• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMA NEGERI DAN SWASTA DI KOTA BANDUNG."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

vi B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... C. Tujuan Penelitian ………... D. Manfaat Penelitian ………. E. Metode Penelitian ……….. F. Sistematika Penelitian ...

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN 4. Indikator Penilaian Kinerja Guru ……….. 5. Dimensi dan Kinerja Tenaga Pengajar………... 6. Indikator Kinerja Mengajar Guru... 7. Peranan Guru dalam Pendidikan ………...

B. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ………... 1. Pengertian Kepemimpinan ……… 2. Sifat-sifat Kepemimpinan ……….. 3. Pendekatan perilaku kepemimpinan ... 4. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 5. Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah ………... 6. Keberhasilan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ………

(2)

vii

C. Iklim Sekolah ………...

1. Pengertian Iklim Sekolah ………... 2. Dimensi-dimensi Iklim Sekolah ……… 3. Jenis-jenis Iklim Sekolah ………... 4. Cara Mengkreasikan Iklim Sekolah ……….. 5. Iklim Sekolah yang Kondusif ……… D. Kerangka Pikir Penelitian …....………. E. Asumsi Dasar dan Hipotesis Penelitian....………...

BAB III METODE PENELITIAN ………... A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian………... B. Metode Penelitian …………...………. C. Definisi Operasional………... D. Instrumen Penelitian ………... E. Proses Pengembangan Instrumen………..

F. Teknik Analisa Data ……….

(3)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kompetensi dan Indikator Kompetensi Guru ... 30

Tabel 2.2 Standar kualifikasi Kepala Sekolah ... 59

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan dan Waktu Penelitian ... 86

Tabel 3.2 Jumlah Populasi SMA Negeri dan Swasta Kota Bandung ... 88

Tabel 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel Yang Diteliti ... 90

Tabel 3.4 Pembobotan Option ... 95

Tabel 3.5 Kisi-kisi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 96

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Iklim Sekolah ... 96

Tabel 3.7 Kisi-kisi Kinerja Mengajar Guru ... 97

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas instrumen X1 ... 101

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen X2 ... 102

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Y ... 103

Tabel 3.11 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian ... 105

Tabel 3.12 Tingkat Koefisien Korelasi ... 105

Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 108

Tabel 4.2 Deskripsi Variabel iklim Sekolah (X2) di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 110

(4)

ix

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X1) ... 114

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 114

Tabel 4.6 Hasil uji normalitas Variabel kinerja mengajar Guru (Y) ... 115

Tabel 4.7 Nilai Korelasi Antara Variabel penelitian ... 116

Tabel 4.8 Model Summaryb ... 117

Tabel 4.9 Interval Korelasi ... 118

Tabel 4.10 Coefficientsa ... 119

Tabel 4.11 Collinearity Diagnostics ... 120

Tabel 4.12 Residuals Statistics ... 120

Tabel 4.13 Model Summaryb ... 122

Tabel 4.14 Coefficients Model Hipotesis 2 ... 123

Tabel 4.15 Collinearity Diagnostics ... 124

Tabel 4.16 Residuals Statistics ... 124

Tabel 4.17 Summary Model Hipotesis 3 ... 126

Tabel 4.18 Coefficients Model Hipotesis 4 ... 127

Tabel 4.19 Collinearity Diagnostics ... 127

(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran ... 32

Gambar 2.1 Orientasi Perilaku Kepemimpinan ... 45

Gambar 3.2 Bentuk Umum Persamaan Analisis Jalur (Path Analysis) ... 97

Gambar 4.1 Deskripsi Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA)

Di Kota Bandung... 109

Gambar 4.2. Deskripsi Variabel Iklim Sekolah (X2) di Lingkungan

Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 110

Gambar 4.3 Deskripsi Variabel Kinerja mengajar Guru (Y)

Di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Kota Bandung ... 112

Gambar 4.4 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 121

Gambar 4.5 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Hipotesis 2 ... 124

Gambar 4.6 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Hipotesis Model 3 ... 128

(6)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian

2. Uji validitas dan reliabilitas

3. Data Mentah

4. Pengolahan Data

5. SK Direktur UPI tentang Pembimbing

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi

perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

berbagai dimensi kualitas pendidikan dianalisa dari berbagai segi mulai dari

peraturan perundang-undangan sampai dengan operasional dilapangan berupa

sistem, manajemen sumber daya manusia dan sarana pendukungnya, para pakar

pendidikan terus berusaha mewujudkan tuntutan masyarakat dan untuk memenuhi

sumber daya manusia (Pendidikan) yang kompeten dibidangnya mampu bersaing

dalam mengatasi berbagai perubahan lingkungan, tekonologi dan informasi.

Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah

merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar

mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja

guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan

kualitas keluaran atau outputnya. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai

pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru akan menjadi

(8)

sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang

dikemukakan oleh Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2).

Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata

lingkungan agar terjadi kegiatan belajar mengajar pada peserta didik dari tidak

bisa menjadi bisa, serta dapat mengubah perilaku dari yang kurang baik menjadi

baik, maka dari itu guru harus profesional. Guru yang profesional adalah guru

guru yang selalu membuat persiapan-persiapan sebelum mengajar, baik persiapan

harian, persiapan buku sumber, persiapan alat peraga sebagai alat bantu

pembelajaran, persiapan penilaian serta persiapan administrasi lainnya.

Banyak komponen yang menentukan keberhasilan guru dalam mengajar,

diantaranya adalah wawasan guru, persiapan mengajar, penyiapan alat peraga

serta penggunaannya, pemilihan metode yang sesuai dengan materi ajar, gaya

mengajar, komunikasi yang lancar, dan kedisiplinan. Variabel lain yang

diperlukan untuk meningkatkan kinerja guru adalah berkenaan dengan motivasi,

sebab motivasi lebih bersifat dorongan internal psikologis seseorang, hal tersebut

dikemukakan oleh Surya (2003: 14) yang menyatakan bahwa: “Motivasi dan

kebutuhan merupakan tenaga pendorong bagi individu untuk bertingkah laku atau

berkegiatan dalam arti luas, sehingga makin kuat kebutuhan dan motivasi dalam

diri individu, maka makin kuat pula kegiatan yang akan dilakukannya.” Menurut

Syah M (2003:229) mengemukakan “Guru yang berkualitas adalah guru yang

berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan

(9)

Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang harus

berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru

tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,

tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai

pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan

mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan

tugasnya.

