PERILAKU BIROKRATIK. PERIIAKU PROFESIONAL DAN KREATIVITAS
, DAIAM
MENUN1AN6
PRESTASI
LULUSAN
SEKOLAH
( Studi Eksploratif Mengenai Penampilan Kepala Sekolah Sebagai Administrator Pendidikan Pada Beberapa SMA
Di Kotamadya Manado dan Kota Administratif Bitung )
T E S I S
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Persyaratan Menempuh Ujian
Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh :
JOHANIES FREDRIK LONGDONG No. Pokok : 351/A/XV-7
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING
s"
ffaZ6?-*J
APROF. DR. ACHMAD SANUSI, S.H. M.PA
Pembimbing I
PROF. DR. OTENGjSUflSNA, M.Sc. Ed
bimbing II
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DAFTAR IS I
Halaman
PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING
ii
PRAKATA
ii±
PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH
v
DAFTAR ISI
.
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
3AB
I
PENDAHULUA2T
. . . . '
1
A. Permasalahan l
B. Tujuan Penelitian. ... 17
C. Kegunaan Penelitian. . 18
D. Kerangka Penelitian 19
BAB
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
22
A. Sekolah dan Kekepala*sekolahan . . 22
B. Produktivitas Sekolah ... 25
C. Beberapa Konsep Dasar tentang Peri
laku Birokratik, Perilaku
Profesi-onal, dan Kreativitaa 44
1. Perilaku Birokratik dalam Seko
lah 44
2. Perilaku Profasional dalam Se kolah yang menerapkan Konsep
Bi-rokrasi ... 80
p,
Konflik antara Perilaku Biro
kratik dan Perilaku Profesioaal 96 4. Kreativitas Organisasi Sekolah 101
D. Rangkuman Studi Kepustakaan . . . 136
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
I44
A. Pertanyaaa Penelitian dan Asumsi . 144 B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 148 C. Pedoman Pengolahan Data. ... 153
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data ...
168
BAB
IT
HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI
170
A. Hasil Penelitian 170
1. SKA Laboratorium Pusat Peneli
tian- IKIP Manado 171
2. SKA Kristen Ebenhaezar Manado 216 3. SMA Negeri Girian dan SKA Ne
geri Bitung 267
4. Perbandingan aspek-aspek peri
laku Bir-Okratik; perilaku Pro-fesional, dan Kreativitaa se kolah yang ditampilkan di ke-tiga jenis SMA dan kaitannya dengan prestasi lulusaa yang
di-capai 310
B. Diskusi Hasil Penelitian ... 333
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 363
A. Kesimpulan ... 363
B. Rekomendasi 373
DAFTAR KEPUSTAKAAN 385
CURRICULUM VITAE -392
TABEL
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1. CHARACTERISTICS OF THREE MODELS OF BUREAU
CRACY . . . ... ... ... 59
2.2. SIFAT-SIFAT PROFESIONAL YANG DIKEMUKAKAN
OLEH BEBERAPA AHLI.DALAK STUDI MEREKA. ... 83
2.3. PERBEDAAN TANGGAPAN ANTARA PERILAKU BIRO
KRATIK DAN.PERILAKU
PROFESIONAL-DALAM.AKTIV-ITAS ADMINISTRATOR ... .-.-.-. .... 98
4.1. KEADAAN SISWA SMA LABORATORIUM PP IKIP MANA
DO MENURUT KELAS, JUMLAH.SERTA JENIS.KELAMIN
S.D. 1 JUNI 1985 . ... 172
4.2. KEADAAN SISWA SMA KRISTEN EBENHAEZAR MANADO
MEN* T KELAS, JUMLAH SERTA JENIS KELAMIN
S.D _ JUNI 1985 218
4.3. KEADAAN GURU, TATA USAHA DI SMA NEGERI GIRIAN
DAN BITUNG MENURUT 1JAZAH YANG DIMILIKI. . . 269
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar :
1.1. Paradigma Permasalahan ... 20
1.2. Kaitan antar aspek yang diteliti 21
2.1. Model Sutermeister mengenai Faktor-faktor
yang aempengaruhi Produktivitas
34
2.2. Kerangka Konseptual Proses Produktivitas
menurut Paul Kali ... 38
2.3. Model Getzels tentang Sistem Sosial .... 60
2.4. Model Getzels dan Thelen 61
2.5. Model Getzels dan Guba ... 62
2.6. Organisasi sebagai sistem sosial menurut
M. Abbott • 62
2.7. Organisasi sekolah sebagai sistem sosial
(model sintesa dari W.K. Hoy dan C.G. Miskel)
63
2.8. Functions and dysfunction of the Weberian
Model 69
2.9. Proses DOIT menurut Robert Olson • • • • 111
3.1. Prosedur Studi Kasus 150
4.1. Profil Perilaku Birokratik yang ditampilkan
kepala sekolah di SMA Lab.PP IKIP Manado. . 190 4.2. Unsur-unsur kompetensi yang ditampilkan ke
pala sekolah jika digunakan pola pikir SSCPEA
196
4.3. Profil tingkat aplikasi teori administrasi
pendidikan kepala SKA Lab.PP IKIP Manado. .
196
4.4. Profil perilaku profesional yang ditampilkan
kepala SMA Lab. PP IKIP Manado
204
[image:6.595.45.541.78.764.2]Halaman
4.5. Profil kreativitas SKA Lab.PP IKIP Manado 210
4.6. Profil perilaku birokratik yang ditampilkan
kepala SMA Kristen Ebenhaezar Manado .... 239
4.7. Sama dengan 5.2. 243
4.8. Profil tingkat aplikasi teori Administrasi Pendidikan oleh kepala SMA Kr Ebenhaezar Ma
nado ... 243
4.9. Profil perilaku profesional yang ditampilkan
kepala SMA Kr Ebenhaezar Manado ... 254 4.10.Profil Kreativitas SMA Kr Ebenhaezar Manado 262
4.11.Profil Perilaku Birokratik yang ditampilkan
kepala SMA Negeri Girian dan Bitung. ....
286
4.12.Sama dengan gambar 5.2 . 291
4.13.Profil tingkat aplikasi teori administrasi pendidikan oleh kepala SKA Negeri di Girian
dan Bitung 292
4.14.Profil perilaku profesional yang ditampilkan
kepala SMA Negeri Girian dan Bitung
299
4.15.Profil Kreativitas SMA Negeri Girian dan Bi
tung
306
4.16.Fakta pertama kaitan antar aspek t
316
4.17.Fakta kedua kaitan antar aspek
...
317
4.18.Fakta ketiga kaitan antar aspek
319
BAB I
P1NDAHULUAN
A. Perqasalahan,
1. La tar freiafrang tnasaiah
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisah-kan dari kehidupan manusia dan dipandang sebagai hal yang
esensial dalam kehidupan itu sendiri. Pendidikan menjadi te
nia sentral dalam era sekarangj ini sewaktu manusia semakin
menyadari betapa perlunya menikmati suatu kualitas kehidupan
yang lebih baik, menemukan martabat kemanusiaannya sesuai kodratnya. Pendidikan justru menjadi pusat perhatian karena dipandang bahwa pendidikanlah merupakam salah satu alterna-tif yang tepat di mana tujuannya inha»ren dengan tujuan ke hidupan manusia.
Kecenderungan-kecenderungan sebagai akibat dari sema
kin korapleksnya kehidupan itu sendiri di mana pendidikan ikut terhawa, melahirkan suatu dimensi baru dalam pendidikan yang antara lain menghendaki akan perlunya penanganan yang
baik terhadap segala aktivitas pendidikan dalam upaya
menca-pai tujuannya. Dalam konteks inilah administrasi pendidikan
dipandang sebagai bagian vital dalam pendidikan yang dapat
menjembatani segala upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.
Administrasi pendidikan dalam kenyataannya semakin
tumbuh dan berkembang menjadi suatu ilmu yang berdiri sendi
ri. Penelitian-penelitian terhadap bidang ini berjalam
terus dengan pesat terutama dalam menemukan konsep-konsep
yang kemudian berkembang menjadi teori administrasi
pen
didikan, atau menguji teori, konsep yang sudah ada.
Penelitian ini akan mencoba mengkaji aspek-aspek pe
rilaku birokratik, perilaku profesional dan kreativitas
yang ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah sebagai
administrator pendidikan. Ketiga aspek ini dilihat konteks
keberadaan sekolah sebagai suatu sistem. Urgensi dalam
meng-adakan pengkajian terhadap aspek-aspek tersebut, bertolak
dari suatu latar belakang masalah seperti berikut :
a. SefrQlah. sebagai Slsfcegi sQSlSLL
Sebagai lembaga pendidikan. formal tempat anak-anak
usia sekolah dididik untuk mencapai tujuan pendidikan, se
kolah dipandang sebagai sistem sosial. Sekolah sebagai sis
tem sosial, terdiri dari "seperangkat elemen dan aktivitas
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan
mem-bentuk suatu entitas sosial" (W.K. Hoy, C.G. Miskel, 1978,
hal.37). Elemen-elemen tersebut dapatt dikelompokkan atastiga aspek yaitu, birokrasi, kelompok dan individu.
