• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU BIROKRATIK, PERILAKU PROFESIONAL DAN KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PRESTASI LULUSAN SEKOLAH : Studi Eksploratif Mengenai Penampilan Kepala Sekolah Sebagai Administrator Pendidikan Pada Beberapa SMA Di Kotamadya Manado dan Kota Administratif Bitung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU BIROKRATIK, PERILAKU PROFESIONAL DAN KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PRESTASI LULUSAN SEKOLAH : Studi Eksploratif Mengenai Penampilan Kepala Sekolah Sebagai Administrator Pendidikan Pada Beberapa SMA Di Kotamadya Manado dan Kota Administratif Bitung."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU BIROKRATIK. PERIIAKU PROFESIONAL DAN KREATIVITAS

, DAIAM

MENUN1AN6

PRESTASI

LULUSAN

SEKOLAH

( Studi Eksploratif Mengenai Penampilan Kepala Sekolah Sebagai Administrator Pendidikan Pada Beberapa SMA

Di Kotamadya Manado dan Kota Administratif Bitung )

T E S I S

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis

Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung Untuk Memenuhi Persyaratan Menempuh Ujian

Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

JOHANIES FREDRIK LONGDONG No. Pokok : 351/A/XV-7

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN TIM PEMBIMBING

s"

ffaZ6?-*J

A

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, S.H. M.PA

Pembimbing I

PROF. DR. OTENGjSUflSNA, M.Sc. Ed

bimbing II

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

DAFTAR IS I

Halaman

PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING

ii

PRAKATA

ii±

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

v

DAFTAR ISI

.

ix

DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xii

3AB

I

PENDAHULUA2T

. . . . '

1

A. Permasalahan l

B. Tujuan Penelitian. ... 17

C. Kegunaan Penelitian. . 18

D. Kerangka Penelitian 19

BAB

II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

22

A. Sekolah dan Kekepala*sekolahan . . 22

B. Produktivitas Sekolah ... 25

C. Beberapa Konsep Dasar tentang Peri

laku Birokratik, Perilaku

Profesi-onal, dan Kreativitaa 44

1. Perilaku Birokratik dalam Seko

lah 44

2. Perilaku Profasional dalam Se kolah yang menerapkan Konsep

Bi-rokrasi ... 80

p,

Konflik antara Perilaku Biro

kratik dan Perilaku Profesioaal 96 4. Kreativitas Organisasi Sekolah 101

D. Rangkuman Studi Kepustakaan . . . 136

BAB

III

PROSEDUR PENELITIAN

I44

A. Pertanyaaa Penelitian dan Asumsi . 144 B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 148 C. Pedoman Pengolahan Data. ... 153

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data ...

168

BAB

IT

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

170

A. Hasil Penelitian 170

(4)

1. SKA Laboratorium Pusat Peneli

tian- IKIP Manado 171

2. SKA Kristen Ebenhaezar Manado 216 3. SMA Negeri Girian dan SKA Ne

geri Bitung 267

4. Perbandingan aspek-aspek peri

laku Bir-Okratik; perilaku Pro-fesional, dan Kreativitaa se kolah yang ditampilkan di ke-tiga jenis SMA dan kaitannya dengan prestasi lulusaa yang

di-capai 310

B. Diskusi Hasil Penelitian ... 333

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 363

A. Kesimpulan ... 363

B. Rekomendasi 373

DAFTAR KEPUSTAKAAN 385

CURRICULUM VITAE -392

(5)

TABEL

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. CHARACTERISTICS OF THREE MODELS OF BUREAU

CRACY . . . ... ... ... 59

2.2. SIFAT-SIFAT PROFESIONAL YANG DIKEMUKAKAN

OLEH BEBERAPA AHLI.DALAK STUDI MEREKA. ... 83

2.3. PERBEDAAN TANGGAPAN ANTARA PERILAKU BIRO

KRATIK DAN.PERILAKU

PROFESIONAL-DALAM.AKTIV-ITAS ADMINISTRATOR ... .-.-.-. .... 98

4.1. KEADAAN SISWA SMA LABORATORIUM PP IKIP MANA

DO MENURUT KELAS, JUMLAH.SERTA JENIS.KELAMIN

S.D. 1 JUNI 1985 . ... 172

4.2. KEADAAN SISWA SMA KRISTEN EBENHAEZAR MANADO

MEN* T KELAS, JUMLAH SERTA JENIS KELAMIN

S.D _ JUNI 1985 218

4.3. KEADAAN GURU, TATA USAHA DI SMA NEGERI GIRIAN

DAN BITUNG MENURUT 1JAZAH YANG DIMILIKI. . . 269

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar :

1.1. Paradigma Permasalahan ... 20

1.2. Kaitan antar aspek yang diteliti 21

2.1. Model Sutermeister mengenai Faktor-faktor

yang aempengaruhi Produktivitas

34

2.2. Kerangka Konseptual Proses Produktivitas

menurut Paul Kali ... 38

2.3. Model Getzels tentang Sistem Sosial .... 60

2.4. Model Getzels dan Thelen 61

2.5. Model Getzels dan Guba ... 62

2.6. Organisasi sebagai sistem sosial menurut

M. Abbott • 62

2.7. Organisasi sekolah sebagai sistem sosial

(model sintesa dari W.K. Hoy dan C.G. Miskel)

63

2.8. Functions and dysfunction of the Weberian

Model 69

2.9. Proses DOIT menurut Robert Olson • • • • 111

3.1. Prosedur Studi Kasus 150

4.1. Profil Perilaku Birokratik yang ditampilkan

kepala sekolah di SMA Lab.PP IKIP Manado. . 190 4.2. Unsur-unsur kompetensi yang ditampilkan ke

pala sekolah jika digunakan pola pikir SSCPEA

196

4.3. Profil tingkat aplikasi teori administrasi

pendidikan kepala SKA Lab.PP IKIP Manado. .

196

4.4. Profil perilaku profesional yang ditampilkan

kepala SMA Lab. PP IKIP Manado

204

[image:6.595.45.541.78.764.2]
(7)

Halaman

4.5. Profil kreativitas SKA Lab.PP IKIP Manado 210

4.6. Profil perilaku birokratik yang ditampilkan

kepala SMA Kristen Ebenhaezar Manado .... 239

4.7. Sama dengan 5.2. 243

4.8. Profil tingkat aplikasi teori Administrasi Pendidikan oleh kepala SMA Kr Ebenhaezar Ma

nado ... 243

4.9. Profil perilaku profesional yang ditampilkan

kepala SMA Kr Ebenhaezar Manado ... 254 4.10.Profil Kreativitas SMA Kr Ebenhaezar Manado 262

4.11.Profil Perilaku Birokratik yang ditampilkan

kepala SMA Negeri Girian dan Bitung. ....

286

4.12.Sama dengan gambar 5.2 . 291

4.13.Profil tingkat aplikasi teori administrasi pendidikan oleh kepala SKA Negeri di Girian

dan Bitung 292

4.14.Profil perilaku profesional yang ditampilkan

kepala SMA Negeri Girian dan Bitung

299

4.15.Profil Kreativitas SMA Negeri Girian dan Bi

tung

306

4.16.Fakta pertama kaitan antar aspek t

316

4.17.Fakta kedua kaitan antar aspek

...

317

4.18.Fakta ketiga kaitan antar aspek

319

(8)
(9)

BAB I

P1NDAHULUAN

A. Perqasalahan,

1. La tar freiafrang tnasaiah

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat

dipisah-kan dari kehidupan manusia dan dipandang sebagai hal yang

esensial dalam kehidupan itu sendiri. Pendidikan menjadi te

nia sentral dalam era sekarangj ini sewaktu manusia semakin

menyadari betapa perlunya menikmati suatu kualitas kehidupan

yang lebih baik, menemukan martabat kemanusiaannya sesuai kodratnya. Pendidikan justru menjadi pusat perhatian karena dipandang bahwa pendidikanlah merupakam salah satu alterna-tif yang tepat di mana tujuannya inha»ren dengan tujuan ke hidupan manusia.

Kecenderungan-kecenderungan sebagai akibat dari sema

kin korapleksnya kehidupan itu sendiri di mana pendidikan ikut terhawa, melahirkan suatu dimensi baru dalam pendidikan yang antara lain menghendaki akan perlunya penanganan yang

baik terhadap segala aktivitas pendidikan dalam upaya

menca-pai tujuannya. Dalam konteks inilah administrasi pendidikan

dipandang sebagai bagian vital dalam pendidikan yang dapat

menjembatani segala upaya untuk mencapai tujuan pendidikan.

Administrasi pendidikan dalam kenyataannya semakin

tumbuh dan berkembang menjadi suatu ilmu yang berdiri sendi

ri. Penelitian-penelitian terhadap bidang ini berjalam

(10)

terus dengan pesat terutama dalam menemukan konsep-konsep

yang kemudian berkembang menjadi teori administrasi

pen

didikan, atau menguji teori, konsep yang sudah ada.

Penelitian ini akan mencoba mengkaji aspek-aspek pe

rilaku birokratik, perilaku profesional dan kreativitas

yang ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah sebagai

administrator pendidikan. Ketiga aspek ini dilihat konteks

keberadaan sekolah sebagai suatu sistem. Urgensi dalam

meng-adakan pengkajian terhadap aspek-aspek tersebut, bertolak

dari suatu latar belakang masalah seperti berikut :

a. SefrQlah. sebagai Slsfcegi sQSlSLL

Sebagai lembaga pendidikan. formal tempat anak-anak

usia sekolah dididik untuk mencapai tujuan pendidikan, se

kolah dipandang sebagai sistem sosial. Sekolah sebagai sis

tem sosial, terdiri dari "seperangkat elemen dan aktivitas

yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dan

mem-bentuk suatu entitas sosial" (W.K. Hoy, C.G. Miskel, 1978,

hal.37). Elemen-elemen tersebut dapatt dikelompokkan atas

tiga aspek yaitu, birokrasi, kelompok dan individu.

