• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TBI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SDN 7 Sarijadi Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TBI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS :Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SDN 7 Sarijadi Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Definisi Operasional Variabel ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 14

G. Paradigma Penelitian ... 15

H. Metode Penelitian ... 16

I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI ... 17

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 17

2. Pembelajaran Kooperatif ... 19

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI ... 28

B. Pemahaman Konsep IPS ... 34

1. Konsep IPS ... 34

2. Pemahaman Konsep IPS ... ... 45

C. Belajar dan Prestasi Belajar ... 50

D. Teori Belajar yang Mendukung ... 62

E. Pembelajaran Konvensional... ... 67

F. Penelitian yang Relevan ... 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 73

B. Alur Penelitian ... 75

C. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 81

1. Lokasi Penelitian ... 81

2. Subyek penelitian ... 81

(2)

vii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 85

F. Teknik Analisis Data ... 87

1. Uji Alat Tes Penelitian Untuk Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 87

2. Peningkatan Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 95

3. Uji Hipotesis ... 96

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 100

1. Deskripsi Proses Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI ... 101

2. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif tipe TBI ... 116

3. Tanggapan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI Dalam IPS ... 118

4. Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... ... 120

5. Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif dan Psikomotorik Serta Keterlaksanaannya ... 138

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 143

1. Deskripsi Proses Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI ... 143

2. Tanggapan Siswa Terhadap Model Pembelajaran Koooperatif Tipe TBI ... 149

3. Tanggapan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI ... 150

4. Dampak Pembelajaran Kooperatif TBI Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 152

5. Keterlaksanaan Ranah Afektif dan Psikomotorik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ... 157

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 159

B. Rekomendasi ... 160

DAFTAR PUSTAKA ... 162

(3)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Paradigma Penelitian ... 15 3.1 Alur Penelitian ... 80 4.1 Uji Beda rata-rata Skor Pretest Pemahaman

Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 124 4.2 Uji Beda Rata-rata Skor Posttest Pemahaman Konsep IPS dan

Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif... ... 129 4.3 Beda Rata-rata N-Gain Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar

Siswa Ranah Kognitif... 133 4.4 Peningkatan Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa

Ranah Kognitif Pada Tiap Indikator... 137

(4)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Definisi Operasional Variabel ... 12

2.1 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar ... 58

3.1 Desain Penelitian ... 73

3.2 Indikator Pemahaman Konsep Siswa ... 82

3.3 Indikator Prestasi Belajar Siswa ... 83

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 86

3.5 Kategori Validitas Butir Soal ... 88

3.6 Korelasi Skor Butir dengan Skor Total ... 89

3.7 Kategori Reliabilitas Soal ... 90

3.8 Kriteria Indeks Kesukaran Soal ... 92

3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 92

3.10 Kategori Daya Pembeda ... 94

3.11 Daya Pembeda Butir Soal ... 94

3.12 Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi ... 96

4.1 Tanggapan Siswa Terhadap Proses Pembelajaran Kooperatif tipe TBI ... ... 116

4.2 Petikan Wawancara dengan Guru yang Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI dalam IPS ... 119

4.3 Uji Normalitas pretest Pemahamn Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 121

4.4 Uji Homogenitas Skor Pretest Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 122

4.5 Uji Beda Rata-rata Pretest Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif... ... 123

4.6 Uji Normalitas Skor Posttest Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif... 126

(5)

x

4.8 Uji Beda Rata-rata Skor Posttest Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif... ... 128 4.9 Uji Normalitas N-Gain Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi belajar

Siswa Ranah Kognitif... 130 4.10 Uji-Homogenitas Skor N-Gain Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi

Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 131 4.11 Uji Beda Rata-rata N-Gain Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi

Belajar Siswa Ranah Kognitif ... 132 4.12 Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif

Pada Tiap Indikator... 135 4.13 Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran

(6)
(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya observasi yang dilakukan peneliti di lapangan pada Sekolah Dasar (SD) Negeri 7 Sarijadi Bandung. Berdasarkan observasi tersebut peneliti banyak menemukan permasalahan di bidang pembelajaran IPS. Di sini pembelajaran IPS banyak dipandang sebelah mata baik oleh para guru itu sendiri, siswa bahkan dari sebagian masyarakat yang belum sadar betapa pentingnya belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Padahal IPS itulah yang nantinya akan mempersiapkan anak didik untuk dapat mengenal kebudayaan yang ada di negaranya sebagai jati diri bangsa dan mempersiapkan anak didik untuk terjun dan berinteraksi secara langsung dengan masyarakat luas. Pembelajaran IPS itu tentunya dimulai dengan pemahaman konsep pada siswa yang akan berakibat pada prestasi belajar siswa itu sendiri.

(8)

Pemahaman konsep menurut Sudjana (2002:15) adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa mampu memahami arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Di sini siswa dituntut untuk dapat memahami konsep pembelajaran dengan baik terutama konsep pembelajaran IPS, di mana IPS sebagai ilmu pengetahuan yang diketengahkan pada tahun 1975 dan mata pelajaran ini berperan memfungsionalkan serta merealisasikan ilmu-ilmu sosial yang bersifat teoritik ke dalam kehidupan nyata di masyarakat. IPS mengintegrasikan dan mengorganisasikan secara pedagogik dari berbagai ilmu sosial yang diperuntukkan untuk pembelajaran di tingkat persekolahan sehingga melalui pembelajaran IPS siswa mampu membawa dirinya secara dewasa dan bijak dalam kehidupan nyata. Melalui pembelajaran IPS siswa diharapkan mampu menguasai teori-teori kehidupan dan menjalani kehidupan nyata di masyarakat sebagai makhluk sosial.