Biro-krasi mencakup struktur formal organisasi di mana semua
pe-ranan yang menjadi tuntutan organisasi atau aturan sekolah
dirumuskan. Kelompok dipandang sebagai aspek yang
diharap-kan dapat menciptadiharap-kan suatu iklim yang baik dan dapat
men-jembatani dua tuntutan yaitu tuntutan birokrasi di satu
pi-hak dan tuntutan individu di lain pipi-hak. Individu akan men
kependidikan lainnya, murid-murid, dll, masing-masing de
ngan. kepribadiannya atau motivasinya sendiri-sendiri.
Ak-tivitas di dalam sekolah dapat menyangkut, akAk-tivitas
ad
ministrasi, belajar, mehgajar, pemeliharaan, mengkreasi
dan sosialisasi.
Dalam upaya mencapai efektivitas dan efisiensi or
ganisasi sekolah, kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan memegang peranan penting. Di satu pihak ia
ha-rus merespons terhadap segala harapan yang ada dam
mengka-ji berbagai informasi balikan (feedback), dan di pihak la
in ia perlu memelihara dan peningkatkan perilaku guru,
mu-rid dan personil sekolah lainnya guna mencapai tujuan; se
kolah. Dengan perkataan lain, untuk mencapai hasil yang
di-harapkan, perilaku administratif yang ditampilkan oleh ke
pala sekolah sebagai administrator pendidikan, perlu
mema-dukan atau mengintegrasikan ketiga aspek yang dikemukakan
sebelumnya, yakni birokrasi, iklim kelompok, dan motivasi
individu. Kepemimpinan kepala sekolah akan dihadapkan
de
ngan aspek-aspek tersebut.
Btirokrasi di dalam sekolah dapat dipandang sebagai
hal yang esensial terutama dilihat dari segi keberadaan se
kolah sebagai suatu organisasi. Dalam hubungan dengan hal
tersebut, perilakuJcepala sekolah akan dicoraki oleh per-
^
soalan bagaimana memenuhi tuntutan birokrasi dimaksud. Pe
rilaku kepala sekolah di sini di sebut perilaku birokratik.
tersebut perlu ditangani secara profesional. Kepala se
kolah sebagai administrator pendidikan- dalam situasi atau
kondisi tertentu dituntut untuk berperilaku secara profe-
i^-sional, selain perilaku birokratik yang dikemukakan
sebe-lumnya.
Sekolah sebagai sistem terbuka, senantiasa menerima
dan atau menseleksi input dari lingkungannya. Guru, siswa
tata usaha yang ada di dalam sekolah, memiliki potensi un
tuk perbuatan-perbuatan kreatif. Salah satu tugas sekolah adalah membawa anak didik atau siswa untuk menjadi manusia kreatif. Dalam hubungan dengan hal tersebut, di dalam se kolah perlu diciptakan suatu kondisi yang dapat memacu kre ativitas siswa, guru atau tenaga kependidikan lainnya yang ada di dalam sekolah. Kepala sekolah dalam kedudukannya se
bagai pemimpin sekolah memegang peranan penting dalam upaya
menciptakan, memelihara kondisi-kondisi yang dapat memacu kreativitas siswa.
Bertolak dari pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa t
dalam organisasi sekolah sebagai sistem sosial, kepala se- |
kolah dihadapkan pada persoalan bagaimana menampilkan diri secara birokratik dalam kondisi tertentu, bagaimana menam
pilkan diri secara profesional dalam kondisi tertentu, ser
ta bagaimana menciptakan, memelihara kondisi tertentu yang
dapat memacu kreativitas sekolah. Ketiga persoalan ini
b. Produktivitas Sekolah
Masalah produktivitas menjadi isyu penting akhir-akhir ini dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Khusus-nya dalam bidang pendidikan, kajian terhadap produktivitas merupakan hal yang sangat strategis, karena dengan
menge-tahui tingkat produktivitas yang dicapai, dapat dirumuskan
berbagai kebijakan guna mencapai tingkat produktivitas
yang lebih baik atau lebih tinggi dari yang dicapai
sebe-lumnya.
Terdapat berbagai cara dalam menilai atau mengukur tingkat produktivitas yang dicapai. Ada yang melihatnya pada aspek kuantitatif dan ada pula yang melihat atau
meng-kajinya pada aspek kualitatif, atau kedua-duanya, dengan
segala model atau kriteria pengukuran dan atau penilaiannya.
Dapat saja, misalnya, dilihat dari segi kualitas tidak terjadi peningkatan, namun dilihat dari segi kuantitas terjadi
peningkatan. Kecenderungan tersebut ini banyak terjadi da
lam bidang pendidikan. Secara ideal, produktivitas suatu sekolah seyogianya ditandai oleh peningkatan. baik aspek ku
antitas maupun aspek kualitas. Akan tetapi dalam
kondisi-kondisi tertentu, ada kalanya aspek kuantitas yang dipenting.
kan dan ada kalanya aspek kualitas yang dipentingkan. Dalam
dipandang'produktifI. Penelitian ini mencoba memahami dan
menjelaskan mengenai kualitas pendidikan yang dicapai SMA.
Dengan demikian, produktivitas yang dipersoalkan dalam
thesis ini, tidak mengukur aspek kuantitas yang dicapai
sekolah dengan menggunakan berbagai teknik pengukuran
ku-antitatif, tidak pula menghitung rasio antara efektivitas
dan efisiensi yang dicapai sekolah. Kualitas pendidikan
yang dicapai SMA dianalisis secara kualitatif, jaralaupun
dalam penyajian mengenai indikator-indikatornya sedapat
mungkin disajikan pula berupa angka-angka lulusan dani
angka-angka prestasi yang dicapai (achievement).
Pengkajian terhadap aspek kualitas pendidikan
di
tingkat SMA, menurut pandangan penulis merupakan suatu
al-ternatif yang tepat. Lulusan SMA, di samping diberi
ke-sempatan untuk boleh melanjutkan studi pada jenjang yang
lebih tinggi, mereka juga boleh mendapat kesempatan. untuk
memasuki dunia kerja. Tatkala mereka diterima pada
jen
jang pendidikan di Perguruan Tinggi, diharapkan mereka
mampu mengikuti berbagai tuntutan pada jenjang tersebut
di mana pada gilirannya mereka dapat menjadi manusia
seutuh-nya seperti yang dirumuskan dalam Tujuan Umum Pendidikan
Nasional. Tatkala mereka setelah menyelesaikan SMA langsung
memasuki dunia kerja, diharapkan mereka mampu bekerja seca
ra produktif dan mampu memenuhj. kebutuhannya. Selama mereka
mengikuti pendidikan, mereka diharapkan untuk mampu
ini dalam kenyataannya masih jauh atau belum sebagaimana
mestinya. Penelitian ini akan mencoba menjaring berbagai
informasi yang dapat dijadikan sebagai
indikator-indika-tx>r mengenai permasalahan tersebut.
Kualitas pendidikan yang dicapai SMA, tidak bisa di-pisahkan dengan berbagai aspek atau berbagai jenis perila
ku dalam organisasi sekolah seperti yang dikemukakan
sebe-lumnya (tentang "sekolah sebagai sistem sosial"), Menurut peneliti, dalam kondisi pendidikan sekarang ini, ada tiga
aspek yang perlu dikaji yang dipandang dapat mewarnai
ta-raf kualitas pendidikan yang dicapai SMA, yakni perilaku birokratik, perilaku profesional dan kreativitas organisa
si yang ditampilkan dalam aktivitas kepemimpinan kepala
sekolah SMA sebagai administrator pendidikan.
c. Perjlaku bJroftratjLK dalam peningkatan produktiv
itas sistem sekolah
Perilaku birokratik dalam suatu organisasi
dimaksud-kan agar penggunaan sumber daya dapat digunadimaksud-kan secara
efisien. Segala sesuatu sudafr. terstruktur dengan baik, di
mana setiap personil dalam organisasi harus mengikutinya. Masing-masing: personil telah mengetahui peran yang harus
diwujudkannya, aturan permalnan organisasi yang harus
di-ikutinya. Konsep ini semula dikemukakan oleh Max Weber dan
ternyata berkembang dengan pesat, sehingga banyak organi
sasi yang keranjingan dengan konsep tersebut, termasuk or
birokrasi merupakan pertanda yang melekat pada masyara
kat modern atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern,/
(J.E. Kast, J.E. Rosenzweig, 1970, hal.70). Itulah
sebab-nya, dalam upaya modernisasi pendidikan di Indonesia,
proses birokratisasi berjalan dengan pesat, Semua aturanpermainan telah dirumuskan dari pusat dan berlaku untuk
semua sekolah atau lembaga pendidikan lainnya di Indone
sia, sampai dengan pakaian seragam sekolah pun diatur da
ri pusat, bahkan bagaimana guru berdiri di muka kelas ada
petunjuk pelaksanaan (juklak)nya.