Biro-krasi mencakup struktur formal organisasi di mana semua

pe-ranan yang menjadi tuntutan organisasi atau aturan sekolah

dirumuskan. Kelompok dipandang sebagai aspek yang

diharap-kan dapat menciptadiharap-kan suatu iklim yang baik dan dapat

men-jembatani dua tuntutan yaitu tuntutan birokrasi di satu

pi-hak dan tuntutan individu di lain pipi-hak. Individu akan men

(11)

kependidikan lainnya, murid-murid, dll, masing-masing de

ngan. kepribadiannya atau motivasinya sendiri-sendiri.

Ak-tivitas di dalam sekolah dapat menyangkut, akAk-tivitas

ad

ministrasi, belajar, mehgajar, pemeliharaan, mengkreasi

dan sosialisasi.

Dalam upaya mencapai efektivitas dan efisiensi or

ganisasi sekolah, kepala sekolah sebagai administrator

pendidikan memegang peranan penting. Di satu pihak ia

ha-rus merespons terhadap segala harapan yang ada dam

mengka-ji berbagai informasi balikan (feedback), dan di pihak la

in ia perlu memelihara dan peningkatkan perilaku guru,

mu-rid dan personil sekolah lainnya guna mencapai tujuan; se

kolah. Dengan perkataan lain, untuk mencapai hasil yang

di-harapkan, perilaku administratif yang ditampilkan oleh ke

pala sekolah sebagai administrator pendidikan, perlu

mema-dukan atau mengintegrasikan ketiga aspek yang dikemukakan

sebelumnya, yakni birokrasi, iklim kelompok, dan motivasi

individu. Kepemimpinan kepala sekolah akan dihadapkan

de

ngan aspek-aspek tersebut.

Btirokrasi di dalam sekolah dapat dipandang sebagai

hal yang esensial terutama dilihat dari segi keberadaan se

kolah sebagai suatu organisasi. Dalam hubungan dengan hal

tersebut, perilakuJcepala sekolah akan dicoraki oleh per-

^

soalan bagaimana memenuhi tuntutan birokrasi dimaksud. Pe

rilaku kepala sekolah di sini di sebut perilaku birokratik.

(12)

tersebut perlu ditangani secara profesional. Kepala se

kolah sebagai administrator pendidikan- dalam situasi atau

kondisi tertentu dituntut untuk berperilaku secara profe-

i^-sional, selain perilaku birokratik yang dikemukakan

sebe-lumnya.

Sekolah sebagai sistem terbuka, senantiasa menerima

dan atau menseleksi input dari lingkungannya. Guru, siswa

tata usaha yang ada di dalam sekolah, memiliki potensi un

tuk perbuatan-perbuatan kreatif. Salah satu tugas sekolah adalah membawa anak didik atau siswa untuk menjadi manusia kreatif. Dalam hubungan dengan hal tersebut, di dalam se kolah perlu diciptakan suatu kondisi yang dapat memacu kre ativitas siswa, guru atau tenaga kependidikan lainnya yang ada di dalam sekolah. Kepala sekolah dalam kedudukannya se

bagai pemimpin sekolah memegang peranan penting dalam upaya

menciptakan, memelihara kondisi-kondisi yang dapat memacu kreativitas siswa.

Bertolak dari pemikiran di atas dapat dikatakan bahwa t

dalam organisasi sekolah sebagai sistem sosial, kepala se- |

kolah dihadapkan pada persoalan bagaimana menampilkan diri secara birokratik dalam kondisi tertentu, bagaimana menam

pilkan diri secara profesional dalam kondisi tertentu, ser

ta bagaimana menciptakan, memelihara kondisi tertentu yang

dapat memacu kreativitas sekolah. Ketiga persoalan ini

(13)

b. Produktivitas Sekolah

Masalah produktivitas menjadi isyu penting akhir-akhir ini dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Khusus-nya dalam bidang pendidikan, kajian terhadap produktivitas merupakan hal yang sangat strategis, karena dengan

menge-tahui tingkat produktivitas yang dicapai, dapat dirumuskan

berbagai kebijakan guna mencapai tingkat produktivitas

yang lebih baik atau lebih tinggi dari yang dicapai

sebe-lumnya.

Terdapat berbagai cara dalam menilai atau mengukur tingkat produktivitas yang dicapai. Ada yang melihatnya pada aspek kuantitatif dan ada pula yang melihat atau

meng-kajinya pada aspek kualitatif, atau kedua-duanya, dengan

segala model atau kriteria pengukuran dan atau penilaiannya.

Dapat saja, misalnya, dilihat dari segi kualitas tidak ter

jadi peningkatan, namun dilihat dari segi kuantitas terjadi

peningkatan. Kecenderungan tersebut ini banyak terjadi da

lam bidang pendidikan. Secara ideal, produktivitas suatu sekolah seyogianya ditandai oleh peningkatan. baik aspek ku

antitas maupun aspek kualitas. Akan tetapi dalam

kondisi-kondisi tertentu, ada kalanya aspek kuantitas yang dipenting.

kan dan ada kalanya aspek kualitas yang dipentingkan. Dalam

(14)

dipandang'produktifI. Penelitian ini mencoba memahami dan

menjelaskan mengenai kualitas pendidikan yang dicapai SMA.

Dengan demikian, produktivitas yang dipersoalkan dalam

thesis ini, tidak mengukur aspek kuantitas yang dicapai

sekolah dengan menggunakan berbagai teknik pengukuran

ku-antitatif, tidak pula menghitung rasio antara efektivitas

dan efisiensi yang dicapai sekolah. Kualitas pendidikan

yang dicapai SMA dianalisis secara kualitatif, jaralaupun

dalam penyajian mengenai indikator-indikatornya sedapat

mungkin disajikan pula berupa angka-angka lulusan dani

angka-angka prestasi yang dicapai (achievement).

Pengkajian terhadap aspek kualitas pendidikan

di

tingkat SMA, menurut pandangan penulis merupakan suatu

al-ternatif yang tepat. Lulusan SMA, di samping diberi

ke-sempatan untuk boleh melanjutkan studi pada jenjang yang

lebih tinggi, mereka juga boleh mendapat kesempatan. untuk

memasuki dunia kerja. Tatkala mereka diterima pada

jen

jang pendidikan di Perguruan Tinggi, diharapkan mereka

mampu mengikuti berbagai tuntutan pada jenjang tersebut

di mana pada gilirannya mereka dapat menjadi manusia

seutuh-nya seperti yang dirumuskan dalam Tujuan Umum Pendidikan

Nasional. Tatkala mereka setelah menyelesaikan SMA langsung

memasuki dunia kerja, diharapkan mereka mampu bekerja seca

ra produktif dan mampu memenuhj. kebutuhannya. Selama mereka

mengikuti pendidikan, mereka diharapkan untuk mampu

(15)

ini dalam kenyataannya masih jauh atau belum sebagaimana

mestinya. Penelitian ini akan mencoba menjaring berbagai

informasi yang dapat dijadikan sebagai

indikator-indika-tx>r mengenai permasalahan tersebut.

Kualitas pendidikan yang dicapai SMA, tidak bisa di-pisahkan dengan berbagai aspek atau berbagai jenis perila

ku dalam organisasi sekolah seperti yang dikemukakan

sebe-lumnya (tentang "sekolah sebagai sistem sosial"), Menurut peneliti, dalam kondisi pendidikan sekarang ini, ada tiga

aspek yang perlu dikaji yang dipandang dapat mewarnai

ta-raf kualitas pendidikan yang dicapai SMA, yakni perilaku birokratik, perilaku profesional dan kreativitas organisa

si yang ditampilkan dalam aktivitas kepemimpinan kepala

sekolah SMA sebagai administrator pendidikan.

c. Perjlaku bJroftratjLK dalam peningkatan produktiv

itas sistem sekolah

Perilaku birokratik dalam suatu organisasi

dimaksud-kan agar penggunaan sumber daya dapat digunadimaksud-kan secara

efisien. Segala sesuatu sudafr. terstruktur dengan baik, di

mana setiap personil dalam organisasi harus mengikutinya. Masing-masing: personil telah mengetahui peran yang harus

diwujudkannya, aturan permalnan organisasi yang harus

di-ikutinya. Konsep ini semula dikemukakan oleh Max Weber dan

ternyata berkembang dengan pesat, sehingga banyak organi

sasi yang keranjingan dengan konsep tersebut, termasuk or

(16)

birokrasi merupakan pertanda yang melekat pada masyara

kat modern atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern,/

(J.E. Kast, J.E. Rosenzweig, 1970, hal.70). Itulah

sebab-nya, dalam upaya modernisasi pendidikan di Indonesia,

proses birokratisasi berjalan dengan pesat, Semua aturan

permainan telah dirumuskan dari pusat dan berlaku untuk

semua sekolah atau lembaga pendidikan lainnya di Indone

sia, sampai dengan pakaian seragam sekolah pun diatur da

ri pusat, bahkan bagaimana guru berdiri di muka kelas ada

petunjuk pelaksanaan (juklak)nya.

