vi B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ………... C. Tujuan Penelitian ………... D. Manfaat Penelitian ………. E. Metode Penelitian ……….. F. Sistematika Penelitian ...
BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA PEMIKIRAN DAN 4. Indikator Penilaian Kinerja Guru ……….. 5. Dimensi dan Kinerja Tenaga Pengajar………... 6. Indikator Kinerja Mengajar Guru... 7. Peranan Guru dalam Pendidikan ………...
B. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ………... 1. Pengertian Kepemimpinan ……… 2. Sifat-sifat Kepemimpinan ……….. 3. Pendekatan perilaku kepemimpinan ... 4. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ……….. 5. Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah ………... 6. Keberhasilan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ………
vii
C. Iklim Sekolah ………...
1. Pengertian Iklim Sekolah ………... 2. Dimensi-dimensi Iklim Sekolah ……… 3. Jenis-jenis Iklim Sekolah ………... 4. Cara Mengkreasikan Iklim Sekolah ……….. 5. Iklim Sekolah yang Kondusif ……… D. Kerangka Pikir Penelitian …....………. E. Asumsi Dasar dan Hipotesis Penelitian....………...
BAB III METODE PENELITIAN ………... A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian………... B. Metode Penelitian …………...………. C. Definisi Operasional………... D. Instrumen Penelitian ………... E. Proses Pengembangan Instrumen………..
F. Teknik Analisa Data ……….
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kompetensi dan Indikator Kompetensi Guru ... 30
Tabel 2.2 Standar kualifikasi Kepala Sekolah ... 59
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan dan Waktu Penelitian ... 86
Tabel 3.2 Jumlah Populasi SMA Negeri dan Swasta Kota Bandung ... 88
Tabel 3.3 Jumlah Populasi dan Sampel Yang Diteliti ... 90
Tabel 3.4 Pembobotan Option ... 95
Tabel 3.5 Kisi-kisi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 96
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Iklim Sekolah ... 96
Tabel 3.7 Kisi-kisi Kinerja Mengajar Guru ... 97
Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas instrumen X1 ... 101
Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Instrumen X2 ... 102
Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Y ... 103
Tabel 3.11 Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian ... 105
Tabel 3.12 Tingkat Koefisien Korelasi ... 105
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 108
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel iklim Sekolah (X2) di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 110
ix
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1) ... 114
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Variabel Iklim Sekolah (X2) ... 114
Tabel 4.6 Hasil uji normalitas Variabel kinerja mengajar Guru (Y) ... 115
Tabel 4.7 Nilai Korelasi Antara Variabel penelitian ... 116
Tabel 4.8 Model Summaryb ... 117
Tabel 4.9 Interval Korelasi ... 118
Tabel 4.10 Coefficientsa ... 119
Tabel 4.11 Collinearity Diagnostics ... 120
Tabel 4.12 Residuals Statistics ... 120
Tabel 4.13 Model Summaryb ... 122
Tabel 4.14 Coefficients Model Hipotesis 2 ... 123
Tabel 4.15 Collinearity Diagnostics ... 124
Tabel 4.16 Residuals Statistics ... 124
Tabel 4.17 Summary Model Hipotesis 3 ... 126
Tabel 4.18 Coefficients Model Hipotesis 4 ... 127
Tabel 4.19 Collinearity Diagnostics ... 127
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran ... 32
Gambar 2.1 Orientasi Perilaku Kepemimpinan ... 45
Gambar 3.2 Bentuk Umum Persamaan Analisis Jalur (Path Analysis) ... 97
Gambar 4.1 Deskripsi Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA)
Di Kota Bandung... 109
Gambar 4.2. Deskripsi Variabel Iklim Sekolah (X2) di Lingkungan
Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Bandung ... 110
Gambar 4.3 Deskripsi Variabel Kinerja mengajar Guru (Y)
Di Lingkungan Sekolah Menengah Atas (SMA)
di Kota Bandung ... 112
Gambar 4.4 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ... 121
Gambar 4.5 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Hipotesis 2 ... 124
Gambar 4.6 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual
Hipotesis Model 3 ... 128
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Uji validitas dan reliabilitas
3. Data Mentah
4. Pengolahan Data
5. SK Direktur UPI tentang Pembimbing
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kualitas pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi
perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,
berbagai dimensi kualitas pendidikan dianalisa dari berbagai segi mulai dari
peraturan perundang-undangan sampai dengan operasional dilapangan berupa
sistem, manajemen sumber daya manusia dan sarana pendukungnya, para pakar
pendidikan terus berusaha mewujudkan tuntutan masyarakat dan untuk memenuhi
sumber daya manusia (Pendidikan) yang kompeten dibidangnya mampu bersaing
dalam mengatasi berbagai perubahan lingkungan, tekonologi dan informasi.
Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar
mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan merupakan bentuk kinerja
guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan
kualitas keluaran atau outputnya. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai
pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru akan menjadi
sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang
dikemukakan oleh Pidarta (1995) dalam Saerozi (2005: 2).
Tugas guru yang paling utama adalah mengajar, dalam pengertian menata
lingkungan agar terjadi kegiatan belajar mengajar pada peserta didik dari tidak
bisa menjadi bisa, serta dapat mengubah perilaku dari yang kurang baik menjadi
baik, maka dari itu guru harus profesional. Guru yang profesional adalah guru
guru yang selalu membuat persiapan-persiapan sebelum mengajar, baik persiapan
harian, persiapan buku sumber, persiapan alat peraga sebagai alat bantu
pembelajaran, persiapan penilaian serta persiapan administrasi lainnya.
Banyak komponen yang menentukan keberhasilan guru dalam mengajar,
diantaranya adalah wawasan guru, persiapan mengajar, penyiapan alat peraga
serta penggunaannya, pemilihan metode yang sesuai dengan materi ajar, gaya
mengajar, komunikasi yang lancar, dan kedisiplinan. Variabel lain yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja guru adalah berkenaan dengan motivasi,
sebab motivasi lebih bersifat dorongan internal psikologis seseorang, hal tersebut
dikemukakan oleh Surya (2003: 14) yang menyatakan bahwa: “Motivasi dan
kebutuhan merupakan tenaga pendorong bagi individu untuk bertingkah laku atau
berkegiatan dalam arti luas, sehingga makin kuat kebutuhan dan motivasi dalam
diri individu, maka makin kuat pula kegiatan yang akan dilakukannya.” Menurut
Syah M (2003:229) mengemukakan “Guru yang berkualitas adalah guru yang
berkompetensi, yang berkemampuan untuk melaksanakan
Guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan yang harus
berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru
tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan
mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan
tugasnya.
