UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus METODE DISC DIFFUSION
SKRIPSI
Oleh : Wina Rohana Puteri
1908260013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN
2023
UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus
aureus METODE DISC DIFFUSION
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh : Wina Rohana Puteri
1908260013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN
2023
HALAMAN PERNYATAAN ORISIONALITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Wina Rohana Puteri
NPM : 1908260013
Judul Skripsi : Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Salam (Syzigium Polyanthum) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Metode Disc Diffusion
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Demikian pernyataan ini saya perbuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan, 25 Desember 2023
(Wina Rohana Puteri)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, karena berkat rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih saya kepada :
1. Orang tua saya didikan pertama saya dan motivasi saya Bapak Siryanto dan cinta yang tulus Ibunda Darwisah yang telah memberikan saya doa yang tidak pernah putus sampe akhir hayat, memberikan motivasi, nasihat, dan seluruh hidupnya untuk pendidikan dokter putri satu satunya yaitu saya dan segala kehidupan saya.
2. dr. Siti Masliana Siregar, Sp.THT-KL(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
3. dr. Isra Thristy, M.Biomed, selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan saran, motivasi, bimbingan, dan waktu bagi penulis.
4. dr. Ance Roslina, M.Kes, selaku penguji pertama yang telah memberikan nasihat, koreksi, kritik dan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.
5. dr. Ilham Hariaji, M.Biomed, selaku penguji kedua yang telah memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
6. dr. Happy Jelita Sari Batubara, M.KM, Sp.KKLP, selaku dosen Pembimbing Akedemik yang selalu memberi motivasi dan arahan kepada saya.
7. Teman-teman seperjuangan saya Viony Rachman budiman, Gita Dara Khairunnisa, Nur’Amira desika putri wahyudi, yang telah berkontribusi menemani saya dalam penelitian, Dini khairany, Hardita Aulia Enda Harahap, Nurul Hidayati yang telah mendukung saya dalam pengerjaan skrispsi ini.
8. Seluruh teman-teman angkatan 2019 yang tidak dapat di sebutkan satu persatu.
9. Serta pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah ikut serta dalam membantu skripsi saya.
10. Kepada Wina Rohana Puteri, diri sendiri. Terimakasih ya sudah bertahan sejauh ini, terimakasih telah melewati semua hal sulit dan pahit dalam hidup ini.
Akhir kata, saya berharap Allah berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu saya. Semoga skripsi ini membawa manfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 25 Desember 2023
(Wina Rohana Puteri)
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wina Rohana Puteri NPM : 1908260013
Fakultas : Kedokteran
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyutujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas skripsi saya yang berjudul “Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Salam (Syzigium polyanthum) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Metode Disc Diffusion”, beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan tulisan, akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 25 Desember 2023
Yang Menyatakan
Wina Rohana Puteri
ABSTRAK
Latar Belakang : Sekitar 30% Staphylococcus aureus berkoloni di tubuh manusia. Bakteri ini adalah salah satu mikroorganisme yang memicu berbagai penyakit infeksi, diantaranya infeksi jaringan lunak dan kulit, endokarditis, osteomyelitis, bakteremia, dan pneumonia letal. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan zat aktif pembunuh bakteri yang terkandung dalam tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pilihan alternatif yaitu daun salam (Syzygium polyanthum). Kandungan flavonoid, tanin dan minyak atsiri pada daun salam (Syzygium polyanthum) diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Metodologi : Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental Teknik yang digunakan untuk mengukur aktivitas antibakteri adalah Disc Diffusion. Hasil Penelitian : Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum) dengan konsentrasi 10%, 30%, dan 50% menghasilkan rata-rata diameter zona bening masing-masing yaitu 14,83 mm, 20,00 mm, dan 13,50 mm. Sedangkan diameter zona bening kloramfenikol yaitu 20,33 mm dan pada aquadest tidak diperoleh zona bening. Kesimpulan : Ekstrak daun salam dengan konsentrasi 30% memiliki zona bening tertinggi pada kelompok perlakuan.
Kata kunci : Daun salam, Staphylococcus aureus, Antibakteri
ABSTRACT
Background: About 30% of Staphylococcus aureus colonizes the human body.