Efisiensi yang menjadi thema pokok birokrasi yang

ideal, jelas tidak dapat dipisahkan dari produktivitas,

sebab salah satu aspek dari produktivitas juga berkenaan

dengan efisiensi. Maka karena itu, cukup beralasan

jika

dikatakan bahwa perilaku birokratik dapat mewarnai ting-

/

kat produktivitas yang dicapai organisasi, termasuk orga

nisasi sekolah. Organisasi sekolah tanpa birokrasi secara

teoritik dapat berjalan pincang.

Sebagai salah satu aspek dalam perilaku organisasi,

perilaku birokratik dalam kenyataannya banyak pula

menda-pat sorotan. Kritik-kritik yang dilontarkan dalam organi sasi yang menggunakan konsep birokrasi semakin banyak.

Dalam media komunikasi, bukan sedikit orang mulai

meragu-kan keampuhan konsep birokrasi. George Frederickson,

(17)

efisiensi yang merupakan sasaran birokrasi klasik

ternya-ta memang seringkali menyebabkan kemerosoternya-tan daya ternya-tanggap. Aparat tidak lagi peka terhadap perobahan-perobahan yang

terjadi di dalam masyarakat. (Kompas, 2 Hopember 1984).

Karakteristik-karakteristik birokrasi seperti yang dikemu

kakan Max Weber, ternyata dapat menimbulkan, kebosanan,

kekosongan moral, blok-blok komunikasi, kekakuan, serta

konflik (W.K.Hoy, C.G.Miskel, 1978, hal.55). Khususnya da

lam administrasi pendidikan, Dr Jan Turang antara lain,

me-ngemukakan bahwa administrator pendidikan yang berperilaku

otokrat (birokrasi yang berlebihan) cenderung menjadi

dik-tator (Sinar Harapan, 10 Juli 1985).

Adanya kecaman yang begitu banyak terhadap konsep

birokrasi atau perilaku birokratik, bukan berarti bahwa bi

rokrasi dalam organisasi sudah tidak diperlukan lagi. Per- ^ soalannya terletak pada bagaimana menampilkan suatu perila ku birokratik dalam batas-batas yang wajar atau "bebas ham-batan", bukan perilaku birokratik yang terlalu kuat (over

bureaucracy) yang dapat menimbulkan berbagai masalah dalam

organisasi. Untuk itulah, seorang kepala sekolah dalam

men-jalankan tugasnya sebagai pemimpin sekolah, perlu mencegah

penampilan perilaku birokratik yang berlebihan. Pada sisi

yang lain kepala sekolah perlu mengdmbanginya dengan peri

laku profesional sebagai administrator pendidikan,

d. Perilaku profesional dalam peningkatan produktivit

(18)

Menghadapi berbagai tuntutan, aspirasi, tanggung

jawab sebagai administrator pendidikan bagi kepala seko

lah bukan merupakan suatu hal yang mudah, atau bukan

me-rupakan suatu yang bersifat teknis belaka. Sebagai admi

nistrator pendidikan, kepala sekolah seyogianya menampil

kan diri atas dasar pengetahuannya yang luas tentang ad

ministrasi pendidikan, keahlian teknisnya tentang adminis

trasi pendidikan, sikapnya yang jelas, kemampuan mengambil

keputusan yang tepat. Dengan perkataan lain, administrator

pendidikan dalam hal ini perlu senantiasa berperilaku se

cara profesional sebagaimana yang pernah dikemukakan

sebe-lumnya. la hendaknya "memiliki kemampuan administratif

yang luas dan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam ten

tang tujuan, proses dan teknologi yang mendasari pendidik

an, serta komitmen kepada perbaikan profesional yang

kon-tinu" (Oteng Sutisna, 1982, hal.295).

Dilihat dari segi peningkatan produktivitas yang men

cakup efektivitas dan efisiensi organisasi sekolah sebagai

sistem sosial, perilaku profesional administrator pendidik

an yang ditampilkan akan turut mewarnai peningkatan terse

but. Dari sisi lain, ia dapat mengendalikan penampilan pe

rilaku birokratiknya, jangan sampai terlalu berlebihan

atau melampaui batas-batas yang wajar.

e. Konflik va2£ terjadj, antara perilaku birokratik

(19)

Antara perilaku birokratik dan perilaku profesional

terdapat persamaan dan perbedaan. Kedua-duanya sama-sama

memberi tekanan pada segi-segi keahlian teknis^

perspek-tif tujuan, dan sifat impersonal serta sifat tidak

memi-hak (impartial). Perbedaannya terletak pada beberapa segi,

yakni :

(1) Sasaran pelavanan

Perilaku birokratik akan cenderung berorientasi

kepada organisasi (tuntutan organisasi), sedangkan pe rilaku profesional cenderung berorientasi kepada klien.

(2) Pemecahan suatu masalah

Perilaku birokratik selalu cenderung berorientasi

pada hierarki, sedangkan perilaku profesional cende

rung pada koleha Ckesejawatan atau kelompok acuan).

(3) Pengambilan keputusan

Perilaku birokratik selalu menekankan pada

disip-lin dengan sepenuhnya sehingga keputusan harus selalu

datang dari atas, sedangkan perilaku perilaku profesi

onal menekankan pada otonomi dalam pengambilan keputus

an.

00 Kontrol

Perilaku birokratik selalu bertolak dari suatu

standar kon-trol yang dibuat organisasi, sedangkan peri

laku profesional bertolak dari suatu standar kontrol

yang dibuat sendiri (selfe control)

(20)

lain oleh administrator pendidikan yang disebutkan ini,

sering menimbulkan konflik pada dirinya sendiri. Sumber

utama terjadinya konflik timbul dari sistem kontrol sosi

al yang digunakan. Seorang administrator pendidikan yang

menghadapi konflik ini selalu dihadapkan pada dua pilihan

yang sama-sama penting. Apa yang dituntut. oleh organisasi dapat saja bertentangan dengan pertimbangan profesinya.

Jika hal ini cenderung muncul setiap saat, maka konflik tersebut dapat saja mengarah pada sikap masa bodoh atau

frustrasi.

Berkenaan dengan konflik yang terjadi, seorang admi

nistrator pendidikan dalam penampilannya perlu memiliki

kepekaan terhadap kemungkinan terjadinya konflik tersebut

ds.n berusaha menghindarinya. Dalam konteks inilah, seko-lah yang kreatif perlu ditumbuhkan atau ditingkatkan oleh

administrator pendidikan.

f. Kreatjvj,tas organisasi sekolah dalam. kaitannva

dengan perilaku birokratikT perilaku profesional

ke arah penjnffkata,n produktivitas sistem sekolah

Kreativitas dapat dilihat pada tingkat individu dan juga pada tingkat organisasi. Karena pada dasaraya suatu

organisasi terdiri dari sekelompok atau sekumpulan orang orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan, maka suatu organisasi yang kreatif melibatkan kelompok-kelompok kre

atif atau individu-individu yang kreatif dalam

menjalan-kan seluruh aktivitas dalam organisasi. Administrator

(21)

pendidikan yang kreatif, jelas, dapat dijadikan salah sa

tu karakteristik dari suatu sekolah yang kreatif.

Perilaku kreatif, baik pada tingkat individu maupun pada tingkat organisasi, sangat menunjang peningkatan

produktivitas suatu organisasi. Kreativitas individu sa

ngat menentukan produktivitas individu, atau dengan perka

taan lain dapat dikatakan bahwa pribadi yang produktif

adalah pribadi yang kreatif (J.V. Gilmore, 1974, hal.7),

sedangkan individu yang produktif sangat diperlukan dalam

mencapai produktivitas organisasi. Dalam organisasi yang kondisi teknologinya masih terbatas, perilaku kreatif men

jadi semakin penting untuk ditampilkan guna mengimbangi

keadaan teknologi yang tersedia, sehingga dapat mencapai

tingkat produktivitas yang maksimal.

Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah senanti-asa berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, me nuju suatu tingkat kematangan. Untuk itu, sekolah selalu

dihadapkan pada persoalan bagaimana menyesuaikan diri de

ngan perubahan yang terus berlangsung. Sebagai organisasi,

sekolah perlu memperhatikan potensi-potensi kreatif para

siswa untuk ditumbuhkan atau dikembangkan agar mereka dapat

menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Dalam rangka itulah

sekolah perlu menampilkan diri secara kreatif, atau berpe

rilaku kreatif. Sekolah yang kreatif akan banyak mewarnai

tingkat produktivitas yang dicapainya.

(22)

menumbuhkan atau mengembangkan atau menciptakan

kondisi-kondisi yang dapat memacu pada perbuatan kreatif di seko lah, administrator pendidikan sangat berperan. Peranan ad

ministrator pendidikan di sini bukan suatu hal yang mudah.

Hal ini disebabkan karena perilaku birokratik yang juga

ditampilkan dapat menjadi kendala dalam berperilaku seca

ra kreatif atau memelihara kreativitas sekolah. Menurut

Hilda Taba, perilaku birokratik yang antara lain

dicermin-kan oleh suatu konformitas yang tinggi, adicermin-kan melemahdicermin-kan

kreativitas (Hilda Taba, 1962, hal. 63). Menghadapi hal

tersebut, administrator pendidikan, perlu mereduksi

kon

formitas dan menunjang kreativitas. Menunjang kreativitas

di dalam sekolah, dapat membantu administrator pendidikan

guna mengatasi berbagai konflik yang dihadapinva sebagai

akibat dari perbedaan dua tuntutan perilaku, yakni perila

ku birokratik dan perilaku profesional.