Efisiensi yang menjadi thema pokok birokrasi yang
ideal, jelas tidak dapat dipisahkan dari produktivitas,
sebab salah satu aspek dari produktivitas juga berkenaan
dengan efisiensi. Maka karena itu, cukup beralasan
jika
dikatakan bahwa perilaku birokratik dapat mewarnai ting-
/
kat produktivitas yang dicapai organisasi, termasuk orga
nisasi sekolah. Organisasi sekolah tanpa birokrasi secara
teoritik dapat berjalan pincang.
Sebagai salah satu aspek dalam perilaku organisasi,
perilaku birokratik dalam kenyataannya banyak pula
menda-pat sorotan. Kritik-kritik yang dilontarkan dalam organi sasi yang menggunakan konsep birokrasi semakin banyak.
Dalam media komunikasi, bukan sedikit orang mulai
meragu-kan keampuhan konsep birokrasi. George Frederickson,
efisiensi yang merupakan sasaran birokrasi klasik
ternya-ta memang seringkali menyebabkan kemerosoternya-tan daya ternya-tanggap. Aparat tidak lagi peka terhadap perobahan-perobahan yang
terjadi di dalam masyarakat. (Kompas, 2 Hopember 1984).
Karakteristik-karakteristik birokrasi seperti yang dikemukakan Max Weber, ternyata dapat menimbulkan, kebosanan,
kekosongan moral, blok-blok komunikasi, kekakuan, serta
konflik (W.K.Hoy, C.G.Miskel, 1978, hal.55). Khususnya da
lam administrasi pendidikan, Dr Jan Turang antara lain,
me-ngemukakan bahwa administrator pendidikan yang berperilaku
otokrat (birokrasi yang berlebihan) cenderung menjadi
dik-tator (Sinar Harapan, 10 Juli 1985).
Adanya kecaman yang begitu banyak terhadap konsep
birokrasi atau perilaku birokratik, bukan berarti bahwa bi
rokrasi dalam organisasi sudah tidak diperlukan lagi. Per- ^ soalannya terletak pada bagaimana menampilkan suatu perila ku birokratik dalam batas-batas yang wajar atau "bebas ham-batan", bukan perilaku birokratik yang terlalu kuat (over
bureaucracy) yang dapat menimbulkan berbagai masalah dalam
organisasi. Untuk itulah, seorang kepala sekolah dalam
men-jalankan tugasnya sebagai pemimpin sekolah, perlu mencegah
penampilan perilaku birokratik yang berlebihan. Pada sisi
yang lain kepala sekolah perlu mengdmbanginya dengan peri
laku profesional sebagai administrator pendidikan,
d. Perilaku profesional dalam peningkatan produktivit
Menghadapi berbagai tuntutan, aspirasi, tanggung
jawab sebagai administrator pendidikan bagi kepala seko
lah bukan merupakan suatu hal yang mudah, atau bukan
me-rupakan suatu yang bersifat teknis belaka. Sebagai admi
nistrator pendidikan, kepala sekolah seyogianya menampil
kan diri atas dasar pengetahuannya yang luas tentang ad
ministrasi pendidikan, keahlian teknisnya tentang adminis
trasi pendidikan, sikapnya yang jelas, kemampuan mengambil
keputusan yang tepat. Dengan perkataan lain, administrator
pendidikan dalam hal ini perlu senantiasa berperilaku se
cara profesional sebagaimana yang pernah dikemukakan
sebe-lumnya. la hendaknya "memiliki kemampuan administratif
yang luas dan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam ten
tang tujuan, proses dan teknologi yang mendasari pendidik
an, serta komitmen kepada perbaikan profesional yang
kon-tinu" (Oteng Sutisna, 1982, hal.295).
Dilihat dari segi peningkatan produktivitas yang men
cakup efektivitas dan efisiensi organisasi sekolah sebagai
sistem sosial, perilaku profesional administrator pendidik
an yang ditampilkan akan turut mewarnai peningkatan terse
but. Dari sisi lain, ia dapat mengendalikan penampilan pe
rilaku birokratiknya, jangan sampai terlalu berlebihan
atau melampaui batas-batas yang wajar.e. Konflik va2£ terjadj, antara perilaku birokratik
Antara perilaku birokratik dan perilaku profesional
terdapat persamaan dan perbedaan. Kedua-duanya sama-sama
memberi tekanan pada segi-segi keahlian teknis^
perspek-tif tujuan, dan sifat impersonal serta sifat tidak
memi-hak (impartial). Perbedaannya terletak pada beberapa segi,
yakni :(1) Sasaran pelavanan
Perilaku birokratik akan cenderung berorientasi
kepada organisasi (tuntutan organisasi), sedangkan pe rilaku profesional cenderung berorientasi kepada klien.
(2) Pemecahan suatu masalah
Perilaku birokratik selalu cenderung berorientasi
pada hierarki, sedangkan perilaku profesional cende
rung pada koleha Ckesejawatan atau kelompok acuan).
(3) Pengambilan keputusan
Perilaku birokratik selalu menekankan pada
disip-lin dengan sepenuhnya sehingga keputusan harus selalu
datang dari atas, sedangkan perilaku perilaku profesi
onal menekankan pada otonomi dalam pengambilan keputus
an.
00 Kontrol
Perilaku birokratik selalu bertolak dari suatu
standar kon-trol yang dibuat organisasi, sedangkan peri
laku profesional bertolak dari suatu standar kontrol
yang dibuat sendiri (selfe control)
lain oleh administrator pendidikan yang disebutkan ini,
sering menimbulkan konflik pada dirinya sendiri. Sumber
utama terjadinya konflik timbul dari sistem kontrol sosi
al yang digunakan. Seorang administrator pendidikan yang
menghadapi konflik ini selalu dihadapkan pada dua pilihan
yang sama-sama penting. Apa yang dituntut. oleh organisasi dapat saja bertentangan dengan pertimbangan profesinya.
Jika hal ini cenderung muncul setiap saat, maka konflik tersebut dapat saja mengarah pada sikap masa bodoh atau
frustrasi.
Berkenaan dengan konflik yang terjadi, seorang admi
nistrator pendidikan dalam penampilannya perlu memiliki
kepekaan terhadap kemungkinan terjadinya konflik tersebut
ds.n berusaha menghindarinya. Dalam konteks inilah, seko-lah yang kreatif perlu ditumbuhkan atau ditingkatkan oleh
administrator pendidikan.
f. Kreatjvj,tas organisasi sekolah dalam. kaitannva
dengan perilaku birokratikT perilaku profesional
ke arah penjnffkata,n produktivitas sistem sekolah
Kreativitas dapat dilihat pada tingkat individu dan juga pada tingkat organisasi. Karena pada dasaraya suatu
organisasi terdiri dari sekelompok atau sekumpulan orang orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan, maka suatu organisasi yang kreatif melibatkan kelompok-kelompok kre
atif atau individu-individu yang kreatif dalam
menjalan-kan seluruh aktivitas dalam organisasi. Administrator
pendidikan yang kreatif, jelas, dapat dijadikan salah sa
tu karakteristik dari suatu sekolah yang kreatif.
Perilaku kreatif, baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi, sangat menunjang peningkatan
produktivitas suatu organisasi. Kreativitas individu sa
ngat menentukan produktivitas individu, atau dengan perka
taan lain dapat dikatakan bahwa pribadi yang produktif
adalah pribadi yang kreatif (J.V. Gilmore, 1974, hal.7),
sedangkan individu yang produktif sangat diperlukan dalam
mencapai produktivitas organisasi. Dalam organisasi yang kondisi teknologinya masih terbatas, perilaku kreatif men
jadi semakin penting untuk ditampilkan guna mengimbangi
keadaan teknologi yang tersedia, sehingga dapat mencapai
tingkat produktivitas yang maksimal.
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah senanti-asa berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, me nuju suatu tingkat kematangan. Untuk itu, sekolah selalu
dihadapkan pada persoalan bagaimana menyesuaikan diri de
ngan perubahan yang terus berlangsung. Sebagai organisasi,
sekolah perlu memperhatikan potensi-potensi kreatif para
siswa untuk ditumbuhkan atau dikembangkan agar mereka dapat
menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Dalam rangka itulah
sekolah perlu menampilkan diri secara kreatif, atau berpe
rilaku kreatif. Sekolah yang kreatif akan banyak mewarnai
tingkat produktivitas yang dicapainya.
menumbuhkan atau mengembangkan atau menciptakan
kondisi-kondisi yang dapat memacu pada perbuatan kreatif di seko lah, administrator pendidikan sangat berperan. Peranan ad
ministrator pendidikan di sini bukan suatu hal yang mudah.
Hal ini disebabkan karena perilaku birokratik yang juga
ditampilkan dapat menjadi kendala dalam berperilaku seca
ra kreatif atau memelihara kreativitas sekolah. Menurut
Hilda Taba, perilaku birokratik yang antara lain
dicermin-kan oleh suatu konformitas yang tinggi, adicermin-kan melemahdicermin-kan
kreativitas (Hilda Taba, 1962, hal. 63). Menghadapi hal
tersebut, administrator pendidikan, perlu mereduksi
kon
formitas dan menunjang kreativitas. Menunjang kreativitas
di dalam sekolah, dapat membantu administrator pendidikan
guna mengatasi berbagai konflik yang dihadapinva sebagai
akibat dari perbedaan dua tuntutan perilaku, yakni perila
ku birokratik dan perilaku profesional.
