasan Kategori

<� > > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ <� > ≤ 0,7 Sedang

<� > < 0,3 Rendah

Sedangkan efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari perbandingan nilai

< �> kelas eksperimen yang menggunakan MI-PTD dan kelas kontrol yang

menggunakan MI. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif jika menghasilkan

< �> lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan

tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample

Kolmogorov Smirnov Test.

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah

peubah bebas dengan Levene Test

(31)

Sunariyo, 2012

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu ekor (one

tile) dengan taraf signifikan α = 0,05. Jika data berdistribusi normal dan homogen

maka digunakan uji statistik dengan rumus: (Uyanto, 2009)

= −

nx = jumlah sampel kelompok eksperimen

ny = Jumlah sampel kelompok kontrol

S1 = varians kelompok eksperimen

S2 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian dengan membandingkan taraf signifikansi hitungan P

dengan α = 0,05, jika taraf signifikansi hitungan lebih kecil dari 0,05, maka Ha

diterima atau dengan membandingkan tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf

signifikansi (α = 0,05).

4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus

(Sugiono, 2008).

% � = � ℎ � � ℎ � � �

� ℎ � ℎ 100% (3.7)

Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan

STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Sujana, 1989). Dalam

(32)

a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan

R = persentase maksimum – peersentase minimum

R = 100% -25% = 75%

b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan sisiwa

Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang rentang

kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan.

� = = 75%

4 = 18,75%

Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase

tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.6, sebagai berikut:

Tabel 3.6

Pengkategorian persentase tanggapan siswa

Batasan Persentase Kategori

25,00% < % tanggapan siswa ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif)

43,75% < % tanggapan siswa ≤ 62,50% Tidak Setuju ( negatif) 62,50% < % tanggapan siswa ≤ 81,25% Setuju ( positif)

81,25% < % tanggapan siswa ≤ 100% Sangat Setuju (sangat positif)

Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa

terhadap pembelajaran fisika MI-PTD pada konsep listrik dinamis di kelas X.

5. Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang

disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap

pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.

6. Analisis data hasil observasi proses pembelajaran MI-PTD yang dilakukan

(33)

Sunariyo, 2012

I. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMA kelas XI di salah satu sekolah di

Pangkalpinang. Soal tes kemampuan kognitif yang di ujicobakan berjumlah 25

butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan berpikir kritis

berjumlah 50 butir soal dalam pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan untuk

menentukan realibilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik yaitu dengan

menghitung korelasi antara ujicoba pertama dan kedua serta uji hipotesis dua

rata-rata sampel berpasangan, dengan menggunakan SPSS 16. Untuk korelasi soal

ujicoba pertama dan kedua diperoleh nilai korelasi sebesar 0,82 dengan tingkat

kepercayaan 0,99. Artinya korelasi antara hasil ujicoba pertama dan kedua kedua

bernilai positif dan signifikan, maka instrument ini dapat dinyatakan reliable.

Sedangkan untuk uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan dengan

uji-t dengan dua pihak diperoleh nilai sig 0,366 > 0,05 untuk derajat kebebasan

29 dan taraf kepercayaan 0,95 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat perbedaan rata-rata yang sebenarnya antara hasil ujicoba pertama dan kedua.

Dari perhitungan tingkat kesukaran diperoleh 8 butir soal dengan kategori

sukar; 15 butir soal dengan kategori sedang; dan 2 butir soal dengan kategori

mudah. Sedangkan daya pembeda soal tes kemampuan kognitif diperoleh 4 butir

soal dikategorikan baik sekali;16 butir soal dikategorikan baik; 3 butir soal

(34)

ujicoba, maka diperoleh 20 butir soal kemampuan kognitif pada materi listrik

dinamis yang digunakan dan 5 butir soal tidak digunakan yaitu soal nomor

1,8,13,14 dan 15 (dibuang)

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik instrument

keterampilan berpikir kritis yaitu dengan menghitung korelasi antara ujicoba

pertama dan kedua serta uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan, dengan

menggunakan SPSS 16. Untuk korelasi soal ujicoba pertama dan kedua diperoleh

nilai korelasi sebesar 0,87 dengan tingkat kepercayaan 0,99. Artinya korelasi

antara hasil ujicoba pertama dan kedua kedua bernilai positif dan signifikan, maka

instrument ini dapat dinyatakan reliable.

Sedangkan untuk uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan dengan

uji-t dengan dua pihak diperoleh nilai sig 0,793 > 0,05 untuk derajat kebebasan

29 dan taraf kepercayaan 0,95 yang berarti H0 diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat perbedaan rata-rata yang sebenarnya antara hasil ujicoba pertama dan kedua.

