ABSTRAK
EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION AKAR WANGI (Vetiveria Zizanioides) SEBAGAI REPELEN TERHADAP Aedes aegypti PADA
MANUSIA penyakit dapat menggunakan bahan pengusir nyamuk yaitu lotio yang mengandung diethyltoluamide (DEET). Minyak Atsiri Akar Wangi (MAAW) (Vetiveria zizanioides) sebagai repelen alami dapat digunakan alternatif.
Tujuan penelitian ini untuk menguji daya repelen MAAW, losion MAAW serta mengetahui perbandingan durasi MAAW dengan losion MAAW terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Desain penelitian merupakan eksperimental laboratorik sungguhan. Daya repelen diuji dengan metode Fradin dan Day, dengan cross over design. Subjek penelitian (r=6) mendapat empat perlakuan yaitu pemberian MAAW, losion MAAW, basis losion dan DEET yang dioleskan pada lengan bawah dengan jeda waktu satu hari, menggunakan hewan coba Aedes aegypti betina.
Data yang diukur adalah durasi (menit) yang dibutuhkan sejak pengolesan repelen sampai adanya nyamuk yang mencucuk. Analisis data menggunakan uji ANOVA dengan α = 0,05, yang apabila ada perbedaan dilanjutkan dengan Multiple Comparisson Fisher’s LSD.
Hasil penelitian rerata durasi MAAW 100% (menit) dan losion MAAW 15% (menit) memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol negatif (menit), namun lebih lemah dari DEET 13% (menit), dengan perbedaan signifikan (p<0,05).
Simpulan penelitian adalah MAAW dan losion MAAW berpotensi sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti dan durasi losion MAAW lebih lama dibandingkan MAAW.
ABSTRACT
EFFECTIVITY OF VETIVER (Vetiveria Zizanioides) ESSENTIAL OIL AND LOTION AS REPELLENT AGAINST Aedes aegypti IN HUMAN
Rizkia Ananda 1310213,
1st Tutor: Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes 2nd Tutor: Widura, dr., MS
Lotion that contains diethyltoluamide (DEET) can be used to protect oneself from mosquito bites that can spread many kinds of diseases . Vetiver oil (VO) could be used as an alternative natural repellent.
The purpose of this study is to test the ability of VO and VO lotion as a repellent and to compare the duration between VO and VO lotion against Aedes aegypti.
The study design is a real laboratory experimental. Repellent Power is tested using the Fradin and Day method, with a cross-over design. Subject of the study (r = 6) received four treatments which is the application of VO, VO lotion, lotion base, and DEET to the lower arm with a lag time of one day, using female Aedes aegypti as an experimental animal. The data measured is the duration needed from the time the mosquito repellent is applied until the first bite. Analysis of data using ANOVA test with α = 0.05, and if there are any differences will be followed by Multiple Comparisson Fisher's LSD test.
The result of the study is the mean of duration of 100% VO and 15% VO Losion has a significant difference (p <0.05) to the negative control, but weaker than DEET 13%, with a significant difference (p <0.05).
The conclusions is VO and VO Lotion have a potential as a repellent against Aedes aegypti and the duration of VO lotion is longer than VO.
