• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU TINGKAT DASAR KELAS IV : Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU TINGKAT DASAR KELAS IV : Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU TINGKAT DASAR

KELAS IV

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

OLEH:

LINA DEWI SARTIKA 0909551

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY

ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU TINGKAT DASAR

KELAS IV

Oleh Lina Dewi Sartika

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lina Dewi Sartika 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LINA DEWI SARTIKA 0909551

PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU TINGKAT DASAR

KELAS IV

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I

Dr. Budi Susetyo, M.Pd NIP. 19580907 198703 1 001

Pembimbing II

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd NIP. 19560412 198301 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

(4)

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH PEMUTARAN VIDEO PANTOMIM “DAILY ACTIVITY” UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK BAGI SISWA TUNARUNGU

TINGKAT DASAR KELAS IV

(Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Oleh: Lina Dewi Sartika (0909551)

Terbatasnya kemampuan auditif anak tunarungu berdampak pada kemampuan menyimak sebagai salah satu standar kompetensi dari Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, hal ini tentu akan mempengaruhi minimnya hasil belajar yang didapat di sekolah. Anak tunarungu sering mengalami hambatan pada proses menyimak simbol-simbol, konsep, terutama pada materi yang bersifat abstrak oleh karena itu agar dapat menyimak materi tersebut maka diperlukan metode atau media pembelajaran yang menarik, mudah digunakan, dan mudah didapat

Salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk meningkatkan kemampuan menyimak materi dengan menggunakan media video pantomim. Video pantomime merupakan visualusasi tiga dimensi dari bahan ajar sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk gerakan pantomime yang dianggap dapat mengoptimalkan seluruh aspek indera pada siswa tunarungu tanpa menimbulkan kesan membosankan.

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui keefektifan

pemutaran video pantomime “Daily Activity” dalam meningkatkan kemampuan memahami siswa tunarungu kelas IV SDLB di SLB Sindangsari Ciamis. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDLB di SLB Sindangsari Ciamis yang berjumlah enam orang. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah

pemutaran video pantomime “Daily Activity” dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa Tunarungu Tingkat Dasar kelas IV? “.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Desain penelitiannya adalah one group pretest posttest desain. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Analisis data yang digunakan adalah uji tes rangking bertanda Wilcoxon.

Berdasarkan temuan-temuan di lapangan dan hasil pengujian hipotesis, maka diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi adanya perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan mediavieo pantomime, terbukti dari hasil pre test dan post test. Dari hasil yang telah dianalisis, didapat hasil rata-rata untuk pretest sebesar 59,7% dan hasil posttes 77,8% adanya peningkatan sebesar 18,1 %. Dengan demikian, pemutaran video pantomime “Daily Activity” dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa Tunarungu Tingkat Dasar kelas IV.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GRAFIK... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 6

1. Tujuan Penelitian... 6

2. Kegunaan Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori... 8

1. Konsep Ketunarunguan... 8

1.1. Pengertian Tunarungu………... 8

1.2. Klasifikasi Tunarungu………... 8

1.3. Dampak Ketunarunguan……… 9

2. Kemampuan Menyimak……… 11

2.1. Pengertian Menyimak……… 11

2.2. Tujuan Menyimak……….. 13

2.3. Jenis-Jenis Menyimak……… 14

(6)

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2.5. Faktor-Faktor Menyimak……….. 15

3. Masalah Belajar Anak Tunarungu dalam Menyimak ... 16

4. Media Pembelajaran……….. 18

4.1. Pengertian Media Pembelajaran……… 18

4.2. Manfaat Media Pembelajaran……… 20

4.3. Pemilihan Media untuk Pembelajaran Bahasa………. 21

5. Media Video Pantomim untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak………... 23

5.1. Pengertian Pantomim……….. 23

5.2. Video Pantomim………. 24

B. Penelitian yang Relevan... 26

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian... 27

BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian... 29

1. Variabel Bebas………... 29

2. Variabel Terikat……….… 29

B. Metode Penelitian... 30

C. Populasi dan Sampel... 31

1. Populasi Penelitian……….… 31

2. Sampel Penelitian……….. 32

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data... 33

1. Instrumen Penelitian... 33

2. Uji Coba Instrumen…... 34

1.1. Uji Validitas……….. 35

1.2. Uji Realibilitas……….……. 36

3. Teknik Pengumpulan Data………... 37

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengujian Validitas dan Realibilitas... 42

B. Hasil Penelitian... 45

C. Pembahasan... 50

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan... 52

B. Implikasi……... 53

DAFTAR PUSTAKA... 55 LAMPIRAN- LAMPIRAN

(8)

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Halaman

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kemampuan menyimak merupakan salah satu kompetensi

berbahasa yang dimiiki oleh setiap orang semenjak lahir. Keterampilan

menyimak merupakan keterampilan yang sangat penting dalam berbahasa

dan berinteraksi. Keterampilan ini berkaitan erat dengan ketiga

keterampilan berbahasa lainnya, yaitu berbicara, membaca, dan menulis.