Bertolak dari uraian-uraian yang dikemukakan

sebelum-nya maka jelas bahwa ketiga aspek, yaitu perilaku birokrat-

J

ik, perilaku profesional dan kreativitas sekolah dalam ak-tivitas kepemimpinan kepala sekolah sebagai administrator

pendidikan, merupakan aspek-aspek yang dipandang strategis

guna B*ncapai suatu hasil yang diharapkan. Hasil tersebut

antara lain dapat dilihat pada prestasi yang dicapai siswa,

siswa yang dapat diterima di tingkat pendidikan yang lebih

tinggi, persentasi jumlah siswa yang lulus, dsb. Penelitian

(23)

bagaimana perilaku birokratik dan perilaku profesional

ditampilkan kepala sekolah dan kondisi-kondisi bagaimana yang diciptakan kepala sekolah untuk memacu kreativitas

di sekolah. Gambaran tentang sejauh mana beberapa aspek

yang menjadi indikator kualitas lulusan dari sekolah yang

diteliti juga diungkapkan dalam penelitian ini.

2. Masalah serta perumusannva

Masalah kualitas pendidikan sebagai salah satu as

pek dari produktivitas pendidikan, dewasa ini mendapat so-rotan dari berbagai pihak. Banyak yang masih menyangsikan apakah kualitas pendidikan sekarang ini.sudah cukup mema-dai. Jika Tujuan Umum Pendidikan Nasional dijadikan seba

gai acuan, maka dalam kenyataannya kualitas pendidikan

yang dicapai sekarang ini masih jauh dari yang diharapkan.

Kajian kualitatif dari Prof.Dr. Achmad Sanusi

mengungkap-kan kenyataan ini sebagai berikut :

...dalam arus pertumbuhan informasi demikian dapat

dicatat adanya gejala dan kecenderungan. di bidang pen

didikan yang secara kualitatif justru tidak semestinya,

bahkan bertentangan dengan tujuan- mengembangkan

karak-ter-karakter. menurut kriteria di atas tadi (TUPN). Be

berapa indikator dapat dikemukakan antara lain sebagai

berikut :

1.Dalam kegiatan belajar, orang rata-rata masih malas

belajar berpikir aktif dan mandiri. Proses berpikir

pada umumnya pasif-pasif saja. Menerima saja informa si yang masuk, tanpa menyadari harus ada pemrosesan

lebih Ianjut.

2.Masih jarang terdapat usaha yang sungguh-sungguh un

tuk berlatih berpikir dengan disiplin, dengan nalar,

dengan sistematik, dengan kritis dan dengan logis.

Pengenalan terhadap fakta tidak menimbulkan kemampuan

mencari alternatif-alternatif konseptual.

3.Dalam domain afektif, sistem pendidikan kita mengha

(24)

sikap positif. Pendidikan tidak cukup mampu

menanam-kan nilai-nilai sehingga terhayati secara mendalam.

Perhatian, kesenangan, dan preferensi terhadap nilai

nilai masih bersifat masal heteronom dan belum cukup

mempribadi secara otonom.

if.Kelemahan tiadanya kognitif fan afektif, namun juga

dengan psikomotor dan konatif. Kecenderungan dan

has-rat atau kemauan berbuat umumnya banyak berbeda, atau

kadang-kadang bertolak belakang dengan yang diketahui.

Sasaran tujuan psikomotorik atau konatif dari

pelajar-an Agama, Ppelajar-ancasila, PMP, UUD 1945,- Kewirapelajar-an Nasional,

Pendidikan Sejarah Perjuangan Kebangsaan, dsb umumnya

masih lemah, dan karenanya mudah terombang-ambing

ter-bawa angin mode atau perilaku eks asing yang berbaju

kesenangan lahir. (Achmad Sanusi, 1984, hal. 14-15)

Gambaran tentang masih rendahnya kualitas pendidikan dengan

indikator-indikator yang dikemukakan ini merupakan gambaran

makro mengenai keadaan kualitas pendidikan di negara kita.

Mengamati keadaan kualitas pendidikan yang dihasilkan

oleh beberapa SMA di kotamadya Manado dan kota administratif

Bitung, kecenderungan-kecenderungan yang digambarkan

sebe-lumnya tidak dapat dimungkiri. Walaupun demikian, menurut

penulis perlu mengadakan pengkajian guna lebih memperjelas

atau menemukan indikator-indikator lainnya yang dapat lebih

membenarkan atau meyakinkan permasalahan. di bidang pendidik

an, khususnya mengenai melemahnya kualitas pendidikan di SMA

dengan menrgangkat kasus di beberapa SMA yang ada di kotama^

dya Manado dan kota administratif Bitung. Berdasarkan kecen

derungan-kecenderungan yang cukup meyakinkan penulis menge

nai keadaan kualitas lulusan pada beberapa SMA di kotamadya

Manado dan kota administratif Bitung, serta perilaku kepala

sekolah dalam memimpin sekolah, dapat dikemukakan rumusan

(25)

(1) Sejauh mana prestasi lulusan yang dicapai oleh keempat

SMA yang dijadikan objek penelitian ?

(2) Sejauh mana perilaku birokratik dan perilaku profesi

onal ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah dan

dalam kondisi bagaimana perilaku tersebut ditampilkan ?

Sejauh mana pula kondisi-kondisi yang diciptakan oleh

kepala sekolah dalam menunjang kreativitas sekolah ?

(3))Sejauh mana aspek-aspek perilaku birokratik, perilaku

profesional dan kreativitas sekolah dapat menjelaskan

prestasi lulusan yang dicapai sekolah ?

B. TW.foaP Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi

(mema-hami, mendeskripsikan dan menjelaskan) sejauh mana prestasi

yang dicapai para lulusan SMA di keempat SMA yang dijadikan

objek penelitian, serta mengeksplorasi sejauh mana dan dalam

kondisi yang bagaimana perilaku birokratik, perilaku

profe-sonal ditampilkan dalam kepemimpinan kepala sekolah. Selain

ini akan dieksplorasi pula kondisi-kondisi yang diciptakan

kepala sekolah dalam menunrjang kreativitas dan melihat sejauh

mana ketiga aspek yang diteliti (perilaku birokratik, peri

laku profesional dan kondisi-kondisi yang diciptakan untuk

menunjang kreativitas) dapat menjelaskan prestasi lulusan

yang dicapai sekolah. Penelitian ini tidak menguji hipotesa

seperti dalam penelitian-penelitian kuantitatif. Berdasarkan

fakta, hubungan antar fakta atau konsep yang ditemukan, pene

(26)

implikasi yang boleh dikembangkan menjadi hipotesa. Di

si-si lain, dengan berasumsi-si bahwa "fakta adalah bermuatan

teori", penelitian ini sekali gus mencoba mengevaluasi

berbagai konsep atau teori yang berkenaan dengan

aspek-aspek yang diteliti,

C. Kegunaan penelitian

Masalah yang diteliti sepanjang informasi yang

di-peroleh penulis, masih cukup terbatas, apalagi penelitian.

yang dilakukan dalam situasi dan kondisi sistem pendidikan

di negara kita. Maka karena itu, penelitian ini menurut pe

nulis akan banyak manfaatnya baik dilihat dari segi praktis

maupun dari segi teoritis.

Penelitian ini secara praktis dapat dijadikan seba

gai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan.

produktivitasnya, minimal sekolah-sekolah yang ada kesamaan

dengan SMA yang dijadikan objek penelitian. Deskripsi serta

hasil analisis yang diperoleh dapat digunakan oleh sekolah

atau atasan sekolah. sebagai informasi aktual dalam menyusun

kebijakan sekolah atau pengembangan proses administratif di

sekolah.

Dilihat dari aspek teoritis, penelitian ini diharap

kan dapat mengkaji daya laku beberapa konsep atau teori

yang sudah ada dan juga berusaha menemukan beberapa konsep

untuk dikembangkan ke arah pengembangan teori administrasi

pendidikan. Selain itu, dalam upaya pengembangan profesi

administrator pendidikan yang sekarang ini masih tergolong

(27)

dapat dijadikan sebagai salah satu tolok ukur dalam meli

hat sudah sejauh mana pertumbuhan profesi administrator

pendidikan.

D. Reranffha Penelitian

Dalam upaya menjawab berbagai tantangan aspek peri

laku keorganisasian yang bermuara pada produktivitas orga

nisasi khususnya prestasi lulusan sekolah, penelitian ini akan mengungkapkan tiga aspek yakni,

a. Aspek perilaku birokratik yang; ditampilkan kepala seko

lah sebagai administrator pendidikan

b. Aspek perilaku profesional yang ditampilkan kepala se

kolah sebagai administrator pendidikan

c. Aspek kreativitas sekolah, khususnya kondisi-kondisi

yang diciptakan kepala sekolah yang menunjang kre ativitas di dalam sekolah.

Ketiga aspek ini dipandang sebagai aspek yang strategis

yang dalam kondisi tertentu dapat mewarnai tingkat presta

si lulusan yang dicapai sekolah, di samping aspek-aspek

lainnya yang tidak diungkapkan dalam penelitian ini. Kepa

la sekolah dipandang sebagai administrator pendidikan,

po-sisi »trategis yang didudukinya adalah sebagai pemimpin se

kolah. Ketiga aspek yang dikemukakan sebelumnya dapat dili

hat pada kepemimpinan kepala sekolah.

Visualisasi dari penelitian yang dilakukan ini dapat

dilihat dalam gambar berikut :

(28)

KEPALA SEKOLAH

SEBAGA

[image:28.842.117.828.48.485.2]

ADMINISTRATOR PENDIDIKAN

Gambar 1.1.