Salah satu yang menjadi faktor penyebab rendahnya kemampuan mengajar

guru dalam memahami mata pelajaran adalah masih rendahnya tingkat kualifikasi

guru pada setiap jenjang pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut Jalal dan

Supriadi (2001:262) mengemukakan bahwa :“ Dalam kenyataanya, mutu guru

amat beragam”. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan

bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode mengajar yang inovatif

masih kurang. Guru yang professional harus memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya yaitu : (1). Mempunyai komitmen terhadap siswa dan proses

belajarnya, (2). Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3). Bertanggung jawab

memantau hasil belajar siswa melalui evaluasi akhir, (4). Mampu berfikir

(10)

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan

kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh

dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas

penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga

kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan

prasarana (Mulyasa 2004: 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan

semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki

dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam

pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut

penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah

dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara

terarah, berencana dan berkesinambungan.

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan

menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki

komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan

kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru

melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu

kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan

serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.

(11)

memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga

kinerja guru selalu terjaga.

Menurut Eli Hidayati (2006:7) mengemukakan bahwa:

Kepemimpinan kepala sekolah masih banyak yang kurang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru-guru, misalnya dalam mengambil keputusan, dalam memberikan tugas-tugas kepada guru, dalam berkomunikasi, dalam memberikan motivasi kepada bawahan, dalam memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan dan lain sebagainya, hal tersebut sebagian masih dilakukan secara otoriter, seolah-olah hanya kepala sekolah yang memiliki wewenang untuk mengatur segalanya.

Pada kenyataanya masih banyak kepala sekolah yang belum benar-benar

menghargai kinerja guru, penilaian terhadap guru yang benar-benar bekerja secara

profesional dengan guru yang bekerja biasa-biasa saja tidak ada bedanya,

semestinya sebagai kepala sekolah harus dapat menilai secara objektif, selain itu

pemberian kesejahteraan terhadap guru yang memiliki prestasi serta bekerja

dengan giat masih disamakan dengan guru yang suka datang terlambat serta

kadang mengajar kadang tidak. Selain hal tersebut diatas penghargaan terhadap

guru yang memiliki prestasi baik pada bidang akademik maupun non akademik,

belum diberiakn secara optimal oleh kepala sekolah. Hal-hal tersebut diatas

diantaranya merupakan menyebabkan guru enggan untuk meningkatkan

kinerjanya

Untuk mewujudkan sekolah yang unggul baik akademik maupun non

akademik, maka diperlukan pemimpin yang memiliki wawasan yang luas serta

memiliki keterampilan dalam mengelola sekolah, sebagai pimpinan harus bekerja

dengan sungguh-sungguh serta energik, perilakunya harus memberikan contoh

(12)

menjalankan tugas dan kewajibannya jangan hanya sebatas melaksanakan tugas

semata-mata tetapi harus mampu memunculkan ide-ide baru yang cemerlang serta

mampu memotivasi guru-guru untuk terus bekerja dan berkarya secara

profesional, sehingga guru-guru memiliki kinerja yang tinggi (Tharik, 2006:33).

Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga

dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar,

berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta 1988: 176).

Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti

memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa.

Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang

iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari

setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan

kelompok sebaya yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru

dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran,

konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran

telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik

siswa.

Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan

unsur penting dalam kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil,

demokratis, dan respek terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi

tingkat drop out siswa, tinggal kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa .

Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa iklim sekolah

(13)

studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser & Eccles (1998) membuktikan

bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki dampak ke depannya bagi

penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values) akademik. Studi yang

dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa iklim sekolah,

yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi, lingkungan sekolah yang

teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan

aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki

korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.

Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh

karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus

berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru

tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,

tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai

pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.

Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan

mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan

mutu pendidikan.

Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim

sekolah pun memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik,

(14)

dilakukan Battistich dan Hom (1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan

akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara signifikan

terhadap munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan

remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan

tingkat depresi (Roeser & Eccles 1998). Studi yang dilakukan oleh World Health

Organization (WHO) pada tahun 1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku,

gaya hidup dan konteks sosial pada kalangan anak muda di 28 negara

menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam pengambilan keputusan di sekolah,

perasaan memperoleh dukungan dari guru dan siswa lainnya ternyata berkorelasi

dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok, tingginya aktivitas fisik, serta

tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie et al. 2000).

Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai

kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang

saling menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau

mendengarkan siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan

dampak terhadap tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan

kewarganegaraan (Newmann, 1990). Menurut Sergiovanni dan Startt (1993)

dalam Hadiyanto (2004: 153) menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan

karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu

sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain,

mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan prasaan

(15)

Iklim organisasi sekolah merupakan persepsi para guru dan personil

sekolah lainnya tentang struktur kerja sekolah, gaya kepemimpinan, manajemen,

supervisi, dan faktor lingkungan sosial pening lainnya yang tampak pada sikap,

kepercayaan, nilai dan motivasi kerjanya (Arif Jauhari, 2005: 4). Selanjutnya

dijelaskan bahwa persepsi tersebut mempunyai dampak terhadap semangat kerja

atau moral kerja para guru dan personil sekolah lainnya yang akhirnya akan

mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar. Dengan terciptanya iklim sekolah

yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk

bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang

kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru. Menurut Moos dan Arter

dalam Hadiyanto (2004: 119), mengemukakan bahwa “Iklim sekolah terutama

dimensi hubungan masih perlu ditingkatkan”. Dalam dimensi hubungan yang

perlu ditingkatkan adalah interaksi antara guru dengan Kepala Sekolah. Interaksi

dari atas ke bawah kebanyakan hanya berupa perintah. Sedangkan interaksi dari

bawah ke atas, guru hanya menyampaikan laporan hasil belajar siswa maupun

hasil kerja dari tugas-tugas lain yang dibebankan kepadanya. Hubungan yang

terjadi antara Kepala Sekolah dengan guru cenderung kaku. Hal tersebut dapat

terlihat dari kurangnya keterbukaan dalam komunikasi antara Kepala Sekolah

dengan guru.

