ABSTRAK
EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION MINYAK LAVENDER (Lavandula angustifolia) SEBAGAI REPELEN TERHADAP Aedes agypti
PADA MANUSIA
Raden Alvin Kurnia Putra, 1310217
Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.kes. Pembimbing II : Ellya Rosa Delima, dr., M.kes.
Demam berdarah dengue ditularkan melalaui cucukan nyamuk Aedes agypti. Repelen sintetik DEET (Diethyltoluamide) mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan efek samping yang merugikan bagi manusia. Tanaman lavender (lavandula angistifolia) dapat digunakan sebagai penganti repelen sintetik. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai efektivitas repelen minyak atsiri lavender (MAL) dan losion minyak lavender (LML) dan membandingkannya kedua efektivitasnya. Desain penelitian bersifat eksperimental laboratorik dengan cross over design dan wash out 1 hari, menggunakan MAL dan LML 15%. Durasi repelen di uji dengan metode Fradin dan Day. Subjek penilitan masing-masing mendapat empat perlakuan berbeda (n=4), menggunakan DEET 13%, MAL, LML, dan basis losion. Dengan hewan coba Aedes agypti betina yang berumur 7-24 hari.
Data yang diukur adalah durasi (menit) sejak lengan masuk ke dalam kandang penelitian sampai nyamuk hinggap ke lengan subjek selama 2-5 detik. Analisis data rerata durasi (menit) diolah menggunakan ANAVA, dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α=0,05, kemaknaan berdasarkan nilai p<0,05.
Hasil penelitian rerata durasi MAL (65,558 menit) dan LML 15% (131,408 menit) didapatkan (p≤0,01) terhadap kontrol negatif (0,366 menit). Dan hasil (p≤0,01) ditunjukan dari hasil LML 15% terhadap MAL.
Simpulan hasil penelitian ini adalah MAL dan LML 15% efektif sebagai repelen Aedes agypti dan LML 15% lebih efektif dari MAL.
Kata Kunci : minyak atsiri lavender, losion minyak lavender, repelen, Aedes
v
ABSTRACT
THE EFFECTIVITY OF LAVENDER ESSENTIAL OIL AND LAVENDER
OIL LOTION (Lavandula angustifolia) AS REPELEN AGAINTS AEDES
AEGYPTI IN HUMAN
Raden Alvin Kurnia Putra, 1310217
1st Tutor : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. 2nd Tutor : Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes.
Dengue hemorrhagic fever transmitted by the bites of Aedes agypti mosquito.
Synthetic repelen’s (Diethyltoluamide) may cause harmful side effects to humans. Lavender plants (lavandula angustifolia) can be used to replace synthetic repelen. The purpose of this research is to assess the effectivity of lavender essential oil (LEO) and lavender oil lotion (LOL) as repellent and to compare which one is more effective as repellent.
The research was real laboratory experimental with cross over design, one day wash out using LEO and 15% LL, tested by Fradin and Day methods, subjects (n=4) got 4 different treatments, used 13% DEET, LEO, LOL, and Basic Lotion and as animal experiment used 7-24 days old female Aedes agypti.
Repelen durability measured since arm inserted into the cage until the first mosquito alight for 2-5 seconds. Data analyzed by ANOVA, followed by Tukey
HSD with α=0,05, statistical significance p<0,05.