Salah satu yang menjadi faktor penyebab rendahnya kemampuan mengajar
guru dalam memahami mata pelajaran adalah masih rendahnya tingkat kualifikasi
guru pada setiap jenjang pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut Jalal dan
Supriadi (2001:262) mengemukakan bahwa :“ Dalam kenyataanya, mutu guru
amat beragam”. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa tingkat penguasaan
bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode mengajar yang inovatif
masih kurang. Guru yang professional harus memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya yaitu : (1). Mempunyai komitmen terhadap siswa dan proses
belajarnya, (2). Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3). Bertanggung jawab
memantau hasil belajar siswa melalui evaluasi akhir, (4). Mampu berfikir
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh
dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga
kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan
prasarana (Mulyasa 2004: 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan
semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki
dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Di samping itu, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya yang diterapkan dalam
pendidikan di sekolah juga cenderung bergerak semakin maju, sehingga menuntut
penguasaan secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah
dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara
terarah, berencana dan berkesinambungan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan
menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki
komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan
kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru
melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu
kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan
serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.
memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga
kinerja guru selalu terjaga.
Menurut Eli Hidayati (2006:7) mengemukakan bahwa:
Kepemimpinan kepala sekolah masih banyak yang kurang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru-guru, misalnya dalam mengambil keputusan, dalam memberikan tugas-tugas kepada guru, dalam berkomunikasi, dalam memberikan motivasi kepada bawahan, dalam memberikan sanksi kepada yang melanggar aturan dan lain sebagainya, hal tersebut sebagian masih dilakukan secara otoriter, seolah-olah hanya kepala sekolah yang memiliki wewenang untuk mengatur segalanya.
Pada kenyataanya masih banyak kepala sekolah yang belum benar-benar
menghargai kinerja guru, penilaian terhadap guru yang benar-benar bekerja secara
profesional dengan guru yang bekerja biasa-biasa saja tidak ada bedanya,
semestinya sebagai kepala sekolah harus dapat menilai secara objektif, selain itu
pemberian kesejahteraan terhadap guru yang memiliki prestasi serta bekerja
dengan giat masih disamakan dengan guru yang suka datang terlambat serta
kadang mengajar kadang tidak. Selain hal tersebut diatas penghargaan terhadap
guru yang memiliki prestasi baik pada bidang akademik maupun non akademik,
belum diberiakn secara optimal oleh kepala sekolah. Hal-hal tersebut diatas
diantaranya merupakan menyebabkan guru enggan untuk meningkatkan
kinerjanya
Untuk mewujudkan sekolah yang unggul baik akademik maupun non
akademik, maka diperlukan pemimpin yang memiliki wawasan yang luas serta
memiliki keterampilan dalam mengelola sekolah, sebagai pimpinan harus bekerja
dengan sungguh-sungguh serta energik, perilakunya harus memberikan contoh
menjalankan tugas dan kewajibannya jangan hanya sebatas melaksanakan tugas
semata-mata tetapi harus mampu memunculkan ide-ide baru yang cemerlang serta
mampu memotivasi guru-guru untuk terus bekerja dan berkarya secara
profesional, sehingga guru-guru memiliki kinerja yang tinggi (Tharik, 2006:33).
Selain dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru juga
dipengaruhi oleh iklim sekolah. Iklim sekolah adalah suasana bekerja, belajar,
berkomunikasi, dan bergaul dalam organisasi pendidikan (Pidarta 1988: 176).
Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti
memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa.
Hasil tinjauan ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang
iklim sekolah sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari
setengahnya menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan
kelompok sebaya yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru
dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran,
konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran
telah memberikan sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik
siswa.
Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan
unsur penting dalam kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil,
demokratis, dan respek terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi
tingkat drop out siswa, tinggal kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa .
Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) mengungkapkan bahwa iklim sekolah
studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser & Eccles (1998) membuktikan
bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki dampak ke depannya bagi
penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values) akademik. Studi yang
dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan bahwa iklim sekolah,
yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi, lingkungan sekolah yang
teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang positif, penyertaan
aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif ternyata memiliki
korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.
Sardiman (2005:125) mengemukakan guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh
karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus
berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru
tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan,
tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai
pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar.
Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan
mutu pendidikan.
Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim
sekolah pun memiliki kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik,
dilakukan Battistich dan Hom (1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan
akan komunitas (sense of community) dapat mengurangi secara signifikan
terhadap munculnya perilaku bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan
remaja dan tindak kekerasan. Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan
tingkat depresi (Roeser & Eccles 1998). Studi yang dilakukan oleh World Health
Organization (WHO) pada tahun 1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku,
gaya hidup dan konteks sosial pada kalangan anak muda di 28 negara
menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam pengambilan keputusan di sekolah,
perasaan memperoleh dukungan dari guru dan siswa lainnya ternyata berkorelasi
dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok, tingginya aktivitas fisik, serta
tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie et al. 2000).
Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai
kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang
saling menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau
mendengarkan siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan
dampak terhadap tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan
kewarganegaraan (Newmann, 1990). Menurut Sergiovanni dan Startt (1993)
dalam Hadiyanto (2004: 153) menyatakan bahwa iklim sekolah merupakan
karakteristik yang ada, yang menggambarkan ciri-ciri psikologis dari suatu
sekolah tertentu, yang membedakan suatu sekolah dari sekolah yang lain,
mempengaruhi tingkah laku guru dan peserta didik dan merupakan prasaan
Iklim organisasi sekolah merupakan persepsi para guru dan personil
sekolah lainnya tentang struktur kerja sekolah, gaya kepemimpinan, manajemen,
supervisi, dan faktor lingkungan sosial pening lainnya yang tampak pada sikap,
kepercayaan, nilai dan motivasi kerjanya (Arif Jauhari, 2005: 4). Selanjutnya
dijelaskan bahwa persepsi tersebut mempunyai dampak terhadap semangat kerja
atau moral kerja para guru dan personil sekolah lainnya yang akhirnya akan
mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar. Dengan terciptanya iklim sekolah
yang kondusif, maka guru akan merasa nyaman dalam bekerja dan terpacu untuk
bekerja lebih baik. Hal tersebut mencerminkan bahwa suasana sekolah yang
kondusif sangat mendukung peningkatan kinerja guru. Menurut Moos dan Arter
dalam Hadiyanto (2004: 119), mengemukakan bahwa “Iklim sekolah terutama
dimensi hubungan masih perlu ditingkatkan”. Dalam dimensi hubungan yang
perlu ditingkatkan adalah interaksi antara guru dengan Kepala Sekolah. Interaksi
dari atas ke bawah kebanyakan hanya berupa perintah. Sedangkan interaksi dari
bawah ke atas, guru hanya menyampaikan laporan hasil belajar siswa maupun
hasil kerja dari tugas-tugas lain yang dibebankan kepadanya. Hubungan yang
terjadi antara Kepala Sekolah dengan guru cenderung kaku. Hal tersebut dapat
terlihat dari kurangnya keterbukaan dalam komunikasi antara Kepala Sekolah
dengan guru.