Astuti (2002:3) menyatakan bahwa,

keterampilan menyimak merupakan salahsatu keterampilan berbahasa yang sangat penting dipelajari untuk menunjang kemampuan berbahasa yang baik. Kemampuan menyimak yang baik bisa memperlancar komunikasi karena komunikasi tidak akan berjalan dengan baik, jika pesan yang sedang diberikan atau diterima tidak dimengerti.

Dengan menguasai keterampilan menyimak, maka kita dapat memperoleh

pemahaman informasi dari bahan yang disimak.

Namun, dalam pencapaian tujuan rersebut bagi siswa tunarungu

bukanlah hal yang mudah, menyimak merupakan keterampilan bahasa

reseptif yang mengandalkan seluruh pengalaman indera sebagai media

penerima rangsang. Siswa tunarungu dengan keterbatasan auditifnya tentu

mengalami hambatan dalam menerima rangsang dalam bentuk audio saja.

Oleh karena itu, visualisasi dari bahan yang disimak akan dapat membantu

proses menyimak bagi siswa tunarungu.

Berdasarkan temuan peneliti pada saat melaksanakan observasi di

SDLB SLB Sindangsari Cikoneng Ciamis dan hasil wawancara dengan

wali kelas, bahwa sebagian besar guru di SDLB Tunarungu mengaku

mengalami kesulitan tersendiri saat memberikan pembelajaran menyimak

bacaan pada siswa tanpa media visualisasi yang mendukung. Kesulitan

guru untuk membuat visualisasi atas apa yang sedang diperbincangkan ini

berdampak terhadap pemahaman siswa sehingga memungkinkan guru

(10)

2

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sebagian besar siswa tunarungu mengalami kesulitan dalam

memahami bahan simakan tanpa media visualisasi. Hal ini tampak dalam

menyelesaikan soal evaluasi, siswa belum mampu mencapai standar

ketuntasan minimal yang ditetapkan. Dengan memperhatikan kasus

tersebut berarti siswa belum memahami pembelajaran menyimak dengan

memuaskan.

Kathryn P. Meadows (dalam Bunawan, 2000:33) berpendapat bahwa

“Kemiskinan (deprivation) hakiki yang dialami orang yang tuli adalah bukan kemiskinan atau kehilangan akan rangsangan bunyi melainkan

kemiskinan akan berbahasa.” Kemampuan menyimak, berbicara,

membaca, menulis merupakan alat komunikasi bahasa. Anak yang

mendengar pada umumnya memperoleh kemampuan berbahasa dengan

sendirinya apabila dibesarkan dalam lingkungan yang berbahasa, tentu

sangat berbeda dengan anak tunarungu yang notabene kesulitan dalam

proses mendengar.

Secara lahiriah siswa tunarungu mengalami gangguan pendengaran

yang menyebabkan mereka kesulitan dalam menangkap, mengolah,

menginterpretasikan dan merespon hal – hal yang harus disimak.

Akibatnya, informasi yang harusnya ditangkap melalui organ pendengaran

mereka alihfungsikan menggunakan organ penglihatan. Namun perlu

diperhatikan, walaupun siswa tunarungu dapat melihat, kadang informasi

yang diterima tidak selamnya utuh bila kita tidak dapat memperjelas dan

mengemasnya secara tepat dan menyenangkan.

Keterbatasan fungsi pendengaran juga menimbulkan kesulitan bagi

siswa tunaarungu dalam merespon dari apa yang disimak. Sebagai

kompensasi dari hal ini, mereka menggunakan indra lain selain

pendengaran yakni penglihatan, perabaan, dan penciuman dalam

memahami informasi di lingkungan termasuk mengekspresikannya,

kemudian mereka menyampaikan respon dengan caranya sendiri melalui

(11)

ini tentu menjadi hal yang sangat bertolak belakang dengan harapan

berbahasa siswa tunarungu.

Rendahnya penguasaan siswa dalam keterampilan menyimak

diduga berasal dari factor siswa dan guru. Namun, kondisi siswa

tunarungu tidak harus mutlak menjadi penyebab satu-satunya kurang

optimalnya pembelajaran menyimak. Kompetensi guru dalam

menyuguhkan bahan simakan juga harus diperhatikan. Selain itu, bahan

simakan dalam bentuk bacaan saja kadang cenderung menyebabkan siswa

merasa bosan dalam menerima pelajaran menyimak. Metode dan media

penyampaian bahan simakan hendaknya tetap memperhatikan prinsip

pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan

Menyenangkan).

Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam

mengungkapkan kembali isi cerita dalam pelajaran menyimak, maka perlu

mencari upaya pemecahannya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba

mengungkap kasus yang sering terjadi dalam pembelajaran menyimak

untuk menemukan solusi yang efektif dan bisa diterapkan dalam

pembelajaran bahasa terutama dalam menyimak bacaan.

Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyimak informasi pembelajaran. Salah satu

upaya untuk meningkatkan kemampuan itu adalah dengan menggunakan

media pembelajaran atau alat peraga, karena dalam pembelajaran

menyimak khususnya dalam penanaman konsep dasar perlu adanya

media pembelajaran sebagai jembatan yang menghubungkan antara

kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru pembelajaran yang

abstrak. Jadi alat peraga sangat tepat digunakan untuk meningkatkan

pemahaman siswa.

Selain harus sesuai dengan isi dan tujuan pembelajaran, media

yang digunakan dalam pembelajaran juga harus sesuai dengan kondisi

siswa. Siswa tunarungu dengan hambatan pendengarannya memiliki

(12)

4

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tunarungu juga diberi kelebihan dalam menerima dan mengekspresikan

informasi melalui isyarat, kejelasan gesture, mimic, gerak dan keluwesan

tubuh, yang apabila dikembangkan akan menjadi nilai seni yang indah

dilihat. Melalui modalitas inilah guru dapat menciptakan media

pembelajaran yang menyenangkan, dan diharapkan membantu terhadap

pemahaman siswa tanpa tercipta kesan yang menjenuhkan terhadap proses

pembelajaran menyimak. Mengingat anak tunarungu sangat membutuhkan

visualisasi dari informasi yang diterimanya, maka tidak ada salahnya

visualisasi melalui isyarat, gesture, mimic, gerak dan keluwesan tubuh ini

disajikan menjadi media audiovisual berupa video pantomime sesuai

bahan simakan yang akan diajarkan sehingga membantu pemahaman

siswa tunarungu.

Pantomim memiliki tingkat keunggulan tersendiri untuk dipelajari

siswa tunarungu dibandingkan dengan tari , gerakan pada tari

dimaksudkan hanya sebagai simbol atau pralambang, gerakan dalam tari

adalah gerakan yang statis atau hafalan, sedangkan dalam pantomim

gerakan mempunyai fungsi beda. Fungsi tersebut yaitu sebagai bahasa atau

isyarat tidak hanya sebagai pralambang. Selain itu gerakan dalam

pantomim bukanlah gerakan yang statis akan tetapi gerakan dinamis dan

bebas sehingga yang diperlukan bukanlah hafalan akan tetapi kecerdasan.

Memperhatikan karakter berbahasa anak tunarungu dan modalitas

penglihatan yang baik dilengkapi dengan kemampuan menangkap

informasi melalui gesture, mimic, dan bahasa tubuh yang baik, diharapkan

melalui seni pantomime inilah siswa tunarungu mampu menerima

informasi pembelajaran dan mengekspresikannya dengan mudah dan

menyenangkan. Jadi, pemutaran video pantomime dapat menjadi salahsatu

media yang memberdayakan visualisasi anak tunarungu sehingga

diharapkan dapat mempermudah penerimaan informasi siswa dalam

pembelajaran di kelas.

Melalui penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah

(13)

tunarungu dan mampu meningkatkan pemahaman siswa tunarungu tanpa

mengurangi unsure menyenangkan dalam pembelajaran. Melalui

pantomime ini, guru dapat berupaya membuat media dalam bentuk

audiovisual pantomime yang sesuai dengan bahan ajar yang akan

disampaikan, sehingga anak dapat menambah informasi yang masuk

melalui melihat video pantomime dan dapat mengekspresikan

pemahamannya itu melalui peniruan gerakan pantomime ssesuai informasi

yang dia terima saat pemutaran video. Jadi, secara tidak langsung anak

melakukan pembelajaran bahasa reseptif lalu ekspresif melalui seni

pantomime yang tujuannya anak dapat mengekspresikan pemahamannya

melalui bahasa lisan maupun tulisan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Riduwan dalam Nurbani (2009:6) menyatakan, “Identifikasi

masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek

permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan

diteliti”. Adapun identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Kurang berfungsinya indera pendengaran pada anak tunarungu

merupakan faktor utama yang menyebabkan minimnya pemahaman

mereka terhadap materi pelajaran menyimak.

2. Proses pembelajaran menyimak dirasakan belum optimal, dikarenakan

metode/teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru belum sesuai

dengan hasil yang diharapkan.

3. Dalam proses pembelajaran, guru kadang tidak memperhatikan

penggunaan media yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif,

kreatif, inovatif, dan menyenangkan.

4. Sarana dan prasarana yang memadai bagi siswa tunarungu dapat

mempengaruhi hasil pembelajaran siswa.

5. Pembelajaran menyimak kurang menyenangkan jika disajikan hanya

melalui metode ceramah semata dan tanpa media pembelajaran yang

(14)

6

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

6. Guru jarang melibatkan unsure seni (seni rupa, seni tari, seni suara, seni

drama) dalam pembelajaran menyimak untuk memberikan pengalaman

belajar yang menyenangkan dan mempermudah penerimaan informasi

yang disampaikan.