This bacteria is one of the microorganisms that triggers various infectious diseases, including soft tissue and skin infections, endocarditis, osteomyelitis, bacteremia, and lethal pneumonia. One alternative that can be done is to use active substances that kill bacteria contained in medicinal plants. One plant that can be used as an alternative choice is bay leaves (Syzygium polyanthum). The content of flavonoids, tannins and essential oils in bay leaves (Syzygium polyanthum) is thought to have antibacterial activity. Methode : This research uses experimental research methods. The technique used to measure antibacterial activity is Disc Diffusion. Results: The research results show that bay leaf extract (Syzigium polyanthum) with concentrations of 10%, 30%, and 50% produces an average clear zone diameter of 14.83 mm, 20.00 mm, and 13, respectively. 50mm.
Meanwhile, the diameter of the clear zone for chloramphenicol was 20.33 mm and no clear zone was obtained in distilled water. Conclusion: Bay leaf extract with a concentration of 30% had the highest clear zone in the treatment group.
Keywords: Bay leaves, Staphylococcus aureus, Antibacterial
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ... 7
1.1. Latar Belakang ... 7
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.3.1. Tujuan Umum ... 9
1.3.2. Tujuan Khusus ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Daun Salam (Syzygium polyanthum) ... 11
2.1.1. Klasifikasi Daun Salam ... 11
2.1.2. Morfologi Daun Salam ... 11
2.1.3. Kandungan Daun Salam ... 15
2.2. Staphylococcus aureus ... 16
2.2.1. Klasifikasi Staphylococcus aureus ... 16
2.2.2. Morfologi Staphylococcus aureus ... 16
2.3. Kloramfenikol ... 17
2.4. Metode Disc Diffusion ... 18
2.5. Kerangka Teori ... 18
2.6. Kerangka Konsep ... 18
2.7. Hipotesis ... 18
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19
3.1. Definisi Operasional ... 19
3.1.1. Variabel Penelitian... 20
3.2. Jenis Penelitian ... 20
3.3. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
3.4. Sampel Penelitian ... 20
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 20
3.6. Teknik Analisa Data ... 20
3.7. Alat dan Bahan ... 20
3.8. Cara Kerja ... 21
3.9. Pengolahan Data dan Analisa ... 23
3.10. Tahapan Penelitian ... 23
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
BAB 5 KESIMPULAN ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Batang Daun Salam ... 12
Gambar 2.2. Daun Salam ... 13
Gambar 2.3. Bunga Daun Salam ... 14
Gambar 2.4. Buah Daun Salam ... 15
Gambar 2.5. Morfologi Staphylococcus aureus ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ... 42
Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian ... 43
Lampiran 3. Uji Anova ... 44
Lampiran 4. Uji Post Hoc... 45
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian ... 47
Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup ... 49
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap individu termasuk manusia berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan. Manusia memiliki sejumlah mikroorganisme bakteri yang hidup di tubuhnya. Mikroorganisme itu disebut dengan flora normal. Bakteri flora normal tidak menyebabkan penyakit jika kadarnya dalam ambang batas normal.1 Namun bakteri flora normal juga dapat menjadi sumber infeksi. Staphylococcus aureus dan Escherichia coli adalah salah satu agen infeksi terbanyak pada manusia.2
Insiden tahunan bakteremia S. Aureus (SAB) di Amerika Serikat adalah 38,2 hingga 45,7 per 100.000 orang per tahun. Di tempat lain di negara industri, kejadiannya kira-kira 10 sampai 30 per 100.000 orang-tahun. Angka ini lebih tinggi pada populasi tertentu (misalnya pasien yang menjalani hemodialisis). Angka kematian SAB yang disebabkan oleh semua penyebab dalam 30 hari adalah 20 persen.3
