• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antimikroba Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara In Vitro."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas

aeruginosa SECARA IN VITRO

Anatasia Melinda 1110104, 2014

Pembimbing I : Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA

Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran banyak terkait erat dengan kejadian-kejadian infeksi. Infeksi nosokomial termasuk infeksi yang sering terjadi pada pasien luka bakar. Diperkirakan 75 persen kematian pada pasien luka bakar disebabkan karena infeksi, baik sistemik maupun lokal

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa sebagai penyebab tersering infeksi nosokomial pada luka bakar secara in vitro.

Penelitian ini memakai metode eksperimental laboratorik bersifat komparatif dengan mengukur zona inhibisi yang terbentuk dari ekstrak etanol daun salam pada koloni Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Pengolahan data menggunakan metoda analisis statistik uji ANAVA satu arah dan Post Hoc LSD Test dengan data dengan p<0.005.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan diameter zona inhibisi rata-rata dari percobaan pada konsentrasi ekstrak 100% adalah 16.232 mm untuk Staphylococcus aureus tetapi hasil ini masih lebih rendah dibandingkan Gentamisin. Sedangkan untuk Pseudomonas aeruginosa tidak terbentuk zona inhibisi.

Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun salam mempunyai efek antimikroba yang diperlihatkan dengan terbentuknya zona inhibisi pada pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Namun ekstrak etanol daun salam tidak mempunyai efek antimikroba terhadap Pseudomonas aeruginosa.

(2)

viii

ABSTRACT

ANTIMICROBIAL EFFECTS OF ETHANOL EXTRACT OF BAY LEAVES (Syzygium polyanthum) AGAINST Staphylococcus aureus AND Pseudomonas

aeruginosa IN VITRO

Anatasia Melinda 1110104, 2014

Preceptor I: Roro Wahyudianingsih, dr., SpPA

The main problem in the field of medical science is now associated with severe infection occurrences. Nosocomial infection including an infection that often occurs in patients with burns. It is estimated that 75 percent of deaths in burn patients caused by infections, both systemic and local

The objective of this study is to determine whether the ethanol extract bay leaves (Syzygium polyanthum) have antimicrobial effects on the growth of colonies of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa as the most common cause of burn injury nosocomial infection in vitro.

This study uses comparative laboratory experimental method to measure inhibition zones formed from the ethanol extract of bay leaves on colonies of Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. The data processing method use the statistical analysis one-way ANOVA and LSD Post Hoc Test data with p <0005.

The results of this study show the average inhibition zone diameter on 100% extract concentration was 16 232 mm for Staphylococcus aureus, but this result is still lower than gentamicin. While for Pseudomonas aeruginosa does not form an inhibition zone.

The conclusions of this study is the ethanol extract bay leaf has antimicrobial effect that’s demonstrated by the formation of inhibition zone on the colonies growth of Staphylococcus aureus. But the ethanol extract of bay leaves does not have antimicrobial effects against Pseudomonas aeruginosa.

(3)

ix

PERNYATAAN PUBLIKASI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

(4)