7. Berbagai media pembelajaran dapat digunakan untuk membantu siswa

tunarungu dalam menyimak materi, baik media berupa benda konkrit,

gambar, film atau video.

8. Pantomim sebagai cabang dari seni drama atau teater belum

dimanfaatkan oleh guru untuk dijadikan media pembelajaran dalam

memperjelas wacana atau bahan simakan.

C. BATASAN MASALAH

Agar penelitian ini tidak terlalu melebar, dari sekian banyak

identifikasi masalah peneliti memberi batasan dalam melakukan

penelitian, yakni pemutaran video pantomime Daily Activity sebagai media

dalam pembelajaran menyimak.

D. RUMUSAN MASALAH

Untuk memperjelas permasalahan yang akan diteliti, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah video pantomime “Daily Activity” dapat meningkatkan kemampuan menyimak bagi siswa tunarungu tingkat dasar kelas IV?

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

mengetahui apakah pemutaran video pantomime “Daily Avtivity

dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak tunarungu SDLB

(15)

2. Kegunaan

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

diantaranya:

a. Bagi guru, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

memberikan pembelajaran menyimak untuk siswa tunarungu

hendaknya menampilkan media dan unsure seni yang sesuai

dengan kondisi anak.

b. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan kepuasan tersendiri

dalam melaksanakan penelitian di SLB Sindangsari Ciamis dalam

rangka menempuh hasil akhir studi sarjana yang memuaskan.

c. Bagi siswa, pembelajaran menyimak melalui pemutaran video

pantomime “Daily Activity” diharapkan mampu mempermudah

pemahaman dan memberikan pengalaman menyenangkan, juga

(16)

29

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah video pantomime

“Daily Activity”

Pada umumnya seni dibagi atas seni pertunjukkan dan seni

bukan pertunjukan. Seni pertunjukkan terdiri dari seni teater, seni

suara, seni musik, dan seni pedalangan. Seni pantomim merupakan

cabang dari seni teater. Pantomime adalah suatu bentuk seni yang

menggabungkan unsur musik, kelenturan tubuh dan ekspresi mimik

dengan kadar yang sama kuatnya yang diolah menjadi satu kesatuan

yang saling menunjang sehingga menghasilkan suatu cerita yang dapat

dipahami oleh penontonnya. ( Bakdi Sumanto,1992:1).

Video pantomime “Daily Activity” merupakan media

audiovisual yang sengaja dibuat guru melalui perekaman model

pelaku pantomime yang memeragakan kegiatan sehari – hari sesuai

wacana yang terdapat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi

siswa tunarungu Sekolah Dasar Kelas 4.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan

menyimak siswa pada wacana kegiatan sehari-hari.

Kemampuan menyimak merupakan salah satu standar

kompetensi yang harus dikuasai siswa dari empat standar kompetensi

pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, yakni, menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Mengingat pentingnya kemampuan menyimak

(17)

terhadap wacana atau bahan simakan akan mempengaruhi siswa

terhadap keberhasilan kompetensi berbahasa lainnya.

Untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa, guru perlu

melatih kemampuan siswa dengan berbagai peristiwa komunikasi,

menyimak cerita, berita, dan dialog melalui berbagi media, baik

visual, audio atau audio-visual. Adapun yang menjadi indicator

keberhasilan dari kemampuan menyimak wacana “Kegiatan Sehari

-hari” yang merupakan salah satu wacana tertulis yang diusung sebagai bahan ajar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi

kegiatan sehari- hari siswa dari mulai bangun tidur sampai tidur

kembali yakni siwa dapat menjelaskan kembali isi dari bahan simakan

baik secara lisan maupun tulisan juga diharapkan siswa dapat

menuliskan urutan kegiatan sehari-hari sesuai wacana yang disimak.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen. Metode eksperimen bertujuan untuk mengetahui ada

tidaknya akibat dari suatu perlakuan sebagaimana dikemukakan oleh

Arikunto, S (2006:3) sebagai berikut:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.

Berdasarkan pernyataan diatas, pada metode eksperimen harus ada

suatu faktor atau kondisi yang dicobakan untuk mengetahui hasil dari

suatu percobaan. Dalam penelitian ini sebagai faktor atau kondisi yang

dicobakan terhadap subyek adalah penggunaan media video pantomim

untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada subyek anak tunarungu

(18)

31

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen dengan desain “One Group Pretest – Posttest Design” yaitu

eksperimen yang dikenakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok

pembanding.

Berikut adalah rancangan penelitian yang sudah dihubungkan dengan

permasalahan penelitian:

Tabel 3.1

Format Rancangan Penelitian One- Group Pretest- Posttest Design

Pretest Perlakuan Posttest

O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kemampuan siswa tunarungu yang diberi pretest untuk

mengetahui keadaan awal mengenai kemampuan menyimak

wacana.

O2 : Kemampuan menyimak siswa tunarungu setelah diberikan treatmen media video pantomime “Daily Activity”.