Paradigma Permasalahan

b i r 0 k r a t i k

I

I

A

kondisi ? T7—

P E R I L A K U

PRO FESIONAL

$

KREATIVITAS
(29)

Kaitan antar aspek yang dieksplorasl

PERILAKU BIROKRATIK

kurang mem.

cat. :

mem.=memadai

kon =kondusif

faktor kondisional

-» kurang frp^^-^.

[image:29.842.110.817.50.553.2]
(30)

BAB III

PROSEDUR PPEffiELITlAN

A. Pertanvaan penelitian; dan

a*™^

Berdasarkan- ketiga rumusan masalah yang

dikemukaka-kan dalam Bab I, untuk menjaring berbagai data atau infor

masi yang dijadikan sebagai bahan analisis, masalah pene

litian ini dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaaix berikut:

Masalah nrestasi lulusan SMA :

(1) Bagaimana gambaran hasil belajar siswa menurut

nilai-nilai dalam STTB ?

(2) Bagaimana kecenderungan siswa yang melanjutkan studi

ke Perguruan Tinggi Negeri pada SMA yang menjadi objek

penelitian ?

(3) Bagaimana persentasi lulusan dalam enam tahun terakhir

di SMA yang menjadi objek penelitian ?

lagalab, perjlaky bjrpkratik Jiang ditammlkan kepala SMA :

Sejauh mana karakteristik-karakteristik seperti di bawah

ini diberlakukan (ditampilkan) dalam kepemimpinan kepala

sekolah :

(1) pembagian kerja berdasarkan spesialisasi ,ungsional ?

(2) tingkatan kewenangan (hierarkhi otoritas) yang diten

tukan dengan baik ?

(3) peraturan-peraturan sekolah ?

(4) prosedur-prosedur tertentu yang ditetapkan di dalam

sekolah ?
(31)

(5) hubungan-hubungan yang bersifat impersonalitas ?

(6) cara-cara menseleksi dan mempromosi seseorang berdasar kan kompetensi teknis ?

(7) pengembilan keputusan yang rasional dalam setiap kali

mengambil keputusan ?

Dalam kondisi-kondisi bagaimana perilku birokratikseperti

yang dikemukakan ini ditampilkan ?

Masalah perilaku, profesional yang djLtampilfran kepala SMA t

Sejauh mana kepala sekolah sebagai administer pendidikan

dalam kepemimpinannya menampilkan perilaku seperti terse

but di bawah ini :

(1) menerapkan ilmu dan teori administrasi pendidikan dalam

memimpin sekolah ?

(2) mencurahkan perhatian dengan menitikberatkan pada ke

pentingan siswa, sehingga dapat membangkitkan kepercaya

an berbagai pihak terhadap wewenangnya ?

(3) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dengan teman.

sejawat ?

(4) menggunakan otoritas pengetahuan dalam pengambilan kepu

tusan ?

(5) menunjukkan tanggung jawab. sebagai administrator pendi

dikan yang diwarnai oleh kode etik guru ?

(6) berusaha mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya khu

susnya tentang administrasi pendidikan ?

(7) memanfaatkan organisasi profesi yang telah ada, seperti

(32)

Salam kondisi-kondisi bagaimana perilaku profesional se

perti yang dikemukakan ini ditampilkan ?

Masalah kreativitas

Sejauh mana. kepala sekolah memberlakukan kondisi-kondisi

seperti yang dikemukakan berikut ini di dalam sekolah ?

(1) memberi tekanan pada aspek kepercayaan: dalam aktivitas

kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah ?

(2) menciptakan suatu saluran komunikasi yang terbuka ke

dalam maupun ke luar sekolah ?

(3) memiliki kemauan dalam menerima perobahan serta kebera

nian dalam menerapkan gagasan yang inovatif ?

(4) menggunakan personil yang kreatif di dalam sekolah ?

(5) menyediakan fasilitas/biaya/sarana yang mendukung

pene-rapan suatu gagasan yang inovatif ?

Masalah hubungan antar asnek ?

(1) Dalam kondisi yang bagaimana terjadi ketidaksesuaian

antara perilaku birokratik dan perilaku profesional ?

(2) Dalam kondisi yang bagaimana perilaku birokratik dapat

menghambat kreativitas flan dalam kondisi yang bagaimana

pula dapat dikatakan bahwa perilaku birokratik tidak

se-lamanya menghalang kreativitas ?

(3) Apakah tingkat prestasi lulusan- di SMA yang dijadikan

objek penelitian dapat dijelaskan oleh aspek-aspek pe

(33)

Beberapa asumsi yang digunakan dalam peneli

adalah :

a, Pendidikan merupakan bagian yang tidak

terpisah-kan dari bidang kehidupan manusia ; tujuannya inhaeren de

ngan tujuan kehidupan manusia yakni mencapai suatu kualitas

hidup yang lebih baik.

h. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal pendidik

anak usia sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sekolah

dipandang sebagai pusat kebudayaan, di mana daya cipta, ra

sa, karsa dan karya anak ditumbuhkan dan dikembangkan.

d. Administrasi pendidikan dipandang sebagai suatu

ilmu yang mampu menjembatani segala unsur dan aktivitas pen

didikan menuju tercapainya tujuan- pendidikan secara efektif

dan efisien. Kepala sekolah dipandang sebagai administrator

pendidikan di sekolah.

c. Sekolah dipandang sebagai sistem sosial, di mana

berbagai unsur dan aktivitas saling berinteraksi satu dengan. yang lainnya membentuk suatu entitas sosial dan mempengaruhi

pencapaian tujuan sekolah.

d. Memimpin sekolah adalah salah satu fungsi strategis

yang dimiliki kepala sekolah sebagai administrator pendidik

an. Perilaku birokratik, perilaku profesional, dan kreativ

itas dipandang sebagai aspek-aspek yang dapat mencoraki pe

nampilan kepala sekolah dalam memimpin sekolah. Faktor kondi

(34)

tersebut.

j. Birokratisasi dalam administrasi pendidikan merupa

kan hal yang esensial, namun perlu dijaga' jangan sampai

penampilan perilaku birokratik terlalu berlebihan;. Karak

teristik suatu birokrasi tidak selamanya relevan bagi se

mua situasi dan kondisi.

k. Jabatan administrator pendidikan merupakan salah sa

tu profesi yang sedang tumbuh. Kepala sekolah dipandang

sebagai salah satu jiabatan yang mengemban misi

profesiona-lisasi administrator pendidikan.

1. Kreativitas perlu ditumbuhkan dan dikembangkan

di-dalam sekolah. Kepala sekolah dipandang sebagai pihak yang

memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi-kondisi

yang; dapat memacu kreativitas di dalam sekolah.

m. Prestasi lulusan suatu sekolah dipandang sebagai va

riabel yang tidak berdiri sendiri. Variabel atau aspek ini

tergantung pada berbagai aspek lain antara lain berbagai

jenis perilaku yang <'ditampilkan- dalam kepemimpinan kepala

sekolah.

B. MetQd.e d^n, teknjfr. nengurrmiilan data

Taraf penelitian ini sesuai judulnya adalah taraf

eksploratif. Penulis tidak menguji suatu hipotesa dan

ke-mudian menarik suatu generalisasi seperti yang lazim pada

penelitian-penelitian kuantitatif. Dengan eksplorasi, pe

(35)

Dalam penjelajahan, faktor pemahaman banyak difungsikan,

terutama dalam mencari makna dari percakapan sewaktu dia

dakan wawancara. Pendekatan kualitatif dijadikan sebagai

pendekatan utama. Selain mengeksplorasi data dengan wawan

cara, penulis berusaha mengadakan pengamatan dalam

waktu-waktu tertentu secara langsung di sekolah. Dokumen sekolah

dijadikan pula sebagai bahan studi khususnya yang berhu

bungan dengan masalah yang diteliti. Khusus untuk

mengeta-hui sejauh mana tingkat kreativitas personil sekolah, di

gunakan sejenis test baku mengenai kreativitas individu da

lam organisasi. Studi ini hanya mengsngkat beberapa kasus di empat SMA. Secara garis besar dan skematik, prosedur pe-nelelitian ini dapat dijelaskan dalam gambar 4.1.

Dalam studi pendahuluan, penulis nienjaring berbagai

informasi mengenai kesadaan SMA yang ada di kotamadya Mana

do, kotaadministratif Bitung dan Kabupaten Minahasa.

Penu-lis tertarik terhadap empat SMA, masing-masing SMA Labora torium Pusat Penelitian IKIP Manado, SMA Kristen Ebenhaezar

Manado, SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung. Dari keem pat SMA tersebut terlihat tiga kekhususan. Kekhususan ter

sebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

(1) SMA Laboratorium Pusat Penelitian IKIP Manado, sampai

saat ini tergolong sebsgai sekolah swasta, walaupun ber

ada dalam

pembinaan IKIP Manado yang berstatus negeri.

Kepala sekolah, guru, dan tata usaha berstatus pegawai

(36)

Dengai/ Kenala

Sek

pengamatan

doku-prilaku/wa- mentasi wancara

Qambar -.1.

Trosedur Btudi

kasus

Tahap Eksplorasi X&

Analisis

KESIMPULAN

XMi'illKASI

Denga^i

guru^ata usaha

wawan- angkeil

penga-cara . matan

3L

DATA - INFORMASI

^

\J1

(37)

diatur melalui Pusat Penelitian IKIP Manado. Seluruh

fasilitas ditunjang sepenuhnya oleh IKIP Manado.

(2) SMA Kristen Ebenhaezar Manado, statusnya swasta di ma

na pimpinan sekolahnya, guru-guru, dan tata usaha

di-angkat oleh pimpinan Yayasan Ebenhaezar (swasta). Fasi

litas sekolah sepenuhnya ditunjang oleh Yayasan terse

but.