Bertolak dari uraian-uraian yang dikemukakan
sebelum-nya maka jelas bahwa ketiga aspek, yaitu perilaku birokrat-
J
ik, perilaku profesional dan kreativitas sekolah dalam ak-tivitas kepemimpinan kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan, merupakan aspek-aspek yang dipandang strategis
guna B*ncapai suatu hasil yang diharapkan. Hasil tersebut
antara lain dapat dilihat pada prestasi yang dicapai siswa,
siswa yang dapat diterima di tingkat pendidikan yang lebih
tinggi, persentasi jumlah siswa yang lulus, dsb. Penelitian
bagaimana perilaku birokratik dan perilaku profesional
ditampilkan kepala sekolah dan kondisi-kondisi bagaimana yang diciptakan kepala sekolah untuk memacu kreativitas
di sekolah. Gambaran tentang sejauh mana beberapa aspek
yang menjadi indikator kualitas lulusan dari sekolah yang
diteliti juga diungkapkan dalam penelitian ini.
2. Masalah serta perumusannva
Masalah kualitas pendidikan sebagai salah satu as
pek dari produktivitas pendidikan, dewasa ini mendapat so-rotan dari berbagai pihak. Banyak yang masih menyangsikan apakah kualitas pendidikan sekarang ini.sudah cukup mema-dai. Jika Tujuan Umum Pendidikan Nasional dijadikan seba
gai acuan, maka dalam kenyataannya kualitas pendidikan
yang dicapai sekarang ini masih jauh dari yang diharapkan.
Kajian kualitatif dari Prof.Dr. Achmad Sanusi
mengungkap-kan kenyataan ini sebagai berikut :
...dalam arus pertumbuhan informasi demikian dapat
dicatat adanya gejala dan kecenderungan. di bidang pen
didikan yang secara kualitatif justru tidak semestinya,
bahkan bertentangan dengan tujuan- mengembangkankarak-ter-karakter. menurut kriteria di atas tadi (TUPN). Be
berapa indikator dapat dikemukakan antara lain sebagai
berikut :
1.Dalam kegiatan belajar, orang rata-rata masih malas
belajar berpikir aktif dan mandiri. Proses berpikir
pada umumnya pasif-pasif saja. Menerima saja informa si yang masuk, tanpa menyadari harus ada pemrosesanlebih Ianjut.
2.Masih jarang terdapat usaha yang sungguh-sungguh un
tuk berlatih berpikir dengan disiplin, dengan nalar,
dengan sistematik, dengan kritis dan dengan logis.
Pengenalan terhadap fakta tidak menimbulkan kemampuan
mencari alternatif-alternatif konseptual.
3.Dalam domain afektif, sistem pendidikan kita mengha
sikap positif. Pendidikan tidak cukup mampu
menanam-kan nilai-nilai sehingga terhayati secara mendalam.
Perhatian, kesenangan, dan preferensi terhadap nilai
nilai masih bersifat masal heteronom dan belum cukup
mempribadi secara otonom.
if.Kelemahan tiadanya kognitif fan afektif, namun juga
dengan psikomotor dan konatif. Kecenderungan dan
has-rat atau kemauan berbuat umumnya banyak berbeda, atau
kadang-kadang bertolak belakang dengan yang diketahui.
Sasaran tujuan psikomotorik atau konatif dari
pelajar-an Agama, Ppelajar-ancasila, PMP, UUD 1945,- Kewirapelajar-an Nasional,
Pendidikan Sejarah Perjuangan Kebangsaan, dsb umumnya
masih lemah, dan karenanya mudah terombang-ambing
ter-bawa angin mode atau perilaku eks asing yang berbaju
kesenangan lahir. (Achmad Sanusi, 1984, hal. 14-15)
Gambaran tentang masih rendahnya kualitas pendidikan dengan
indikator-indikator yang dikemukakan ini merupakan gambaran
makro mengenai keadaan kualitas pendidikan di negara kita.
Mengamati keadaan kualitas pendidikan yang dihasilkan
oleh beberapa SMA di kotamadya Manado dan kota administratif
Bitung, kecenderungan-kecenderungan yang digambarkan
sebe-lumnya tidak dapat dimungkiri. Walaupun demikian, menurut
penulis perlu mengadakan pengkajian guna lebih memperjelas
atau menemukan indikator-indikator lainnya yang dapat lebih
membenarkan atau meyakinkan permasalahan. di bidang pendidik
an, khususnya mengenai melemahnya kualitas pendidikan di SMA
dengan menrgangkat kasus di beberapa SMA yang ada di kotama^
dya Manado dan kota administratif Bitung. Berdasarkan kecen
derungan-kecenderungan yang cukup meyakinkan penulis menge
nai keadaan kualitas lulusan pada beberapa SMA di kotamadya
Manado dan kota administratif Bitung, serta perilaku kepala
sekolah dalam memimpin sekolah, dapat dikemukakan rumusan
(1) Sejauh mana prestasi lulusan yang dicapai oleh keempat
SMA yang dijadikan objek penelitian ?
(2) Sejauh mana perilaku birokratik dan perilaku profesi
onal ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah dan
dalam kondisi bagaimana perilaku tersebut ditampilkan ?
Sejauh mana pula kondisi-kondisi yang diciptakan oleh
kepala sekolah dalam menunjang kreativitas sekolah ?
(3))Sejauh mana aspek-aspek perilaku birokratik, perilaku
profesional dan kreativitas sekolah dapat menjelaskan
prestasi lulusan yang dicapai sekolah ?
B. TW.foaP Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
(mema-hami, mendeskripsikan dan menjelaskan) sejauh mana prestasi
yang dicapai para lulusan SMA di keempat SMA yang dijadikan
objek penelitian, serta mengeksplorasi sejauh mana dan dalam
kondisi yang bagaimana perilaku birokratik, perilaku
profe-sonal ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah. Selain
ini akan dieksplorasi pula kondisi-kondisi yang diciptakan
kepala sekolah dalam menunrjang kreativitas dan melihat sejauh
mana ketiga aspek yang diteliti (perilaku birokratik, peri
laku profesional dan kondisi-kondisi yang diciptakan untuk
menunjang kreativitas) dapat menjelaskan prestasi lulusan
yang dicapai sekolah. Penelitian ini tidak menguji hipotesa
seperti dalam penelitian-penelitian kuantitatif. Berdasarkan
fakta, hubungan antar fakta atau konsep yang ditemukan, pene
implikasi yang boleh dikembangkan menjadi hipotesa. Di
si-si lain, dengan berasumsi-si bahwa "fakta adalah bermuatan
teori", penelitian ini sekali gus mencoba mengevaluasi
berbagai konsep atau teori yang berkenaan dengan
aspek-aspek yang diteliti,
C. Kegunaan penelitian
Masalah yang diteliti sepanjang informasi yang
di-peroleh penulis, masih cukup terbatas, apalagi penelitian.
yang dilakukan dalam situasi dan kondisi sistem pendidikan
di negara kita. Maka karena itu, penelitian ini menurut pe
nulis akan banyak manfaatnya baik dilihat dari segi praktis
maupun dari segi teoritis.
Penelitian ini secara praktis dapat dijadikan seba
gai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan.
produktivitasnya, minimal sekolah-sekolah yang ada kesamaan
dengan SMA yang dijadikan objek penelitian. Deskripsi serta
hasil analisis yang diperoleh dapat digunakan oleh sekolah
atau atasan sekolah. sebagai informasi aktual dalam menyusun
kebijakan sekolah atau pengembangan proses administratif di
sekolah.
Dilihat dari aspek teoritis, penelitian ini diharap
kan dapat mengkaji daya laku beberapa konsep atau teori
yang sudah ada dan juga berusaha menemukan beberapa konsep
untuk dikembangkan ke arah pengembangan teori administrasi
pendidikan. Selain itu, dalam upaya pengembangan profesi
administrator pendidikan yang sekarang ini masih tergolong
dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur dalam meli
hat sudah sejauh mana pertumbuhan profesi administrator
pendidikan.
D. Reranffha Penelitian
Dalam upaya menjawab berbagai tantangan aspek peri
laku keorganisasian yang bermuara pada produktivitas orga
nisasi khususnya prestasi lulusan sekolah, penelitian ini akan mengungkapkan tiga aspek yakni,
a. Aspek perilaku birokratik yang; ditampilkan kepala seko
lah sebagai administrator pendidikan
b. Aspek perilaku profesional yang ditampilkan kepala se
kolah sebagai administrator pendidikan
c. Aspek kreativitas sekolah, khususnya kondisi-kondisi
yang diciptakan kepala sekolah yang menunjang kre ativitas di dalam sekolah.