X : Treatment (Perlakuan). Perlakuan yang diberikan yaitu pemutaran video pantomime “Daily Activity”.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Sudjana (2002 ; 6) Mengemukakan pengertian tentang “populasi”

adalah sebagai berikut:

“Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil

menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif

mengenai karakteristik tertentu dari semua kumpulan yang lengkap

(19)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu

kelas IV SDLB. Kelas tersebut dipilih sebagi populasi dalam

penelitian ini karena dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pengajaran

(KTSP) tahun 2004 dijelaskan bahwa kemampuan menyimak wacana

sederhana mengenai Kegiatan Sehari-hari diajarkan pada siswa

tunarungu Sekolah Dasar kelas 4.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti,

dianggap dapat menggambarkan populasinya. Menurut Sudjana (2002 ;

6) “sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi”. Pengambilan

sampel penelitian ini dilakukan dengan cara Nonprobability sampling

yaitu teknik pengambilan sampel tidak memberi peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel. Teknik nonprobability sampling yang digunakan

yaitu sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. hal ini dilakukan karena jumlah

populasinya relatif kecil yaitu berjumlah 6 orang.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No. Nama Jenis Kelamin

1. IAS Laki-laki

2. YN Perempuan

3. TT Perempuan

4. YY Perempuan

5. DH Laki-laki

(20)

33

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari pengumpulan data yaitu untuk memperoleh data yang

mampu menjelaskan atau menjawab permasalahan secara objektif. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan soal

tes tertulis tentang wacana Kegiatan Sehari-hari. Adapun tes yang

digunakan dalam penelitian adalah soal tes yang dibuat oleh peneliti

sendiri dan disesuaikan dengan kurikulum.

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau

mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian.

Pengumpulan data merupakan sebuah prosedur untuk memperoleh

data dalam usaha memecahkan permasalahan dengan menggunakan

teknik tertentu. Sehingga data yang diharapkan dapat terkumpul dan

benar-benar relevan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes. Arikunto, S (2006:150) menyatakan “tes adalah serentetan

pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau

bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Tes yang dibuat berupa tes berbentuk isian sebanyak 12 soal

dengan ketentuan mudah, sedang dan sulit. Tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes yang dibuat sendiri, peneliti menggunakan tes

isian singkat agar siswa dalam menjwab soal sesuai dengan apa yang

peneliti harapkan sehingga sangat tepat untuk mengetahui dan menilai

proses berfikir siswa tunarungu.

Untuk mencapai tujuan penelitian di atas, maka peneliti

membuat beberapa langkah untuk mempermudah peneliti dalam

(21)

1. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan gambaran rencana butir-butir soal

yang engan variabel penelitian. Kisi-kisi soal yang dibuat

mengenai kemampuan menyimak wacana kegiatan sehari-hari

dengan indicator sesuai kurikulum SDLB-B kelas 4.

2. Pembuatan butir soal

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang

telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuatlah

12 butir soal.

3. Sistem penilaian butir soal

Setelah pembuatan butir soal ditentukan, selanjutnya dibuat

suatu penilaian terhadap butir soal. Penilaian digunakan untuk

mendapatkan skor pada tahap pretest, intervensi, dan post test.

Penilaian butir soal dilakukan dengan sederhana yaitu jika siswa

dapat menjawab dengan benar mendapat skor 1 dan jika siswa

menjawab salah atau tidak menjawab maka skornya 0. setelah

dibuatkan penilaian butir soal maka tahap selanjutnya yaitu uji

coba instrumen.

2. Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen penelitian berupa tes hasil belajar tersebut

diberikan kepada anak atau siswa memiliki kualitas yang baik, maka

instrumen tes yang telah disusun diujicobakan terlebih dahulu.

Instrumen tes tersebut diperiksa dan dipertimbangkan oleh guru kelas

ataupun para ahli. Begitupun pada penyusunan kisi-kisi atau

rangkuman susunan butir instrumen diperiksa kembali oleh guru kelas

ataupun para ahli. Dengan demikian melalui proses judgemen ini

kelayakan alat pengumpul data dapat diujji cobakan.

Uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas, reabilitas, dan

tingkat kesukaran sehingga diketahui apakah alat pengumpul data

(22)

35

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian. Ujicoba penelitian

dilaksanakan di SLB Negeri Ciamis dikelas IV SDLB Tunarungu

yang berjumlah 6 orang siswa. Data hasil uji selanjutnya diolah dan

dianalisis untuk mengetahui tingkat kesukaran, validitas item dan

realibitas. Adapun proesdur perhitungannya sebagai berikut:

2.1. Uji Validitas

Suatu alat ukur dikatakan sebagai alat ukur yang valid

apabila alat ukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak

diukur secara tepat. Jadi suatu tes hasil belajar dapat dikatakan

tes yang valid apabila tes tersebut betul-betul mengukur hasil

belajar.