(9)

pendidikan yang terbuka; kelima, peningkatan profesionalisme tenaga pendidikan; keenam, penyediaan sarana belajar yang memadai; ketujuh, pembiayaan pendidikan yang berkeadilan; kedelapan, pemberdayaan peran masyarakat; kesembilan, pengawasan, evaluasi dan akreditasi pendidikan (Direktorat Menengah Umum Depdiknas, 2003).

Tetapi dalam prakteknya pendidikan kita mengalami banyak permasalahan seperti yang diungkapkan Kunandar (2007:68):

Pendidikan kita dewasa ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: pertama, memperlakukan peserta didik sebagai objek/klien, guru berfungsi sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator; kedua, materi ajar bersifat subject oriented; ketiga manajemen pendidikan masih baru dalam transisi sentralistik ke desentralistik, akibatnya pendidikan kita mengisolasi diri dari kehidupan riil yang berada diluar sekolah, kurang relevan antara yang diajarkan dengan kebutuhan dalam pekerjaan, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak sejalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan berkepribadian; keempat, proses pembelajaran di dominasi dengan tuntutan untuk menghapalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin guna menghadapi ujian/tes, dan pada kesempatan tersebut peserta didik harus mengeluarkan apa yang telah dihapalkan. Akibat dari praktek pendidikan semacam itu munculah berbagai kesenjangan dalam hal akademik, okupasional (kesenjangan antar dunia pendidikan dengan dunia kerja) dan kultural.

Begitu pula dalam permasalahan IPS di mana pada kenyataannya di masyarakat, umumnya orang berpendapat bahwa pelajaran IPS merupakan pelajaran yang tidak penting, tidak bergengsi atau pelajaran nomer dua setelah mata pelajaran matematika dan IPA. Hal ini juga sesuai dengan permasalahan yang pernah ditulis Lasmawan (2010:17) yang menyatakan permasalahan pembelajaran IPS di SD adalah:

(10)

kadang stagnan (jalan di tempat). Hal ini mengingat besarnya jumlah SD yang jauh dari jangkauan komunikasi ideal. Kedua, bahwa persepsi PIPS sebagai pelajaran yang tidak terlalu penting, atau kadang disepelekan karena terlalu mudah, menggiring pembelajaran IPS hanya menekankan aspek kognitif. Aspek afektif dan psikomotorik jarang dibuat parameter secara lebih tegas. Ketiga, bahwa pembelajaran IPS pada tingkat SD belum begitu besar peranannya secara realita sebagai problem solving dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian jelas lah adanya anggapan tersebut dimana siswa kurang berminat mempelajari IPS yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya prestasi belajar mata pelajaran IPS pada diri siswa.

(11)

pembelajaran kontekstual. Belajar dimulai dari hal-hal yang paling dekat dan berhubungan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari.

Program pendidikan IPS yang bersifat integrated learning yang mencakup empat dimensi yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan

(skills); (3) dimensi nilai dan sikap (values and attitudes); dan (4) dimensi

tindakan (Action). Dalam penerapannya hanya mewakili satu dimensi saja yaitu dimensi pengetahuan (knowledge) saja. Pembelajaran IPS cendrung hanya merupakan sebuah program pembelajaran yang bersifat transfer knowledge tanpa mengembangkan ketiga dimensi lainnya yang semestinya berjalan seiring (Supriatna, 2008).

Pembelajaran IPS di sekolah dasar tidak lagi sekedar kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dari guru kepada siswa belaka, akan tetapi pembelajaran merupakan suatu proses yang bisa membantu perkembangan siswa secara utuh, baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotornya. Perkembangan tersebut bisa tercapai dengan baik jika dilakukan berbagai usaha perbaikan dalam pembelajaran. Salah satu usaha perbaikan yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran adalah kemampuan dalam memilih model dan metode pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap keberhasilan dan hasil belajar siswa (Jarolimek, 1993).

(12)

terdapat beberapa sekolah tertentu masih ada guru yang belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran IPS dan ada siswa yang menganggap pelajaran IPS itu kurang menarik sehingga banyak siswa yang kurang paham dengan pelajaran IPS dan menyebabkan prestasi belajar siswa menurun. Hal tersebut bisa terjadi karena tidak tepatnya model pembelajaran yang digunakan oleh guru agar siswanya bisa menyukai pelajaran IPS itu sendiri.

Pembelajaran yang bermakna tentu saja didukung oleh berbagai faktor pengiring salah satunya yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran mengandung tiga fungsi yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sebagai alat motivasi ekstrinsik metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan semangat seseorang; sebagai strategi pembelajaran metode berfungsi sebagai alat mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien; dan sebagai alat mencapai tujuan metode berfungsi sebagai sarana untuk dapat mencapai tujuan (Syaiful Bahri Djamarah, 2002 : 83)

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam memilih metode mengajar guru diharapakan memperhatikan prinsip-prinsip didaktik yang telah dipelajari sebelumnya. Menurut Daldjoeni (2001:60) di dalam pembelajaran IPS terdapat empat prinsip didaktik yaitu:

1. Guru harus mengingat tingkat kematangan siswa sehingga tahu benar bagaimana tepatnya membangkitkan motivasi

(13)

3. Dalam hal proses belajar harap diingat adanya inquiri approach dan pupil

involvement, sehingga siswa diberi kesempatan untuk mengamati sendiri,

mencatat sendiri dan mencoba menyimpulkan sendiri

4. Guru melatih siswa memecahkan masalah, mula-mula secara bersama dengan bimbingan, kemudian tanpa bimbingan dan secara pribadi. Latihan untuk ini memerlukan pemanfaatan kesempatan untuk observasi pengumpulan data, klasifikasi data, interpretasi sampai penyimpulan melalui jalan pemecahan masalah.

Selain prinsip-prinsip tersebut guru juga dapat melibatkan keaktifan siswa dalam bekerja sama dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Menurut Kunandar (2007:359) “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan”. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan konsep-konsep yang menarik yang mungkin tidak disampaikan oleh guru dan konsep-konsep tersebut dapat didiskusikan dengan teman-temannya sehingga pelajaran IPS menjadi pelajaran yang menarik.