x

2.2.4 Gangguan yang ditimbulkan oleh Staphylococcus aureus... 12

2.3. Pseudomonas aeruginosa ... 13

2.3.1 Taksonomi Pseudomonas aeruginosa... 13

2.3.2 Morfologi dan Gambaran Umum Pseudomonas aeruginosa... 14

2.3.3 Faktor Virulensi Pseudomonas aeruginosa ... 15

2.3.4 Gangguan yang ditimbulkan oleh Pseudomonas aeruginosa ... 16

2.4. Daun Salam (Syzygium polyanthum) ... 18

2.4.1 Taksonomi Daun Salam... 18

2.4.2 Deskripsi Tanaman ... 19

2.4.3 Kandungan Daun Salam ... 19

2.4.4 Kegunaan Tanaman ... 22

2.4.5 Efek samping Daun Salam ... ...22

2.4.6 Ekstrak Etanol Daun Salam ... 22

2.5. Aktivitas Antibakteri In Vitro ... 23

2.6. Gentamisin ... 24

2.6.1 Struktur Kimia ... 24

2.6.2 Aktivitas dan Mekanisme Kerja Gentamsin ... 25

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 26

3.1.1 Alat Penelitian ... 26

3.1.2 Bahan Penelitian ... 26

3.2 Metode Penelitian ... 27

3.2.1 Desain Penelitian ... 27

3.2.2 Variabel Penelitian ... 27

3.2.3 Definisi Operasional Variabel ... 27

3.2.4 Besar Jumlah Replikasi ... 28

3.3 Prosedur Kerja ... 28

3.4 Metode Analisis ... 32

3.5 Kriteria Uji ... 32

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

BAB IV HASIL, PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 34

4.1.1 Pengamatan Uji Aktivitas Anti-bakterial Ekstrak Etanol Daun Salam (Syzygium polyanthum) ... 34

(5)

xi

(6)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Rerata Zona Inhibisi yang ditimbulkan oleh Ekstrak Etanol Daun Salam dan Gentamisin terhadap S.aureus...34 4.2 ANAVA Satu Arah terhadap Zona Inhibisi pada Setiap Konsentrasi Ekstrak

Etanol Daun Salam untuk S.aureus...35 4.3 Uji Post hoc LSD terhadap Zona Inhibisi yang ditimbulkan Ekstrak Etanol

(7)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(8)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah utama dalam bidang ilmu kedokteran saat ini terkait erat dengan kejadian-kejadian infeksi. Hal tersebut ditunjukkan oleh banyaknya data-data yang memperlihatkan angka kesakitan dan kematian oleh karena penyakit-penyakit infeksi (Wisplinghoff H, 2004).

Infeksi nosokomial menurut WHO (2002) adalah adanya infeksi yang tampak pada pasien ketika dirawat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya selama 72 jam atau lebih, infeksi tersebut tidak tampak pada saat pasien diterima di rumah sakit. Infeksi nosokomial termasuk infeksi yang sering terjadi pada pasien luka bakar. Hilangnya kontinuitas kulit dan jaringan pada luka bakar membuat banyak kuman dan mikroorganisme lebih mudah untuk masuk dan membentuk koloni di tempat yang tidak seharusnya. Diperkirakan 75 persen kematian pada pasien luka bakar disebabkan karena infeksi, baik sistemik maupun lokal.

Beberapa populasi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi, yaitu: bakteri gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus koagulase negatif), bakteri gram negatif (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Serratia marcescens, Enterobacter spp.) diketahui sering menjadi kontaminan

utama pada luka bakar disamping jamur (Candida spp., Aspergillus spp., Fusarium spp.), dan virus (Church et al., 2006).

Kejadian infeksi oleh Staphylococcus aureus baik secara nosokomial ataupun di komunitas telah meningkat pada 20 tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh karena meningkatnya pemakaian alat-alat kedokteran yang bersifat intravascular seperti jarum infus, jarum suntik, dan sebagainya. Sejak tahun 1990 sampai 1992, S. aureus merupakan penyebab tersering kasus pneumonia nosokomial, infeksi

(10)

2

dengan tingginya kejadian infeksi, penanganan yang tidak adekuat menghasilkan suatu masalah baru yaitu resistensi terhadap obat. Pada penelitian di beberapa negara menemukan bahwa S. aureus resisten terhadap obat golongan penisilin dan juga turunannya seperti methicillin (Edwin D. Charlebois, 2004).

Salah satu bakteri lain penyebab infeksi nosokomial adalah Pseudomonas aeruginosa. Biasanya bakteri ini menyebabkan infeksi sekunder pada luka, luka

bakar, luka menahun pada kulit, dan juga sebagai salah satu bakteri penyebab diare pada bayi (Gupte, 1990). Endotoksin P. aeruginosa yang dihasilkan oleh bakteri Gram negatif lain, menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A yang dihasilkan banyak strain menyebabkan nekrosis jaringan (Jawetz, 2008).