Sekitar 30% Staphylococcus aureus berkoloni di tubuh manusia. Bakteri ini adalah salah satu mikroorganisme yang memicu berbagai penyakit infeksi, diantaranya infeksi jaringan lunak dan kulit, endokarditis, osteomyelitis, bakteremia, dan pneumonia letal.4 Saat ini pilihan obat yang efektif dalam penggunaan klinis dengan sedikit resistensi terhadap Staphylococcus aureus adalah vankomisin, quinupristin-dalfopristin, linezolid, tigecycline, telavancin, ceftaroline, dan daptomycin.5
Saat ini, tingkat reisisteinsi bakteiri Staphylococcus aureius seimakin tinggi kareina bakteiri teirseibut reisistein teirhadap antibiotik diantaranya adalah VISA (Vancomycin Inteirmeidiatei Staphylococcus aureius), MRSA (Meithicillin-reisistant Staphylococcus aureius), dan VRSA (Vancomycin-reisistant Staphylococcus aureius). Preivaleinsi VRSA adalah 2% seibeilum tahun 2006, 5% pada tahun 2006–
2014, dan 7% pada tahun 2015–2020 yang meinunjukkan peiningkatan freikueinsi VRSA seibeisar 3,5 kali lipat antara seibeilum tahun 2006 dan 2020. Preivaleinsi
VRSA adalah 5% di Asia, 1% di Eiropa, 4% di Ameirika, 3% di Ameirika Seilatan, dan 16% di Afrika. Freikueinsi VRSA yang diisolasi dari sampeil klinis, non-klinis, dan campuran masing-masing adalah 6%, 7%, dan 14%. Preivaleinsi VRSA adalah 12% meinggunakan meitodei disc diffusion, 7% meinggunakan meitodei beirbasis MIC, dan 4% meinggunakan meitodei campuran. Preivaleinsi vanA, vanB , dan vanC1 positif adalah 71%, 26%, dan 4% pada strain VRSA. Geinotipei yang paling umum adalah staphylococcal casseittei kromosommeic (SCC meic ) II, yang meinyumbang 57% dari VRSA. Proteiin stafilokokus A yang paling umum (spa ) jeinisnya adalah t002, t030, dan t037.6 Hal ini dapat meinyeibabkan meiningkatnya jumlah infeiksi oleih Staphylococcus aureius.4,7
Tingkat reisisteinsi antibiotik yang diakibatkan oleih peinyalahgunaan antibiotik meindorong peineilitian meingeinai antibakteiri baru yang dianggap seibagai salah satu pilar keidokteiran modeirn untuk meingurangi mortalitas, morbiditas, dan meingurangi teirjadinya reisisteinsi bakteiri teirhadap antibiotik.8 Salah satu alteirnatif yang dapat dilakukan adalah deingan meimanfaatkan zat aktif peimbunuh bakteiri yang teirkandung dalam tanaman obat. Salah satu tanaman yang dapat digunakan seibagai pilihan alteirnatif yaitu daun salam (Syzygium polyanthum).
Syzygium polyanthum atau yang dikeinal deingan nama daun salam meirupakan salah satu speisieis dari Myrtaceiaei yang digunakan seibagai bumbu masak maupun obat teirutama di daeirah Asia Teinggara seipeirti Malaysia dan Indoneisia. Tanaman ini beirkhasiat seibagai bumbu masak, meinambah aroma, meimbeiri warna, maupun meiningkatkan cita rasa makanan9. Daun salam meimiliki khasiat yang beisar untuk meingobati beirbagai macam peinyakit seipeirti hipeirteinsi, diabeiteis, asam urat, diarei dan maag. Seilain itu daun salam juga dapat digunakan seibagai teirapi Reiccureint Apthous Stomatitis (RAS).10
Seinyawa meitabolit seikundeir dalam daun salam antara lain flavonoid, tanin, minyak atsiri, saponin, alkaloida, dan polifeinol. Kandungan flavonoid, tanin dan minyak atsiri pada daun salam (Syzygium polyanthum) diduga meimiliki aktivitas seibagai antibakteiri, deingan cara meingkoagulasi proteiin yang akhirnya
dapat meingganggu peirmeiabilitas meimbran seil dan meinyeibabkan inaktivasi fungsi geineitik bakteiri.11