Berdasarkan temuan emfiris di lapangan ditemukan bahwa guru-guru di
lingkungan SMA baik Negeri ataupun Swasta di Kota Bandung, dalam kinerja
mengajarnya masih tergantung pada kepala sekolah. Artinyanya masih ditemukan
ketika kepala sekolahnya tidak ada di sekolah terjadi penurunan kinerja seperti
dalam hal waktu yang telat ataupun meninggalkan ruang kelas. Begitu juga
dengan kepala sekolah, masih banyak yang belum menghargai kinerja guru
terbukti dengan masih samanya penghargaan antara guru yang rajin dengan guru
yang biasa.
Dengan kurang optimalnya kinerja mengajar guru dan kurang kondusifnya
iklim sekolah yang dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah, menjadi
fenomena yang sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam melalui sebuah
penelitian yang difokuskan pada judul: “ Pengaruh Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung ”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini
penulis membatasi penelitian ini fokus pada masalah perilaku kepemimpinan
kepala sekolah dan iklim sekolah sebagai variabel indefenden, sedangkan kinerja
mengajar guru sebagai variabel terikat. Sehubungan banyaknya variabel yang
mempengaruhi kinerja mengajar guru dalam mengajar diantaranya kesejahteraan
guru, pengalaman mengajar, wawasan guru, budaya sekolah, perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah, harapan-harapan, sarana dan
prasarana yang tersedia dan lain sebagainya. Menginat luasnya permasalahan
yang menyangkut kinerja mengajar guru, sedangkan waktu dan biaya yang
meliputi variabel perilaku kepemimpinan kepala sekolah ,iklim sekolah dan
kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, terdapat beberapa
permasalahan belum optimalnya kinerja mengajar guru, hal tersebut diasumsikan
belum optimalnya kepemimpinan kepala sekolah serta iklim sekolah sebagai salah
satu faktor peningkatan kinerja guru. Berangkat dari permasalah dan fenomena
tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan swasta
di Kota Bandung ?
2. Bagaimana gambaran iklim sekolah SMA Negeri dan swasta di Kota
Bandung ?
3. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota
Bandung ?
4. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap
kinerja mengajar guru SMA Negeri dan swasta di Kota Bandung ?
5. Seberapa besar pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA
Negeri dan swasta di Kota Bandung ?
6. Seberapa besar pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
Sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal sebagai
berikut :
1 Mengidentifikasi perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan Swasta
di Kota Bandung.
2 Mengidentifikasi iklim sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kota
Bandung.
3 Mengidentifikasi kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
Bandung.
4 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh perilaku
kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA
Negeri dan Swasta di Kota Bandung.
5 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran pengaruh iklim sekolah
terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
Bandung.
6 Mendeskripsikan dan menganalisis besaran besaran pengaruh perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah secara bersama-sama
terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan memiliki kegunaan baik
secara teoritis maupun praktis yaitu:
1. Secara Teoritis
Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan
iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru dan dapat digunakan sebagai
bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.
2. Secara Praktis
Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan
iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA di Kota Bandung.
Disamping itu diharapkan dapat membantu melengkapi bekal dalam
melaksanakan tugas keseharian sebagai guru, sehingga mampu
bersama-sama semua pihak sekolah menciptakan kondisi atau iklim sekolah yang
kondusif untuk proses belajar mengajar. Sebagai bekal untuk menjadi guru
yang senantiasa bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang
tinggi, sehingga akan mencapai hasil yang optimal.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian digunakan untuk mencapai tujuan penelitian secara
efektif dan efisien, sebagaimana yang dikemukakan oleh Arief Fuchan (1992: 5)
bahwa: “Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam
permasalahan yang dihadapi”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif, yaitu perolehan informasi atau data yang relevan dengan
masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep atau teori yang
dikemukakan oleh para ahli. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Mohamad Ali
(1993: 12), yaitu:
Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang dimungkinkan dilakukannya pencatatan dan
penganalisaan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan
perhitungan statistik.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima Bab sesuai
dengan panduang karya tulis ilmiah yang telah ditentukan oleh UPI, lengkapnya
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pada bab II ini dibahas beberapa terori yang pertama mengenai kinerja mengajar guru yang meliputi: 1)Pengertian Kinerja; 2)
Kinerja Mengajar Guru; 3) Pengertian Mengajar; 4) Indikator Penilaian Kinerja
Guru; 5) Dimensi dan Kinerja Tenaga Pengajar; 6) Indikator Kinerja Mengajar
Guru; 7) Peranan Guru dalam Pendidikan; 8) Teori yang kedua yaitu mengenai
kepemimpinan kepala sekolah.
Pembahasan yang kedua yaitu konsep mengenai perilaku kepemimpinan
yang meliputi 1) Pengertian Kepemimpinan; 2) Sifat-sifat Kepemimpinan; 3)
Pendekatan perilaku kepemimpinan; 4) Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah;
5) Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah; 6) Keberhasilan Perilaku Kepemimpinan
Kepala Sekolah.