Berdasarkan temuan emfiris di lapangan ditemukan bahwa guru-guru di

lingkungan SMA baik Negeri ataupun Swasta di Kota Bandung, dalam kinerja

mengajarnya masih tergantung pada kepala sekolah. Artinyanya masih ditemukan

(16)

ketika kepala sekolahnya tidak ada di sekolah terjadi penurunan kinerja seperti

dalam hal waktu yang telat ataupun meninggalkan ruang kelas. Begitu juga

dengan kepala sekolah, masih banyak yang belum menghargai kinerja guru

terbukti dengan masih samanya penghargaan antara guru yang rajin dengan guru

yang biasa.

Dengan kurang optimalnya kinerja mengajar guru dan kurang kondusifnya

iklim sekolah yang dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, menjadi

fenomena yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah

penelitian yang difokuskan pada judul: “ Pengaruh Perilaku Kepemimpinan

Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung ”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini

penulis membatasi penelitian ini fokus pada masalah perilaku kepemimpinan

kepala sekolah dan iklim sekolah sebagai variabel indefenden, sedangkan kinerja

mengajar guru sebagai variabel terikat. Sehubungan banyaknya variabel yang

mempengaruhi kinerja mengajar guru dalam mengajar diantaranya kesejahteraan

guru, pengalaman mengajar, wawasan guru, budaya sekolah, perilaku

kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, sarana dan

prasarana yang tersedia dan lain sebagainya. Menginat luasnya permasalahan

yang menyangkut kinerja mengajar guru, sedangkan waktu dan biaya yang

(17)

meliputi variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah ,iklim sekolah dan

kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, terdapat beberapa

permasalahan belum optimalnya kinerja mengajar guru, hal tersebut diasumsikan

belum optimalnya kepemimpinan kepala sekolah serta iklim sekolah sebagai salah

satu faktor peningkatan kinerja guru. Berangkat dari permasalah dan fenomena

tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan swasta

di Kota Bandung ?

2. Bagaimana gambaran iklim sekolah SMA Negeri dan swasta di Kota

Bandung ?

3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota

Bandung ?

4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung ?

5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA

Negeri dan swasta di Kota Bandung ?

6. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim

Sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri

(18)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal sebagai

berikut :

1 Mengidentifikasi perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan Swasta

di Kota Bandung.

2 Mengidentifikasi iklim sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kota

Bandung.

3 Mengidentifikasi kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

Bandung.

4 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh perilaku

kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA

Negeri dan Swasta di Kota Bandung.

5 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh iklim sekolah

terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

Bandung.

6 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran besaran pengaruh perilaku

kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama

terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

(19)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan memiliki kegunaan baik

secara teoritis maupun praktis yaitu:

1. Secara Teoritis

Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan

iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru dan dapat digunakan sebagai

bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.

2. Secara Praktis

Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan

iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA di Kota Bandung.

Disamping itu diharapkan dapat membantu melengkapi bekal dalam

melaksanakan tugas keseharian sebagai guru, sehingga mampu

bersama-sama semua pihak sekolah menciptakan kondisi atau iklim sekolah yang

kondusif untuk proses belajar mengajar. Sebagai bekal untuk menjadi guru

yang senantiasa bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang

tinggi, sehingga akan mencapai hasil yang optimal.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian digunakan untuk mencapai tujuan penelitian secara

efektif dan efisien, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief Fuchan (1992: 5)

bahwa: “Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

(20)

permasalahan yang dihadapi”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif, yaitu perolehan informasi atau data yang relevan dengan

masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep atau teori yang

dikemukakan oleh para ahli. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mohamad Ali

(1993: 12), yaitu:

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif, yaitu pendekatan yang dimungkinkan dilakukannya pencatatan dan

penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan

perhitungan statistik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima Bab sesuai

dengan panduang karya tulis ilmiah yang telah ditentukan oleh UPI, lengkapnya

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

(21)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab II ini dibahas beberapa terori yang pertama mengenai kinerja mengajar guru yang meliputi: 1)Pengertian Kinerja; 2)

Kinerja Mengajar Guru; 3) Pengertian Mengajar; 4) Indikator Penilaian Kinerja

Guru; 5) Dimensi dan Kinerja Tenaga Pengajar; 6) Indikator Kinerja Mengajar

Guru; 7) Peranan Guru dalam Pendidikan; 8) Teori yang kedua yaitu mengenai

kepemimpinan kepala sekolah.

Pembahasan yang kedua yaitu konsep mengenai perilaku kepemimpinan

yang meliputi 1) Pengertian Kepemimpinan; 2) Sifat-sifat Kepemimpinan; 3)

Pendekatan perilaku kepemimpinan; 4) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah;

5) Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah; 6) Keberhasilan Perilaku Kepemimpinan

Kepala Sekolah.

Pembahasan yang ketiga dalam Bab II adalah mengenai konsep dan teori

iklim sekolah. Pada iklim sekolah diuraikan mengenai : 1) Pengertian Iklim

Sekolah; 2) Dimensi-dimensi Iklim Sekolah; 3) Jenis-jenis Iklim Sekolah; 4)Cara

Mengkreasikan Iklim Sekolah; 5) Iklim Sekolah yang Kondusif; 6) Kerangka

Pikir Penelitian; 7) Asumsi Dasar dan Hipotesis Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III ini dibahas mengenai

metodologi dari penelitian yang dilakukan. Diuraikan juga beberapa hal

diantaranya: lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dan juga

(22)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian

diuraikan mengenai: 1) Deskripsi Hasil Penelitian; 2) Uji Analisis; 3) Pengujian

Hipotesis. Kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian. Dalam

pembahasan penelitian dijabarkan beberapa temuan penlitian kemudian diuraikan

secara kritis dan juga dibandingkan dengan teori dan konsep yang mendukung.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dua hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu kesimpulan yang berisikan point utama dari hasil penelitian dan juga

di uraikan mengenai beberapa saran yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru

(23)