Kloramfeiniikol adalah antiibiiotiik yang beirsiifat bakteiriiostatiik teitapii dapat meimbeiriikan aktiiviitas bakteiriisiidal pada konseintrasii yang leibiih tiinggii. Kloramfeiniikol beirdiifusii meilaluii diindiing seil bakteirii dan beiriikatan deingan subuniit riibosom 50S bakteirii. Peingiikatan teirseibut meingganggu aktiiviitas peiptiidiil transfeirasei dan meinceigah transfeir asam amiino kei rantaii peiptiida yang seidang tumbuh dan meinghambat peimbeintukan iikatan peiptiida yang meingakiibatkan teirhambatnya siinteisiis proteiiin bakteirii. Kloramfeiniikol diigunakan seibagaii kontrol posiitiif dalam peineiliitiian iinii kareina tiingkat reisiisteinsiinya yang reindah teirhadap Staphylococcus aureius dan beirsiifat bakteiriiostatiik.12
Saat iinii teirdapat beibeirapa peineiliitiian yang meineiliitii teintang aktiiviitas antiimiikroba pada daun salam, namun dosiis yang diibeiriikan adalah 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Agein antiimiikroba yang diigunakan seibagaii peimbandiing diiantaranya adalah kloramfeiniikol.13 Beilum ada peineiliitiian yang meinggunakan dosiis 10%, 30%, dan 50% meimbandiingkan aktiiviitas antiimiikroba daun salam dan kloramfeiniikol. Konseintrasii 10%, 30%, dan 50% diipiiliih untuk meineintukan dosiis miiniimal yang diiniilaii eifeiktiif meinghambat peirtumbuhan bakteirii Staphylococcus aureius.
Oleih kareina iitu peineiliitii teirtariik untuk meilakukan peineiliitiian yang beirtujuan untuk meingujii aktiiviitas eikstrak daun salam teirhadap peirtumbuhan bakteirii Stahphyloccus aureius deingan meitodei Diisc Diiffusiion.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah eisktrak daun salam (Syzygiium polyanthum) meimiiliikii aktiiviitas antiibakteirii teirhadap Staphylococcus aureius?
2. Bagaiimana zona hambat peirtumbuhan pada eikstrak daun salam teirhadap Staphylococcus aureius?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Meingeitahuii eifeiktiiviitas eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) seibagaii antiibakteirii teirhadap Staphylococcus aureius seicara diisc diiffusiion.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Meingeitahuii diiameiteir zona hambat eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) konseinteirasii 10%, 30%, dan 50%
teirhadap Staphylococcus aureius
2. Meimbandiingkan diiameiteir zona hambat dan dosiis eifeiktiif eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) konseinteirasii 10%, 30%, dan 50% seibagaii antiibakteirii teirhadap Staphylococcus aureius diibandiing kloramfeiniikol
1.4. Manfaat Penelitian
Peineiliitiian iinii dapat meinjadii rujukan bagii masyarakat meingeinaii eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) seibagaii teirapii piiliihan laiinnya untuk iinfeiksii yang diiakiibatkan oleih Staphylococcus aureius.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Daun Salam
2.1.1. Klasifikasi Daun Salam
Daun salam (Syzygiium polyanthum) meirupakan salah satu jeiniis tumbuhan Iindoneisiia yang teirmasuk dalam famiilii Myrtaceiaei. Tumbuhan iinii dapat diiteimukan dii Sumateira, Kaliimantan, dan Jawa. Daun salam meimiiliikii nama lokal laiin, seipeirtii gowok (Sunda), kastolam (Kangeian, Sumeineip), dan mantiing (Jawa).14 Klasiifiikasii daun salam adalah15,16 :
Kiingdom : Plantaei
Diiviisii : Magnoliiophyta Keilas : Magnoliiopsiida Ordo : Myrtaleis Famiilii : Myrtaceiaei Geinus : Syzygiium
Speisiieis : Syziigiium polyanthum 2.1.2. Morfologi Daun Salam
Daun salam beirbeintuk lonjong, eiliips, ataupun bulat teilur yang tumbuh seicara sungsang. Pangkal daun beirbeintuk lanciip, seidangkan bagiian ujung daunnya teirgolong tumpul. Seicara keiseiluruhan panjang daun beirkiisar antara 50 mm sampaii 150 mm deingan leibar 35 mm hiingga 65 mm.9,17
Daun salam meimpunyaii beintuk daun tunggal yang tumbuh seicara beirhadapan. Teikstur darii daunnya beirsiifat liiciin deingan warna hiijau muda.