(14)

diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya.

Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Dalam model pembelajaran TBI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Kemudian guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan.

Alasan pemilihan model pembelajaran ini diantaranya berdasarkan kepada beberapa temuan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Heru Wahyudi (2009) dalam jurnalnya yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TBI ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Selain itu peneliti lain, Munawaroh (2007) meneliti tentang pembelajaran kooperatif tipe TBI untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa sekolah menengah pertama menyatakan bahwa melalui pembelajaran ini terjadi peningkatan pemahaman konsep matematika siswa.

(15)

sangatlah dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan. Yang menjadi permasalahan adalah apakah pembelajaran kooperatif tipe TBI dapat dilakukan oleh guru dan apakah model pembelajaran kooperatif tipe TBI dapat meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS. Untuk Menjawab permasalahan tersebut penulis ingin melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI

Terhadap Pemahaman Konsep Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran

IPS (Studi Eksperimen Kuasi Pada Siswa Kelas IV SDN 7 Sarijadi Bandung).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan dan tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model kooperatif tipe TBI terhadap pembelajaran IPS sekolah dasar?

(16)

4. Apakah terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional?

5. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada ranah afektif dan psikomotorik?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dalam pembelajaran IPS sekolah dasar.

2. Untuk mengetahui perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran sebelum dilaksanakan pembelajaran (pretest).

3. Untuk mengetahui perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran setelah dilaksanakan pembelajaran (postest).

4. Untuk mengetahui perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. 5. Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI

(17)

D. Definisi Operasional Variabel

1. Model pembelajaran TBI (Tim Bantuan Individu) adalah model pembelajaran yang mengandalkan kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya dan kemudian guru memberikan tes formatif sesuai dengan kompetensi yang ditentukan. (Slavin, 2008:59).

Berdasarkan pendapat di atas, model pembelajaran TBI merupakan model pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil dengan keherogenan kemampuan, ras dan agama untuk menyelesaikan tugas formatif dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.

(18)

memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan evaluasi (kemampuan memberikan harga sesuatu berdasarkan kriteria intern, kelompok, ekstern, atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu).

Sehingga dapat dinyatakan bahwa pemahaman konsep IPS adalah kemampuan siswa dalam memahami, menamai dan mengabstraksi sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama dari konsep IPS sebagai alat intelektual untuk membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah dalam IPS. 3. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seorang siswa setelah mengikuti

pelajaran di sekolah sehingga terjadi perubahan dalam dirinya dengan melihat hasil penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh guru setelah mengikuti asessment atau penilaian dan evaluasi (Poerwadarminta, 2002:768).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses aktif melalui suatu pengalaman, yang berakibat kepada tingkah laku dan menunjuk kepada suatu perkembangan atau perubahan berdasarkan penilaian dan evaluasi yang telah dilakukan.

Definisi operasional variabel di atas dapat dirincikan seperti dalam Tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel

No Variabel Indikator

1 Model pembelajaran kooperatif tipe

1. Pengenalan konsep

(19)

TBI (X) 4. Pemberian batuan bagi siswa yang membutuhkan 5. Evaluasi kegiatan pembelajaran siswa

6. Pembahasan untuk LKS

7. Pemberian penghargaan bagi kelompok 2 Pemahaman

Konsep IPS Siswa (Y1)

1. Pengetahuan (knowledge) 2. Pemahaman (comprehension) 3. Penerapan (application) 4. Analisis (analisys) 5. Sintesis (synthesis) 6. Evaluasi (evaluation) 3 Prestasi Belajar

Siswa (Y2)

1. Ranah kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi)

2. Ranah afektif (penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi)

3. Ranah psikomotorik (keterampilan bergerak dan bertidak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal)

E.Manfaat Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat teoritis

(20)

2. Pembelajaran kooperatif tipe TBI bisa menjadi sebuah pilihan model pembelajaran bagi para pendidik IPS yang cukup signifikan dan dinamis dalam membantu mempermudah menyampaikan materi pelajaran.

b. Manfaat Praktis

1. Dapat menambah ilmu pangetahuan dan wawasan bagi penulis dalam bidang ilmu pendidikan baik dilihat dari segi teoritis yang pernah peneliti pelajari dengan fakta dil apangan.

2. Dapat dijadikan bahan masukan bagi sekolah tempat di adakan penelitian ini dan bagi Dinas Pendidikan Nasional.

3. Dengan saling belajar kooperatif tipe TBI, siswa dapat belajar lebih baik dalam kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan sosialnya khususnya dalam aspek memahami bahan ajar, perbedaan pendapat, aspek kerja sama serta aspek kepemimpinan.

F. Asumsi dan Hipotesis

Asumsi penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Guru memahami secara metodis maupun secara psikologis terhadap penggunaan pembelajaran dengan pendekatan model kooperatif tipe TBI. 2. Lingkungan sekolah dianggap kondusif terhadap pemahaman konsep dan

prestasi belajar siswa sebagai salah tujuan tujuan pembelajaran IPS SD

(21)

Berdasarkan kajian teoritik mengenai keterkaitan pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dalam pembelajaran IPS SD maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

a. Tidak terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran sebelum dilaksanakan pembelajaran (pretest).

b. Terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran setelah dilaksanakan pembelajaran (posttest).

c. Terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

G. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini: Y1

X1

Y2

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

Pemahaman Konsep IPS

Model Pembelajaan koperatif tipe TBI

(22)

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen

Nonequivalent Control Group Pretest-posttest Design di mana kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Teknik pengumpulan data terdiri dari tes pemahaman konsep IPS dan tes prestasi belajar siswa. Untuk instrumen pelengkap, digunakan lembar observasi, angket tanggapan siswa, dan pedoman wawancara dengan guru.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar (SD) Negeri 7 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari, Bandung.