The results showed average duration of LEO (65,558 minute) and 15% LOL
Key word : lavender essential oil, lavender oil lotion, repellent, Aedes aegypti
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan ... 3
1.4 Manfaaat Karya Tulis Ilmiah ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 4
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4
1.6 Hipotesis ... 5
BAB II ... 6
TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Nyamuk Secara Umum ... 6
ix
2.2.4 Siklus hidup Aedes Agypti ... 10
2.2.5 Aedes Aegypti Sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue ... 12
2.3 Demam Berdarah Dengue ... 12
2.3.1 Epidemiologi ... 13
2.3.2 Etiologi... 14
2.3.3 Diagnosis ... 14
2.3.4 Laboratorium ... 16
2.3.5 Pengobatan ... 16
2.3.6 Pencegahan Demam berdarah Dengue ... 17
2.4 Repelen ... 18
2.4.1 Repelen Sintetik DEET ( N,N-diethyl-m-toluamide) ... 18
2.4.2 Repelen Alami ... 20
2.5 Losion Sebagai repelen... 20
2.5.1 Pemakaian Losion Pada kulit ... 21
2.5.2 Komponen Penyusun Losion ... 21
2.6 Lavender ( Lavandula angustifolia) ... 21
2.6.1 Taksonomi Lavender ... 22
2.6.2 Kandungan Kimia ... 22
2.6.3 Manfaat ... 22
2.6.4 Efek samping minyak lavender... 22
BAB III ... 24
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 24
3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 24
3.1.1 Alat Dan Bahan ... 24
3.2 Subjek Penelitian ... 25
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25
3.4 Metode Penelitian ... 25
3.4.1 Desain Penelitian ... 25
3.4.2 Variabel Penelitian ... 25
3.4.3 Perhitungan Besar Sampel ... 26
3.5 Persiapan dan Prosedur Penelitan ... 26
3.5.1 Persiapan Penelitian ... 26
3.5.1 Prosedur penelitian ... 28
3.5 Metode Analisis ... 29
BAB IV ... 31
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil Penelitian ... 31
4.2 Pembahasan ... 34
4.3 Pengujian Hipotesis ... 35
BAB V ... 38
SIMPULAN DAN SARAN ... 38
5.1 Simpulan ... 38
5.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
Lampiran 1 ... 42
xi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Gambaran Nyamuk Secara Umum ... 7
2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes agypti ... 10
2.3 Telur Nyamuk Aedes agypti ... 11
2.4 Larva Nyamuk Aedes agypti Dalam Air ... 11
2.5 Pupa Aedes agypti Dalam Air ... 12
2.6 Gambaran Penyebaran Virus Dengue ... 13
2.7 Pengobatan Dengue Hemmoragic Fever ... 17
2.8 Struktur Kimia DEET ... 19
2.9 Lavandula angistifolia ... 22
DAFTAR TABEL
4.1 Durasi daya repelenberbagai kelompok perlakuan ... 31
4.2 Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk ... 32
4.3 Hasil ANAVA rerata durasi daya repelen... 32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Data (SPSS) ... 41
Lampiran 2. Kandungan Minyak Atsiri Lavender pada Penelitian...43
Lampiran 3. Bagan Prosedur Kerja Metode Fradin dan Day ... 44
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian ... 45
Lampiran 5. Surat Putusan Komisi Etik ... 47
Lampiran 6. Contoh Formulir Informed Consent ... 48
Lampiran 7. Bahan dan cara pembuatan losion ... 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah
kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World
Health Organization (WHO) melaporkan lebih dari 2,5 milyar atau dua perlima
populasi di dunia berisiko terinfeksi virus dengue. DBD yang biasa disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan satu dari beberapa penyakit
menular yang menjadi masalah kesehatan terutama negara berkembang (Juniarti,
2012).
Indonesia merupakan wilayah endemis beragam penyakit tropis, diantaranya
adalah demam berdarah dengue (DBD) penyakit yang di tularkan oleh vektor
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD merupakan penyakit tropik yang paling
banyak dilaporkan di lebih dari 100 negara dan 2,5 miliar penduduk dunia
bermukim di daerah endemik dengue. Negara kepulauan Indonesia yang terdiri
atas ribuan pulau-pulau kecil dan lima pulau besar juga mengalami musim kering
serta musim hujan dengan masa transisi pada bulan September. Selama masa
transisi sumur dan genangan air ditemukan di mana-mana dan menguntungkan
untuk pemeliharaan siklus hidup nyamuk. Terjadinya peningkatan populasi
nyamuk Aedes sp menyebabkan meningkatnya kasus demam berdarah. Daerah
terbesar penderita demam berdarah adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
yang melaporkan lebih dari 25 ribu kasus DBD sepanjang tahun 2008 (Juniarti,
2011).
Pencarian metode-metode baru untuk membasmi sumber penularan penyakit
demam berdarah sangat penting dan mendesak, karena penyakit ini telah menulari
200 juta orang dan membunuh 1 juta orang setiap tahun di seluruh dunia.