Pembahasan yang ketiga dalam Bab II adalah mengenai konsep dan teori
iklim sekolah. Pada iklim sekolah diuraikan mengenai : 1) Pengertian Iklim
Sekolah; 2) Dimensi-dimensi Iklim Sekolah; 3) Jenis-jenis Iklim Sekolah; 4)Cara
Mengkreasikan Iklim Sekolah; 5) Iklim Sekolah yang Kondusif; 6) Kerangka
Pikir Penelitian; 7) Asumsi Dasar dan Hipotesis Penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III ini dibahas mengenai
metodologi dari penelitian yang dilakukan. Diuraikan juga beberapa hal
diantaranya: lokasi, populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen dan juga
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV ini diuraikan dua hal utama yaitu pertama hasil penelitian. Pada hasil penelitian
diuraikan mengenai: 1) Deskripsi Hasil Penelitian; 2) Uji Analisis; 3) Pengujian
Hipotesis. Kedua juga diuraikan mengenai pembahasan hasil penelitian. Dalam
pembahasan penelitian dijabarkan beberapa temuan penlitian kemudian diuraikan
secara kritis dan juga dibandingkan dengan teori dan konsep yang mendukung.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dua hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu kesimpulan yang berisikan point utama dari hasil penelitian dan juga
di uraikan mengenai beberapa saran yang ditujukan untuk kepala sekolah, guru
86
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian yang penyusun lakukan adalah SMA yang berada di Kota Bandung. Proses penelitian dan penyusunan tesis yang penulis lakukan
diharapkan dapat selesai dalam 5 bulan, yang dimulai dari pengajuan proposal
sampai selesai. Adapun jadwal dan tahapan-tahapan penelitian yang direncanakan
2. Populasi dan Sampel a.Populasi
Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang melekapat pada
perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru
di SMA Negeri dan Swasta Kota Bandung.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diharapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya ( Sugiyono : 2009 ),
sedangkan menurut Frankel dan Wallen dalam Riyanto (2001:63), populasi adalah
kelompok yang menarik peneliti ,dimana kelompok tersebut oleh peneliti
dijadikan objek untuk merealisasikan hasil penelitian. Sedangkan sampel adalah
bagian dari populasi , jadi yang dimaksud dengan sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi, (Ari Kunto :2004:117). Berkaitan dengan teknik pengambilan
sampel Nasution (2003:135), menyatakan bahwa mutu penelitian tidak selalu
ditentukan oleh besarnya sampel akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
desain penelitian (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan
pengolahannya
Bila penyusun simpulkan dari beberapa teori dan pendapat para ahli di
atas, maka yang dimaksud dengan populasi adalah merupakan objek dan subjek
syarat-syarat yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian yang akan
dikakukan, sedangkan sampel adalah populasi yang diambil sebagai data
penelitian sebagian atau seluruhnya. Adapun objek – objek yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah para guru SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung
yang berjumlah 1755 yang tersebar pada 33 sekolah.sebagai berikut :
Tabel 3.2
Jumlah Populasi SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung
No Nama Sekolah Menengah Atas
Jumlah Guru
22 SMA Karya Pembangunan Bandung 38
23 SMA Pasundan 2 Bandung 68
24 SMA Pasundan 5 Bandung 15
25 SMA Pasundan 3 Bandung 47
26 SMA Pasundan 8 Bandung 62
27 SMA Puragabaya Bandung 30
28 SMA PGRI 1 Bandung 26
No Nama Sekolah Menengah Atas
Jumlah Guru Guru (Populasi) 30 SMA Kartika Chandra. 1 Bandung 36
31 SMA PGII 1 Bandung 63
32 SMA PGII 2 Bandung 37
33 SMA DARUL HIKAM Bandung 38
Jumlah 1755
b. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Menurut Ridwan dan Akdon
(2008). Arikunto (2002:12), menyatakan apabila subjeknya kurang dari 100 lebih
baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika
populasinya besar atau lebih dari 100, maka diambil 10 – 15% atau lebih dari itu.
Memperhatikan landasan teori di atas, yaitu jumlah populasi dari 100
orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara
acak ( Random Sampling). Untuk memberikan kemudahan maka pengambilan
populasi dengan menentukan besarnya ukuran sampel, maka digunakan rumus
Taro Yamane yang dikutif dari Riduwan,dkk (2008:44), sebagai berikut :
n = __N___ Nd2 + 1
Dimana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan
Dengan rumus tersebut di atas , maka diperoleh jumlah sampel yang diteliti
Tabel 3.3
Jumlah Populasi dan Sampel yang diteliti
Berdasarkan kepada perhitungan tersebut di atas, maka jumlah sampel
yang disebar di SMA Negeri Kota Bandung dengan menggunakan rumus Taro
Yamane Riduwan,dkk (2008:44), dengan menggunakan angket sebanyak 95
responden.
B. Metode Penelitian
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan
rahasia ilmu secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan
kokoh.Penelitian yang penyusun lakukan menggunakan metode deskriptif
bertujuan membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Menurut Nur
Indiantoro : 2002:89), yaitu suatu metode yang dapat dugunakan untuk menguji
hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian (Nur Indiantoro : 2002:89),
sedangkan menurut Cunsoelo dan Husen Umar (2004:81), menyatakan bahwa
“metode deskriptif dapat untuk riset korelasi, metode deskriptif analisis dapat
melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran ,
sedangkan yang akan diukur adalah suatu fakta yang berfungsi merumuskan dan
melukiskan apa yang terjadi. Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2001:23),
memberikan suatu batasan tentang penelitian deskriptif, yaitu “ Penelitian yang
diarahkan untuk memberikan gejala-gejala ,fakta-fakta atau kejadian-kejadian
secara sistimatis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”.
Melalui penerapan metode deskriptif diharapkan peneliti mendapatkan
informasi yang tepat serta gambaran korelasi dari perilaku Kepemimpinan Kepala
Berdasarkan pengertian ahli di atas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan
bahwa metode deskriftif analisis cocok untuk digunakan dalam penelitian ini,
karena sesuai dengan maksud penelitian, yaitu ingin mendapatkan gambaran
tentang pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah (X1) , iklim sekolah (X2)
terhadap kinerja mengajar guru (Y). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan kuantitatif, artinya berdasarkan data dan angka-angka statistik.
C. Definisi Operasional
Untuk mempermudah dan memperjelas fokus penelitian yang akan dilakukan, maka penyusun uraikan operasional variabel dari masing-masing
variabel tersebut. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel bebas
(independen) dan 1 (satu) variabel terikat (dependen) yaitu sebagai berikut :
1. Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Kepemimpinan kepala sekola. Kepala dapat diartikan Ketua atau
Pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan sekolah
adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.
Kepala Sekolah mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang
dipimpinnya. Kepala Sekolah tidak hanya bertanggung jawab secara teknis
akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan sekolah dengan
kondisi dan situasinya, serta hubungan dengan masyarakat sekitar merupakan
tanggung jawab kepala sekolah. Perilaku kreatif Kepala Sekolah yang mampu
dengan melakukan perubahan atau penyesuaian tujuan, sasaran, konfigurasi,
prosedur, input, proses, dan output dari suatu sekolah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. (Wahjosumidjo 2002: 84).