Ketiga aspek ini dipandang sebagai aspek yang strategis
yang dalam kondisi tertentu dapat mewarnai tingkat presta
si lulusan yang dicapai sekolah, di samping aspek-aspek
lainnya yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Kepa
la sekolah dipandang sebagai administrator pendidikan,
po-sisi »trategis yang didudukinya adalah sebagai pemimpin se
kolah. Ketiga aspek yang dikemukakan sebelumnya dapat dili
hat pada kepemimpinan kepala sekolah.
Visualisasi dari penelitian yang dilakukan ini dapat
dilihat dalam gambar berikut :
KEPALA SEKOLAH
SEBAGA
[image:28.842.117.828.48.485.2]ADMINISTRATOR PENDIDIKAN
Gambar 1.1.
Paradigma Permasalahan
b i r 0 k r a t i k
I
I
A
kondisi ? T7—
P E R I L A K U
PRO FESIONAL
$
KREATIVITASKaitan antar aspek yang dieksplorasl
PERILAKU BIROKRATIK
kurang mem.
cat. :
mem.=memadai
kon =kondusif
faktor kondisional
-» kurang frp^^-^.
[image:29.842.110.817.50.553.2]BAB III
PROSEDUR PPEffiELITlAN
A. Pertanvaan penelitian; dan
a*™^
Berdasarkan- ketiga rumusan masalah yang
dikemukaka-kan dalam Bab I, untuk menjaring berbagai data atau infor
masi yang dijadikan sebagai bahan analisis, masalah pene
litian ini dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaaix berikut:
Masalah nrestasi lulusan SMA :
(1) Bagaimana gambaran hasil belajar siswa menurut
nilai-nilai dalam STTB ?
(2) Bagaimana kecenderungan siswa yang melanjutkan studi
ke Perguruan Tinggi Negeri pada SMA yang menjadi objek
penelitian ?
(3) Bagaimana persentasi lulusan dalam enam tahun terakhir
di SMA yang menjadi objek penelitian ?
lagalab, perjlaky bjrpkratik Jiang ditammlkan kepala SMA :
Sejauh mana karakteristik-karakteristik seperti di bawah
ini diberlakukan (ditampilkan) dalam kepemimpinan kepala
sekolah :(1) pembagian kerja berdasarkan spesialisasi ,ungsional ?
(2) tingkatan kewenangan (hierarkhi otoritas) yang diten
tukan dengan baik ?
(3) peraturan-peraturan sekolah ?
(4) prosedur-prosedur tertentu yang ditetapkan di dalam
sekolah ?(5) hubungan-hubungan yang bersifat impersonalitas ?
(6) cara-cara menseleksi dan mempromosi seseorang berdasar kan kompetensi teknis ?
(7) pengembilan keputusan yang rasional dalam setiap kali
mengambil keputusan ?
Dalam kondisi-kondisi bagaimana perilku birokratikseperti
yang dikemukakan ini ditampilkan ?
Masalah perilaku, profesional yang djLtampilfran kepala SMA t
Sejauh mana kepala sekolah sebagai administer pendidikan
dalam kepemimpinannya menampilkan perilaku seperti terse
but di bawah ini :
(1) menerapkan ilmu dan teori administrasi pendidikan dalam
memimpin sekolah ?
(2) mencurahkan perhatian dengan menitikberatkan pada ke
pentingan siswa, sehingga dapat membangkitkan kepercaya
an berbagai pihak terhadap wewenangnya ?
(3) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dengan teman.
sejawat ?
(4) menggunakan otoritas pengetahuan dalam pengambilan kepu
tusan ?
(5) menunjukkan tanggung jawab. sebagai administrator pendi
dikan yang diwarnai oleh kode etik guru ?
(6) berusaha mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya khu
susnya tentang administrasi pendidikan ?
(7) memanfaatkan organisasi profesi yang telah ada, seperti
Salam kondisi-kondisi bagaimana perilaku profesional se
perti yang dikemukakan ini ditampilkan ?
Masalah kreativitas
Sejauh mana. kepala sekolah memberlakukan kondisi-kondisi
seperti yang dikemukakan berikut ini di dalam sekolah ?
(1) memberi tekanan pada aspek kepercayaan: dalam aktivitas
kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah ?
(2) menciptakan suatu saluran komunikasi yang terbuka ke
dalam maupun ke luar sekolah ?
(3) memiliki kemauan dalam menerima perobahan serta kebera
nian dalam menerapkan gagasan yang inovatif ?
(4) menggunakan personil yang kreatif di dalam sekolah ?
(5) menyediakan fasilitas/biaya/sarana yang mendukung
pene-rapan suatu gagasan yang inovatif ?
Masalah hubungan antar asnek ?
(1) Dalam kondisi yang bagaimana terjadi ketidaksesuaian
antara perilaku birokratik dan perilaku profesional ?
(2) Dalam kondisi yang bagaimana perilaku birokratik dapat
menghambat kreativitas flan dalam kondisi yang bagaimana
pula dapat dikatakan bahwa perilaku birokratik tidak
se-lamanya menghalang kreativitas ?
(3) Apakah tingkat prestasi lulusan- di SMA yang dijadikan
objek penelitian dapat dijelaskan oleh aspek-aspek pe
Beberapa asumsi yang digunakan dalam peneli
adalah :
a, Pendidikan merupakan bagian yang tidak
terpisah-kan dari bidang kehidupan manusia ; tujuannya inhaeren de
ngan tujuan kehidupan manusia yakni mencapai suatu kualitas
hidup yang lebih baik.
h. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal pendidik
anak usia sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah
dipandang sebagai pusat kebudayaan, di mana daya cipta, ra
sa, karsa dan karya anak ditumbuhkan dan dikembangkan.
d. Administrasi pendidikan dipandang sebagai suatu
ilmu yang mampu menjembatani segala unsur dan aktivitas pen
didikan menuju tercapainya tujuan- pendidikan secara efektif
dan efisien. Kepala sekolah dipandang sebagai administrator
pendidikan di sekolah.
c. Sekolah dipandang sebagai sistem sosial, di mana
berbagai unsur dan aktivitas saling berinteraksi satu dengan. yang lainnya membentuk suatu entitas sosial dan mempengaruhi
pencapaian tujuan sekolah.
d. Memimpin sekolah adalah salah satu fungsi strategis
yang dimiliki kepala sekolah sebagai administrator pendidik
an. Perilaku birokratik, perilaku profesional, dan kreativ
itas dipandang sebagai aspek-aspek yang dapat mencoraki pe
nampilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah. Faktor kondi
tersebut.
j. Birokratisasi dalam administrasi pendidikan merupa
kan hal yang esensial, namun perlu dijaga' jangan sampai
penampilan perilaku birokratik terlalu berlebihan;. Karak
teristik suatu birokrasi tidak selamanya relevan bagi se
mua situasi dan kondisi.
k. Jabatan administrator pendidikan merupakan salah sa
tu profesi yang sedang tumbuh. Kepala sekolah dipandang
sebagai salah satu jiabatan yang mengemban misi
profesiona-lisasi administrator pendidikan.
1. Kreativitas perlu ditumbuhkan dan dikembangkan
di-dalam sekolah. Kepala sekolah dipandang sebagai pihak yang
memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi-kondisi
yang; dapat memacu kreativitas di dalam sekolah.
m. Prestasi lulusan suatu sekolah dipandang sebagai va
riabel yang tidak berdiri sendiri. Variabel atau aspek ini
tergantung pada berbagai aspek lain antara lain berbagai
jenis perilaku yang <'ditampilkan- dalam kepemimpinan kepala
sekolah.
B. MetQd.e d^n, teknjfr. nengurrmiilan data
Taraf penelitian ini sesuai judulnya adalah taraf
eksploratif. Penulis tidak menguji suatu hipotesa dan
ke-mudian menarik suatu generalisasi seperti yang lazim pada
penelitian-penelitian kuantitatif. Dengan eksplorasi, pe
Dalam penjelajahan, faktor pemahaman banyak difungsikan,
terutama dalam mencari makna dari percakapan sewaktu dia
dakan wawancara. Pendekatan kualitatif dijadikan sebagai
pendekatan utama. Selain mengeksplorasi data dengan wawan
cara, penulis berusaha mengadakan pengamatan dalam
waktu-waktu tertentu secara langsung di sekolah. Dokumen sekolah
dijadikan pula sebagai bahan studi khususnya yang berhu
bungan dengan masalah yang diteliti. Khusus untuk
mengeta-hui sejauh mana tingkat kreativitas personil sekolah, di
gunakan sejenis test baku mengenai kreativitas individu da
lam organisasi. Studi ini hanya mengsngkat beberapa kasus di empat SMA. Secara garis besar dan skematik, prosedur pe-nelelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar 4.1.
Dalam studi pendahuluan, penulis nienjaring berbagai
informasi mengenai kesadaan SMA yang ada di kotamadya Mana
do, kotaadministratif Bitung dan Kabupaten Minahasa.