DAFTAR ISI
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.4.1 Manfaat Akademis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 5
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Perilaku Aedes Aegypti Betina Dewasa ... 11
2.1.4 Penyakit yang ditularkan oleh Aedes aegypti ... 12
2.1.4.1 Demam Berdarah Dengue ... 12
2.1.4.2 Chikungunya ... 14
2.1.4.3 Demam Zika ... 17
2.2 Repelen ... 19
2.2.1 Stimuli yang Menarik Nyamuk kepada Manusia ... 20
2.2.2 DEET ... 21
2.2.3 Akar Wangi sebagai Repelen Alami ... 22
2.2.3.1 Taksonomi ... 22
2.2.3.2 Morfologi ... 23
2.2.3.3 Kandungan Kimia dan Manfaat ... 24
2.2.3.4 Minyak Atsiri Akar Wangi... 24
2.2.3.5 Losion Minyak Akar Wangi... 25
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 27
3.1.1 Alat Penelitian ... 27
3.1.3 Subjek Penelitian ... 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
3.3 Metode Penelitian ... 28
3.3.1 Desain Penelitian... 28
3.3.2 Variabel Penelitian ... 28
3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 28
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 28
3.3.3 Perhitungan Besar Sampel ... 29
3.4 Persiapan dan Prosedur Penelitian ... 29
3.4.1 Persiapan Penelitian ... 30
3.4.1.1 Persiapan Hewan Coba ... 30
3.4.1.2 Persiapan Bahan Uji ... 30
3.4.2 Prosedur Penelitian... 31
3.5 Metode Analisis ... 31
3.6 Hipotesis Statistik ... 31
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 35
4.2 Pembahasan ... 39
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 43
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Durasi Waktu Daya Repelen dari Minyak Atsiri Akar Wangi, Losion Minyak Atsiri Akar Wangi, Basis Losion, dan DEET 13% terhadap
Aedes aegypti ... 35
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk ... 36
Tabel 4.3 Hasil ANAVA Satu Arah Rerata Durasi Daya Repelen ... 37
DAFTAR GAMBAR
2.1 Nyamuk Aedes aegypti Betina Dewasa ... 8
2.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti ... 9
2.3 Telur Nyamuk Aedes aegypti ... 9
2.4 Larva nyamuk Aedes aegypti ... 10
2.5 Pupa Aedes aegypti ... 13
2.6 Proses penyebaran penyakit demam berdarah dengue ... 13
2.7 Proses Penularan Penyakit Chikungunya ... 15
2.8 Transmisi Virus Zika ... 18
2.9 Struktur Kimia DEET ... 21
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 BAGAN PROSEDUR KERJA ... 47
LAMPIRAN 2 KANDUNGAN MINYAK ATSIRI AKAR WANGI ... 48
LAMPIRAN 3 UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS ... 50
LAMPIRAN 4 UJI ANAVA SATU ARAH ... 51
LAMPIRAN 5 UJI KOMPARASI MULTIPLE POST HOC TEST ... 52
LAMPIRAN 6 DOKUMENTASI PENELITIAN ... 53
LAMPIRAN 7 SURAT KEPUTUSAN KOMISI ETIK ... 56
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat mentransmisikan
beberapa penyakit, diantaranya demam berdarah dengue, chikungunya, penyakit
zika dan beberapa penyakit lainnya. Habitat asli nyamuk ini adalah benua Afrika,
tetapi sekarang sudah tesebar di beberapa daerah tropis dan subtropis di seluruh
dunia.
Beberapa dekade terakhir ini, Dengue Fever merupakan salah satu penyakit
yang sangat berkembang di dunia. Pada umumnya, Dengue Fever terjadi pada
daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia (“WHO | Dengue and severe
dengue,” n.d.). Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara,
terutama di daerah perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil
dan bagian lain Amerika Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah
orang yang terinfeksi diperkirakan sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya
dirawat di rumah sakit dan mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun;
diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir 40 persen populasi dunia tinggal di
daerah endemis DBD yang memungkinkan terinfeksi virus dengue melalui
cucukan nyamuk setempat (Candra, 2010).
Di Indonesia, penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di
Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dengan kematian 24 orang (41,3%).
Selanjutnya sejak saat itu penyakit demam berdarah dengue cenderung menyebar
ke seluruh tanah air Indonesia dan mencapai puncaknya pada tahun 1988 dengan
insidens rate mencapai 13,45 % per 100.000 penduduk. Keadaan ini erat
kaitannya dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan sejalan dengan semakin
lancarnya hubungan transpotasi (Siregar, 2004).
Selain penyakit demam berdarah dengue, demam chikungunya juga menjadi
sendiri, demam chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973.
Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak
di Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Setelah vakum hampir 20 tahun, awal
tahun 2001 KLB demam chikungunya terjadi di Muara Enim, Sumatera Selatan
dan Aceh, disusul Bogor pada Oktober. Jumlah kasus chikungunya yang terjadi
sepanjang tahun 2001-2003 mencapai 3.918 kasus tanpa kematian. (Oktikasari,
Susanna, & Djaja, 2008)
Virus Zika yang juga ditrasnmisikan oleh Aedes aegypti, telah dilaporkan di
beberapa belahan dunia. Wabah terbesar virus Zika dilaporkan dari Pulau Yap
(Mikronesia) pada tahun 2007. Brazil pada tahun 2015 melaporkan adanya
keterkaitan antara infeksi virus Zika dengan bayi lahir cacat seperti mikrosefali
dan juga adanya keterkaitan dengan Guillain-Barré syndrome (WHO, 2016). Di
Indonesia sendiri, infeksi virus Zika pertama kali di laporkan di pulau jawa pada
tahun 1977-1978 dari 219 pasien di unit gawat darurat dengan gejala demam
dengan prevalensi zika 7,1%. Data terbaru di Jambi melaporkan satu kasus
serologi positif terhadap Zika melalui pemeriksaan PCR sampel darah yang
dikumpulkan dari Desember 2014 hingga April 2015 (Richard, et al., 2016)
Filariasis juga merupakan salah satu penyakit yang dapat disebarkan oleh
Aedes aegypti. Menurut data WHO,diperkirakan 120 juta orang di 83 negara di
dunia terinfeksi penyakit filariasis dan lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia
(sekitar 20% populasi dunia) berisiko terinfeksi penyakit ini (Masrizal, 2013)
Indonesia sendiri merupakan salah satu negara endemis penyakit Filariasis.
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kronis filariasis yang
dilaporkan sampai tahun 2009 sudah sebanyak 11.914 kasus. Tiga provinsi
dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam
(2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (1.730 orang) dan Papua (1.158 orang)
(Wahyono, 2010)
Melindungi pribadi dari resiko penularan penyakit diatas dapat dilakukan
dengan menggunakan pakaian yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan
panjang dan celana panjang bisa mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun
Repelen adalah suatu senyawa yang beraksi secara lokal, atau pada jarak tertentu
yang mempunyai kemampuan mencegah antropoda termasuk nyamuk untuk
terbang, hinggap atau mencucuk pada permukaan kulit manusia (Nerio
dkk.,2010).
DEET sebagai repelen terhadap nyamuk memiliki beberapa kekurangan dan
efek berbahaya bagi kesehatan, salah satunya efek hipersensitifitas, juga memliki
efek yang kurang baik bagi ekosistem. Salah satu cara untuk mencegah gigitan
nyamuk dan menghindari efek berbahaya dari DEET adalah menggunakan
bahan-bahan yang berasal dari alam dan ramah lingkungan sebagai repellent.
Cara lainnya untuk menghindari cucukan nyamuk yaitu dengan pemakaian
pengusir nyamuk berbentuk losion, krim, atau pakaian yang dapat melindungi
tubuh dari gigitan nyamuk (Utomo & Supriyatna, 2014). Losion dimaksudkan
untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi losion yang berbentuk
cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit,
sehingga mudah menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta
meninggalkan lapisan tipis pada permukaan kulit (Runadi, Ridwan, & Sriwidodo,
2016)
Sejumlah tanaman yang ada di beberapa belahan dunia dilaporkan
mengandung bahan aktif minyak atsiri sebagai penghalau nyamuk (WHO, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang dimanfaatkan sebagai
insektisida seperti akar wangi (Vertiver zizanoides), zodia (Evodia suaveolens,
Scheff), geranium (Geranium homeanum, Turez), selasih (Ocimum spp), lavender
(Lavandula latifolia), bunga kenanga (Cananga odorata), tai kotok/marigold
(Tagetes patula L.), tembelekan (Lantana camara L.), liligundi (Vitex trifolia L)
(Trongtokit, 2005; Swastika, 2007)
Akar wangi (Vetiveria zizanioides) merupakan salah satu tanaman penghasil
minyak atsiri yang potensial. Akar wangi merupakan tanaman rumput tahunan
yang tumbuh tegak dengan tinggi 1,5 – 2,5 m dan dapat berkembang biak dengan
cepat sehingga terbentuk rumpun-rumpun besar. Ada 2 jenis akar wangi yang
dikenal di Indonesia, yakni jenis yang berbunga dan jenis yang tidak berbunga
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakangan penelitian yang telah diuraikan
diats, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul dan patut diteliti, yaitu:
- Apakah minyak atsiri tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai
repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Apakah losion tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Bagaimana perbandingan durasi tanaman akar wangi dalam bentuk
minyak atsiri dan losion sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes
aegypti
1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Penelitian
Mengetahui manfaat tanaman akar wangi untuk digunakan sebagai repelen
guna menghindari cucukan dari nyamuk Aedes aegypti.