2. Varaibel Iklim Sekolah (X2)
Iklim sekolah tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut
Hoy dan Miskell (1982) dalam Hadiyanto (2004:153) merupakan kualitas dari
lingkungan yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah
laku dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka.
Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2004: 153) menyebutkan bahwa iklim
sekolah adalah produk akhir dari interaksi antar kelompok peserta didik di
sekolah, guru-guru dan para pegawai tata usaha (administrator) yang bekerja
untuk mencapai keseimbangan antara dimensi organisasi (sekolah) dengan
dimensi individu. Sorenson dan Goldsmith (2008:30) memandang iklim sekolah
sebagai kepribadian kolektif dari sekolah. Hofman, Sabo dan Bliss (dalam
Gunbayi (2007:2) ada enam dimensi iklim sekolah, yang dikelompokkan ke
dalam dua aspek, yaitu aspek perilaku kepala, dan aspek perilaku guru. Tiga
dimensi perilaku kepala sekolah yang diukur adalah supportive, directive, dan
restrictive, sedangkan tiga dimensi perilaku guru yang diukur adalah collegial,
committed, dan disengaged.
3. Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
Penyusun Rencana Pembelajaran, Pelaksanaan interaksi belajar mengajar,
Penilaian prestasi belajar Peserta didik, dan Pelaksanaan tindak lanjut hasil
penilaian prestasi belajar peserta didik , dikembangkan dari Pedoman Standarisasi
Kompetensi Guru (2010), L.R.Sayle da Strauss (1977 :47 ) Sedamayanti (2009:
51), Carver and Sergiovanni (dalam Rahardja, 2004), Undang-undang Republik
Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab1 pasal 1 ayat 1,
Raka Joni (dalam Sardiman , 2003:54), Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah
kuisioner, dan wawancara. Kuisioner dimaksudkan untuk menjaring data tentang
perilaku kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar
guru.Kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang ia ketahui, (Arikunto : 128). Adapun alasan penyusun menggunakan
kuisioner , karena kuisioner merupakan salah satu teknik dalam pengumpulan data
yang efisien dan efektif, karena keadaan responden yang sukup banyak.Sementara
teknik wawancara dimaksudkan untuk menjaring data yang tidak terjaring dengan
kuisioner.
Dalam penyusunan instrumen penelitian digunakan model dari Rensis
sikap, pendapat dan persepsi sesorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala
sosial. Dengan menggunakan skala Likert , maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, dan sub
variabel dijabarkan menjadi indikator. Dengan indikator yang terukur dapat
dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen berupa pertanyaan atau
pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Adapun skala option dan
pembobotan yang digunakan seperti pada tabel 3.4 berikut :
Tabel : 3.4 Pembobotan Option
No Option Skor
1 (SS) = selalu 5
2 (SR) = Sering 4
3 (KK) = Kadang-kadang 3
4 (JR) = Jarang 2
5 (TP) = Tidak Pernah 1
Responden dipersilakan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan yang
diajukan dalam kuisioner , sesuai dengan keadaan mengenai perilaku
kepemimpinan kepala sekolah, iklim sekolah dan kinerja mengajar guru. Isi
kuisioner dikembangkan serta mengacu kepada teori yang mendasarinya. Adapun
1. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Tabel 3.5
Kisi – Kisi Kepemimpinan Kepala Sekolah
Variabel Dimensi Indikator Nomor
Item
bentuk lisan dan tulisan 5,6 2). Berkomunikasi dengan tenaga
dalam pencapaian tujuan 9,10 2). Mengatur sumber daya yang
ada secara efektif 11,12
4). Pengendali mutu sekolah
1). Perencanaan sumber belajar
yang jelas dan terintegrasi 13,14 2). Menetapkan standar-standar
Variabel Dimensi Indikator Nomor
Variabel Dimensi Indikator Nomor
3). Pengembangan pengetahuan 11,12 4). Pengembangan keterampilan 2). Kebersihan dan ketertiban 23,24
3. Kinerja Mengajar Guru
Tabel 3.7
Kisi – Kisi Kinerja Mengajar Guru
Variabel Dimensi Indikator Nomor
Variabel Dimensi Indikator Nomor Item belajar dengan tujuan pembelajaran
2). Kejelasan prosedur penilaian 23,24 3). Kelengkapan instrumen (soal,
kunci jawaban) 25
E. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam pelaksanaan penelitian ini, terdapat langkah-langkah yang
ditempuh, yaitu sebagai berikut :
1. Penentuan Alat Pengumpul Data
Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket tertutup, yaitu
responden menjawab sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang diajukan,
dimana pertanyaan tersebut berhubungan dengan variabel – variabel yang diteliti.
2. Penyusunan Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data dalam penyusunan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a). Menentukan variabel – variabel yang akan diteliti sesuai dengan judul
yang telah ditentukan, yaitu Variabel Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah (X1), Iklim Sekolah (X2), dan Kinerja Mengajar Guru (Y).
b). Menyusun kisi – kisi angket yang selanjutnya dibuat
pertanyaan/pernyataan dan dikembangkan menjadi angket
c). Merumuskan kriteria skor untuk setiap item yang sesuai denga analisis
3. Uji Instrumen
Setelah alat pengumpul data selesai, maka langkah selanjutnya adalah uji istrumen yaitu berupa kuisioner/angket, dimana angket tersebut disebarkan
keseluruh resonden yang telah ditentukan yaitu 519 guru yang tersebar di 32
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri dan Swasta se-Kota Bandung. Dalam uji
instrumen digunakan analisis statistik. Uji statistik bertujuan untuk menguji
validitas dan realibiltas sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Adapun Uji Validitas dan Realibitas adalah sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah menggambarkan bagaimana kuisioner
sungguh-sungguh mampu mengukur apa yang akan dikukur, sehingga dapat dikatakan
validitas tinggi suatu test maka alat test tersebut semakin tepat mengenai sasaran
yang direncanakan. Nilai validitas pada dasarnya adalah nilai korelasi yang
berfungsi untuk menghitung item yang digunakan. Teknik yang digunakan adalah
korelasi item total yaitu konsistensi antara skor item secara keseluruhan yang
dapat dilihat besarnya koefisien korelasi antara setiap item dengan skor secara
kesluruhan, yang merupakan dasar dari korelasi Pearson (product moment).