Dari perhitungan tingkat kesukaran diperoleh 12 butir soal dengan kategori

sukar; 32 butir soal dengan kategori sedang; 4 butir soal dengan kategori mudah

dan 4 butir soal sangat mudah. Sedangkan daya pembeda soal tes kemampuan

kognitif diperoleh 26 butir soal dikategorikan baik; 15 butir soal dikategorikan

cukup; 5 butir soal dikategorikan jelek; dan 4 butir soal tidak dianalisis karena

merupakan contoh soal. Berdasarkan hasil ujicoba intrumen ini, maka diperoleh

(35)

Sunariyo, 2012

7,11,14,18,27,33,36, dan 37 (dibuang) sedangkan 4 butir soal merupakan contoh

dalam soal yaitu nomor 1, 16, 35, dan 45

J. Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 23 April s/d 22 Mei 2012.

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kegiatan pembelajaran Fisika di kelas X

(36)

Sunariyo, 2012

Efektivitas Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Pada Pembelajaran Listrik Dinamis KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan pembelajaran fisika melalui MI-PTD lebih meningkatkan

kemampuan kognitif pada konsep listrik dinamis dibandingkan pembelajaran

fisika melalui MI tanpa pendidikan teknologi dasar dengan nilai <g> siswa

kelas eksperimen (MI-PTD) sebesar 0,49 sedangkan nilai <g> siswa kelas

kontrol (MI) sebesar 0,40. Hal ini diperkuat dengan terlihatnya perbedaan yang

signifikan peningkatan <g> kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan

pembelajaran fisika melalui MI-PTD dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran fisika melalui MI.

2. Perbedaan <g> keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapatkan

pembelajaran fisika melalui MI-PTD dan siswa yang mendapatkan

pembelajaran fisika melalui MI menunjukkan bahwa pembelajaran fisika

melalui MI-PTD dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik

dibanding pembelajaran fisika melalui MI standar dengan nilai <g> siswa kelas

eksperimen (MI-PTD) sebesar 0,37 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol

(37)

Sunariyo, 2012

Efektivitas Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Pada Pembelajaran Listrik Dinamis Melalui Modeling Instruction Dalam Meningkatan Kemampuan Kognitif Dan Keterampilan

mendapatkan pembelajaran fisika melalui MI-PTD lebih tinggi dibandingkan

dengan gain ternormalisasi pembelajaran fisika melalui MI. Hal ini diperkuat

dengan terlihatnya perbedaan yang signifikan dalam hal keterampilan berpikir

kritis antara pembelajaran fisika melalui MI-PTD dan MI.

3. Pembelajaran fisika melalui MI-PTD lebih efektif dibadingkan pembelajaran

fisika melalui MI yang diterapkan pada konsep listrik dinamis

4. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap adaptasi modeling instruction

melalui pendidikan teknologi dasar pada konsep listrik dinamis setelah

memperoleh pembelajaran. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa

lebih aktif, suasana belajar dirasa menyenangkan dan mendukung dalam

meningkatkan kemampuan kognitif.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Adaptasi

modeling instruction melalui pendidikan teknologi dasar pada konsep listrik

dinamis maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Agar dalam mengimplementasikan MI-PTD dalam pembelajaran fisika lebih

(38)

Sunariyo, 2012

Efektivitas Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Pada Pembelajaran Listrik Dinamis

penemuan mereka setelah melakukan eksperimen

2. Agar siswa dapat lebih optimal dalam memperbaiki konsep dan sadar bahwa

ada pembatasan yang berlaku pada model tersebut, pada tahapan perbaikan dan

pengintergrasian, guru harus memberikan penjelasan yang maksimal melalui

demonstrasi dan contoh pembanding yangs sesuai dengan konsep tesebut.

3. Pada tahapan deskripsi kualitatif dan presentasi, guru harus memotivasi siswa

supaya berani mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi

(39)

Sunariyo, 2012

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi

IV). Jakarta: Rineka Cipta

Arifin, M. (2003). Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia. Surabaya: Airlangga Press

Bodner, George M. (1986). Constructivism: A Theory of Knowledge. Journal of

Chemical Education, Vol.63.

Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: ASCD

Chandra, D.T (2010). Kajian Efektivitas Pembelajaran Fisika Melalui Pendidikan

Teknologi Dasar (PTD) di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Makalah

Pendidikan Fisika UPI: tidak di terbitkan

Djamarah,S.B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hake, Richard R. (1998). "Interactive-engagement methods in introductory mechanics courses," tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~hake

Hake, Richard R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores, tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/AnalyzingChange-Gain.pdf

Hestenes, David (1987). Toward a Modeling Theory of Physics Instruction, American Journal of Physics 55, 440-454. Tersedia:

http://modeling.asu.edu/R&E/Research.html

Hestenes, David(1996). Modeling Methodology for Physics Teachers.