Alternatif pendekatan untuk kontrol nyamuk adalah dengan menggunakan bahan
alami yang umumnya punya sifat mudah terurai dan tidak toksik. Hal ini
dilakukan karena pemakaian repelan berbahan aktif kimia saat ini dilaporkan
mempunyai efek samping yang membahayakan kesehatan, seperti penggunaan
diethiltholuamida (DEET) yang dapat menimbulkan hypersensitivity pneumonitis.
Dan beberapa bahaya penggunaan DEET terhadap kesehatan diantaranya dapat
menimbulkan keracunan pada anak, bahaya pada ibu hamil dan menyusui, iritasi
pada mata dan kulit, kerusakan genetik serta dapat membahayakan hewan
peliharaan . Environmental Protection Agency (EPA) juga telah mengklasifikasi
DEET sebagai zat yang berpotensi sebagai karsinogenik (Juniarti, 2011).
Lavender (Lavandula angustifolia) merupakan salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai insektisida dan repelen alami, karena efektif pengendalikan
serangga (nyamuk). Hal ini disebabkan tanaman lavender mempunyai zat kimia
yang menimbulkan aroma yang tidak disenangi oleh nyamuk (Nindatu, 2011).
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
(ethereal oil, volatile oil) yang dihasilkan oleh tumbuhan dan memiliki aroma
yang khas dari tumbuhan tersebut. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai wangi sesuai dengan bau
tumbuhan penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air (Pratama, 2016)
Dalam penelitian RUI et al. (2003) menyatakan cara yang menghindari nyamuk
yang paling baik adalah dengan pemakaian antinyamuk berbentuk losion yang
dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk. Hampir semua losion anti nyamuk
yang beredar di Indonesia berbahan aktif DEET (Diethyltoluamide) yang
merupakan bahan kimia sintetis beracun dalam konsentrasi 10-15% (Kardinan,
2007).
Di Kanada dikatakan bahwa suatu repelen dapat didaftarkan untuk digunakan
di Kanada jika zat tersebut memberikan proteksi selama minimal 30 menit setelah
3 1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah minyak atsiri lavender efektif digunakan sebagai repelen Aedes
aegypti.
2. Apakah losion minyak lavender efektif digunakan sebagai repelen Aedes
aegypti.
3. Apakah losion minyak lavender lebih efektif dibandingkan dengan minyak
atsiri lavender sebagai repelen Aedes agypti.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud : Untuk mengetahui efektivitas repelen alami dari sediaan minyak
atsiri dan losion minyak lavender.
Tujuan :
1. Mengetahui minyak atsiri lavender efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti.
2. Mengetahui losion minyak lavender efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti.
3. Mengetahui apakah losion minyak lavender lebih efektif dari minyak atsiri
lavender sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.
1.4 Manfaaat Karya Tulis Ilmiah
1.4.1 Manfaat Akademis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
referensi tentang efektivitas repelen alami khususnya lavender sebagai repelen
nyamuk Aedes aegypti.
1.4.2 Manfaat Praktis
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai durasi waktu pemakaian tanaman
lavender sebagai rapelen alami pada nyamuk Aedes aegypti.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Nyamuk adalah mahluk hidup yang di temukan di seluruh dunia kecuali
Antartika, dan hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk makan tiap 3-4
hari. Disisi lain nyamuk jantan adalah pemakan nektar. Stimulus yang berperan
dalam menarik perhatiannya; visual, thermal, dan olfaktorial. Olfaktorial menjadi
yang paling berperan. Terdapat 100 jenis senyawa yang terdeteksi dalam nafas
manusia dan 300 senyawa yang terdeteksi hasil metabolisme. CO2 dan Asam
laktat adalah dua senyawa yang paling menarik nyamuk. CO2 menyediakan
penarik perhatian nyamuk melalui udara dalam jarak jauh dan dapat dideteksi
dalam 36 meter. Asam laktat adalah senyawa yg menarik perhatian nyamuk yang
dideteksi oleh kemoreseptor pada antena nyamuk. Kemoreseptor ini diketahui
dihambat oleh DEET (Fradin, 1998).
Tanaman lavender juga mempunyai kandungan aktif berupa Linalil asetat,
Linalol, 1,8-Cineole, Camphor, Ursolic acid, Oleanolic acid yang bersifat sebagai
rerpelen (penolak serangga) dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun
pernapasan (Nindatu, 2011).