Daun pohon salam meimpunyaii tangkaii seipanjang 5 mm hiingga 12 mm dan jiika diipeirhatiikan leibiih deikat ada 6 hiingga 10 urat daun. Karakteiriistiik darii daun tanaman salam adalah aromanya yang sangat harum.9
Gambar 2.2. Daun Salam17 2.1.3. Kandungan Daun Salam
Kandungan yang teirdapat dalam daun salam flavonoiid, miinyak atsiirii, triiteirpeinoiid, feinol, steiroiid, siitral, lakton, saponiin, karbohiidrat, dan seileiniium.18 Seidangkan viitamiin pada daun salam adalah viitamiin A, viitamiin C, dan viitamiin Ei yang beirfungsii seibagaii zat antiioksiidan. Daun salam juga meingandung saponiin, tanniin dan niiaciin yang beirkhasiiat untuk meinurunkan kadar koleisteirol dalam darah. Daun salam diipeirkiirakan meingandung miinyak eiseinsiial seikiitar 17%, deingan kandungan utama eiugeinol dan meithyl chaviicol.19,20
Kandungan pada miinyak eiseinsiial daun salam diiantaranya adalah siitral, taniin, eiugeinol dan flavonoiida yang meimiiliikii peiran seibagaii antiioksiidan.21–23 Eikstrak eitanol darii daun salam beirfungsii seibagaii antiibakteirii. Eikstrak eitanol daun salam leibiih eifeiktiif seibagaii antiibakteirii diibandiingkan eikstrak eitanol yang diieikstraksii deingan peilarut laiinnya.23,24
2.2. Staphylococcus aureus
2.2.1. Klasifikasi Staphylococcus aureus
Klasiifiikasii Staphylococcus aureius adalah25,26 : Kiingdom : Bacteiriia
Ordo : Baciillaleis Famiilii : Miicrococcaceiaei Geinus : Staphylococcus
Speisiieis : Staphylococcus aureius 2.2.2. Morfologi Staphylococcus aureus
Bakteirii Staphylococcus aureius adalah bakteirii Gram posiitiif beirbeintuk bulat. Bakteirii iinii beirdiiameiteir 0,8-1,0 miikron. teirsusun dalam keilompok-keilompok yang tiidak teiratur seipeirtii buah anggur, fakultatiif anaeirob, tiidak meimbeintuk spora, dan tiidak beirgeirak. Peirtumbuhan dan keilangsungan hiidup Staphylococcus aureius teirgantung pada seijumlah faktor liingkungan seipeirtii suhu, aktiiviitas aiir, pH, adanya oksiigein dan komposiisii makanan.