2. Subyek Pebelitian

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen digunakan untuk mengetahui perbandingan pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TBI dan yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

Metode kuasi eksperimen dilakukan pada kelas IV dan pada kelas ekperimen berjumlah 20 siswa yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 7 Sarijadi, Bandung. Sedangkan untuk kelas kontrol berjumlah 24 siswa pada sekolah yang sama.

Desain eksperimen yang digunakan adalah kuasi eksperimen Nonequivalent

Control Group Pretest-posttest Design dimana kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009:116). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

(24)

Keterangan :

X1 : Perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TBI X2 : Perlakuan model konvensional

: Pretest-Posttest.

Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh 2 orang guru yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan kebijakan yang berlaku umum ,maka guru SD adalah guru kelas yang merangkap sebagai wali kelas dan mengajarkan semua mata pelajaran, misalnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Matematika, Bahasa Indonesia, dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

(25)

yang mengajar di kelas kontrol pengalaman mengajarnya 8 tahun. Berdasarkan uraian kualifikasi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kedua guru tersebut mempunyai kualifikasi yang sama atau mendekati sama.

Sebelum melakukan penelitian, terdapat kesepakan antara guru yang akan mengajar dikelas eksperimen dan peneliti dimana peneliti memberikan pelatihan kepada guru tersebut tentang model pembelajaran kooperatif tipe TBI, pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patner guru. Pelatihan ditujukan agar ketika dilaksanakannya penelitian, guru yang melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe TBI tersebut tidak kesulitan dalam penerapan mengajar model pembelajaran kooperatif tipe TBI. Pelatihan dilaksanakan tanggal 28 sampai dengan 31 Maret 2011.

B. Alur Penelitian

(26)

psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, strategi pembelajaran, kurikulum dan teori-teori yang berkaitan dengan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran serta teori pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Perencanaan pembelajaran menyangkut materi tentang pembelajaran IPS dalam Standar Kompetensi dan Standar Isi, Standar Kelulusan yang dikembangkan dalam silabus pembelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) di SD. Untuk dapat menyusun perangkat pembelajaran itu maka diperlukan buku-buku sekitar peristiwa peninggalan sejarah dilingkungan setempat yang dapat dijadikan sumber dan pedoman dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran, soal tes, angket, lembar observasi dan wawancara dengan guru.

(27)

pembelajaran kooperatif tipe TBI, sedangkan kelas kontrol diterapkan metode pembelajaran konvensional.

Untuk lebih jelasnya tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. Hasil dari penerapan kedua metode pembelajaran tersebut, diuji dan dianalisis untuk memperoleh data perbandingan tentang kelayakan metode pembelajaran yang diujicobakan. Jika diuraikan lebih lanjut, maka prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan dua kegiatan, yaitu menyusun perangkat pembelajaran dan pengembangan alat tes penelitian. Untuk perangkat pembelajaran yang harus dilakukan antara lain:

1) Studi lapangan dan literatur 2) Menentukan permasalahan 3) Menyusun proposal penelitian 4) Menyusun pendekatan pembelajaran

Sedangkan pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan topik dan subjek penelitian

2) Menyusun kisi-kisi soal pemahaman konsep IPS ranah kognitif dan prestasi belajar siswa

(28)

4) Validasi alat tes oleh pakar 5) Uji coba alat tes

6) Revisi alat tes

7) Persiapan administrasi izin penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan pra proses pembelajaran dan proses pembelajaran. Persiapan pra pembelajaran menyangkut:

1) Pengenalan konsep dasar tentang materi “Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat” kepada siswa

2) Penyiapan alat-alat atau media yang dibutuhkan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TBI.

3) Memilih partisipan dan menyiapkan pengamat

4) Memberikan latihan model pembelajaran koopertif tipe TBI 5) Diskusi dan evaluasi

Sedangkan untuk tahap proses pembelajaran menyangkut:

1) Pemberian pretes untuk mengetahui pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif.

(29)

3) Pemberian postes untuk melihat pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian menyangkut: 1) Mengolah dan menganalisis data

(30)
[image:30.595.113.516.114.700.2]

Alur penelitian yang digunakan ditunjukkan pada gambar 3.1:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Model Kooperatif tipe TBI, Pemahaman Konsep dan Prestasi Belajar

Penyusunan Instrumen 1. Soal Pemahaman Konsep 2. Soal Prestasi Belajar 3. Pedoman observasi

Penyusunan Rencana Model Pembelajaran

Kooperatif tipe TBI

Validasi, Uji Coba, Revisi

Tes Awal

(Pretest) Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Pembelajaran Konvensional

Tes Akhir

(Posttest)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI

Observasi Keterlaksanaan model Pengolahan dan

analisis data

(31)

C. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Sekolah Dasar Negeri 7 Kelurahan Sarijadi Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.

2. Subyek Pebelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi kelas IV semester 2 SDN 7 Sarijadi Bandung yang berjumlah 44 orang siswa yang memiliki kemampuan setara dengan teknik kelompok kontrol dan kelompok eksperiman. Subyek penelitian tidak dipilih secara random. Pengelompokkan subyek terdiri atas satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.

D. Alat tes dan Instrumen Penelitian

(32)

1. Tes Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif Tes ini digunakan untuk mengukur pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif. Item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda. Pertanyaan tes berhubungan dengan level berpikir dari domain kognitif Bloom berupa C1, sampai C4 yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis. Tes dilakukan melalui bentuk soal pilihan berganda empat pilihan (A, B, C dan D). Tes pemahaman konsep pada konsep ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’ berjumlah 20 butir soal.