Penu-lis tertarik terhadap empat SMA, masing-masing SMA Labora torium Pusat Penelitian IKIP Manado, SMA Kristen Ebenhaezar
Manado, SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung. Dari keem pat SMA tersebut terlihat tiga kekhususan. Kekhususan ter
sebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
(1) SMA Laboratorium Pusat Penelitian IKIP Manado, sampai
saat ini tergolong sebsgai sekolah swasta, walaupun ber
ada dalam
pembinaan IKIP Manado yang berstatus negeri.
Kepala sekolah, guru, dan tata usaha berstatus pegawai
Dengai/ Kenala
Sekpengamatan
doku-prilaku/wa- mentasi wancara
Qambar -.1.
Trosedur Btudi
kasus
Tahap Eksplorasi X&
Analisis
KESIMPULAN
XMi'illKASI
Denga^i
guru^ata usaha
wawan- angkeil
penga-cara . matan
3L
DATA - INFORMASI
^
\J1
diatur melalui Pusat Penelitian IKIP Manado. Seluruh
fasilitas ditunjang sepenuhnya oleh IKIP Manado.
(2) SMA Kristen Ebenhaezar Manado, statusnya swasta di ma
na pimpinan sekolahnya, guru-guru, dan tata usaha
di-angkat oleh pimpinan Yayasan Ebenhaezar (swasta). Fasi
litas sekolah sepenuhnya ditunjang oleh Yayasan terse
but.
(3) SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung, kedua sekolah
tersebut berstatus negeri, di mana pimpinan sekolah,
guru-guru, tata usaha berstatus pegawai negeri. Sekolah
ini dibina langsung oleh Kantor Wilayah Depdikbud
Pro-pinsi Sulawesi Utara.
Sebagai gambaran singkat, dapat dikemukakan :
SMA Laboratorium Pusat penelitian IKIP Manado dan SMA Kristen
Ebenhaezar Manado terletak di kotamadya Manado. Kedua seko
lah ini menampung lepasan SMP baik yang berasal dari kotama
dya Manado maupun yang berasal dari kabupaten Minahasa. Se
bagian besar para siswa tersebut berasal dari orang tua yang
memiliki pekerjaan pegawai negeri dan pedagang/pengusaha.
Khususnya di SMA Kristen Ebenhaezar, banyak diminati oleh
warga negara Cina atau keturuiran Cina. Dapat dikatakan bahwa
para siswa di kedua sekolah ini, latar belakang ekonomi orang
tua siswa cukup potensial.
SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung, kedua-duanya terle
Bitung hanya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Minahasa. Para siswanya pada umumnya berasal dari kabupa
ten Minahasa. Terdapat sebagian kecil siswa yang berasal
dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Gorontalo.
Latar belakang orang tua siswa sebagian besar
adalah'pe-tani kelapa.
Jarak antara kotamadya Manado dan kota administratif Bi
tung adalah 46 km. Jika di kotamadya Manado dikatakan se
bagai kota perdagangan untuk Sulawesi Utara dan merupakan
ibu kota Propinsi Sulawesi Utara
ka kota Bitung
dike-nal sebagai kota" pelabuhan: dan i
,tri. Dalam. waktu dekat
ini kota Bitung akan; ditingkatkan menjadi kotamadya.
Pertimbangan lain yang penulis gunakan sehingga menentukan
keempat sekolah tersebut adalah aspek ekonomis dan fasili
tas, serta waktu.
Langkah selanjutnya setelah menentukan SMA yang di
jadikan objek penelitian. adalah mengadakan eksplorasi pada
setiap sekolah. Dengan kepala sekolah penulis mejijaring
berbagai data atau informasi yang diperlukan. Observasi
dan wawancara digunakan. sebagai teknik utama, sedangkan:
pada guru-guru dan tata usaha, angket serta wawancara
j.adikan sebagai teknik utama. Informasi yang terkumpul
di-hubung-hubungkaa. Fakta dan hubungan antar fakta yang di
peroleh; kemudian dihubungan dan atau dipertentangkan; de
ngan konsep atau teori yang sudah ada. Langkah terakhir di
C • Pedoman Pengolahan Data
Seperti yang telah dikemukakan pada bagian , pene
litian ini tergolong pada penelitian kualitatif. Atas da
sar hal tersebut, penelitian ini tidak menggunakan analisis
statistik untuk mengolah data yang diperoleh, seperti pada
penelitian-penelitian kuantitatif.
Informasi yang diperoleh dalam tahap eksplorasi da
ta baik dengan cara wawancara, pengamatan maupun; dengan
do-kumentasi dan angket (khusus test kreativitas), dipahami
dan dihubung-hubungkan. Hubungan antar fakta yang diperoleh
berdasarkan hasil pemahaman dan usaha menghubung-hubungkan
informasi yang diperoleh, diinterpretasi dengan cara
mem-bandingkannya dengan teori atau konsep yang ditemukan dari
hasil studi kepustakaan. Berdasarkan hasil interpretasi ter
sebut ditarik kesimpulan dan beberapa implikasinya.
Dalam mengevaluasi aspek-aspek yang diteliti, digu
nakan beberapa kriteria evaluatif seperti berikut :
(1) Perilaku Bjrpkralrik
Karakteristik Kurang memadai 1 , Memadai
1 memiliki-ekstensi f memiliki-seisaktu-waktu i.r» ekstensif dan sewaktu wak
tu hanya taraf minimal
2 sda sda
3 sda sda
4 sda sda
(SAMSUNGAN)
karakteristik Kurang memadai Memadai
6
7
memperhatikan-tidak
ekstensif
memperhatikan-ekstensif
memperhatikan-eksten-sif
m empe rhatikan-Sewaktu
waktu ekstensif dan
sewaktu-waktu hanya
taraf minimal
Catatan:
Karakteristik 1 :
Karakteristik 1 menyangkut pembagian kerja berdasarkan spesialisasi fungsional. Dipandang kurang memadai jika
Kepala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada se
tiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah member
lakukannya hanya sewaktu-waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf minimal.
Karakteristik 2 :
Karakteristik 2 menyangkut tingkatan kewenangan. Dipandang
kurang memadai jika Kepala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala
Sekolah memberlakukannya hanya sewaktu-waktu ekstensif dan
sewaktu-waktu hanya pada taraf minimal. Karakteristik 1 ;
Karakteristik 3 menyangkut sistem peraturan yang meliputi
semua hak dan tugas-tugas pekerja. Dipandang kurang memadai
jika Kepala Sekolah nemberlakukannya secara ekstensif pada
setiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah member
hanya pada taraf minimal.
Karakteristik 4 :
Karakteristik 4 menyangkut sistem prosedur yang sesuai de
ngan situasi pekerjaan. Dipandang kurang memadai jika Ke
pala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada setiap
waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah hanya member
lakukan sewaktu-waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya
pada taraf minimal.
EaraJrteristjk, 5 ;
Karakteristik 5 menyangkut impersonalitas hubungan-hubungan
interpersonal. Dipandang kurang memadail jika Kepala Sekolah
memberlakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipan
dang memadai jika Kepala Sekolah hanya memberlakukan sewak
tu waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf mini
mal.
Karakteristik 6 ;
Karakteristik 6 menyangkut sistem promosi dan seleksi ber
dasarkan kompetensi teknis. Dipandang kurang: memadai jika
Kepala Sekolah memberlakukannya secara tidak ekstensif^
Dipandang memadai jika Kepala Sekolah memberlakukannya se
cara ekstensif.
Karaftteris^jk, 7. :
Karakteristik 7 menyangkut pengambilan keputusan yang rasi
onal. Dipandang kurang memadai jika Kepala Sekolah member
lakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipandang
waktu secara ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf
minimal.
Untuk menilai memadai tidaknya perilaku birokratik yang
ditampilkan, akan terlihat pula pada ada tidaknya
perma-salahan, yang diakibatkan oleh penampilan perilaku biro
kratik yang berlebihan.
(2) Perjlaku profesional
Karakteristik 1 :
Karakteristik 1 menyangkut penerapan teori atau konsep ad
ministrasi pendidikan dalam menjalankan tugas sebagai ke
pala sekolah. Dipandang memadai, jika :
a. Memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup menge
nai administrasi pendidikan. Hal ini terlihat dalam
la-lam latar belakang pendidikan yang dimiliki, sumber
belajar sesudah memegang jabatan kepala sekclah; atau
kesempatan mengikuti penataran atau diskusi-diskusi/
lokakarya. Seorang kepala SMA seyogianya memiliki
latar belakang pendidikan Sarjana Kependidikan atau
se-kurang-kurangnya Sarjana Muda Kependidikan.
b. Penerapan konsep ke dalam realita, penggunaan teori da
lam situasi/keadaan atau kehidupan sekolah, membuat
abstraksi, serta menggunakan prosedur, cenderung bera
da pada tingkat tinggi atau cukup tinggi.
Karakteristik 2 :
Karakteristik 2 menyangkut orientasi kepala sekolah yang
kegiatan kepala sekolah. Dipandang memadai, jika :
a. Kepala sekolah menggunakan keadaan lulusan; sekolah baik
prestasi maupun jumlah sebagai bahan balikan dalam
me-nyusun program sekolah.
b. Sering mengadakan pembinaan kepada orangtua dalam meng
hadapi masalah-masalah yang menyangkut siswa.
c. Menyediakan fasilitas yang cukup bagi siswa untuk ke
giatan ekstrakurikuler.
d. Secara langsung sering memberikan bimbingan belajar ke
pada siswa.
e. Secara langsung mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
siswa.