Parameiteir peirtumbuhan fiisiik beirvariiasii untuk beirbagaii straiin Staphylococcus aureius. Kiisaran suhu untuk peirtumbuhan Staphylococcus aureius adalah 12-44°C, deingan optiimum 37°C.27,28
Gambar 2.5. Morfologi Staphylococcus aureus29
2.2.3. Infeksi Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureius meinyeibabkan beirbagaii jeiniis iinfeiksii pada manusiia, antara laiin iinfeiksii pada kuliit, seipeirtii jeirawat, biisul, dan furunkulosiis; iinfeiksii yang leibiih seiriius, seipeirtii pneiumoniia, mastiitiis, fleibiitiis, meiniingiitiis, dan iinfeiksii pada saluran uriin. Seilaiin iitu, Staphylococcus aureius juga meinyeibabkan iinfeiksii kroniis, seipeirtii osteiomiieiliitiis dan eindokardiitiis. Staphylococcus aureius meirupakan salah satu peinyeibab utama iinfeiksii nasokomiial akiibat luka tiindakan opeirasii dan peimakaiian alat-alat peirleingkapan peirawatan dii rumah sakiit. Staphylococcus aureius juga dapat meinyeibabkan keiracunan makanan akiibat einteirotoksiin yang diihasiilkannya dan meinyeibabkan siindrom reinjat toksiik (toxiic shock syndromei) akiibat peileipasan supeirantiigein kei dalam aliiran darah.30,31
Peingobatan yang tiidak teipat dapat meingakiibatkan kambuhnya bakteireimiia S. aureius dan meinyeibabkan kompliikasii seiriius. Bakteireimiia Staphylococcus aureius (SAB) adalah peinyeibab seiriius iinfeiksii aliiran darah yang beirhubungan deingan morbiidiitas dan mortaliitas yang siigniifiikan. Kompliikasii teirmasuk fokus iinfeiksii yang meindalam teirmasuk eindokardiitiis iinfeiktiif, iinfeiksii teirkaiit alat, meitastasiis osteioartiikular, keiteirliibatan pleiuropulmoneir, dan iinfeiksii beirulang. Faktor riisiiko SAB meincakup usiia, kondiisii meidiis yang meindasariinya, peinggunaan narkoba suntiikan, keibeiradaan kateiteir iintravaskular atau peirangkat prosteitiik dan peirlu diikeitahuii saat peirtama kalii meilakukan peiniilaiian pasiiein. Peimiiliihan antiibiiotiik beirgantung pada keireintanan meitiisiiliin. Agein yang diigunakan untuk peingobatan diiantaranya peiniisiiliin seimiisiinteitiik yang reisiistein teirhadap peiniisiiliinasei, seifalosporiin geineirasii peirtama, vankomiisiin, dan daptomiisiin.31
2.3. Kloramfenikol
Kloramfeiniikol adalah antiibiiotiik speiktrum luas yang diiproduksii seicara siinteitiis. Awalnya diiiisolasii darii bakteirii Streiptomyceis veineizueilaei pada tahun 1948 dan meirupakan antiibiiotiik siinteitiik peirtama yang diiproduksii seicara massal. Iindiikasii peinggunaan kloramfeiniikol meiliiputii iinfeiksii mata supeirfiisiial (konjungtiiviitiis bakteirii) dan otiitiis eiksteirna. Obat iinii juga diigunakan untuk iinfeiksii beirat seipeirtii peinyakiit riikeitsiia, meiniingiitiis yang diiseibabkan oleih Haeimophiilus Iinflueinza, Neiiisseiriia meiniingiitiidiis, atau Streiptococcus pneiumoniiaei, atau deimam tiifoiid yang diiseibabkan oleih Salmoneilla einteiriica seirotiipei Typhii.32
Kloramfeiniikol beirsiifat bakteiriiostatiik teitapii dapat beirsiifat bakteiriisiida dalam konseintrasii tiinggii. Iinii adalah antiibiiotiik speiktrum luas yang diigunakan meilawan bakteirii Gram posiitiif, Gram neigatiif, dan anaeirobiic. Kloramfeiniikol beikeirja deingan cara meinghambat siinteisiis proteiiin deingan meingiikat subuniit riibosom 50S dan seicara langsung meinceigah peimbeintukan proteiiin bakteirii. Pada tiingkat moleikuleir, kloramfeiniikol meinghambat peirleikatan transfeir RNA kei siitus A pada riibosom 50S.32,33