Adapun rumus korelasi Pearson adalah sebagai berikut :
rxy = n∑xy – (∑x)( ∑ y)
√ (∑x 2 – (∑x)2 (n∑y 2 – (∑y2
) Keterangan :
r = korelasi validitas yang dicari
∑y = jumlah skor dalam distribusi y ∑x2
= jumlah kuadrat skor dalam distribusi x ∑y2
= jumlah kuadrat skor dalam distribusi y n = banyaknya responden
Untuk perhitungan digunakan sofware SPSS yang berfungsi mengukur
tingkat validitas dari setiap item kuisioner yang dijadikan sebagai alat ukur
penelitian.
b. Uji Realibilitas
Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan terhadap hasil suatu pengukuran,
pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi merupakan suatu pengukuran yang
mampu memberikan hasil ukur terpercaya (reliabel). Realibilitas disebut juga
kepercayaan konsistensi atau kesetabilan. Namun sebagai ide pokok dalam konsep
reliabilitas adalah sejauh mana suatu pengukuran terbebas dari kekeliuran.
Tinggi rendahnya reliabiltas secara empiris ditunjukkan oleh besarnya
koefisien reliabilitas yang berkisar antara 0,00 – 1,00, pada kenyataannya
koefisien reliabiltas sebesar 1,00 tidak pernah tercapai dalam pengukuran
psikologis merupakan sumber kekeliuran potensial. Disamping itu walaupun
koefisien korelasi dapat bertanda positif (+) atau negatif (-), dalam hal
reliabilitas besarnya koefisien kurang dari nol (0) tidak ada artinya karena
interpretasi reliabilitas selalu mengacu kepada koefisien reliabilitas yang positif.
Adapun pegujian reliabilitas instrumen penelitian dihitung dengan
mempergunakan teknik belah dua dari Spearman Brown, dengan membagi dua
diukur derajat hubungannya dengan koefisien korelasi rank menurut rumus yang
telah ditentukan, dengan rumus sebagai berikut :
r =
2rb
1
+ rb
Keterangan :
r = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan (ganjil – genap)
Langkah selajutnya menghitung korelasi product moment dengan
menggunakan rumus:
rxy =
n∑xy – (∑x)( ∑ y)√
(
∑x
2– (
∑x)
2(n
∑y
2– (
∑y
2)
Koefisien realibilitas yang besarnya antara 0,7 – 0,8 dianggap baik untuk
digunakan, (skala Guilford) dalam Kapian dan Saccuzo; 93:49).
4. Hasil Uji Coba Istrumen Penelitian
a. Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
Dari hasil uji coba instrument penelitian variabel perilaku kepemimpinan
kepala sekolah (X1) diperoleh kesimpulan bahwa dari 20 item pertanyaan,
dinyatakan valid dan juga dengam memakai pengolahan SPP (lihat lampiran)
tingkat reliabilitas instrumen X1 Reliabel.
Tabel 3.8
Hasil Uji Validitas Instrumen X1
No. Item Mean Koefisien
Validitas Kategori (r>0,3)
X1_01 4,800 0,326 Valid
X1_02 4,300 0,684 Valid
No. Item Mean Koefisien
tidak valid. Untuk memperbaiki ketidak validan pada satu item tersebut dilakukan
revisi dalam tata bahasa instrumen pernyataan, sehingga dapat tetap digunakan.
Pengolahan SPSS (lihat lampiran) tingkat reliabilitas instrumen X2 Reliabel.
Tabel 3.9
Hasil Uji Validitas Instrumen X2
No. Item Mean Koefisien Validitas Kategori (r>0,3)
X2_01 4,433 0,384 Valid
X2_02 4,233 0,236 Tidak Valid
X2_03 4,400 0,545 Valid
No. Item Mean Koefisien Validitas Kategori
c. Kinerja Mengajar Guru (Y)
Dari hasil uji coba instrument penelitian variabel kinerja mengajar guru
(Y) diperoleh kesimpulan bahwa dari 25 item pertanyaan, dinyatakan valid.
Pengolahan SPSS (lihat lampiran) tingkat reliabilitas instrumen Y Reliabel.
No. Item Mean Koefisien Validitas
Kategori (r>0,3)
l_08 4,533 0,462 Valid
l_09 4,367 0,653 Valid
l_10 4,300 0,684 Valid
l_11 4,433 0,630 Valid
l_12 4,467 0,636 Valid
l_13 4,467 0,545 Valid
l_14 4,267 0,341 Valid
l_15 4,233 0,589 Valid
l_16 4,600 0,546 Valid
l_17 4,500 0,514 Valid
l_18 4,467 0,542 Valid
l_19 4,800 0,411 Valid
l_20 4,433 0,385 Valid
l_21 4,800 0,411 Valid
l_22 4,800 0,411 Valid
l_23 4,767 0,414 Valid
l_24 4,800 0,411 Valid
l_25 4,800 0,411 Valid
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan
teknik analisis inferensial. Teknik analsis deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan variable Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1), Iklim
sekolah (X2), dan Kinerja Mengajar Guru (Y), dengan cara menghitung rata-rata
Tabel : 3.11
Kriteria Penafsiran Kondisi Variabel Penelitian
Rata – rata skor Penafsiran
4,21 – 5,00
Terdapat dua teknik analisis yang digunakan yaitu :
1. Teknik Analisis Korelasi
Teknik analisis korelasi yakni untuk mengetahui derajat keeratan
hubungan antara variabel penelitian, dengan rumus sebagai berikut :
rxy
= n∑xy – ( ∑x ) ( ∑ y)√ (∑x 2 – (∑x)2(n∑y 2 – (∑y2
)
Sumber : Sujana, 2002)
Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi itu sendiri, keeraran
korelasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2. Analisis Jalur
Analisis jalur digunakan untuk menunjukkan hubungan yang
memperlihatkan seberapa besar pengaruh sebuah variable tertentu baik pengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap variabel lainnya. Jadi yang menjadi
persoalannya adalah sebab akibat. Istilah yang akan digunakan dalam analisis
jalur ini adalah variabel eksogen yang merupakan variabel penyebab (X), variabel
endogen yang merupakan akibat (Y) dan variabel implisit (
εεεε
) yang merupakanfaktor-faktor lain dari variabel eksogen. Adapun bentuk umum analisi jalur seperti
pada gambar berikut :
εεεε
ρy x1
rx1x2
ρy x2
Gambar 3.2
Bentuk Umum Persamaan Analisis Jalur (path analysis)
Gambar 3.2 dari diagram jalur menggambarkan hubungan antar variabel
yang mencerminkan koefisien jalur variabel X terhadap Y , sementara hubungan
X1, dan X2 merupakan hubungan korelasi. Dalam penelitian yang penyusun
lakukan terdapat dua variabel independent yaitu perilaku kepemimpinan kepala ( X1)
( X2)
sekolah, dan Iklim Sekolah sedangkan satu variabel dependen yaitu kinerja
mengajar guru. Adapun persamaan jalurnya sebagai berikut :
Y = ρρρρyx1 X 1 + ρρρρyx2 X 2 + ρρρρyx
Keterangan :
Y = nila - nilai taksiran variabel untuk variabel kinerja mengajar guru
X1 = nilai – nilai perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah X2 = nilai-nilai Iklim Sekolah
ε = variabel Epsilon/reisudu yaitu variabel diluar X1,dan X2 yang
141
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah
dilakukan yang memfokuskan perhatian kepada penemuan fakta empirik tentang
“Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Sekolah terhadap Kinerja