(3) SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung, kedua sekolah

tersebut berstatus negeri, di mana pimpinan sekolah,

guru-guru, tata usaha berstatus pegawai negeri. Sekolah

ini dibina langsung oleh Kantor Wilayah Depdikbud

Pro-pinsi Sulawesi Utara.

Sebagai gambaran singkat, dapat dikemukakan :

SMA Laboratorium Pusat penelitian IKIP Manado dan SMA Kristen

Ebenhaezar Manado terletak di kotamadya Manado. Kedua seko

lah ini menampung lepasan SMP baik yang berasal dari kotama

dya Manado maupun yang berasal dari kabupaten Minahasa. Se

bagian besar para siswa tersebut berasal dari orang tua yang

memiliki pekerjaan pegawai negeri dan pedagang/pengusaha.

Khususnya di SMA Kristen Ebenhaezar, banyak diminati oleh

warga negara Cina atau keturuiran Cina. Dapat dikatakan bahwa

para siswa di kedua sekolah ini, latar belakang ekonomi orang

tua siswa cukup potensial.

SMA Negeri Girian dan SMA Negeri Bitung, kedua-duanya terle

(38)

Bitung hanya merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Minahasa. Para siswanya pada umumnya berasal dari kabupa

ten Minahasa. Terdapat sebagian kecil siswa yang berasal

dari Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Gorontalo.

Latar belakang orang tua siswa sebagian besar

adalah'pe-tani kelapa.

Jarak antara kotamadya Manado dan kota administratif Bi

tung adalah 46 km. Jika di kotamadya Manado dikatakan se

bagai kota perdagangan untuk Sulawesi Utara dan merupakan

ibu kota Propinsi Sulawesi Utara

ka kota Bitung

dike-nal sebagai kota" pelabuhan: dan i

,tri. Dalam. waktu dekat

ini kota Bitung akan; ditingkatkan menjadi kotamadya.

Pertimbangan lain yang penulis gunakan sehingga menentukan

keempat sekolah tersebut adalah aspek ekonomis dan fasili

tas, serta waktu.

Langkah selanjutnya setelah menentukan SMA yang di

jadikan objek penelitian. adalah mengadakan eksplorasi pada

setiap sekolah. Dengan kepala sekolah penulis mejijaring

berbagai data atau informasi yang diperlukan. Observasi

dan wawancara digunakan. sebagai teknik utama, sedangkan:

pada guru-guru dan tata usaha, angket serta wawancara

j.adikan sebagai teknik utama. Informasi yang terkumpul

di-hubung-hubungkaa. Fakta dan hubungan antar fakta yang di

peroleh; kemudian dihubungan dan atau dipertentangkan; de

ngan konsep atau teori yang sudah ada. Langkah terakhir di

(39)

C • Pedoman Pengolahan Data

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian , pene

litian ini tergolong pada penelitian kualitatif. Atas da

sar hal tersebut, penelitian ini tidak menggunakan analisis

statistik untuk mengolah data yang diperoleh, seperti pada

penelitian-penelitian kuantitatif.

Informasi yang diperoleh dalam tahap eksplorasi da

ta baik dengan cara wawancara, pengamatan maupun; dengan

do-kumentasi dan angket (khusus test kreativitas), dipahami

dan dihubung-hubungkan. Hubungan antar fakta yang diperoleh

berdasarkan hasil pemahaman dan usaha menghubung-hubungkan

informasi yang diperoleh, diinterpretasi dengan cara

mem-bandingkannya dengan teori atau konsep yang ditemukan dari

hasil studi kepustakaan. Berdasarkan hasil interpretasi ter

sebut ditarik kesimpulan dan beberapa implikasinya.

Dalam mengevaluasi aspek-aspek yang diteliti, digu

nakan beberapa kriteria evaluatif seperti berikut :

(1) Perilaku Bjrpkralrik

Karakteristik Kurang memadai 1 , Memadai

1 memiliki-ekstensi f memiliki-seisaktu-waktu i.r» ekstensif dan sewaktu wak

tu hanya taraf minimal

2 sda sda

3 sda sda

4 sda sda

(40)

(SAMSUNGAN)

karakteristik Kurang memadai Memadai

6

7

memperhatikan-tidak

ekstensif

memperhatikan-ekstensif

memperhatikan-eksten-sif

m empe rhatikan-Sewaktu

waktu ekstensif dan

sewaktu-waktu hanya

taraf minimal

Catatan:

Karakteristik 1 :

Karakteristik 1 menyangkut pembagian kerja berdasarkan spesialisasi fungsional. Dipandang kurang memadai jika

Kepala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada se

tiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah member

lakukannya hanya sewaktu-waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf minimal.

Karakteristik 2 :

Karakteristik 2 menyangkut tingkatan kewenangan. Dipandang

kurang memadai jika Kepala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala

Sekolah memberlakukannya hanya sewaktu-waktu ekstensif dan

sewaktu-waktu hanya pada taraf minimal. Karakteristik 1 ;

Karakteristik 3 menyangkut sistem peraturan yang meliputi

semua hak dan tugas-tugas pekerja. Dipandang kurang memadai

jika Kepala Sekolah nemberlakukannya secara ekstensif pada

setiap waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah member

(41)

hanya pada taraf minimal.

Karakteristik 4 :

Karakteristik 4 menyangkut sistem prosedur yang sesuai de

ngan situasi pekerjaan. Dipandang kurang memadai jika Ke

pala Sekolah memberlakukannya secara ekstensif pada setiap

waktu. Dipandang memadai jika Kepala Sekolah hanya member

lakukan sewaktu-waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya

pada taraf minimal.

EaraJrteristjk, 5 ;

Karakteristik 5 menyangkut impersonalitas hubungan-hubungan

interpersonal. Dipandang kurang memadail jika Kepala Sekolah

memberlakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipan

dang memadai jika Kepala Sekolah hanya memberlakukan sewak

tu waktu ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf mini

mal.

Karakteristik 6 ;

Karakteristik 6 menyangkut sistem promosi dan seleksi ber

dasarkan kompetensi teknis. Dipandang kurang: memadai jika

Kepala Sekolah memberlakukannya secara tidak ekstensif^

Dipandang memadai jika Kepala Sekolah memberlakukannya se

cara ekstensif.

Karaftteris^jk, 7. :

Karakteristik 7 menyangkut pengambilan keputusan yang rasi

onal. Dipandang kurang memadai jika Kepala Sekolah member

lakukannya secara ekstensif pada setiap waktu. Dipandang

(42)

waktu secara ekstensif dan sewaktu-waktu hanya pada taraf

minimal.

Untuk menilai memadai tidaknya perilaku birokratik yang

ditampilkan, akan terlihat pula pada ada tidaknya

perma-salahan, yang diakibatkan oleh penampilan perilaku biro

kratik yang berlebihan.

(2) Perjlaku profesional

Karakteristik 1 :

Karakteristik 1 menyangkut penerapan teori atau konsep ad

ministrasi pendidikan dalam menjalankan tugas sebagai ke

pala sekolah. Dipandang memadai, jika :

a. Memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup menge

nai administrasi pendidikan. Hal ini terlihat dalam

la-lam latar belakang pendidikan yang dimiliki, sumber

belajar sesudah memegang jabatan kepala sekclah; atau

kesempatan mengikuti penataran atau diskusi-diskusi/

lokakarya. Seorang kepala SMA seyogianya memiliki

latar belakang pendidikan Sarjana Kependidikan atau

se-kurang-kurangnya Sarjana Muda Kependidikan.

b. Penerapan konsep ke dalam realita, penggunaan teori da

lam situasi/keadaan atau kehidupan sekolah, membuat

abstraksi, serta menggunakan prosedur, cenderung bera

da pada tingkat tinggi atau cukup tinggi.

Karakteristik 2 :

Karakteristik 2 menyangkut orientasi kepala sekolah yang

(43)

kegiatan kepala sekolah. Dipandang memadai, jika :

a. Kepala sekolah menggunakan keadaan lulusan; sekolah baik

prestasi maupun jumlah sebagai bahan balikan dalam

me-nyusun program sekolah.

b. Sering mengadakan pembinaan kepada orangtua dalam meng

hadapi masalah-masalah yang menyangkut siswa.

c. Menyediakan fasilitas yang cukup bagi siswa untuk ke

giatan ekstrakurikuler.

d. Secara langsung sering memberikan bimbingan belajar ke

pada siswa.

e. Secara langsung mengatasi masalah-masalah yang dihadapi

siswa.

Karakteristik 3 :

Karakteristik 3 menyangkut keterlibatan kepala sekolah da

lam mendiskusikan permasalahan yang dihadapinya dengan

te-man sejawat. Dipandang memadai jika kepala sekolah:

a. Sering memanfaatkan teman-teman sejawatnya untuk secara

bersama mencari jalan keluar terhadap masalah yang ti dak dapat dipecahkan sendiri oleh kepala sekolah.

b. Sering mengikuti musyawarah kepala sekolah

Karakteristik 4 :

Karakteristik 4 menyangkut penggunaan otoritas pengetahuan

yang dimiliki dalam pengambilan keputusan. Dipandang mema dai jika kepala sekolah :

(44)

peraturan.