[image:32.595.120.520.229.737.2]

Tes ini diberikan sebelum dan setelah siswa mendapatkan perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada konsep ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran kemampuan awal dan akhir siswa dalam pembelajaran IPS konsep ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’. Adapun indikator Pemahaman Konsep IPS dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Indikator Tes Pemahaman Konsep Siswa Variabel Indikator

Pemahaman Konsep Siswa

(33)
[image:33.595.122.518.246.610.2]

2. Lembar Observasi Prestasi Belajar Siswa Ranah Afektif dan Psikomotorik Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada pertemuan I, II dan II yang mencakup ranah afektif dan psikomotorik yang sesuai dengan taksonomi Bloom dan masuk kedalam aspek prestasi belajar siswa. Keterlaksanaan model pembelajarann kooperatif tipe TBI pada ranah afektif dan psikomotorik dapat diketahui melalui observasi yang dilakukan peneliti.

Tabel 3.3 Indikator Prestasi Belajar Siswa

Variabel Indikator

Prestasi Belajar Siswa

1. Ranah kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi)

2. Ranah afektif (penerimaan, sambutan, apresiasi, internalisasi, karakterisasi)

3. Ranah psikomotorik (keterampilan bergerak dan bertidak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal)

3. Lembar Observasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI

(34)

observasi yang dilakukan adalah pada satu orang guru IPS yang mengajar di kelas IV sekolah dasar untuk tiga kali pertemuan pada konsep ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti dalam penelitian ini.

4. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini bertujuan untuk mengetahui pandangan guru yang mengajar mata pelajaran IPS sekolah dasar materi ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’ dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI (Tim Bantuan Individu).

5. Angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TBI.

Angket tanggapan siswa ini bertujuan untuk mengetahui pandangan-pandangan siswa yang mempelajari mata pelajaran IPS sekolah dasar konsep ‘Peninggalan Sejarah di Lingkungan Setempat’ dengan model pembelajaran kooperatif TBI. Angket ini menggunakan rumus persentase Arikunto (2002), “Untuk mengetahui persentase responden untuk tiap kategori didalam suatu variabel atau dimensi maka digunakan rumus perhitungan distribusi frekuensi sebagai berikut:”

(35)

Dimana :

p = persentase reponden,

f = jumlah responden yang termasuk dalam kriteria n = jumlah keseluruhan responden

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan kriteria sebagai berikut: 0% : Tak seorangpun responden

1 – 19% : Sangat sedikit responden 20 – 39% : Sebagian kecil responden 40 – 59% : Sebagian responden 60 – 79% : Sebagian besar responden 80 – 99% : Hampir seluruhnya responden 100% : Seluruh responden

E.Teknik Pengumpulan Data

(36)
[image:36.595.100.526.142.652.2]

Tabel 3.4. Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan

Alat tes dan

Instumen

1 Siswa Pemahaman Konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif sebelum mendapat perlakuan dan setelah mendapat perlakuan

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat konsep-konsep IPS.

2 Siswa Prestasi belajar siswa ranah afektif dan psikomotorik pada keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI

Observasi Pedoman observasi dan aktivitas siswa selama pembelajaran

3 Guru Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI

Observasi Pedoman observasi aktivitas guru selama pembelajaran.

4 Guru Pandangan guru terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada mata pelajaran IPS sekolah dasar

Wawancara dengan guru yang mengajar pada kelas

eksperimen

Pedoman wawancara

5 Siswa Pandangan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TBI pada mata pelajaran IPS sekolah dasar

Penyebaran angket tanggapan siswa kepada siswa

(37)

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil tes dan data hasil observasi. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal tes penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang akan digunakan bagi keperluan analisis data di atas adalah:

1. Uji Alat Tes Penelitian Untuk Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif

1) Validitas butir soal Tes

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment pearson (Arikunto, 2002).

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

= Koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan.

(38)

Y = Skor total N = Jumlah siswa

[image:38.595.117.513.229.656.2]

Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut: Tabel 3.5. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)

0,60 0,80 Tinggi (baik)

0,40 0,60 Cukup (sedang)

0,20 0,40 Rendah (kurang)

0,00 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002):

!" √$%

&' % !"(

Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel. Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < ttabel maka H0 diterima. Sebaliknya, jika thitung> ttabel maka H0 ditolak.

Keterangan: t : Uji t

(39)
[image:39.595.121.549.146.587.2]

Tabel 3.6. Korelasi Skor Butir dengan Skor Total

No Butir r hitung r tabel Signifikansi Keterangan

1 0,529 0,423 Valid Digunakan

2 0,504 0,423 Valid Digunakan

3 0,578 0,423 Valid Digunakan

4 0,549 0,423 Valid Digunakan

5 0,610 0,423 Valid Digunakan

6 0,610 0,423 Valid Digunakan

7 -0,162 0,423 Tidak Valid Tidak Digunakan

8 0,625 0,423 Valid Digunakan

9 0,595 0,423 Valid Digunakan

10 0,584 0,423 Valid Digunakan

11 0,527 0,423 Valid Digunakan

12 0,549 0,423 Valid Digunakan

13 0,506 0,423 Valid Digunakan

14 0,538 0,423 Valid Digunakan

15 0,549 0,423 Valid Digunakan

16 -0,026 0,423 Tidak Valid Tidak Digunakan

17 -0,002 0,423 Tidak Valid Tidak Digunakan

18 0,173 0,423 Tidak Valid Tidak Digunakan

19 0,225 0,423 Tidak Valid Tidak Digunakan

20 0,695 0,423 Valid Digunakan

21 0,668 0,423 Valid Digunakan

22 0,790 0,423 Valid Digunakan

23 0,575 0,423 Valid Digunakan

24 0,537 0,423 Valid Digunakan

25 0,504 0,423 Valid Digunakan

Valid : 20 butir soal Tidak Valid : 5 butir soal

(40)