Penelitian terhadap repelen alami digunakan dengan pendekatan-pendekatan,
5
Losion dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung.
Konsistensi yang dihasilkan memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata
pada permukaan kulit, sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah
pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Utomo, 2014).
1.6Hipotesis
1. Minyak atsiri lavender efektif digunakan sebagai repelen terhadap nyamuk
Aedes aegypti.
2. Losion minyak lavender efektif digunakan sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.
3. Losion minyak lavender lebih efektif dibandingkan dengan minyak atsiri
lavender sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes agypti pada manusia.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Minyak Atsiri lavender efektif digunakan sebagai repelen terhadap nyamuk
Aedes agypti
2. Losion minyak lavender 15% efektif digunakan sebagai repelen terhadap
nyamuk Aedes agypti
3. Losion minyak lavender 15% lebih efektif dibandingkan dengan minyak atsiri
lavender sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes agypti pada manusia.
5.2 Saran
Penelitian ini perlu dilanjutkan dengan :
1. Menggunakan losion minyak lavender dengan konsentrasi lebih dari 15%
2. Durasi daya repelen minyak atsiri lavender terhadap nyamuk dengan
genus dan spesies lain
3. Menggunakan sedian lain selain losion
4. Penelitian lain mengenai manfaat lain dari minyak atsiri lavender selain
sebagai repelen
5. Penelitian lain mengenai efek samping dari penggunaan minyak atsiri
EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION
MINYAK LAVENDER (Lavandula angustifolia)
SEBAGAI REPELEN TERHADAP
Aedes aegypti PADA MANUSIA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RADEN ALVIN KURNIA PUTRA
1310217
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOTION LAVENDER (Lavandula
angustifolia) SEBAGAI REPELEN TERHADAP Aedes aegypti PADA MANUSIA”
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dalam memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. dan Ellya Rosa Delima, dr., M.Kes.
selaku pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan arahan serta kesediaannya dalam meluangkan
waktu untuk membimbing penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
2. Bapak Suyitno selaku Staf Laboratorium Entomologi SITH ITB.
3. Bapak Samuel selaku Staf Laboratorium Parasitologi FK UKM.
4. Regina Amalia Putri dan Rizkia Ananda selaku rekan satu penelitian yang
telah memberikan semangat serta kerjasamanya dalam karya tulis ilmiah
ini.
5. Dila Fadila yang telah mendampingi dan memberi motivasi kepada penulis
dari awal hingga akhir hingga karya tulis ilmiah ini selesai dikerjakan.
6. Sahabat penulis yaitu Alifah Dania, Ardeliana Rizkita, Dwinan Rahmandi,
vii
8. Kedua orang tua penulis Rd. Kurnia Hidayat, SE. dan Ir. Dade Rufaidah
serta adik dari penulis Levana Safira yang telah memberikan dukungan
moril dan materil dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Maranatha khususnya angkatan 2013 yang telah memberikan semangat
dan dukungan kepada penulis.
10.Semua pihak yang telah membantu yang namanya tidak dapat disebutkan
satu-persatu.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua di kemudian hari.
Bandung, November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Agusta A. (2000). Minyak Atsiri Tumbuhan Tropica Indonesia. (1, Ed.). Bandung:
Penerbit ITB.
Anita, F. dias. (2015). REPELEN ACTIVITY TEST OF ESSENTIAL OIL OF
BASIL LEAVES ( Ocimum basilicum ( L .) f . Citratum Back ) AGAINST
Aedes aegypti LOTION AND PHYSICAL CHARACTERISTICS TESTS OF
THE LOTION. Traditional Medicine Journal, 20(May), 91–97.
Axe J, (2014). 7 Lavenders oil benefits for healing., https://drake.com/lavender-oil-benefits/#mobile-menu., September 23th , 2016.
Bagus, P. (2011). AEDES AEGYPTI AS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
VECTOR.
BROWN, H., & NEVA, F. (1994). Basic Clinical Parasitology (6th ed.). Aplleton
& Lange.
Caroline, C. (2005). Repellet factsheet. JOURNAL OF PESTICIDE, 25(3), 10–14.