Untuk itu diperlukan pengontrolan infeksi pada luka bakar dengan memberikan profilaksis yaitu antibiotik. Namun terkadang terdapat kendala dalam pengobatan dengan obat sintetik, seperti adanya reaksi alergi, resistensi, dan efek samping. Hal-hal inilah yang mendorong peneliti untuk mencari profilaksis alternatif.

Pengobatan tradisional telah digunakan oleh masyarakat Indonesia secara turun temurun. Indonesia memiliki beraneka ragam spesies tumbuhan yang berkhasiat mengobati berbagai jenis penyakit, salah satunya dapat berkhasiat sebagai antibakteri. Bahkan sebelum ada antibiotik modern, tanaman tradisional sudah lebih dahulu digunakan sebagai antibakteri.

(11)

3 1.2. Identifikasi Masalah

a. Apakah daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

b. Apakah daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk menjadikan daun salam (Syzigium polyanthum) sebagai salah satu profilaksis alternatif infeksi nosokomial pada luka bakar.

1.3.2 Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui apakah daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

b. Ingin mengetahui apakah daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa.

1.4. Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1. Manfaat Akademis

(12)

4 1.4.2. Manfaat Praktis

Memperluas wawasan terhadap efek dan manfaat daun salam sebagai antimikroba.

1.5. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1. Kerangka Pemikiran

Salam mengandung minyak atsiri (essential oil), tanin, flavonoid, alkaloid dan saponin (Sudarsono, Gunawan, Wahyuono, Donatus, & Purnomo, 2002). Minyak atsiri menyebabkan denaturasi protein dinding sel kuman. Sekuisterpenoid yang terdapat di dalam minyak atsiri juga menyebabkan kerusakan membran sel kuman oleh senyawa lipofilik. Eugenol adalah suatu zat aktif yang terkandung di dalam minyak atsiri daun salam yang berperan dalam proses menetralkan racun. (Sugarlini, 2001)

Mekanisme kerja tannin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse transcriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk

(Robinson & Padmawinata, 1995)(Nuria, Faizatun, & Sumantri, 2009). Tannin memiliki aktifitas antibakteri yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel mikroba juga menginaktifkan enzim, dan menggangu transport protein pada lapisan dalam sel (Cowan, 1999). Tannin juga mempunyai target pada polipeptida dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi kurang sempurna. Hal ini menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik sehingga sel bakteri akan mati (Sari & Sari, 2011).

(13)

5

naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar (Robinson & Padmawinata, 1995).

Alkaloids memiliki kemampuan sebagai antibakteri. Mekanisme yang diduga

adalah dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut (Robinson & Padmawinata, 1995).

1.5.2. Hipotesis Penelitian

a. Daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus. b. Daun salam berefek antimikroba terhadap bakteri Pseudomonas

(14)

39 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan simpulan sebagai berikut:

Ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang diperlihatkan dengan terbentuknya zona inhibisi Ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) tidak

mempunyai efek antimikroba terhadap Pseudomonas aeruginosa karena tidak terbentuk zona inhibisi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran sebagai berikut:

 Perlu dilakukan percobaan lanjutan bagaimana efek ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap bakteri spesies lain atau jamur.  Perlu dilakukan percobaan lanjutan bagaimana efek ekstrak daun salam

(15)

40

DAFTAR PUSTAKA

Bauman Robert. 2009. Microbiology. England : Pearson education, inc.

Brooker, Chris (editor). (2008). Ensiklopedia Keperawatan Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: EGC

Brooks,G,F., Carroll,K,C., Butel,J,S., Morse,S,A., Mietzner,A.,T. (2010) Jawetz, Melnick, and Adelberg's Medical Microbiology: McGraw-Hill.

Church D., Elsayed S., Reid O., Winston B., Lindsay R. 2006. Burn Wound Infections. Clin. Microbiol. Rev, 19(2): 403-34

Cowan, M. M. (1999). Plant Products as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiology Reviews .

Clarkson.(1997).Staphylococcus[OnLine].http://kidshealth.org/parent/infections/ bacterial_viral/staphylococcus.html [accessed 2 Juli 2014]

Dahlan, zul. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai pemerbit FKUI.