86

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian yang penyusun lakukan adalah SMA yang berada di Kota Bandung. Proses penelitian dan penyusunan tesis yang penulis lakukan

diharapkan dapat selesai dalam 5 bulan, yang dimulai dari pengajuan proposal

sampai selesai. Adapun jadwal dan tahapan-tahapan penelitian yang direncanakan

(24)

2. Populasi dan Sampel a.Populasi

Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang melekapat pada

perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru

di SMA Negeri dan Swasta Kota Bandung.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diharapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya ( Sugiyono : 2009 ),

sedangkan menurut Frankel dan Wallen dalam Riyanto (2001:63), populasi adalah

kelompok yang menarik peneliti ,dimana kelompok tersebut oleh peneliti

dijadikan objek untuk merealisasikan hasil penelitian. Sedangkan sampel adalah

bagian dari populasi , jadi yang dimaksud dengan sampel penelitian adalah

sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili

seluruh populasi, (Ari Kunto :2004:117). Berkaitan dengan teknik pengambilan

sampel Nasution (2003:135), menyatakan bahwa mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya sampel akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,

desain penelitian (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan

pengolahannya

Bila penyusun simpulkan dari beberapa teori dan pendapat para ahli di

atas, maka yang dimaksud dengan populasi adalah merupakan objek dan subjek

(25)

syarat-syarat yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian yang akan

dikakukan, sedangkan sampel adalah populasi yang diambil sebagai data

penelitian sebagian atau seluruhnya. Adapun objek – objek yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah para guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung

yang berjumlah 1755 yang tersebar pada 33 sekolah.sebagai berikut :

Tabel 3.2

Jumlah Populasi SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung

No Nama Sekolah Menengah Atas

Jumlah Guru

22 SMA Karya Pembangunan Bandung 38

23 SMA Pasundan 2 Bandung 68

24 SMA Pasundan 5 Bandung 15

25 SMA Pasundan 3 Bandung 47

26 SMA Pasundan 8 Bandung 62

27 SMA Puragabaya Bandung 30

28 SMA PGRI 1 Bandung 26

(26)

No Nama Sekolah Menengah Atas

Jumlah Guru Guru (Populasi) 30 SMA Kartika Chandra. 1 Bandung 36

31 SMA PGII 1 Bandung 63

32 SMA PGII 2 Bandung 37

33 SMA DARUL HIKAM Bandung 38

Jumlah 1755

b. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Ridwan dan Akdon

(2008). Arikunto (2002:12), menyatakan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih

baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika

populasinya besar atau lebih dari 100, maka diambil 10 – 15% atau lebih dari itu.

Memperhatikan landasan teori di atas, yaitu jumlah populasi dari 100

orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara

acak ( Random Sampling). Untuk memberikan kemudahan maka pengambilan

populasi dengan menentukan besarnya ukuran sampel, maka digunakan rumus

Taro Yamane yang dikutif dari Riduwan,dkk (2008:44), sebagai berikut :

n = __N___ Nd2 + 1

Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Presisi yang ditetapkan

Dengan rumus tersebut di atas , maka diperoleh jumlah sampel yang diteliti

(27)

Tabel 3.3

Jumlah Populasi dan Sampel yang diteliti

(28)

Berdasarkan kepada perhitungan tersebut di atas, maka jumlah sampel

yang disebar di SMA Negeri Kota Bandung dengan menggunakan rumus Taro

Yamane Riduwan,dkk (2008:44), dengan menggunakan angket sebanyak 95

responden.

B. Metode Penelitian

Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan

rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan

kokoh.Penelitian yang penyusun lakukan menggunakan metode deskriptif

bertujuan membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Menurut Nur

Indiantoro : 2002:89), yaitu suatu metode yang dapat dugunakan untuk menguji

hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian (Nur Indiantoro : 2002:89),

sedangkan menurut Cunsoelo dan Husen Umar (2004:81), menyatakan bahwa

“metode deskriptif dapat untuk riset korelasi, metode deskriptif analisis dapat

melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran ,

sedangkan yang akan diukur adalah suatu fakta yang berfungsi merumuskan dan

melukiskan apa yang terjadi. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2001:23),

memberikan suatu batasan tentang penelitian deskriptif, yaitu “ Penelitian yang

diarahkan untuk memberikan gejala-gejala ,fakta-fakta atau kejadian-kejadian

secara sistimatis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.

Melalui penerapan metode deskriptif diharapkan peneliti mendapatkan

informasi yang tepat serta gambaran korelasi dari perilaku Kepemimpinan Kepala

(29)

Berdasarkan pengertian ahli di atas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan

bahwa metode deskriftif analisis cocok untuk digunakan dalam penelitian ini,

karena sesuai dengan maksud penelitian, yaitu ingin mendapatkan gambaran

tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) , iklim sekolah (X2)

terhadap kinerja mengajar guru (Y). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian

ini adalah dengan kuantitatif, artinya berdasarkan data dan angka-angka statistik.

C. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dan memperjelas fokus penelitian yang akan dilakukan, maka penyusun uraikan operasional variabel dari masing-masing

variabel tersebut. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel bebas

(independen) dan 1 (satu) variabel terikat (dependen) yaitu sebagai berikut :

1. Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan kepala sekola. Kepala dapat diartikan Ketua atau

Pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah

adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.

Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk

menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang

dipimpinnya. Kepala Sekolah tidak hanya bertanggung jawab secara teknis

akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan

kondisi dan situasinya, serta hubungan dengan masyarakat sekitar merupakan

tanggung jawab kepala sekolah. Perilaku kreatif Kepala Sekolah yang mampu

(30)

dengan melakukan perubahan atau penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi,

prosedur, input, proses, dan output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan

perkembangan. (Wahjosumidjo 2002: 84).

2. Varaibel Iklim Sekolah (X2)

Iklim sekolah tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut

Hoy dan Miskell (1982) dalam Hadiyanto (2004:153) merupakan kualitas dari

lingkungan yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah

laku dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.

Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2004: 153) menyebutkan bahwa iklim

sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik di

sekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha (administrator) yang bekerja

untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi (sekolah) dengan

dimensi individu. Sorenson dan Goldsmith (2008:30) memandang iklim sekolah

sebagai kepribadian kolektif dari sekolah. Hofman, Sabo dan Bliss (dalam

Gunbayi (2007:2) ada enam dimensi iklim sekolah, yang dikelompokkan ke

dalam dua aspek, yaitu aspek perilaku kepala, dan aspek perilaku guru. Tiga

dimensi perilaku kepala sekolah yang diukur adalah supportive, directive, dan

restrictive, sedangkan tiga dimensi perilaku guru yang diukur adalah collegial,

committed, dan disengaged.

3. Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

(31)

Penyusun Rencana Pembelajaran, Pelaksanaan interaksi belajar mengajar,

Penilaian prestasi belajar Peserta didik, dan Pelaksanaan tindak lanjut hasil

penilaian prestasi belajar peserta didik , dikembangkan dari Pedoman Standarisasi

Kompetensi Guru (2010), L.R.Sayle da Strauss (1977 :47 ) Sedamayanti (2009:

51), Carver and Sergiovanni (dalam Rahardja, 2004), Undang-undang Republik

Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab1 pasal 1 ayat 1,

Raka Joni (dalam Sardiman , 2003:54), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah

kuisioner, dan wawancara. Kuisioner dimaksudkan untuk menjaring data tentang

perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar

guru.Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang ia ketahui, (Arikunto : 128). Adapun alasan penyusun menggunakan

kuisioner , karena kuisioner merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data

yang efisien dan efektif, karena keadaan responden yang sukup banyak.Sementara

teknik wawancara dimaksudkan untuk menjaring data yang tidak terjaring dengan

kuisioner.

Dalam penyusunan instrumen penelitian digunakan model dari Rensis

(32)

sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala

sosial. Dengan menggunakan skala Likert , maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, dan sub

variabel dijabarkan menjadi indikator. Dengan indikator yang terukur dapat

dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen berupa pertanyaan atau

pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Adapun skala option dan

pembobotan yang digunakan seperti pada tabel 3.4 berikut :

Tabel : 3.4 Pembobotan Option

No Option Skor

1 (SS) = selalu 5

2 (SR) = Sering 4

3 (KK) = Kadang-kadang 3

4 (JR) = Jarang 2

5 (TP) = Tidak Pernah 1

Responden dipersilakan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan yang

diajukan dalam kuisioner , sesuai dengan keadaan mengenai perilaku

kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Isi

kuisioner dikembangkan serta mengacu kepada teori yang mendasarinya. Adapun

(33)

1. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 3.5

Kisi – Kisi Kepemimpinan Kepala Sekolah

Variabel Dimensi Indikator Nomor

Item

bentuk lisan dan tulisan 5,6 2). Berkomunikasi dengan tenaga

dalam pencapaian tujuan 9,10 2). Mengatur sumber daya yang

ada secara efektif 11,12

4). Pengendali mutu sekolah

1). Perencanaan sumber belajar

yang jelas dan terintegrasi 13,14 2). Menetapkan standar-standar

Variabel Dimensi Indikator Nomor

(34)

Variabel Dimensi Indikator Nomor

3). Pengembangan pengetahuan 11,12 4). Pengembangan keterampilan 2). Kebersihan dan ketertiban 23,24

3. Kinerja Mengajar Guru

Tabel 3.7

Kisi – Kisi Kinerja Mengajar Guru

Variabel Dimensi Indikator Nomor

(35)

Variabel Dimensi Indikator Nomor Item belajar dengan tujuan pembelajaran

2). Kejelasan prosedur penilaian 23,24 3). Kelengkapan instrumen (soal,

kunci jawaban) 25

E. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat langkah-langkah yang

ditempuh, yaitu sebagai berikut :

1. Penentuan Alat Pengumpul Data

Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu

responden menjawab sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan,

dimana pertanyaan tersebut berhubungan dengan variabel – variabel yang diteliti.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a). Menentukan variabel – variabel yang akan diteliti sesuai dengan judul

yang telah ditentukan, yaitu Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala

Sekolah (X1), Iklim Sekolah (X2), dan Kinerja Mengajar Guru (Y).

b). Menyusun kisi – kisi angket yang selanjutnya dibuat

pertanyaan/pernyataan dan dikembangkan menjadi angket

c). Merumuskan kriteria skor untuk setiap item yang sesuai denga analisis

(36)

3. Uji Instrumen

Setelah alat pengumpul data selesai, maka langkah selanjutnya adalah uji istrumen yaitu berupa kuisioner/angket, dimana angket tersebut disebarkan

keseluruh resonden yang telah ditentukan yaitu 519 guru yang tersebar di 32

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta se-Kota Bandung. Dalam uji

instrumen digunakan analisis statistik. Uji statistik bertujuan untuk menguji

validitas dan realibiltas sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Adapun Uji Validitas dan Realibitas adalah sebagai berikut :

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah menggambarkan bagaimana kuisioner

sungguh-sungguh mampu mengukur apa yang akan dikukur, sehingga dapat dikatakan

validitas tinggi suatu test maka alat test tersebut semakin tepat mengenai sasaran

yang direncanakan. Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi yang

berfungsi untuk menghitung item yang digunakan. Teknik yang digunakan adalah

korelasi item total yaitu konsistensi antara skor item secara keseluruhan yang

dapat dilihat besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor secara

kesluruhan, yang merupakan dasar dari korelasi Pearson (product moment).

Adapun rumus korelasi Pearson adalah sebagai berikut :

rxy = n∑xy – (∑x)( ∑ y)

√ (∑x 2 – (∑x)2 (n∑y 2 – (∑y2

) Keterangan :

r = korelasi validitas yang dicari

(37)

∑y = jumlah skor dalam distribusi y ∑x2

= jumlah kuadrat skor dalam distribusi x ∑y2

= jumlah kuadrat skor dalam distribusi y n = banyaknya responden

Untuk perhitungan digunakan sofware SPSS yang berfungsi mengukur

tingkat validitas dari setiap item kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur

penelitian.

b. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran,

pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan suatu pengukuran yang

mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliabel). Realibilitas disebut juga

kepercayaan konsistensi atau kesetabilan. Namun sebagai ide pokok dalam konsep

reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran terbebas dari kekeliuran.