"giaysfe^eilgtlls *? :

Karakteristik 5 menyangkut tanggung jawab sebagai adminis-?

trator pendidikan. Dipandang memadai, jika :

a. Kepala sekolah memandang tugas sebagai administrator

pendidikan adalah tugas yang mulia baginya.

b. Kepala sekolah mengetahui dengan jelas apa yang

seyogia-nya ia lakukan di sekolah.

c. Kepala sekolah melaksanakan dengan baik apa yang menjadi

tugasnya.

d. Kepala sekolah mempertanggungjawabkan apa yang ia

-lak-sanakan dan tidak melemparkan kesalahan. kepada

bawahan-nya atau orang lain.

Karakteristik 6 :

Karakteristik 6 menyangkut usaha kepala sekolah dalam me

ngembangkan pengetahuan tentang administrasi pendidikan

yang dimilikinya. Dipandang memadai, jika :

a. Secara maksimal kepala sekolah berusaha mencari infor

masi melalui buku-buku kepustakaan yang mempersoalkan

tentang administrasi pendidikan.

b.. Secara maksimal kepala sekolah mendiskusikan

masalah-masalah yang berhubungan dengan tugasnya sebagai admi

nistrator pendidikan.

c. Secara maksimal kepala sekolah memanfaatkan

penataran-penataran, lokakarya atau musyawarah kepala sekolah

(45)

Karakteristik 7 :

Karakteristik 7 menyangkut usaha kepala sekolah memanfa

atkan organisasi profesi yang telah ada. Dipandang mema

dai, jika :

a. Kepala sekolah secara aktif terlibat dalam

kegiatan-kegiatan organisasi yang sedang tumbuh menjadi or

ganisasi profesi seperti PGRI, ISP1, dsb.

b. Kepala sekolah secara aktif terlibat dalam usaha-usaha

ke arah pembentukan suatu organisasi yang menghimpun

para administrator pendidikan.

(3) Kreativitas sekolah

Sekolah yang kreatif jika kepala sekolahnya menciptakan ..

kondisi-kondisi seperti berikut ini :

(a) Memberi tekanan pada aspek kepercayaan dalam kegiat an kepemimpinan kepala sekolah bukan pada kontrol

yang ketat.

(b) Menciptakan, menggunakan dan memelihara suatu saluran komunikasi yang terbuka baik ke dalam maupun ke luar

sekolah.

(c) Memiliki kemauan menerima suatu perobahan serta kebe

ranian dalam mencobakan ide-ide yang dipandang inovat

if.

(d) Menggunakan personil-personil kreatif atau kelompok

kreatif di dalam sekolah.

(e) Menyediakan sarana/fasilitas/biaya yang menunjang pe

(46)

(4) Prestasi lulusan

Tiga indikator yang dinilai adalah, prestasi belajar siswa dalam STTE, jumlah siswa yang diterima di Perguruan Tinggi

Negeri, serta persentasi lulusan.

Prestasi belajar siswa yang dilihat pada STTB ditekankan

pada nilai rata-rata kelas atau selurtah peserta ujian. Se

bagai pedoman dalam penilaian ditetapkan kriteria sebagai

berikut :

Nilai rata-rata 8- ke atas : tergolong baik

7-7,9 : tergolong memadai

6,9 ke bawah : tergolong kurang

memadai

Jumlah siswa yang melanjutkan/diterima pada perguruan ting

gi negeri dipandang memadai jika setiap tahun mencapai 50 %.

Persentasi lulusan; dipandang memadai jika setiap tahum men capai 90 - 100 %,

Rasionalitas dalam penggunaan kriteria :

(1) Perilaku birokratik

Perilaku birokratik di- dalam sekolah tetap diperlukan

namun dalam batas-batas yang wajar. Sifatnya kondisio

nal. Pada waktu-waktu tertentu dapat diberlakukan seca

ra ekstensif dan pada waktu-waktu tertentu pula dapat

siberlakukan hanya pada taraf minimal. Sekolah perlu

menetapkan suatu pembagian kerja atau pembagian tugas.

Kepala sekolah dapat menggunakan pembagian tugas terse

(47)

seyogianya jangan terikat pada pembagian tugas terse

but. Hal ini disebabkan karena di satu pihak pembagi

an tugas yang ditetapkan tidak selamanya cocok dengan

semua situasi atau kondisi dan di pihak lain pembagi

an tugas tersebut hanyalah sebagai alat bukan tujuan.

Tingkatan kewenangan perlu ditentukan dengan jelas

di-dalam organisasi sekolah, namun hal tersebut hanya me

rupakan alat dan dalam kondisi tertentu tingkatan yang

ada kadang-kadang tidak cocok atau relevan untuk

dii-kuti. Peraturan sekolah dam prosedur-prosedur yang di

tetapkan dalam sekolah juga diperlukan dalam organisa

si sekolah, namun hal tersebut bukan suatu "barang

ma-ti". Hal tersebut hanya sebagai alat saja dan juga un

tuk kondisi-kondisi tertentu kurang cocok. Kepala seko

lah yang selalu terikat dengan peraturan. atau prosedur

dapat mengakibatkan munculnya perilaku biropatik. Pe

rilaku ini dipandang sebagai penyimpangan kepribadian (menurut A J Dubrin). Hubungan yang bersifat imperso

nalitas sangat diperlukan dalam organisasi, karena hal

tersebut sangat menunjang persamaan perlakuan dan ra

sionalitas. Akan tetapi dalam pewujudannya, hal terse

but juga bersifat kondisional. Jika kepala sekolah mem

berlakukannya pada setiap saat dan situasi, hal ini da

pat menghilangkan semangat, kerja.

Cara menseleksi dan mempromosi berdasarkan kompetensi

(48)

demikian sangat dimungkinkan diperolehnya personil yang

trampil yang diharapkan dapat memberi kontribusi yang ba

nyak di dalam usaha pencapaian tujuan sekolah.

Rasionalitas dalam pengambilan keputusan merupakan ciri

hakiki dari birokrasi. Namun hal tersebut tidak selamanya

cocok untuk seluruh situasi. Rasionalitas memiliki

keter-batasan antara lain (Herbert A Simon, 1976, hal.241), (1)

individu dibatasi oleh ketrampilan, kebiasaan dan tindak

an refleks yang tidak disadari, (2) individu dibatasi de

ngan nilai-nilai dan konsepsi tujuannya sendiri yang mung

kin berbeda dari tujuan organisasi, dan (3) seseorang di

batasi oleh luasnya informasi dan pengetahuan. Perlu diper

hatikan kepala sekolah bahwa tidak semua alternatif yang

rasienal dipertimbangkan. Di samping itu kepuasan. para

anggota stafnya di sekolah hendaknya diperhitungkan untuk

keberhasilan sekolah melalui keputusan yang diambll.

(2) Perjlaku profesional

Pengetahuan tentang administrasi pendidikan perlu dimiliki

oleh kepala sekolah, karena tugas kekepalasekolahan banyak

membutuhkan teori-teori tentang administrasi pendidikan.

kepala sekolah bukan hanya mengetahui tentang administrasi

pendidikan, tetapi ia juga harus mampu menerapkannya. Dalam

kondisi sekarang ini, kepala sekolah untuk tingkat SMA

se-yogianya memiliki ijazah Sarjana Pendidikan atau

(49)

-sebagai salah satu MKDK, maka diharapkan mereka yang men

capai Sarjana Pendidikan telah dibekali dengan pengetahu

an tentang administrasi pendidikan. Mendalami pengetahuan

tentang administrasi pendidikan dapat pula melalui

pena-taran, diskusi atau belajar sendiri.

Sebagai kepala sekolah, perlu memperhatikan bahwa kepen

tingan siswa merupakan pusat perhatiannya. Dengan kata la

in, orientasi kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya di

sekolah adalah untuk kepentingan siswa. Hal ini didasarkan

atas pemikiran bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan

diberi mandat untuk membawa anak didik menjadi. manusia

ter-didik. Adanya perhatian kepala sekolah ini antara lain da

pat dilihat pada penggunaan keadaan lulusan sebagai bahan

balikan dalam menyusun program sekolah, bersama-sama orang

tua turut mengatasi masalah siswa, menyiapkan fasilitas ba

gi siswa untuk kegiatan ekstrakurikuler, memberikan bimbing

an belajar kepada siswa.

Tanggung jawab kesejawatan (corporateness) sudah seyogianya

dipupuk sejak dini dalam upaya profesionalisasi. Hal ini

sangat penting dalam menciptakan suatu rasa kebersamaan da

lam suatu profesi. Masalah-masalah yang feidak dapat dipecah

kan sendiri oleh kepala sekolah, dapat diusahakan jalan

ke-luarnya dengan berdiskusi dengan teman-teman sekolehanya .

Menggunakan otoritas pengetahuan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan merupakan ciri utama bagi seo

(50)

hal tersebut perlu diperhatikannya dalam setiap kali meng

ambil suatu keputusan. Memang hal ini dapat terjadi jika

otonomi kepala sekolah cukup besar. Dalam kondisi seperti

sekarang ini di mana otonomi kepala sekolah tidak seperti

yang diharapkan, penggunaan otoritas pengetahuan hanya da

lam situasi atau kondisi atau jenis-jenis kegiatan ter

tentu seperti pemberian nilai, dsb.

*

Tanggung jawab sebagai administrator pendidikan perlu di

perhatikan dan diwujudkan oleh kepala sekolah. Memandang

tugas administrator pendidikan sebagai tugas mulia dapat

melahirkan motivasi instrinsik yang besar bagi kepala seko

lah. Kepala sekolah akan tidak memandang tugasnya hanya se

bagai tugas dinas semata-mata, tetapi juga sebagai tugas

moral. Mengetahui dengan jelas apa yang harus dilakukannya

di sekolah-kemudian melaks&nakannya dengan baik dan pada

akhirnya mempertanggungjawabkan apa yang ia laksanakan me

rupakan wujud dari administrator pendidikan yang

bertang-gung jawab.