Kloramfeiniikol dapat diibeiriikan seicara topiikal seibagaii obat teiteis mata atau teiliinga, atau seibagaii saleip mata. Iinii juga dapat diibeiriikan seicara pareinteiral seibagaii suntiikan atau iinfus iintraveina atau diimiinum seibagaii kapsul oral. Kareina tiinggiinya riisiiko eifeik sampiing dan toksiisiitas, dokteir harus meireiseipkan kloramfeiniikol deingan dosiis teirapeiutiik tiidak leibiih darii 50 mg/kg/harii, diibeiriikan dalam dosiis teirbagii deingan iinteirval 6 jam. Jiika diibeiriikan seibagaii iinfus iintraveina, obat iinii harus diibeiriikan seicara beirkala dan diieinceirkan dalam larutan natriium kloriida 0,9%
atau larutan glukosa 5%.32–34 2.4. Metode Disc Diffusion
Meitodei iinii meirupakan meitodei yang paliing seiriing diigunakan untuk meingujii seinsiitiiviitas antiibakteirii teirhadap antiibiiotiik. Meitodei iinii meinggunakan papeir diisk seibagaii peinampung zat antiimiikroba. Papeir diisk teirseibut lalu diileitakkan dii leimpeing agar yang diiiinokulasii bakteirii sampeil, lalu diiiinkubasii pada
waktu dan suhu teirteintu. Hasiil peingamatan yang diipeiroleih adalah ada tiidaknya daeirah beiniing yang teirbeintuk dii papeir diisk. Hal iitu meinunjukkan zona hambat pada peirtumbuhan bakteirii.35
2.5. Teori Kepekaan Bakteri
Reisiisteinsii miikroba adalah suatu siifat tiidak teirganggunya seil miikroba oleih antiimiikroba. Reisiisteinsii miikrobiia teirhadap obat teirjadii akiibat peirubahan geineitiik dan diilanjutkan seirangkaiian proseis seileiksii oleih obat antiimiikroba. Faktor yang meimeingaruhii siifat reisiisteinsii miikroba teirhadap antiimiikroba teirdapat pada unsur yang beirsiifat geineitiik seipeirtii DNA, plasmiid dan kromosom. Diidasarkan pada lokasii unsur diikeinal meinjadii 3 macam reisiisteinsii yaiitu:
1. Reisiisteinsii Kromosomal
Teirjadii akiibat mutasii spontan dalam lokus yang meingatur keipeikaan obat antiimiikrobiia yang diibeiriikan. Adanya antiimiikroba seibagaii meikaniismei seileiktiif yaknii meimbunuh bakteirii yang peika dan meimbiiarkan tumbuh bakteirii yang reisiistein.
2. Reisiisteinsii Eikstra-Kromosomal
Bakteirii seiriingkalii beiriisii mateirii geineitiik yang diiseibut plasmiid.
Faktor R adalah keilompok plasmiid yang meimbawa gein reisiisteinsii teirhadap satu atau beibeirapa obat antiimiikrobiia dan logam beirat. Gein plasmiid untuk reisiisteinsii antiimiikrobiia meingontrol peimbeintukan einziim yang mampu meirusak antiimiikroba.
3. Reisiisteinsii Siilang
Keiadaan reisiisteinsii teirhadap antiimiikroba teirteintu yang juga meimpeirliihatkan siifat reisiisteinsii teirhadap antiimiikroba yang laiin. Biiasanya teirjadii antara antiimiikroba yang meimiiliikii struktur kiimiia hampiir sama (deiriivat teitrasiikliin) atau antara antiimiikroba deingan struktur kiimiia yang beirbeida deingan meikaniismei aksii yang hampiir sama.
MIiC (Miiniimum Iinhiibiitory Conceintratei) eikstrak daun salam teirhadap bakteirii Staphylococcus aureius adalah 0,63mg/ml seidangkan
MBC (Miiniimum Bacteiriiciidal Conceintratei) yaiitu 1,25 mg/ml.36 Diiameiteir zona hambat Staphylococcus aureius diibagii meinjadii tiiga klasiifiikasii, yaiitu reisiistant, iinteirmeidiiatei, seinsiitiivei.37
Tabel 2.5. Diameter Zona Hambat Staphylococcus aureus terhadap antibakteri
2.6. Kerangka Teori
2.7. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen 2.8. Hipotesis
Ha : Eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) eifeiktiif seibagaii antiibakteirii teirhadap peirtumbuhan Staphylococcus aureius seicara diisc diiffusiion
Ho : Eikstrak daun salam (Syzygiium polyanthum) tiidak eifeiktiif seibagaii antiibakteirii teirhadap peirtumbuhan Staphylococcus aureius seicara diisc diiffusiion
Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)
Zona hambat bakteri Staphylococcus aureus Antibakteri
Menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
Tanin Etanol Flavonoid Minyak atsiri
Daun Salam (Syzigium Polyanthum)