Dalimartha, S. (2003). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. edisi 2. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika

Edwin D. Charlebois, B. W. (2004). High Prevalence of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in Emergency Department Skin and Soft Tissue Infections. American Journal of Infection Control .

Forbes,B,A., Sahm,D,F., Weissfeld,A,S. (2007). Bailey and Scott’s Diagnostic Microbiology 12th ed : Mosby, Inc.

Freedberg,M,I., Eisen,A,Z., Wolff,K., Austen,K,F., Goldsmith,L,A., Katz,S.I. (2003). Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 6th Edition.United States of America: McGraw-Hill.

Gaynes, T. G. (1993). An overview of nosocomial infections, including the role of the microbiology laboratory. Clinical Microbiology Reviews .

(16)

41

Harborne JB. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan, terjemahan K.Padmawinata. Edisi II. Bandung : ITB Press. Harmita. 2005. Analisa Hayati. Jakarta : Departemen Farmasi FMIPA Universitas

Indonesia.

Jawetz, M. A. (2008). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Mill, S., Bone, K., (2000). Principles and Practice of Phytotherapy-Modern Herbal Medicine, Churchill Livingstone., Toronto.

Nuria, M. C., Faizatun, A., & Sumantri. (2009). Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak Pagar ( Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. 4.

Potter, P.A, Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari,dkk. Jakarta : EGC. 2005

Robinson, T., & Padmawinata, K. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Ryan, K.J., J.J. Champoux, S. Falkow, J.J. Plonde, W.L. Drew, F.C. Neidhardt, and C.G. Roy. 1994. Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd ed. Connecticut: Appleton&Lange. p.254.

Sari, F. P., & Sari, S. M. (2011). Ekstraksi Zat Aktif. Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida Linn) sebagai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami. 6.

Sudarsono, Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I., & Purnomo. (2002). Tumbuhan Obat II : Hasil Penelitian, Sifat-sifat, dan Penggunaan.

Yogyakarta: Pusat Studi Obat Tradisional UGM.

Sugarlini. (2001). Telaah Fitokimia dan Bahan Aktif Anti Radang dari Daun Salam (Syzygium Polyanthum (Wight) Walp). Tesis S2 Departemen Farmasi ITB .

(17)

42

Todar.K, (2008). Pseudomonas aeruginosa Todar’s online textbook of bacteriology. http://textbookofbacteriology.net/pseudomonas.html [accessed June 2014]

Underwood, J.C.E. 2000. Patologi Umum dan Sistemik. Vol.2. 2nd ed. Jakarta: EGC

Van Steenis, C. G. G. J., 2003. Flora. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Vasanthakumari,R. (2007) Textbook of Microbiology. New Delhi: BI Publications Voigt. (1984). Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani

Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta.

Warsa, U.C. 1994. Staphylococcus dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara. hal. 103-110.

Wisplinghoff H, B. T. (2004). Nosocomial bloodstream infections in US hospitals. oxford journals .

Referensi

Dokumen terkait

1. Hukum pidana di Indonesia telah menganut sistem dimana peran serta masyarakat memiliki ruang untuk turut berperan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak

Based on the calculation of the t test (Table 4), it indicates that thesignificance values among all variables are &lt;0.05, which mean that SERVPERF dimensions including

o Metropolitan Area Network (MAN) : jaringan kecepatan tinggi untuk node yang terdistribusi dalam jarak jauh (biasanya untuk satu kota atau suatu daerah besar).. o Wide Area

Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara ersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan

Dengan demikian berdasarkan hasil pemahaman dan teori ahli maka dalam penelitian tindakan kelas ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar sehingga dapat

[r]

Pengambilan data arus lalu lintas kendaraan dilakukan dengan cara merekam pergerakan kendaraan, geometri simpang dilakukan dengan cara mengukur langsung menggunakan roda

Sebaran suhu air laut menunjukkan nilai tertinngi menuju ke arah darat, sebaliknya untuk salinitas nilainya makin rendah karena masih memiliki pengaruh dari air