1.3.2. Tujuan Penelitian
- Mengetahui minyak atsiri tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Mengetahui losion tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Mengetahui perbandingan durasi tanaman akar wangi dalam bentuk minyak atsiri
dan losion sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti
1.4.1 Manfaat Akademis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
referensi tentang durasi waktu repelen alami khususnya tanaman akar wangi
terhadap nyamuk Aedes Aegypti.
1.4.2 Manfaat Praktis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada
masyarakat dan praktisi kesehatan mengenai durasi waktu pemakaian tanaman
akar wangi sebagai repelen alami pada nyamuk Aedes Aegypti.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Nyamuk menggunakan indra penglihatan, penciuman dan suhu untuk
menemukan host nya. Dari semua ini, indera penciuman adalah yang terpenting
(Fradin, Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinician's Guide, 1998)
Minyak akar wangi secara luas digunakan untuk pembuatan parfum, bahan
kosmetika, pewangi sabun dan obat-obatan, serta pembasmi dan pencegah
serangga. Minyak akar wangi mempunyai aroma yang lembut dan halus karena
ester dari asam vetinenat dan adanya senyawa vetivenol (Tarigan, 2006)
Jain et al. (1982) menemukan bahwa minyak akar wangi mengandung
senyawa yang mempunyai efek sebagai penolak serangga (repellent) yaitu
khusimol, epizizanal, alfa vetivon dan beta vetivon. (Lailatul K, Kadarohman, &
Eko, 2010)
Penggunaan bahan-bahan alami sebagai bahan aktif losion sudah mulai
banyak digunakan oleh berbagai penelitian sebagai salah satu cara untuk
mencegah penyebaran DBD (Widawati, 2014)
Losion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya
penghindar dari cucukan nyamuk karena losion memiliki beberapa bahan aktif,
salah satunya merupakan gliserin yang dapat mengikat dan mencegah minyak
atsiri agar tidak cepat menguap.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
- Minyak atsiri tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai repelen
terhadap nyamuk Aedes aegypti
- Losion tanaman akar wangi efektif digunakan sebagai repelen terhadap
nyamuk Aedes aegypti
- Akar wangi dalam bentuk Losion lebih baik dibandingkan dalam bentuk
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Minyak Atsiri Akar Wangi efektif digunakan sebagai repelen terhadap
nyamuk Aedes aegypti
2. Losion Akar Wangi dengan konsentrasi 15% efektif digunakan sebagai
repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti
3. Losion Minyak Akar Wangi sebagai repelen memiliki durasi yang lebih
baik dibandingkan Minyak Atsiri Akar Wangi.
5.2 Saran
Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan, maka perlu dilanjutkan
dengan :
Menambahkan wewangian lainnya kedalam minyak atsiri atau Losion
Minyak Akar Wangi
Menambahkan bahan fiksatif kedalam losion agar minyak atsiri akar wangi yang telah dicampurkan dengan losion tidak cepat menguap
Menggunakan konsentrasi minyak atsiri akar wangi dalam losion yang
lebih tinggi ( > 15%)
Penelitian lain mengenai manfaat minyak atsiri akar wangi, selain sebagai
repelen.
EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAN LOSION
AKAR WANGI
(Vetiveria zizanioides)
SEBAGAI
REPELEN TERHADAP
AEDES AEGYPTI
PADA MANUSIA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis ini dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RIZKIA ANANDA
1310213
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehinggi karya tulis ilmiah ini dapat penulis selesaikan.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Maranatha.