Karakteristik 3 :
Karakteristik 3 menyangkut keterlibatan kepala sekolah da
lam mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya dengan
te-man sejawat. Dipandang memadai jika kepala sekolah:
a. Sering memanfaatkan teman-teman sejawatnya untuk secara
bersama mencari jalan keluar terhadap masalah yang ti dak dapat dipecahkan sendiri oleh kepala sekolah.
b. Sering mengikuti musyawarah kepala sekolah
Karakteristik 4 :
Karakteristik 4 menyangkut penggunaan otoritas pengetahuan
yang dimiliki dalam pengambilan keputusan. Dipandang mema dai jika kepala sekolah :
peraturan.
"giaysfe^eilgtlls *? :
Karakteristik 5 menyangkut tanggung jawab sebagai adminis-?
trator pendidikan. Dipandang memadai, jika :
a. Kepala sekolah memandang tugas sebagai administrator
pendidikan adalah tugas yang mulia baginya.
b. Kepala sekolah mengetahui dengan jelas apa yang
seyogia-nya ia lakukan di sekolah.
c. Kepala sekolah melaksanakan dengan baik apa yang menjadi
tugasnya.
d. Kepala sekolah mempertanggungjawabkan apa yang ia
-lak-sanakan dan tidak melemparkan kesalahan. kepada
bawahan-nya atau orang lain.
Karakteristik 6 :
Karakteristik 6 menyangkut usaha kepala sekolah dalam me
ngembangkan pengetahuan tentang administrasi pendidikan
yang dimilikinya. Dipandang memadai, jika :
a. Secara maksimal kepala sekolah berusaha mencari infor
masi melalui buku-buku kepustakaan yang mempersoalkan
tentang administrasi pendidikan.
b.. Secara maksimal kepala sekolah mendiskusikan
masalah-masalah yang berhubungan dengan tugasnya sebagai admi
nistrator pendidikan.
c. Secara maksimal kepala sekolah memanfaatkan
penataran-penataran, lokakarya atau musyawarah kepala sekolah
Karakteristik 7 :
Karakteristik 7 menyangkut usaha kepala sekolah memanfa
atkan organisasi profesi yang telah ada. Dipandang mema
dai, jika :
a. Kepala sekolah secara aktif terlibat dalam
kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang tumbuh menjadi or
ganisasi profesi seperti PGRI, ISP1, dsb.
b. Kepala sekolah secara aktif terlibat dalam usaha-usaha
ke arah pembentukan suatu organisasi yang menghimpun
para administrator pendidikan.
(3) Kreativitas sekolah
Sekolah yang kreatif jika kepala sekolahnya menciptakan ..
kondisi-kondisi seperti berikut ini :
(a) Memberi tekanan pada aspek kepercayaan dalam kegiat an kepemimpinan kepala sekolah bukan pada kontrol
yang ketat.
(b) Menciptakan, menggunakan dan memelihara suatu saluran komunikasi yang terbuka baik ke dalam maupun ke luar
sekolah.
(c) Memiliki kemauan menerima suatu perobahan serta kebe
ranian dalam mencobakan ide-ide yang dipandang inovat
if.
(d) Menggunakan personil-personil kreatif atau kelompok
kreatif di dalam sekolah.
(e) Menyediakan sarana/fasilitas/biaya yang menunjang pe
(4) Prestasi lulusan
Tiga indikator yang dinilai adalah, prestasi belajar siswa dalam STTE, jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi
Negeri, serta persentasi lulusan.
Prestasi belajar siswa yang dilihat pada STTB ditekankan
pada nilai rata-rata kelas atau selurtah peserta ujian. Se
bagai pedoman dalam penilaian ditetapkan kriteria sebagai
berikut :
Nilai rata-rata 8- ke atas : tergolong baik
7-7,9 : tergolong memadai
6,9 ke bawah : tergolong kurang
memadai
Jumlah siswa yang melanjutkan/diterima pada perguruan ting
gi negeri dipandang memadai jika setiap tahun mencapai 50 %.
Persentasi lulusan; dipandang memadai jika setiap tahum men capai 90 - 100 %,
Rasionalitas dalam penggunaan kriteria :
(1) Perilaku birokratik
Perilaku birokratik di- dalam sekolah tetap diperlukan
namun dalam batas-batas yang wajar. Sifatnya kondisio
nal. Pada waktu-waktu tertentu dapat diberlakukan seca
ra ekstensif dan pada waktu-waktu tertentu pula dapat
siberlakukan hanya pada taraf minimal. Sekolah perlu
menetapkan suatu pembagian kerja atau pembagian tugas.
Kepala sekolah dapat menggunakan pembagian tugas terse
seyogianya jangan terikat pada pembagian tugas terse
but. Hal ini disebabkan karena di satu pihak pembagi
an tugas yang ditetapkan tidak selamanya cocok dengan
semua situasi atau kondisi dan di pihak lain pembagi
an tugas tersebut hanyalah sebagai alat bukan tujuan.
Tingkatan kewenangan perlu ditentukan dengan jelas
di-dalam organisasi sekolah, namun hal tersebut hanya me
rupakan alat dan dalam kondisi tertentu tingkatan yang
ada kadang-kadang tidak cocok atau relevan untuk
dii-kuti. Peraturan sekolah dam prosedur-prosedur yang di
tetapkan dalam sekolah juga diperlukan dalam organisa
si sekolah, namun hal tersebut bukan suatu "barang
ma-ti". Hal tersebut hanya sebagai alat saja dan juga un
tuk kondisi-kondisi tertentu kurang cocok. Kepala seko
lah yang selalu terikat dengan peraturan. atau prosedur
dapat mengakibatkan munculnya perilaku biropatik. Pe
rilaku ini dipandang sebagai penyimpangan kepribadian (menurut A J Dubrin). Hubungan yang bersifat imperso
nalitas sangat diperlukan dalam organisasi, karena hal
tersebut sangat menunjang persamaan perlakuan dan ra
sionalitas. Akan tetapi dalam pewujudannya, hal terse
but juga bersifat kondisional. Jika kepala sekolah mem
berlakukannya pada setiap saat dan situasi, hal ini da
pat menghilangkan semangat, kerja.
Cara menseleksi dan mempromosi berdasarkan kompetensi
demikian sangat dimungkinkan diperolehnya personil yang
trampil yang diharapkan dapat memberi kontribusi yang ba
nyak di dalam usaha pencapaian tujuan sekolah.
Rasionalitas dalam pengambilan keputusan merupakan ciri
hakiki dari birokrasi. Namun hal tersebut tidak selamanya
cocok untuk seluruh situasi. Rasionalitas memiliki
keter-batasan antara lain (Herbert A Simon, 1976, hal.241), (1)
individu dibatasi oleh ketrampilan, kebiasaan dan tindak
an refleks yang tidak disadari, (2) individu dibatasi de
ngan nilai-nilai dan konsepsi tujuannya sendiri yang mung
kin berbeda dari tujuan organisasi, dan (3) seseorang di
batasi oleh luasnya informasi dan pengetahuan. Perlu diper
hatikan kepala sekolah bahwa tidak semua alternatif yang
rasienal dipertimbangkan. Di samping itu kepuasan. para
anggota stafnya di sekolah hendaknya diperhitungkan untuk
keberhasilan sekolah melalui keputusan yang diambll.
(2) Perjlaku profesional
Pengetahuan tentang administrasi pendidikan perlu dimiliki
oleh kepala sekolah, karena tugas kekepalasekolahan banyak
membutuhkan teori-teori tentang administrasi pendidikan.
kepala sekolah bukan hanya mengetahui tentang administrasi
pendidikan, tetapi ia juga harus mampu menerapkannya. Dalam
kondisi sekarang ini, kepala sekolah untuk tingkat SMA
se-yogianya memiliki ijazah Sarjana Pendidikan atau
-sebagai salah satu MKDK, maka diharapkan mereka yang men
capai Sarjana Pendidikan telah dibekali dengan pengetahu
an tentang administrasi pendidikan. Mendalami pengetahuan
tentang administrasi pendidikan dapat pula melalui
pena-taran, diskusi atau belajar sendiri.
Sebagai kepala sekolah, perlu memperhatikan bahwa kepen
tingan siswa merupakan pusat perhatiannya. Dengan kata la
in, orientasi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di
sekolah adalah untuk kepentingan siswa. Hal ini didasarkan
atas pemikiran bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan
diberi mandat untuk membawa anak didik menjadi. manusia
ter-didik. Adanya perhatian kepala sekolah ini antara lain da
pat dilihat pada penggunaan keadaan lulusan sebagai bahan
balikan dalam menyusun program sekolah, bersama-sama orang
tua turut mengatasi masalah siswa, menyiapkan fasilitas ba
gi siswa untuk kegiatan ekstrakurikuler, memberikan bimbing
an belajar kepada siswa.