Mengajar Guru SMA di Kota Bandung”, berikut ini akan dikemukakan beberapa
kesimpulan, yakni:
1. Gambaran aktual dari perilaku kepemimpinan kepala SMA Negeri dan
Swasta di Kota Bandung dalam hal: pengambilan keputusan, komunikatif,
koordinasi, pengendalian mutu sekolah, pengarah tenaga pendidik sudah
dijalankan dengan baik hal ini sesuai dengan hasil nilai rata-ratanya adalah
3,99. Artinya bahwa secara umum perilaku kepemimpinan kepala SMA di
Kota Bandung baik;
2. Gambaran aktual dari iklim sekolah di SMA Negeri dan Swasta Kota
Bandung yang dijabarkan dalam empat dimensi yaitu keamanan, kegiatan
pembelajaran, hubungan antar pribadi, dan lingkungan kerja menurut
pandangan guru sudah konstruktif bagi peningkatan kinerja mengajarnya. Hal
ini sesuai dengan nilai rata-rata 3,78 berkriteria baik;
3. Gambaran aktual dari kinerja mengajar guru yang dilihat dari perumusan
tujuan pembelajaran, pemilihan dan pengorganisasian materi ajar, pemilihan
sumber belajar/media pembelajaran, metode pembelajaran, penilaian hasil
Bandung sudah sangat baik.
4. Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar
guru pada SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung dengan adalah kuat
(0,631) dan signifikan. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan diterima
artinya secara emfirik dilapangan terdapat pengaruh yang kuat dan signifikan
antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMA
Negeri dan Swasta di Kota Bandung. Pengaruh yang terjadi dari
kepemimpinan kepala sekolah pada kinerja mengajar guru adalah 39,9% dan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Persamaan regresi yang diperoleh
terbukti linier, dengan kata lain semakin kondusif kepemimpinan kepala
sekolah maka akan semakin baik tingkat kinerja guru. Peningkatan satu
variabel dari kepemimpinan kepala sekolah akan mengakibatkan peningkatan
variabel kinerja mengajar guru sebesar 0,786;
5. Pengaruh iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru pada SMA Negeri
dan Swasta di Kota Bandung adalah kuat (0,642) dan signifikan. Hipotesis
yang diajukan oleh peneliti terbukti artinya ada pengaruh yang signifikan
antara iklim sekolah terhadap kinerja mengajar Guru pada SMA di Kota
Bandung. Kontribusi dari iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru yaitu
41,2% dan sisanya dipengaruhi faktor lain. Persamaan regresi yang diperoleh
terbukti linier, artinya semakin kondusif iklim sekolah maka akan semakin
kinerja mengajar guru sebesar 0,683.
6. Pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, dan iklim sekolah terhadap
kinerja mengajar guru pada SMA Negeri dan Swasta di Kota Bandung adalah
kuat (0,694) dan signifikan. Hipotesis yang penulis ajukan diterima, artinya
bahwa terdapat pengaruh antara kepemimpinan kepala sekolah dan iklim
sekolah, terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri dan Swasta di Kota
Bandung. Nilai kontribusinya adalah 48,1% pada kinerja mengajar guru.
Persamaan regresi yang diperoleh terbukti linier, artinya semakin kondusif
kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah akan meningkatkan kinerja
mengajar guru.
B. Saran
Ada beberapa hal yang disarankan dalam penelitian ini, adalah:
1. Kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai pemimpin dan juga pemangku kebijakan tingkat satuan
pendidikan perlu memberikan perhatian yang lebih terhadap salah satu dimensi
kepemimpinan yang paling rendah dan salah satu dimensi iklim sekolah yang
rendah. Dalam dimensi kepemimpinan kepala sekolah ditemukan bahwa yang
terendah adalah dalam hal pengendali mutu sekolah. Pengednalian mutu
didasarkan pada bagaimana kepala sekolah mengendalikan kualitas dari
sekolah yang dihususkan pada penyusunan standar yang harus dicapai oleh
mengoptimalkan kepemimpinannya dalam hal mengendalikan mutu sekolah
khusunya dalam hal perencanaan sumber belajar yang jelas dan terintegrasi dan
juga dalam menetapkan standar-standar pelaksanaan pengendalilan
mutu.beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah jika
berpatokan pada mutu menurut Crosby yaitu mutu sesuai standar. Artinya
kepala sekolah dapat mendorong guru untuk dapat menyusun perencananaan
sumber belajar yang jelas dan terintegrasi dan harus senantiasa disesuaikan
dengan pedoman yang berlaku (Juknis Pengembangan RPP SMA Direktorat
pembinaan SMA). Strategi kedua yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah
adalah senantiasa melibatkan seluruh komponen sekolah khususnya guru
dalam menetapkan standar-standar pelaksanaan pengendalian mutu. Standar
pengendalian mutu yang dimaksud adalah merujuk pada bagaiamana kepala
sekolah melibatkan seluruh komponen sekolah terutama guru dalam mencapai
delapan standar mutu pendidikan. Salah satu contohnya dalam pencapaian
standar proses, sesuai dengan Juknis Pengembangan RPP SMA Direktorat
pembinaan SMA bahwa yang hrus terlibat dalam mengendalikan mutu adalah
kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan juga guru. Ada hal yang sangat
positif dalam kepemimpinan kepala sekolah, yaitu cara untuk mempengaruhi
tidak didasarkan atas paksaan tetapi cenderung melibatkan guru secara
langsung. Dalam hal membangun iklim sekolah yang konstruktif, kepala
sekolah harus senantiasa mempertahankan kondisi saat ini, karena berdasarkan
pembelajaran dapat aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
2. Guru
Berdasarkan hasil pembahasan, dalam kinerja guru secara umum sudah sangat
baik. Begitu juga dengan dimensi-dimensi yang lainnya sangat baik, hanya saja
ada satu dimensi yang masih berkategori baik yaitu dimensi metode
pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa, guru perlu untuk mengoptimalkan
penggunaan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi sekolah
dan juga tuntutan inovasi pembelajaran yang ada seperti penerapan
pembelajaran aktif dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pasal 19 ayat (1) menyatakan “Proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik”. Ayat ini menjadi landasan yuridis bagi guru untuk dapat
mengimplementasikan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan. Dan
juga harus senantiasa menyesuaikan strategi dan metode dengan tujuan
pembelajaran.