Sebagai administrator pendidikan, kepala sekolah dihadap

kan dengan berbagai kebutuhan yang terms berkembang. Pe

ngetahuan yang dimilikinya pada satu saat tidak akan mam

pu menjawab kebutuhan tersebut. Maka karena itu kepala se

kolah seyogianya tidak berhenti belajar. Ia perlu mening

katkan pengetahuan tentang administrasi pendidikan

yang

dimilikinya melalui buku-buku kepustakaan, diskusi, atau

(51)

Organisasi profesi dipandang sebagai wadah tempat mengem

bangkan diri, memperjuangkan hak, atau tempat berkomunika

si serta tempat mencari perlindungan, dsb, bagi tenaga-te

naga profesional. Maka karena itu organisasi ini sangat

penting. Bagi administrator pendidikan di Indonesia, wadah

ini belum ada. Organisasi yang sudah ada seperti PGRI,

ISPI di mana kepala sekolah dapat dilibatkan di dalamnya,

dapat dimanfaatkan.

Kieatiyiias. gekjOaJl

Sekolah perlu menciptakan dan memelihara kondisi-kondisi

yang dapat memacu kreativitas siswa, guru, tata usaha, dll.

Memberi tekanan pada aspek kepercayaan dan bukan pada kon

trol yang ketat dapat membangkitkan motivasi intrinsik atau

inisiatif, rasa percaya diri, dsb. Hal tersebut itu sangat

penting dalam upaya memacu kreativitas seseorang. Memberi

kan kepercayaan bukan berarti bahwa kepala sekolah

menyerah-kan sepenuhnya sesuatu pekerjaan kepada orang lain tanpa

pertimbangan. Pertimbangan tersebut antara lain menyangkut

taraf suatu pekerjaan, keiaampuan orang yang diserahi keper

cayaan., fasilitas yang tersedia, waktu yang tersedia, serta

performans kerja dari seseorang yang diberi kepercayaan..

Menciptakan , menggunakan. dan memelihara saluran komunikasi

yang terbuka baik ke dalam maupun ke luar sekolah, dapat

menimisulkan suasana keterbukaan, keluwesan, ketentraman,

inisiatif, dsb. Hal tersebut ini sangat penting dalam upaya

(52)

diinfentarisasi. Komunikasi terbuka bukan berarti segala

sesuatu yang berkenaan dengan sekolah, tidak ada yang

di-rahasiakan. Kepala sekolah tetap menjaga kerahasigan un

tuk hal-hal yang perlu dirahasiakan seperti soal-soal uji

an.

Kemauan menerima perobahan sangat penting untuk membuat se

kolah tidak hanya tenggelam pada hal-hal yang rutin,

kon-formitas, dsb.Menerima perobahan di sini bukan berarti ke

pala sekolah keranjingan terhadap perobahan. Salah satu yang perlu dipertimbangkan adalah, bahwa perobahan tersebut

sedapat mungkin tidak mengganggu sistem yang ada. Keberani

an dalam mencobakan ide-ide yang inovatif dipandang sebagai

kondisi yang pen-ting dalam menunjang perbuatan kreatif fi

sekolah. Banyaknya ide yang inovatif yang terinfentarisasi

di sekolah tidak akan bermanfaat kalau tidak ada keberanian

menerapkannya. Pertimbangan utama di sini adalah harus di

kaji agar keberanian tersebut jelas tujuannya walaupun harus

menanggung resiko.

Personil-personil yang kreatif atau kelompok kreatif perlu

dikembangkan *di sekolah. Siswa-yang kreatif lebih

dimungkin-kan kalau guru-gurunya kreatif. Kepala sekolah juga seyogia

nya kreatif. Kelompok kreatif dapat dijadikan sebagai

"loko-motif" di dalam sekolah.

Sarana/fasilitas/biaya yang menunjang penerapan ide-ide yang

inovatif, perlu diperhatikan oleh kepala sekolah.

(53)

oleh suatu sarana atau fasilitas atau biaya, maka hesar ke

mungkinan mengalami kegagalan.

Prestasi lulusan, :

Penggunaan STTB sebagai indikator dalam menentukan tingkat

prestasi lulusan sekolah didasarkan atas pertimbangan :

- STTB menggambarkan prestasi belajar yang dicapai siswa

untuk seluruh bidang studi.

- Telah tercakup di dalam STTB, hasil Evaluasi Belajar Ta

hap Akhir termasuk hasil EBTANAS. Hasil belajar semester

V dan; VT juga merupakan. bagian dari EBTA.

- STTB merupakan jaminan bagi lulusan SMA untuk boleh

men-daftar di Perguruan Tinggi atau mencari pekerjaan.

- Nilai-nilai dalam STTB diperoleh melalui proses pelaksa

naan evaluasi yang dilakukan secara resmi melalui Panitia

Ujian.yang dikeluarkan atau ditetapkan oleh Kantor

Wila-Yah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Penggunaan angka

30%

siswa yang melanjutkan studi ke Pergu

ruan Tinggi didasarkan atas pertimbangan :

- Makin banyak siswa yang melanjutkan atau diterima di Per

guruan Tinggi Negeri menunjukkan bahwa prestasi siswa

ba-banyak yang diandalkan memasuki Perguruan Tinggi menu rut ukuran jenis atau sistem test masuk yang digunakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

- Lulusan SMA disiapkan antara lain untuk dapat memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi

Penggunaan angka 90-100% jumlah siswa yang lulus setiap ta

(54)

tahun didasarkan atas pertimbangan. bahwa seluruh

siswa peserta ujian yang sudah dibina dan didik selama

3 tahun secara intensif dapat berhasil dalam ujian akhir.

Hukum distribusi normal tidak berlaku.

D. Pelaksanaan Pengummilan Pg^

Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan

Juni 1985 sampai dengan bulan Agustus 1985. Secara efek

tif berlangsung selama 60 hari.

Sebelum diadakan pengumpulan data, terlebih dahulu

dilakukan :

(1) Pengkajian yang lebih mendalam terhadap pedoman

wa-wancara, pedoman observasi, test kreativitas, serta

jenis data lainnya yang perlu dijaring.

(2) Penjajakan tentang kesediaan sekolah yang ditetapkan

sebagai objek penelitian.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini

dimungkin-kan setelah melampai beberapa pihak yang berkepentingan,

yakni :

(1) Rektor IKIP Bandung dengan Surat Nomor 2805/PT.25.R.I/

N/1985 tanggal 29 April 1985

(2) Direktorat Sosial Politik Pemerintah Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat dengan Surat Rekomendasi No.

070.2/851/V/1985 tanggal 4 Mei 1985

(3) Direktorat Sosial Politik Pemerintah Daerah Tingkat I

(55)

Sospol 1250/SD-IV/V-85 tanggal 14 Mei 1985

(4) Surat Keterangan Dekan FPS IKIP Bandung Nomor 393/PT.

25.8/0/1985 tanggal 29 April 1985

(5) Pusat Penelitian IKIP Manado (yang membina SMA Labora

torium PP IKIP Manado) dengan surat ijin penelitian

No. 250/M/04.03/1985

(6) Kepala'Sekolah masing-masing di keempat SMA yang dija

dikan objek penelitian dengan pernyataan kesediaan un

tuk menerima penulis melaksanakan penelitian di seko

lah tersebut.

Pelaksanaan pengumpulan data sedapat mungkin diada

kan/ dilakukan dengam tidak mengganggu kegiatan rutin seko

lah. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan pengumpulan data

ini, penulis menggunakan "tape recorder" guna merekam selu

ruh pembicaraan dalam wawancara yang dilakukan. Di samping

itu, penulis dibantu oleh beberapa mahasiswa FIP IKIP Mana

do dalam pencatatam terhadap dokumen sekolah dan

(56)
(57)

Von Haden an

Gambar

Gambar:
Gambar 1.1.Paradigma Permasalahan
Gambar1.

Referensi

Dokumen terkait

Saat pengisian muatan, timbal sulfat berubah kembali menjadi timbal dioksida pada elektroda positif dan timbal pada elektroda negatif, dan ion sulfat (SO 4 2- )

Sedangkan Pola asuh otoriter yang diterapkan oleh pengasuh terhadap anak usia dini di Panti Asuhan Samsah Kudus terbatas pada hal-hal yang sifatnya prinsip dan mempunyai

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka kelembagaan pemasaran yang terlibat di Desa Tambu Kecamatan Balaesang Kabupaten Donggala dalam menyalurkan produksi kopra

Dalam statistik inferensial merupakan tugas pokok (central task) untuk menemukan kesimpulan apa yang dapat ditarik dari sebuah sample yang merupakan bagian dari suatu

Beberapa artefak yang ditemukan baik dari hasil penggalian maupun yang sudah berada di permukaan tanah yaitu batu-batu berbentuk kala; makara; batu berelief guirlande, gapa, pilar

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, setelah ikan asap disimpan 2 (dua) sampai 3 (tiga) bulan dengan perlakuan cara pengasapan yang dilakukan seperti pengasapan

dik? Ini tak kasih murah kalau ke kamu. Mbak Nayla 87 , pedagang batik dan souvenir, dari pertanyaan yang diajukan bahwa ia menjual semua barang dengan harga yang berbeda pada

Pada gambar tersebut terlihat bahwa komposisi ukuran cakalang yang tertangkap dengan pole and line dari bulan Januari mengalami peningkatan ukuran hingga bulan Juni, bahkan