Proceedings of the International Conference on Undergraduate Physics Education (College Park, August 1996). Tersedia :

http://modeling.asu.edu/ r&e/ModelingMeth-jul98.pdf

Ennis, R.H. (1985). An Elaboration of a Cardinal Goal of Science Instruction. Educational Phillosophy and Theory, 23, (1), 31-34

Eric Brewe.(2006). Modeling theory applied; modeling instruction in university physics. Tersedia : http://arxiv.org/pdf/physics/0602086

Eric Brewe, Laird Kramer, and George O’Brien (2008). Modeling instruction:

(41)

Etty Djaskarti (2005), Pendidikan Teknologi Dasar. Bandung : P4TK.

Fraenkel, J.R & Wallen, N.E., (1993). How To Design And Evaluate Research in

Education (second ed.). New York: McGraw-Hill Book Co

Holbrook,J (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical education international. 6(1),1-12. Tersedia:

http://old.iupac.org/publications/cei/vol6/06_Holbrook.pdf

Indrawati. (2000). Model-model Pembelajaran IPA, Bandung: Depdikbud.

Ibrahim, M. (2004). Kumpulan Makalah Pengenalan Strategi Pembelajaran

Biologi Di Perguruan Tinggi. Pekanbaru : Universitas Riau.

Jon E. Fishwild, (2005). Modeling Instruction and The Nature of Science. Tersedia : http://modeling.asu.edu/thesis/FishwildJon_ModInstr&NOS_05.pdf

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching & Learning. Bandung. MLC

La Ode Nursalam. (2007). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Pada Konsep Listrik Dinamis.

Tesis PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Lawson, A. (1988). Science Teaching and The Development of Thinking. California. W Publishing Company.

Liliasari, (2005). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi (Studi Pengembangan Berpikir Kritis dan Kreatif). Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX

Perguruan Tinggi. UPI Bandung

Liliasari, (2011) Pengembangan Keterampilan Generik Sains Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik. Tersedia

online: http://liliasari.staf.upi.edu/files/2011/05/Makalah-Joint-SEM-UiTM-2011-LILIASARI.pdf

Lloyd H. (Nick) Cabot, Jr. (2008). Transforming Teacher Knowledge: Modeling Instruction in Physics. Tersedia: http://www.grin.com/en/doc/264474/ transforming-teacher-knowledge-modeling-instruction-in-physics

Margendoller, J.R, Maxwell, N.L, dan Bellisimo, Y. (2006). The Effectivenes of Problem-Based Instruction: A Comperative Study of Instructional Methods and Student Charactheristics. The Interdisciplinary Journal of

(42)

http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1026&context=ijp bl

Meyers, Chet. (1986). Teaching Students to Think Critically. California: Jossey-Bass Inc Publishers

Nur, M. dan Wikandari, P. R. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa Pusat Sain dan Matematika Sekolah

Ratna Wilis Dahar (1989). Teori-Teori Belajar.Jakarta: Penerbit Erlangga

Ruseffendi, E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sawtelle, Vashti; Brewe, Eric; Kramer, Laird H.(2010). Positive Impacts of Modeling Instruction on Self-Efficacy. Physics Education Research Conference. Aip Conference Proceedings, Volume 1289, pp. 289-292

(2010). Tersedia:

http://www.per-central.org/document/ServeFile.cfm?ID=10573&DocID=2064

Schafersman, Steven D. (2008). An Introduction to Critical Thinking. http://www.freeinquiry.com/critical-thinking.html. 2 Agustus 2008

Splitter, J.L. (1992). Critical Thinking: What, why, When and How. Australia Council for Educational Research

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suryabrata, S. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wells, M., Hestenes, D., & Swackhamer, G. (1995). A modeling method for high school physics instruction. American Journal of Physics, 63, 606-619. Tersedia: http://modeling.asu.edu/r&e/modelingmethod\

Gambar

Tabel 3.1. Desain Penelitian
Gambar 3.1.
Tabel 3.2.  Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.3.   Kriteria Indeks Kesukaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan

dan waktu fermentasi terhadap kadar bioetanol yang diperoleh. 2) Untuk memanfaatkan limbah nangka (biji nangka) untuk pembuatan. bioetanol sebagai energi alternatif dan menjadi

Salah satu penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus baik pada saat. pembibitan dan saat tanaman sudah ditanam dilahan adalah karat

Norma social yang terbentuk antar pedagang merupakan norma-norma yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan diantara pedagang asongan juga terdapat nilai-nilai resiprositas yang

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Jika tanah sudah tercemar limbah detergen, di khawatirkan bahan kimia yang terkandung pada detergen terakumulasi dalam tubuh dan dapat mengakibatkan penyakit sejenis kanker

“kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja

[r]