Tinggi rendahnya reliabiltas secara empiris ditunjukkan oleh besarnya

koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,00 – 1,00, pada kenyataannya

koefisien reliabiltas sebesar 1,00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran

psikologis merupakan sumber kekeliuran potensial. Disamping itu walaupun

koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), dalam hal

reliabilitas besarnya koefisien kurang dari nol (0) tidak ada artinya karena

interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.

Adapun pegujian reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan

mempergunakan teknik belah dua dari Spearman Brown, dengan membagi dua

(38)

diukur derajat hubungannya dengan koefisien korelasi rank menurut rumus yang

telah ditentukan, dengan rumus sebagai berikut :

r =

2

rb

1

+ rb

Keterangan :

r = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan (ganjil – genap)

Langkah selajutnya menghitung korelasi product moment dengan

menggunakan rumus:

rxy =

n∑xy – (∑x)( ∑ y)

(

x

2

– (

x)

2

(n

y

2

– (

y

2

)

Koefisien realibilitas yang besarnya antara 0,7 – 0,8 dianggap baik untuk

digunakan, (skala Guilford) dalam Kapian dan Saccuzo; 93:49).

4. Hasil Uji Coba Istrumen Penelitian

a. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Dari hasil uji coba instrument penelitian variabel perilaku kepemimpinan

kepala sekolah (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item pertanyaan,

dinyatakan valid dan juga dengam memakai pengolahan SPP (lihat lampiran)

tingkat reliabilitas instrumen X1 Reliabel.

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Instrumen X1

No. Item Mean Koefisien

Validitas Kategori (r>0,3)

X1_01 4,800 0,326 Valid

X1_02 4,300 0,684 Valid

(39)

No. Item Mean Koefisien

tidak valid. Untuk memperbaiki ketidak validan pada satu item tersebut dilakukan

revisi dalam tata bahasa instrumen pernyataan, sehingga dapat tetap digunakan.

Pengolahan SPSS (lihat lampiran) tingkat reliabilitas instrumen X2 Reliabel.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Instrumen X2

No. Item Mean Koefisien Validitas Kategori (r>0,3)

X2_01 4,433 0,384 Valid

X2_02 4,233 0,236 Tidak Valid

X2_03 4,400 0,545 Valid

(40)

No. Item Mean Koefisien Validitas Kategori

c. Kinerja Mengajar Guru (Y)

Dari hasil uji coba instrument penelitian variabel kinerja mengajar guru

(Y) diperoleh kesimpulan bahwa dari 25 item pertanyaan, dinyatakan valid.

Pengolahan SPSS (lihat lampiran) tingkat reliabilitas instrumen Y Reliabel.

(41)

No. Item Mean Koefisien Validitas

Kategori (r>0,3)

l_08 4,533 0,462 Valid

l_09 4,367 0,653 Valid

l_10 4,300 0,684 Valid

l_11 4,433 0,630 Valid

l_12 4,467 0,636 Valid

l_13 4,467 0,545 Valid

l_14 4,267 0,341 Valid

l_15 4,233 0,589 Valid

l_16 4,600 0,546 Valid

l_17 4,500 0,514 Valid

l_18 4,467 0,542 Valid

l_19 4,800 0,411 Valid

l_20 4,433 0,385 Valid

l_21 4,800 0,411 Valid

l_22 4,800 0,411 Valid

l_23 4,767 0,414 Valid

l_24 4,800 0,411 Valid

l_25 4,800 0,411 Valid

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan

teknik analisis inferensial. Teknik analsis deskriptif digunakan untuk

mendeskripsikan variable Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Iklim

sekolah (X2), dan Kinerja Mengajar Guru (Y), dengan cara menghitung rata-rata

(42)

Tabel : 3.11

Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian

Rata – rata skor Penafsiran

4,21 – 5,00

Terdapat dua teknik analisis yang digunakan yaitu :

1. Teknik Analisis Korelasi

Teknik analisis korelasi yakni untuk mengetahui derajat keeratan

hubungan antara variabel penelitian, dengan rumus sebagai berikut :

rxy

= n∑xy – ( ∑x ) ( ∑ y)

√ (∑x 2 – (∑x)2(n∑y 2 – (∑y2

)

Sumber : Sujana, 2002)

Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi itu sendiri, keeraran

korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :

(43)

2. Analisis Jalur

Analisis jalur digunakan untuk menunjukkan hubungan yang

memperlihatkan seberapa besar pengaruh sebuah variable tertentu baik pengaruh

langsung maupun tidak langsung terhadap variabel lainnya. Jadi yang menjadi

persoalannya adalah sebab akibat. Istilah yang akan digunakan dalam analisis

jalur ini adalah variabel eksogen yang merupakan variabel penyebab (X), variabel

endogen yang merupakan akibat (Y) dan variabel implisit (

εεεε

) yang merupakan

faktor-faktor lain dari variabel eksogen. Adapun bentuk umum analisi jalur seperti

pada gambar berikut :

εεεε

ρy x1

rx1x2

ρy x2

Gambar 3.2

Bentuk Umum Persamaan Analisis Jalur (path analysis)

Gambar 3.2 dari diagram jalur menggambarkan hubungan antar variabel

yang mencerminkan koefisien jalur variabel X terhadap Y , sementara hubungan

X1, dan X2 merupakan hubungan korelasi. Dalam penelitian yang penyusun

lakukan terdapat dua variabel independent yaitu perilaku kepemimpinan kepala ( X1)

( X2)

(44)

sekolah, dan Iklim Sekolah sedangkan satu variabel dependen yaitu kinerja

mengajar guru. Adapun persamaan jalurnya sebagai berikut :

Y = ρρρρyx1 X 1 + ρρρρyx2 X 2 + ρρρρyx

Keterangan :

Y = nila - nilai taksiran variabel untuk variabel kinerja mengajar guru

X1 = nilai – nilai perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah X2 = nilai-nilai Iklim Sekolah

ε = variabel Epsilon/reisudu yaitu variabel diluar X1,dan X2 yang

(45)

141

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah

dilakukan yang memfokuskan perhatian kepada penemuan fakta empirik tentang

“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja

Mengajar Guru SMA di Kota Bandung”, berikut ini akan dikemukakan beberapa

kesimpulan, yakni:

1. Gambaran aktual dari perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan

Swasta di Kota Bandung dalam hal: pengambilan keputusan, komunikatif,

koordinasi, pengendalian mutu sekolah, pengarah tenaga pendidik sudah

dijalankan dengan baik hal ini sesuai dengan hasil nilai rata-ratanya adalah

3,99. Artinya bahwa secara umum perilaku kepemimpinan kepala SMA di

Kota Bandung baik;

2. Gambaran aktual dari iklim sekolah di SMA Negeri dan Swasta Kota

Bandung yang dijabarkan dalam empat dimensi yaitu keamanan, kegiatan

pembelajaran, hubungan antar pribadi, dan lingkungan kerja menurut

pandangan guru sudah konstruktif bagi peningkatan kinerja mengajarnya. Hal

ini sesuai dengan nilai rata-rata 3,78 berkriteria baik;

3. Gambaran aktual dari kinerja mengajar guru yang dilihat dari perumusan

tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan

sumber belajar/media pembelajaran, metode pembelajaran, penilaian hasil

(46)

Bandung sudah sangat baik.

4. Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar

guru pada SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung dengan adalah kuat

(0,631) dan signifikan. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan diterima

artinya secara emfirik dilapangan terdapat pengaruh yang kuat dan signifikan

antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA

Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Pengaruh yang terjadi dari

kepemimpinan kepala sekolah pada kinerja mengajar guru adalah 39,9% dan

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan regresi yang diperoleh

terbukti linier, dengan kata lain semakin kondusif kepemimpinan kepala

sekolah maka akan semakin baik tingkat kinerja guru. Peningkatan satu

variabel dari kepemimpinan kepala sekolah akan mengakibatkan peningkatan

variabel kinerja mengajar guru sebesar 0,786;

5. Pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri

dan Swasta di Kota Bandung adalah kuat (0,642) dan signifikan. Hipotesis

yang diajukan oleh peneliti terbukti artinya ada pengaruh yang signifikan

antara iklim sekolah terhadap kinerja mengajar Guru pada SMA di Kota

Bandung. Kontribusi dari iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru yaitu

41,2% dan sisanya dipengaruhi faktor lain. Persamaan regresi yang diperoleh

terbukti linier, artinya semakin kondusif iklim sekolah maka akan semakin

(47)

kinerja mengajar guru sebesar 0,683.

6. Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan iklim sekolah terhadap

kinerja mengajar guru pada SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung adalah

kuat (0,694) dan signifikan. Hipotesis yang penulis ajukan diterima, artinya

bahwa terdapat pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah dan iklim

sekolah, terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota

Bandung. Nilai kontribusinya adalah 48,1% pada kinerja mengajar guru.

Persamaan regresi yang diperoleh terbukti linier, artinya semakin kondusif

kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan meningkatkan kinerja

mengajar guru.

B. Saran

Ada beberapa hal yang disarankan dalam penelitian ini, adalah:

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin dan juga pemangku kebijakan tingkat satuan

pendidikan perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap salah satu dimensi

kepemimpinan yang paling rendah dan salah satu dimensi iklim sekolah yang

rendah. Dalam dimensi kepemimpinan kepala sekolah ditemukan bahwa yang

terendah adalah dalam hal pengendali mutu sekolah. Pengednalian mutu

didasarkan pada bagaimana kepala sekolah mengendalikan kualitas dari

sekolah yang dihususkan pada penyusunan standar yang harus dicapai oleh

(48)

mengoptimalkan kepemimpinannya dalam hal mengendalikan mutu sekolah

khusunya dalam hal perencanaan sumber belajar yang jelas dan terintegrasi dan

juga dalam menetapkan standar-standar pelaksanaan pengendalilan

mutu.beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah jika

berpatokan pada mutu menurut Crosby yaitu mutu sesuai standar. Artinya

kepala sekolah dapat mendorong guru untuk dapat menyusun perencananaan

sumber belajar yang jelas dan terintegrasi dan harus senantiasa disesuaikan

dengan pedoman yang berlaku (Juknis Pengembangan RPP SMA Direktorat

pembinaan SMA). Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah

adalah senantiasa melibatkan seluruh komponen sekolah khususnya guru

dalam menetapkan standar-standar pelaksanaan pengendalian mutu. Standar

pengendalian mutu yang dimaksud adalah merujuk pada bagaiamana kepala

sekolah melibatkan seluruh komponen sekolah terutama guru dalam mencapai

delapan standar mutu pendidikan. Salah satu contohnya dalam pencapaian

standar proses, sesuai dengan Juknis Pengembangan RPP SMA Direktorat

pembinaan SMA bahwa yang hrus terlibat dalam mengendalikan mutu adalah

kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan juga guru. Ada hal yang sangat

positif dalam kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara untuk mempengaruhi

tidak didasarkan atas paksaan tetapi cenderung melibatkan guru secara

langsung. Dalam hal membangun iklim sekolah yang konstruktif, kepala

sekolah harus senantiasa mempertahankan kondisi saat ini, karena berdasarkan

(49)

pembelajaran dapat aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.

2. Guru

Berdasarkan hasil pembahasan, dalam kinerja guru secara umum sudah sangat

baik. Begitu juga dengan dimensi-dimensi yang lainnya sangat baik, hanya saja

ada satu dimensi yang masih berkategori baik yaitu dimensi metode

pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa, guru perlu untuk mengoptimalkan

penggunaan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah

dan juga tuntutan inovasi pembelajaran yang ada seperti penerapan

pembelajaran aktif dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) menyatakan “Proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik”. Ayat ini menjadi landasan yuridis bagi guru untuk dapat

mengimplementasikan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. Dan

juga harus senantiasa menyesuaikan strategi dan metode dengan tujuan

pembelajaran.

3. Peneliti selanjutnya

Dalam penelitian ini hanya lebih fokus pada dua variabel independent yaitu

(50)

mempengaruhi. Hal ini dikarenakan kinerja mengajar yang melekat pada diri

guru dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu faktor internal yang ada

dalam diri guru seperti harapan, motivasi, cita-cita dll, dan juga faktor

eksternal seperti kepemimpinan, iklim sekolah, kompensasi, pelatihan, dan

lain-lain. Komponen-komponen yang belum diteliti tersebut dapat dijadikan

(51)

147

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis Wahab (2008) Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta,

Abizar. (1988). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Adam. (1989). Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru.