Tingkat validitas tes dalam pembelajaran menyimak

ini untuk mengukurnya digunakan validitas isi (content validity)

dengan teknik penilaian ahli (judgment). Validitas isi dengan

teknik penilaian ini digunakan untuk menentukan apakah tes

tersebut sesuai antara tujuan pengajaran yang ditetapkan dengan

butir soal yang dibuat, dengan kata lain suatu instrumen telah

memenuhi validitas isi jika telah memenuhi aspek-aspek yang

terkandung dalam butir soal yang dibuat.

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun

soal-soal yang bersumber dari bahan ajar mengenai kegiatan

sehari-hari. Kemudian diminta penilaian (judgment) kepada para ahli.

Setelah instrumen dinilai (judgment), data yang terkumpul

dinilai validitasnya dengan menggunakan rumus:

dimana:

F : jumlah cocok

N: jumlah penilaian ahli

P: persentasi

(23)

2.2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa

suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik

(Arikunto,2002:154).

Menurut Realibitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu

alat evaluasi. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan

yang tinggi jika tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, jika

hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi dikatakan tidak

berarti.

Selanjutnya jenis reliabilitas yang digunakan adalah

stabilitas dengan menggunakan perhitungan Rumus

Kuder-Richardson 20 (KR-20). Penguji reliabilitas instrument dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus K R 20 yaitu:

Dengan keterangan:

r11 : Reliabilitas instrumen

Vt : Varians total

p : proporsi subyek yang menjawab betul pada sesuatu butir

(proporsi subyek yang mendapat skor 1.

p :

q :

(24)

37

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Klasifikasi Indeks Reabilitas Tes (Arikunto,2002)

Nilai r Interprestasi

Tujuan dari pengumpulan data yaitu untuk memperoleh data

yang mampu menjelaskan atau menjawab permasalahan secara

objektif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan soal tes tertulis tentang operasi hitung pecahan pada

siswa tunarungu. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian adalah

soal tes yang dibuat oleh peneliti sendiri dan disesuaikan dengan

kurikulum.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data

adalah:

1. Melakukan tes awal (pretest)

Tes awal dilakukan untuk mengukur kemampuan subyek penelitian

sebelum diberikan perlakuan.

2. Melakukan test akhir (posttest)

Tes akhir dilakukan untuk mengukur kembali kemampuan subyek

penelitian setelah diberikan perlakuan.

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu mengadakan

persiapan yang mendukung terhadap proses pengumpulan data.

(25)

1. Mengurus Surat Izin

Pengurusan surat izin penelitian bertujuan untuk memenuhi

kelengkapan administrasi penelitian sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

a. Pengurusan surat izin, mulai dari pembuatan surat keputusan

pembimbing dari jurusan PLB, kemudian diajukan proposal

kepada dekan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) untuk

mendapatkan surat pengantar kepada Rektor.

b. Kemudian dari Rektorat UPI disampaikan kepada pemerintah

Kabupaten Ciamis melalui Badan Kesatuan dan Perlindungan

Masyarakat Daerah (KESBANG) dan selanjutnya diajukan ke

Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis.

c. Dari Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis tersebut penulis

dapat menyerahkan surat pengantar kepada pihak sekolah yang

dijadikan tempat penelitian, yaitu SLB Sindangsari.

2. Studi Pendahuluan / Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi di lapangan yang

akan menjadi tempat penelitian, terutama untuk mengetahui

gambaran mengenai subjek yang akan diteliti. Data observasi juga

diperoleh dari hasil wawancara dengan guru kelas.

3. Menyusun jadwal kegiatan penelitian

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menyusun jadwal

kegiatan penelitian yang dilaksanakan di SLB Sindangsari Ciamis.

Tabel 3.4

Memberikan surat izin penelitian ke

SLB Sindangsari dan memeberikan

informasi tentang penelitian yang akan

dilakukan

SLB

(26)

39

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Rabu,6

Maret 2013

Observasi terhadap subyek penelitian SLB

Sindangsari

(Pengenalan pembelajaran menyimak

menggunakan media video pantomim)

(Pembahasan urutan kegiatan

sehari-hari melalui pemutaran video

pantomime “Daily Activity”)

SLB

Sindangsari

6. Selasa, 12

Maret 2013

Pelaksanaan Traetmen III

(Menceritakan kembali isi wacana

kegiatan sehari-hari melalui

pemutaran video pantomime “Daily

Activity”)

Pelaksanaan Post test SLB

Sindangsari

4. Membuat Rencana Pembelajaran

Rencana pembelajaran dibuat sebagai acuan dalam mengajar di

dalam kelas. Adapun teknik pengajaran yang dilaksanakan oleh

peneliti yaitu dengan pemutaran video pantomime, sedangkan

materi yang akan diajarkan yaitu pembelajaran menyimak wacana

kegiatan sehari-hari.

Adapun prosedur yang ditempuh dalam pelaksanaan

(27)

a. Melakukan Pre-Test (evaluasi awal)

Waktu yang digunakan dalam melaksanakan pre-test ini adalah

1 x 35 menit, siswa melaksanakan pre-test ini sebanyak 6 orang.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

melaksanakan pre-test ini adalah:

- Mempersiapkan kelas untuk belajar

- Mengumpulkan siswa

- Memberikan penjelasan mengenai pengerjaan soal

- Siswa mengerjakan soal, tanpa dibantu dengan siapa pun.

- Mengumpulkan soal yang telah diisi oleh siswa.

- Memeriksa hasil pengerjaan siswa.

b. Pelaksanaan Intervensi

Sesuai dengan Rencana Pembelajaran yang telah dibuat,

pelaksanaan intervensi dilaksanakan 2 x 35 menit, dilakukan 4

kali intervensi, untuk menguatkan siswa lebih memahami materi

yang diberikan.

c. Melakukan Post-Test (evaluasi akhir)

Waktu yang digunakan untuk melaksanakan post-test adalah 1 x

35 menit. Pelaksanaan post-test ini terlihat sangat mudah

dibandingkan dengan pre-test sebelumnya karena siswa sudah

diberikan perlakuan (treatmen) dalam mengerjakan soal.

d. Tindak Lanjut

Pemberian tindak lanjut ini dimaksudkan memberikan dukungan

atau motivasi kepada siswa agar materi yang telah diberikan di

sekolah dipelajari kembali di rumah.

E. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari tes untuk mengukur kemampuan anak

dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan statistik non

(28)

41

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One

Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

pengujian melalui Tes Rangking-Bertanda Wilcoxon dilakukan dengan

langkah sebagai berikut:

1. Menskor tes awal dan tes akhir dari setiap penelitian.

2. Mentabulasikan skor tes awal dan tes akhir.

3. Membuat tabel perhitungan skor tes awal dan tes akhir.

4. Menghitung selisih skor tes awal dan tes akhir.

5. Menyusun rangking

6. Membubuhkan tanda (+) (-) untuk tiap rangking sesuai dengan tanda

beda.

7. Menjumlahkan semua rangking bertanda positif dan negatif

tergantung dimana yang memberi jumlah kecil untuk tanda

dihilangkan dan menulis dengan tanda T maka diperoleh T hitung.

8. Membandingkan nilai T yang diperoleh dengan T dari tabel

nilai-nilai kritis T untuk uji Wilcoxon.

9. Membuat kesimpulan, yaitu:

Hi diterima apabila T hit ≤ T tab

Hi ditolak apabila T hit > T tab

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dijelaskan pada bab

sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Media video pantomime “Daily Activity” pada pembelajaran tematik

memberikan peningkatan terhadap pemahaman siswa tunarungu kelas IV SDLB

Sindangsari Ciamis. Dengan demikian terjadi adanya perubahan hasil belajar

sebelum dan sesudah menggunakan media, ini terbukti dari hasil pre test dan post

test. Dari hasil yang telah dianalisis, didapat hasil rata-rata untuk pretest sebesar

59,7% dan hasil posttes 77,8% adanya peningkatan sebesar 18,1 %.

Hasil dari pemutaran video pantomime “Daily Activity” dalam meningkatkan kemampuan menyimak anak tunarungu pada penelitian ini baik. Karena dalam

penggunaan media ini memiliki beberapa keunggulan. Adapun keunggulan

penggunaan media video pantomime pada pembelajaran menyimak adalah:

1) video pantomim mempunyai potensi menambah penguasaan konsep dari

suatu wacana, sehingga anak mampu berfikir kongkret sampai ke arah

berfikkir abstrak.

2) Memberikan siswa pengalaman yang nyata sehingga siswa dapat

membentuk pemahaman konsep pada diri sendiri.

3) Memberikan solusi dalam materi menyimak yang kadang menjenuhkan.

4) Menumbuhkan motivasi dan berperan aktif pada proses pembelajaran.

Penggunaan media video pantomim ini dirasa penting dikarenakan sesuai

dengan kondisi siswa yang bersifat konkret. Melalui pemutaran video pantomim

ini anak dapat mengenal konsep dari materi dengan mengoptimalisasikan

(30)

53

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak

Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada

beberapa hal yang perlu peneliti sampaikan sebagai rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Dengan adanya penelitan ini, penulis harapkan dapat dimanfaatkan

guru-guru sebagai media dalam pembelajaran menyimak. Media video

pantomim ini dijadikan alternatif untuk menggunakan pendekatan metode

bervariasi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan

hasil belajar siswa tunarungu di sekolah. Dengan menggunakan video

pantomim ini, siswa akan lebih aktif dan akan termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran.

Guru dapat membuat berbagai video pantomime lain dengan kajian atau

bahan ajar yang berbeda, misalnya dengan membuat video kegiatan

ekonomi di pasar yang dipantomimkan untuk mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, dan lain sebagainya.