Dalam karya tulis ilmiah ini penulis membahas efektivitas dari sediaan lotio
dan minyak atsiri sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti yang
diharapkan dapat berguna sebagai pencegahan dari cucukan nyamuk tersebut
untuk menghindari beberapa penyakit, salah satunya demam berdarah dengue.
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis berkat bantuan,
dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis hendak mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes selaku pembimbing utama yang telah
meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan ilmu di bidang parasitologi untuk
membimbing penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Dr. Widura, MS selaku pembimbing pendamping yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran dan ilmu untuk membimbing penulis menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
3. Papah Ir. Erie Soekardja dan Mamah dr. Yulianti Sastrawinata, Sp. P., MARS
selaku orang tua penulis dan kakak-kakak penulis yang telah memberikan
dukungan melalui kasih sayang, tenaga, doa, maupun materiil sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Eyang Papih Prof. Sulaiman Sastrawinata, dr., Sp. OG (K) dan Eyang Mamah
Almh. Asih Amongpradja selaku kakek dan nenek penulis yang telah
memberikan dukungan, inspirasi, semangat dan kasih sayang sehingga penulis
5. Raden Alvin Kurnia Putra dan Regina Amalia Putri selaku teman
seperjuangan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, yang telah bekerja
bersama-sama dari awal sampai akhirnya karya tulis ilmiah ini selesai.
6. Bapak Suyitno dari SITH ITB yang telah membantu penulis dalam
mempersiapkan nyamuk-nyamuk yang dipergunakan sebagai objek penelitian
pada Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Bapak Samuel dari Laboratorium Parasitologi Universitas Kristen Maranatha
yang telah bersedia meluangkan waktu, usaha, dan tenaga selama penulis
bekerja di laboratorium Parasitologi.
8. Bapak Nana dari Laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha
yang telah bersedia meluangkan waktu, usaha, dan tenaga selama penulis
bekerja di laboratorium farmakologi.
9. Mohammad Iqbal Rizki, Alifah Dania Subrata, Dila Fadila, Cindy Nanda,
Kristian Pasgha, dan Ryan Reinhart yang telah memberikan bantuan kepada
penulis selama melakukan penelitian sehingga penelitian dapat berjalan
dengan baik.
10.Sahabat-sahabat penulis, Ayunda Prameswari, Audri Rizky Utami,
Chriszencia Siswanto, Daniel Hadiwinata, Enriko, Jessica Natasya, Nadilla,
Beke, Nurul, Sarah, Chintya, Ariesta yang telah memberikan dukungan
tenaga, moral, doa, dan semangat yang berlimpah sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11.Christofel Kevin yang telah memberikan dukungan tenaga, moral, doa,
semangat dan kasih sayang yang berlimpah sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
12.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis bersedia menerima saran dan masukannya untuk menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Bandung, November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, M. (2016). Infeksi Virus Zika. Jurnal Kedokteran UNILA, 204-6.
CDC. (2012, January 30). Dengue and the Aedes Aegypti Mosquito. Retrieved
October 31, 2016, from Centers for Disease Control and Prevention: http://www.cdc.gov/dengue/resources/30jan2012/aegyptifactsheet.pdf
Budiasih, K. S. (2011). Pemanfaatan Beberapa Tanaman yang Berpotensi Sebagai
Bahan Anti Nyamuk Pemanfaatan Beberapa Tanaman yang Berpotensi
Sebagai Bahan Anti Nyamuk, 1–8.
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi , Patogenesis , dan Faktor Risiko Penularan Dengue Hemorrhagic Fever : Epidemiology ,
Pathogenesis , and Its Transmission Risk Factors. Demam Berdarah Dengue:
Epidemiologi, Patogenesis, Dan Faktor Risiko Penularan, 2(2), 110–119.
CDC. (2016, October 24). Zika Virus : Transmission. Retrieved November 3,
Fradin, M. S. (1998). Mosquitoes and Mosquito Repellents: A Clinician's Guide.
Annals of Internal Medicine, 932.