2) Reliabilitas T Reliabilita dengan tes yang pengukuran lain berikut (Arikunto

Dimana : = Koefis

= Koefi Harga da korelasi product

Keterangan: XY = Koefisie X = Skor ite Y = Skor ite

Interpretas (Arikunto, 2002

B s Tes

litas adalah kestabilan skor yang diperoleh ke ng sama pada situasi yang berbeda atau satu innya. Menghitung reliabilitas tes dengan nto, 2002):

efisien reliabilitas yang telah disesuaikan efisien korelasi antara skor-skor setiap belahan dari dapat ditentukan dengan mengg

uct moment pearson (Arikunto, 2002):

isien korelasi antara variabel X dan variabel Y item ganjil

item genap

[image:40.595.119.510.243.619.2]

tasi derajat reliabilitas suatu tes adalah s 02):

Tabel 3.7. Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

Sangat Tinggi (sangat Tinggi (baik)

ketika diuji ulang tu pengukuran ke n rumus sebagai

an tes

nggunakan rumus

sebagai berikut

(41)

0,40 '' 0,60 Cukup (sedang)

0,20 '' 0,40 Rendah (kurang)

0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

Hasil perhitungan dengan menggunakan Anates versi 4.02 diperoleh reliabilitas sebesar 0,80. Berdasarkan kategori reliabilitas dalam Tabel 3.7 maka koefisien korelasi tes pemahaman konsep siswa tersebut tergolong ke dalam klasifikasi tinggi. Ini berarti keajegan (konsistensi) subyek dalam menjawab soal tes kemampuan inkuiri guru tersebut dapat diandalkan (reliabel).

3) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2002):

) +,*

Keterangan:

P = Indeks kesukaran

(42)

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: Tabel 3.8. Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 - 0,30 Soal Sukar

0,30 - 0,70 Soal Sedang

0,70 - 1,00 Soal mudah

[image:42.595.120.516.168.759.2]

Berdasarkkan pada uji coba 25 butir soal yang diujikan kepada 33 orang siswa diperoleh soal dengan kategori tingkat kesukaran ’mudah dan sangat mudah’ sebanyak 14 butir soal, yaitu butir soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25. Jumlah soal dengan kategori tingkat kesukaran ’sedang’ sebanyak 9 butir soal, yaitu butir soal nomor 3, 7, 11, 12, 13, 14, 15, 16 dan 19. Jumlah soal dengan kategori tingkat kesukaran ’sukar’ sebanyak 2 butir soal, yaitu butir soal nomor 17 dan 18. Hasil perhitungan tingkat kesukaran yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel dan pada lampiran.

Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Butir Jml Betul Tkt. Kesukaran(%) Tafsiran

1 24 72,73 Mudah

2 23 78,79 Mudah

3 26 69,70 Sedang

4 30 78,79 Mudah

5 26 78,79 Mudah

6 26 78,79 Mudah

7 16 48,48 Sedang

8 26 78,79 Mudah

9 26 78,79 Mudah

10 27 81,82 Mudah

11 20 60,61 Sedang

12 22 66,67 Sedang

(43)

14 23 69,70 Sedang

15 22 66,67 Sedang

16 16 48,48 Sedang

17 7 21,21 Sukar

18 6 18,18 Sukar

19 12 36,36 Sedang

20 29 87,88 Sangat Mudah

21 24 81,82 Mudah

22 29 87,88 Sangat Mudah

23 30 90,91 Sangat Mudah

24 25 75,76 Mudah

25 27 72,73 Mudah

4) Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Arikunto, 2002):

0 *+1

1

*2

+2 )1 )2

Keterangan:

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyak peserta kelompok atas JB = Banyak peserta kelompok bawah

(44)

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: Tabel 3.10 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 0 0,20 Kurang

020 0 0,40 Cukup

0,40 0 0,70 Baik

0,70 0 1,00 Baik sekali

[image:44.595.121.513.168.753.2]

Dari hasil perhitungan daya pembeda tes yang berjumlah 25 buah diperoleh 24 butir soal termasuk ke dalam kategori baik yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, dan 25. Jumlah butir soal yang termasuk ke dalam kategori kurang sebanyak 1 butir soal, yaitu soal nomor 7. Hasil analisis daya pembeda soal secara lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini dan lampiran.

Tabel 3.11 Daya Pembeda Butir Soal

No Butir D Keterangan Interpretasi

1 44.44 Baik Digunakan

2 33.33 Baik Digunakan

3 55.56 Baik Digunakan

4 44.44 Baik Digunakan

5 44.44 Baik Digunakan

6 55.56 Baik Digunakan

7 0.00 Kurang Tidak Digunakan

8 44.44 Baik Digunakan

9 55.56 Baik Digunakan

10 44.4 Baik Digunakan

11 66.67 Baik Digunakan

12 55.56 Baik Digunakan

13 77.78 Baik Digunakan

14 55.56 Baik Digunakan

15 55.56 Baik Digunakan

16 33.33 Baik Tidak Digunakan

(45)

18 11.11 Baik Tidak Digunakan

19 22.22 Baik Tidak Digunakan

20 33.33 Baik Digunakan

21 66.67 Baik Digunakan

22 44.44 Baik Digunakan

23 22.22 Baik Digunakan

24 55.56 Baik Digunakan

25 33.33 Baik Digunakan

Pengujian kesahihan tes meliputi validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dilakukan dengan menggunakan

Anates V.4, setelah instrumen tes di-judgement oleh pembimbing terlebih

dahulu.