2. Bagi Pihak Sekolah

Sebaiknya menyediakan berbagai media konkret untuk mendukung

pembelajaran siswa salah satunya video audio visual, pantomime sebagai

suatu seni dapat dmanfaatkan sebagai media yang menjembatanai bahan ajar

yang abstrak, jadi dalam hal ini berbagai bahan ajar selain wacana juga

dapat diubah menjadi video audioviusual pantomime sehingga dapat

memperkaya pengalaman belajar siswa tunarungu dan mempermudah

penyerapan informasi yang diterima.

Selain itu pihak sekolah (dalam hal ini Kepala Sekolah)dapat

memberikan pengarahan dan masukan kepada pihak guru agar dapat

memanfaatkan berbagai media pembelajaran konkret untuk mengoptimalkan

(31)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti menyadari keterbatasan dalam informasi maupun pada

pelaksanaan penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian, oleh karena itu

perlu dilaksanakan penelitian lanjut mengenai media video pantomime pada

pembelajaran materi lainnya dengan menggunakan subjek yang berbeda,

jumlah sampel yang lebih banyak, metode yang berbeda. jumlah materi

yang lebih banyak, media yang berbeda.

Penelitian ini juga masih perlu adanya kelas control agar hasil penelitian

dapat digeneralisasikan. Sehingga memungkinkan untuk penyempurnaan

dan pengembangan kajian dlam meningkatkan kemampuan menyimak bagi

(32)

Lina Dewi Sartika, 2013

Pengaruh Pemutaran Video Pantomim “Daily Activity” Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Bagi Siswa Tunarungu Tingkat Dasar Kelas IV (Studi Eksperimen dengan Desain “One Group Pretest Postest Desain” di SLB Sindangsari Ciamis)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adjib, Hamzah. (1985). Pengantar Bermain Drama. Bandung: Rosda Karya.

Alma, Buchari. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan

Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.

Ardiana, Leo Idra, dkk. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompotensi Guru

Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia, Menyimak. Jakarta : Direktorat

SLTP Dirjen Dikdasmen Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Astuti. (2002). Menyimak. Jakarta : Depdikbud

Aubert, Charles. (1970). The Art of Pantomim. New York: Benjamin,Inc.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting

Pendidik. Bandung : Refika Aditama

Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri, Zain Aswan. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineke Cipta.

Kamidjan, (2001). Teori Menyimak. Surabaya : FBS UNESA.

Levin, Richard. (1960). Tragedy: Plays, Theory, and Criticism. New York: Harcourt Brace Javanovich,Inc.

Martini Iskandar. (2005). Language. (ONLINE) www.digilib.upi.edu/pasca/ available /etd/ etd-1205105-094801.

Rendra. (1984). Mempertimbangkan Tradisi, Jakarta: PT. Gramedia.

Sadiman, Arief . (2008). Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta : Kencana.

(33)

Subyakto, Sri Utara. (1993). Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudjana, Nana. (1991). Evaluasi Hasil Belajar Konstruksi dan Analisa. Bandung.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,

kualitatif , dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sumanto, Bakdi. (1992). Pantomim dan kita, Makalah Diskusi Kehidupan Pantomim

di Yogyakarta, Jogjakarta : tidak diterbitkan.

Susilayuwati Cecilia dan Lani Bunawan (2000). Penguasaan Bahasa Anak

Tunarungu. Jakarta : Yayasan Shanti Rama.

Syah, Muhibbin (2007) . Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia. (2008).

Menyimak.http://id.wikipedia.org/wiki/menyimak#Apakah menyimak. F. (2Febuari 2008).

Gambar

Grafik 4.1  Rekapitulasi Pretest dan Postest.................................................
Tabel 3.1 Format Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian
Tabel 3.3
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kawasan Jati Bali, pola pengaturannya tidak mengikuti sepenuhnya dari konsepsi arah orientasi ruang , perletakan bangunan

Apabila dikemudian hari baik disengaja maupun tidak, saya melakukan perbuatan yang sama dan/atau melanggar hukum lagi ataupun saya melalaikan pernyataan tersebut

Penelitian ini di lakukan di ruangan Katrili RSJ Ratumbuysang Manado pada bulan maret tentang pengaruh pemberian pendidikan kesehatan pada pasien gangguan jiwa (defisit

efisien, membuat orang paham akan dampak luas dari dilakukannya perubahan, mengkomunikasikan perubahan melalui penjelasan yang menyentuh aspek rasional maupun emosional,

Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah, berdasarkan Undang- Undang Nomor 25

Ini kerana guru mendapatkan pendedahan tentang kemahiran generik semasa di Institut Pengajian Tinggi yang berlainan seperti Institut Pendidikan Guru, Institut

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION MELALUI INTEGRASI LIFE SKILLS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK MUDA YANG POSITIF (Suatu Studi terhadap santri di pondok pesantren Darul Arqam Garut)..

Edit Per Field ini digunakan untuk mengedit data-data siswa yang telah terinput di suatu sekolah secara global perfield misal jika disuatu sekolah terdapat 200 siswa dan kita