• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap Guru dan Siswa Kelas XI SMAN 1 Tegalwaru Kabupaten Purwakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap Guru dan Siswa Kelas XI SMAN 1 Tegalwaru Kabupaten Purwakarta."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis ... 8

F. Sistematika Penulisan... 9

BAB II. LANDASAR TEORETIK ... 11

A. Kajian Bidang Studi Sejarah ... 11

1. Posisi Bidang Studi Sejarah dalam Pendidikan di Indonesia ... 11

2. Tuntutan Bidang Studi Sejarah ... 15

3. Karakteristik Bidang Studi Sejarah ... 27

B. Teori Belajar Konstrutivisme: Landasan Pembelajaran Sejarah ... 33

C. Keterkaitan Bidang Studi Sejarah dengan Teori Belajar Konstruktivisme ... 37

D. Metode Pembelajaran Make a Match ... 43

1. Keterkaitan Metode Make a Match dengan Pembelajaran Sejarah ... 46

2. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Make a Match ... 47

(2)

BAB III.METODE PENELITIAN ... 55

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55

B. Desain Penelitian ... 56

C. Metode Penelitian ... 58

D. Variabel dan Definisi Operasional ... 59

E. Instrumen Penelitian ... 61

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 62

G. Teknik Pengumpulan Data ... 63

H. Analisis Data ... 64

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 67

A. Deskripsi Temuan Hasil Penelitian ... 67

1. Profil Sekolah ... 67

2. Profil Guru Sejarah ... 79

3. Kompetensi Guru Sejarah ... 85

4. Kontribusi Make a Match terhadap Hasil Belajar ... 98

5. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Pembelajaran Make a Match ... 108

B. Analisis Hasil Penelitian ... 116

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 139

A. Kesimpulan ... 139

B. Rekomendasi ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 143

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal.

4.1 Jumlah Siswa Keseluruhan SMAN 1 Tegalwaru

Tahun Ajaran 2011/2012 ... 70

4.2 Jumlah Rombongan Belajar ... 72

4.3 Jumlah Guru Berdasarkan Kualifikasi ... 73

4.4 Jumlah Guru Berdasarkan Status... 75

4.5 Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Kualifikasi ... 75

4.6 Jumlah Tenaga Non-Guru Berdasarkan Status…..……… ... 76

4.7 Hasil Observasi terhadap Kompetensi Guru Sejarah dalam Menerapkan Pembelajaran Make a Match ... 85

4.8 Distribusi Frekuensi Data Variabel Kontribusi Metode Make a Match ... 99

4.9 Distribusi Frekuensi Data Variabel Hasil Belajar.. ……… ... 101

4.10 Hasil Uji Normalitas Variabel Kontribusi Make a Match One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test…..……… ... 103

4.11 Hasil Uji Normalitas Variabel Kontribusi Hasil Belajar One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test …..……… ... 104

4.12 Rangkuman Hasil Uji Coba Normalitas Data.. ……… ... 105

4.13 Tabel ANOVA X terhadap Y.. ……… ... 106

4.14 Tabel Koefisien regresi X terhadap Y.. ……… ... 107

4.15 Koefisien Determinasi Variabel Kontribusi Metode Make a Matc terhadap Hasil Belajar.. ……… ... 108

[image:3.595.119.478.182.561.2]
(4)
[image:4.595.124.478.222.560.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mempelajari sesuatu yang menyenangkan membuat orang seolah tidak

bekerja. Sebaliknya mempelajari sesuatu yang tidak disukai, selain cepat

membosankan, hasilnya pun tidak akan maksimal. Manusia dapat bekerja jika hatinya

menyukainya. Atas dasar asumsi itu, guru merancang strategi mengajar yang

membuat siswa suka. Tugas guru adalah mengintervensi siswa agar mereka

menyukainya. Itulah sebabnya membuat siswa suka adalah tantangan profesional

guru yang kongkrit dan fenomenal. Siswa menyukai pembelajaran sehingga proses

belajar menjadi menyenangkan merupakan harapan semua guru (Guru Pembaharu,

2010).

Profil guru yang sukses tidak memandang pekerjaan mendidik atau mengajar

sebagai suatu pekerjaan yang membosankan, yang pada gilirannya akan

menyebabkan hilangnya rasa tanggung jawab terhadap siswa yang dididik. Guru

harus menyadari bahwa mendidik merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan

tanggung jawab pribadi untuk mendidik siswa. Guru yang sukses juga harus

menganggap bahwa adanya masalah, baik dalam proses hubungan dengan siswa atau

dalam proses pembelajaran, sebagai sesuatu yang harus ditangani dan dipecahkan.

Selain itu juga harus bersedia bekerja atau melayani siswa yang lambat, bersikap

(6)

menganggap siswa sebagai pribadi yang sedang belajar, hangat dan tampak istimewa

di mata siswa yaitu mampu memberikan kesan sebagai pribadi yang hangat dalam

berhubungan dengan siswa, melihat diri sendiri sebagai orang yang berperan

memecahkan masalah yang timbul (Prayitno, 2008).

Materi pendidikan sejarah merupakan media pendidikan yang ampuh untuk

memperkenalkan kepada peserta didik tentang kegiatan dan kehidupan bangsanya dan

orang-orang yang memiliki keterkaitan dengan dirinya sebagai suatu bangsa di masa

lampau di wilayah yang sekarang dinamakan Indonesia. Melalui pelajaran sejarah

peserta didik dapat memahami tantangan yang dihadapi pada suatu kurun waktu dan

di wilayah tertentu, mengapa tantangan itu terjadi, apa yang dilakukan para pelaku

sejarah dalam menjawab tantangan tersebut, dan apa hasilnya. Tindakan apa yang

dilakukan para pelaku sejarah sehingga tidak mampu mencapai tujuan bahkan dapat

dianggap sebagai suatu kesalahan atau kegagalan, perbuatan apa yang mereka

lakukan sehingga mampu mencapai tujuan sehingga dapat dianggap sebagai suatu

keberhasilan dan memberikan dampak posistif bagi kehidupan kebangsaan

sesudahnya mau pun masa kini (Hasan, 2012: 7-8).

Hasan (2012: 25) memandang bahwa kenyataan yang ada sekarang

pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk memungkinkan anak melihat

relevansinya dalam kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD

hingga SMA, pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta sejarah

sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kering, tidak

(7)

makna dari sebuah peristiwa sejarah. Oleh karena itu sesuatu yang harus didasari

untuk pendidikan sejarah di masa mendatang adalah pendidikan sejarah sebagai

media pendidikan tidak berkenaan dengan benda mati tetapi dengan generasi yang

penuh idealisme, potensi, dan pendukung kehidupan bangsa di masa mendatang.

Sebagai manusia dia tidak hanya memiliki “intellectual intelligence” tetapi berbagai

intelligensi lain yang menjadikannya manusia. Dia harus cerdas dalam emosi, dalam

sikap, dalam kerja keras, dalam kehidupan berbangsa dan dalam kehidupan ummat

manusia. Pendidikan sejarah tidak perlu membatasi dirinya pada kaedah-kaedah ilmu

semata yang juga pada dasarnya memiliki aspek etika dan aspek afektif lainnya.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan, maka guru

terus berusaha menyusun dan menetapkan berbagai pendekatan yang bervariasi.

Salah satu metode yang diterapkan yaitu make a match atau mencari pasangan.

Penerapan pendekatan ini dimulai dari siswa yang diminta untuk mencari pasangan

kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat

mencocokkan kartunya diberi poin. Metode ini dikembangkan oleh Lorn Curran

(1994), yang bertujuan menumbuhkan suasana kelas menjadi asik dan

menyenangkan, sehingga menciptakan suasana belajar menjadi lebih aktif karena

materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tarmizi (2008), bahwa

pembelajaran kooperatif make a match menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar siswa. Pada tes awal rata hasil belajar siswa mencapai 55, siklus I

(8)

dari sebelum dilakukan tindakan sampai akhir tindakan pada setiap siklus kenaikan

pencapaian hasil belajar siswa cukup tajam. Kenaikan tersebut merupakan suatu

realita bahwa pembelajaran kooperatif metode make a match dapat meningkatkan

hasil belajar Bahasa Indonesia siswa.

SMAN 1 Tegalwaru adalah salah satu sekolah menengah atas yang terletak di

Kabupaten Purwakarta. Sebagai sekolah negeri tentunya harus memiliki kualitas yang

unggul, hal ini dapat ditunjukan dari proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa.

Potret siswa di SMAN 1 Tegalwaru terutama dalam pembelajaran di kelas

menunjukkan bahwa selama ini siswa lebih banyak bersikap individual, mengejar

ranking, mendapat nilai setinggi-tingginya. Hal tersebut juga difasilitasi oleh guru

dengan LKS (Lembar Kerja Siswa) sehingga yang muncul adalah semangat

individualis.

Untuk mencapai hasil belajar maksimal diperlukan adanya kerjasama, dalam

hal ini cooperative learning sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan,

karena seseorang bisa meraih tujuan tanpa saling mengalahkan. Melalui cooperative

learning, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk berfikir, mencari informasi

dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan

idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa

belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima

perbedaan ini. Salah satu bentuk cooperative learning dalam pembelajaran adalah

metode make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah

(9)

adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan. Pada gilirannya SMAN 1 Tegalwaru mencoba

mengambil metode tersebut dalam pembelajaran sebagai upaya mewujudkan

kerjasama diantara siswa, khususnya dalam pembelajaran sejarah.

Dari hasil observasi awal, diperoleh beberapa temuan bahwa dengan

penerapan metode ini dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan

dengan mencocokkan kartu yang yang ada di tangan mereka. Proses pembelajaran

menjadi lebih hidup, peserta didik menjadi lebih senang dengan suasana yang baru

karena disamping belajar, mereka juga bisa bermain sehingga pada akhirnya dapat

memperoleh hasil yang maksimal. Karena model ini bagus, peneliti ingin tahu

mengapa siswa lebih aktif pada saat pembelajaran sejarah berlangsung. Sehingga

peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengapa penerapan model pembelajaran

make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah.

Pada penelitian ini digunakan Mixed Method Designs, dengan Sequential

Exploratory Design. Mixed Method Designs yaitu metode penelitian yang

menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hal ini mencakup

landasan filosofis, penggunaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan

mengkombinasikan kedua pendekatan dalam penelitian. Kecenderungan ini tentunya

didasari oleh keinginan untuk menghadirkan hasil penelitian yang mencukupi

terhadap kepentingan penjelasan dan pemahaman yang lebih komprehensif. Untuk

Sequential Exploratory Design, di sini pada tahap awal peneliti menggunakan metode

(10)

kedua metode bersifat connecting (menyambung) hasil penelitian tahap pertama

(hasil penelitian kualitatif) dan tahap berikutnya (hasil penelitian kuantitatif). Oleh

karena itu pada kesempatan ini peneliti mengangkat judul penelitian “Penerapan

Pembelajaran Make a Match dan Kontribusinya terhadap Hasil Belajar Siswa

dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods

terhadap Guru dan Siswa Kelas XI SMAN 1 Tegalwaru Kabupaten

Purwakarta)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

1. Kompetensi apa yang lebih diperlukan oleh guru sejarah dalam menerapkan

metode make a match?

2. Apakah ada kontribusi pembelajaran tipe make a match terhadap hasil belajar

siswa dalam pembelajaran sejarah?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran

(11)

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Dapat menemukan kompetensi apa yang lebih diperlukan oleh guru sejarah dalam

menerapkan metode make a match.

2. Memperoleh gambaran kontribusi pembelajaran make a match terhadap hasil

belajar siswa dalam pembelajaran sejarah sejarah.

3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan

pembelajaran make a match.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat karena secara tidak langsung akan

membantu dalam pembelajaran, yaitu dapat memupuk kerja sama siswa dalam

menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang ada di tangan mereka,

membantu keaktifan siswa, kerja sama, dan meningkatkan antusias siswa dalam

belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif

(12)

menarik, meningkatkan pemahaman konsep siswa, dan mengurangi dominasi

guru dalam pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi kepala

sekolah untuk mengambil suatu kebijakan yang paling tepat dalam menerapkan

pembelajaran make a match dalam pembelajaran sejarah.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para

peneliti bidang pendidikan, untuk meneliti aspek atau variabel lain yang lebih

mendalam untuk meningkatkan hasil belajar.

E. Hipotesis

Berdasarkan kaitan antara masalah yang dirumuskan dengan teori yang

dikemukakan maka dapat disusun suatu hipotesis awal adalah Terdapat kontribusi

yang signifikan dari penerapan pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar

(13)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran

secara garis besar mengenai isi tesis ini secara keseluruhan. Adapun penulisannya

terbagi menjadi 5 Bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari

penulisan tesis. Pendahuluan berisi: Latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORETIK

Dalam suatu karya ilmiah, landasan teoretik mempunyai peran yang sangat

penting. Melalui kajian pustaka ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang

sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti

(Pedoman Penulisan UPI, 2010: 57). Bab ini mengemukakan masalah tentang kajian

bidang studi sejarah, yang terdiri dari posisi bidang studi sejarah dalam pendidikan di

Indonesia, tuntutan bidang studi sejarah, dan karakteristik bidang studi sejarah. Selain

itu, pada bab II ini juga dikembangkan tentang teori pembelajaran konstruktivis yang

merupakan landasan dari pembelajaran sejarah, keterkaitan bidang studi sejarah

dengan teori belajar konstruktivis, dan diuraikan pula elaborasi dari metode

(14)

BAB III : METODE PENELITIAN

Bahasan mengenai metode penelitian memuat beberapa komponen yaitu:

lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, variabel dan

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data dan alasan rasionalnya, kemudian analisis data yang ditujukan

untuk menjawab rumusan masalah yang ditemukan dari penelitian kualitatif dan

kuantitatif.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan

dan pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan

prosedur penelitian kuantitatif sesuai dengan desain penelitian yang diuraikan dalam

Bab III. Karena penelitian ini menggunakan penelitian gabungan antara kualitatif dan

kuantitatif, maka hasil pembahasan temuan merupakan bahasan yang terkait dengan

teori yang digunakan dalam Bab II.

BAB V : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil

analisis temuan penelitian, yang disajikan dalam bentuk kesimpulan penelitian. Bab

ini juga memuat tentang implikasi atau rekomendasi yang ditunjukkan kepada para

pembuat kebijakan, para pengguna penelitian, dan pada peneliti berikutnya yang

berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(15)
(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Untuk mengetahui subjek penelitian, yang selanjutnya dilakukan

penganalisaan terhadap subjek yang dimaksud, maka sebagai langkah awal adalah

penetapan lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai

dengan tujuan penelitian, karena dalam mengumpulkan data dibutuhkan lokasi

penelitian yang tepat. Daerah atau tempat yang dikatakan daerah penelitian atau

subjek penelitian adalah Kabupaten Purwakarta yang letaknya di Provinsi Jawa Barat.

Mengenai pemilihan sekolah, peneliti memilih Sekolah Menengah Atas Negeri

(SMAN) 1 Tegalwaru karena di sekolah ini telah diterapkan metode make a match

sehingga mempermudah peneliti untuk memperoleh data.

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tegalwaru beralamat di jalan

Warung Jeruk No 70 Kecamatan Tegalwaru Purwakarta. Dalam penelitian ini, yang

menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas XI di SMAN 1 Tegalwaru pada semester

genap. Dasar pertimbangan populasi penelitian adalah kelas XI karena di kelas ini

siswa diasumsikan telah mendapatkan pengajaran dengan metode make a match,

sehingga mempermudah peneliti mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan

(17)

Pengambilan sampel menurut Riduwan dan Sunarto (2007: 241) harus

dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar mewakili

dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Kriteria sampel

diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi dari populasi. Berdasarkan

pemikiran tersebut teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cluster sampling, yaitu cara pengumpulan sampel berdasarkan kriteria yang

diinginkan. SMA Negeri 1 Tegalwaru terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Untuk kelas

XI dan XII dibagi menjadi dua jurusan, yaitu IPA dan IPS. Selanjutnya pada

penelitian ini dipilih kelas XI karena pada kelas ini telah diberikan metode

pembelajaran make a match (kelas X belum diterapkan metode make a match).

Begitu pula dengan kelas XII sudah memperoleh metode pembelajaran make a match,

namun kelas ini sedang mempersiapkan Ujian Nasional sehingga tidak dapat

diganggu gugat. Lebih lanjut dalam penelitian ini dipilih kelas jurusan IPS sebagai

sampel dengan alasan jumlah jam pelajaran sejarah pada kelas IPS lebih banyak dari

kelas IPA. Sehingga sampel penelitian ini diambil dari seluruh siswa kelas XI IPS.

B. Desain Penelitian

Untuk mengamati masalah yang diteliti, maka peneliti menggunakan Mix

Method Problem Formulation (metode penelitian kombinasi) dengan Exploratory Research Design. McMillan berpendapat, dalam Exploratory Research Design, pada

tahap awal, peneliti melakukan“collects and analyzes qualitatative data and then

(18)

dengan mengumpulkan data kualitatif terlebih dahulu dan kemudian ditindaklanjuti

dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif akan menghasilkan

rumusan-rumusan proposisi dan kemudian diuji dengan penelitian kuantitatif.

Secara prosedural, dalam Exploratory Research Design adalah sebagai

berikut:

Pertama: pengumpulan data kualitatif

Kedua: analisis data kualitatif

Ketiga: pembuktian kualitatif

Keempat: pengembangan instrumen

Kelima: pengumpulan data kuantitatif

Keenam: analisis data kuantitatif

Ketujuh: pembuktian kuantitatif

Kedelapan: analisis kualitatif dan kuantitatif (Syam, 2009).

Oleh karena itu, pada penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk

menjelaskan hubungan yang ditemukan dalam data kualitatif. Hal ini bisa diperoleh

melalui wawancara secara lebih mendalam dengan partisipan, setelah itu baru

dilajutkan dengan mengukur data kuantitatif untuk bisa melihat hubungan

antarvariabel. Metode kualitatif dilaksanakan untuk menemukan kompetensi apa yang

diperlukan oleh guru sejarah dalam menerapkan metode make a match, juga

menemukan faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran make

a match. Sedangkan untuk pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis

(19)

pembelajaran sejarah. Adapun paradigma atau desain dalam penelitian ini

ditunjukkan pada gambar berikut:

Metode Kualitatif: Menemukan Hipotesis

C. Metode Penelitian

Metode Penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan,

yang dimaksudkan agar dapat mengarahkan dan menjadi pedoman dalam

melaksanakan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mix

Method Problem Formulation (metode penelitian kombinasi). Johnson dan

[image:19.612.110.515.196.547.2]
(20)

penelitian kombinasi sebagai berikut: “Research that involve the mixing of

quantitative and qualitative approach”, yaitu penelitian yang menggabungkan

pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sugiyono (2011: 404) memaparkan bahwa

metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan

atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan

secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang

lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.

D. Variabel dan Definisi Operasional

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan

metode make a match dan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa.

Selanjutnya, definisi operasional untuk tiap variabel tersebut antara lain:

1. Pembelajaran Make a Match

Model Pembelajaran make a match artinya model pembelajaran mencari

pasangan. Setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa kartu soal atau jawaban), lalu

secepatnya mencari pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Dari hasil

pengamatan selama ini, suasana pembelajaran dalam penerapan model pembelajaran

make a match terlihat lebih asik dan menyenangkan.

(21)

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok

untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu

jawaban.

b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan

kartunya (soal jawaban).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.

f. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

g. Kesimpulan/penutup.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah

memperoleh pengalaman belajar, yang dapat diamati dan diukur, baik perubahan

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini

adalah hasil belajar siswa SMAN 1 Tegalwaru pada mata pelajaran sejarah setelah

diberikan model pembelajaran make a match. Indikator dari hasil belajar yang

dimaksud dalam penelitian ini yaitu:

a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,

(22)

b. Perilaku yang digariskan dalam indikator tujuan pembelajaran Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah dicapai oleh anak didik baik secara

individual maupun kelompok.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah lembar wawancara,

angket, observasi, dan pengumpulan dokumen. Untuk menjawab masalah pertama,

instrumen yang digunakan adalah angket, lembar observasi dan wawancara untuk

mengungkapkan dan mengumpulkan informasi mengenai kompetensi apa yang

diperlukan oleh guru sejarah dalam menerapkan metode make a match, serta

pendapat guru mengenai faktor penghambat dan pendukung dalam penerapan

pembelajaran make a match. Wawancara dibuat dalam bentuk pertanyaan sebanyak

sepuluh pertanyaan yang dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing

dan disesuaikan dengan indikator yang ingin dicapai.

Untuk menjawab masalah kedua, instrumen yang digunakan adalah angket

untuk siswa mengenai pembelajaran make a match kemudian tes hasil belajar siswa

setelah diberikan metode pembelajaran make a match. Hasil belajar tersebut diperoleh

dari pengumpulan dokumen-dokumen guru kelas XI IPS yang mengajar pelajaran

sejarah dengan pembelajaran make a match. Selanjutnya untuk menjawab masalah

ketiga, instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan wawancara. Instrumen

(23)

pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran make a match. Instrumen

ini selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.

Untuk instrumen angket nantinya akan diberikan, baik kepada guru sejarah

maupun siswa. Bagi guru sejarah, angket akan diberikan untuk menemukan

kompetensi apa yang lebih diperlukan oleh guru sejarah dalam menerapkan metode

make a match. Sedangkan angket yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk

mendapatkan gambaran mengenai penilaian terhadap penerapan metode pembelajaran

make a match. Selanjutnya, observasi digunakan untuk pengamatan keaktifan siswa

di kelas selama pembelajaran sejarah dengan metode make a match, juga untuk

mengamati mengenai kompetensi guru sejarah ketika menerapkan metode make a

match. Instrumen yang terakhir yaitu pengumpulan dokumentasi untuk memperoleh

informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen berupa nilai hasil belajar siswa.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Dalam mengembangkan tiga instrumen yaitu lembar wawancara, angket dan

observasi, divalidasi oleh dosen pembimbing. Selanjutnya ketiga instrumen

diujicobakan dalam skala kecil untuk melihat validitas isi instrumen. Sedangkan

instrumen yang keempat tidak memerlukan proses pengembangan karena data yang

(24)

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 1996: 158). Adapun

tujuan dari observasi adalah selain sebagai eksplorasi (untuk memperkaya atau

memperluas pandangan peneliti terhadap suatu masalah) juga untuk mendeskripsikan

kehidupan sosial dengan menjaring perilaku individu sebagaimana perilaku itu terjadi

dalam kenyataan yang sebenarnya. Teknik ini peneliti gunakan untuk menggali data

tentang kenyataan-kenyataan yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian,

seperti melihat gambaran umum proses belajar mengajar di SMAN 1 Tegalwaru.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (Sudjana dan Ibrahim, 1989: 102). Teknik

ini digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data tentang kompetensi guru sejarah

serta faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran make a

match. Adapun yang menjadi objeknya adalah guru di SMAN 1 Tegalwaru.

3. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah sebuah cara atau teknik yang digunakan seorang

peneliti untuk mengumpulkan data dengan menyebarkan sejumlah kertas yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh para responden. Pertanyaan yang

ditulis dalam format kuesioner disebarkan kepada responden untuk dijawab,

(25)

dapat memperoleh data seperti pendapat dan sikap responden terhadap masalah yang

sedang diteliti.

4. Dokumentasi

Arikunto (2002: 206) mengemukakan bahwa metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Pada teknik ini,

peneliti dimungkinkan untuk memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis

atau dokumen. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah

dokumen-dokumen resmi berupa nilai hasil belajar siswa. Penggunaan dokumen-dokumentasi berupa

nilai hasil belajar siswa ini diperlukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

penerapan pembelajaran make a match terhadap hasil belajar siswa.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan

kualitatif dan kuantitatif. Dengan demikian dalam pelaksanaan analisis data penelitian

ini berusaha memadukan dua pendekatan yang berbeda, sehingga penelitian ini dapat

dikatakan menggunakan perpaduan dua metode atau mixed methods. Rahardjo (2010)

menguraikan bahwa analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti

mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya

penting atau tidak. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nasution (1988)

“analisis kualitatif telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

(26)

Selanjutnya analisis data kuantitatif dilakukan setelah pengumpulan data selesai

secara keseluruhan, kemudian diolah dan dianalisis.

Menurut Miles dan Huberman (1984) data kualitatif diperoleh dari data

reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Sebelummnya, peneliti

mengumpulkan data dari lapangan kemudian data direduksi dengan cara meringkas

data atau mengkode. Setelah direduksi data kemudian dijelaskan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar katergori, flowchart dan sejenisnya. Ketika data telah

disusun, kemungkinan kesimpulan dari data ini sudah bisa didapatkan. Upaya

penarikan kesimpulan bisa dilakukan secara terus menerus selama berada di

lapangan. Setiap kesimpulan yang ditemukan kemudian diverifikasi dengan cara

meninjau ulang catatan lapangan.

Data yang telah diperoleh dari kuesioner, kemudian diolah dan dianalisis

dengan statistik melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solutions).

Untuk menganalisis adanya kontribusi yang signifikan dari penerapan pembelajaran

make a match terhadap hasil belajar siswa, digunakan analisis regresi. Di mana

regresi ini merupakan salah satu uji dalam statistik yang digunakan untuk menguji

kontribusi dari penerapan metode make a match terhadap hasil belajar siswa.

Seperti telah dikemukakan terdapat tiga rumusan masalah yang diajukan

yaitu:

1. Kompetensi apa yang lebih diperlukan oleh guru sejarah dalam menerapkan

(27)

2. Apakah ada kontribusi pembelajaran tipe make a match terhadap hasil belajar

siswa dalam pembelajaran sejarah?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan pembelajaran

make a match?

Untuk menjawab masalah pertama, digunakan analisis data kualitatif yaitu

mendeskripsikan data hasil wawancara. Sedangkan untuk menjawab rumusan

masalah kedua digunakan analisis data kuantitatif, yaitu pengumpulan data hasil

belajar siswa setelah selesai diberikan pembelajaran. Selanjutnya untuk menjawab

rumusan masalah ketiga digunakan analisis data kualitatif yaitu pengumpulan data

hasil observasi/pengamatan yang diisi oleh peneliti untuk melihat aktivitas siswa dan

guru sejarah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran make a match, kemudian wawancara yang dilakukan kepada guru

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang sudah dijelaskan

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, setiap guru harus memiliki sedikitnya empat kompetensi ketika

menjalankan tugasnya sebagai pengajar, yaitu kompetensi professional, pedagogik,

kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi professional dan kompetensi

pedagogik merupakan kompetensi yang lebih dibutuhkan oleh guru mata pelajaran

sejarah di SMAN 1 Tegalwaru, karena dalam pelaksanaan metode make a match

seorang guru harus mampu mengolah materi dari berbagai sumber yang ada menjadi

permainan kartu. Disamping itu, dalam pelaksanaan metode make a match seorang

guru juga harus mampu mengendalikan/mengelola kelas secara maksimal, karena

penggunaan metode ini didalam kelas memungkinkan siswa menjadi aktif sehingga

memerlukan pengelolaan yang baik dan benar dari guru sejarah di SMAN 1

Tegalwaru.

Kedua, dari hasil penelitian yang dilakukan pada kelas XI IPS, dapat

diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan metode make a match tidak

memberikan kontribusi yang berarti terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi justru

memberikan dampak yang nyata terhadap perubahan sikap dan minat yakni

(29)

Karena siswa dibiasakan untuk membaca, menganalisis, kritis, dan aktif

mengeluarkan pendapatnya dengan difasilitasi oleh guru, sehingga ketika kondisi

awal siswa yang pasif dengan situasi pembelajaran yang teacher centered, menjadi

aktif dan bersemangat dengan situasi pembelajaran student centered.

Ketiga, dalam penerapan metode make a match mengalami kendala yang

menghambat lancarnya kegiatan belajar mengajar (KBM). Kendala yang dihadapi

guru lebih kepada alokasi waktu, memotivasi siswa, respon siswa yang kurang

cooperative, kemudian kompetensi guru yang kurang maksimal dalam mengelola

proses. Guru kurang mampu mengendalikan situasi kelas yang kondusif untuk

penerapan metode pembelajaran make a match. Adapun untuk faktor yang menjadi

pendukung dalam penerapan pembelajaran make a match diantaranya dilihat dari

pengetahuan guru, latar belakang pendidikan guru, pengetahuan dan keaktifan siswa,

kemudian masalah waktu dan media yang digunakan yang akan memudahkan

tercapainya keberhasilan dari penerapan metode make a match.

B. REKOMENDASI

Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan masukan ataupun

rekomendasi yang positif untuk berbagai pihak yang terkait. Agar lebih jelas peneliti

memberikan rekomendasi kepada beberapa kelompok, diantaranya:

1. Guru

Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah, maka penerapan metode

(30)

Mengingat sampai saat ini masih banyak guru yang belum memanfaatkan

penggunaan metode yang tepat agar pembelajaran di kelas menjadi lebih

menyenangkan. Penggunaan metode pembelajaran make a match akan mempermudah

siswa dalam menerima materi pembelajaran. Selain itu proses pembelajaran di kelas

menjadi lebih aktif, siswa tidak mudah bosan, berani berinteraksi, berani

mengeluarkan pendapat, lebih kritis, pandai mencari informasi dan mampu

bekerjasama dalam kelompok, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa (kognitif, afektif dan prsikomotor).

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan

metode pembelajaran make a match di kelas, terutama karena penerapan metode ini

berdampak kepada sebuah aktivitas pembelajaran yang aktif, maka perlu tindakan

tegas dari guru agar keaktifan siswa tidak berdampak menjadi sebuah kegaduhan

yang dapat mengganggu kelas yang lain. Selain itu guru juga harus mampu

mengkondisikan kelas agar siswa memiliki kesiapan dalam belajar, yang dapat

dilakukan dengan menggiring pemikiran mereka ke arah materi yang akan

disampaikan. Oleh karena itu kompetensi atau kemampuan guru sangat diperlukan,

terutama dalam penerapan metode make a match di kelas. Kompetensi tersebut

diantaranya adalah: Kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan Kompetensi

Profesional. Sehubungan dengan metode make a match, maka seorang guru harus

memiliki kompetensi profresional secara komprehensif, karena kompetensi

Profesional merupakan kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik (dalam

(31)

pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga kompetensi ini dimiliki guru dalam

menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar.

2. Pihak Sekolah

Dukung an dari pihak sekolah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan

proses pembelajaran. Sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan

kualitas pembelajaran terutama terkait dengan pengetahuan dan wawasan dalam

berbagai bidang, oleh karena itu pihak sekolah harus memberikan kesempatan kepada

guru untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pihak sekolah harus

mengupayakan dan membuat perencanaan anggaran yang dapat memenuhi semua

kebutuhan guru yang bersangkutan, sehingga dapat membantu guru dalam

(32)

Admin (2012). Keterlibatan Siswa dalam Proses Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia:http://belajarpsikologi.com/keterlibatan-siswa-dalam-proses-belajar-mengajar/. [18 September 2012].

Ahira, A. (2012). Kompetensi Guru Cerminan Guru Profesional. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/kompetensi-guru.htm [13 sept 2012].

---. (2012). 10 ciri guru profesional. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/guru-17753.htm. [15 sept 2012].

Alfian, M. (2007). “Pendidikan Sejarah dan Permasalahan yang Dihadapi”. Makalah. Disajikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se- Indonesia (IKAHIMSI), Semarang 16 April 2007.

Amin, S. (2011). Metode Make a Match: Tujuan, Persiapan, dan

Implementasinya dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://s4iful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-match-tujuan-persiapan-dan.html. [17 September 2012].

Anggara, B. (2007). “Pembelajaran Sejarah yang Berorientasi pada Masalah- Masalah Sosial Kontemporer”. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah Se-Indonesia (IKAHIMSI). Universitas Negeri Semarang, Semarang, 16 April 2007.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Baharuddin, H. dan Wahyuni, E.N. (2010). Teori Belajar & Pembelajaran.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daswan, I. (2012). Menjadi Guru Profesional. [Online]. Tersedia: http://edukasi. kompasiana.com/2012/03/07/menjadi-guru-profesional/. [16 September 2012].

(33)

Tersedia: http://education-mantap.blogspot.com/2010/10/teori-konstruktivisme-dalam.html. [22 Mei 2012].

Edukasi. (2012). Pentingnya Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/pentingnya-media-pembelajaran.html. [18 September 2012].

Guru Pembaharu. (2010). Pembelajaran yang Menyenangkan: Model

“Pemainraskidal”. [Online]. Tersedia: http://gurupembaharu.com/home /?p=11668. [18 Maret 2012].

Gani, D. (2002). Aliran Esensialisme dalam Filsafat Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://dadanggani.blogspot.com/2012/03/aliran-esensialisme-dalam-filsafat.html. [22 Mei 2012].

Guru Indonesia. (2012). Resep Menjadi Guru Hebat. [Online]. Tersedia: http://jjpkn.guru-indonesia.net/artikel_detail-27821.html. [14 sept 2012].

Hamalik, O. 2002. Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara.

Hasan, S.H. (2012). Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan

Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press.

Hasan, S.H. (Tanpa Tahun). Problematika Pendidikan Sejarah. Naskah dalam Handbook Pendidikan Sejarah: Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._

SEJARAH/194403101967101SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Beber apa_Problematik_Dalam_Pendidikan_Sejarah.pdf. [1 Mei 2012].

Hasan, S.H. (2007). Pendidikan Sejarah: Issues dan Masa Depan. Disajikan di UNIMED, Medan Tanggal 8-11 2007. Universitas Pendidikan

Indonesia. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._ PEND._SEJARAH/194403101967101SAID_HAMID_HASAN/Makal ah/ Pendidikan_Sejarah_Issues_dan_Masa_Depan.pdf. [1 Mei 2012].

(34)

Beta.

James, B.W, dkk. (1983). AV Instructional: Technology, Media, and Method. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

Jasmine 's Diary. (2010). Guru Profesional. Copyright jasmine rach17@webmail.umm.ac.id. [Online]. Tersedia: http://jasmine. student.umm.ac.id/2010/07/29/79/. [16 September 2012].

Kardisaputra, O. (2003). “Beberapa Ciri Khas Ilmu Sejarah dan Implikasinya

dalam Pengajaran Sejarah” dalam Sjamsuddin, H. & Suwirta, A. Historia Magistra Vitae: Menyambut 70 Tahun Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmadja, M.A. Bandung: Historia Utama Press.

Kochhar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Terjemahan Purwanta dan Yovita Hardiati. Jakarta: PT Grasindo.

Kharisma. (2009). Manfaat Reinforcement dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://www.stt-kharisma.org/index.php?option=com_content &view=article&id=29:manfaat-reinforcement-dalam-pembelajaran-&catid=5:artikel-pendidikan&Itemid=16. [18 September 2012].

Lie, A. (2002). Cooperative Learning. Mempraktikkan Cooperative Learning

di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Mahroussy, N. (2012). Guru Profesional Memiliki 4 Syarat. [Online]. Tersedia:

http://disdik.kaltimprov.go.id/read/news/2012/135/guru-profesional-memiliki-4-syarat.html. [11 September].

Margono. (1996). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Marjohan. (2009). Bila siswa cerdas enggan jadi guru. [Online]. Tersedia: http://jhonsangpemimpin.blogspot.com/2009_06_01_archive.html. [14 sept 2012]

Martanto, S. D, dkk. (2009). “Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial

Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa”. PKM-GT. Semarang. Tidak Diterbitkan.

Maulidariah, 2011. Pengembangan Buku Teks Geografi SMA/MA Kelas X

pada Materi Dinamika Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan dengan Menggunakan Model Dick & Carey. Tesis,

Jurusan Pendidikan Geografi, Program Pascasarjana Universitas Negeri

(35)

http://karya-2012].

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. (2010). Research in Education (Evidence

Based Inquiry) 7th edition. New Jersey: Pearson Education Inc.

MGMP TIK. (2011). Mengapa Guru Enggan Menggunakan

Media Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://mgmptik.wordpress.com/2011 /12/16/mengapa-guru-enggan-menggunakan-media-pembelajaran/ [15 sept 2012].

Miarso, Y. (2012). Peningkatan Kualifikasi Guru dalam Perspektif Teknologi

Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://sutowijoyo.tripod.com/teknologi

pendidikan/id9.html. [16 September 2012].

Miles, M..B. & Huberman, A.M. (1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook

of New Methods. London New Delhi: Sage Publications, pp. 21-23.

Mujtahid. (2010). Memahami tentang Kualifikasi Guru. [Online]. Tersedia:

http://mujtahid- komunitaspendidikan.blogspot.com/2010/01/memahami-tentang-kualifikasi-guru.html. [16 September 2012].

Mustapa, R. (2011). Belajar Sejarah Sambil Bermain, Why Not. [Online]. Tersedia: http://history1978.wordpress.com/2011/11/16/belajar-sejarah-sambil-bermain-why-not/. [28 April 2012].

Nasution. (1988). Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars.

Nerissa, R. (2011). Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match untuk

Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan pada Siswa Kelas IX C SMP Negeri 01 Kartasura Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi,

Universitas Muhammadiyah Surakarta: tidak diterbitkan.

Nihlah. (2012). Faktor yang Mempengaruhi Belajar. [Online]. Tersedia: www.unesa.ac.id/bank/docs/Pedoman_Program_S-1_KKT_Unesa.doc. [11 September 2012].

Nuraini. (2011). Konstruktivisme dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://blog.uad.ac.id/sitinuraini/category/dpp/. [28 April 2012].

Prayitno. 2008. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Padang: UNP.

(36)

%20puwanta.pdf. [2 Oktober 2012].

Rahardjo, M. (2010). Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman

Empirik). [Online]. Tersedia:. http://mudjiarahardjo.uin- malang.ac.id/materi-kuliah/221-analisis-data-penelitian-kualitatif-sebuah-pengalaman-empirik.html. [2 Oktober 2012].

Riduwan dan Sunarto. (2007). Pengantar Staistika untuk Penelitian

Pendidikan, Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung:

Alfabeta.

Santoso, B. (2011). Metode Make a Match. [Online]. Tersedia: ras-eko.blogspot.com/2011/05/metode-make-a-match.html. [5 April 2012].

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Sarutobi, A. (2011). Keaktifan Belajar Siswa. [Online]. Tersedia: http://www.buatskripsi.com/2011/01/pengertian-keaktifan-belajar-siswa.html. [18 September 2012].

Subakti, Y. R. (2010). “Paradigma Pembelajaran Sejarah Berbasis

Konstruktivisme”. Jurrnal Historia Vitae. 24, (1).

Suciptoardi. (2012). Guru Sebagai Pemimpin Konstruktivis. [Online]. Tersedia: http://suciptoardi.wordpress.com/2012/04/20/guru-sebagai-pemimpin-konstruktivis/. [28 April 2012].

Sudjana, N. dan Ibrahim. (1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.

Sudrajat, A. (2012). 10 Ciri guru y ang matang dalam merencanakan

pembelajarannya. [Online]. Tersedia: http://20211867.siap-sekolah.

com/2012/04/06/10-ciri-guru-y-ang-matang-dalam-merencanakan-pembelajaranny/. [14 September 2012].

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

(37)

http://surianto200477.wordpress.com/2009/09/17/teori-pembelajaran-konstruktivisme/. [22 Mei 2012].

Syah, D. (2007). Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Gaung Persada Press.

Syam, N. (2009). Mixed Methodology. [Online]. Tersedia: nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=35. [12 April 2012].

Tarmizi. R. (2008). Pembelajaran Kooperatif “Make a Match”. [Online]. Tersedia: http://tarmizi.wordpress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-make-a-match/. [20 Februari 2012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Widodo, R. (2009). Model Pembelajaran Make a Match (Lorna Curran, 1994). [Online]: Tersedia: wyw1d.wordpress.com/2009/11/06/model-pembelajaran-make-a-match-lorna-curran-1994/. [8 April 2012].

Widiyanto, D. (2012). Kurang Ruang Belajar, Kelas Disekat Triplek. [Online]. Tersedia: http://krjogja.com/read/126091/kurang-ruang-belajar-kelas-disekat-triplek.kr [11 sept 2012].

Widyaningsih, W. (2008). Kel. 3 Cooperative Learning sebagai Model

Pembelajaran Alternatif untuk Meningkatkan Motivasi Siswa pada Mata Pelajaran Matematika. Makalah . [Online]. Tersedia: melaluihttp://tpcommunity05.blogspot.com. [26 April 2008].

Wiyanarti, E. (Tanpa Tahun). Model Pembelajaran Kontekstual dalam

Pengembangan Pembelajaran Sejarah. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/19620718

1986012-ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf. [29 April 2012].

Yusrizal. (2009). Profile Guru yang Sukses. [Online]. Tersedia: http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2009/10/12/profile-guru-yang-sukses/. [17 September 2012].

Zaenal. (2008). Implementasi Filsafat Sejarah dan Metodologi Sejarah dalam

Pembelajaran Sejarah. [Online]. Tersedia:

(38)

Tersedia:

http://zahrathelittledesert.blog.uns.ac.id/2011/07/19/pentingnya-membangun-apersepsi-bagi-pengajar/. [14 September 2012].

Zulkipli, A. (2012). Angket / Kuesioner. [Online]. Tersedia: http://sosiotekno.blogspot.com/2012/02/angket-kuesioner.html. [2 Oktober 2012].

http://www.unesa.ac.id/bank/docs/Pedoman_Program_S-1_KKT_Unesa.doc

http://www.sarjanaku.com/2010/11/kompetensi-profesionalisme-guru.html

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/07/alasan-mengapa-metode-mengajar-harus.html

http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07110240-hilda-aziza.ps

repository.upi.edu/operator/upload/s_a0551_nur’saadah_yunita_chapter2.pdf.

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1 Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Database active ditrectory pada domain baru di windows 2003 saja telah menggunakan sekitar 25 MB, dan tentu saja akan lebih besar lagi jika anda telah menambahkan user

Dari kedua partikel tersebut memiliki sifat-sifat yang sangat bertolak belakang , sehinggga keduanya sulit disatukan.Usaha penyatuan medan boson dan medan fermion

Pengaturan masalah pornografi dalam Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 telah memunculkan subyek hukum pidana pada perbuatan pidana pornografi, yang berkaitan pula dengan

Hermawan Kertajaya (2009 : 4) juga menulis performa dari layanan yang diberikan akan membedakan perusahaan jasa yang satu dengan yang lainnya serta performa layanan yang

Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh harapan Pelanggan, Kualitas

Arifinal Chaniago (1984) dalam bukunya Perkoperasian Indonesia memberikan definisi, “Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang – orang atau badan hukum yang

Based on result of the analysis, it was found that there was insignificant influence between the control treatment and reduced micronutrients of B, Fe, and Zn on the

kecurangan ( fraud ).Praktik-praktik kecurangan yang terjadi merupakan suatu pukulan bagi dunia profesi akuntansi karena dapat menimbulkan keraguan.. masyarakat terhadap fungsi