2. Peningkatan Pemahaman Konsep IPS dan Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif

Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus Hake (Cheng, et. al, 2004):

3 ,,4567 ,4 8

9:;6 ,4 8

Keterangan:

Spos = Skor Posttest Spre = Skor Pretest

Smaks = Skor Maksimum Ideal

(46)
[image:46.595.150.472.142.227.2]

Tabel 3. 12 Kategori Tingkat Gain yang dinormalisasi

Batasan Kategori

3 < 0,7 Tinggi

0,3 3 0,7 Sedang

3 0,3 Rendah

Dampak pembelajaran kooperatif tipe TBI dalam penelitian ini dapat dilihat dari perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan memiliki dampak yang signifikan jika menghasilkan gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya (Margendoller, 2006).

3. Uji Hipotesis

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara spesifik, setelah data awal yang didapat dari nilai ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya, maka data tersebut diuji kenormalannya apakah data kedua kelas tersebut berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh digunakan uji Chi-Kuadrat.

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: 1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.

2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas dengan rumus: panjang interval = 1 + 3,3 log n

(47)

4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dengan rumus:

=> ?@% ?AB , dimana S adalah simpangan baku dan X adalah rata-rata

sampel (Sudjana, 1996: 138).

6) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.

7) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva

C D@ E E@

@ F

GH

Dengan:

Χ2 = Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

8) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5%.

(48)

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas distribusi data dilakukan dengan menggunakan persamaan: I ,,J86:

;8K@L

Dengan S2 = varians

Data dikatakan homogen bila Fhitung < Ftabel

c. Uji Kesamaan Dua Rerata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 15.0 yaitu uji-t dua sampel independen (Independent-Sample t Test).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009):

1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

M% A

BNOPR!Q SR"Q T

dengan derajat kebebasan: nx + ny -2

(49)

dimana: nx = besar sampel pertama ny = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not

assumed):

M [A

,UOP, W , T

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 15.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis

inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif kedua kelas. Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

(50)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TBI terhadap pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPS (Studi eksperimen kuasi pada siswa kelas IV SDN 7 Sarijadi Bandung), maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe TBI dalam IPS dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan sintaksnya selama tiga kali pertemuan. Kemudian, sebagian besar siswa merasa senang mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI. Guru yang mengajar pelajaran IPS juga menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TBI baik untuk diterapkan pada konsep peninggalan sejarah dilingkungan setempat dan bisa diterapkan pada konsep IPS yang lain, tentu saja harus memperhatikan karakteristik konsep yang harus disampaikan kepada siswa.

2. Hasil uji beda terhadap skor rata-rata pretest siswa kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif pada siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran sebelum dilaksanakan pembelajaran (pre test).

(51)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional pada pengukuran setelah dilaksanakan pembelajaran (posttest).

4. Hasil uji beda terhadap skor rata-rata N-Gain siswa kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam peningkatan

(N-Gain) pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa ranah kognitif antara

siswa yang belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dan yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.

5. Keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TBI pada ranah afektif dan psikomotorik dapat terpenuhi sehingga mampu untuk meningkatkan pemahaman konsep IPS dan prestasi belajar siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

(52)

dari kesan semula yaitu pembelajaran yang membosankan. Suasana pembelajaran IPS sangat “hidup” dan peristiwa yang ingin dipahami serta diambil nilainya dapat dipahami secara penuh oleh siswa.

2. Bagi para guru, mengingat model pembelajaran kooperatif tipe TBI membawa pengaruh positif pada pemahaman konsep dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS maupun yang lainnya, maka diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TBI dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Tapi, tentu saja sebelumnya guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik materi yang harus dikuasai oleh siswa tersebut.

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. (1997). Learning to teach I (Belajar Untuk Mengajar I). Jakarta: Pustaka Belajar.

Arifudin. (2009). Hubungan Antara Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Geografi di Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Singaraja.

Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja. Tesis: tidak diterbitkan. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Asy’ari, dkk. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial SD Untuk Kelas IV. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daldjoeni, N. (2001). Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Alumni.Depdikbud. (2005). Prestasi Belajar. www.duniaguru.com. [2 Oktober 2010].

Depdiknas. (2006). Model Pembelajaran Terpadu IPS.

Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakara: Balai Pustaka. Direktorat Menegah Umum Depdiknas. (2003). Pembelajaran Kontekstual.

Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik (Dalam interaksi edukatif). Jakarta: Rineka Cipta.

Fatmawati, L. (2010). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI Dengan

Menggunakan LKS Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMA Negeri 5 Yogyakarta. Skripsi pada

Universitas Negeri Semarang:tidak diterbitkan.

Guntur, M. (2004). Efektifitas Model Pembelajaran Latihan Inkuiri dalam

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Konsep Ekologi siswa Kelas I SMU. Tesis. PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.Muhibbinsyah.

(2003). Psikologi Belajar. Jakarta: P.T Logos.

(54)

Hasan, H. S. (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: departemen pendidikan dan kebudayaan. Dirjen pendidikan tinggi, proyek pendidikan tenaga akademik.

Ibrahim, M, dkk. (2002). Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Isjoni. (2007). Integrated Learning Pendekatan Pembelajaran IPS di Pendidikan

Dasar. Bandung: Falah Production.

Idris. I. D. (2009). Kontribusi penerapan model pembelajaran sains teknologi

masyarakat terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian sosial siswa pada mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar. Tesis UPI. Bandung:

tidak diterbitkan.

Jarolimek, J. dan Parker. W. C. (1993). Social Studies Elementary Education. 9th.

Ed. New York: Mac Millan Publishing Co.

Khamisah. (2001). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada

Materi Operasi Pecahan di Kelas 1 Pada SMP Negri 18 Banda Aceh.

Skrpsi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh: tidak diterbitkan. Komariah, D. (2006). Penerapan Mind Mapping Unuk Meningkatkan

Pemahaman siswa pada konsep pembentukan tanah dan struktur bumi.

Skripsi pada FIP Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung: tidak diterbitkan.

Kurniati, A. (2007). Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TBI Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Masalah Matematika – Eksperimen Kuasi Pada Kelas VIII SMPN 1 Ngadirejo Temanggung. Skripsi pada FIP Universitas Negeri Semarang: tidak

ditebitkan.

Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kunandar. (2006, 2 0ktober). Problematika Guru Indonesia. Kompas.

Kusumaningrum, R. (2007). Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

TBI Melalui Pemanfaatan LKS Terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajar genjng dan Belah ketupat Pada Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi Pada FIP

Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Lasmawan. (2010). Kinerja Ideal Praktisi dan Administrator Pendidikan Dalam

(55)

Lestari, D. P. (2006). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran

Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tim Bantuan Individu (TBI). Makalah disajikan dalam Mata Kuliah Das. Pros.

Pembelajaran Matematika 1. UNNES.Frans Seda. (1970). Membangun

Manusia Pembangunan. Flores: Arnol Duss Ende.

Mardalis. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Makmun, A. B. (2007). Psikologi Kependidikan (Perangkat sistem pengajaran

modul). Bandung: Remaja Rosda Karya.

Muhibbinsyah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: P.T Logos.

Munawaroh, M. (2007). Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TBI

Ditinjau Dari Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP N 3 Wonosari Kelas VIII. Skripsi pada Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.

Muslich, M. (2008). KTSP (Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual. Jakarata: Bumi aksara.

Namora, L. (2002). Penerapan Perangkat Pembelajaran Melalui Model

Think-Pair-Share dalam Peningkatan Penguasaan konsep Gelombang Pada Siswa SLTP Negri 8 Banda Aceh. Skripsi pada FKIP Universitas Syiah

Kuala Banda aceh: tidak diterbitkan.

Natawidjaja, R dan Moleong. L. J. 1985. Psikologi Pendidikan untuk SPG. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurman, M. (2006). Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri dan

Ekspositori Terhadap Sikap Politik Berdemokrasi dan Prestasi belajar Siswa Pada Pembelajaran PPKn di SMA (Studi Eksperimen tentang Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Sikap Politik Berdemokrasi dan Prestasi Belajar PPKn Siswa di SMA NW Pancor – Lombok Timur).

Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja. Tesis:tidak diterbitkan. NCSS. (1994). Curriculum Standars for Social Studies. Washington DC. Nur, dkk.(2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Nurhadi. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contekstual Teaching and

Laerning/CTL). Malang: Universitas Negeri Malang.

(56)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Poerwadarminta, W. J. S. 2002. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Priyono, B. (2004, 4 Desember). Kompetensi Lulusan di Indonesia. Kompas. Purwanto. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto. (2002). Belajar. Http://www.geocities.com. [2 Oktober 2010]

Rahayu, B. (2002). “Kondisi Moralitas Bangsa Indonesia dalam Menghadapi

Persaingan Global”. Makalah seminar FE Unibraw, malang.

Rama, T. (2010). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Robert. T. M. (1979). Comparing Theories of Child Development. Belmont:

California.

Ruseffendi, H. E. T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. C. V Andira.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta: Kencana.

Santrock, J. W. (2007). Educational Psycology, 2. Edition Mc-Grow Hill Company, Inc. Edisi terjemahan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Laboratorium PKn UPI Press. Sapriya, et al. (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Press.

Sardiman. (2006). Interaksi dan motivasi Belajar mengajar. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.

Sibermen, M. (2002). Active Learning. Yogyakarta: Yappendis.

Slameto . (2002). Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Karya Agung Somantri, Numan M. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerjasama PPs UPI dengan PT. Rosda Karya.

(57)

Sudjana, N. ( 2002). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suhendar, N. (2007). Pembelajaran IPS Melalui Coopperative Learning Model

Jigsaw Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar dan Sikap Demokratis Siswa. Tesis Magister pada SPs Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Bandung: tidak diterbitkan.

Suparno, P. (1997). Filsafat Kontruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Supriatna, N. (2007) Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia

Utama Press

Supriatna, Y. (2008) Meningkatkan Prestasi Pembelajaran EPS dengan Model

Pembelajaran IPS di Kelas III SDN Sumberagung I Kec Grati Kab Pasuruan. Http://yatna234.blogspot.com.html. [20Maret2010].

Syaodih, N. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tim Pustaka Yustisia. (2007). Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tanda Satuan

Pembelajaran). Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Turmudi. (2008). Landasan Filosofis dan Teoritis Pembelajaran Matematika

(Berparadigma Exploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

UPI. (2009). Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, U. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda karya. Wahyudi, H. (2009). Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Bantuan Individu (TBI).

Http://www.heruwahyudiblogger.com. [15 November 2010].

(58)

Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Gambar

Gambar                 Halaman 1.1  Paradigma Penelitian  .........................................................................
Tabel
Tabel 1.1 Definisi Operasional Variabel
Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengujian kuat geser balok dilakukan pada balok berukuran 20 cm x 25 cm x 160 cm dengan dua buah konfigurasi pemasangan tulangan geser, yaitu pemasangan tulangan geser vertikal

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Departemen Pendidikan Kimia.

Namun tidak berarti bahwa dengan rasionalitasnya , suara hati dan segenap pandangan moralnya harus dibuktikan terlebih dahulu, melainkan kita harus terbuka bagi setiap argumen

8.6.1.Guru dapat mengolah hasil penilaian proses pembelajar-an untuk berbagai tujuan pada setiap standar kompetensi teknik Pemelihara-an Mekanik Industri 8.7 Melakukan

Selain itu pengobatan dengan menggunakan tanaman obat merupakan langkah efektif tanpa menimbulkan efek samping, tanaman obat (buah mahkota dewa) yang mengandung

Abstract  The main purpose of this article is to do approximations graphically and mathematically the four-parameter generalized log-logistic distribution, denoted

Untuk penelitian selanjutnya diharapkan mengembangkan aplikasi perhitungan tunjangan kerja kinerja pegawai di Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar ini dapat