Fradin, M. S., & Day, J. F. (2002). Comparative Efficacy of Insect Repellents
Against Mosquito Bite. The New England Journal of Medicine, 15.
Gandahusada, S., Ilahude, H., & Pribadi, W. (1992). Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: ECG.
Hadinegoro, S., & Satari, H. I. (1999). Demam Berdarah Dengue Naskah
Lengkap. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jaludamascena, A. (2007). Uji daya proteksi minyak atsiri akar wangi (vetiveria
zizanioides L. nash) sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Kardinan, A. (2005). Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta.
Kemenkes. (2013). Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue Untuk
Pengelola Program DBD Puskesmas. Jakarta.
Lailatul K, L., Kadarohman, A., & Eko, R. (2010). Efekstivitas Biolarvasida Ekstrak Etanol Limbah Penyulingan Minyak Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) Terhadap Larva Nysmuk Aedes aegypti, Culex sp., dan
Anopheles sundaicus. Jurnal Sains dan Teknologi Kimia, 59-65.
Lightle, K. (2008, Agustus 26). The Ohio State University. Retrieved November
10, 2016, from The Ohio State University Web site:
http://msms.ehe.osu.edu/2012/04/19/after-50-years-scientists-still-not-sure-how-deet-works/
Masrizal. (2013). Penyakit Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 7 No.1,
32.
Oktikasari, F. Y., Susanna, D., & Djaja, I. (2008). Faktor Sosiodemografi Dan Lingkungan Yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya Di
Kelurahan Cinere, Kecamatan Limo, Kota Depok 2006. MAKARA,
KESEHATAN, 20-26.
Perkebunan, P. P. (2015). Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Retrieved November 10, 2016, from Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Web site: http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=3826
Prawoto, S. (2012). POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN NILAM (Pogostemon cablin B.), DAUN BABADOTAN (Ageratum conyzoides L), BUNGA KENANGA (Cananga odorata hook F & Thoms) DAN DAUN ROSEMARRY (Rosmarinus officinalis L ) SEBAGAI REPELAN
TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti L.*. Media Litbang Kesehatan
Vol.22 No. 2, 63.
Richard, T., Kristanto, A., Adiwinata, R., Stephanie, A., Christianty, F., Phang, B.
B., et al. (2016). Masalah Virus Zika pada Kehamilan. Cermin Dunia
Kedokteran, vol. 43 no. 5.
Runadi, D., Ridwan, S., & Sriwidodo. (2016). AKTIVITAS DAN FORMULASI
REPELEN LOSIO EKSTRAK ETANOL LIMBAH HASIL. FARMAKA
Vol. 14 No. 2, 3.
Soedarto. (1990). Entomologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
Tarigan, N. (2006). Jenis-jenis Serangga dan Intensitas Serangganya Pada
Berbagai Pola Tanaman Akar Wangi. Buletin Teknik Pertanian, 1.
Tjahjani, S. (2008). Daya Repelen Beberapa Minyak Esensial dan Deet terhadap
Culex. Jurnal Kedokteran Maranatha Vol. 7 No. 2, 1-8.
Tugon, T. D. (2009). Akar Wangi. Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
USDA. (n.d.). Natural Resources Conservation Service. Retrieved September 20,
2016, from USDA: http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=VEZI80
Utomo, P. P., & Supriyatna, N. (2014). PERBANDINGAN DAYA PROTEKSI LOSION ANTI NYAMUK DARI BEBERAPA JENIS MINYAK ATSIRI
TANAMAN PENGUSIR NYAMUK. BIOPROPAL INDUSTRI Vol. 5
No.2, 79-84.
Wahyono, T. M. (2010). Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi, 1.
WHO. (2016, September 6). World Health Organization. Retrieved November 15,
2016, from World Health Organization Web site:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/zika/en/
WHO | Dengue and severe dengue. (n.d.). Retrieved from
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/
Widawati, M. (2014). Sediaan Losion Minyak Atsiri Piper Betle L. Dengan Penambahan Minyak Nilam Sebagai Repelan Nyamuk Aedes Aegypti.