CDC. 2012. Life cycle: the mosquito., http://www.cdc.gov/dengue/ resources/ fact
Sheets/MosquitoLifecycleFINAL.pdf., 6 November 2015.
____.2014. Dengue Homepage: Entomology and Ecology., http://www.cdc.gov/
Dengue /entomologyEcology/index.html., 5 November 2015.
____. 2015. Dengue Homepage: Photos/Infographics., http://www.cdc.gov/
dengue/training/dengue101.html#Images., 5 November 2015.
Dhaliwal, G. S., & Biopesticide, I. (2008). Essential Oils as Green Pesticides : Potential and Constraints. Biopesticide, 2008, 63–84.
40
Fradin, M. S. (1998). Mosquitoes and mosquito repelens: a clinician’s guide.
Annals of Internal Medicine, 128, 931–940. http://doi.org/10.7326/0003-4819-128-11-199806010-00013
Fradin, M. S., & John, D. (2002). COMPARATIVE EFFICACY OF INSECT
REPELENS AGAINST MOSQUITO BITES, 347(1), 13–18.
Gunawan. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) (1st ed.). Jakarta: Penebar
Swadaya.
HARDWOOD, R., & JAMES, M. (1979). Entomology In Human And Animal
Health (7th ed.). New York: mc milan pub USA.
Heal JD. (2000) . Repellent Fact Sheet. Department of Environmental Biology
University of Guelph, Ontario.
Henley D V, Lipson N, Korach K S, Bloch C A. 2007. Prepubertal gynecomastia
linked to lavender and tree oils. New England Journal Medicine,
356(5):479-85.
JAMES, M., & HARDWOOD, R. (1969). Herm’s Medical Entomology (6th ed.).
New York: The macmillan Company USA.
Juniarti, S. (2011). Destilasi minyak atsiri daun surian sebagai krim pencegah
gigitan nyamuk. Makara Sains, 15(1), 38–42.
Kardinan,A. (2007). Potensi selasih sebagai repelen terhadap nyamuk. Jurnal
Litri, 13(2), 39–43
Keri, L. (2007). EPIDEMIOLOGI DAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH
DENGUE(DBD) DI INDONESIA. Farmaka, 5(3), 12–29.
Nindatu. (2011). M lluca medica. Molucca Medica, 4(1), 19–27.
Pratama D, Bawa I, Gunawan I. (2016). ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
SENYAWA MINYAK ATSIRI DARI TUMBUHAN SEMBUKAN (Paederia
foetida L.) DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROSKOPI
MASSA (GC-MS). JURNAL KIMIA, 10(1). 149-154.
Roy, A. (2014). Essential Oil Repelens- A short Review, 6(2), 20–27.
SAMBEL, D. (2009). Entomologi Kedokteran (1st ed.). ANDI YOGYAKARTA.
Siti, S. (2014). BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM. (S. SITI, Ed.) (VI).
Jakarta: INTERNA PUBLISHING.
SOEDARTO. (1992). ENTOMOLOGI KEDOKTERAN (1st ed.). Surabaya.
SOEDARTO. (2008). Entomologi Kedokteran. Surabaya: Airlangga University
Press Surabaya.
Tjahjani, S. (2008). Daya Repelen Beberapa Minyak Esensial dan Deet terhadap
Culex. JKM, 2(7), 1–8.
Utomo, P. (2014). PERBANDINGAN DAYA PROTEKSI LOSION ANTI
NYAMUK DARI BEBERAPA JENIS MINYAK ATSIRI TANAMAN
PENGUSIR NYAMUK. BIOPROPAL INDUSTRI, 5 NO 2, 79–84.
VIQAR, Z. (Ed.). (2011). ATLAS PARASITOLOGI KEDOKTERAN (2nd ed.).
Jakarta.
WHO. (2012). Guidelines for Dengue Surveillance and Mosquito Control
Western Pacific Education in Action Series No. 8. Manila (PH): Regional
Office for the Western Pacific WHO.
_____. 1997. Dengue haemorrhagic fever: Diagnosis, treatment, prevention, and
control. 2nd ed. Geneva: WHO.
_____. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue
and Dengue Haemorrhagic Fever Revised and expanded edition. India: World
Yamaguchi, T. (2011). PARASITOLOGI KLINIK (1st ed.). J: PENERBIT BUKU