3. Peneliti selanjutnya
Dalam penelitian ini hanya lebih fokus pada dua variabel independent yaitu
mempengaruhi. Hal ini dikarenakan kinerja mengajar yang melekat pada diri
guru dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu faktor internal yang ada
dalam diri guru seperti harapan, motivasi, cita-cita dll, dan juga faktor
eksternal seperti kepemimpinan, iklim sekolah, kompensasi, pelatihan, dan
lain-lain. Komponen-komponen yang belum diteliti tersebut dapat dijadikan
147
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Azis Wahab (2008) Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
Abizar. (1988). Komunikasi Organisasi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Adam. (1989). Perilaku Organisasi. Bandung : Sinar Baru.
Affandi, Affianto. (2003). Pengaruh Implementasi Kebijakan MBS Terhadap
Kinerja Guru Pada SD Di Kecamatan Garut Kota Kab. Garut. Skripsi
UPI Bandung : Tidak Diterbitkan
Akdon dan Hadi (2004), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi
Ali, M. (1993). Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa
Andreas Harefa, (2001), Pembelajaran Di era Serba Otonomi. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
Arifin, E. (1998). Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
(Edisi Revisi V). Jakarta: Rineka Cipta
Atmodiwirjo. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia, PT Ardadizya Jaya
Jakarta
Bittel, Lester Robert (1978). Encyclopedia of Profesional Management. Volume 1, 2. Mc-Graw Hill,inc.
Bhindi, N. and Duignan, P.A (1997) Leadership for new century, aurthenticity,
intentionality, spiritualilty and sensibility. Educational Management and Administration, vol. 25 no.2 PP 117.32
Buhler, Patricia. (2004). Management Skills. Jakarta : Prenada Media.Fattah, Nanang. (1996). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Boone, Louis E and Bowen Donal D. (19980) The Great Writing In Management
148
Caldwell and spinks. (1995). Leading The Self-Manageing School. London: The Falmer Press.
Castetter, William B. (1986). The Personel Function in Educational
Administration. Printed in The United States of America.
Cribbin, James J. (1978). Effective Managerial Leadrship. American Management Association, Inc
Direktorat Tenaga Kependidikan, (2010), Pedoman Standarisasi Kompetensi Guru,
BP. Panca Bhakti, Jakarta
Djatmiko. (2002) Perilaku Organisasi, Alfabeta:Bandung
Davied. (1985). Perilaku dalam Organsasi. Jakarta: Erlangga.
Dessler, Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Dadi Kayana Abadi.
D.K Hart dan W.G Scoott. (1972). Academy of Management Journal.
Eli Hidayati, (2009). Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Budaya Sekolah Terhadap Kinerja Guru, UPI, Bandung, Tesis
E. Mulyasa. (2006). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Etzioni (1985). Organisasi-Organisasi Modern. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Faisal, S. (1982), Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
Fattah, Nanang. (2003). Manajemen Berbasis Sekolah/Madrasah. Jakarta: Uhamka Press
Gafar, M F. (2002) Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan
abad abad ke-21 (SPTK-21), Jakarta:Depdiknas.
149
Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Hopkins, D. and MacGilchrist, B. (1998) Development Planning for Pupil Achivement. School Leadership and Management, Vol. 18, no. 3, PP. 409-24
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. (1984). Sociology. Edisi keenam.
International Student Edition. Tokyo: Mc.Graw-Hill Book Company
Inc.Hlm. 89
Indrawijaya, 1989: Perilaku Organisasi. Sinar Baru .Bandung. Mansoer,
Ilyas Islamil Putra (2009). Kinerja dan Kompetensi Guru, (online) tersedia : http://ilyasismailputrabugis.blogspot.com/2009/11
I. GK. Manila. (1996). Manajemen Pemerintah Dalam Negeri. Jakarta : gramedia.
Jhom R. Schermerhorn Jr. (2003). Manajemen. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Kartono, Kartini. (2006). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja Grafindo Press
Keith Davis, Human Relations at Work, (New York, San Francisco, Toronto, London: 1962).Hlm.15-19
Kuswando (2006) Mengurangi Stagnasi Bisnis, Suara Merdeka
Leonard I. Pearlin and Melvin I. (1966). American Sociological Review.
Malayu, S. P. Hasibuan. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2008). Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Rafika Aditama.
Mangkunegara (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, P.A. (2002). Manajemen Sumber Daya Mannusia Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Matondang, M.H. (2008). Kepemimpinan Budaya Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
150
Mulyasa, E. (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks
Menyukseskan MBS san KBK. Bandung: Rosda Karya
Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.
Nazir, M. (1983). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ostroff. (2004). The Horizontal Organization. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
P, Sondang. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Standar Nasional Pendidikan. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia tentang Guru dan Dosen. Jakarta: JECC.
Poppy Sopiah. (2007) Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Kinerja Paramedis pada Rumah Sakit Umum Kota Banjar. Bandung,
Tesis
Prawirosentono, (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia-Kebijakan Kinerja
Karyawan (Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang
Perdagangn Bebas). Yogyakarta:BPFE.
Purwanto, M.Nagalim. (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya
Rahman (at all). (2006). Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan., Bandung: Alfaprint
Rachmawati, Kusdyah. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusi. Yogyakarta: Andi.
Riduwan, Engkos Ahmad.K, (2008), Cara Menggunakan dan Memakai Analisis
Jalur. Bandung: Alfabeta
Robbins, Stephen P. (1994), Teori Organisasi Struktur,Desain & Aplikasi Edisi 3 Jakarta: Arcan
Robbins, Stephen P, Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi
Organizational Behavior (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Sadili Samsudin. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Pustaka Setia
Sedarmayanti. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi