PENATARAN KHATD3 DAN MUBALLIGH/MUBAIXIGHAH MAJELIS ULAMA EELURAHAN SARIJADI
KECAMATAN SUKASARI KOTAMADYA DT H BANDUNG Tinjauan Analisis Dari Segi Sistem dan Manajemen Pendidikan Luar Sekolah
Terhadap Pelaksanaan Penataran Khatib dan Muballigh/Muballighah Di Kelurahan Sarijadi
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung Untuk memenuhi sebagian syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Luar Sekolah
Oleh :
Muhammad Kosim Sirodjuddin
Nomor Pokok: 8832023
RPROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDrKAN BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
TTM PEMBIMBING :
Prof. Dr. H. DJudJu Sudjana, M. Ed.
Prof. Dr. H. Sutaryat Trisnamansyah, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
INSnTUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN
B A N D U N O
A B S T R A K
Menyadari
akan masalah rendahnya tingkat
pendi
dikan
umat dan kurangnya pemuka agama Islam di
Indone
sia,
maka pemerintah, masyarakat maupun
individu
yang
bersangkutan berupaya untuk meningkatkan dan
mengembang-kan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia,
khusus-nya untuk pemuka agama. Di antara upaya yang
diselengga-rakan
ialah penataran khatib dan
muballigh/muballighah
di
Kelurahan
Sarijadi
Kecamatan
Sukasari
Kotamadya
Bandung.
Sebagai salah satu jenis pendidikan luar sekolah,
penataran khatib dan muballigh/mubal1ighah,
tidak
musta-hil
penyelenggaraannya tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
pendidikan luar sekolah,
sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan
apa yang diharapkan.
Atas dugaan
tersebut
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
:
"Apakah sistem dan manajemen
penataran khatib dan
mubal-liqh/muballighah
sesuai
dengan
sistem
dan
manajemen
pendidikan
luar
sekolah"
?
Dari
fokus
penelitian
tersebut selanjutnya ingin diketahui bagaimana
komponen-komponen, fungsi-fungsi manajemen, dampak, serta
faktor-faktor pendorong dan
penghambat
penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah Majelis Ulama Kelurahan
Sarijadi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif analitik dengan
pendekatan
kualitatif,
yaitu
menuturkan dan menafsirkan data yang
ada,
kemudian
menganalisis
dan
menginterpretasi data
itu. Data digali dan dikumpulkan dengan teknik
wawanca
ra,
observasi
dan dokumentasi. Untuk
memperoleh
data
yang diperlukan kami mengadakan wawancara dengan peserta
penataran
yang
terdiri dari 3
peserta
yang
berhasil
dengan
baik
dan 3 peserta yang kurang
berhasil.
Data
lainnya
diperoleh
dari Ketua MUI
Kelurahan
Sarijadi,
Koordinator
Panitia Penyelenggara Penataran Khatib
dan
Muballigh/muballighah MU Kelurahan Sarijadi,
Tokoh Ulama
Kelurahan Sarijadi, Lurah/Seretaris Kelurahan
Sarijadi,
dan beberapa Pimpinan DKM dari Kelurahan Sarijadi.
Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh
maka
merupakan kesimpulan penting,
adalah sebagai berikut :
1. Terdapat ketidak sesuaian sistem penataran khatib dan
muballigh/muballighah
di
Kelurahan
Sarijadi dengan
sistem pendidikan luar sekolah. Panitia tidak
mengi-dentifikasi
kebutuhan
belajar
peserta,
sehingga
panitia
tidak merumuskan tujuan belajar yang
sesuai
dengan kebutuhan belajar para petatar
Becars
rinci.
2. Peserta penataran yang terlalu banyak, tidak
diiden-tifikasi karakteristik, pengalaman serta latar
bela-kang pendidikanya sehingga panitia kesulitan
penanga-nannya.
Penyelenggaraan
penataran
nampak
seperti
pengajian umum yang susah dikontrol. Penatar kesulit
an
mengembangkan
metode mengajar,
apalagi
peserta
yang terlalu banyak itu tidak dibuat
kelompok-kelom-pok seperti dikendaki Suzane Kindervatter dalam
proses empowering untuk menciptakan kemandirian
para
peserta ,
3. Penyelenggaraan penataran khatib dan
muballigh/mubal-1ighah di Kelurahan Sarijadi sudah menerapkna
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah,
hanya
kualitasnya kurang sesuai dengan prinsip-prinsip PLS,
yaitu perencanaan kurang lengkap di mana tidak
dila-kukan identifikasi peserta dan kebutuhan belajar
peserta, sehingga menyesatkan dalam merumuskan tujuan
materi belajar, mengembangkan metode pembelajaran dan
evaluasi keberhasilan penataran itu sendiri.
Pengor-ganisasian peserta yang terlalu banyak tidak diatur
yang memungkinkan terselenggaranya proses belajar
membelajarkan yang sebaik-baiknya. Penggerakan,
panitia tidak mampu memberi acuan kepada penatar
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya menilai hasil
belajar yang baku, sehingga tidak diketahui adanya
perubahan kognisi, afeksi dan psikomotor dari para
peserta penataran.
4. Manfaat yang dirasakan antara lain bahwa secara
psikologis para tamatan penataran merasa lebih ber—
tanggung jawab terhadap kemajuan Islam, mempunyai
tanggung-jawab moral untuk selalu taat beragama,
lebih aktif dalam ikut mengelola pengajian anak-anak,
dan bertambah motivasi untuk menggali ilmu dan
penge-tahuan tentang Islam, baik untuk berda'wah maupun
untuk kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR viii
UCAPAN TERIMA KASIH xi
DAFTAR ISI >;v
DAFTAR TABEL xviii
DAFTAR GAMBAR xix
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. P E N D A H U L U A N 1
A. Latar Belakang Masalah l
B. Identifikasi Masalah 9
C. Pembatasan Masalah 10
D. Perumusan Masalah 11
E. Tujuan Penelitian 12
F. Penjelasan Istilah 13
G. Kegunaan Penelitian 21
BAB II. PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBALLIGHAH
SEBAGAI SALAH SATU JENIS PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH . 24
A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah Dalam
Penataran Khatib dan Muballigh /
Mubal-lighah 24
1. Konsep Pendidikan Luar Sekolah ... 24
a. Pengertian Pendidikan Luar Seko
lah 24
b. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah .. 31 c. Sasaran Pendidikan Luar Sekolah . 33 d. Karakteristik Pendidikan Luar Se
kolah 37
2. Penerapan Konsep Pendidikan Luar Se
kolah dalam Penataran Khatib dan Mu
bal ligh/Mubal 1ighah 42
a. Penataran Khatib dan
Muballigh /
Muballighah sebagai Satuan Pendi
dikan Luar Sekolah 42
b. Penataran Khatib dan
Muballigh /
Muballighah sebagai kegiatan Proses Empowering 44
B. Konsep Sistem Dan Manajemen Pembelajar
an Pendidikan Luar Sekolah dalam Pena
taran
Khatib dan Muballigh/Muballighah.
48
1. Sistem Pembelajaran Pendidikan Luar
Sekolah 48
a. Komponen-komponen Sistem Pendidik
an Luar Sekolah 48
b. Proses Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan Muballigh /
Mubal-1ighah 57
c. Metode Pembelajaran dalam Pena
taran Khatib dan
Muballigh/Mubal-lighah 64
2. Manajemen Pembelajaran dalam Penatar
an Khatib dan Mubal1igh/Muballighah.
69
C. Kerangka Pemikiran Yang Mendasari Pene
litian 76
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN 82
A. Metode Peneltian 82
B. Subyek Penelitian 83
C. Teknik Pengumpulan Data 84
D. Instrumen Peneltian 87
E. Pengumpulan Data 87
1. Studi Penj aj agan 87
2. Pelaksanaan Pengumpulan Data 88
F. Pengolahan Data 89
BAB IV. SISTEM DAN MANAJEMEN PENATARAN KHATIB DAN MUBALLIGH/MUBALLIGHAH DI KELURAHAN SARIJA
DI 93
A. Gambaran Daerah Kelurahan Sarijadi ... 93
1. Letak dan Keadaan Daerah ... 93
2. Keadaan Penduduk 94
B. Gambaran
Pelaksanaan
Penataran
Kha
tib dan Muballigh / Muballighah di
Ke
lurahan Sarijadi 97
1. Tujuan Penyelengaraan Penataran Kha
tib dan Muballigh / Muballighah 97
2. Sistem Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan
Muballigh/Mubal1ighah
di
Kelurahan Sarijadi 100
3. Manajemen Penyelenggaraan
Penataran
Khatib dan Mubal1igh/Mubal1ighah
di
Kelurahan Sarijadi 115
C. Factor
faktor
Pendorong
dan Penghamat
Penerapan Sistem dan Manajemen
Pendi-an Luar Sekolah dalam Penataran Khatib
dan Muballigh/Muballighah di Kelurahan
Sarijadi 128
1. Faktor—faktor Pendorong
128
2. Faktor-faktor Penghambat 132
BAB
V. DISKUSI,
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
136
A. Diskusi 136
B. Kesimpulan 150
1. Kesimpulan 151
2. Beberapa Temuan Penelitian 157
C. Rekomendasi 160
1. Rekomendasi Bagi Penqelola Penataran
Khatib dan Muballigh 160
2. Rekomendasi Bagi Penelitian Selan
jutnya 163
DAFTAR PUSTAKA 166
LAMPIRAN 172
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keadaan Penduduk dan Pekerjaannya di
Kelurahan Sarijadi, Akhir tahun 1993 94
Tabel 2. Keadaan Pendidikan Penduduk di Kelu
rahan Sarijadi, Tahun 1993 95
Tabel 3. Keadaan Penduduk, Masjid Jami, Kha
tib dan Muballigh/Muballighah di Ke
lurahan Sarijadi Tahun 1993 99
Tabel 4. Materi Penataran dan Penatarnya Pada
Penataran Khatib dan Muballigh /
Mu-ballighah di Kelurahan Sarijadi, Ta
hun 1993 102
Tabel 5. Keadaan Lulusan Penataran Khatib dan
Muballigh/Muballighah di Kelurahan
Sarijadi, Tahun 1993 112
Tabel 6. Keadaan Peserta Penataran Khatib dan
Muballigh/Muballighah di Kelurahan
Sarijadi, Tahun 1993 121
Gambar 1
Gambar 2.
Gambar
Gambar 4.
Gambar 5.
DAFTAR GAMBAR
Hubungan Fungsional Antara Komponen
Komponen Pendidikan Luar Sekolas ..
Rangkaian Fungsi an Luar Sekolah
Manajemen
Pendi-Model Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan Muballigh / Muballighah
Menurut Konsep PLS
Model Penyelenggaraan Penataran
Khatib dan Muballigh / Muballighah
di Kelurahan Sarijadi, Tahun 1993.
Struktur Organisasi Panitia Penye
lenggara Penataran Khatib dan
Mu-balligh / MuMu-ballighah MU Kelurahan
Sarijadi Tahun 1993
x 1 x
Halaman
54
71
78
Ill
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Permohonan izin Penelitian
172
Lampiran 2. Ijin Penelitian dari Kantor Sosial
Politik Pemerintah Kotamadya
Daerah
Tingkat 11 Bandung 173
Lampiran
3.
Ijin
Penelitian
dari
Kantor Camat
Sukasari Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung 174
Lampiran
4. Surat Keterangan Lurah Sarijadi
....
175
Lampiran
5. Proposal / Rencana Kerja
Penyeleng
garaan Penataran Khatib dan
Mubal-ligh/Muballighah MU Kelurahan Sari
jadi Kec.
Sukasari,
Kodya Bandung
..
176
Lampiran
6. Susunan Panitia Penyelenggara Khatib
dan Muballigh/Muballighah MUI Kelu
rahan sarijadi, Tahun 1993 181
Lampiran
7. Pedoman Wawancara
183
Lampiran
8. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ke
tua MUI Kelurahan Sarijadi 216
Lampiran
9. Transkrip Hasil Wawancara dengan Ko
ordinator Panitia
Penyelenggara Pe
nataran Khatib dar. Mubal
1igh/Mubal-lighah Kelurahan Sarijadi 223
Lampiran 10. Transkrip Hasil Wawancara dengan
To-koh Ulama Kelurahan Sarijadi 229
Lampiran 11. Transkrip Hasil Wawancara dengan
Pe-serta/Lulusan Penataran Khatib dan
Muballigh/Muballighah Kelurahan Sa
rijadi 232
Lampiran 12. Transkrip
hasil
Wawancara
dengan
Pengurus DKM di Wilayah Kelurahan
Sarijadi 237
Lampiran 13. Daftar Penilaian Praktikum Penataran
Khatib dan Muballigh/Muballighah Ke
Lampiran 14. Peta Situasi Kelurahan Sarijadi
...
240
Lampiran 15. Peta Wilayah Kecamatan Sukasari Kota
madya Bandung 241
Lampiran 16. Peta Wilayah Kotamadya Bandung
....
242
BAB I
P E N D A H U L U A N
A- Latar Belakang Masalah
Hakekat
pembangunan nasional, seperti terkandung
dalam
GBHN 1993, adalah pembangunan
manusia
Indonesia
seutuhnya
dan
pembangnuan
masyarakat
Indonesia
seluruhnya.
Pembangunan
nasional
diarahkan
untuk
mencapai
kemajuan
dan
kesejahteraan
lahir
batin,
termasuk
terpenuhinya rasa aman, rasa tenteram, dan ra
sa
keadilan
serta
terjadinya
kebebasan
mengeluarkan
pendapat
yang
bertanggung
jawab
bagi seluruh rakyat..
Dengan
demikian
pembangunan yang sudah memasuki PJP II
ini tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah saja, tetapi
merupakan
usaha
perubahan yang
menekankan pada upaya
mencari keseimbangan, keselarasan dan keserasian
hubung-an hubung-antara mhubung-anusia denghubung-an Tuhhubung-annya,
antara sesama manusia
dan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.
Keberhasilan
pembangunan itu sendiri tidak dapat
dipisahkan
dari
faktor pendukungnya,
terutama
manusia
sebagai sumber daya pelaksananya.
Oleh karena itu
dite-gaskan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (Bintoro
Tjokro-amdjojo,
1986 : 1), bahwa "pembangunan itu harus dilihat
statis".
Dengan demikian dalam pembangunan ini
diakui
bahwa kedudukan,
fungsi dan
peranserta manusia sebagai
sumber
daya
utama dan kunci
keberhasilan
pembangunan
masyarakat.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Menteri
Penerangan RI (Harmoko, 1986 : 83), bahwa : "Berhasilnya
pembangunan masyarakat kita tergantung kepada peranserta
(partisipasi
aktif) seluruh rakyat, dan
disiplin
para
penyelenggaranya".
Asumsi
yang
berkembang
dalam
melaksanakan
pembangunan adalah bahwa yang
penting bukan sekedar
ter-capainya
sasaran
pembangunan, tetapi lebih
dari
pada
itu, yakni bagaimana proses untuk mencapai sasaran
pem
bangunan
itu
diupayakan.
Dengan
demikian
masyarakat
menjadi
sadar mengapa perlu membangun,
selanjutnya
ia
merasakan
bahwa
pembangunan
adalah
bagian
dari
kehidupannya, miliknya dan menjadi kewajiban serta
tang-gung jawabnya pula.
Peranserta
masyarakat
dalam
pembangunan
ini
merupakan kunci
keberhasilan,
terutama apabila
mendapat
dukungan dari
para pemuka masyarakat.
Hal
tersebut
di-kemukakan oleh Muhtadi (1979 : 43), bahwa "pemuka masya
rakat
mempunyai
pengaruh
yang
besar
terhadap .. warga
masyarakatnya, oleh karena itu perlu diikut sertakan
sebagai kader". Lebih lanjut dikemukakan oleh Muhtadi
kadang-kadang dapat gagal karena tidak
memperansertakan
secara
aktif para pemuka masyarakat". Hal
yang
senada
dikemukakan pula oleh Rahayu Hanafiah (1976 : 1), bahwa:
"...
pembangunan
berjalan
lancar
dan
berhasil
baik
jika
mendapat
dukungan dari
para
pemuka
masyarakat
setempat, termasuk para pimpinan agamanya".
Pemuka masyarakat di dalam masyrakat Muslim ada
lah
"ulama",
yang termasuk di dalamnya khatib dan
muballigh/muballighah. Ulama yaitu orang-orang yang ahli
melaksanakan
tugas
menyebarkan dan
mengamalkan
agama
Islam (Badri Sanusi, 1987 : 1).
Ulama
merupakan sumber daya manusia yang
poten-sial
dalam
pembangunan masyarakat.
Para ulama secara
kultur diakui,
disegani
dan dijadikan panutan masyara
kat. Karena
itu
para ulama sangat strategis
dijadikan
sebagai
kunci
pembangunan masyarakat.
Para ulama yang
berperan
sebagai
khatib,
muballigh / muballighah atau
da'i, diharapkan dapat menunjang pembangunan masyarakat,
baik
yang
tumbuh
dari
masyarakat
itu sendiri maupun
berupa program yang disodorkan pemerintah.
Sebagai pemuka masyarakat,
para ulama akan lebih
berhasil
dalam
membawa
ummatnya
kepada
tujuan
yang
diharapkan,
sebagaimana
dikemukakan
oleh
Badri Sanusi
(1987 : 1), ialah jika ulama itu memiliki :
nilai-nilai
dan
norma-norma agama
dalam
kehidupan
masyarakat,
(c) kemampuan
menerjemahkan
gagasan
pembangunan sebagai realisasi Pancasila, kedalam
ba-hasa yang dipahami oleh ummat Islam,
(d)
kemampuan
berperanserta
secara aktif dalam usaha
pembangunan
bangsa
sebagai pelaksana firman Allah SWT dalam
Al
Quran dan realisasi Pancasila,
(e) kemampuan membe
rikan
pendapat, saran-saran dan
petunjuk
terhadap
ide
dan
cara-cara yang dilakukan
untuk
suksesnya
pembangunan nasional.
Lain halnya dengan kenyataan di masyarakat, bahwa
penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam,
rata-rata berpendidikan rendah.
Rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat
ini
adalah
sebagai
produk lembaga-lembaga
pendidikan
sekolah
maupun
pendidikan
luar sekolah,
termasuk lembaga pendidikan keagamaan. Rendahnya tingkat
pendidikan ini akan membawa pengaruh
yang
kurang
baik
terhadap
kehidupan
bermasyarakat
dan
bernegara,
khu-susnya
dalam
pembangunan
nasional.
Hal
itu
banyak
dilontarkan
oleh
para ahli. Seperti
dikemukakan
oleh
BAKOR Jawa Barat (1979),
bahwa
:
Dalam
kehidupan di masyarakat, sebagian
besar
um
mat
Islam di
Indonesia
belum benar—benar
memahami
ajaran Islam. Hal ini disebabkan oleh isolasi ajaran
Islam
dalam berbagai aspek kehidupan.
Islam
masih
terpecah-pecah
kedalam golongan-golongan, yang
me-nyebabkan
orang
Islam
mengikuti
ideologi
bukan
Islam,
tidak senang kepada perkembangan Islam,
dan
takut
akan
perubahan
serta
gerak
pembangunan
masyarakat.Alamsyah Ratu Prawiranegara (1986 : 42-43),
juga
mengemukakan hal yang senada, yaitu :
Islam.
Ummat Islam sebagian besar kurang
mengetahui
tuntunan
agama
yang
sesungguhnya.
Kekurangan
konsepsi
metode dalam berbagai bidang seperti
poli-tik, sosial ekonomi, pendidikan dan teknologi.
Yang
menyakitkan
lagi seperti ditulis
Donald K.
Emmerson dengan nada "tendensius" ketika
memperkenalkan
Islam
di
Indonesia dewasa ini, bahwa
ummat
Islam
di
Indonesia hanyalah
minoritas yang
aktif
dalam
mayo-ritas
bilangan pada masyarakat yang majemuk
di
bawah
pemerintah yang otoriter yang sedang melakukan pembangu
nan sekuler.
Tulisnya :
"In Indonesia,
Islam
is an
active minority - within a numerical
mayority -
inside
a pluralistic
society under an authoritarian government
engaged
in
secular development".
(M. Amin
Rais,
ed.,
1992 : 41).
Emmerson melihat ummat Islam di
Indonesia
adalah
mayoritas penduduk yang sangat heterogin.
Seba
gian
besar
dari
mereka
tidak
tahu
apa-apa
tentang
Islam,
yang
dikategorikan Clifford Geertz (1989
:
1)
sebagai abangan dan
priyayi.
Rendahnya
tingkat pendidikan ummat
Islam
tidak
hanya
dirasakan oleh anggota masyarakat
sebagai
orang
awam
saja,
tetapi juga nampaknya melanda
para
pemuka
agama itu sendiri, baik mutu maupun jumlahnya.
Hal
ini
terungkap
dalam
beberapa
penelitian
yang
berkaitan
dengan kondisi para ulama di Indonesia.
Hasil
peneli
tian tersebut di antaranya dari Yayasan Pesantren
bahwa :
Dewasa
ini ummat Islam di
pedesaan
benar—benar
kekurangan
"imam"
yang mampu membimbing rokhani
dan
pemecahan masalah kehidupan, baik kehidupan
pribadi
maupun kehidupan bersama dalam melaksanakan
program-program
pembangunan
masyarakat, baik
yang
datang
dari pemerintah maupun yang berasal dari
masyarakat
setempat.
Demikian juga hasil penelitian Pusat Latihan
Pe
nelitian
dan
Pengembangan
Masyarakat
(PLP2M,
1983)
yang mengemukakan bahwa :
Dewasa
ini
terjadi
krisis
tenaga
ulama
Islam
kualitas
iman
yang
tinggi,
intelektualitas
yang
tinggi,
dan
keterampilan yang
mendasar,
sehingga
mampu
sebagai kader pembangunan
masyarakat.
Ulama
yang
memiliki
ilmu
pengetahuan
dari
pesantren,
setelah
kembali ketempat asalnya, mereka tidak
mau
dan
tidak
mampu
menjadi
kader—kader
pembangunan
masyarakat.
Senada dengan kedua hasil penelitian tersebut
di
atas,
Alamsyah Ratu Prawiranegara,
melihat
kelemahan-kelemahan
para
ulama
di
negeri
kita.
la
mengemu
kakan
(1986 : 50),
bahwa :
Para pemuka agama (ulama) di masyarakat kita
de
wasa
ini kurang lincah di dalam
membaca
sitiuasi,
sehingga kurang mampu mengambil inisiatif dan kurang
berpikir
secara
strategis, sehingga
kurang
mampu
membawa umat sesuai dengan tuntutan pembangunan.
Berdasarkan
temuan-temuan
di
atas,
yaitu
rendahnya tingkat pendidikan dan sedikitnya para
pemuka
agama, padahal mereka merupakan sumber daya manusia
po-tensial dan strategis dalam pembangunan ummat. Menyadari
maupun
individu yang bersangkutan, yang kesemuanya ber
tanggung
jawab
terhadap
pendidikan,
berupaya
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan
kualitas dan kuantitas
sumber
daya
manusia tersebut.
Dapat
dijelaskan bahwa
makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang
makin
mudah
menerima gagasan baru, serta makin terbuka terhadap
ber-bagai
perubahan
yang diperlukan
demi
masa
depannya.
Dalam hal ini David Krech (1962 : 79) menyatakan bahwa :
"Semakin
tinggi
tingkat
pendidikan seseorang, semakin
berkembang
kognisinya
dan
semakin
sadar
terhadap
situasi sekitarnya".
Pengembangan sumber daya manusia ditujukan
untuk
meningkatkan kualitas
manusia
sehingga memiliki kemam
puan yang tinggi dalam melahirkan aktivitas yang kreatif
dan produktif.
Pengembangan sumber daya manusia banyak
dibebankan kepada
usaha
pendidikan,
karena pendidikan
nasional
di Indonesia, berfungsi
untuk
"mengembangkan
kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan
tujuan
nasional"
(UUSPN
No. 2 Tahun 1989;
pasal
3).
Tujuan
pendidikan nasional
itu sendiri
(UUSPN No. 2 Tahun 1989
pasal 4), adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang : (a) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
8
dan
keterampilan; (d) sehat jasmani dan rohaninya;
(e)
berkepribadian yang mantap dan mandiri; dan (f) memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional
ter
sebut dilakukan melalui dua bentuk penyelenggaraan
pen
didikan,
yaitu pendidikan sekolah dan
pendidikan
luar
sekolah.
Pendidikan sekolah mengutamakan penguasaan ke
mampuan
umum yang transferable melalui
proses
mempela-jari konsep-konsep yang esensial dari bidang studi. Isi,
bahkan kajian ditata melalui pengembangan kurikulum yang
agak kaku sehingga siswa cenderung memperoleh hasil bel
ajar sebagaimana ditetapkan di dalamnya.
Penyelenggara
an pendidikan luar sekolah tidak sekaku dan seterbatas
pendidikan sekolah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 73
Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah, Bab IV pasal
5 ayat (1) dinyatakan bahwa : "Penyelenggaraan pendidik
an
luar sekolah dapat terdiri atas
pemerintah,
badan,
kelompok
atau
perorangan yang bertanggung
jawab
atas
pelaksanaan jenis pendidikan luar sekolah yang
diseleng-garakan".
Penyelenggaraan
pendidikan
luar
sekolah
yang
berupaya
untuk melayani kebutuhan belajar dibidang
ke-agamaan
(Agama
Islam) sudah banyak
dilakukan.
Upaya-upaya tersebut diantaranya adalah pendidikan pondok
9
penataran.
Penelitian ini akan mencoba menganalisis penatar
an
khatib dan muballigh/muballighah sebagai salah
satu
jenis
pendidikan
luar sekolah.
Penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah, dilihat dari materi yang
ditatar-kannya
yaitu
mengenai agama, maka
penataran
tersebut
termasuk
jenis pendidikan luar sekolah,
sesuai
dengan
Peraturan
Pemerintah
Republik
Indonesia No.
73
tahun
1991,
tentang Pendidikan Luar Sekolah. Dalam
Bab
III,
pasal 3 (1) PP No. 73 dikemukakan bahwa : "Jenis
pendi
dikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum,
pendi
dikan
keagamaan, pendidikan jabatan
kerja,
pendidikan
kedinasan
dan pendidikan kejuruan".
Selanjutnya
dalam
ayat 3 dikemukakan,
bahwa : "Pendidikan keagamaan
*meru-pakan pendidikan yang mempersiapkan warga belajar
untuk
dapat
menjalankan
peranan
yang
menuntut
penguasaan
khusus
tentang ajaran agama yang bersangkutan".
Dengan
demikian jelas bahwa penataran khatib dan
mubal1igh/mu
bal lighah adalah jenis pendidikan luar sekolah.
B- Identifikasi Masalah
Dengan
bermuculannya upaya-upaya peningkatan dan
pengadaan kader-kader pembangunan, khusunya untuk pemuka
pemuka
agama (ulama) sebagai sumber daya
manusia
yang
10
tidak
mustahil
penyelenggaraannya
tidak sesuai dengan
kaidah-kaidah pendidikan, sehingga hasilnya tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Penataran khatib dan muballigh/muballighah adalah
merupakan
salah
satu
jenis
pendidikan
luar sekolah.
Oleh karena itu
penyelenggaraannya
harus sesuai dengan
kaidah-kaidah
pendidikan luar sekolah, baik sistem mau
pun manajemennya.
Atas
dasar dugaan-dugaan tersebut di atas,
maka
timbul pertanyaan sebagai fokus penelitian ini, yaitu
:
"Apakah
sistem
dan
manajemen
penataran
khatib dan
mubal1igh/muballighah sesuai dengan sistem dan manajemen
pendidikan luar sekolah" ?
C Pembatasan Masalah
Mengingat
cakupan masalah penataran
khatib
dan
muballigh / muballighah ini cukup banyak dan cukup luas,
maka untuk mendapatkan data penelitian yang lengkap
dan
mendalam,
sesuai
dengan
karakteristik
penelitian ini
penulis
merasa
perlu
untuk membatasi masalah.
Adapun
ruang
lingkup penelitian ini dibatasi
pada :
1. Penyelenggaraan
penataran khatib dan muballigh/mu
bal lighah Majelis Ulama
Indonesia Kelurahan
Sarijadi
11
2. Penelitian difokuskan pada
tinjauan
analisis
dari
segi
sistem
pendidikan
luar sekolah, yang mencakup
komponen-komponen
: masukan mentah, masukan
sarana,
masukan lingkungan, proses, lingkungan lain,
keluar-an, dan dampak/pengaruh dari
penataran tersebut.
3. Penelitian ini difokuskan juga pada tinjauan analisis
dari-
segi
manajemen pendidikan luar
sekolah,
yang
mencakup : perencanaan, pengorganisasian,
penggerak-an,
pembinaan, penilaian dan pengembangan dari
pena
taran tersebut.
D. Perumusan Masalah.
Berdasarkan
uraian-uraian
di
atas
dan
hasil
penjajagan di lapangan, maka fokus penelitian ini
dapat
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah komponen-komponen
penataran
khatib dan
muballigh / muballighah Majelis Ulama Kelurahan
Sarijadi ?
2. Sejauh
manakah
kesesuaian
fungsi
manajemen pena
taran khatib dan muballigh/muballighah dengan
fungsi
manajemen pendidikan luar sekolah ?
3. Bagaimanakah hasil
penataran
khatib dan muballigh/
muballighah terhadap para peserta ?
4. Faktor-faktor
apakah
yang
menjadi pendorong
dan
luar sekolah dalam penataran
khatib
dan
muballigh/
muballighah
Majelis
Ulama
Indonesia
Kelurahan
Sarijadi ?
E. Tujuan Penelitian.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan
gambaran
pelaksanaan penataran khatib dan
muballigh/mu-ballighah ditinjau dari segi sistem dan manajemen pendi
dikan
luar sekolah, dalam upaya
meningkatkan
kualitas
dan kuantitas khatib dan muballigh / muballighah Majelis
Ulama Indonesia Kelurahan sarijadi.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk
:
1. Mendapat gambaran tentang
proses pelaksanaan kompo
nen-komponen
penataran
khatib
dan
muballigh
/
muballighah
Majelis Ulama Indonesia kelurahan
Sari
jadi dilaksanakan.
2. Mendapat gambaran tentang keseuaian komponen-komponen
sistem penataran khatib dan
muballigh /
muballighah
dengan komponen-komponen sistem pendidikan
luar seko
lah.
3. Mendapat
gambaran
tentang
kesesuaian fungsi-fungsi
komponen
manajemen
penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah
dengan
fungsi-fungsi
kompo
nen pendidikan luar sekolah.
13
peserta
penataran
khatib
dan muballigh/muballighah
selesai mengikuti penataran, dan terjun ke masyarakat
5. Mengungkapkan data yang menjadi faktor-faktor
pendo
rong
dan faktor-faktor penghambat
penerapan
sistem
dan
manajemen
pendidikan
luar
sekolah
dalam
pelaksanaan
penataran
khatib
dan
muballigh/mubal-lighah Majelis Ulama
Indonesia kelurahan Sarijadi. '
6. Memperoleh
asumsi-asumsi
baru tentang
pelaksanaan
penataran
dan satuan-satuan pendidikan luar
sekolah
lainnya,
sehingga
merupakan
masukan
bagi
penyem-purnaan dan kelengkapan Pendidikan Luar Sekolah.
F. Penjelasan Istilah
Untuk
menghidari
terjadi
kesalahpahaman
dan
perbedaan persepsi, maka akan dijelaskan beberapa
isti
lah yang berkenaan dengan judul dan fokus masalah
pene
litian ini.
!• Penataran adalah
salah
satu
bentuk
pendidikan
yang diselenggarakan di luar sekolah diberikan kepada
sekelompok orang dewasa, dengan tujuan untuk
mening
katkan
dan menambah pengetahuan dan keterampilan
di
bidang
yang
mereka
tekuni.
Penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah, dimaksudkan untuk meningkatkan
melaksa-14
nakan
tugas
sebagai
khatib
dan/atau
muballigh/
muballighah. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun
1991,
Bab
III
Pasal 3 menyatakan bahwa
jenis
pendidikan
IM3H
sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
keagamaan,
pendidikan
jabatan
kerja,
pendidikan
kedinasan,
dan pendidikan kejuruan.
Berdasarkan
PP
No.
73
tersebut, baik isinya maupun
misinya
yaitu
tentang
keagamaan dan misinya untuk mengisi
jabatan
tenaga
khatib/muballigh, maka jelas bahwa
penataran
atib
dan
muballig/muballighah itu
merupakan
jenis
pendidikan luar sekolah.
2- Khatib dan
muballigh/muballiahah. adalah para pemuka
agama (ulama) Islam.
Khatib
yaitu pemuka agama yang
kegiatan
sehari-harinya
memberikan khutbah kepada
jamaah,
khususnya
pada saat shalat Jumat dan shalat
led.
Muballigh / muballighah
berasal
dari
kata
ballagha
yang berarti memberi penerangan atau
penje-lasan.
Muballigh/muballighah yaitu pemuka agama yang
kegiatan
rutinnya
memberikan
penerangan/penjelasan
tentang
hal-hal
yang
berkaitan dengan agama Islam,
baik
yang berhubungan dengan peribadatan maupun yang
berhubungan
dengan
kehidupan
sosial
ekonomi
dan
budaya.
3- Majelis
Ulama
atau Majelis Ulama Indonesia.
adalah
15
bertukar
pikiran, menyusun dan menemukan
ide-idenya
yang baik
dalam rangka membina dan membimbing ummat,
sesuai
dengan fungsi ulama. Para ulama, baik
secara
perorangan maupun secara bersama-sama mempunyai tugas
utama
untuk
melakukan
"tafaqquh
fid
din",
dan
kemudian
memberikan
peringatan
kepada
masyarakat,
serta
membimbing
ummat
untuk
mengamalkan
ajaran-ajaran
agama dan menerapkan nilai-nilai agama
dalam
kehidupan
bermasyarakat
dan
beragama
(K.H. Hasan
Basri, 1984 : 8 dan 10).
Majelis
Ulama
dimaksudkan
sebagai suatu organisasi
ulama
yang
menghimpun para
khatib
dan
muballigh/
muballighah, yang sedang mengadakan kegiatan
penata
ran bagi sebagian anggotanya.
4- Sistem Pendidikan Luar Sekolah. yaitu suatu
himpunan
gagasan
atau prinsip-prinsip yang saling
bertauatan
yang
terjadi
pada suatu
kegiatan
pendidikan
luar
sekolah.
Sebagaimana paradigma
hubungan
fungsional
antara komponen-komponen pendidikan luar sekolah
(D.Sudjana,
1991
; 32),
yaitu meliputi
:
a- Masukan sarana, meliputi keseluruhan sumber dan
fasilitas
belajar
yang
memungkinkan
seseorang
atau
kelompok
dapat melakukan kegiatan
belajar,
seperti
:
tujuan
program
penataran,
program
16
panitia
penyelenggara penataran,
media
belajar,
biaya, dan sebagainya.
b- Masukan.
mentah,
yaitu
petatar
atau peserta
penataran
dengan
segala
karakteristiknya,
baik
ciri-ciri
yang berhubungan dengan faktor internal
maupun yang berhubungan dangan faktor eksternal.
Yang
behubungan dengan faktor internal, seperti :
pengetahuan
keagamaan,
kemampuan
membaca
Al-Quran, pengalaman
dalam bidang
kekhatiban
atau
kemuballighan, minatnya untuk mengikuti penataran,
kebutuhan belajar, dan sebagainya.
Sedangkan ciri-ciri yang berhubungan dengan faktor
faktor
eksternal meliputi status ekonomi,
status
sosial,
keadaan pendidikan, sarana
belajar
yang
dimilikinya, dan kebiasaan belajar.
c-
Masukan lingkungan. yaitu faktor-faktor
yang
me-nunjang
terlaksananya
kegiatan
penataran
dan
terlaksananya mengikuti penataran. Komponen masuk
an lingkungan
ini
meliputi
lingkungan keluarga,
lingkungan
sosial,
lingkungan
kerja,
tempat
penyelenggaraan
penataran, waktu
penyelenggaraan
penataran, tempat tinggal peserta, tempat
tinggal
penatar,'
dukungan
tokoh
masyarakat,
dukungan
pemerintah setempat,
dan sebagainya.
17
kegiatan
penataran.
Dalam penelitian ini
proses
penataran
diungkapkan bagaimana penatar
membela
jarkan peserta, termasuk penggunaan metoda, teknik
pendekatan,
strategi, penggunaan sumber
belajar,
penggunaan
media,
pemaanfaatan
lingkungan,
dan
sebagainya.
e- Keluaran,
yaitu
yang dihasilkan dari penataran,
baik
kualitasnya
maupun
kuantitasnya.
Secara
kuantitas
dapat ditelusuri
dari
dokumen-dokumen
yang
ada. Sedangkan yang menyangkut kualitas
lu-lusan, selain hasil evaluasi panitia, akan
terung-kap
dari
penampilan dan penguasaan
materi,
dan
perubahan-perubahan lain dalam kehidupan
bermasya-rakat dan beragama.
f- Masukan lain, yaitu daya dukung lain yang
memung-kinkan
para
peserta
penataran
dan
lulusan
penataran
dapat menggunakan
kemampuannya.
Untuk
ini
apakah
masyarakat
atau
jamaah
atau
DKM
menerima
dan
memberi
kesempatan
kepada
para
lulusan
penataran
untuk
memberi
ceramah
atau
tabligh keagamaan atau menjadi khatib di masjid.
9- Impact (pengaruh).
yaitu
pengaruh
dari ikut
sertanya
dalam
penataran khatib
dan
muballigh/
muballighah
dalam
kehidupan
bermasyarakat
dan
18
dan
prilaku,
perubahan
pengetahuan,
perubahan
sikap, perubahan keterampilan, kepercayaan
masya
rakat
kepadanya,
peransertanya
dalam
kehidupan
bermasyarakat dan beragama, dan sebagainya.
Dalam
kegiatan
da'wah
atau
kemuballighan,
apakah
ia
lebih
aktif
berperanserta
dalam
membelajarkan
orang
lain, dapat mengajak orang
lain ke
majelis
ta'lim,
aktivitas ia dalam
organisasi
keagamaan
seperti DKM, MUI, MDI,
ICMI, dan sebagainya.
5- Analisis
dari
segi
Sistem Pendidikan Luar Sekolah
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mengungkapkan
penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah
secara
mendalam
dari
segi
komponen-komponen
sistem
pendidikan luar sekolah.
6« Analisis dari segi Manajemen pendidikan Luar sekolah.
dimaksudkan
dalam
penelitian
ini
adalah
tinjauan
terhadap
kegiatan penataran dari segi
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan
luar
sekolah.
Fungsi-fungsi
manajemen PLS ini meliputi : perencanaan,
pengorgani-sasian,
penggerakan,
pembinaan,
penilaian
dan
pengembangan.
a- Perencanaan. menyangkut perencanaan penataran yang
meliputi
:
perumusan
tujuan
diselenggarakannya
rang-19
kaian kegiatan untuk mencapai tujuan.
b" Pengorganisasian, yaitu mengidentifikasi dan
mema-dukan sumber-sumber yang diperlukan dalam kegiatan
penataran.
Dalam pengorganisasian ini meliputi
:
menginfentarisasi
siapa
personal
pelaksana
kegiatan
atau
panitia
penataran,
siapa peserta
yang akan diikutsertakan dalam penataran (termasuk
persyaratannya),
fasilitas apa
yang
diperlukan,
alat-alat
apa yang diperlukan, berapa biaya
yang
diperlukan,
dari
mana
biaya
diperoleh,
dengan
siapa perlu kerjasama, siapa yang perlu dihubungi,
dan sebagainya.
c
Penqqerakan,
yaitu upaya untuk mewujudkan
terlak-sanananya
penataran mulai dari
panitia,
peserta
dan
sumber
belajar (penatar). Untuk komponen ini
menyangkut fungsi komunikasi antar semua yang
ter-libat,
kepemimpinan panitia dan mewujudkan
kerja
sama
antar
seluruh
komponen
panitia,
peserta,
penatar, MUI, DKM dan pemerintah setempat.
d. Pembinaan,
menyangkut
pengawasan, supervisi
dan
monitoring
terhadap
pelaksanaan
penataran.
Dari
komponen
ini
ingin
diketahui
siapa
yang
melaksanakan
pembinaan, adakah yang
melaksanakan
pembinaan,
dan
bagaimana
cara
pembinaan
yang
20
e- Penilaian,
meliputi keseluruhan fungsi
manajemen
dan
seluruh komponen,
proses, hasil dan pengaruh
kegiatan penataran. Dalam penelitian ini
diungkap
tentang berfungsi atau tidaknya komponen penilaian
dalam penataran yang
bersangkutan.
f- Pengembangan. yaitu merupakan pelaksanaan
kembali
kegiatan serupa (penataran) melalui
fungsi-fungsi
manajemen
pendidikan luar sekolah. Dalam
peneli
tian
ini
ingin
diungkapkan
ada
atau
tidaknya
maksud
untuk
pengembangan penataran
khatib
dan
muballigh/muballighah di Kelurahan Sarijadi atau
di
tingkat
yang
lebih
atas,
atau
mengadakan
penataran yang sama dengan materi yang lebih
ting-»
gi sebagai lanjutannya.
7•
Faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam
penerap-*H sistem dan manajemen pendidikanluar sekolah.
a. Faktoi—faktor pendorong dimaksudkan dalam
peneli
tian
ini
ialah
semua
faktor
yang
menjadikan
penerapan sistem dan manajemen PLS ini mudah dan
berhasil dilaksanakan,
seperti sambutan
dari wai—
ga masyarakat,
dukungan dari pemerintah setempat,
dukungan
dari tokoh-tokoh masyarakat, tersedianya
dan kesediaan
sumber belajar,
kemudahan dana dan
fasilitas, dan sebagainya.
21
hal
yang menjadi kendala dalam
penerapan
sistem
dan manajemen PLS dalam penataran, seperti :
kecu-rigaan
dari
pemuka-pemuka masyarakat,
ketakutan
kehilangan pengaruh karena akan muncul orang
lain
yang
menjadi saingan, terbentur pada
biaya,
dan
Iain-lain yang tidak menguntungkan.
G. Keaunaan Penelitian
Kegunaan
penelitian ini adalah untuk
mengetahui
kesesuaian
pelaksanaan penataran khatib dan
muballigh/
muballighah
dengan
komponen-komponen Sistem
dan
Mana
jemen Pendidikan Luar Sekolah.
Dengan
demikian peneli
tian ini memungkinkan akan diperolehnya bahan-bahan
un
tuk
menyempurnakan
pelaksanaan
penataran
dan
temuan-temuan yang berharga bagi Pendidikan Luar Sekolah.
Oleh
karena itu secara rinci kegunaan penelitian ini adalah :
1- Kegunaan Praktis
Dari
data
yang terungkap dalam
penelitian
ini
maka akan berguna untuk meningkatkan dan
menyempurnakan
pelaksanaan penataran yang serupa, sehingga
selanjutnya
akan
terdapat dampak hasil penataran yang sesuai dengan
harapan semua pihak, yaitu terpenuhinya kekurangan kha
Temuan-temuan dari penelitian ini akan
merupakan
bahan
acuan
untuk
perencanaan
program
penataran
selanjutnya,
yang sesuai dengan fungsi-fungsi
komponen
sistem
pendidikan luar sekolah dan fungsi-fungsi
mana
jemen pendidikan luar sekolah.
2" Kegunaan Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian
ini diharapkan
dapat mengembangkan teori-teori pendidikan luar sekolah,
khususnya teori-teori yang diterapkan dalam
pelaksanaan
penataran.
Hasil penelitian ini paling tidak dapat
me-nambah informasi untuk menguji keterandalan
teori-teori
yang ada yang berkaitan dengan Pendidikan Luar
sekolah,
terutama
teori-teori
Andragogi,
Sistem PLS, Manajemen
PLS dan teori-teori pendukung lainnya.
3. Kegunaan Professional
IKIP,
sebagai
perguruan
tinggi
yang
membina
professi
keguruan dan kependidikan, yang
di
antaranya
professi
kependidikan luar sekolah,
sangat
memerlukan
hasil-hasil
penelitian yang berkaitan dengan
professi-nya.
Oleh karena itu
hasil
penelitian ini akan
menjadi
salah
satu masukan untuk pengembangan
teori-teori
dan
konsep-konsep pendidikan luar sekolah.
peneli-tian
ini
sangat
penting
untuk menambah wawasan dalam
rangka
membina
professi
pendidikan
luar
sekolah,
khususnya
dalam rangka membina mahasiswa Jurusan Pendi
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Berdasarkan
studi
penjajagan
ke
lapangan,
kecenderungan
data yang ada,
dan sesuai
dengan
tujuan
penelitian, maka metode yang sesuai adalah metode
deskriptif
dengan
pendekatan
penelitian
kualitatif.
Dalam penelitian sosial seperti ini, khususnya
mengenai
interaksi manusia dengan manusia lain, lapanganlah
yang
menentukan metode.
Diutarakan oleh Perry, bahwa
"obyek-lah yang menentukan metode dan bukan sebaliknya; di mana
metode yang telah ada menentukan obyek manakah
ditetap
kan
sebagai
sasaran upaya
ilmiah"
(Koentjaraningrat,
1977 : 17).
Secara
khusus metode penelitian
tentang
pelak
sanaan
penataran khatib dan muballigh/muballighah
yang
mendalam,
pada dasarnya ingin memahami
bagaimana
inter
aksi sosial
para pelaksana dan peserta,
dan para peserta
dengan jamaahnya sebagai dampak turut sertanya dalam pe
nataran.
Hal tersebut perlu diungkap untuk
mendapatkan
gambaran yang lengkap.
Dengan
pendekatan
kualitatif
ini
diharapkan
83
dapat
menghasilkan
suatu gambaran tentang
obyek
yang
diteliti
secara utuh.
Sebagaimana
diungkapkan
Bogdan
dan
Taylor
(1975 : 5),
bahwa
"metodologi
kualitatif
sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan
data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.
Alasan
lain mengapa dengan penelitian kualitatif,
adalah dilihat dari kegunaan penelitian ini antara lain:
(a)
dapat
digunakan untuk menyelidiki
berbagai
obyek
kehidupan, (b) dapat dilakukan penelitian secara
menda-lam,
(c) dapat digunakan untuk studi
eksploratif,
dan
(d)
dalam
pengumpulan data
dapat
digunakan
berbagai
teknik,
seperti
: observasi,
wawancara,
angket,
dan
studi dokumentasi.
Konsekuensi
lain yang perlu dipertimbangkan
dari
penelitian kualitatif ini antara lain : (a) dalam
peng-ambilan
suatu
generalisasi dari
data
yang
ditemukan
belum tentu dapat berlaku bagi unit lain dalam masalah
yang sama tetapi pada kondisi yang berbeda; (b) metode
ini
biasanya memerlukan waktu yang
lama dan
dana
yang
mahal (S. Nasution, 1988 : 20).
B. Subyek Penelitian
Penelitian kualitatif berawal dari asumsi bahwa
84
lain
bahwa informasi yang sebanyak-banyaknya
dan
kaya
akan
variasi
lebih penting dari pada
jumlah
responden
yang
banyak.
Oleh
karena
itu
pengambilan
subyek
penelitian ini diupayakan subyek yang representatif.
Dengan subyek penelitian itu diharapkan dapat mengungkap
data yang terperinci dan spesifik, bukan untuk mendapat
kan data yang banyak kesamaan dan dapat
digeneralisasi-kan.
Atas dasar alasan tersebut maka subyek penelitian
ini
akan diambil 6 (enam)
orang peserta penataran
yang
terdiri dari 3 (tiga) orang peserta yang berhasil dan 3
(tiga) orang peserta yang kurang berhasil dilihat dari
hasil evaluasi yang diselenggarakan panitia penataran.
Adapun
subyek pendukung penelitian ini
adalah
panitia
penyelenggara penataran itu sendiri yang diwakili oleh 1
orang koordinator penyelenggara, 1 orang Pimpinan MUI
Kelurahan Sarijadi, 3 Pimpinan DKM dari yang mengirimkan
utusan peserta penataran. Untuk mengetahui keberhasilan
atau kurang berhasilnya penataran ini, akan ditelusuri
dari 3 orang jemaah dimana informan subyek pernah atau
sering tampil, dan 1 orang aparat Kelurahan
Sarijadi.
C. Teknik Pengumpulan Data.
85
ditempuh
melalui : studi literatur,
studi dokumentasi,
observasi dan wawancara.
1- Studi literatur. dimaksudkan adalah untuk
memperoleh
teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan
pembanding,
penguat atau penolakan terhadap temuan hasil
peneli
tian, dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982
:
28) .
2- Studi
dokumentasi. yaitu untuk mengungkap data
yang
bersifat
administratif mengenai
kegiatan
penataran
yang
terdokumentasikan.
S.
Nasution
mengemukakan
bahwa
studi dokumentasi
bermanfaat karena bahan
itu
telah ada, telah tersedia dan siap pakai, menggunakan
bahan ini tidak meminta biaya (S.Nasution, 1988 : 85)
Adapun dokumen yang akan dijadikan sumber
penelitian
ini
adalah
dokumen-dokumen
yang
berkaitan
dengan
penataran yang tersimpan di panitia penataran,
arsip
MUI dan DKM-DKM di Kelurahan Sarijadi.
3- Observasi. yaitu untuk mengetahui kegiatan penataran,
penampilan
peserta penataran dan
penampilan
lulusan
penataran. Kegiatan-kegiatan yang diobservasi adalah
kegiatan penataran yang masih berjalan beberapa
perte-muan
untuk
mengetahui
proses
pembelajaran,
adakah
kesesuaian
dengan
kaidah-kaidah
andragogi,
kaidah
metodologi, dan sebagainya.
86
diobservasi juga penampilan informan manakala ia
sedang tampil sebagai khatib atau saat menjadi
muballigh/muballighah.
4" Wawancara.
dipergunakan
karena merupakan
salah satu
teknik
pengumpulan data yang relevan
dengan
tujuan
penelitian kualitatif. S.Nasution (1982 : 150)
mengatakan
bahwa
: "wawancara merupakan
alat
yang
ampuh untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan atau
dirasakan
orang tentang berbagai
aspek
kehidupan".
wawancara ini dilakukan untuk menjaring data atau
mengungkap informasi-informasi tentang persepsi pe
serta
penataran
khatib
dan muballigh / muballighah
mengenai
perlunya
penataran,
proses
penataran,
kebaikan
dan
kekurangan pelaksanaan
penataran,
dan
sebagainya.
Pelaksanaan
wawancara ini akan mengacu pada
pedoman
wawancara, di mana pedoman wawancara ini sesuai
dengan sifat penelitian kualitatif,
selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan dan munculnya pertanyaan
baru.
Sebagai sumber data atau informan yang akan
diwa-wancarai antara lain : panitia penyelenggara, sumber
belajar
(penatar),
pengurus MUI Kelurahan
Sarijadi,
Pengurus DKM yang
mengirimkan peserta penataran,
dan
8 7
m i .
D. Instrumen Penelitian.
Untuk menggiring dan menjaring data yang
diperlukan dalam penelitian ini, yang menjadi instrumen
utama adalah peneliti sendiri. Namun untuk lebih
memu-dahkan penelitian digunakan juga pedoman—pedoman wawan
cara dan observasi, yang bisa berkembang manakala sedang
dipergunakan di lapangan sesuai dengan kebutuhan.
Latar belakang peneliti yang memungkinkan dapat
dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian ini, antara
lain : Pertama, peneliti berbekal pengetahuan dan bacaan
metode penelitian kualitatif selama mengikuti perkulia
han Metodologi Penelitian di Program Pasca Sarjana.
Kedua, kehadiran peneliti sebagai observer di lapangan
mudah diterima, karena peneliti sendiri sering hadir di
tengah-tengah mereka sebagai salah seorang pengurus MUI.
E. Pengumpulan Data.
Pada tahap pelaksanaan pengumpulan data dilalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Studi penjajagan, dilakukan ke lapangan, dimaksudkan
untuk mendapatkan data awal tentang penataran khatib
dan muballigh/muballighah, antara lain : tujuan pe
nyelenggaraan, alasan diselenggarakan, siapa yang
88
bagaimana respon masyarakat, dan bagaimana
hasilnya.
Studi
penjajagan
ini
dimaksudkan
pula
untuk
memberi tahu panitia penyelenggara tentang kedatangan
peneliti, dan sekaligus meminta ijin untuk selalu
berhubungan dengan mereka selama pengumpulan data.
Dari
studi penjajagan ini,
setelah
dipertimbangkan
dan dikaji berbagai kemungkinan untung
ruginya,
dan
berbagai
hal yang perlu dipertimbangkan,
maka
diten
tukan
: sampel penelitian, yang terdiri dari
panitia
penyelenggara,
pengurus
MUI
Kelurahan
Sarijadi,
Pengurus DKM dan peserta penataran.
2- Pelaksanaan Pengumpulan Data.
Melakukan
pengumpulan
data
dengan
teknik-teknik
yang
telah
dirancang
berikut
pedoman-pedoman pengumpulan data yang
telah
disiapkan. Pengumpulan data dilakukan dari sumber
data yang telah ditentukan sebagai sampel
penelitian
tersebut di atas.