Tanggung jawab kesejawatan (corporateness) sudah seyogianya
dipupuk sejak dini dalam upaya profesionalisasi. Hal ini
sangat penting dalam menciptakan suatu rasa kebersamaan da
lam suatu profesi. Masalah-masalah yang feidak dapat dipecah
kan sendiri oleh kepala sekolah, dapat diusahakan jalan
ke-luarnya dengan berdiskusi dengan teman-teman sekolehanya .
Menggunakan otoritas pengetahuan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan merupakan ciri utama bagi seo
hal tersebut perlu diperhatikannya dalam setiap kali meng
ambil suatu keputusan. Memang hal ini dapat terjadi jika
otonomi kepala sekolah cukup besar. Dalam kondisi seperti
sekarang ini di mana otonomi kepala sekolah tidak seperti
yang diharapkan, penggunaan otoritas pengetahuan hanya da
lam situasi atau kondisi atau jenis-jenis kegiatan ter
tentu seperti pemberian nilai, dsb.
*Tanggung jawab sebagai administrator pendidikan perlu di
perhatikan dan diwujudkan oleh kepala sekolah. Memandang
tugas administrator pendidikan sebagai tugas mulia dapat
melahirkan motivasi instrinsik yang besar bagi kepala seko
lah. Kepala sekolah akan tidak memandang tugasnya hanya se
bagai tugas dinas semata-mata, tetapi juga sebagai tugas
moral. Mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukannya
di sekolah-kemudian melaks&nakannya dengan baik dan pada
akhirnya mempertanggungjawabkan apa yang ia laksanakan me
rupakan wujud dari administrator pendidikan yang
bertang-gung jawab.Sebagai administrator pendidikan, kepala sekolah dihadap
kan dengan berbagai kebutuhan yang terms berkembang. Pe
ngetahuan yang dimilikinya pada satu saat tidak akan mam
pu menjawab kebutuhan tersebut. Maka karena itu kepala se
kolah seyogianya tidak berhenti belajar. Ia perlu mening
katkan pengetahuan tentang administrasi pendidikan
yang
dimilikinya melalui buku-buku kepustakaan, diskusi, atau
Organisasi profesi dipandang sebagai wadah tempat mengem
bangkan diri, memperjuangkan hak, atau tempat berkomunika
si serta tempat mencari perlindungan, dsb, bagi tenaga-te
naga profesional. Maka karena itu organisasi ini sangat
penting. Bagi administrator pendidikan di Indonesia, wadah
ini belum ada. Organisasi yang sudah ada seperti PGRI,
ISPI di mana kepala sekolah dapat dilibatkan di dalamnya,
dapat dimanfaatkan.
Kieatiyiias. gekjOaJl
Sekolah perlu menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi
yang dapat memacu kreativitas siswa, guru, tata usaha, dll.
Memberi tekanan pada aspek kepercayaan dan bukan pada kon
trol yang ketat dapat membangkitkan motivasi intrinsik atau
inisiatif, rasa percaya diri, dsb. Hal tersebut itu sangat
penting dalam upaya memacu kreativitas seseorang. Memberi
kan kepercayaan bukan berarti bahwa kepala sekolah
menyerah-kan sepenuhnya sesuatu pekerjaan kepada orang lain tanpa
pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain menyangkut
taraf suatu pekerjaan, keiaampuan orang yang diserahi keper
cayaan., fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, serta
performans kerja dari seseorang yang diberi kepercayaan..
Menciptakan , menggunakan. dan memelihara saluran komunikasi
yang terbuka baik ke dalam maupun ke luar sekolah, dapat
menimisulkan suasana keterbukaan, keluwesan, ketentraman,
inisiatif, dsb. Hal tersebut ini sangat penting dalam upaya
diinfentarisasi. Komunikasi terbuka bukan berarti segala
sesuatu yang berkenaan dengan sekolah, tidak ada yang
di-rahasiakan. Kepala sekolah tetap menjaga kerahasigan un
tuk hal-hal yang perlu dirahasiakan seperti soal-soal uji
an.
Kemauan menerima perobahan sangat penting untuk membuat se
kolah tidak hanya tenggelam pada hal-hal yang rutin,
kon-formitas, dsb.Menerima perobahan di sini bukan berarti ke
pala sekolah keranjingan terhadap perobahan. Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah, bahwa perobahan tersebut
sedapat mungkin tidak mengganggu sistem yang ada. Keberani
an dalam mencobakan ide-ide yang inovatif dipandang sebagai
kondisi yang pen-ting dalam menunjang perbuatan kreatif fi
sekolah. Banyaknya ide yang inovatif yang terinfentarisasi
di sekolah tidak akan bermanfaat kalau tidak ada keberanian
menerapkannya. Pertimbangan utama di sini adalah harus di
kaji agar keberanian tersebut jelas tujuannya walaupun harus
menanggung resiko.Personil-personil yang kreatif atau kelompok kreatif perlu
dikembangkan *di sekolah. Siswa-yang kreatif lebih
dimungkin-kan kalau guru-gurunya kreatif. Kepala sekolah juga seyogia
nya kreatif. Kelompok kreatif dapat dijadikan sebagai
"loko-motif" di dalam sekolah.
Sarana/fasilitas/biaya yang menunjang penerapan ide-ide yang
inovatif, perlu diperhatikan oleh kepala sekolah.
oleh suatu sarana atau fasilitas atau biaya, maka hesar ke
mungkinan mengalami kegagalan.
Prestasi lulusan, :
Penggunaan STTB sebagai indikator dalam menentukan tingkat
prestasi lulusan sekolah didasarkan atas pertimbangan :
- STTB menggambarkan prestasi belajar yang dicapai siswa
untuk seluruh bidang studi.
- Telah tercakup di dalam STTB, hasil Evaluasi Belajar Ta
hap Akhir termasuk hasil EBTANAS. Hasil belajar semester
V dan; VT juga merupakan. bagian dari EBTA.
- STTB merupakan jaminan bagi lulusan SMA untuk boleh
men-daftar di Perguruan Tinggi atau mencari pekerjaan.
- Nilai-nilai dalam STTB diperoleh melalui proses pelaksa
naan evaluasi yang dilakukan secara resmi melalui Panitia
Ujian.yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh Kantor
Wila-Yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Penggunaan angka
30%
siswa yang melanjutkan studi ke Pergu
ruan Tinggi didasarkan atas pertimbangan :
- Makin banyak siswa yang melanjutkan atau diterima di Per
guruan Tinggi Negeri menunjukkan bahwa prestasi siswa
ba-banyak yang diandalkan memasuki Perguruan Tinggi menu rut ukuran jenis atau sistem test masuk yang digunakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Lulusan SMA disiapkan antara lain untuk dapat memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi
Penggunaan angka 90-100% jumlah siswa yang lulus setiap ta
tahun didasarkan atas pertimbangan. bahwa seluruh
siswa peserta ujian yang sudah dibina dan didik selama
3 tahun secara intensif dapat berhasil dalam ujian akhir.
Hukum distribusi normal tidak berlaku.
D. Pelaksanaan Pengummilan Pg^
Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan
Juni 1985 sampai dengan bulan Agustus 1985. Secara efek
tif berlangsung selama 60 hari.
Sebelum diadakan pengumpulan data, terlebih dahulu
dilakukan :
(1) Pengkajian yang lebih mendalam terhadap pedoman
wa-wancara, pedoman observasi, test kreativitas, serta
jenis data lainnya yang perlu dijaring.
(2) Penjajakan tentang kesediaan sekolah yang ditetapkan
sebagai objek penelitian.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
dimungkin-kan setelah melampai beberapa pihak yang berkepentingan,
yakni :
(1) Rektor IKIP Bandung dengan Surat Nomor 2805/PT.25.R.I/
N/1985 tanggal 29 April 1985
(2) Direktorat Sosial Politik Pemerintah Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Barat dengan Surat Rekomendasi No.
070.2/851/V/1985 tanggal 4 Mei 1985
(3) Direktorat Sosial Politik Pemerintah Daerah Tingkat I
Sospol 1250/SD-IV/V-85 tanggal 14 Mei 1985
(4) Surat Keterangan Dekan FPS IKIP Bandung Nomor 393/PT.
25.8/0/1985 tanggal 29 April 1985
(5) Pusat Penelitian IKIP Manado (yang membina SMA Labora
torium PP IKIP Manado) dengan surat ijin penelitian
No. 250/M/04.03/1985
(6) Kepala'Sekolah masing-masing di keempat SMA yang dija
dikan objek penelitian dengan pernyataan kesediaan un
tuk menerima penulis melaksanakan penelitian di seko
lah tersebut.
Pelaksanaan pengumpulan data sedapat mungkin diada
kan/ dilakukan dengam tidak mengganggu kegiatan rutin seko
lah. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan pengumpulan data
ini, penulis menggunakan "tape recorder" guna merekam selu
ruh pembicaraan dalam wawancara yang dilakukan. Di samping
itu, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa FIP IKIP Mana
do dalam pencatatam terhadap dokumen sekolah dan
Von Haden an