Affandi, Affianto. (2003). Pengaruh Implementasi Kebijakan MBS Terhadap

Kinerja Guru Pada SD Di Kecamatan Garut Kota Kab. Garut. Skripsi

UPI Bandung : Tidak Diterbitkan

Akdon dan Hadi (2004), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi

Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa

Andreas Harefa, (2001), Pembelajaran Di era Serba Otonomi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

Arifin, E. (1998). Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

(Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta

Atmodiwirjo. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Ardadizya Jaya

Jakarta

Bittel, Lester Robert (1978). Encyclopedia of Profesional Management. Volume 1, 2. Mc-Graw Hill,inc.

Bhindi, N. and Duignan, P.A (1997) Leadership for new century, aurthenticity,

intentionality, spiritualilty and sensibility. Educational Management and Administration, vol. 25 no.2 PP 117.32

Buhler, Patricia. (2004). Management Skills. Jakarta : Prenada Media.Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Boone, Louis E and Bowen Donal D. (19980) The Great Writing In Management

(52)

148

Caldwell and spinks. (1995). Leading The Self-Manageing School. London: The Falmer Press.

Castetter, William B. (1986). The Personel Function in Educational

Administration. Printed in The United States of America.

Cribbin, James J. (1978). Effective Managerial Leadrship. American Management Association, Inc

Direktorat Tenaga Kependidikan, (2010), Pedoman Standarisasi Kompetensi Guru,

BP. Panca Bhakti, Jakarta

Djatmiko. (2002) Perilaku Organisasi, Alfabeta:Bandung

Davied. (1985). Perilaku dalam Organsasi. Jakarta: Erlangga.

Dessler, Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Dadi Kayana Abadi.

D.K Hart dan W.G Scoott. (1972). Academy of Management Journal.

Eli Hidayati, (2009). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru, UPI, Bandung, Tesis

E. Mulyasa. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Etzioni (1985). Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Faisal, S. (1982), Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.

Fattah, Nanang. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah. Jakarta: Uhamka Press

Gafar, M F. (2002) Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan

abad abad ke-21 (SPTK-21), Jakarta:Depdiknas.

(53)

149

Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Hopkins, D. and MacGilchrist, B. (1998) Development Planning for Pupil Achivement. School Leadership and Management, Vol. 18, no. 3, PP. 409-24

Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. (1984). Sociology. Edisi keenam.

International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company

Inc.Hlm. 89

Indrawijaya, 1989: Perilaku Organisasi. Sinar Baru .Bandung. Mansoer,

Ilyas Islamil Putra (2009). Kinerja dan Kompetensi Guru, (online) tersedia : http://ilyasismailputrabugis.blogspot.com/2009/11

I. GK. Manila. (1996). Manajemen Pemerintah Dalam Negeri. Jakarta : gramedia.

Jhom R. Schermerhorn Jr. (2003). Manajemen. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Kartono, Kartini. (2006). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Press

Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London: 1962).Hlm.15-19

Kuswando (2006) Mengurangi Stagnasi Bisnis, Suara Merdeka

Leonard I. Pearlin and Melvin I. (1966). American Sociological Review.

Malayu, S. P. Hasibuan. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2008). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika Aditama.

Mangkunegara (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, P.A. (2002). Manajemen Sumber Daya Mannusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Matondang, M.H. (2008). Kepemimpinan Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu

(54)

150

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks

Menyukseskan MBS san KBK. Bandung: Rosda Karya

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.

Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Ostroff. (2004). The Horizontal Organization. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

P, Sondang. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen. Jakarta: JECC.

Poppy Sopiah. (2007) Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Berprestasi Terhadap

Kinerja Paramedis pada Rumah Sakit Umum Kota Banjar. Bandung,

Tesis

Prawirosentono, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia-Kebijakan Kinerja

Karyawan (Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang

Perdagangn Bebas). Yogyakarta:BPFE.

Purwanto, M.Nagalim. (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya

Rahman (at all). (2006). Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan., Bandung: Alfaprint

Rachmawati, Kusdyah. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusi. Yogyakarta: Andi.

Riduwan, Engkos Ahmad.K, (2008), Cara Menggunakan dan Memakai Analisis

Jalur. Bandung: Alfabeta

Robbins, Stephen P. (1994), Teori Organisasi Struktur,Desain & Aplikasi Edisi 3 Jakarta: Arcan

Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi

Organizational Behavior (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Sadili Samsudin. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia

Sedarmayanti. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi

Gambar

Tabel : 3.1. Jadwal kegiatan dan Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Populasi SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung
Tabel 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel yang diteliti
Tabel : 3.4 Pembobotan Option
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu uji hipotesis untuk perbandingan data pretest dan posttest kelas eksperimen didapatkan bahwa harga t-tabel lebih besar dari t-hitung (19,13> 2,000) dengan

Hypnobreastfeeding berpengaruh terhadap sikap Ibu hamil trimester II tentang pemberian asi eklusif dimana ibu setelah dilakukan hypnobreastfeeding memiliki sikap yang lebih

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Motivasi Belajar dan Kegiatan Ekstrakurikuler Sanggar Alquran

5 PT TERASIS EROJAYA 6 PT CINIPTA TRIUTAMA JAYA 7 KOMLA CONSULTING ENGINEERS 8 PT PROSPERA CONSULTING ENGINEERS 9 PT INTIMULYA MULTIKENCANA 10 PT RASICIPTA CONSULTAMA 11 PT KANTA

[r]

Hal ini juga melatari sikap ‘defensif’ perempuan Jepang terhadap politik, yang dianggap sebagai pekerjaan yang ‘kotor’, dekat dengan korupsi, tidak sesuai dengan

Walaupun fakta-fakta empirik itu penting peranannya dalam metode ilmiah namun kumpulan fakta itu sendiri tidak menciptakan teori atau ilmu pengetahuan (Suparlan P.,

Mengetahui tingkat kepuasan peserta dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat memberikan sebanyak 19 (sembilan belas) indikator pertanyaan yang terdiri dari 4