Wawancara dengan sumber data (informan) dilakukan di
tempat yang
telah disepakati yaitu di rumahnya atau di
masjid
di mana ia melakukan kegiatan
rutin
sebagai
khatib, muballigh atau guru ngaji atau ustadz/
penga-suh majelis ta'lim, yang waktunya disesuaikan
dengan
kapan
ia berada di
tempat
yang
telah
disepakati.
Prekuensi kunjungan untuk wawancara disesuaikan
89
sifat penelitian kualitatif bahwa wawancara baru
diakhiri setelah data yang terkumpul dianggap
betul-betul sudah lengkap.
Observasi dilakukan ke tempat kegiatan penataran yang
masih berlangsung. Observasi lain dilakukan
terhadap
lulusan penataran untuk mengetahui bagaimana ia
tampil sebagai khatib di masjid. Untuk ini akan
dilakukan sesuai dengan jadwal yang dirancang DKM-DKM
dan koordinasi dengan panitia.
Observasi ke lapangan
untuk mengetahui bagaimana penampilan lulusan penata
ran akan dipandu dengan pedoman observasi.
Dokumentasi
diperlukan
untuk
melengkapi
data-data
yang
tertulis,
seperti siapa yang
terlibat
sebagai
panitia,
siapa
yang menjadi sumber
belajar,
siapa
yang
menjadi
pesertanya,
daftar
hadir
partisipasi
belajar,
materi
belajar yang disampaikan,
yang
semua-nya ada di panitia penyelenggara penataran khatib dan
muballigh/muballighah.
Dari dokumentasi
juga
dapat
ditelusuri bagaimana manajemen penataran
dilaksana-kan.
F. Pengolahan dan Analisis Data.
Sejak mulai masuk lapangan, sejak itu pula data
mulai dikumpulkan dan sejak itu pula data mulai
90
bagi peneliti untuk meninjau kembali hal-hal yang
bersi-fat meragukan.
Adapun
prosedur yang ditempuh
dalam
pengolahan
dan analisis data ini adalah : pertama. inventarisasi
dokumen-dokumen, mengelompokkan data hasil wawancara
dan
observasi,
dan
pengkodean
data
sesuai
dengan
masalah;
kedua, membuat deskripsi dari data yang
terkum-pul;
dan ketiqa. menganalisis data
sehingga
mendapat
gambaran dan kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
Analisis
data
ini berpedoman
atau
menggunakan
acuan teori-teori yang
berkaitan dengan
pendidikan
luar
sekolah,
yang
antara lain
:
komponen-komponen
sistem
pendidikan
luar
sekolah,
manajemen
pendidikan
luar
sekolah,
pemndidikan
orang
dewasa,
dan
teori-teori
BAB V
DISKUSI, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI
A. Diskusi Hasil Penelitian.
Dari beberapa data hasil wawancara dan hasil
pengamatan yang telah digambarkan di atas, maka dalam
bab ini penulis akan mencoba berdiskusi tentang penye
lenggaraan penataran khatib dan muballigh/muballighah di
Kelurahan Sarijadi dengan berfokus dari segi sistem dan
manajemen pendidikan luar sekolah, sebagaimana telah
diutarakan dalam bab II. Diskusi ini dimaksudkan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian sesuai
dengan tujuan penelitian ini.
1. Kesesuaian sistem penataran khatib dan muballigh /
muballighah Majelis Ulama Kelurahan Sarijadi dengan
sistem pendidikan luar sekolah.
Komponen-komponen sistem penataran khatib dan
muballigh/muballihah terdapat kesesuaian dengan kompo
nen-komponen sistem pendidikan luar sekolah. Tetapi pada
setiap komponen terdapat beberapa kekurangan dibanding
kan dengan yang seharusnya ada seperti dalam sistem
pendidikan luar sekolah. Untuk itu pada bab ini akan
dicoba menganalisis per komponen dari sistem penataran
tersebut.
137
a. Komponen masukan sarana.
Dalam penataran khatib dan muballigh/muballighah
di Kelurahan Sarijadi, komponen masukan sarana ini meli
puti: tujuan program, materi penataran, penatar, pani
tia penyelenggara, media, fasilitas dan biaya.
(1) Tujuan program dirumuskan sampai rumusan tujuan
intansional, yaitu hanya tujuan dari penataran itu
sendiri. Tujuan pembelajaran secara rinci tidak ada. Hal
itu akan menyulitkan untuk mengukur keberhasilan belajar
dari program penataran, karena pengukuran keberhasilan
belajar harus mengacu pada tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional (khusus). (2) Materi penataran,
ditentukan oleh panitia penataran tidak berdasarkan
kebutuhan peserta penataran di lapangan, tetapi berda
sarkan pengalaman beberapa panitia yang pernah mengikuti
penataran serupa. Seharusnya materi penataran itu dise
suaikan dengan kebutuhan peserta. Karena itu "dalam
menentukan program pendidikan yang dapat memenuhi kebu
tuhan pendidikan, perlu didahului dengan upaya mengiden
tif ikasi kebutuhan belajar" (D. Sudjana, 1991 : 168).
(3) Penatar direkrut para muballigh yang sudah ternama
di Bandung. Pengrekrutan penatar sudah cukup baik, baik
dilihat dari kredibelitasnya, maupun loyalitasnya karena
diambil dari lingkungan Majelis Ulama sendiri. Panitia
138
keahliannya
dalam bidang da'wah,
baik dalam
penguasaan
materi maupun metode da'wah sekaligus memberikan contoh.
Dilihat dari latar belakang pendidikannya, 10 dari 12
orang penatar adalah sarjana dan di antaranya sarjana
pendidikan. Di antara yang bukan sarjana, ia berpenga
laman di bidang pendidikan karena memegang lembaga
pendidikan pesantren. Karena itu para penatar pada
penataran khatib ini sangat baik, tetapi panitia kurang
dapat mengelolanya, terutama dalam mengarahkan kepada
pencapaian tujuan pembelajaran dalam penataran. (4)
Panitia penyelenggara, kesungguhan kerjanya sangat baik.
Mereka bekerja tidak pambrih yang bersifat material,
tetapi mereka bekerja dikaitkan dengan ibadah yang
semata-mata karena Allah. Karena itu motivasi bekerja
yang didasari keyakinan agama merupakan modal yang besar
dalam penyelenggaraan penataran ini.
b. Komponen Masukan Mentah.
Untuk merekrut peserta penataran, panitia
berusa-ha dengan beberapa cara, antara lain dengan mengirimkan
undangan ke tiap DKM di Kelurahan Sarijadi, mengumumkan
pada kesempatan sebelum pelaksanaan shalat Jumat, dan
mengedarkan pamplet di seluruh wilayah Kelurahan Sarija
di. Hasilnya melebihi target peserta yang direncanakan
yaitu mencapai 256 orang peserta. Hal tersebut menunjuk
139
tenaga khatib dan muballigh. Untuk khatib di Kelurahan
Sarijadi keadaannya pas-pasan, artinya untuk seluruh
masjid jami di Kelurahan Sarijadi khatib cukup tanpa ada
cadangan. Sedangkan muballigh dan muballighah dirasakan
kurang bila dibandingkan dengan jumlah penduduk (ratio
setiap 1 orang muballigh/muballighah untuk 200 orang
penduduk binaan, Tabel 3). Hal itulah yang merupakan
alasan untuk diadakan penataran, disamping meningkatkan
mutu khatib dan muballigh/muballighah yang sudah ada.
Jumlah peserta yang terlalu besar dalam sebuah
penataran tidak akan mengahsilkan prestasi yang baik.
Penataran khatib tersebut akan menjadi forum pengajian
umum yang susah untuk dikontrol, seperti diakui oleh
peserta (subyek penelitian). Dari masukan mentah yang
besar tersebut tidak dilakukan identifikasi tentang
peserta, seperti dikehendaki dalam penyelenggaraan PLS.
Hal itu penting untuk bah